viii ABSTRAK
Judul Skripsi ini adalah PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA, SEBAGAI CALON KATEKIS. Judul ini dipilih berdasarkan pengamatan sekilas dan kesan pribadi penulis mengenai situasi mahasiswa IPPAK yang sedang studi di IPPAK, pada saat ini yakni kurang menghayati makna Ekaristi dalam hidup hariannya, dan kurang membiasakan diri untuk merayakan Ekaristi. dan sejauh mana Ekaristi yang mereka rayakan berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka sebagai calon katekis. Atau Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup yang memberi semangat dan kekuatan hidup untuk menghayati hidup panggilan sebagai calon katekis seakan menjadi rutinitas belaka, padahal sebagai calon katekis sebelum mereka mewartakan sabda Allah, setidaknya mereka terlebih dahulu merasakan kehadiran melalui perayaan Ekaristi.
Maka untuk menanggapi situasi tersebut, penulis menggunakan kajian pustaka untuk menambah informasi mengenai makna Ekaristi guna meningkatkan kesadaran para mahasiswa yang sedang studi tentang pentingnya makna merayakan Ekaristi. Penulis juga melakukan penelitian. Penelitian yang dipilih adalah penelitian Ex Post Facto dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para mahasiswa. Responden yang digunakan oleh penulis adalah mahasiswa angkatan 2009 – 2014 yang diambil dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani. Dari hasil penelitian menunjukkan setiap responden menyatakan bahwa Ekaristi yang mereka rayakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka, sebagai calon katekis dan mereka merasa dikuatkan dalam hidup mereka.
Maka untuk menindaklanjuti hasil dari penelitian tersebut, penulis telah mengusulkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis
ix
ABSTRAC
This small Thesis, THE INFLUENCE EUCHARIST TOWARDS SPRITUAL DEVELOPMENT OF STUDENTS IN DEPARTEMENT OF CATHOLIC RELIGION EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY, AS PROSPECTIVE CATECHIST. The title of this small thesis was chosen based on observasion and author’s impression about the student’s who study in the department of Catholic Religious Education. Presently they don’t have enthusiast in Eucharist on their daily life as Cathechist candidates. They don’t feel the importance of Eucharist for their spiritual development. Eucharist is a source and head of life that gives spirit and power for human life for the student in Departement of Catholic Religious Education. Eucharist seemed to be a routinity, and they don’t feel the meaning at all.
To respond this situasion, the author used literature study to add information about Eucharist. The author conducted ex post facto research with qualitative method. Research was done by spreading quesionaires to the studens. The respondents are students in the year 2009 to 2014, with Proportionate Stratified Random sampling technique. The aim of this research is to see the influence of Eucharist to wards spiritual development from the result, every respondents agreed that Eucharist gives big influence for their spiritual development, as prospective catechists.
PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS
SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh Fery Fredericus NIM : 101124042
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS
SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh Fery Fredericus NIM : 101124042
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Allah Tri Tunggal Mahakudus Sang pemberi kehidupan.
Bunda Maria dan Santo Yosef yang setia mendoakan saya.
ke dua orang tua saya ( Hutman Pakpahan dan Rupina br. Nainggolan ) yang
telah melahirkan, membesarkan, mendidik, membimbing dan memberi
kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan studi.
Seluruh Keluarga yang telah mendidik dan membesarkan saya.
v
MOTTO
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah segala rencanamu.
(Ams 16 :3)
"Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku
menurut kehendak - Mu"
viii ABSTRAK
Judul Skripsi ini adalah PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA, SEBAGAI CALON KATEKIS. Judul ini dipilih berdasarkan pengamatan sekilas dan kesan pribadi penulis mengenai situasi mahasiswa IPPAK yang sedang studi di IPPAK, pada saat ini yakni kurang menghayati makna Ekaristi dalam hidup hariannya, dan kurang membiasakan diri untuk merayakan Ekaristi. dan sejauh mana Ekaristi yang mereka rayakan berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka sebagai calon katekis. Atau Ekaristi sebagai sumber dan puncak hidup yang memberi semangat dan kekuatan hidup untuk menghayati hidup panggilan sebagai calon katekis seakan menjadi rutinitas belaka, padahal sebagai calon katekis sebelum mereka mewartakan sabda Allah, setidaknya mereka terlebih dahulu merasakan kehadiran melalui perayaan Ekaristi.
Maka untuk menanggapi situasi tersebut, penulis menggunakan kajian pustaka untuk menambah informasi mengenai makna Ekaristi guna meningkatkan kesadaran para mahasiswa yang sedang studi tentang pentingnya makna merayakan Ekaristi. Penulis juga melakukan penelitian. Penelitian yang dipilih adalah penelitian Ex Post Facto dengan menggunakan metode kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada para mahasiswa. Responden yang digunakan oleh penulis adalah mahasiswa angkatan 2009 – 2014 yang diambil dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani. Dari hasil penelitian menunjukkan setiap responden menyatakan bahwa Ekaristi yang mereka rayakan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka, sebagai calon katekis dan mereka merasa dikuatkan dalam hidup mereka.
Maka untuk menindaklanjuti hasil dari penelitian tersebut, penulis telah mengusulkan suatu program katekese model Shared Christian Praxis
ix
ABSTRAC
This small Thesis, THE INFLUENCE EUCHARIST TOWARDS SPRITUAL DEVELOPMENT OF STUDENTS IN DEPARTEMENT OF CATHOLIC RELIGION EDUCATION, SANATA DHARMA UNIVERSITY, AS PROSPECTIVE CATECHIST. The title of this small thesis was chosen based on observasion and author’s impression about the student’s who study in the department of Catholic Religious Education. Presently they don’t have enthusiast in Eucharist on their daily life as Cathechist candidates. They don’t feel the importance of Eucharist for their spiritual development. Eucharist is a source and head of life that gives spirit and power for human life for the student in Departement of Catholic Religious Education. Eucharist seemed to be a routinity, and they don’t feel the meaning at all.
To respond this situasion, the author used literature study to add information about Eucharist. The author conducted ex post facto research with qualitative method. Research was done by spreading quesionaires to the studens. The respondents are students in the year 2009 to 2014, with Proportionate Stratified Random sampling technique. The aim of this research is to see the influence of Eucharist to wards spiritual development from the result, every respondents agreed that Eucharist gives big influence for their spiritual development, as prospective catechists.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kelimpahan berkat
dan rahmat yang telah dicurahkan kepada penulis, sehingga skripsi berjudul
PENGARUH EKARISTI TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP
ROHANI MAHASISWA ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN
PENDIDIIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA,
SEBAGAI CALON KATEKIS dapat terselesaikan. Penulisan ini awalnya
dilatarbelakangi oleh keprihatinan melihat sebagian mahasiswa IPPAK yang
sedang studi kurang menghayati dan menyadari makna ekaristi dalam
hidupnya dan keinginan penulis untuk mempelajari lebih dalam lagi
mengenai sakramen Ekaristi. Oleh karena itu skripsi ini bertujuann untuk
menggali dan melihat seberapa besar pengaruh Ekaristi terhadap
perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK, sebagai calon Katekis. Selain
itu skripsi ini sebagai salah satu untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan
pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
xi
1. Rm. Drs.F.X.Heryatno,W,W, S.J,M.Ed. Selaku Kaprodi IPPAK yang telah
memberikan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dari awal hingga
selesainya Skripsi ini.
2. Rm. Dr. Bernardus Agus Rukiyanto, S.J selaku dosen pembimbing utama
yang telah membimbing, meluangkan waktu, memberikan pengarahan,
kritik dan saran serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan Skripsi
dari awal hingga akhir penulisan
3. Rm. Dr. Carolus Boromeus Putranto, S.J selaku dosen penguji kedua dan
pembimbing akademik yang telah bersedia memberikan pertolongan,
perhatian dan motivasi kepada penulis selama berproses di kampus
4. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd, selaku dosen penguji ketiga dan dosen
penelitian yang telah mendukung dan memotivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
5. Segenap Staf Dosen dan Karyawan Prodi IPPAK yang telah mendampingi,
membimbing serta membekali pengetahuan dan keterampilan bagi penulis
xii
6. Para Mahasiswa IPPAK angkatan 2009 – 2014 yang telah bersedia
menjadi sampel penelitian sehingga proses penulisan skripsi ini dapat
berjalan dengan lancar
7. Bapak, Ibu, adik dan seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan
semangat dan dukungan spiritual, moral dan material selama penulis
menempuh studi di IPPAK
8. Para Suster SFD Komunitas Rajawali (Sr. Skolastika Simbolon, Sr. Egidia
Sitanggang, Sr. Isabella Ginting, Sr. Calixta Tondang, Sr. Aloysia
Simbolon, Sr. Johana, Sr. Bernarda Tamba, Sr. Yolanda Sipayung, Sr.
Yoella Purba ) yang telah memberikan perhatian, dukungan, semangat dan
peneguhan serta doa kepada penulis selama studi dan menyelesaikan
skripsi ini.
9. Teman – teman IPPAK angkatan 2010 yang selama ini telah berproses
bersama, berbagi pengalaman hidup, memberi dukungan dan kritikan serta
peneguhan selama penulis melaksanakan studi di IPPAK
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang selama ini
memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... .. ii
HALAMAN PENGESAHAN... ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... ... iv
MOTTO... ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... ... vii
ABSTRAK... ... viii
ABSTRACK... ... ix
KATA PENGANTAR ... ... x
DAFTAR ISI... ... xiv
DAFTAR SINGKATAN………. xx
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Rincian jumlah mahasiswa IPPAK per angkatan Tahun Akademik 2014/2015……… 60
Tabel 2 : Jumlah Keseluruhan mahasiswa IPPAK Tahun Akademik 2014/2015………... 60
Tabel 3 : Variabel Penelitian……….... 70
Tabel 4 : Pemahaman mengenai Sakramen………... 71
Tabel 5 : Penghayatan akan makna Sakramen Ekaristi…….... 72
Tabel 6 : Kesadaran tentang Liturgi………... 73
xv
Hidup rohani ……….... 74
Tabel 8 : Buah Hidup Rohani sebagai calon Katekis………... 76
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah………. 1
B. Rumusan Masalah………. 6
C.Tujuan Penulisan……….... 7
D.Manfaat Penulisan……….. 7
E. Metode Penulisan... 8
F. Sistematika Penulisan………... 8
BAB II EKARISTI DAN PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASIWAIPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS…... 10
A.Sakramen Ekaristi dalam Gereja Katolik………. ... 10
1. Pengertian Sakramen………. ... 10
2. Ekaristi………... 13
B.Sejarah Ekaristi………... 15
1. Dasar Sakramen Ekaristi………... 15
a. Paskah Yahudi Sebagai Kenangan akan Pembebasan Dari Mesir ( Eksodus)………... 15
b. Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti tak Beragi…... .... 16
c. Perjamuan Paskah Yahudi di Zaman Yesus………... 16
d. Perjamuan Malam Terakhir Yesus ………... 18
e. Ekaristi Menurut perkembangan Bapa-bapa Gereja……... 18
2. Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK) …. ………... 20
3. Makna Sakramen Ekaristi………... 22
a. Ekaristi sebagai ungkapan Cinta Kasih Yesus yang sehabis-habisnya………... 22
xvi
c. Ekaristi sebagai Permohonan Seruan Datangnya Karunia
Roh Kudus ( Epiklese)………... 24
d. Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus………... 25
e. Ekaristi Sebagai Sumber Untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Dalam Menghadapi Persoalan Hidup…………... 26
f. Ekaristi Sebagai Sumber dan Puncak Kehidupan Gereja………... 27
4. Unsur-unsur Sakramen Ekaristi………... 28
a. Sarana yang Digunakan………... 28
b. Rumusan doa yang digunakan………... 29
c. Pelaksana Sakramen………... 29
d. Penerima Sakramen………... 29
5. Liturgi Sakramen Ekaristi………... 30
C.Perkembangan Hidup Rohani………... 32
1. Pengertian Hidup Rohani……….. 32
2. Aspek-aspek hidup Rohani………... 34
a. Adorasi Ekaristi……… 34
b. Hidup doa ……… 35
c. Bacaan Rohani………. 36
d. Devosi……….. 36
e. Doa Rosario………. 36
D.Buah Hidup Rohani dalam Tugas Perutusan Gereja………... 37
1. Bidang Liturgi……….. 38
2. Bidang Diakonia ( Pelayanan)……….. 40
3. bidang Koinonia ( Persekutuan)………... 41
4. Bidang Kerigma (Pewartaan)………... 42
E. Mahasiswa IPPAK sebagai calon Katekis ………. 43
xvii
2. Visi –Misi IPPAK………... 46
a. Visi IPPAK………... 46
b. Misi IPPAK………... 46
3. Tujuan IPPAK ……….. 47
4. Pengertian Katekis ………... 47
a. Orang yang sungguh beriman……….. 48
b. Mempunyai nama baik sebagai pribadi dan keluarganya… 48 c. Mempunyai pengetahuan yang memadai ……… 48
5. Tugas dan Tanggungjawab Katekis……….. 49
a. Mewartakan Sabda Allah……….. 49
b. Memberikan Kesaksian………. 50
6. Spiritualitas Seorang Katekis………. 50
a. Siap diutus ……… 51
b. Yesus Kristus sebagai pola hidup Katekis………. 52
c. Semangat Menggereja……… 52
d. Berakar dan Berbuah………. 53
7. Keterampilan Seorang Katekis ………. 53
a. Keterampilan Berkomunikasi……… . 53
b. Keterampilan Berefleksi……… . 54
BAB III PENGARUH MERAYAKAN EKARISTI BAGI PARA MAHASISWA IPPAK TERHADAP PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI, SEBAGAI CALON KATEKIS……. .. 58
A.Gambaran Umum Mahasiswa IPPAK ………... 59
B.Penelitian Pengaruh Penghayatan Mahasiswa IPPAK, sebagai calon Katekis dalam merayakan Ekaristi………... .... 61
Latar Belakang Penelitian C.Tujuan Penelitian………... 64
D.Jenis Penelitian………... 64
E. Tempat dan Waktu Penelitian………... 64
xviii
G.Instrumen Penelitian………... 67
H.Variabel Penelitian………... 68
I. Hasil Penelitian ………... 70
J. Pembahasan Hasil Penelitian………... 81
1. Pemahaman Dasar tentang Sakramen Ekaristi……….... 81
2. penghayatan akan makna Sakramen Ekaristi……….. 82
3. Pemahaman tentang Liturgi………... 83
4. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Mahasiswa IPPAK untuk mengembangkan hidup Rohani……….... 84
K.Keterbatasan Penelitian………... 87
BAB IV KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI USULAN DAN USAHA UNTUK MENNGKATKAN PENGHAYATAN EKARISTI TERHADAP PERKEMEBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS……... 89
A.Katekese Model SCP………... 91
1. Pengertian SCP ……….... 91
a. Praxis……….... 92
b. Kristiani……….... 93
c. Shared………... 93
2. Langkah - langkah Model SCP………... 95
a. Langkah 0 : Langkah Pertama………... 95
b. Langkah I………... 95
c. Langkah II : Refleksi Kritis atas sharing Pengalaman hidup Faktual ………... 96
d. Langkah III: Mengusahakan supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau………. 97
e. Langkah IV, Interpretasi Dialektis antara Tradisi dan Visi umat dengan Tradisi dan Visi Kristiani………….. 98
f. Langkah V, Keterlibatan Baru Demi memaknai terwujudnya Kerajaan Allah di tengah-tengah Dunia……... 99
xix
meningkatkan semangat Para Mahasiswa yang studi
di Jogya terhadap makna Ekaristi Demi
Perkembangan Hidup Rohani sebagai Calon Katekis……... 99
h. Rumusan Tema dan Tujuan……… 101
i. Matriks Program Katekese Model SCP
bagi mahasiswa IPPAK ……….. 104
j. Contoh Persiapan Katekese Model SCP……….... 109
BAB V PENUTUP ………... 121
A.Kesimpulan………... 121
B.Saran ……….... 123
1. Bagi pihak kampus………... 123
2. Bagi para mahasiswa IPPAK………... 124
DAFTAR PUSTAKA………... 125
LAMPIRAN………. 127
1. Lampiran 1 : Cerita tentang “Si Anak dan Ibu yang bijaksana”…. (1)
2. Lampiran 2 : Kitab Suci ……… (4)
3. Lampiran 3 : Penyebaran kuesioner untuk mahasiswa………….. (7)
xx
DAFTAR SINGKATAN
A.Daftar Singkatan Kitab Suci
Kej : Kejadian
Ul : Ulangan
Yak : Yakub
Kel : Keluaran
Yoh : Yohanes
Mat : Matius
Luk : Lukas
Kis : Kisah Para Rasul
Kor : Korintus
Kol : Kolose
B. Daftar Singkatan Dokumen Resmi Gereja
AG : At Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965
EE : Ecclesia de Eucharistia
xxi
KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatiikan II tentang Gereja, 21 November 1964
PO : Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kehidupan para Imam
SC : Sacrosanctum Concilium, Ajaran Apostololik Paus Yohanes Paulus II Kepada Uskup dan segenap umat
beriman tentang liturgi Suci, November 1990
TPE : Tata Perayaan Ekaristi
C. Daftar Singkatan Lainnya
AKKI : Akademi Kateketik Katolik Indonesia
art : artikel
DSA : Doa Syukur Agung
FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama
FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
KWI : Konfrensi Wali gereja
lih : Lihat
LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
MAWI : Majelis Agung Wali Gereja Indonesia
xxii PUSKAT : Pusat Kateketik
PS : Puji Syukur
PTS : Perguruan Tinggi Swasta
SCP : Shared Christian Praxis
SFD : Suster Fransiskan Dina
SJ : Serikat Jesus
STKAT : Sekolah Tinggi Kateketik
USD : Universitas Sanata Dharma
BAB I PENDAHALUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perayaan Ekaristi sebagai Sumber dan puncak seluruh hidup umat
Kristiani (LG 11), memberi makna terdalam bagi kehidupan rohani seluruh umat
beriman. Sejak Gereja perdana merayakan Ekaristi menjadi pusat seluruh
kehidupan umat beriman Kristiani. Umat perdana tekun merayakan peristiwa
keselamatan ini dalam perjamuan makan bersama dan peristiwa pemecahan roti.
Perayaan Ekaristi yang bersumber pada perjamuan terakhir Yesus bersama para
murid-Nya dirayakan oleh umat katolik seluruh dunia. Gereja diajak terus –
menerus merefleksikan hidup imannya, dan berusaha mendalami makna Ekaristi
sebagai hidup panggilan dan perutusannya di tengah dunia terlebih sekarang
dimana semakin banyak tawaran hidup yang membuat orang lemah dalam
penghayatannya sebagai orang katolik yang hidup di zaman kini
Umat kristiani sering menyebut Sakramen Ekaristi dengan istilah ucapan
Syukur atas karya keselamatan Allah yang tertumpah dalam diri Yesus yang
wafat di Kayu salib demi menebus dosa manusia atau dengan kata lain Ekaristi
Dokumen resmi Gereja sendiri yang tertuang dalam ajaran Konsili
vatikan II biasa menyebut Ekaristi sebagai “ Sumber dan puncak seluruh hidup
Kristiani (LG 11; lih. SC 10; CD 30; AG 9). Istilah Ekaristi bukanlah sekedar
lambang belaka, tetapi adalah sungguh tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan Yesus
Kristus. Ekaristi bukan hanya salah satu sakramen; Ekaristi adalah Gereja dalam
bentuk sakramen. Gereja adalah bagaikan Sakramen, yakni tanda dan sarana
persatuan mesra dengan Allah (LG 1) dan rumusan itu berlaku juga untuk
Ekaristi. Ekaristi merupakan tanda dan sarana, artinya “ sakramen” persatuan
dengan Allah dan kesatuan antar manusia.
Ekaristi itu perayaan umat. Perayaan yang mempertandakan kehadiran
Tuhan dalam umat. Dalam perayaan Ekaristi umat diajak untuk sungguh
menghayati – dalam iman – kesatuan dengan Tuhan yang hadir di tengah mereka.
Maka, Ekaristi tidak hanya menghubungkan masing – masing orang secara
pribadi dengan Allah, tetapi juga menjadi ikatan antara umat sendiri yang nyata
dalam bentuk ibadat yang pada dasarnya berasal dari agama yahudi, melalui
perjamuan malam terakhir
Ekaristi merupakan bukti nyata kasih Kristus yang terbesar, sebab
melaluinya Kristus memberikan diri-Nya sendiri kepada kita
sahabat-sahabat-Nya. Kasih Kristus ini demikian sempurna, sehingga tidak saja membawa kita
mendekat kepada-Nya, namun lebih dari itu, mempersatukan kita dengan Dia.
Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya kristus
sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja
selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan
kebangkitan Tuhan, dimana kurban salib diabadikan sepanjang masa,
adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan Kristiani dan sumber yang
menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan
menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus
Sedangkan pada KHK,Kanon 912 lebih ditegaskan lagi bahwa ; "Setiap
orang yang telah dibaptis dan tidak dilarang oleh hukum, dapat dan harus
diizinkan untuk menerima komuni suci".
Kedua Kanon di atas ingin menegaskan bahwa Sakramen Ekaristi
merupakan sakramen yang terluhur, yang didalamnya Yesus sendiri yang hadir,
dikurbankan, dan disantap dan menjadi puncak iman.
Jadi setiap umat beriman Kristiani yang sudah dibabtis yang termasuk
juga para mahasiswa khususnya para calon katekis wajib untuk merayakan
sakramen Ekaristi. Dengan menyambut Ekaristi dalam Komuni Kudus, kita
mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah Kristus dan kita disatukan dengan
Kristus dan dengan semua anggota-Nya. Sesuai dengan janji Kristus sendiri,
dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus ini, kita memperoleh hidup yang
kekal (Yoh 6:54). Dengan digabungkannya kita dengan Kristus, kita memperoleh
kekuatan baru untuk mengasihi dan mengampuni, sebagaimana Ia telah lebih
diubah untuk menjadi semakin serupa dengan Dia dalam hal mengasihi. Dalam
kasih inilah kesatuan kita dengan Kristus dikukuhkan. Kesatuan antara kita
dengan Kristus ini akan mencapai kesempurnaannya di surga kelak, saat Allah
menjadi semua di dalam semua (lih. 1Kor 15:28).
Mahasiswa IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik) adalah seorang calon Katekis. Katekis adalah orang beriman (dapat
menjadi contoh orang beriman lainnya), katekis adalah seorang yang mempunyai
intimitas dengan yang Ilahi (memiliki hidup rohani yang mendalam), katekis
adalah seorang yang menyadari panggilan dan perutusannya (bersyukur karena
merupakan panggilan Allah), maka dari beberapa pergertian di atas dapat kita
simpulkan bahwa katekis adalah umat beriman Kristiani yang dipanggil dan
diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta sabda Allah. Seorang pewarta berarti
mempunyai profesi mengajar dan mewartakan sabda Allah. Pewartaan sabda
Allah dilakukan melalui pengajaran agama, penghayatan hidup beriman dan
membagi pengalaman hidup kristiani.
Pada dasarnya pengajaran yang dilakukan oleh katekis terkadang hanya
membaca buku pegangan dan terlepas dari hidup sehari – hari. Terkadang katekis
tidak sadar bahwa yang diwartakan adalah misteri penebusan yang dilakukan
oleh Yesus Kristus bukan diri mereka sendiri. Hal ini mengakibatkan pewartaan
kurang dapat merasuk ke dalam hati umat beriman karena hanya seperti
perjumpaan dengan Allah melalui perayaan Ekaristi. Perayaan Ekaristi menjadi
puncak hidup manusia.
Mahasiswa IPPAK adalah, calon Katekis, yang dipanggil untuk
mewartakaan Kerajaan Allah dengan melayani sesama. Katekis adalah orang
yang dipanggil secara khusus dan diberi tugas, untuk mewartakan Kerajaan Allah
kepada sesama/umat. Maka umat pun tak jarang memandang seorang katekekis
memiliki kelebihan dari umat biasanya, salah satunya dalam hal hidup Rohani.
Tugas seorang katekis menjadi pewarta kerajaan Allah, sumber kesaksian, dan
lain sebagainya. Maka sebelum mewartakan kehadiran Allah kepada sesama,
kiranya seorang katekis merasakan kehadiran Allah terlebih dahulu melalui
Perayaan Ekaristi. Dan setelah merasakan kehadiran Allah melalui perayaan
Ekaristi barulah ia dapat mewartakan Kerajaan Allah dan bersaksi kepada
sesama.
Mahasiswa IPPAK adalah calon Katekis. menjadi seorang calon katekis
hendaknya membiasakan diri untuk merayakan perayaan Ekaristi. Oleh karena
itu menjadi seorang katekis idealnya, ialah membiasakan diri untuk merayakan
perayaan Ekaristi (Harian, Mingguan, dan Bulanan yang diadakan di kampus
setiap bulan). Namun dalam kenyataannya sebagian dari mahasiswa IPPAK,
jarang merayakan Ekaristi. Hal ini dapat dilihat hanya orang-orang tertentu yang
karena para Mahasiswa IPPAK adalah calon katekis/pewarta yang dipanggil
untuk mewartakan Kerajaan Allah kepada sesama/umat.
Maka, dengan melihat kenyataan di atas maka penulis mencoba
mendalami penulisan ini dengan judul : PENGARUH EKARISTI TERHADAP
PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA PROGRAM STUDI
ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK,
UNIVERSITAS SANATA DHARMA SEBAGAI CALON KATEKIS. adapun
maksud dari penulisan ini adalah untuk melihat sejauh mana Ekaristi
berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mereka dan membantu para
Mahasiswa menghayati perayaaan Ekaristi, sehingga hidup Rohaninya semakin
berkembang, khususnya sebagai calon katekis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menurut Dokumen Gereja apakah Sakramen Ekaristi itu ?
2. Apa yang dimaksud perkembangan rohani menurut mahasiwa IPPAK
3. Bagaimanakah pengaruh penghayatan sakramen Ekaristi terhadap
perkembangan hidup rohani, mahasiswa IPPAK - Universitas Sanata
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan ini mempunyai tujuan untuk menggali seberapa besar pengaruh
merayakan Ekaristi terhadap Perkembangan hidup Rohani para Mahasiswa/I
IPPAK, sebagai calon katekis, dan sekaligus melihat sebab- sebab jarangnya
Mahasiswa merayakan Sakramen Ekaristi dengan rumusan sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahani pengertian sakramen Ekaristi
2. Membantu mahasiswa untuk memahami perkembangan hidup rohani
3. Melihat sejauh mana merayakan Ekaristi membantu perkembangan hidup
rohani mahasiswa IPPAK
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi mahasiswa IPPAK, menjadi pengetahuan dan masukan baru, untuk
membantu mereka untuk memahami pengertian sakramen Ekaristi
2. Membantu mahasiswa IPPAK dalam meningkatkan hidup rohani, sebagai
3. Untuk melihat sejauh mana merayakan Ekaristi berpengaruh dalam
perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK
E. METODE PENULISAN
Metode yang dipakai adalah metode deskriftif analitis. Pada penelitian
ini penulis akan memaparkan dan menganalisis permasalahan yang ada
sehingga ditemukan pemecahan yang tepat dan sesuai. Metode ini akan di
dukung dengan penelitian kualitatif. Pencarian data dengan menyebarkan
kuesioner. Kuesioner adalah daftar pertanyaaan atau pernyataan yang
diberikan kepada responden. Jenis Kuesioner yang digunakan adalah bersifat
tertutup dengan menggunakan checklist. Penulis mengadakan peneliian
terhadap para mahasiswa IPPAK, setelah mengadakan dan melaksanakan
penelitian yang berkaitan dengan sejauh mana pengaruh mengikuti perayaan
Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK sebagai
calon Katekis.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Tulisan ini mengambil judul pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan
hidup Rohani Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik,
Bab I. Bab Pendahuluan ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri
dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II. Kajian Pustaka. Bab ini berisi pengertian Sakramen Ekaristi,
makna Sakramen Ekaristi, unsur – unsur sakramen Ekaristi, Liturgi sakramen
Ekaristi, pengertian Hidup Rohani, sejarah berdirinya lembaga IPPAK pengertian
Katekis, tugas Katekis, spiritualitas katekis, dan keterampilan seorang katekis,
buah-buah hidup rohani terhadap tugas perutusan sebagai calon Katekis
BAB III. Metode Penelitian. Pada bab ini penulis akan mulai masuk
dalam metode – metode penelitian yang akan dilakukan untuk melihat sejauh
mana Ekaristi berpengaruh terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa. Bab
ini juga berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, Responden
penelitian, instrumen penelitian, variabel penelitian, hasil penelitian, pembahasan
penelitian, keterbatasan penelitian.
BAB IV. Usulan program. Pada Bab ini, penulis mencoba memberikan
usulan program yang sekiranya dapat membantu untuk mengatasi masalah yang
telah dirumuskan pada bab I,II dan III.
BAB V. Kesimpulan dan saran. Bagian ini merupakan bagian terakhir
BAB II
EKARISTI DAN PERKEMBANGAN HIDUP ROHANI MAHASISWA IPPAK SEBAGAI CALON KATEKIS
Pada bab ini, penulis akan memaparkan tentang Ekaristi dan
perkembangan hidup rohani mahasiswa IPPAK sebagai calon katekis yang
meliputi beberapa bagian yaitu sakramen Ekaristi dalam Gereja katolik yang
meliputi tentang pengertian sakramen Ekaristi dan Ekaristi. Pada bagian kedua
menjelaskan Ekaristi dari sudut pandang Kitab suci, makna Ekaristi, Unsur -
unsur Sakramen Ekaristi, Liturgi Sakramen Ekaristi. Pada bagian ketiga akan
menjelaskan mengenai perkembangan hidup rohani, aspek-aspek hidup rohani
dan pada bagian terakhir membahas mengenai mahasiwa IPPAK sebagai calon
katekis, pengertian katekis tugas, tanggungjawab katekis dan spritualitas katekis,
A. Sakramen Ekaristi dalam Gereja Katolik 1. Pengertian Sakramen
Martasudjita, (1999:160) menjelaskan, kata “Sakramen” berasal dari
bahasa Latin sacramentum yang dalam abad II dipakai untuk menerjemahkan kata Yunani; mysterion dalam Kitab Suci. Sacramentum bisa berarti “ Sumpah”
(Setia) prajurit dalam dunia militer”. Kata sacramentum sendiri dipakai untuk
menunjuk Allah sendiri yang mewahyukan diri baik dalam sejarah masa kini
maupun masa yang akan datang (Eskatologis). Perjanjian baru memahami
mysterion sebagai rencana keselamatan Allah yang terlaksana dalam Yesus Kristus, sebagaimana dikatakan dalam Kol:1:26 “rahasia yang tersembunyi dari
abad ke abad dan dari turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan
kepada orang-orang kudus-Nya.
Penulis juga menyampaikan pengertian sakramen yang dikutip dari
kamus teologi. dalam kamus teologi dijelaskan demikian Sakramen ( Latin, “janji
setia di hadapan umum“). Tanda kelihatan yang diadakan oleh Kristus yang
menyatakan dan menyampaikan rahmat. Dalam Gereja Katolik dan ortodoks
menerima tujuh sakramen: Baptisan, penguatan, Ekaristi, perkawinan, tahbisan,
pengurapan orang sakit, dan tobat. Teologi modern berbicara mengenai Kristus
sebagai Sakramen utama atau tanda rahmat Allah yang berdaya guna dan Gereja
yang didirikan-Nya sebagai sakramen dasar, yang diwujudnyatakan dalam
ketujuh sakramen (Collins, 1996 : 283 ).
Penulis juga melihat perkembangan Teologi dewasa ini umumnya
berpandangan bahwa Yesus Kristus sendiri adalah sakramen induk, dan Gereja
disebut sakramen sejauh berhubungan dengan Kristus. Sedangkan ketujuh
Sakramen dipandang sebagai kontretisasi dan perwujudan konkret
sakramentalitas Gereja dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
penggunaan istilah sakramen kini diperluas, segala sesuatu bisa disebut
kelihatan dan manusiawi itu memiliki keterbukaan terhadap Allah dan dilain
pihak sesuatu itu orang dapat mengalami kehadiran Allah yang menyelamatkan
(Martasudjita, 1999: 160 - 162). Dan hal ini senada seperti yang dituliskan dalam
Katekismus Gereja Katolik (1995: 1113) yang mengatakan “seluruh kehidupan
Gereja berkisar di sekeliling kurban Ekaristi dan sakramen - sakramen.
Maka penulis mencoba menyimpulkan bahwa sakramen merupakan tanda
dan simbol. Hidup manusia tidak dapat lepas dari simbol ataupun lambang,
bahkan hidup kita sangat begitu lekat dengan lambang yang merupakan benda
atau perbuatan yang pada hakikatnya memiliki arti yang lebih dalam dari pada
benda. Misalnya, seorang pria yang memberi cincin kepada seorang gadis. Hal
itu bukan semata - mata hanya ingin memberi cincin tetapi melambangkan
ungkapan kasih sayang atau cinta. Maka sakramen di dalam Gereja
melambangkan dan mengungkapkan karya penyelamatan Allah dan pengalaman
dasariah manusia yang diselamatkan.
Sakramen menjadi tanda/perantara di mana Yesus Kristus sungguh hadir
dan aktif berkarya di dalam diri umat Allah. Dalam diri Yesus Kristus kita dapat
melihat Allah yang tidak kelihatan dan juga mengenal serta mengalami siapa
sebenarnya Allah itu. Ia tidak kelihatan tetapi melalui Gereja-Nya Ia hadir secara
rohani di tengah kita dan menjadi kelihatan. Gereja adalah alat dan sarana
penyelamatan di mana Yesus Kristus tampak untuk menyelamatkan manusia.
Gereja menjadi alat dan sarana penyelamatan melalui kejadian - kejadian dalam
untuk menjadi tampak dan dengan demikian dapat dirasakan kehadiran-Nya oleh
manusia dewasa ini.
2. Ekaristi
Kamus Teologi menjelaskan Ekaristi sebagai berikut; Eucharist
(Yun. “Syukur”). Kata yang dipakai untuk menyebut seluruh upacara misa,
khususnya bagian kedua (sesudah perayaan sabda) yang mencapai puncaknya
pada konsekrasi roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dan berakhir
dengan komuni. Ekaristi juga menunjukkan kehadiran nyata Kristus dalam roti
dan anggur. Ekaristi yang diadakan oleh kristus pada perjamuan terakhir, adalah
yang paling agung diantara sakramen-sakramen yang lain dan merupakan pusat
hidup Gereja (Collins, 1996 ; 643). Dan Ekaristi adalah sumber dan puncak
seluruh hidup Kristiani” ( Lumen Gentium, konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan
II tentang Gereja, art 11 ) dan dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan
Rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paskah kita (Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kehidupan Para Iman/ PO 5). bdk KGK
(Katekismus Gereja Katolik), art 1324
Paus Yohanes Paulus II menjelaskan dalan Dokumen Ecclesia de Eucharistia (EE, art 10) bahwa “Ekaristi sebagai sumber kehadiran Kristus dalam persekutuan umat beriman dan menjadi santapan rohaninya adalah milik
Gereja yang paling berharga dalam perjiarahannya sepanjang sejarah. Ini juga
Ekaristi merupakan perayaan sakramen yang mempersatukan
(Sutrisnaatmaka,2012:15). Maksudnya adalah Ekaristi menjadi sarana pemersatu
karena dengan perayaan Ekaristi, umat beriman Kristiani berkumpul bersama
untuk mendengarkan sabda Allah kemudian menghayati dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sakramen
Ekaristi adalah sebuah perayaan syukur dan sumber serta puncak seluruh
kehidupan umat Kristiani. Sakramen Ekaristi adalah suatu perayaan syukur
untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah
yang telah terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban
salibNya. Di dalam Ekaristi kita mengenangkan penderitaan Yesus sebelum
menyerahkan diri pada kayu salib untuk keselamatan seluruh umat beriman.
Selain itu juga dalam perayaan Ekaristi kita berdoa memohon kehadiran Roh
Kudus dalam perjamuan Ekaristi supaya memberkati Roti dan Anggur yang
disantap bersama, agar menjadi santapan Rohani. Kita juga percaya Roh Kudus
yang menjadikan karya keselamatan Allah terwujud di dalam dunia. Dan hal
yang terpenting dalam perayaan Ekaristi ialah kita diajak untuk menghayati
B. Sejarah Ekaristi
Ekaristi sebagai sumber pusat dan puncak kehidupan Gereja mempunyai
latar belakang yang kuat dalam Perjanjian Lama, terutama dalam tradisi Yahudi
sekitar Paskah. Sejumlah istilah yang dikenakan di dalam perayaan Ekaristi
mempunyai akarnya di dalam tradisi bangsa Israel, yang dapat dilihat dalam
Perjanjian Lama dan akar Ekaristi tadi disempurnakan di dalam Perjanjian Baru.
1. Dasar Sakramen Ekaristi
a. Paskah Yahudi Sebagai Kenangan akan Pembebasan dari Mesir (Eksodus)
Setiap bangsa mempunyai kenangan akan peristiwa yang menentukan
perjalanan hidup bersama. Bagi bangsa Israel, kenangan yang tak dapat
dilupakan adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Peristiwa pembebasan dari
Mesir yang tertulis dalam Kitab Keluaran menjadi sangat penting karena diikuti
oleh penggambaran di padang Gurun dan pembentukan bangsa Israel sebagai
umat Allah dalam ikatan perjanjian (Prasetyantha, 2008 : 19).
Kenangan akan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir
dirayakan setiap tahun pada perayaan Paskah yang jatuh pada musim semi, yaitu
pada tanggal 14 bulan Nisan (sekitar Bulan Maret - April). Adapun acara pokok
dalam perayaan Paskah adalah pembersihan dan pembakaran semua ragi yang
kurban yang dilakukan di Bait Allah. Dan setelahnya diadakan perjamuan paskah
yang diadakan secara berkelompok (Prasetyantha, 2008: 22).
Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan makan (Paskah)
Yahudi. Adapun Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum
perjamuan yang berisi doa syukur atas Roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah
perjamuan yang berisi doa syukur atas piala (Martasudjita, 2005: 273)
b. Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti Tak Beragi
Hari raya Paskah dan Roti Tak beragi memiliki sejarah yang sangat
panjang. Secara kronologis, umat Israel menempatkan titik awal terjadinya pada
peristiwa keluaran dari Mesir. Hari Raya Paskah dan Roti Tak Beragi
bersama-sama diberi nama perayaan Paskah. Perayaaan Paskah mempunyai akarnya pada
tradisi para gembala, sedangkan perayaan Roti Tak Beragi pada mulanya berakar
pada perayaan di lingkungan para petani (Prasetyantha, 2008: 22). Bangsa Israel
menyatukan kedua perayaan itu dan memberi makna teologis yang khas bangsa
Israel.
c. Perjamuan Paskah Yahudi di Zaman Yesus
Pada Zaman Yesus, Perayaan Paskah tetap menjadi perayaan keagamaan
Yahudi yang utama. Seperti sudah disebut di atas, Paskah dilaksanakan pada
tanggal 14 bulan Nisan. Pada pagi hari, umat mengumpulkan semua ragi,
pada sore hari dilaksanakan penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan
di Bait Allah, dan setelah matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang
dilaksanakan di dalam keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara
mengelilingi meja perjamuan Paskah dengan jumlah paling sedikit sepuluh
orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak memenuhi jumlah minimal
tersebut, mereka dapat mengundang keluarga lain untuk bergabung. Adapun
tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap sampai habis, tanpa sisa.
Sesuai dengan peraturan, seluruh daging kurban harus habis, dimakan dan
tulang-tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya memakai pakaian
putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring, mengitari meja
perjamuan yang berurkuran rendah (Prasetyantha, 2008:25).
Inilah kurang lebih gambaran dari perjamuan Paskah Yahudi di zaman
Yesus. Di dalam perjanjian lama peraturan tentang perjamuan paskah ini dapat
kita temukan pada Kel 12:1-13:6. Macam-macam makanan yang disantap di
dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya
dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir (Eksodus). Anak domba Paskah
dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “ melewati” rumah
-rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak membinasakan anak-anak
suluh mereka (Kel 12:27). Adapun beberapa lambang yang digunakan dalam
paskah yang dapat dilihat antara lain; sayur pahit melambangkan kondisi
perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir
dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa - gesa ketika bangsa Israel hendak
meninggalkan Mesir (Prasetyantha, 2008: 28).
d. Perjamuan Malam Terakhir Yesus
Hari Kustono, Pr, dalam tulisannya yang terdapat di buku
Prasetyantha 2008:29, mengatakan bahwa awal berkembangnya jemaat Kristiani,
perjamuan Tuhan sudah menjadi salah satu faktor utama yang meneguhkan ikatan
persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas Gerejani. Selain itu
perjamuan Tuhan menjadi sarana utama untuk menyatukan umat dengan Kristus
sang penebus. Perjamuan malam terakhir Yesus dengan para Rasul dikisahkan
dalam injil Sinopttik. Kisah tentang perjamuan malam terakhir dimulai dengan
pertanyaan para rasul kepada Yesus mengenai tempat untuk mengadakan
perjamuan Paskah bagi mereka. Dan dari jawaban Yesus dapat kita duga bahwa
tampakya Dia sudah merencanakan hal itu dan sudah menghubungi salah seorang
yang bersedia menyediakan tempat bagi mereka di dalam kota (Mat 26: 18)
e. Ekaristi menurut Pandangan Bapa – bapa Gereja
Santo Ignatius dari Antiokhia, ketika menulis sirat kepada umat
Philadelpia mengatakan:” berusahalah kalian untuk merayakan satu Ekaristi,
karena ini hanyalah tubuh Tuhan Kita Yesus Kristus dan hanya satu piala untuk
persatuan dengan darah-Nya dan hanya satu Altar”(Martasudjita, 2005:249).
sendiri, yakni Yesus Kristus yang telah mempersembahkan diri dalam Roti dan
anggur Ekaristi.
Santo Yustinus Martir (sekitar tahun 165) memandang Ekaristi sebagai
suatu ibadah atau liturgi Kristiani. Bagi Yustinus Ekaristi adalah Kurban Rohani
Sebab Ekaristi merupakan doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi
sebagai pujian Syukur merupakan jurban kepada Allah, kenangan akan
penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan. Yustinus yakin bahwa
santapan Ekaristi adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri
(Martasudjita, 2005: 250).
Menurut santo Ireneus Lyon (sekitar tahun 202), Ekaristi pertama-tama
adalah kurban pujian syukur. Dalam Ekaristi diungkapkan pujian syukur atas
penciptaan, dan atas penebusan Yesus Kristus. Adapun tujuan makanan Ekaristi
adalah penyampaian Sang Logos. Artinya dengan menerima santapan Ekaristi
orang disatukan dalam kebersamaan abadi dengan Yesus Kristus
(Martasudjita, 2005:250-251).
Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
Ekaristi dalam pandangan Perjanjian Lama ialah Perayaan karya Keselamatan
Allah dalam suatu perayaan syukur yang dilakukan oleh Bangsa Israel yang
berhasil keluar dari Mesir. Perayaan Syukur itu berupa perjamuan makan
(Paskah), yang dilakukan dengan mempersembahkan Roti tak Beragi dan
kambing atau domba ke dalam Bait Allah untuk dipersembahkan Oleh Imam,
disantap secara berkelompok. sedangkan Ekaristi pada jaman Yesus dan
pandangan para Bapa Gereja dapat disimpulkan sebagai perayaan Syukur atas
karya Keselamatan Allah dan pengampunan dosa yang telah hadir melalui diri
Yesus. Ekaristi sebagai kenangan akan perjamuan malam terakhir Yesus bersama
dengan para Rasul, dan kenangan akan Penderitaan Yesus, akan penciptaan dan
penebusan, melalui tubuh dan darahNya yang disimbolkan melalui Roti dan
Anggur yang telah Ia berkati, dipecah dan dibagikan kepada para murid.
2. Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK)
Rubiyatmoko (2001:144) mengatakan bahwa dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK), sakramen Ekaristi dibicarakan cukup panjang lebar, yaitu 61 kanon (897 - 958). Pembahasan Sakramen Ekaristi dalam KHK dapat ditemukan
dalam judul buku III, buku IV tentang tugas Gereja yang menguduskan.
Sakramen Ekaristi merupakan sakramen ketiga dan terakhir untuk suatu inisiasi
kristiani yang penuh
Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya Kristus
Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja
selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan
Tuhan, dimana Kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh
ibadat dan kehidupan kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan
Sedangkan sakramen-sakramen lain dan semua karya kerasulan gerejawi melekat
erat dengan Ekaristi mahakudus dan diarahkan kepadanya.
Adapun isi kanon 897 meninjau Ekaristi dari dua aspek, yaitu aspek
teologis dan aspek Yuridis. Ditinjau dari aspek teologis, Ekaristi merupakan
puncak dan pusat seluruh kehidupan Kristiani, baik bagi Gereja universal
maupun bagi komunitas local umat beriman. Melalui ekaristi mengalirlah
kesejahteraan rohani Gereja, dalam arti bahwa melalui sakramen ini Kristus
sendiri memberikan kehidupan kepada manusia dan melalui Ekaristi pula
manusia disegarkan dan dikuduskan (PO, art. 5).
Rubiyatmoko (2001: 145) lebih lanjut menjelaskan bahwa bila ditinjau
dari aspek yuridis, Ekaristi merupakan salah satu unsur structural yang perlu dan
tak terelakkan bagi komunitas umat beriman. Kristus sendiri telah mengadakan
kurban Ekaristi dari tubuh dan darah-Nya sendiri dan telah mempercayakannya
kepada Gereja, sebagai sarana untuk mengaktualisasikan kaurban salib-Nya.
Gereja tidak mungkin dipisahkan dari Ekaristi, Gereja mengungkapkan secara
penuh pengakuan imannya. Melalui Ekaristi, Gereja dibangun dan ditampakkan.
Karena itu terlibat dalam perayaan Ekaristi berarti terlibat dalam kehidupan dan
kesatuan Gereja Seluruhnya. Perayaan Ekaristi merupakan aktivitas Sakramental,
juga tindakan yuridis, karena mengungkapkan kesatuan sacramental dengan
Maka dari pengertian dan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa Ekaristi aadalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan,
menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang terwujud dalam
diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya.
3. Makna Sakramen Ekaristi
a. Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang sehabis - habisnya
Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas
kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam injil Yoh 13:1 yang
berbunyi”sementara itu sebelum hari raya paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa
saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia
senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi
sampai kepada kesudahannya”. Ia memberikan pelayanan dengan kasih yang
sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-Murid-Nya tanpa batas dan menyanyangi
mereka samapai pada kesudahan dan rela memberikan nyawa-Nya demi
keselamatan para Murid serta seluruh umat beriman.
Wafat Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada para
murid serta seluruh manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri
di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Ia
memiliki jiwa perngorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang
Yesus memberikan anugrah cinta kasih yang tanpa batas kepada para
murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan
keselamatan bagi semua orang. Oleh karena itu untuk mengenang anugrah-Nya
Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi
suatu kenangan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah
(Martasudjita, 2005: 295-296).
b. Ekaristi sebagai Perjamuan yang mempersatukan Umat dengan Allah, umat dengan umat
Konsili vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah
(Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili vatikan II tentang Liturgi, 47). Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi menjadi
tempat untuk menngenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang
berakhir dengan wafat dan kebangkitanNya( Martasudjita, 2005:297 - 298).
Pada zaman dulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang paling
mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah
(Grun, 1998:29). Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan
mengajak para Murid serta seluruh umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya
menjadi satu kesatuan keluarga besar. Hal ini menjadi tanda bahwa Allah peduli
dengan umat dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan.
dengan orang lain. Perjamuan Ekaristi memberikan kedamaian, kesadaran,
kesembuhan dan kerinduan untuk bersatu dengan Allah.
Oleh karena itu umat yang menngikuti perjamuan/perayaan Ekaristii
diajak untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh Kudus (Koinonia).
Koinonia adalah suatu bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dalam
terang Roh Kudus. Konstitusi dogmatis konsili vatikan II tentang Gereja (LG 7)
menyatakan demikian “ dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta
dalam tubuh Tuhan; maka kita pun diangkat untuk bersama – sama bersatu
dengan Dia dan bersatu antara kita”. Hal ini menjadi tempat persatuan antara
umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah
sendiri selalu hadir ditengah hidup umat dalam setiap perkumpulan yang
melibatkan kehadiranNya (Martasudjita, 2005: 358). Hal ini dapat kita lihat ketika
Tuhan Yesus bersabda “ sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam
nama-Ku disitu aku ada ditengah – tengah mereka (Matius 18:20).
c. Ekaristi sebagai Permohonan Seruan Datang-Nya Karunia Roh Kudus (Epiklese)
Epiklese merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung ( DSA). Hal
ini merupakan faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana
dalam diri Yesus Kristus. Keselamatan yang terjadi tidaklah datang begitu saja
Kuduslah yang membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang
beriman. Pada waktu perayaan Ekaristi yaitu saat DSA (Doa Syukur Agung)
Imam dan umat berdoa bersama memohon kepada Allah supaya menguduskan
persembahan yang berupa roti dan anggur melalui Roh-Nya agar menjadi Rubuh
dan darah Kristus. Disinilah karunia Roh Kudus sungguh bekerja dan
memberikan hidup bagi Umat-Nya yang telah dikasihi oleh Allah. Bekat karya
Roh Kudus rencana Keselamatan Allah sungguh – sungguh terjadi dalam diri
Kristus dan di dalam Gereja (Martasudjita, 2005:357-358).
Epiklese bukan hanya sekedar doa permohonan untuk Roh kudus supaya
turun untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus.
Epiklese juga mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh
Kuduslah umat Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah
melalui tubuh dan darah Kristus. Maka dengan demikian umat yang telah
dikuduskan melalui karya Roh Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan
Allah dan umat menjadi buah karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala
perbuatan yang baik (Martasudjita, 2005:358).
d. Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus
Di dalam injil Yohanes 1:39 Yesus bersabda:” Marilah dan kamu akan
melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu
mereka tinggal bersama - sama dengan Dia” Yesus mengundang para murid
dalam persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami,
merasakan menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus.
Maka dengan demikian para Murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal
bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan dalam
mewartakan kabar gembira keseluruh dunia (Martasudjita,2012:21).
Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam
Ekaristi Yesus menjadi roti hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti hidup ini
memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada. Melalui Ekaristi umat
diajak untuk masuk dan bersatu di dalalm misteri Ekaristi, yakni mengenangkan
misteri wafat dan kebangkitanNya. Peristiwa tinggal bersama kristus terwujud
dalam penyambutan Komuni suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh
dan darah-Nya dalam komuni suci menjadi tanda bahwa kita” tinggal di dalam
Kristus dan Kristus di dalam kita” (Martasudjita, 2012:23)
e. Ekaristi sebagai Sumber Untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Dalam Menghadaapi Persoalan Hidup
Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekarisi
umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup sehari –
hari (Martasudjita, 2012:57). Sebagai orang Kristiani di dalam kehidupan sehari
– hari tentunya memiliki permasalahan hidup yang sangat Kompleks. Kita
tentunya ingin keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk itulah
menimba kekuatan dari Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada.
Selain itu juga kita dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar
gembira dari Allah kepada seluruh bangsa khususnya sesama yang ada disekitar
kita. Untuk itulah kita tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya campur tangan
Allah.
f. Ekaristi Sebagai sumber dan puncak Kehidupan Gereja
Martasudjita (2003; 297) mengatakan bahwa, Ekaristi tidak hanya pusat
seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja.
Dalam hal ini LG art 11 (Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili vatikan II tentang Gereja ) mengatakan demikian :
“Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri
sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua
menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam
persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur,
melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah
memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci,
mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh
sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan
secara mengagumkan.”
Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani‟
memisahkan Ekaristi dengan Kehidupan sehari - hari. Hidup sehari – hari
memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Dari
Ekaristilah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup
orang Kristiani dalam mengarungi suka duka kehidupannya. Selain itu Ekaristi
juga menjadi puncak dari seluruh kegiatan umat Kristiani. Artinya, semua bidang
kehidupan yang dijalani umat Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi
sebagai puncaknya.
4. Unsur – unsur Sakramen Ekaristi
Sakramen Ekaristi memiliki Empat unsur utama, yaitu sarana yang
digunakan, rumusan doa yang diucapkan, pelaksana Sakramen, dan penerima
Sakramen ( www.carmelia.net).
a. Sarana yang digunakan
Sarana yang digunakan dalam perayaan Sakramen Ekaristi adalah roti dan
anggur. Penggunaan sarana ini bersumberkan pada tradisi, baik dari Perjanjian
Lama maupun Perjanjian Baru yang memiliki arti yang mendalam dalam
penggunaan roti dan anggur untuk acara ibadat.
Tanda ini pada jaman Perjanjian Lama, dipakai oleh Melkisedek yang
adalah raja dan imam. Dia membawa roti dan anggur sebagai tanda
persembahannya sendiri (Kej 14:18). Selain itu dalam Perjanjian Lama, roti
dari roti Sabda Allah (Ul, 8:3). Sedangkan pesta anggur dalam Perjanjian Lama,
mempunyai arti eskatologis, yaitu penantian mesianis akan pembangunan kembali
Yerusalem.
b. Rumusan Doa yang Diucapkan
Rumusan doa yang diucapkan yaitu yang terdapat dalam doa konsekrasi
dalam Perayaan Ekaristi: “Terimalah dan makanlah...” dan “Terimalah dan
minumlah...” Pada waktu imam mengucapkan doa ini sambil mengangkat roti
dan kemudian mengangkat piala yang berisikan anggur, saat itulah roti berubah
menjadi Tubuh Kristus dan anggur dalam cawan berubah menjadi Darah Kristus.
c. Pelaksana Sakramen
Pelaksana Sakramen disebut juga pelayan Sakramen. Mereka adalah para
Uskup dan Imam, yaitu yang sudah menerima Sakramen Imamat.
d. Penerima Sakramen
Siapakah penerima Sakramen? Penerima Sakramen adalah semua orang
Kristen Katolik yang sudah dibaptis. Identifikasi roti dengan Tubuh-Nya dan
anggur dengan Darah-Nya menunjukkan kehendak Yesus untuk hadir secara
nyata dalam roti dan anggur. Melalui Konsili Trente, perubahan dalam perayaan
Ekaristi ini dijelaskan dengan istilah transubstansiasi. Artinya dalam konsekrasi,
substansi atau bahan roti diubah ke dalam substansi Tubuh Kristus dan substansi
kekuatan Sabda-Nya dan karena kekuatan Roh Kudus, yang tidak berubah adalah
rupa, warna, berat, rasa, dan bentuk dari roti dan anggur itu.
Kehadiran Kristus dalam Ekaristi ini dimulai dari saat konsekrasi dan
berlangsung selama rupa Ekaristi itu ada. Setiap rupa, baik roti maupun anggur,
dalam setiap bagiannya tercakup seluruh Kristus sehingga pemecahan roti tidak
membagi Kristus. Barang siapa menerima roti atau anggur berarti menerima
Kristus yang utuh.
5. Liturgi Sakramen Ekaristi
Misa adalah perayaan Ekaristi dalam ritus liturgi Barat dari Gereja
Katolik Roma, tradisi Anglo - Katolik dalam Gereja Anglikan, dan beberapa
Gereja Lutheran. Istilah Misa berasal dari kata bahasa Latin kuno missa yang
secara harafiah berarti pergi berpencar atau diutus. Kata ini dipakai dalam
rumusan pengutusan dalam bagian akhir Perayaan Ekaristi yang berbunyi "Ite, missa est" (Pergilah, tugas perutusan telah diberikan) yang dalam Tata Perayaan Ekaristi di Indonesia dipakai rumu bsan kata-kata "Marilah pergi kita diutus.
Adapun tata liturgi Perayaan Ekaristi menurut TPE (Tata Perayaan
PEMBUKAAN
• Lagu Pembukaan
• Pemberian Salam dengan kata pembukaan
• Pernyataan Tobat dengan: “Tuhan kasihanilah kami”
• Doa Kemuliaan (peringatan hari besar)
• Doa Pembukaan
LITURGI SABDA
• Bacaan I (Perjanjian Lama) ; ( Bacaan harian )
• Mazmur Tanggapan
• Bacaan II (Perjanjian Baru) ; ( hari Minggu / hari Raya )
• Alleluia dengan Bait pengatar Injil
• Bacaan III (Injil)
• Homili
• Aku Percaya
• Doa Umat
LITURGI EKARISTI
• I. Persembahan
Mempersiapkan Persembahan (kolekte dan arak-arakan)
Doa Persembahan
• II. Doa Syukur Agung
Doa Ekaristi (dengan Konsekrasi dan Anamnese)
• III. Komuni
Doa Bapa Kami
Salam Damai
Anak Domba Allah (dengan pemecahan Hosti)
Menyambut Komuni
Syukur
Doa sesudah Komuni
PENUTUP
• Pengumuman
• Pengutusan
C. Perkembangan Hidup Rohani 1. Pengertian Hidup Rohani
Kata Rohani berasal dari kata Ibrani “ ruah” yang berarti nafas. Adanya
hidup dalam tubuh manusia sering dihubungkan dengan adanya nafas sehingga
manusia sebagai mahluk rohani berarti manusia sanggup berhubungan dengan
Sang Sumber hidupnya. Makna rohani lebih dipusatkan pada kesanggupan untuk
berhubungan dengan Tuhan atau menyadari kehadiran Yang Ilahi dalam
hidupnya. Oleh karena itu manusia dipanggil untuk mengenal Dia yang hadir
“Roh”(Spirit). Roh mengacu pada keseluruhan diri sejati. Diri kita tercermin
dalam sikap dan relasi terhadap Tuhan. Aspek rohani menyangkut segala sesuatu
yang bersifat “Immaterial” dan tak terlihat secara fisik, karena itu kehidupan
Rohani menyangkut sikap hati, jiwa atau roh secara keseluruhan terhadap Tuhan
(Hidya Tjahya, 2011:60)
Hidup Rohani merupakan relasi Pribadi dengan Tuhan (Hidya Tjahya,
2011:62), karena itu, tanggungjawab setiap pribadi untuk menjalin relasi yang
terus menerus dengan Tuhan, karena pada akhirnya setiap pribadi harus
mempertanggungjawabkan hidup rohaninya kepada Tuhan. Hidup Rohani
merupakan sebuah relasi kasih dengan Tuhan sehingga perlu mengutamakan
Tuhan dan kasih-Nya, karena Tuhan adalah pencipta dan mahakuasa.
Maka Hidup Rohani merupakan salah satu aspek terpenting dalam
kehidupan manusia karena menyangkut tujuan hidup manusia di dunia. Hidup
rohani menjadi landasan kehidupan manusia. Hidup Rohani adalah hidup yang
pada dasarnya merupakan dialog terus menerus antara Allah dan pribadi manusia
secara pribadi. Dialog tersebut dapat dilakukan melalui Perayaan Ekaristi, Doa,
Refleksi,bacaan Rohani, Doa Rosario dan segala kegiatan dilakukan umat
2. Aspek – aspek hidup Rohani
Hidup Rohani merupakan suatu proses yang perlu diperjuangkan
terus-menerus oleh setiap orang Kristen agar bertumbuh dan berkembang dalam
mencapai kesempurnaan hidup. Dalam memperjuangkan kematangan hidup
rohani, setiap pribadi hendaknya selalu mengandalkan Roh Allah untuk
membimbing dan menyertainya. Agar dapat memperjuangkan dan
mengembangkan kematangan hidup rohani, maka dapat dilakukan dengan cara
Adorasi Ekaristi, melatih hidup doa, Refleksi, Bacaan Rohani, Devosi, Doa
Rosario;
a. Adorasi Ekaristi
Adorasi atau pujian kepada sakramen Mahakudus merupakan praktek
devosi sembah sujud di hadapan sakramen Mahakudus. Pentahtaan sakramen
Maha kudus muncul hubungannya dengan kerinduan umat beriman untuk
memandang Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus (Martasudjita,
2005:424).
Tujuan adorasi kepada sakramen Mahakudus ialah sembah sujud kepada
Tuhan Yesus Kristus yang hadir dalam Ekaristi dan sekaligus untuk menyatukan
hati dengan Yesus yang hadir dalam sakramen Mahakudus. Namun perlu disadari
bahwa puncak kesatuan dengan Tuhan yang hadir dalam Ekaristi pertama-tama
terjadi dalam Komuni Kudus saat perayaan Ekaristi. Dan bilamana kaum
Beriman menghormati Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus,
b. Hidup Doa
Doa pada dasarnya berarti mengangkat hati, mengarahkan hati kepada
Tuhan, menyatakan diri sebagai anak Allah dan mengakui Allah sebagai Bapa.
Doa pertama – tama adalah suatu peryataan iman di hadapan Allah maka doa
tidak pernah dil