• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam rangka menanggapi panggilan sebagai katekis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam rangka menanggapi panggilan sebagai katekis."

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS. Judul skripsi ini dipilih bertolak dari pengalaman penulis selama menjalankan dan mengalami proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK. Pihak kampus memang benar-benar mendukung dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi katekis. Hal demikian tampak dalam kegiatan-kegiatan yang melekat pada mata kuliah tertentu yang mengharuskan mahasiswa untuk terlibat langsung di tengah kehidupan jemaat. Namun demikian, penulis melihat masih banyak mahasiswa yang belum mampu menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis atau guru agama. Hal ini disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi IPPAK hanya sebatas tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua, semata-mata hanya ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya kesadaran diri dan motivasi yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam menjalankan proses kuliahnya dan keterlibatannya dalam kehidupan menggereja.

Kegiatan hidup menggereja merupakan hal yang amat penting dalam kehidupan calon katekis. Untuk mengetahui kontribusi kegiatan hidup menggereja penting bagi calon katekis, penulis tempuh dengan mengadakan penelitian di lapangan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Prodi IPPAK tahun ajaran 2015/2016 pada angkatan 2010 dan 2011. Alasan penulis memilih mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 karena mereka telah menempuh dan mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK dengan melaksanakan semua mata kuliah praktek yang diprogramkan oleh kampus. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kegiatan hidup menggereja memberikan kontribusi bagi mahasiswa-mahasiswi yang secara khusus mereka terbantu dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis dan semakin dikembangkan dalam iman. Namun demikian, berdasarkan pengakuan mereka ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai katekis walaupun mereka sudah mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan yang diprogramkan oleh kampus.

(2)

ABSTRACT

The title of this thesis is THE ROLE OF THE CATHOLIC RELIGIUS EDUCATION STUDENTS INVOLVEMENT IN CHURCH LIFE TO RESPOND THE CALLING AS CATECHISTS. This title was chosen based on the author's experiences the study in the dynamics of the process of studying in Catholic Religious Education Study Program department. The campus is really supportive and prepares the students to become catechists. Its thuss appears in the activities inherent to the specific courses that require students to engage directly in the center of community life. Nevertheless, the authors still believes that many students have not been able to realize the vocation as catechists. Even some students who still deny themselves do not want to become catechists or teachers. This is due to their motivation in studying in study on the this study program only limited to the demand or the choice of majors that are determined by parents, and merely wante to study to have status, etc. Lack of self-awareness and a strong motivation affects prospective catechists in talking parts in the college process and involvement in church life.

Church life activities are very important in the life of the prospective catechists. To determine the contribution of church life is important for prospective catechists, by conducting a research in the field. The study was conducted by distributing questionnaire to the students of the academic year 2015/2016 batch 2010 and 2011. The reason the author chose these batch of 2010 and 2011 was because they have been through and experienced the whole process of dynamic lectures in The Study Program to implement all practical courses programmed by the study program. Based on the research, the data showed that activity church life contributes to the students in responding to their calling as catechists and further developing the faith. However, based on the research data a number of the students do not appreciate the earnest vocation as catechists even though they have experienced the whole process of dynamic lectures programmed by the study program.

(3)

i

PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Maria Jajar Anur Arsuma NIM: 111124016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

orangtuaku Bernadus Sudarisman dan Anna Tatik Haryati

kembaranku Agnes Jajar Anur Umastuti, dan adikku Cicilia Novia Tri Risdiana yang selalu mendukung, menyertai serta selalu mendoakan dalam usaha dan

(7)

v MOTTO

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”

(Ams 17:22)

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS. Judul skripsi ini dipilih bertolak dari pengalaman penulis selama menjalankan dan mengalami proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK. Pihak kampus memang benar-benar mendukung dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi katekis. Hal demikian tampak dalam kegiatan-kegiatan yang melekat pada mata kuliah tertentu yang mengharuskan mahasiswa untuk terlibat langsung di tengah kehidupan jemaat. Namun demikian, penulis melihat masih banyak mahasiswa yang belum mampu menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis atau guru agama. Hal ini disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi IPPAK hanya sebatas tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua, semata-mata hanya ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya kesadaran diri dan motivasi yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam menjalankan proses kuliahnya dan keterlibatannya dalam kehidupan menggereja.

Kegiatan hidup menggereja merupakan hal yang amat penting dalam kehidupan calon katekis. Untuk mengetahui kontribusi kegiatan hidup menggereja penting bagi calon katekis, penulis tempuh dengan mengadakan penelitian di lapangan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Prodi IPPAK tahun ajaran 2015/2016 pada angkatan 2010 dan 2011. Alasan penulis memilih mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 karena mereka telah menempuh dan mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK dengan melaksanakan semua mata kuliah praktek yang diprogramkan oleh kampus. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kegiatan hidup menggereja memberikan kontribusi bagi mahasiswa-mahasiswi yang secara khusus mereka terbantu dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis dan semakin dikembangkan dalam iman. Namun demikian, berdasarkan pengakuan mereka ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai katekis walaupun mereka sudah mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan yang diprogramkan oleh kampus.

(11)

ix ABSTRACT

The title of this thesis is THE ROLE OF THE CATHOLIC RELIGIUS EDUCATION STUDENTS INVOLVEMENT IN CHURCH LIFE TO RESPOND THE CALLING AS CATECHISTS. This title was chosen based on the author's experiences the study in the dynamics of the process of studying in Catholic Religious Education Study Program department. The campus is really supportive and prepares the students to become catechists. Its thuss appears in the activities inherent to the specific courses that require students to engage directly in the center of community life. Nevertheless, the authors still believes that many students have not been able to realize the vocation as catechists. Even some students who still deny themselves do not want to become catechists or teachers. This is due to their motivation in studying in study on the this study program only limited to the demand or the choice of majors that are determined by parents, and merely wante to study to have status, etc. Lack of self-awareness and a strong motivation affects prospective catechists in talking parts in the college process and involvement in church life.

Church life activities are very important in the life of the prospective catechists. To determine the contribution of church life is important for prospective catechists, by conducting a research in the field. The study was conducted by distributing questionnaire to the students of the academic year 2015/2016 batch 2010 and 2011. The reason the author chose these batch of 2010 and 2011 was because they have been through and experienced the whole process of dynamic lectures in The Study Program to implement all practical courses programmed by the study program. Based on the research, the data showed that activity church life contributes to the students in responding to their calling as catechists and further developing the faith. However, based on the research data a number of the students do not appreciate the earnest vocation as catechists even though they have experienced the whole process of dynamic lectures programmed by the study program.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Mahabaik, karena berkat kasih setia-Nya dan penyertaan-setia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan perhatian, memberi sumbangan pemikiran, bersedia meluangkan waktu, membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) sekaligus dosen penguji kedua, yang telah membantu, mengarahkan serta memotivasi penulis selama perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini. 3. Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen penguji ketiga, yang

(13)

xi

4. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi, yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian di Prodi PAK.

5. Segenap romo, bapak, dan ibu dosen, serta karyawan-karyawati Prodi PAK-USD Yogyakarta yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan kuliah.

6. Orangtua, adik, serta keluarga besar penulis, yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

7. Segenap teman-teman responden mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 yang telah bersedia membantu penulis memperoleh data dengan mengisi kuesioner penelitian.

8. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memberi dorongan, semangat dan perhatian kepada penulis selama kuliah, berjuang dan melangkah bersama. 9. Sahabatku (Sr. Festina Asnawati Mendrόfa. Sr. Emiliana Takndare, Sr.

Margareta Danawati, Stefanie Bui Moron, dan Theresia Sri Rahayu) yang selalu memberi semangat, mengingatkan, dan setia menemani penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

10. Ade Mardiana yang setia menemani, selalu mengingatkan, memberi semangat, dan membantu penulis selama kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini.

(14)
(15)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ...xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penulisan ... 6

D.Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS DAN KETERLIBATAN KATEKIS DALAM HIDUP MENGGEREJA ... 9

A.Katekis sebagai Panggilan Allah ... 9

1. Pengertian Panggilan ... 10

2. Pengertian Panggilan menurut Kitab Suci ... 10

3. Pengertian Panggilan sebagai Katekis... 12

B.Peran Seorang Katekis ... 13

C.Spiritualitas Katekis ... 15

(16)

xiv

a. Keterbukaan terhadap Allah Tritunggal ... 16

b. Keterbukaan terhadap Gereja ... 16

c. Keterbukaan terhadap Dunia ... 17

2. Keutuhan dan Keaslian Hidup... 18

3. Semangat Misioner ... 18

4. Devosi Kepada Bunda Maria ... 19

D.Katekis dalam Hidup Menggereja ... 19

1. Dinamika Hidup Menggereja ... 20

a. Pewartaan (Kerygma) ... 21

b. Liturgi (Liturgi) ... 21

c. Persekutuan (Koinonia) ... 22

d. Pelayanan (Diakonia) ... 23

2. Keterlibatan Katekis dalam Hidup Menggereja ... 23

a. Keterlibatan Katekis dalam Tugas Pewartaan Kabar Gembira (Kerygma) ... 24

b. Keterlibatan Katekis dalam Perayaan Iman (Liturgi) ... 31

c. Keterlibatan Katekis dalam Persekutuan Orang Beriman (Koinonia)... 32

d. Keterlibatan Katekis dalam Pelayanan Iman (Diakonia) ... 33

BAB III. PENELITIAN TENTANG PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ... 34

A. Gambaran Umum Prodi IPPAK... 34

1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK ... 34

2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi IPPAK ... 37

3. Beberapa Bentuk Kegiatan dan Perkuliahan Mahasiswa Prodi IPPAK untuk Memupuk Panggilan sebagai Katekis... 39

a. Pembinaan Spiritualitas ... 40

b. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Pradnyawidya ... 41

c. Dirigen ... 42

d. Pendidikan Iman Anak (PIA) ... 43

(17)

xv

f. PPL Pendidikan Menengah ... 44

g. PPL PAK Paroki ... 45

h. PPL Pendidikan Kader ... 45

i. KBP (Karya Bakti Paroki) ... 46

B.Metodologi Penelitian ... 46

1. Latar Belakang Penelitian ... 46

2. Rumusan Permasalahan... 48

3. Tujuan Penelitian... 48

4. Manfaat Penelitian... 49

5. Jenis Penelitian ... 49

6. Variabel Penelitian ... 50

7. Instrumen Penelitian ... 51

8. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51

9. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

10. Teknik Analisis Data ... 52

C.Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

1. Identitas dan Latar Belakang Responden ... 53

2. Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ... 56

a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ... 58

b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ... 60

3. Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ... 62

a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ... 64

b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ... 65

4. Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja ... 67

(18)

xvi

b. Pembahasan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung

Keterlibatan Hidup Menggereja ... 72

5. Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja ... 73

a. Laporan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja ... 76

b. Pembahasan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja ... 79

6. Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis ... 82

D.Kesimpulan Hasil Penelitian ... 83

BAB IV.USULAN KEGIATAN REKOLEKSI BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN AKAN PANGGILAN DAN PERANNYA SEBAGAI KATEKIS ... 87

A.Latar Belakang Kegiatan... 87

B.Rumusan Tema dan Tujuan ... 88

C.Peserta ... 89

D.Waktu Pelaksanaan ... 90

E. Model Pelaksanaan ... 90

F. Matriks Program Kegiatan Rekoleksi ... 92

G.Contoh Persiapan Kegiatan Rekoleksi Sesi III ... 95

BAB V. PENUTUP ... 107

A.Kesimpulan ... 107

B.Saran ... 109

1. Bagi Seluruh Mahasiswa Prodi IPPAK ... 109

2. Bagi Prodi IPPAK ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN ... 113

Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ... (1)

(19)

xvii

Lampiran 3: Contoh Isian Kuesioner ... (8)

Lampiran 4: Cerita “Keinginan menjadi Kristen Katolik” ... (16)

Lampiran 5: Lagu “Kau Dipanggil Tuhan” ... (17)

(20)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Variabel Penelitian………. 50 Tabel 2: Identitas dan Latar Belakang Responden (N=40)……….. 54 Tabel 3: Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis (N=40)…….. 56 Tabel 4: Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan

sebagai Katekis (N=40)……….. 62 Tabel 5: Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler

yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja (N=40)…... 68 Tabel 6: Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup

Menggereja (N=40)………... 74

Tabel 7: Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai

(21)

xix

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA: Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

AG: Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.

CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.

EN: Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil pada Jaman Modern, 8 Desember 1975.

KHK: Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

(22)

xx C. Singkatan Lain

AKKI : Akademik Kateketik Katolik Indonesia Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

Depdikbud : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DIY : Daerah Istimewa Yogyakarta

Dsb : Dan sebagainya

FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama FKIP : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kan : Kanon

Komkat : Komisi Kateketik

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia

LPTK : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Mendikbud : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan OSMARU : Orientasi Mahasiswa Baru

PAK : Pendidikan Agama Katolik PNS : Pegawai Negeri Sipil Prodi : Program Studi PS : Puji Syukur

PSM : Paduan Suara Mahasiswa SD : Sekolah Dasar

SJ : Serikat Jesus

STFK : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik UKM : Unit Kegiatan Mahasiswa

(23)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi

pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit (Kis 2:1-13) untuk menerima pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlahnya kira-kira bertambah tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Dengan bertambahnya umat yang dibaptis pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayan/murid untuk menjamin iman mereka.

Seiring dengan perkembangan zaman, umat kristiani juga mengalami perkembangan yang sangat luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pada awalnya umat kristiani mendapat pelayanan dari kaum klerus, biarawan/biarawati, dan imam. Tetapi dengan melihat situasi semakin bertambahnya jumlah umat kristiani tersebut, maka sangat dibutuhkan tambahan sebagai pelayan pastoral untuk membantu mendampingi umat. Dengan demikian keterlibatan kaum awam sangatlah diharapkan. Salah satu bentuk keterlibatan kaum awam Konsili Vatikan II menegaskan:

(24)

Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus, yakni sebagai imam, nabi, dan raja (Prasetya, 2007: 21). Salah satu wujud nyata dari keterlibatan kaum awam dalam pelayan pastoral adalah menjadi seorang katekis. Dalam praktek misi yang sebenarnya, panggilan katekis bersifat khusus, yakni untuk tugas katekese dan umum, untuk bekerja sama dalam pelayanan kerasulan apa saja yang berguna untuk membangun Gereja (Komisi Kateketik KWI, 1997: 15). Ada bermacam-macam bentuk pelayanan sabda, salah satunya adalah katekese. Telaumbanua (1999: 5) menyatakan katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam katekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan dengan maksud menghantar umat yang lain memasuki kepenuhan hidup Kristen.

Sebagai salah satu bentuk pelayanan sabda, kegiatan katekese senantiasa menyentuh seluruh kalangan jemaat, mulai dari anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman (CT, art. 18). Dalam prosesnya, katekese selalu mengalami tantangan dan katekese juga perlu ada pembaharuan yang bersifat terus-menerus agar proses katekese tidak kehilangan rohnya. Pelaku sekaligus pewarta sabda Allah dalam proses katekese ini disebut dengan katekis.

(25)

berjubah (Prasetya, 2007: 14). Konsep Gereja yang demikian sangat mempengaruhi proses katekese yang terjadi di tengah kehidupan jemaat. Dalam perkembangan zaman selanjutnya, Gereja mulai membuka diri kepada seluruh umat beriman. Maka muncullah suatu gerakan yang terwujud dalam bentuk Konsili Vatikan II. Gereja sekarang lebih-lebih dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik.

Setelah Konsili Vatikan II, patut disyukuri bahwa Gereja bukan lagi dipahami sebagai kesatuan organisatoris dan bersifat yuridis, tetapi Gereja lebih sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik sehingga kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik sungguh menjadi tugas dan tanggungjawab bersama, yang secara khusus bagi kaum awam, yaitu katekis. Kinerja atau tugas para katekis pertama-tama pada bidang kerygma atau pewartaan. Katekis perlu menyadari bahwa tugas yang dipercayakan kepadanya itu adalah perintah Yesus sendiri yaitu “Pergilah jadikanlah semua bangsa murid

-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh -Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat

28:19-20). Dalam Injil Markus 16:15-16 Yesus memerintahkan: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.”

Adapun bentuk-bentuk nyata tugas pewartaan yang dilakukan oleh katekis adalah berkatekese, berbagi pengalaman hidup kristiani, dan penghayatan hidup beriman (AG, art. 15).

(26)

hanya memiliki pengetahuan yang tinggi, tetapi menuntut juga kesaksian hidup dan penghayatan iman pribadi seorang katekis. Pembinaan pribadi sebagai pewarta dapat dikembangkan terus menerus melalui kehidupan rohaninya. Percuma saja apabila seorang pewarta pandai dan berpengetahuan tinggi tetapi kehidupan rohaninya kurang karena dapat mempengaruhi pelayanannya dan bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapan umat pada masa kini. Dengan cara-cara dan usaha membina diri itulah, seorang katekis akan sanggup mencerminkan Sabda yang diwartakannya dan bukannya mengutamakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya (Komisi Kateketik Keuskupan Padang, 1988: 7).

(27)

yang sederhana misalnya memimpin doa, memimpin lagu, membacakan bacaan Kitab Suci, memberi renungan atau peneguhan, dsb. Melalui pengalaman dari hal yang sederhana itulah, para calon katekis dapat belajar serta mempunyai keberanian untuk memimpin secara penuh kegiatan tersebut.

Walaupun Prodi IPPAK sudah membantu mempersiapkan para calon katekis sedemikian rupa, tetapi penulis melihat masih banyak mahasiswa yang

belum mampu menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada beberapa dari mahasiswa yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis

atau guru agama. Hal ini disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi IPPAK hanya sebatas tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua, semata-mata hanya ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya

kesadaran diri dan motivasi yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam keterlibatannya di kegiatan hidup menggereja, seperti malas terlibat dalam

kegiatan lingkungan, kegiatan gereja, malas pergi ke gereja bahkan doa-doa secara pribadi. Situasi ini sungguh memprihatinkan karena seharusnya sebagai calon katekis mampu menjadi panutan yang dapat diteladani oleh umat kristiani

lainnya dan melihat perannya yang besar di kegiatan hidup menggereja.

Disadari bahwa kesadaran akan panggilan sebagai pewarta tidak bisa

dilepaskan dari keterlibatan hidup menggereja. Atas dasar itu, penulis tertarik untuk menuliskan skripsi dengan judul PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU

(28)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan panggilan katekis dalam konteks hidup menjemaat?

2. Apa yang dimaksud dengan hidup menggereja?

3. Sejauhmana mahasiswa Prodi IPPAK sudah terlibat dalam hidup menggereja guna menanggapi panggilannya sebagai katekis?

4. Apa peranan kegiatan hidup menggereja bagi mahasiswa IPPAK dalam proses menanggapi panggilan sebagai katekis?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengertian panggilan katekis beserta tugas dan tanggung jawabnya.

2. Menjelaskan pengertian hidup menggereja.

3. Menguraikan bentuk-bentuk keterlibatan hidup menggereja mahasiswa dalam rangka menanggapi panggilannya sebagai katekis.

4. Menerangkan peranan kegiatan hidup menggereja bagi proses menanggapi panggilan sebagai katekis.

D. Manfaat Penulisan

(29)

1. Bagi mahasiswa IPPAK

Penulisan ini dapat menjadi masukan guna meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa agar semakin memantapkan dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis.

2. Bagi penulis

Mengkondisikan penulis untuk mampu berpikir secara kritis dan sistematis dalam menuangkan gagasan secara jelas dan baik. Menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pentingnya terlibat dalam hidup menggereja sehingga penulis semakin dimantapkan untuk menjadi seorang katekis.

3. Bagi Prodi IPPAK

Prodi IPPAK semakin menyadari pentingnya memberi support dan pendampingan sejak dini kepada mahasiswa melalui proses-proses kegiatan kuliah dalam rangka memupuk panggilan sebagai katekis.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan ini metode yang dipakai adalah deskriptif analisis yaitu mengambil data melalui kuesioner dan studi pustaka, kemudian data tersebut dianalisis, ditarik suatu kesimpulan serta merancang suatu program kegiatan rekoleksi sebagai upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa akan panggilan dan perannya dalam kegiatan hidup menggereja.

F. Sistematika Penulisan

(30)

Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan skripsi secara keseluruhan.

Bab II penulis menguraikan panggilan sebagai katekis dan keterlibatan katekis dalam hidup menggereja. Penulis membagi bab ini menjadi empat bagian antara lain katekis sebagai panggilan Allah, peran seorang katekis, spiritualitas katekis, dan katekis dalam hidup menggereja.

Bab III penulis menguraikan penelitian tentang peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi ilmu pendidikan kekhususan pendidikan agama katolik. Untuk menjelaskan bab ini, penulis membagi menjadi empat bagian antara lain gambaran umum Prodi IPPAK, metodologi penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan hasil penelitian.

Bab IV menguraikan latar belakang usulan kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa IPPAK sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan panggilan dan perannya sebagai katekis, rumusan tema dan tujuan, peserta kegiatan, waktu pelaksanaan, model pelaksanaan, matriks program kegiatan rekoleksi, dan contoh persiapan kegiatan rekoleksi sesi III.

(31)

BAB II

PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS DAN KETERLIBATAN KATEKIS DALAM HIDUP MENGGEREJA

Konsili Vatikan II yang diselenggarakan pada tahun 1962-1965, merupakan salah satu tonggak sejarah bagi Gereja dalam memasuki era baru. Melalui Konsili Vatikan II, Gereja mulai membuka pintu dan jendela lebar-lebar sehingga dapat melihat dunia secara lebih luas. Begitu juga sebaliknya, Gereja menerima masukkan-masukkan dari dunia. Dengan diadakannya Konsili Vatikan II Gereja mengalami penyegaran dan pembaharuan. Salah satu hasil dari penyegaran dan pembaharuan Konsili Vatikan II adalah dekrit tentang Kerasulan Awam (Apostolicam Actuositatem) yang berisikan ajaran Gereja tentang kaum awam dalam tugas sebagai pewarta Kabar Gembira.

Kita patut bersyukur juga dengan adanya penyegaran dan pembaharuan Konsili Vatikan II, Gereja tidak lagi dipahami sebagai kesatuan organisatoris dan bersifat yuridis, tetapi sekarang Gereja dipahami sebagai paguyuban umat beriman akan Yesus Kristus. Paguyuban umat beriman inilah yang disebut Umat Allah. Umat Allah adalah semua orang beriman, yang karena satu Tuhan, satu iman, satu baptisan (Ef 4:5) mempunyai martabat yang sama untuk mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan rajawi Yesus Kristus (Prasetya, 2007: 15).

A. Katekis sebagai Panggilan Allah

(32)

memenuhi misi khususnya yaitu mewartakan Kabar Gembira dan menyampaikan ajaran Katolik yang berpusatkan pada diri dan pribadi Yesus Kristus, yang tampak dalam sabda dan karya-Nya (Prasetya, 2007: 30). Sebagai kaum awam yang telah menerima perutusan dari Allah, diharapkan mau mengambil bagian juga dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai imam, nabi, dan raja (Prasetya, 2007: 21). Mengambil bagian dalam imamat Kristus dapat diwujudkan dalam keterlibatannya di kegiatan liturgi dan peribadatan, mengambil bagian dalam kenabian Kristus diwujudkan melalui keterlibatannya dalam kegiatan pewartaan, dan mengambil bagian dalam rajawi Kristus diwujudkan dalam kegiatan penggembalaan anggota Gereja (Prasetya, 2007: 22).

Dalam menguraikan katekis sebagai panggilan Allah, penulis membagi pembahasan ke dalam tiga bagian yang meliputi: pengertian panggilan, pengertian panggilan menurut Kitab Suci dan pengertian panggilan sebagai katekis.

1. Pengertian Panggilan

Panggilan berasal dari kata memanggil (vocatio, vocare) yang artinya masuklah seorang yang memanggil serta yang dipanggil, dan isi atau tujuan mengapa orang dipanggil. Yang memanggil ialah Allah sendiri, dan manusia yang menerima panggilan itu. Panggilan dapat dipahami sebagai undangan Allah kepada manusia supaya menyerahkan diri seluruhnya kepada pengabdian Ilahi (Beding, 1962: 5). Panggilan tersebut menunjukkan hasrat dan keinginan seseorang untuk mengabdikan hidupnya dalam pelayanan Allah.

2. Pengertian Panggilan menurut Kitab Suci

(33)

Dengan demikian, kita semua dipanggil-Nya mengikuti Dia yang sendiri merupakan “jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14:6). Meskipun banyak yang

dipanggil, namun hanya sedikit yang dipilih (Mat 22:14). Cara yang Yesus lakukan pertama kali yaitu mengumpulkan para murid bukan mereka yang memilih Dia, tetapi Yesus sendirilah yang memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya (Mrk 3:13). Para rasul mengambil bagian dalam hidup Yesus maupun dalam tugas-Nya, seperti kita baca dalam Injil Mrk 3:14 “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil.”

Sebagai utusan, para rasul juga diberi kuasa yang besar yakni “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan” (Mat 10:1). Segala sesuatu harus ditinggalkan untuk mengikuti Yesus

yang memanggil orang menjadi “murid”-Nya, menjadi pembantu-Nya dalam mewartakan Kerajaan Allah (Mrk 1:17-20; 2:14). Setelah Yesus wafat di kayu salib, bangkit dan terangkat ke surga, para rasul baru menjalankan tugas panggilannya yaitu mewartakan Injil (Dister, 1987: 125-126).

(34)

3. Pengertian Panggilan sebagai Katekis

Kata katekis berasal dari kata dasar katechein yang mempunyai beberapa arti: mengomunikasikan, membagi informasi, dan mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan iman (Indra Sanjaya, 2011: 16). Katekis adalah seorang awam yang dipilih secara khusus oleh Gereja untuk memperkenalkan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya sehingga menumbuhkan rasa cinta kepada-Nya sampai pada mereka mengikuti-kepada-Nya (Komisi Kateketik KWI, 1997: 17). Katekis adalah orang-orang yang dalam semangat Roh melibatkan diri dalam perluasan dan perwujudan Kerajaan Allah yang menjadi inti dari pewartaan Kristus (Komisi Kateketik KWI, 2005: 99).

Komisi Kateketik KWI (2005: 133) mengartikan katekis adalah orang beriman yang dipanggil secara khusus oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja melalui missio canonika (tugas perutusan) dari Gereja terutama dalam karya pewartaan Gereja untuk memperkenalkan, menumbuhkan, dan mengembangkan iman umat di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial. Sedangkan dalam KHK, kan. 785 dikatakan bahwa katekis adalah umat beriman kristiani awam yang sungguh-sungguh dibina dan unggul dalam kehidupan kristianinya, mereka itu di bawah bimbingan seorang misionaris, mencurahkan tenaganya di dalam pewartaan ajaran Injil dan dalam perayaan-perayaan liturgi serta karya amal kasih.

(35)

memperkenalkan Kristus melalui pewartaan ajaran Injil dan dalam perayaan liturgi serta dalam karya amal kasil, sehingga dapat menumbuhkan dan mengembangkan iman umat baik dalam komunitas basis, teritorial maupun kategorial.

B. Peran Seorang Katekis

Seorang katekis yang menyadari panggilannya tentu akan menyadari pula perannya dalam Gereja. Penulis melihat ada lima peran katekis dalam Gereja yang terlibat dalam perwujudan dan perluasan Kerajaan Allah di dunia.

Dalam bukunya Komisi Kateketik KWI (2005: 99-100) menyatakan bahwa:

Peran katekis yang pertama adalah berkatekese, artinya mewartakan visi communio yang dikehendaki Allah bagi umat manusia dan mencari langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan communio tersebut. Katekis yang benar adalah orang Kristen yang menghayati secara sungguh-sungguh kekristenannya sebagai bagian dari upaya Allah mewujudkan communio.

Dalam mewartakan visi, ia berperan mewartakan Yesus Kristus, baik bagi orang yang belum beriman maupun orang yang sudah beriman kepada-Nya. Mewartakan Yesus Kristus berarti mewartakan Kabar Gembira bagi semua orang secara berkesinambungan dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan sehingga mereka terasa terbantu untuk semakin mengenal, mencintai dan mengimani Yesus Kristus (CT, art. 20).

(36)

yang tidak hanya terdiri dari laki-laki, melainkan juga perempuan. Pereduksian Gereja pada kaum klerus dan pada kaum laki-laki perlu diatasi dengan membentuk dan menghadirkan para katekis laki-laki dan perempuan yang memiliki kepercayaan diri sebagai orang-orang yang mempunyai tanggungjawab dan komitmen terhadap kehidupan Gereja dan masyarakat. Dengan demikian, ada dua tuntutan bagi katekis yakni percaya diri dan berkomitmen. Percaya diri adalah sikap yang lahir dari kesadaran akan panggilan diri sebagai sarana perwujudan impian Allah bagi umat-Nya. Namun kepercayaan diri ini perlu dilengkapi dengan komitmen yang jelas di dalam karya. Komitmen berarti kesetiaan melaksanakan tanggung jawab, termasuk di dalamnya kesetiaan turut memikirkan bersama rencana pastoral dan ketelatenan melaksanakannya (Komisi Kateketik KWI, 2005: 100-101).

Ketiga, peran katekis dalam mencegah pereduksian kekristenan pada persoalan ibadah. Para katekis diharapkan menyadari dan menghargai martabatnya sebagai awam, dan tidak membatasi pekerjaannya pada urusan liturgi. Sehubungan dengan itu, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam (AA, art. 5) menyatakan bahwa:

Oleh sebab itu perutusan Gereja tidak saja membawakan warta Kristus dan rahmat-Nya kepada manusia, tetapi juga meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil. Jadi para awam yang melaksanakan perutusan Gereja ini, menjalankan kerasulannya baik di dalam Gereja maupun di dalam dunia, baik dalam tata rohani maupun dalam tata dunia.

(37)

semangat dan ketelatenan dalam pelayanan. Sebagai petugas pastoral dan juga anggota masyarakat, seorang katekis memiliki peluang untuk menyemangati masyarakat dengan semangat pelayanan yang menjiwainya (Komisi Kateketik KWI, 2005: 103).

Peran terakhir adalah peran untuk menghidupi pluralitas bidang pelayanan Gereja, baik internal maupun eksternal. Kenyataan menunjukkan bahwa para katekis dapat menjalankan profesi apa saja. Para katekis paroki yang sudah tidak bekerja lagi di paroki atau keuskupan, tetapi menekuni satu pekerjaan yang sama sekali berbeda, tetap merasa dan menyebut diri sebagai katekis. Hal ini didasarkan pada keyakinan dan komitmen akan panggilannya sebagai katekis (Komisi Kateketik KWI, 2005: 104-105).

C. Spiritualitas Katekis

(38)

1. Keterbukaan terhadap Tuhan, Gereja dan Dunia

Tugas katekis adalah menyampaikan sabda Tuhan. Sikap rohani yang paling dasar adalah keterbukaan terhadap sabda, yang terkandung dalam wahyu, diwartakan oleh Gereja, dirayakan dalam liturgi, dan dihayati dalam kehidupan para santo (Komkat KWI, 1997: 23). Sikap ini berarti perjumpaan dengan Kristus, yang bersemayam dalam sabda, dalam ekaristi, dan dalam saudara-saudari kita. Keterbukaan terhadap sabda berarti terbuka terhadap Tuhan, Gereja, dan dunia.

a. Keterbukaan terhadap Allah Tritunggal

Para katekis harus membiarkan dirinya ditarik ke dalam lingkungan Bapa, yang menyampaikan sabda. Putra pengejawantahan Sabda, yang berbicara hanya tentang sabda yang didengar-Nya dari Bapa (bdk. Yoh 8:26; 12:49), dan Roh Kudus yang menerangi pikiran untuk membantunya memahami sabda Tuhan dan membuka hati untuk menerima sabda dengan cinta dan mempraktekkannya (bdk. Yoh 16:12-14) (Komkat KWI, 1997: 24).

Maka spiritualitas katekis harus bersumber pada sabda Tuhan yang menjadi sikap batin dalam tugasnya dengan penuh ketaatan dan tanggung jawab terhadap tugas panggilan dan perutusannya mewartakan karya keselamatan Allah dalam terang dan kekuatan Roh Kudus. Dengan demikian, seorang katekis dalam menghayati tugasnya diselaraskan dengan sabda Tuhan yang diwujudnyatakan dalam kasih kepada sesama agar semua orang mengenal kebenaran Allah dan diselamatkan.

b. Keterbukaan terhadap Gereja

(39)

keterbukaan ini terungkap dalam keterikatan dan ketaatan terhadap Paus, pusat persatuan dan ikatan persekutuan universal, dan juga terhadap uskup, bapak dan pimpinan Gereja lokal (Komkat KWI, 1997: 24-25). Para katekis harus ikut secara bertanggung jawab dalam perubahan-perubahan duniawi sepanjang perziarahan Gereja, yang pada hakikatnya bersifat misioner dan bersama dengan Gereja mendambakan persekutuan akhir dengan Kristus sang mempelai.

Para katekis adalah anggota Gereja yang ingin mereka bangun, dan dari Gereja inilah mereka memperoleh amanat untuk menjadi katekis. Hanya dengan sikap keterbukaan seorang katekis terhadap Gereja yang harus mereka layani dengan penuh cinta, pengabdian dan ikut memanggul salib-Nya (ikut menderita) bersama Kristus maka spiritualitas seorang katekis dalam pemahaman Gereja yang harus tetap memperjuangkan terwujudnya karya keselamatan Allah akan semakin dipahami dan diwujudnyatakan dalam keterikatan dan ketaatannya terhadap Paus sebagai pemimpin Gereja.

c. Keterbukaan terhadap Dunia

Para katekis dipanggil untuk bekerja di dunia dan untuk dunia ini, tanpa sepenuhnya menjadi milik dunia ini (bdk. Yoh 17:14-21). Ini berarti bahwa mereka harus sepenuhnya terlibat dalam kehidupan masyarakat di sekitar mereka, tanpa mundur karena takut akan kesulitan-kesulitan yang dihadapi atau menarik diri karena lebih senang diam dan tidak berbuat apa-apa. Keterbukaan terhadap dunia merupakan salah satu spiritualitas katekis atas dasar cinta rasuli Kristus

Gembala yang Baik, yang datang untuk “mengumpulkan dan menyatukan anak

-anak Allah yang terceraiberai” (Yoh 11:52). Para katekis harus dipenuhi dengan

(40)

mencintai dan memberikan keselamatan-Nya kepada semua orang (Komkat KWI, 1997: 25).

2. Keutuhan dan Keaslian Hidup

Seorang katekis sebelum mewartakan sabda harus menjadikan dan menghayati sabda itu sebagai miliknya. Apa yang diajarkan oleh katekis bukan

semata-mata ilmu atau teori belaka melainkan iman yang dihidupinya dan dipraktekkan secara nyata dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan

keutuhan dan keaslian hidup. Seorang katekis hidup dalam doa, peka terhadap pengalaman akan Tuhan, setia terhadap tindakan Roh Kudus dan keteraturan batin dan lahiriah, yang disesuaikan dengan berbagai situasi pribadi maupun keluarga

dari setiap orang (Komkat KWI, 1997: 26).

3. Semangat Misioner

Seorang katekis dalam tugas perutusan-Nya mewartakan Kerajaan Allah dan Injil (Mrk 16:15) serta membimbing dan menuntun sesamanya agar mengenal

Injil tersebut. Seorang katekis harus mempunyai semangat kerasulan yang tinggi, berani dan semangat mewartakan Injil walaupun resikonya ditolak dan tidak didengarkan. Walaupun demikian, seorang katekis mempunyai keyakinan bahwa

Kristus yang diwartakan selalu menyertainya. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci pekerja sedikit dan tuaian banyak, katekis menjalankan tugas Allahlah yang

(41)

4. Devosi Kepada Bunda Maria

Spiritualitas katekis akan diperkaya oleh devosi yang mendalam kepada bunda Tuhan. Sebelum menjelaskan kepada orang lain tempat Maria dalam misteri Kristus dan Gereja, mereka harus merasakan kehadirannya dalam hati mereka dan harus memberi kesaksian akan kesucian yang tulus dari Bunda Maria, yang akan mereka sampaikan kepada umat. Mereka akan menemukan dalam diri Bunda Maria suatu model yang sederhana dan efektif bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Perawan Maria dalam hidupnya telah memberi contoh mengenai kasih ibu yang harus membangkitkan semangat semua orang yang ikut ambil bagian dalam misi kerasulan Gereja demi kelahiran kembali umat manusia karena pewartaan sabda selalu dikaitkan dengan doa, perayaan ekaristi, dan pembangunan komunitas Kristiani (Komkat KWI, 1997: 29-30).

D. Katekis dalam Hidup Menggereja

(42)

1. Dinamika Hidup Menggereja

Menengok sejenak sejarah Gereja, kita dapat melihat adanya perubahan pemahaman Gereja tentang dirinya dan misinya. Perubahan pemahaman Gereja tentang dirinya secara konsekuen membawa perubahan pada pemahaman tentang misi dan sikap Gereja terhadap dunia dan agama-agama lain. Pada kehidupan jemaat perdana sebagaimana dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47, kita melihat kehidupan komunitas beriman yang ditandai oleh kerukunan dalam persekutuan, berdoa bersama, sikap saling memperhatikan, solidaritas, kepemilikan bersama, hubungan yang penuh kasih persaudaraan di antara anggota. Berkat kesaksian khotbah Petrus dan rasul-rasul mereka menyediakan diri untuk dibaptis dan bergabung dalam komunitas jemaat. Setelah dibaptis mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (kerygma) dan dalam persekutuan, selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (liturgi). Mereka membentuk persekutuan (koinonia) dan memiliki kepedulian serta rasa solidaritas yang tinggi satu sama lain. Hal ini nampak dalam sikap mereka bahwa segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (diakonia). Cara hidup jemaat semacam itulah yang menimbulkan perhatian dan daya tarik bagi orang lain, sehingga mereka disukai semua orang.

(43)

a. Pewartaan (Kerygma)

Kerygma berarti pewartaan, mewartakan tentang Kabar Gembira bahwa dalam Yesus Kristus Allah menyelamatkan manusia. Pewartaan akan Yesus Kristus harus terus dijalankan tanpa henti agar umat beriman dapat senantiasa berjumpa dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya (Ardhisubagyo, 1987: 27). Melalui bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak goyah dan tetap setia dalam menghadapi tantangan hidup. Sebagai umat beriman, keterlibatan dalam bidang pewartaan ini dapat diwujudkan melalui kegiatan pendalaman iman.

b. Liturgi (Liturgi)

Liturgi berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Kehidupan liturgi ditingkatkan dalam Gereja untuk dapat mencapai tujuannya, yakni menjadi sumber dan puncak kegiatan Gereja dalam arti yang tepat (Sumarno Ds., 2012: 57). Menurut Prasetya (2003: 53-54) bentuk partisipasi umat beriman dalam bidang liturgi dapat diwujudkan melalui keterlibatannya sebagai petugas liturgi, seperti:

1) Putra-putri altar atau misdinar, yaitu anak-anak yang bertugas melayani altar atau melayani melayani Imam dalam tindak liturgi yang sedang dirayakan.

2) Lektor, yaitu orang yang bertugas membacakan sabda Allah yang ada dalam Kitab Suci dengan baik dan jelas.

(44)

4) Dirigen, yaitu orang yang bertugas memimpin dan mengarahkan para anggota koor atau umat beriman Katolik dalam menyanyikan lagu secara benar dan baik.

5) Paduan suara, yaitu orang-orang yang bertugas menyanyikan aneka lagu, dalam suasana kebersamaan, yang dapat membantu atau mendukung kemeriahan dan keagungan tindak liturgi yang sedang dirayakan.

6) Organis atau pemain alat musik lainnya, yaitu orang yang ahli dalam mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan oleh anggota koor atau umat beriman Katolik.

7) Pembaca doa umat, yaitu orang yang bertugas mewakili seluruh umat beriman Katolik dalam menghaturkan doa di hadirat Allah, baik itu ucapan terima kasih, ucapan syukur maupun permohonan. 8) Petugas kolekte, yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan

sebagian dari harta kekayaan umat beriman Katolik, biasanya berupa uang.

9) Petugas persembahan, yaitu orang-orang yang bertugas mewakili umat beriman Katolik dalam mempersembahkan bahan-bahan Ekaristi dan sebagian harta kekayaannya kepada Allah melalui Gereja.

10) Komentator, yaitu orang yang bertugas membantu umat beriman Katolik dalam memahami dan menghayati keseluruhan tindak liturgi yang sedang dirayakan.

c. Persekutuan (Koinonia)

(45)

menggereja baik secara teritorial (keuskupan, paroki, stasi / lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.

d. Pelayanan (Diakonia)

Kata diakonia biasanya diartikan sebagai pelayanan. Pelayanan Gereja yang didasari oleh Yesus sendiri, Sang Kepala Gereja, yang menyembuhkan, memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa (Ardhisubagyo, 1987: 30). Pelayanan yang diberikan oleh Gereja tidak hanya sebatas dalam lingkup Gereja saja tetapi terbuka juga untuk masyarakat luas karena Gereja bukan sebuah lingkungan tertutup yang kuatir akan pengaruh luar dan mengasingkan diri dari masalah-masalah kehidupan masyarakat (Ardhisubagyo, 1987: 31). Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggung jawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karenanya dibutuhkan adanya kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keikhlasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat.

2. Keterlibatan Katekis dalam Hidup Menggereja

(46)

dengan peranan kaum awam yaitu sebagai kaum beriman kristiani yang mempunyai martabat sebagai Umat Allah dan tugas perutusan di dunia yaitu membangun Tubuh Kristus atau Gereja (Prasetya, 2007: 23). Melalui keterlibatan inilah katekis mengambil bagian dalam mengembangkan pewartaan Kabar Gembira melalui pengajaran iman (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), dan pelayanan iman (diakonia). Keterlibatan katekis dalam tugas Gereja itu hendaknya dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan diharapkan mampu membantu umat beriman yang lain untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengimani Yesus Kristus.

a. Keterlibatan Katekis dalam Tugas Pewartaan Kabar Gembira (Kerygma)

(47)

Kabar Gembira dan memaklumkan Kerajaan Allah di dunia, mengikutsertakan kaum awam yang biasanya disebut katekis atau guru agama (Prasetya, 2003: 68). Keikutsertaan katekis dalam bidang pewartaan ini berarti ikut ambil bagian dalam kenabian Kristus. Sebagai katekis, kaum awam memenuhi misi khususnya, yaitu mewartakan Kabar Gembira dan menyampaikan ajaran Kristen yang berpusatkan pada diri dan pribadi Yesus Kristus, yang nampak dalam sabda dan karya-Nya. Keterlibatan katekis dalam bidang karya ini tidak cukup apabila hanya membaca dan mendengarkan Sabda Tuhan, tetapi harus diwujudkannya melalui tindakan nyata untuk memperluas Kerajaan Allah sehingga orang tidak mudah goyah dan tetap setia dalam menjalani hidupnya.

Sebagai katekis, kaum awam diharapkan memahami kegiatan pewartaan sebagai proses mewartakan Kabar Gembira yang terjadi secara berkesinambungan, mulai dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan. Kedua tahap ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena mempunyai kekhasan masing-masing.

1) Tahap Pengajaran

(48)

dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18). Tugas-tugas katekis dalam tahap pengajaran ini yaitu mempersiapkan orang untuk menerima sakramen Baptis, mempersiapkan umat beriman Katolik guna menerima Komuni Pertama dan sakramen Penguatan atau Krisma dengan baik dan layak.

a) Persiapan Sakramen Baptis

(49)

para katekumen yang menjadi tanggung jawabnya (misalnya kehadirannya dalam Perayaan Ekaristi dan mulai terlibat dalam kegiatan menggereja), mengadakan koordinasi dengan tim liturgi sehubungan dengan tahap-tahap penerimaan Sakramen Baptis.

b) Persiapan Komuni Pertama

Ekaristi adalah sakramen yang dengannya umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus untuk turut serta dalam pengorbanan diri-Nya. Dalam KHK, kan. 897 mendefinisikan Ekaristi sebagai “Sakramen yang terluhur”, di mana Kristus Tuhan dihadirkan, dikurbankan dan disantap dan

dengan mana Gereja selalu hidup dan berkembang. Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, maka para calon Komuni Pertama perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara memadai melalui pertemuan-pertemuan yang dipimpin oleh katekis. Katekis adalah orang yang dipercaya oleh Gereja untuk membantu anak-anak mempersiapkan menyambut komuni pertama. Persiapan bagi calon Komuni Pertama memerlukan keterampilan dan kemampuan katekis untuk mengolah bahan-bahan yang ada. Tujuan dari pertemuan ini adalah agar para calon penerima Komuni Pertama mampu memahami dan menghayati makna Ekaristi dalam hidupnya, sehingga mampu memberikan kesaksian dalam sikap dan tindakan nyata (Komkat Keuskupan Purwokerto, 2014: 79).

(50)

Komuni Pertama, katekis juga perlu memprogramkan rekoleksi menjelang penerimaan Sakramen Ekaristi baik untuk anak maupun orangtua calon penerima Komuni Pertama dengan tujuan supaya orangtua dapat mendampingi pertumbuhan dan perkembangan iman putra-putrinya setelah menerima Komuni Pertama. Mengagendakan penerimaan Sakramen Tobat bagi para calon penerima Komuni Pertama, berkoordinasi dengan tim liturgi untuk mengadakan persiapan sebelum penerimaan Komuni Pertama (gladi bersih untuk penyambutan Komuni Pertama dalam perayaan Ekaristi, pengarahan-pengarahan terakhir supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar).

c) Persiapan Sakramen Penguatan

(51)

mereka mengemban tugas untuk mewartakan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati baik melalui perkataan maupun perbuatan (LG, art. 11).

Tugas-tugas yang dapat dilakukan seorang katekis dalam persiapan Sakramen Penguatan antara lain memikirkan serta menyusun program kerja sebagai persiapan terlaksananya pendampingan calon penerima Sakramen Penguatan, sebagai pemandu/pendamping, mengevaluasi setiap proses pendampingan yang dilaksanakan. Selain itu katekis juga perlu memprogramkan rekoleksi menjelang penerimaan Sakramen Penguatan bagi para calon penerima Sakramen Penguatan tujuannya supaya peserta semakin memahami makna Sakramen Penguatan yaitu bahwa dengan menerima Sakramen Penguatan mereka diutus untuk memberi kesaksian imannya akan Kristus, memprogramkan penerimaan Sakramen Tobat sebelum upacara penerimaan Sakramen Penguatan, berkoordinasi dengan tim liturgi untuk mengadakan persiapan sebelum penerimaan Sakramen Penguatan (gladi bersih dan pengarahan-pengarahan terakhir supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar).

2) Tahap Pendewasaan

(52)

Kesaksian pribadi hendaknya diupayakan oleh katekis itu sendiri untuk menghidupi, dengan penuh ketulusan hati, melalui apa yang diwartakan dan yang dikatakannya. Kesaksian pribadi juga berkaitan erat dengan kehidupan dan tindakan pribadi katekis itu sendiri, yang diharapkan mengarah pada kebenaran.

Dalam menjalankan kegiatan pewartaan, hendaknya katekis juga menyadari bahwa dasar yang pertama dan utama adalah Roh Kudus yang berkarya dalam diri katekis dan juga dalam diri para pendengarnya. Selain terbuka dan mengandalkan karya Roh Kudus, kegiatan pewartaan ini diharapkan dapat berlangsung dalam sikap dan semangat dialogal, yang menekankan pentingnya hubungan pribadi antara katekis dengan pendengarnya serta menggunakan aneka media komunikasi yang cocok dan memakai metode-metode yang sesuai sehingga proses pewartaan ini dapat dibawakan dengan menarik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan misalnya menggunakan sarana-sarana audio visual, buku-buku kecil, diskusi-diskusi, pelajaran-pelajaran. Media komunikasi yang dapat digunakan misalnya televisi, radio, media cetak, rekaman tape, dll. Hal ini dirasa sangat penting mengingat situasi zaman sekarang sangat maju dan berkembang, sehingga tidaklah mencukupi apabila kegiatan pewartaan tidak menggunakan alat-alat yang memadai.

(53)

pribadinya, katekis juga perlu pembinaan, baik secara formal maupun informal, agar katekis mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dan keterampilan berpastoral agar isi pewartaannya sungguh berbobot dan dapat dipertanggungjawabkan serta mempunyai berbagai keterampilan yang dapat mendukung pewartaannya.

b. Keterlibatan Katekis dalam Perayaan Iman (Liturgi)

Liturgi Gereja adalah sebagai puncak perayaan iman umat, dan merupakan tempat dimana umat beriman dapat mengungkapkan hubungan pribadinya dengan Allah (Suroso, 2001: 9). Hubungan pribadi antara manusia dengan Allah dalam Gereja dapat diwujudkan melalui perayaan liturgi. Dalam liturgi dan perayaan sakramen-sakramen, umat mengungkapkan imannya serta menanggapi karya keselamatan Allah dengan bersyukur, pujian dan doa. Dalam perayaan, umat sungguh-sungguh merasakan kehadiran dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya.

Sebagai umat beriman Katolik yang menerima panggilan sebagai katekis sudah selayaknya mau terlibat secara aktif dalam kegiatan liturgi. Aktif dalam kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan katekis untuk mengambil bagian dalam tugas imamat Kristus. Katekis dalam menjalankan tugas perutusan ini diharapkan melakukannya dengan sepenuh hati sehingga dapat membantu umat beriman Katolik lainnya untuk mengalami relasi yang akrab dengan Allah atau mewujudkan kebersamaan dengan sesamanya dalam paguyuban (Prasetya, 2003: 50).

(54)

devosi: kepada Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, ziarah, dan menyusun buku panduan misa. Keterlibatan tersebut tentunya harus didasarkan pada rasa tanggung jawab serta semangat untuk merayakan iman bersama dengan umat. Selain keterlibatan katekis yang sudah disebutkan di atas, juga bisa bekerjasama dengan tim liturgi untuk mengupayakan peningkatan pemahaman dan penghayatan umat dalam hal liturgi seperti: tata cara mengikuti misa, arti simbol-simbol gereja dalam perayaan liturgi, cara memilih lagu yang sesuai dengan tahun liturgi, arti gerakan-gerakan badan dalam misa, arti persiapan batin, penciptaan suasana khusuk dan khidmat sepanjang misa berlangsung.

c. Keterlibatan Katekis dalam Persekutuan Orang Beriman (Koinonia) Koinonia adalah usaha pelayanan Gereja untuk membentuk dan membangun komunitas orang beriman secara menyeluruh (Suroso, 2001: 7). Pelayanan yang termasuk dalam karya ini bertujuan untuk mempersatukan dan saling melayani sebagai umat kristiani agar mereka hidup dalam persekutuan dan persaudaraan sesuai dengan imannya akan Yesus Kristus. Selain itu, dalam kebersamaannya mereka juga mengusahakan perdamaian dan kerukunan baik di dalam komunitas itu sendiri maupun dengan komunitas lain (kelompok beriman lain). Kekhasan koinonia Gereja adalah dalam usahanya untuk membangun dan membentuk komunitas orang beriman agar menjadi lebih baik dan mendalam dalam menghayati hidup berimannya (Suroso, 2001: 7-8).

(55)

kunjungan pastoral untuk memberikan semangat bagi keluarga-keluarga yang tidak aktif ke Gereja, mengunjungi orang sakit, dll.

d. Keterlibatan Katekis dalam Pelayanan Iman (Diakonia)

Menurut Kamus Liturgi (2004: 39) Diakonia berasal dari bahasa Yunani yang berarti pelayanan. Diakonia merupakan merupakan salah satu segi hidup Gereja yang membidangi pelayanan kepada masyarakat. Dalam kehidupan karya pelayanan sangatlah penting karena merupakan perwujudan dari iman. Tindakan pelayanan ini didasari oleh sikap Yesus yang datang ke dunia bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani umat manusia (Mrk 10:45).

(56)

BAB III

PENELITIAN TENTANG PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

A. Gambaran Umum Prodi IPPAK

Prodi IPPAK merupakan salah satu lembaga yang dipercaya Gereja untuk mendidik para calon katekis. Di Prodi IPPAK katekis yang profesional selalu diupayakan. Upaya tersebut nyata dalam bentuk dukungan dari Prodi kepada mahasiswa melalui berbagai kegiatan, antara lain kegiatan dalam bidang liturgi, pelayanan, pewartaan, dsb. Sebelum melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut, mahasiswa sudah dibekali dengan berbagai mata kuliah-mata kuliah yang mendukung. Prodi IPPAK memang sudah sejak awal melatih mahasiswa untuk terlibat di dalam kegiatan menggereja dengan harapan agar mereka mulai terbiasa dan akrab dengan kegiatan menggereja serta mempunyai gambaran mengenai situasi umat yang akan dilayani. Selain itu, tujuan yang lain supaya mahasiswa semakin mantap dan menghayati panggilan dirinya sebagai katekis. Sebagai calon katekis, melibatkan diri dalam kegiatan menggereja sangat penting karena disadari peran dan tanggung jawab katekis di tengah umat masa kini sangat besar.

Pada bagian ini penulis akan menguraikan mengenai sejarah singkat Prodi IPPAK, visi, misi, tujuan dan sasaran Prodi IPPAK, dan beberapa bentuk kegiatan mahasiswa Prodi IPPAK untuk memupuk panggilan sebagai katekis.

1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK

(57)

Majelis Agung Waligereja Indonesia (sekarang menjadi Konferensi Waligereja Indonesia) yang merencanakan usaha-usaha untuk meningkatkan pelayanan di bidang pendalaman hidup beriman dan untuk memperbarui pelaksanaan katekese di Indonesia. MAWI menyerahkan rencana tersebut kepada Rm. P. F. Heselaars S.J. yang kemudian bekerjasama dengan Rm. P.C. Carry S.J. Pada tahun 1960 Rm. P. Heselaars S.J.. mendirikan Pusat Kateketik dengan kegiatan-kegiatan antara lain: penerbitan buku-buku, mengadakan penataran untuk guru-guru dan ceramah untuk kelompok-kelompok kategorial lainnya. Pada saat itu disadari bahwa kurangnya tenaga-tenaga lapangan yang terdidik, dapat menyebabkan lambatnya usaha dalam pembaharuan katekese. Maka untuk mengatasi hal tersebut, pada tanggal 1 Agustus 1962 Rm. F. Heselaars S.J. mendirikan Yayasan Akademi Kateketik Katolik Indonesia (AKKI) yang menyelenggarakan pendidikan tinggi Kateketik dan disahkan dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, nomor 3 tanggal 3 April 1964 di Yogyakarta.

Pusat Kateketik dan AKKI awalnya bertempat di Jl. P. Senopati 20 Yogyakarta. Atas prakarsa Bapak Justinus Kardinal Darmoyuwono Pr, kemudian pada tahun 1968 kedua lembaga tersebut menempati gedung sendiri di Jl. Abubakar Ali 1, Yogyakarta. Tempat yang baru ini dapat memenuhi kebutuhan akan ruang-ruang kuliah, perpustakaan dan ruang baca, kesekretariatan, kantor kerja staf, laboratorium audio visual, sanggar-sanggar kesenian, aula, ruang pameran dan ruang rekreasi.

(58)

untuk pertama kalinya. Pada tanggal 31 Desember 1969, AKKI memperoleh kenaikkan status dari terdaftar menjadi diakui dari Menteri P dan K dengan SK No. 0170 Tahun1969. Pada tahun 1969 dibuka tingkat sarjana lengkap yang mendorong perubahan nama lembaga, maka pada tanggal 31 Maret 1971 dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, lembaga AKKI berubah nama menjadi Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya. Pada tanggal 23 Juni 1971, tingkat sarjana Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya memperoleh status terdaftar dari Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen P dan K dengan SK No: 227/DPT/B/71.

Pada semester gasal tahun akademik 1984-1985 dilaksanakan proses perubahan jenjang dan program pendidikan, serta dilakukan penataan kembali nama unit jurusan/program studi dengan status diakui di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V, DIY. Berdasarkan proses itu, Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu sarjana muda dan sarjana penuh dipadukan ke dalam bentuk baru berupa program sarjana satu (S1) dengan nama Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya. Program sarjana satu ini berstatus diakui dengan SK Mendikbud No. 043/0/1985 tertanggal 28 Januari 1985. STFK Pradnyawidya memperoleh penetapan kembali status diakui pada tanggal 14 Mei 1986 dengan SK Mendikbud No. 0362/0/1986. Pada tahun akademik 1991/1992, tepatnya tanggal 26 Desember 1991, STFK Pradnyawidya memperoleh status disamakan dengan SK No. 660/0/1991.

(59)

mengantar STFK Pradnyawidya ke dalam proses merger kepada FKIP USD. Setelah melalui proses merger yang cukup lama, berdasar SK Mendikbud No. 08/D/O/1995 tertanggal 14 Februari 1995 STFK Pradnyawidya berubah menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan Agama (FIPA), Jurusan Pendidikan Agama Katolik, Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma dengan status disamakan. Berdasarkan SK BAN PT Depdikbud RI No 002/BAN-PT/AK-II/XII/1998 tertanggal 22 Desember 1998 FIPA USD telah terakreditasi dengan mendapat nilai B. Pada tahun 1999, pemerintah mengadakan penataan kembali nama-nama program studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA USD berubah menjadi program studi dengan nama program studi “Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” (IPPAK) dan menjadi

bagian FKIP USD. Berdasarkan SK BAN PT Depdiknas RI nomor 014/BAN-PT/Ak-VII/S1/IV/2004 IPPAK mendapat peringkat A.

2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi IPPAK

Visi adalah suatu gambaran tentang masa depan yang akan atau harus terjadi dalam kurun masa depan yang dibayangkan. Visi tersebut perlu dituangkan

dalam sebuah rumusan yang berfungsi mengingatkan sekaligus juga sebagai motivasi untuk mencapai tujuan. Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan memiliki visi, misi dan tujuan berdirinya lembaga ini sehingga pada akhirnya akan mencapai sasaran yang sesuai dengan harapan.

(60)

memprosesnya melalui berbagai kegiatan mata kuliah-mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa untuk terjun dan terlibat langsung dalam kegiatan

pelayanan hidup umat beriman, seperti kegiatan katekese baik anak-anak, remaja, orangtua, maupun pelayanan hidup umat beriman lainnya. Dengan hadirnya para calon katekis, diharapkan umat beriman semakin semangat dan berkembang

dalam imannya.

Misi Prodi IPPAK adalah pertama, mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang memasyarakat. Kedua, mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat (Staf Dosen IPPAK, 2010: 4). Yang ingin dicapai dalam misi tersebut terlihat dalam profil alumni yang dihasilkan yakni guru agama, katekis dan pengembang karya katekese. Guru agama adalah orang yang berkiprah dalam lingkup persekolahan dengan segala kondisinya yang khas (kelas, staf sekolah, kurikulum, dan lain-lain). Katekis adalah orang yang berkiprah dalam bidang pelayanan umat beriman baik dalam lingkup keuskupan, paroki, stasi, maupun lingkungan dan dengan kondisinya yang khas (pendalaman iman, ibadat sabda, doa lingkungan, sie pewartaan, dan lain-lain). Pengembang karya katekese dipahami sebagai orang yang mampu memikirkan secara lebih jauh dan mendalam kegiatan katekese, merefleksikannya serta mencari jalan yang sesuai dan lebih jauh. Orang ini bukan hanya sebagai pelaksana tetapi juga sebagai pemikir. Lingkup yang digelutinya komisi kateketik, pengisian jurnal-jurnal pastoral dan kateketik, dsb.

(61)

berkualifikasi untuk mengemban misi program studi IPPAK (Staf Dosen IPPAK, 2012: 1). Lulusan Prodi IPPAK biasanya dianggap memiliki keterampilan dan memiliki kepribadian yang baik sehingga dijadikan panutan bagi umat dalam keh

Gambar

Tabel 1: Variabel Penelitian…………………………………………….
Tabel 1. Variabel Penelitian
Tabel 2.  Identitas dan Latar Belakang Responden
Tabel 3 memaparkan hasil penelitian penulis mengenai pemahaman
+5

Referensi

Dokumen terkait

(26) lingkungan semakin rusak. Setiap manusia pasti mempunyai beban hidup atau dosa yang membuat manusia lumpuh semangatnya, lumpuh jiwanya dan lumpuh hidup. Secara harafiah

Dalam bagian akhir skrispi ini, penulis akan membuat kesimpulan dan saran yang kiranya penting diperhatikan bagi para guru PAK dalam kaitannya dengan pembinaan iman bagi para

Maka dalam penulisan skripsi ini penulis menawarkan pendekatan yang lebih difokuskan kepada orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam pendidikan agama Katolik

Persoalan pokok pada skripsi ini adalah bagaimana para wali baptis dapat menyadari dan menjalankan tugasnya dalam mendampingi anak baptisnya terutama remaja yang saat ini sedang

: Yang pertama mendukung itu, dengan situasi kampus dengan persaudaraan yang tinggi khususnya dalam kelas yang mendukung saya itu sehingga saya dapat bermeditasi, dapat