• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam rangka menanggapi panggilan sebagai katekis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam rangka menanggapi panggilan sebagai katekis"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Maria Jajar Anur Arsuma NIM: 111124016. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan kepada orangtuaku Bernadus Sudarisman dan Anna Tatik Haryati kembaranku Agnes Jajar Anur Umastuti, dan adikku Cicilia Novia Tri Risdiana yang selalu mendukung, menyertai serta selalu mendoakan dalam usaha dan perjuanganku selama kuliah, serta pihak-pihak lain yang selalu mendukung melalui kasih, doa, dan perhatian.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”. (Ams 17:22). “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.”. (Pkh 3:11). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Judul skripsi ini adalah PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS. Judul skripsi ini dipilih bertolak dari pengalaman penulis selama menjalankan dan mengalami proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK. Pihak kampus memang benar-benar mendukung dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi katekis. Hal demikian tampak dalam kegiatan-kegiatan yang melekat pada mata kuliah tertentu yang mengharuskan mahasiswa untuk terlibat langsung di tengah kehidupan jemaat. Namun demikian, penulis melihat masih banyak mahasiswa yang belum mampu menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis atau guru agama. Hal ini disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi IPPAK hanya sebatas tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua, semata-mata hanya ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya kesadaran diri dan motivasi yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam menjalankan proses kuliahnya dan keterlibatannya dalam kehidupan menggereja. Kegiatan hidup menggereja merupakan hal yang amat penting dalam kehidupan calon katekis. Untuk mengetahui kontribusi kegiatan hidup menggereja penting bagi calon katekis, penulis tempuh dengan mengadakan penelitian di lapangan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa Prodi IPPAK tahun ajaran 2015/2016 pada angkatan 2010 dan 2011. Alasan penulis memilih mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 karena mereka telah menempuh dan mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK dengan melaksanakan semua mata kuliah praktek yang diprogramkan oleh kampus. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa kegiatan hidup menggereja memberikan kontribusi bagi mahasiswa-mahasiswi yang secara khusus mereka terbantu dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis dan semakin dikembangkan dalam iman. Namun demikian, berdasarkan pengakuan mereka ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai katekis walaupun mereka sudah mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan yang diprogramkan oleh kampus. Mengingat mahasiswa Prodi IPPAK merupakan calon-calon katekis dan akan menjadi seorang katekis, kemantapan dan penghayatan akan panggilan dan perannya dalam kehidupan menggereja sangat penting. Untuk itu pada akhir penulisan ini, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan panggilan dan perannya sebagai calon katekis dalam kehidupan menggereja.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT The title of this thesis is THE ROLE OF THE CATHOLIC RELIGIUS EDUCATION STUDENTS INVOLVEMENT IN CHURCH LIFE TO RESPOND THE CALLING AS CATECHISTS. This title was chosen based on the author's experiences the study in the dynamics of the process of studying in Catholic Religious Education Study Program department. The campus is really supportive and prepares the students to become catechists. Its thuss appears in the activities inherent to the specific courses that require students to engage directly in the center of community life. Nevertheless, the authors still believes that many students have not been able to realize the vocation as catechists. Even some students who still deny themselves do not want to become catechists or teachers. This is due to their motivation in studying in study on the this study program only limited to the demand or the choice of majors that are determined by parents, and merely wante to study to have status, etc. Lack of self-awareness and a strong motivation affects prospective catechists in talking parts in the college process and involvement in church life. Church life activities are very important in the life of the prospective catechists. To determine the contribution of church life is important for prospective catechists, by conducting a research in the field. The study was conducted by distributing questionnaire to the students of the academic year 2015/2016 batch 2010 and 2011. The reason the author chose these batch of 2010 and 2011 was because they have been through and experienced the whole process of dynamic lectures in The Study Program to implement all practical courses programmed by the study program. Based on the research, the data showed that activity church life contributes to the students in responding to their calling as catechists and further developing the faith. However, based on the research data a number of the students do not appreciate the earnest vocation as catechists even though they have experienced the whole process of dynamic lectures programmed by the study program. Remembering that the students are candidates of catechists and will become catechists, stability and appreciation will of calling play a role in life and this is very important in church life. The author proposes a recollection of activities for the students of final year as an effort to increase awareness of the calling and its role as catechist candidates in the church life.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Allah Bapa Yang Mahabaik, karena berkat kasih setiaNya dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kuliah dan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen pembimbing utama, yang telah memberikan perhatian, memberi sumbangan pemikiran, bersedia meluangkan waktu, membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.. 2.. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) sekaligus dosen penguji kedua, yang telah membantu, mengarahkan serta memotivasi penulis selama perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.. 3.. Romo Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen penguji ketiga, yang telah berkenan menguji serta memotivasi penulis selama menjalani kuliah di Prodi PAK dan dalam penyelesaian skripsi ini. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4.. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku Kaprodi, yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian di Prodi PAK.. 5.. Segenap romo, bapak, dan ibu dosen, serta karyawan-karyawati Prodi PAKUSD Yogyakarta yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis sehingga lancar dalam menyelesaikan kuliah.. 6.. Orangtua, adik, serta keluarga besar penulis, yang selalu mendukung, mendoakan, dan memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.. 7.. Segenap teman-teman responden mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 yang telah bersedia membantu penulis memperoleh data dengan mengisi kuesioner penelitian.. 8.. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memberi dorongan, semangat dan perhatian kepada penulis selama kuliah, berjuang dan melangkah bersama.. 9.. Sahabatku (Sr. Festina Asnawati Mendrόfa. Sr. Emiliana Takndare, Sr. Margareta Danawati, Stefanie Bui Moron, dan Theresia Sri Rahayu) yang selalu memberi semangat, mengingatkan, dan setia menemani penulis selama menyelesaikan skripsi ini.. 10. Ade Mardiana yang setia menemani, selalu mengingatkan, memberi semangat, dan membantu penulis selama kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini dengan tulus telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL............................................................................................ i. HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii. HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv HALAMAN MOTTO .......................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix. KATA PENGANTAR ......................................................................................... x. DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ...............................................................................................xviii DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xix BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1. A. Latar Belakang ...................................................................................... 1. B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6. C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 6. D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 6. E. Metode Penulisan ................................................................................... 7. F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 7. BAB II. PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS DAN KETERLIBATAN KATEKIS DALAM HIDUP MENGGEREJA ...................................... 9. A. Katekis sebagai Panggilan Allah ........................................................... 9. 1. Pengertian Panggilan ........................................................................ 10 2. Pengertian Panggilan menurut Kitab Suci ....................................... 10 3. Pengertian Panggilan sebagai Katekis.............................................. 12 B. Peran Seorang Katekis .......................................................................... 13 C. Spiritualitas Katekis .............................................................................. 15 1. Keterbukaan terhadap Tuhan, Gereja dan Dunia ............................. 16 xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. a. Keterbukaan terhadap Allah Tritunggal ...................................... 16 b. Keterbukaan terhadap Gereja ...................................................... 16 c. Keterbukaan terhadap Dunia ....................................................... 17 2. Keutuhan dan Keaslian Hidup.......................................................... 18 3. Semangat Misioner ........................................................................... 18 4. Devosi Kepada Bunda Maria ........................................................... 19 D. Katekis dalam Hidup Menggereja ........................................................ 19 1. Dinamika Hidup Menggereja ........................................................... 20 a. Pewartaan (Kerygma) .................................................................. 21 b. Liturgi (Liturgi) ........................................................................... 21 c. Persekutuan (Koinonia) ............................................................... 22 d. Pelayanan (Diakonia) .................................................................. 23 2. Keterlibatan Katekis dalam Hidup Menggereja ............................... 23 a. Keterlibatan Katekis dalam Tugas Pewartaan Kabar Gembira (Kerygma) ..................................................................... 24 b. Keterlibatan Katekis dalam Perayaan Iman (Liturgi) .................. 31 c. Keterlibatan Katekis dalam Persekutuan Orang Beriman (Koinonia).................................................................................... 32 d. Keterlibatan Katekis dalam Pelayanan Iman (Diakonia) ............ 33 BAB III. PENELITIAN TENTANG PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK ............................................................................ 34 A. Gambaran Umum Prodi IPPAK........................................................... 34 1. Sejarah Singkat Prodi IPPAK .......................................................... 34 2. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Prodi IPPAK .................................. 37 3. Beberapa Bentuk Kegiatan dan Perkuliahan Mahasiswa Prodi IPPAK untuk Memupuk Panggilan sebagai Katekis........................ 39 a. Pembinaan Spiritualitas ............................................................... 40 b. Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Pradnyawidya ......................... 41 c. Dirigen ......................................................................................... 42 d. Pendidikan Iman Anak (PIA) ...................................................... 43 e. PPL PAK Pendidikan Dasar ........................................................ 44 xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. f. PPL Pendidikan Menengah ......................................................... 44 g. PPL PAK Paroki .......................................................................... 45 h. PPL Pendidikan Kader ................................................................ 45 i. KBP (Karya Bakti Paroki) ........................................................... 46 B. Metodologi Penelitian ........................................................................... 46 1. Latar Belakang Penelitian ................................................................ 46 2. Rumusan Permasalahan.................................................................... 48 3. Tujuan Penelitian.............................................................................. 48 4. Manfaat Penelitian............................................................................ 49 5. Jenis Penelitian ................................................................................. 49 6. Variabel Penelitian ........................................................................... 50 7. Instrumen Penelitian ......................................................................... 51 8. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 51 9. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 52 10. Teknik Analisis Data ........................................................................ 52 C. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................................... 53 1. Identitas dan Latar Belakang Responden ........................................ 53 2. Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ............................ 56 a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ............................................................................ 58 b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis ............................................................................ 60 3. Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ................................................................................. 62 a. Laporan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ............................... 64 b. Pembahasan Hasil Penelitian Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis ............................... 65 4. Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja ................................... 67 a. Laporan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja .................................................................................. 69 xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b. Pembahasan Hasil Penelitian Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja .................................................. 72 5. Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja ...................................................................................... 73 a. Laporan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja...................................................... 76 b. Pembahasan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja ........................................ 79 6. Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis .............................................................................................. 82 D. Kesimpulan Hasil Penelitian ................................................................ 83 BAB IV.USULAN KEGIATAN REKOLEKSI BAGI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN AKAN PANGGILAN DAN PERANNYA SEBAGAI KATEKIS ......................................... 87 A. Latar Belakang Kegiatan....................................................................... 87 B. Rumusan Tema dan Tujuan .................................................................. 88 C. Peserta ................................................................................................... 89 D. Waktu Pelaksanaan ............................................................................... 90 E. Model Pelaksanaan ............................................................................... 90 F. Matriks Program Kegiatan Rekoleksi ................................................... 92 G. Contoh Persiapan Kegiatan Rekoleksi Sesi III ..................................... 95 BAB V. PENUTUP ............................................................................................. 107 A. Kesimpulan ........................................................................................... 107 B. Saran ..................................................................................................... 109 1. Bagi Seluruh Mahasiswa Prodi IPPAK ........................................... 109 2. Bagi Prodi IPPAK ........................................................................... 110 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 111. LAMPIRAN ........................................................................................................ 113 Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian ................................................................. (1) Lampiran 2: Contoh Kuesioner .................................................................... (2) xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 3: Contoh Isian Kuesioner ........................................................... (8) Lampiran 4: Cerita “Keinginan menjadi Kristen Katolik” .......................... (16) Lampiran 5: Lagu “Kau Dipanggil Tuhan” ................................................. (17) Lampiran 6: Lagu “Bimbinglah Aku, Tuhanku” ......................................... (18). xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1:. Variabel Penelitian…………………………………………….. 50. Tabel 2:. Identitas dan Latar Belakang Responden (N=40)……………... 54. Tabel 3:. Pemahaman Tentang Panggilan sebagai Katekis (N=40)……... 56. Tabel 4:. Pemahaman dan Peranan Hidup Menggereja bagi Panggilan sebagai Katekis (N=40)………………………………………... 62. Macam-macam Hidup Menggereja dan Program Kurikuler yang Mendukung Keterlibatan Hidup Menggereja (N=40)….... 68. Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja (N=40)………………………………………......... 74. Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis (N=40)……………………………………………….... 82. Tabel 5: Tabel 6: Tabel 7:. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departmen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja AA:. Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.. AG:. Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kegiatan Misioner Gereja, 7 Desember 1965.. CT:. Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.. EN:. Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI tentang Karya Pewartaan Injil pada Jaman Modern, 8 Desember 1975.. KHK: Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983. LG:. Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964. xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Singkatan Lain AKKI. : Akademik Kateketik Katolik Indonesia. Art. : Artikel. Bdk. : Bandingkan. Depdikbud. : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. DIY. : Daerah Istimewa Yogyakarta. Dsb. : Dan sebagainya. FIPA. : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama. FKIP. : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. IPTEK. : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Kan. : Kanon. Komkat. : Komisi Kateketik. KWI. : Konferensi Waligereja Indonesia. LPTK. : Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Mendikbud. : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. OSMARU. : Orientasi Mahasiswa Baru. PAK. : Pendidikan Agama Katolik. PNS. : Pegawai Negeri Sipil. Prodi. : Program Studi. PS. : Puji Syukur. PSM. : Paduan Suara Mahasiswa. SD. : Sekolah Dasar. SJ. : Serikat Jesus. STFK. : Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik. UKM. : Unit Kegiatan Mahasiswa. USD. : Universitas Sanata Dharma xx.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit (Kis 2:1-13) untuk menerima pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlahnya kira-kira bertambah tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Dengan bertambahnya umat yang dibaptis pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayan/murid untuk menjamin iman mereka. Seiring dengan perkembangan zaman, umat kristiani juga mengalami perkembangan yang sangat luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pada awalnya umat kristiani mendapat pelayanan dari kaum klerus, biarawan/biarawati, dan imam. Tetapi dengan melihat situasi semakin bertambahnya jumlah umat kristiani tersebut, maka sangat dibutuhkan tambahan sebagai pelayan pastoral untuk membantu mendampingi umat. Dengan demikian keterlibatan kaum awam sangatlah diharapkan. Salah satu bentuk keterlibatan kaum awam Konsili Vatikan II menegaskan: Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan persatuan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia (LG, art. 31)..

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus, yakni sebagai imam, nabi, dan raja (Prasetya, 2007: 21). Salah satu wujud nyata dari keterlibatan kaum awam dalam pelayan pastoral adalah menjadi seorang katekis. Dalam praktek misi yang sebenarnya, panggilan katekis bersifat khusus, yakni untuk tugas katekese dan umum, untuk bekerja sama dalam pelayanan kerasulan apa saja yang berguna untuk membangun Gereja (Komisi Kateketik KWI, 1997: 15). Ada bermacammacam bentuk pelayanan sabda, salah satunya adalah katekese. Telaumbanua (1999: 5) menyatakan katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam katekese terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan dengan maksud menghantar umat yang lain memasuki kepenuhan hidup Kristen. Sebagai salah satu bentuk pelayanan sabda, kegiatan katekese senantiasa menyentuh seluruh kalangan jemaat, mulai dari anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman (CT, art. 18). Dalam prosesnya, katekese selalu mengalami tantangan dan katekese juga perlu ada pembaharuan yang bersifat terus-menerus agar proses katekese tidak kehilangan rohnya. Pelaku sekaligus pewarta sabda Allah dalam proses katekese ini disebut dengan katekis. Menengok sejenak sejarah perkembangan Gereja pada zaman Konsili Vatikan I, Gereja belum melibatkan jemaat dalam karya pelayanan pastoral. Gereja masih mementingkan kesatuan organisatoris dan menekankan aspek organisasi Gereja. Gereja masih dipahami bersifat piramidal, menempatkan Hierarki pada posisi di atas seluruh umat beriman Katolik. Seperti yang diketahui bahwa segala macam bentuk pelayanan pastoral hanya dilakukan oleh kaum.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. berjubah (Prasetya, 2007: 14). Konsep Gereja yang demikian sangat mempengaruhi proses katekese yang terjadi di tengah kehidupan jemaat. Dalam perkembangan zaman selanjutnya, Gereja mulai membuka diri kepada seluruh umat beriman. Maka muncullah suatu gerakan yang terwujud dalam bentuk Konsili Vatikan II. Gereja sekarang lebih-lebih dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik. Setelah Konsili Vatikan II, patut disyukuri bahwa Gereja bukan lagi dipahami sebagai kesatuan organisatoris dan bersifat yuridis, tetapi Gereja lebih sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh seluruh umat beriman Katolik sehingga kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik sungguh menjadi tugas dan tanggungjawab bersama, yang secara khusus bagi kaum awam, yaitu katekis. Kinerja atau tugas para katekis pertama-tama pada bidang kerygma atau pewartaan. Katekis perlu menyadari bahwa tugas yang dipercayakan kepadanya itu adalah perintah Yesus sendiri yaitu “Pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20). Dalam Injil Markus 16:15-16 Yesus memerintahkan: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” Adapun bentuk-bentuk nyata tugas pewartaan yang dilakukan oleh katekis adalah berkatekese, berbagi pengalaman hidup kristiani, dan penghayatan hidup beriman (AG, art. 15). Perlu disadari bahwa pembentukan kepribadian seorang katekis selama masa pendidikan sangatlah penting sebab dalam pewartaan Sabda tidak cukup.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. hanya memiliki pengetahuan yang tinggi, tetapi menuntut juga kesaksian hidup dan penghayatan iman pribadi seorang katekis. Pembinaan pribadi sebagai pewarta dapat dikembangkan terus menerus melalui kehidupan rohaninya. Percuma saja apabila seorang pewarta pandai dan berpengetahuan tinggi tetapi kehidupan rohaninya kurang karena dapat mempengaruhi pelayanannya dan bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan dan harapan umat pada masa kini. Dengan cara-cara dan usaha membina diri itulah, seorang katekis akan sanggup mencerminkan Sabda yang diwartakannya dan bukannya mengutamakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya (Komisi Kateketik Keuskupan Padang, 1988: 7). Berdasarkan pengalaman penulis selama mengikuti dinamika atau perkuliahan di Prodi IPPAK-USD, memang pihak kampus benar-benar mendukung dan mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi katekis, tetapi penulis menyadari bahwa untuk menjawab panggilan hidup ini tidak mudah dan membutuhkan proses yang panjang. Di mana sebagai seorang katekis harus mampu berdinamika dan terlibat langsung di tengah kehidupan umat. Di Prodi IPPAK, mahasiswa tidak hanya dibekali pengetahuan saja, melainkan juga diberi kesempatan untuk terjun dan terlibat langsung di tengah kehidupan umat, baik dalam kegiatan di lingkungan maupun dalam kegiatan lingkup paroki. Melalui kegiatan-kegiatan itulah para calon katekis berhadapan langsung dengan realita kehidupan umat dan mulai mengetahui situasi kehidupan umat. Dalam berproses bersama dengan umat, para calon katekis juga tidak mungkin langsung terampil terlibat dalam semua kegiatan. Proses demi proses pasti harus dilaluinya. Misalnya dalam kegiatan pendalaman iman di lingkungan, awalnya para calon katekis hanya menjadi peserta saja, lalu lama-kelamaan mulai terlibat dari hal.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. yang sederhana misalnya memimpin doa, memimpin lagu, membacakan bacaan Kitab Suci, memberi renungan atau peneguhan, dsb. Melalui pengalaman dari hal yang sederhana itulah, para calon katekis dapat belajar serta mempunyai keberanian untuk memimpin secara penuh kegiatan tersebut. Walaupun Prodi IPPAK sudah membantu mempersiapkan para calon katekis sedemikian rupa, tetapi penulis melihat masih banyak mahasiswa yang belum mampu menyadari akan panggilannya sebagai katekis. Bahkan ada beberapa dari mahasiswa yang masih menyangkal diri tidak mau menjadi katekis atau guru agama. Hal ini disebabkan karena motivasi dan tujuan kuliah di Prodi IPPAK hanya sebatas tuntutan atau pilihan jurusan yang ditentukan oleh orangtua, semata-mata hanya ingin kuliah, ingin mempunyai status, dsb. Kurangnya kesadaran diri dan motivasi yang kuat ini mempengaruhi para calon katekis dalam keterlibatannya di kegiatan hidup menggereja, seperti malas terlibat dalam kegiatan lingkungan, kegiatan gereja, malas pergi ke gereja bahkan doa-doa secara pribadi. Situasi ini sungguh memprihatinkan karena seharusnya sebagai calon katekis mampu menjadi panutan yang dapat diteladani oleh umat kristiani lainnya dan melihat perannya yang besar di kegiatan hidup menggereja. Disadari bahwa kesadaran akan panggilan sebagai pewarta tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan hidup menggereja. Atas dasar itu, penulis tertarik untuk menuliskan skripsi dengan judul PERANAN KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA. BAGI. MAHASISWA. PROGRAM. STUDI. ILMU. PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DALAM RANGKA MENANGGAPI PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan panggilan katekis dalam konteks hidup menjemaat? 2. Apa yang dimaksud dengan hidup menggereja? 3. Sejauhmana mahasiswa Prodi IPPAK sudah terlibat dalam hidup menggereja guna menanggapi panggilannya sebagai katekis? 4. Apa peranan kegiatan hidup menggereja bagi mahasiswa IPPAK dalam proses menanggapi panggilan sebagai katekis?. C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan-rumusan masalah di atas, dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut: 1. Menjelaskan pengertian panggilan katekis beserta tugas dan tanggung jawabnya. 2. Menjelaskan pengertian hidup menggereja. 3. Menguraikan bentuk-bentuk keterlibatan hidup menggereja mahasiswa dalam rangka menanggapi panggilannya sebagai katekis. 4. Menerangkan peranan kegiatan hidup menggereja bagi proses menanggapi panggilan sebagai katekis.. D. Manfaat Penulisan Berdasarkan pemaparan tujuan di atas, manfaat-manfaat yang dapat diambil sebagai berikut:.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. 1. Bagi mahasiswa IPPAK Penulisan ini dapat menjadi masukan guna meningkatkan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa agar semakin memantapkan dalam menanggapi panggilannya sebagai katekis.. 2. Bagi penulis Mengkondisikan penulis untuk mampu berpikir secara kritis dan sistematis dalam menuangkan gagasan secara jelas dan baik. Menambah pengetahuan serta wawasan mengenai pentingnya terlibat dalam hidup menggereja sehingga penulis semakin dimantapkan untuk menjadi seorang katekis.. 3. Bagi Prodi IPPAK Prodi IPPAK semakin menyadari pentingnya memberi support dan pendampingan sejak dini kepada mahasiswa melalui proses-proses kegiatan kuliah dalam rangka memupuk panggilan sebagai katekis.. E. Metode Penulisan Dalam penulisan ini metode yang dipakai adalah deskriptif analisis yaitu mengambil data melalui kuesioner dan studi pustaka, kemudian data tersebut dianalisis, ditarik suatu kesimpulan serta merancang suatu program kegiatan rekoleksi sebagai upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa akan panggilan dan perannya dalam kegiatan hidup menggereja.. F. Sistematika Penulisan Sebagai gambaran umum tentang hal apa saja yang akan dibahas di dalam penulisan skripsi ini, berikut adalah sistematika penulisan skripsi ini:.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan skripsi secara keseluruhan. Bab II penulis menguraikan panggilan sebagai katekis dan keterlibatan katekis dalam hidup menggereja. Penulis membagi bab ini menjadi empat bagian antara lain katekis sebagai panggilan Allah, peran seorang katekis, spiritualitas katekis, dan katekis dalam hidup menggereja. Bab III penulis menguraikan penelitian tentang peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi ilmu pendidikan kekhususan pendidikan agama katolik. Untuk menjelaskan bab ini, penulis membagi menjadi empat bagian antara lain gambaran umum Prodi IPPAK, metodologi penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan hasil penelitian. Bab IV menguraikan latar belakang usulan kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa IPPAK sebagai upaya meningkatkan kesadaran akan panggilan dan perannya sebagai katekis, rumusan tema dan tujuan, peserta kegiatan, waktu pelaksanaan, model pelaksanaan, matriks program kegiatan rekoleksi, dan contoh persiapan kegiatan rekoleksi sesi III. Bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan atas keseluruhan isi skripsi ini. Di samping itu, penulis juga memberikan saran untuk seluruh mahasiswa Prodi IPPAK dan Prodi IPPAK..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. BAB II PANGGILAN SEBAGAI KATEKIS DAN KETERLIBATAN KATEKIS DALAM HIDUP MENGGEREJA. Konsili Vatikan II yang diselenggarakan pada tahun 1962-1965, merupakan salah satu tonggak sejarah bagi Gereja dalam memasuki era baru. Melalui Konsili Vatikan II, Gereja mulai membuka pintu dan jendela lebar-lebar sehingga dapat melihat dunia secara lebih luas. Begitu juga sebaliknya, Gereja menerima masukkan-masukkan dari dunia. Dengan diadakannya Konsili Vatikan II Gereja mengalami penyegaran dan pembaharuan. Salah satu hasil dari penyegaran dan pembaharuan Konsili Vatikan II adalah dekrit tentang Kerasulan Awam (Apostolicam Actuositatem) yang berisikan ajaran Gereja tentang kaum awam dalam tugas sebagai pewarta Kabar Gembira. Kita patut bersyukur juga dengan adanya penyegaran dan pembaharuan Konsili Vatikan II, Gereja tidak lagi dipahami sebagai kesatuan organisatoris dan bersifat yuridis, tetapi sekarang Gereja dipahami sebagai paguyuban umat beriman akan Yesus Kristus. Paguyuban umat beriman inilah yang disebut Umat Allah. Umat Allah adalah semua orang beriman, yang karena satu Tuhan, satu iman, satu baptisan (Ef 4:5) mempunyai martabat yang sama untuk mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan rajawi Yesus Kristus (Prasetya, 2007: 15).. A. Katekis sebagai Panggilan Allah Kaum awam yang diutus oleh Allah untuk terlibat dalam kegiatan mewartakan Kabar Gembira, biasanya disebut katekis. Sebagai katekis, ia.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. memenuhi misi khususnya yaitu mewartakan Kabar Gembira dan menyampaikan ajaran Katolik yang berpusatkan pada diri dan pribadi Yesus Kristus, yang tampak dalam sabda dan karya-Nya (Prasetya, 2007: 30). Sebagai kaum awam yang telah menerima perutusan dari Allah, diharapkan mau mengambil bagian juga dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai imam, nabi, dan raja (Prasetya, 2007: 21). Mengambil. bagian. dalam. imamat. Kristus. dapat. diwujudkan. dalam. keterlibatannya di kegiatan liturgi dan peribadatan, mengambil bagian dalam kenabian Kristus diwujudkan melalui keterlibatannya dalam kegiatan pewartaan, dan mengambil bagian dalam rajawi Kristus diwujudkan dalam kegiatan penggembalaan anggota Gereja (Prasetya, 2007: 22). Dalam menguraikan katekis sebagai panggilan Allah, penulis membagi pembahasan ke dalam tiga bagian yang meliputi: pengertian panggilan, pengertian panggilan menurut Kitab Suci dan pengertian panggilan sebagai katekis.. 1.. Pengertian Panggilan Panggilan berasal dari kata memanggil (vocatio, vocare) yang artinya. masuklah seorang yang memanggil serta yang dipanggil, dan isi atau tujuan mengapa orang dipanggil. Yang memanggil ialah Allah sendiri, dan manusia yang menerima panggilan itu. Panggilan dapat dipahami sebagai undangan Allah kepada manusia supaya menyerahkan diri seluruhnya kepada pengabdian Ilahi (Beding, 1962: 5). Panggilan tersebut menunjukkan hasrat dan keinginan seseorang untuk mengabdikan hidupnya dalam pelayanan Allah.. 2.. Pengertian Panggilan menurut Kitab Suci Dalam bukunya Dister (1987: 122-125) menguraikan mengenai panggilan. menurut Kitab Suci. Yesus mewartakan Kerajaan Allah kepada semua orang..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. Dengan demikian, kita semua dipanggil-Nya mengikuti Dia yang sendiri merupakan “jalan, kebenaran, dan hidup” (Yoh 14:6). Meskipun banyak yang dipanggil, namun hanya sedikit yang dipilih (Mat 22:14). Cara yang Yesus lakukan pertama kali yaitu mengumpulkan para murid bukan mereka yang memilih Dia, tetapi Yesus sendirilah yang memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya (Mrk 3:13). Para rasul mengambil bagian dalam hidup Yesus maupun dalam tugas-Nya, seperti kita baca dalam Injil Mrk 3:14 “Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil.” Sebagai utusan, para rasul juga diberi kuasa yang besar yakni “Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan” (Mat 10:1). Segala sesuatu harus ditinggalkan untuk mengikuti Yesus yang memanggil orang menjadi “murid”-Nya, menjadi pembantu-Nya dalam mewartakan Kerajaan Allah (Mrk 1:17-20; 2:14). Setelah Yesus wafat di kayu salib, bangkit dan terangkat ke surga, para rasul baru menjalankan tugas panggilannya yaitu mewartakan Injil (Dister, 1987: 125-126). Para nabi dan para rasul mendapat panggilan, tugas dan tujuan yang sama yaitu mewartakan karya keselamatan Allah. Pewartaan yang dilakukan para nabi dan para murid bertujuan untuk membangun Kerajaan Allah di bumi yang tampak dalam Gereja Kristus. Berdasarkan uraian panggilan para nabi dan para rasul, dapat disimpulkan bahwa pengertian panggilan adalah ajakan dari Allah yang ditujukan kepada manusia yang dipilih-Nya untuk masuk dan terlibat dalam tugas Gereja yaitu mewartakan karya keselamatan Allah..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. 3.. Pengertian Panggilan sebagai Katekis Kata katekis berasal dari kata dasar katechein yang mempunyai beberapa. arti: mengomunikasikan, membagi informasi, dan mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan iman (Indra Sanjaya, 2011: 16). Katekis adalah seorang awam yang dipilih secara khusus oleh Gereja untuk memperkenalkan Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya sehingga menumbuhkan rasa cinta kepadaNya sampai pada mereka mengikuti-Nya (Komisi Kateketik KWI, 1997: 17). Katekis adalah orang-orang yang dalam semangat Roh melibatkan diri dalam perluasan dan perwujudan Kerajaan Allah yang menjadi inti dari pewartaan Kristus (Komisi Kateketik KWI, 2005: 99). Komisi Kateketik KWI (2005: 133) mengartikan katekis adalah orang beriman yang dipanggil secara khusus oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja melalui missio canonika (tugas perutusan) dari Gereja terutama dalam karya. pewartaan. Gereja. untuk. memperkenalkan,. menumbuhkan,. dan. mengembangkan iman umat di sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial. Sedangkan dalam KHK, kan. 785 dikatakan bahwa katekis adalah umat beriman kristiani awam yang sungguh-sungguh dibina dan unggul dalam kehidupan kristianinya, mereka itu di bawah bimbingan seorang misionaris, mencurahkan tenaganya di dalam pewartaan ajaran Injil dan dalam perayaanperayaan liturgi serta karya amal kasih. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa panggilan sebagai katekis adalah orang beriman kristiani yang dipilih dan dipanggil oleh Allah sendiri untuk melibatkan diri dalam perluasan dan perwujudan Kerajaan Allah, melalui tugas dari Gereja yang dipercayakan kepadanya yakni dengan.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. memperkenalkan Kristus melalui pewartaan ajaran Injil dan dalam perayaan liturgi serta dalam karya amal kasil, sehingga dapat menumbuhkan dan mengembangkan iman umat baik dalam komunitas basis, teritorial maupun kategorial.. B. Peran Seorang Katekis Seorang katekis yang menyadari panggilannya tentu akan menyadari pula perannya dalam Gereja. Penulis melihat ada lima peran katekis dalam Gereja yang terlibat dalam perwujudan dan perluasan Kerajaan Allah di dunia. Dalam bukunya Komisi Kateketik KWI (2005: 99-100) menyatakan bahwa: Peran katekis yang pertama adalah berkatekese, artinya mewartakan visi communio yang dikehendaki Allah bagi umat manusia dan mencari langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan communio tersebut. Katekis yang benar adalah orang Kristen yang menghayati secara sungguhsungguh kekristenannya sebagai bagian dari upaya Allah mewujudkan communio. Dalam mewartakan visi, ia berperan mewartakan Yesus Kristus, baik bagi orang yang belum beriman maupun orang yang sudah beriman kepada-Nya. Mewartakan Yesus Kristus berarti mewartakan Kabar Gembira bagi semua orang secara berkesinambungan dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan sehingga mereka terasa terbantu untuk semakin mengenal, mencintai dan mengimani Yesus Kristus (CT, art. 20). Peran kedua para katekis adalah mempertahankan kegandaan wajah Gereja dengan tetap hadir sebagai agen pastoral yang awam. Communio para agen pastoral Gereja tidak hanya terdiri dari para klerus, melainkan juga para awam.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. yang tidak hanya terdiri dari laki-laki, melainkan juga perempuan. Pereduksian Gereja pada kaum klerus dan pada kaum laki-laki perlu diatasi dengan membentuk dan menghadirkan para katekis laki-laki dan perempuan yang memiliki kepercayaan diri sebagai orang-orang yang mempunyai tanggungjawab dan komitmen terhadap kehidupan Gereja dan masyarakat. Dengan demikian, ada dua tuntutan bagi katekis yakni percaya diri dan berkomitmen. Percaya diri adalah sikap yang lahir dari kesadaran akan panggilan diri sebagai sarana perwujudan impian Allah bagi umat-Nya. Namun kepercayaan diri ini perlu dilengkapi dengan komitmen yang jelas di dalam karya. Komitmen berarti kesetiaan melaksanakan tanggung jawab, termasuk di dalamnya kesetiaan turut memikirkan bersama rencana pastoral dan ketelatenan melaksanakannya (Komisi Kateketik KWI, 2005: 100-101). Ketiga, peran katekis dalam mencegah pereduksian kekristenan pada persoalan ibadah. Para katekis diharapkan menyadari dan menghargai martabatnya sebagai awam, dan tidak membatasi pekerjaannya pada urusan liturgi. Sehubungan dengan itu, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam (AA, art. 5) menyatakan bahwa: Oleh sebab itu perutusan Gereja tidak saja membawakan warta Kristus dan rahmat-Nya kepada manusia, tetapi juga meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan semangat Injil. Jadi para awam yang melaksanakan perutusan Gereja ini, menjalankan kerasulannya baik di dalam Gereja maupun di dalam dunia, baik dalam tata rohani maupun dalam tata dunia. Peran keempat adalah pelayanan yang memberdayakan dan akan membangun solidaritas umat beriman. Pada peran ini katekis memberikan pelayanan kepada umat dan tugas katekis adalah membangkitkan kesadaran,.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. semangat dan ketelatenan dalam pelayanan. Sebagai petugas pastoral dan juga anggota masyarakat, seorang katekis memiliki peluang untuk menyemangati masyarakat dengan semangat pelayanan yang menjiwainya (Komisi Kateketik KWI, 2005: 103). Peran terakhir adalah peran untuk menghidupi pluralitas bidang pelayanan Gereja, baik internal maupun eksternal. Kenyataan menunjukkan bahwa para katekis dapat menjalankan profesi apa saja. Para katekis paroki yang sudah tidak bekerja lagi di paroki atau keuskupan, tetapi menekuni satu pekerjaan yang sama sekali berbeda, tetap merasa dan menyebut diri sebagai katekis. Hal ini didasarkan pada keyakinan dan komitmen akan panggilannya sebagai katekis (Komisi Kateketik KWI, 2005: 104-105).. C. Spiritualitas Katekis Setiap kegiatan akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh daya dorong yang mendasarinya. Daya dorong tersebut adalah spiritualitas. Spiritualitas bagi para katekis bersumber dari panggilan dan tugas perutusan mereka yang mencakup suatu motivasi dan panggilan kepada kesucian hidup. Spiritualitas katekis terkait erat dengan status mereka sebagai kaum awam Kristiani yang berperan serta dalam tugas kenabian, imamat, dan rajawi Kristus. Dalam buku yang berjudul Pedoman untuk Katekis (Komkat KWI, 1997: 23-30) diuraikan tentang spiritualitas katekis yang dikondisikan sesuai panggilan kerasulan mereka dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: terbuka terhadap sabda Tuhan, terhadap Gereja, dan terhadap dunia; mempunyai kehidupan yang autentik, semangat missioner, dan devosi kepada Bunda Maria..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. 1.. Keterbukaan terhadap Tuhan, Gereja dan Dunia Tugas katekis adalah menyampaikan sabda Tuhan. Sikap rohani yang. paling dasar adalah keterbukaan terhadap sabda, yang terkandung dalam wahyu, diwartakan oleh Gereja, dirayakan dalam liturgi, dan dihayati dalam kehidupan para santo (Komkat KWI, 1997: 23). Sikap ini berarti perjumpaan dengan Kristus, yang bersemayam dalam sabda, dalam ekaristi, dan dalam saudara-saudari kita. Keterbukaan terhadap sabda berarti terbuka terhadap Tuhan, Gereja, dan dunia.. a.. Keterbukaan terhadap Allah Tritunggal Para katekis harus membiarkan dirinya ditarik ke dalam lingkungan Bapa,. yang menyampaikan sabda. Putra pengejawantahan Sabda, yang berbicara hanya tentang sabda yang didengar-Nya dari Bapa (bdk. Yoh 8:26; 12:49), dan Roh Kudus yang menerangi pikiran untuk membantunya memahami sabda Tuhan dan membuka hati untuk menerima sabda dengan cinta dan mempraktekkannya (bdk. Yoh 16:12-14) (Komkat KWI, 1997: 24). Maka spiritualitas katekis harus bersumber pada sabda Tuhan yang menjadi sikap batin dalam tugasnya dengan penuh ketaatan dan tanggung jawab terhadap tugas panggilan dan perutusannya mewartakan karya keselamatan Allah dalam terang dan kekuatan Roh Kudus. Dengan demikian, seorang katekis dalam menghayati tugasnya diselaraskan dengan sabda Tuhan yang diwujudnyatakan dalam kasih kepada sesama agar semua orang mengenal kebenaran Allah dan diselamatkan.. b. Keterbukaan terhadap Gereja Keterbukaan katekis terhadap Gereja terungkap dalam cinta, pengabdian terhadap pelayanannya, dan kesediaan untuk menderita. Lebih khusus lagi,.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. keterbukaan ini terungkap dalam keterikatan dan ketaatan terhadap Paus, pusat persatuan dan ikatan persekutuan universal, dan juga terhadap uskup, bapak dan pimpinan Gereja lokal (Komkat KWI, 1997: 24-25). Para katekis harus ikut secara bertanggung jawab dalam perubahan-perubahan duniawi sepanjang perziarahan Gereja, yang pada hakikatnya bersifat misioner dan bersama dengan Gereja mendambakan persekutuan akhir dengan Kristus sang mempelai. Para katekis adalah anggota Gereja yang ingin mereka bangun, dan dari Gereja inilah mereka memperoleh amanat untuk menjadi katekis. Hanya dengan sikap keterbukaan seorang katekis terhadap Gereja yang harus mereka layani dengan penuh cinta, pengabdian dan ikut memanggul salib-Nya (ikut menderita) bersama Kristus maka spiritualitas seorang katekis dalam pemahaman Gereja yang harus tetap memperjuangkan terwujudnya karya keselamatan Allah akan semakin dipahami dan diwujudnyatakan dalam keterikatan dan ketaatannya terhadap Paus sebagai pemimpin Gereja.. c.. Keterbukaan terhadap Dunia Para katekis dipanggil untuk bekerja di dunia dan untuk dunia ini, tanpa. sepenuhnya menjadi milik dunia ini (bdk. Yoh 17:14-21). Ini berarti bahwa mereka harus sepenuhnya terlibat dalam kehidupan masyarakat di sekitar mereka, tanpa mundur karena takut akan kesulitan-kesulitan yang dihadapi atau menarik diri karena lebih senang diam dan tidak berbuat apa-apa. Keterbukaan terhadap dunia merupakan salah satu spiritualitas katekis atas dasar cinta rasuli Kristus Gembala yang Baik, yang datang untuk “mengumpulkan dan menyatukan anakanak Allah yang terceraiberai” (Yoh 11:52). Para katekis harus dipenuhi dengan cinta kepada saudara-saudarinya ketika mereka mewartakan bahwa Tuhan.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. mencintai dan memberikan keselamatan-Nya kepada semua orang (Komkat KWI, 1997: 25).. 2.. Keutuhan dan Keaslian Hidup Seorang katekis sebelum mewartakan sabda harus menjadikan dan. menghayati sabda itu sebagai miliknya. Apa yang diajarkan oleh katekis bukan semata-mata ilmu atau teori belaka melainkan iman yang dihidupinya dan dipraktekkan secara nyata dalam hidup sehari-hari. Oleh karena itu, dibutuhkan keutuhan dan keaslian hidup. Seorang katekis hidup dalam doa, peka terhadap pengalaman akan Tuhan, setia terhadap tindakan Roh Kudus dan keteraturan batin dan lahiriah, yang disesuaikan dengan berbagai situasi pribadi maupun keluarga dari setiap orang (Komkat KWI, 1997: 26).. 3.. Semangat Misioner Seorang katekis dalam tugas perutusan-Nya mewartakan Kerajaan Allah. dan Injil (Mrk 16:15) serta membimbing dan menuntun sesamanya agar mengenal Injil tersebut. Seorang katekis harus mempunyai semangat kerasulan yang tinggi, berani dan semangat mewartakan Injil walaupun resikonya ditolak dan tidak didengarkan. Walaupun demikian, seorang katekis mempunyai keyakinan bahwa Kristus yang diwartakan selalu menyertainya. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci pekerja sedikit dan tuaian banyak, katekis menjalankan tugas Allahlah yang bertanggungjawab atas hasil yang dijalankan pekerja-Nya (Komkat KWI, 1997: 27-29)..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. 4.. Devosi Kepada Bunda Maria Spiritualitas katekis akan diperkaya oleh devosi yang mendalam kepada. bunda Tuhan. Sebelum menjelaskan kepada orang lain tempat Maria dalam misteri Kristus dan Gereja, mereka harus merasakan kehadirannya dalam hati mereka dan harus memberi kesaksian akan kesucian yang tulus dari Bunda Maria, yang akan mereka sampaikan kepada umat. Mereka akan menemukan dalam diri Bunda Maria suatu model yang sederhana dan efektif bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Perawan Maria dalam hidupnya telah memberi contoh mengenai kasih ibu yang harus membangkitkan semangat semua orang yang ikut ambil bagian dalam misi kerasulan Gereja demi kelahiran kembali umat manusia karena pewartaan sabda selalu dikaitkan dengan doa, perayaan ekaristi, dan pembangunan komunitas Kristiani (Komkat KWI, 1997: 29-30).. D. Katekis dalam Hidup Menggereja Sebagai umat beriman yang telah dibaptis kita dipanggil untuk ikut ambil bagian dalam tugas Gereja. Salah satu bentuk nyata keterlibatan umat beriman dalam tugas Gereja yaitu menerima panggilan sebagai seorang katekis. Perlu disadari bahwa masa depan Gereja juga berada dalam tangan katekis. Katekis dituntut untuk mampu berperan secara aktif dalam setiap kegiatan hidup menggereja, baik dalam lingkup Paroki maupun lingkungan tempat tinggalnya. Untuk dapat berperan secara aktif katekis dituntut mampu memahami dan menghayati peranannya dalam kegiatan hidup menggereja. Adanya peranan aktif dari katekis akan membantu umat beriman untuk semakin menghayati imannya. Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai dinamika hidup menggereja dan keterlibatan katekis dalam hidup menggereja..

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. 1.. Dinamika Hidup Menggereja Menengok sejenak sejarah Gereja, kita dapat melihat adanya perubahan. pemahaman Gereja tentang dirinya dan misinya. Perubahan pemahaman Gereja tentang dirinya secara konsekuen membawa perubahan pada pemahaman tentang misi dan sikap Gereja terhadap dunia dan agama-agama lain. Pada kehidupan jemaat perdana sebagaimana dikisahkan dalam Kisah Para Rasul 2:41-47, kita melihat kehidupan komunitas beriman yang ditandai oleh kerukunan dalam persekutuan,. berdoa. bersama,. sikap. saling. memperhatikan,. solidaritas,. kepemilikan bersama, hubungan yang penuh kasih persaudaraan di antara anggota. Berkat kesaksian khotbah Petrus dan rasul-rasul mereka menyediakan diri untuk dibaptis dan bergabung dalam komunitas jemaat. Setelah dibaptis mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (kerygma) dan dalam persekutuan, selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (liturgi). Mereka membentuk persekutuan (koinonia) dan memiliki kepedulian serta rasa solidaritas yang tinggi satu sama lain. Hal ini nampak dalam sikap mereka bahwa segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing (diakonia). Cara hidup jemaat semacam itulah yang menimbulkan perhatian dan daya tarik bagi orang lain, sehingga mereka disukai semua orang. Dari gambaran dinamika jemaat perdana tersebut, dapat ditemukan corak dinamika hidup menggereja yang diwarnai oleh kegiatan-kegiatan menggereja dalam pewartaan, liturgi, persekutuan, dan pelayanan..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. a.. Pewartaan (Kerygma) Kerygma berarti pewartaan, mewartakan tentang Kabar Gembira bahwa. dalam Yesus Kristus Allah menyelamatkan manusia. Pewartaan akan Yesus Kristus harus terus dijalankan tanpa henti agar umat beriman dapat senantiasa berjumpa dengan Yesus Kristus dan mengenal-Nya (Ardhisubagyo, 1987: 27). Melalui bidang karya ini, diharapkan dapat membantu Umat Allah untuk mendalami kebenaran Firman Allah, menumbuhkan semangat untuk menghayati hidup berdasarkan semangat Injili, dan mengusahakan pengenalan yang semakin mendalam akan pokok iman Kristiani supaya tidak goyah dan tetap setia dalam menghadapi tantangan hidup. Sebagai umat beriman, keterlibatan dalam bidang pewartaan ini dapat diwujudkan melalui kegiatan pendalaman iman.. b. Liturgi (Liturgi) Liturgi berarti ikut serta dalam perayaan ibadat resmi yang dilakukan Yesus Kristus dalam Gereja-Nya kepada Allah Bapa. Kehidupan liturgi ditingkatkan dalam Gereja untuk dapat mencapai tujuannya, yakni menjadi sumber dan puncak kegiatan Gereja dalam arti yang tepat (Sumarno Ds., 2012: 57). Menurut Prasetya (2003: 53-54) bentuk partisipasi umat beriman dalam bidang liturgi dapat diwujudkan melalui keterlibatannya sebagai petugas liturgi, seperti: 1) Putra-putri altar atau misdinar, yaitu anak-anak yang bertugas melayani altar atau melayani melayani Imam dalam tindak liturgi yang sedang dirayakan. 2) Lektor, yaitu orang yang bertugas membacakan sabda Allah yang ada dalam Kitab Suci dengan baik dan jelas. 3) Pemazmur, yaitu orang yang bertugas menyanyikan aneka mazmur sebagai tanggapan atas sabda Allah yang telah didengarnya..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. 4) Dirigen, yaitu orang yang bertugas memimpin dan mengarahkan para anggota koor atau umat beriman Katolik dalam menyanyikan lagu secara benar dan baik. 5) Paduan suara, yaitu orang-orang yang bertugas menyanyikan aneka lagu, dalam suasana kebersamaan, yang dapat membantu atau mendukung kemeriahan dan keagungan tindak liturgi yang sedang dirayakan. 6) Organis atau pemain alat musik lainnya, yaitu orang yang ahli dalam mengiringi lagu-lagu yang dinyanyikan oleh anggota koor atau umat beriman Katolik. 7) Pembaca doa umat, yaitu orang yang bertugas mewakili seluruh umat beriman Katolik dalam menghaturkan doa di hadirat Allah, baik itu ucapan terima kasih, ucapan syukur maupun permohonan. 8) Petugas kolekte, yaitu orang-orang yang bertugas mengumpulkan sebagian dari harta kekayaan umat beriman Katolik, biasanya berupa uang. 9) Petugas persembahan, yaitu orang-orang yang bertugas mewakili umat beriman Katolik dalam mempersembahkan bahan-bahan Ekaristi dan sebagian harta kekayaannya kepada Allah melalui Gereja. 10) Komentator, yaitu orang yang bertugas membantu umat beriman Katolik dalam memahami dan menghayati keseluruhan tindak liturgi yang sedang dirayakan.. c.. Persekutuan (Koinonia) Kata koinonia pada dasarnya berarti persekutuan-persaudaraan. Pola dasar. koinonia ini adalah pengalaman jemaat kristiani perdana yang menanamkan hidup sehati-sejiwa, milik bersama, hidup dalam kasih karunia yang berlimpah-limpah (Ardhisubagyo, 1987: 24). Sebagai orang beriman, kita dipanggil dalam persatuan erat dengan Allah Bapa dan sesama manusia melalui Yesus Kristus, Putera-Nya, dalam kuasa Roh Kudus. Bidang karya ini, dapat menjadi sarana untuk membentuk jemaat yang berpusat dan menampakkan kehadiran Kristus untuk menyatukan jemaat sebagai Tubuh Mistik Kristus. Oleh karena itu diharapkan dapat menciptakan kesatuan: antar umat, umat dengan paroki/keuskupan dan umat dengan masyarakat. Paguyuban ini diwujudkan dalam menghayati hidup.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. menggereja baik secara teritorial (keuskupan, paroki, stasi / lingkungan, keluarga) maupun dalam kelompok-kelompok kategorial yang ada dalam Gereja.. d. Pelayanan (Diakonia) Kata diakonia biasanya diartikan sebagai pelayanan. Pelayanan Gereja yang didasari oleh Yesus sendiri, Sang Kepala Gereja, yang menyembuhkan, memperhatikan orang-orang kecil dan mengampuni dosa (Ardhisubagyo, 1987: 30). Pelayanan yang diberikan oleh Gereja tidak hanya sebatas dalam lingkup Gereja saja tetapi terbuka juga untuk masyarakat luas karena Gereja bukan sebuah lingkungan tertutup yang kuatir akan pengaruh luar dan mengasingkan diri dari masalah-masalah kehidupan masyarakat (Ardhisubagyo, 1987: 31). Melalui bidang karya ini, umat beriman menyadari akan tanggung jawab pribadi mereka akan kesejahteraan sesamanya. Oleh karenanya dibutuhkan adanya kerjasama dalam kasih, keterbukaan yang penuh empati, partisipasi dan keikhlasan hati untuk berbagi satu sama lain demi kepentingan seluruh jemaat.. 2.. Keterlibatan Katekis dalam Hidup Menggereja Di atas telah diuraikan bahwa jemaat perdana yang percaya pada Tuhan. Yesus dan memberi diri dibaptis pertama-tama karena mendengar pewartaan dari para rasul. Seorang katekis dipanggil secara khusus untuk melanjutkan karya pewartaan seperti para rasul supaya Gereja sepanjang masa tetap hidup dan berkembang seperti Gereja perdana. Keberadaan katekis sebagai seorang pewarta diwujudkan melalui keterlibatannya dalam hidup menggereja baik di paroki maupun di lingkungan. Keterlibatan katekis dalam Gereja pada umumnya sama.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. dengan peranan kaum awam yaitu sebagai kaum beriman kristiani yang mempunyai martabat sebagai Umat Allah dan tugas perutusan di dunia yaitu membangun Tubuh Kristus atau Gereja (Prasetya, 2007: 23). Melalui keterlibatan inilah katekis mengambil bagian dalam mengembangkan pewartaan Kabar Gembira melalui pengajaran iman (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), dan pelayanan iman (diakonia). Keterlibatan katekis dalam tugas Gereja itu hendaknya dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan diharapkan mampu membantu umat beriman yang lain untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengimani Yesus Kristus.. a.. Keterlibatan. Katekis. dalam Tugas. Pewartaan. Kabar. Gembira. (Kerygma) Salah satu bentuk keterlibatan katekis dalam karya tugas pewartaan (kerygma) adalah Penginjilan (evangelisasi) berarti membawa Kabar Baik kepada segala tingkat kemanusiaan, dan melalui pengaruh Injil merubah umat manusia dari dalam dan membuatnya menjadi baru (EN, art. 18). Kerygma ialah pernyataan lisan dan verbal Injil Yesus Kristus, dengan jalan menguraikan kemampuan kreatif dan dinamis Sabda Allah (Sumarno Ds., 2012: 37). Pewartaan Injil ini bertujuan untuk mewartakan Warta Gembira kepada segenap umat manusia sehingga mereka semakin beriman dan mau bertobat. Isi evangelisasi memberikan kesaksian mengenai kasih Bapa, mewartakan penebusan Yesus Kristus, mewartakan kasih persaudaraan terhadap semua orang, saling berbagi dan mengampuni, menghayati sakramen, hidup di tengah masyarakat dengan menciptakan perdamaian dan keadilan. Gereja dalam usahanya untuk mewartakan.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. Kabar Gembira dan memaklumkan Kerajaan Allah di dunia, mengikutsertakan kaum awam yang biasanya disebut katekis atau guru agama (Prasetya, 2003: 68). Keikutsertaan katekis dalam bidang pewartaan ini berarti ikut ambil bagian dalam kenabian Kristus. Sebagai katekis, kaum awam memenuhi misi khususnya, yaitu mewartakan Kabar Gembira dan menyampaikan ajaran Kristen yang berpusatkan pada diri dan pribadi Yesus Kristus, yang nampak dalam sabda dan karya-Nya. Keterlibatan katekis dalam bidang karya ini tidak cukup apabila hanya membaca dan mendengarkan Sabda Tuhan, tetapi harus diwujudkannya melalui tindakan nyata untuk memperluas Kerajaan Allah sehingga orang tidak mudah goyah dan tetap setia dalam menjalani hidupnya. Sebagai katekis, kaum awam diharapkan memahami kegiatan pewartaan sebagai. proses. mewartakan. Kabar. Gembira. yang. terjadi. secara. berkesinambungan, mulai dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan. Kedua tahap ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain karena mempunyai kekhasan masing-masing.. 1) Tahap Pengajaran Pada tahap ini, kegiatan pewartaan dilakukan dengan mewartakan Injil kepada orang lain yang belum mengenal Yesus Kristus, dengan tujuan agar orang tersebut bertobat dan menyatakan imannya akan Yesus Kristus, sebagai anggota Gereja. Dalam kegiatan ini diharapkan katekis mampu menyampaikan pengakarannya atau misterinya secara sistematis dan terorganisir. Kegiatan pewartaan ini senantiasa menyentuh seluruh kalangan jemaat, mulai dari pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18). Tugas-tugas katekis dalam tahap pengajaran ini yaitu mempersiapkan orang untuk menerima sakramen Baptis, mempersiapkan umat beriman Katolik guna menerima Komuni Pertama dan sakramen Penguatan atau Krisma dengan baik dan layak.. a) Persiapan Sakramen Baptis Baptis adalah dasar dari seluruh kehidupan Kristen dan menjadi pintu masuk untuk menerima sakramen-sakramen lainnya. Sebelum menerima sakramen baptis, para katekumen wajib mengikuti katekese persiapan pembaptisan (katekumenat). Katekese persiapan pembaptisan dilaksanakan melalui empat masa dan tiga tahap, dengan materi yang tidak hanya berisi penjelasan-penjelasan tentang ajaran Gereja dan hukum, melainkan merupakan suatu pembinaan dalam seluruh hidup Kristiani, yang membantu para katekumen untuk bersatu dengan Kristus, Guru mereka (Komkat Keuskupan Purwokerto, 2014: 50). Dalam tahap katekumenat, para katekumen diajak untuk mendalami tentang penghayatan ajaran iman dan moral gereja dalam kehidupan sehari-hari, seperti: doa pribadi, baca Injil, mengikuti kegiatan lingkungan, pelayanan solidaritas di dalam keluarga atau kegiatan pribadi dan mengikuti misa mingguan. Tugas-tugas yang dapat dilakukan seorang katekis dalam persiapan Sakramen Baptis ini antara lain memikirkan serta menyusun program kerja sebagai persiapan terlaksananya pengajaran bagi para calon penerima Sakramen Baptis, mengemban tanggung jawab sebagai pemandu/pendamping, mengevaluasi setiap proses pendampingan yang dilaksanakan. Memberikan perhatian kepada.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. para katekumen yang menjadi tanggung jawabnya (misalnya kehadirannya dalam Perayaan Ekaristi dan mulai terlibat dalam kegiatan menggereja), mengadakan koordinasi dengan tim liturgi sehubungan dengan tahap-tahap penerimaan Sakramen Baptis.. b) Persiapan Komuni Pertama Ekaristi adalah sakramen yang dengannya umat Katolik mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus untuk turut serta dalam pengorbanan diriNya. Dalam KHK, kan. 897 mendefinisikan Ekaristi sebagai “Sakramen yang terluhur”, di mana Kristus Tuhan dihadirkan, dikurbankan dan disantap dan dengan mana Gereja selalu hidup dan berkembang. Ekaristi merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani, maka para calon Komuni Pertama perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara memadai melalui pertemuan-pertemuan yang dipimpin oleh katekis. Katekis adalah orang yang dipercaya oleh Gereja untuk membantu anak-anak mempersiapkan menyambut komuni pertama. Persiapan bagi calon Komuni Pertama memerlukan keterampilan dan kemampuan katekis untuk mengolah bahan-bahan yang ada. Tujuan dari pertemuan ini adalah agar para calon penerima Komuni Pertama mampu memahami dan menghayati makna Ekaristi dalam hidupnya, sehingga mampu memberikan kesaksian dalam sikap dan tindakan nyata (Komkat Keuskupan Purwokerto, 2014: 79). Kehadiran katekis bukan pertama-tama sebagai guru, tetapi sebagai orang beriman yang membantu anak-anak untuk semakin menghayati imannya. Salah satu unsur suasana iman adalah sikap penyerahan diri terhadap bimbingan Roh yang berkarya pada setiap anak. Selain mempersiapkan pertemuan bagi calon.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. Komuni Pertama, katekis juga perlu memprogramkan rekoleksi menjelang penerimaan Sakramen Ekaristi baik untuk anak maupun orangtua calon penerima Komuni. Pertama. dengan. tujuan. supaya. orangtua. dapat. mendampingi. pertumbuhan dan perkembangan iman putra-putrinya setelah menerima Komuni Pertama. Mengagendakan penerimaan Sakramen Tobat bagi para calon penerima Komuni Pertama, berkoordinasi dengan tim liturgi untuk mengadakan persiapan sebelum penerimaan Komuni Pertama (gladi bersih untuk penyambutan Komuni Pertama dalam perayaan Ekaristi, pengarahan-pengarahan terakhir supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar).. c). Persiapan Sakramen Penguatan Sakramen penguatan merupakan sakramen yang memberikan materai di. mana orang-orang yang dibaptis melanjutkan perjalanan inisiasi Kristiani dan diperkaya dengan anugerah Roh Kudus serta dipersatukan secara lebih sempurna dengan Gereja (Komkat Keuskupan Purwokerto, 2014: 59). Dalam pertemuan katekese persiapan krisma, pembina (katekis) tidak berdiri sebagai pengajar, tetapi pendamping; bukan juga sebagai guru, tetapi fasilitator yang bertugas membantu para calon krisma menumbuhkan benih-benih (iman, Roh Kudus, tanggung jawab, kesaksian) yang sudah ada dalam dirinya dapat tumbuh dan berkembang (Mariyanto, 1987: 7). Jadi, fungsi pembina adalah membantu para calon, supaya lewat proses dan keterlibatan aktif mereka menyadari, memahami, menemukan nilai-nilai iman yang menjadi sasaran pembinaan/persiapan krisma ini. Pendampingan persiapan penerimaan Sakramen Penguatan bertujuan agar para calon semakin menyadari kehadiran Roh Kudus dalam Sakramen Penguatan dan secara mendasar membarui hidupnya. Dengan menerima Sakramen Penguatan,.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. mereka mengemban tugas untuk mewartakan dan membela iman sebagai saksi Kristus yang sejati baik melalui perkataan maupun perbuatan (LG, art. 11). Tugas-tugas yang dapat dilakukan seorang katekis dalam persiapan Sakramen Penguatan antara lain memikirkan serta menyusun program kerja sebagai persiapan terlaksananya pendampingan calon penerima Sakramen Penguatan,. sebagai. pemandu/pendamping,. mengevaluasi. setiap. proses. pendampingan yang dilaksanakan. Selain itu katekis juga perlu memprogramkan rekoleksi menjelang penerimaan Sakramen Penguatan bagi para calon penerima Sakramen Penguatan tujuannya supaya peserta semakin memahami makna Sakramen Penguatan yaitu bahwa dengan menerima Sakramen Penguatan mereka diutus untuk memberi kesaksian imannya akan Kristus, memprogramkan penerimaan Sakramen Tobat sebelum upacara penerimaan Sakramen Penguatan, berkoordinasi dengan tim liturgi untuk mengadakan persiapan sebelum penerimaan Sakramen Penguatan (gladi bersih dan pengarahan-pengarahan terakhir supaya dalam pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar).. 2) Tahap Pendewasaan Pada tahap ini, kegiatan pewartaan dilihat sebagai komunikasi iman atau persekutuan iman yang dilakukan di antara umat beriman Katolik, yang membicarakan tentang iman Katolik, dan dalam usaha untuk mengembangkan iman Katolik satu sama lain, baik yang menyangkut pengetahuan atau penghayatannya. Melalui tahap ini, katekis berperan sebagai pemandu pendalaman iman, pendalaman Kitab Suci, dan sebagainya (Prasetya, 2003: 73). Kegiatan pewartaan dalam tahap ini bertujuan untuk mengembangkan iman Katolik dan sebagai kegiatan yang berlandaskan pada kesaksian pribadi..

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. Kesaksian pribadi hendaknya diupayakan oleh katekis itu sendiri untuk menghidupi, dengan penuh ketulusan hati, melalui apa yang diwartakan dan yang dikatakannya. Kesaksian pribadi juga berkaitan erat dengan kehidupan dan tindakan pribadi katekis itu sendiri, yang diharapkan mengarah pada kebenaran. Dalam menjalankan kegiatan pewartaan, hendaknya katekis juga menyadari bahwa dasar yang pertama dan utama adalah Roh Kudus yang berkarya dalam diri katekis dan juga dalam diri para pendengarnya. Selain terbuka dan mengandalkan karya Roh Kudus, kegiatan pewartaan ini diharapkan dapat berlangsung dalam sikap dan semangat dialogal, yang menekankan pentingnya hubungan pribadi antara katekis dengan pendengarnya serta menggunakan aneka media komunikasi yang cocok dan memakai metode-metode yang sesuai sehingga proses pewartaan ini dapat dibawakan dengan menarik. Upaya-upaya yang dapat dilakukan misalnya menggunakan sarana-sarana audio visual, buku-buku kecil, diskusi-diskusi, pelajaran-pelajaran. Media komunikasi yang dapat digunakan misalnya televisi, radio, media cetak, rekaman tape, dll. Hal ini dirasa sangat penting mengingat situasi zaman sekarang sangat maju dan berkembang, sehingga tidaklah mencukupi apabila kegiatan pewartaan tidak menggunakan alat-alat yang memadai. Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa keberadaan dan peranan katekis sungguh amat penting dalam kegiatan pewartaan. Oleh karenanya, seorang katekis diharapkan mempunyai kepribadian yang bermutu, baik yang menyangkut kehidupan rohani maupun pribadinya. Katekis juga diharapkan mempunyai kematangan hidup rohani karena kehidupan rohaninya akan menjadi dasar pewartaannya dan sekaligus mencerminkan isi pewartaan yang disampaikan sebagai bentuk dan wujud kesaksian hidupnya. Selain hidup rohani dan.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. pribadinya, katekis juga perlu pembinaan, baik secara formal maupun informal, agar katekis mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dan keterampilan berpastoral. agar. isi. pewartaannya. sungguh. berbobot. dan. dapat. dipertanggungjawabkan serta mempunyai berbagai keterampilan yang dapat mendukung pewartaannya.. b. Keterlibatan Katekis dalam Perayaan Iman (Liturgi) Liturgi Gereja adalah sebagai puncak perayaan iman umat, dan merupakan tempat dimana umat beriman dapat mengungkapkan hubungan pribadinya dengan Allah (Suroso, 2001: 9). Hubungan pribadi antara manusia dengan Allah dalam Gereja dapat diwujudkan melalui perayaan liturgi. Dalam liturgi dan perayaan sakramen-sakramen, umat mengungkapkan imannya serta menanggapi karya keselamatan Allah dengan bersyukur, pujian dan doa. Dalam perayaan, umat sungguh-sungguh merasakan kehadiran dan bimbingan Tuhan dalam hidupnya. Sebagai umat beriman Katolik yang menerima panggilan sebagai katekis sudah selayaknya mau terlibat secara aktif dalam kegiatan liturgi. Aktif dalam kegiatan liturgi merupakan wujud keterlibatan katekis untuk mengambil bagian dalam tugas imamat Kristus. Katekis dalam menjalankan tugas perutusan ini diharapkan melakukannya dengan sepenuh hati sehingga dapat membantu umat beriman Katolik lainnya untuk mengalami relasi yang akrab dengan Allah atau mewujudkan kebersamaan dengan sesamanya dalam paguyuban (Prasetya, 2003: 50). Partisipasi aktif katekis dalam bidang liturgi dapat diwujudkan dalam memimpin ibadat sabda/doa bersama dengan bermacam-macam ujub/intensi,.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. devosi: kepada Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, ziarah, dan menyusun buku panduan misa. Keterlibatan tersebut tentunya harus didasarkan pada rasa tanggung jawab serta semangat untuk merayakan iman bersama dengan umat. Selain keterlibatan katekis yang sudah disebutkan di atas, juga bisa bekerjasama dengan tim liturgi untuk mengupayakan peningkatan pemahaman dan penghayatan umat dalam hal liturgi seperti: tata cara mengikuti misa, arti simbol-simbol gereja dalam perayaan liturgi, cara memilih lagu yang sesuai dengan tahun liturgi, arti gerakan-gerakan badan dalam misa, arti persiapan batin, penciptaan suasana khusuk dan khidmat sepanjang misa berlangsung.. c.. Keterlibatan Katekis dalam Persekutuan Orang Beriman (Koinonia) Koinonia adalah usaha pelayanan Gereja untuk membentuk dan. membangun komunitas orang beriman secara menyeluruh (Suroso, 2001: 7). Pelayanan yang termasuk dalam karya ini bertujuan untuk mempersatukan dan saling melayani sebagai umat kristiani agar mereka hidup dalam persekutuan dan persaudaraan sesuai dengan imannya akan Yesus Kristus. Selain itu, dalam kebersamaannya mereka juga mengusahakan perdamaian dan kerukunan baik di dalam komunitas itu sendiri maupun dengan komunitas lain (kelompok beriman lain). Kekhasan koinonia Gereja adalah dalam usahanya untuk membangun dan membentuk komunitas orang beriman agar menjadi lebih baik dan mendalam dalam menghayati hidup berimannya (Suroso, 2001: 7-8). Sebagai seorang katekis pelayanan dalam bidang koinonia yang dapat dilakukan. adalah. mengadakan. program. pembinaan. dan. pelaksanaan. pendampingan baik untuk anak-anak, remaja maupun kaum muda, mengadakan.

Gambar

Tabel 1:  Variabel Penelitian…………………………………………….  50  Tabel 2:  Identitas dan Latar Belakang Responden (N=40)…………….
Tabel 1. Variabel Penelitian
Tabel  3  memaparkan  hasil  penelitian  penulis  mengenai  pemahaman  mahasiswa Prodi IPPAK terhadap panggilan dirinya sebagai katekis

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma klasifikasi yang terbaik digunakan pada small dataset atau set data dengan jumlah instan kecil adalah Naïve Bayes dan SMO, sedangkan yang terbaik digunakan pada big

Sun kana kin minta sun puran an Rio V erde Medio kaimᵼnmintu sun ashampa paishpa sun want ᵼn pᵼnkᵼh kammu yalkin, wai ᵼamtu su akwa wai kamarᵼt an

Bana gelince, duyulan, görülen, anlatılabilen bunca güzelliğin ötesinde çok değişik, bambaşka bir yanı var Topkapı Sarayı’nın.. Yıllarca beni kendine çekip

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang tentang fenomena poligami serta

De todas as brocas que podem ser utilizadas para realização da osteotomia a esférica é a que apresenta os requisitos mais válidos para remoção de tecido ósseo, pois origina

inklusi dan melaksanakan praktik inklusi ( Indek Inklusi yang dikeluarkan oleh CSIE : 2003).Sekolah reguler belum siap melaksanakan pendidikan inklusif, hal ini

Terdapat dua hasil optimal dalam penyelesaian problem transportasi di atas dengan Assignment method, VAM and MODI, Northwest Corner rule and Stepping-Stone method,

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan