• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

27. Kata Martir berasal dari bahasa Yunani Martyr yang artinya …

bahasa Yunani Martyr yang artinya ….  Saksi 23 57,5%  Pewarta 14 35%  Gembala - -  Orang kudus 3 7,5%

(1) (2) (3) (4) (5) 28 Sejak awal Gereja

memahami kemartiran sebagai ….  Baptisan suci 12 30%  Baptisan batin 1 2,5%  Baptisan darah 27 67,5%  Baptisan darurat - - 29 Sebagai calon katekis keterlibatan saya di bidang  Selalu mengusahakan kehidupan yang baik dan bersatu dalam Gereja 1 2,5% Martyria dapat diwujudkan dalam bentuk ….  Kesediaannya melayani umat dengan tulus hati tanpa mengharapkan imbalan

11 27,5%

 Kesanggupannya di tempatkan dimana saja meski tahu banyak tantangan

6 15%

 Sanggup menjadi saksi kebenaran iman meskipun mengalami penderitaan

22 55%

a. Laporan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja

Hasil penelitian tabel 6 mengenai variabel bidang karya katekis dalam rangka pelayanan hidup menggereja dapat diuraikan sebagai berikut: Nomor item 20 mengenai tugas dalam kegiatan pewartaan yang pernah dilakukan sebagai calon katekis, diperoleh data sebagai berikut: sejumlah 25 mahasiswa (62,5%) menyatakan pernah memimpin pendalaman iman, 6 mahasiswa (15%) menyatakan pernah membimbing rekoleksi, 5 mahasiswa (12,5%) menyatakan pernah membimbing retret, dan 2 mahasiswa (5%) menyatakan pernah memberikan katekese sakramen inisiasi. Sedangkan jawaban lainnya 2 mahasiswa menyatakan pernah melakukan semua kegiatan yang ada pada alternatif jawaban.

Nomor item 21 mengenai pusat pewartaan seorang katekis, diperoleh data sebagai berikut: sejumlah 22 mahasiswa (55%) menyatakan pusat pewartaan katekis pada sabda dan karya Yesus Kristus, 18 mahasiswa (45%) menyatakan pusat pewartaan katekis pada Diri dan pribadi Yesus Kristus.

Nomor item 22 dengan pertanyaan supaya semua umat beriman bertobat dan menyatakan imannya akan Yesus Kristus, maka kegiatan pewartaan hendaknya diberikan kepada seluruh kalangan jemaat 23 mahasiswa (57,5%), diberikan kepada kaum muda dan orang dewasa 1 mahasiswa (2,5%), diberikan kepada semua orang yang telah dibaptis 15 mahasiswa (37,5%), dan diberikan kepada semua orang yang telah menerima sakramen penguatan 1 mahasiswa (2,5%).

Nomor item 23 mengenai tugas dalam kegiatan liturgi yang sering dilakukan sebagai calon katekis, diperoleh data sebanyak 10 mahasiswa (25%) menyatakan sering menjadi petugas koor, 4 mahasiswa (10%) menyatakan sering menjadi petugas lektor, 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan sering menjadi petugas tatalaksana, dan 20 mahasiswa (50%) menyatakan sering memimpin ibadat sabda atau doa bersama. Sedangkan jawaban lainnya 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan sering melakukan semua kegiatan yang ada pada alternatif jawaban di atas.

Nomor item 24 mengenai pertanyaan kegiatan liturgi merupakan wujud nyata tugas Kristus sebagai imam 19 mahasiswa (47,5%), sebagai nabi 14 mahasiswa (35%), dan sebagai penyelamat 7 mahasiswa (17,5%).

Nomor item 25 mengenai keterlibatan dalam koinonia yang sering diikuti sebagai mahasiswa adalah sebagai pemandu pendalaman iman 14 mahasiswa (35%), dan keikutsertaan dalam doa rosario 12 mahasiswa (30%). Sedangkan

latihan koor 4 mahasiswa (10%), sarasean lingkungan 7 mahasiswa (17,5%) dan kegiatan lainnya yakni semua diikuti 2 mahasiswa (5%) dan terlibat dalam komunitas kategorial 1 mahasiswa (2,5%).

Nomor item 26 mengenai kegiatan pelayanan iman kepada masyarakat yang dilakukan sebagai calon katekis, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 26 mahasiswa (65%) menyatakan aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan mengunjungi yang sakit, 7 mahasiswa (17,5%) menyatakan mengunjungi dan menyapa yang tidak aktif lagi di gereja, dan 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan mengadakan kunjungan ke panti asuhan atau panti jompo. Sedangkan jawaban lainnya 1 mahasiswa (2,5%) menyatakan pernah melakukan semua kegiatan pada alternatif jawaban.

Nomor item 27 mengenai pemahaman mahasiswa tentang arti kata martyr, diperoleh data sebagai berikut: sebanyak 23 mahasiswa (57,5%) menyatakan martyr adalah saksi, 14 mahasiswa (35%) menyatakan martyr adalah pewarta dan 3 mahasiswa (7,5%) menyatakan martyr adalah orang kudus.

Nomor item 28 mengenai pemahaman mahasiswa tentang kemartiran, diperoleh data sebanyak 12 mahasiswa (30%) menyebut kemartiran sebagai baptisan suci, 1 mahasiswa (2,5%) menyebut kemartiran sebagai baptisan batin, dan 27 mahasiswa (67,5%) menyebut kemartiran sebagai baptisan darah.

Nomor item 29 mengenai keterlibatan dalam bidang Martyria yang dilakukan sebagai calon katekis, sebanyak 22 mahasiswa (55%) sanggup menjadi saksi kebenaran iman meskipun mengalami penderitaan, 11 mahasiswa (27,5%) bersedia melayani umat dengan tulus hati tanpa mengharapkan imbalan, 6 mahasiswa (15%) sanggup ditempatkan di mana saja meski tahu banyak

tantangan, dan 1 mahasiswa (2,5%) terlibat dalam usaha menciptakan kehidupan yang baik dan bersatu dalam Gereja.

b. Pembahasan Hasil Penelitian Bidang Karya Katekis dalam Rangka Pelayanan Hidup Menggereja

Keterlibatan katekis dalam hidup menggereja cukup beragam, yakni dalam bidang pewartaan (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), pelayanan iman (diakonia) dan kesaksian iman (martyria). Keterlibatan katekis ini diharapkan oleh mahasiswa calon katekis turut dilakukan karena keterlibatan ini tidak akan terlepas dari kehidupan mahasiswa calon katekis di mana kelak mereka akan terlibat dalam kehidupan tersebut.

Keterlibatan mahasiswa calon katekis dalam kehidupan menggereja dapat terlihat dari hasil penelitian, salah satunya melalui bidang pewartaan (kerygma). Keterlibatan dalam bidang pewartaan yang banyak dilakukan oleh mahasiswa adalah memimpin pendalaman iman. Hal ini disebabkan karena ada mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa untuk melakukan kegiatan tersebut. Walaupun bersifat wajib, namun memberikan kontribusi yang baik bagi mahasiswa calon katekis di mana mereka akan semakin terampil dalam berkatekese di lingkungan.

Pewartaan yang dilakukan oleh katekis tidak akan terlepas dari pribadi Yesus Kristus, karena pusat pewartaan katekis adalah Yesus Kristus sendiri. Dari hasil penelitian, mahasiswa sudah memahami pusat pewartaan katekis adalah Yesus (Kristosentris). Yang diwartakan katekis adalah Diri, pribadi, sabda dan karya Yesus.

Harapan atas pewartaan katekis adalah umat menyatakan imannya kepada Allah dan pertobatan yang menyeluruh dari umat. Agar harapan tersebut terwujud maka sasaran pewartaan katekis bukan hanya pada kelompok tertentu saja tetapi seluruh kalangan jemaat, baik itu anak-anak, remaja, dewasa dan orangtua (CT, art. 36, 37, dan 39). Melihat hasil penelitian yang diperoleh, sebagian besar mahasiswa sepakat bahwa kegiatan pewartaan hendaknya diberikan kepada seluruh kalangan jemaat. Mengapa? karena memang dalam kegiatan pewartaan katekis akan bertemu dengan seluruh kalangan jemaat.

Keterlibatan mahasiswa calon katekis dalam hidup menggereja nampak juga dalam bidang liturgi. Dari prosentase yang diperoleh terlihat dengan jelas bahwa keterlibatan mahasiswa di bidang liturgi lebih cenderung mengurusi dalam hal ibadat atau doa. Biasanya hal ini disebabkan karena minat mahasiswa itu sendiri.

Keterlibatan katekis dalam hidup menggereja menandakan ia terlibat dalam 3 tugas Kristus yakni sebagai imam, nabi dan raja. Keaktifan katekis dalam bidang liturgi termasuk dalam tugas sebagai imam yakni merayakan iman. Melihat hasil penelitian yang diperoleh, dalam diri mahasiswa masih kurang memahami secara benar antara tugas sebagai imam, nabi dan raja. Tugas kenabian yakni mewartakan, tugas imamat yakni memimpin ibadat dan tugas raja sebagai pemimpin. Kekurangpahaman mahasiswa disebabkan karena mereka cenderung memandang ketiga tugas itu sama.

Sebagai bentuk dari tugas katekis, mahasiswa calon katekis diharapkan terlibat dalam persekutuan orang beriman (koinonia). Sebagian mahasiswa sudah memahami secara benar kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam persekutuan

orang beriman walaupun masih ada yang salah memahami tetapi tidak mempengaruhi yang lainnya.

Bentuk tugas katekis tidak hanya di dalam Gereja saja tetapi juga harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat yakni menerapkan sesuai yang dipahami, diimani dan dihayati. Dari hasil penelitian, sebagian besar mahasiswa dalam hidup bermasyarakat aktif dalam kegiatan sosial. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan bentuk kesadaran diri sebagai ungkapan perwujudan iman. Di mana ada buah nyata atas iman mereka.

Keterlibatan katekis dalam bidang Martyria adalah berani memberikan kesaksian atas iman. Maka martyr memiliki arti saksi. Dari hasil penelitian dapat diketahui sebagian besar mahasiswa sudah memahami arti martyr. Namun demikian, masih ada sebagian mahasiswa yang masih kurang memahami arti martyr. Maka dari itu, mahasiswa perlu diberi pemahaman tentang apa itu martyr.

Dalam praktek hidup, martyr bisa dilakukan dengan berbagai macam bentuk salah satunya dengan cara berkorban demi yang diimani. Banyak orang mati demi yang diimaninya. Misalnya santo dan santa. Kematian para santo dan santa dipahami sebagai baptisan darah. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa mahasiswa pada umumnya sudah memahami akan pemahaman kemartiran sebagai baptisan darah.

Kemartiran santo dan santa terhadap imannya sangat luar biasa karena mereka mau berkorban dan bahkan sampai mati demi yang diimaninya. Keteladanan tersebut patut untuk ditiru. Keteladanan yang bisa ditiru oleh mahasiswa tidak hanya melulu pada pengorbanan nyawa tetapi dimulai dari hal-hal yang kecil dan tentunya sehubungan dengan keberadaan diri mereka sebagai

calon katekis. Dari hasil penelitian dapat diketahui keterlibatan mahasiswa dalam bidang martyria. Mahasiswa lebih cenderung menyatakan siap ditempatkan di mana saja. Hal ini membuktikan bahwa mahasiswa siap dengan segala kemungkinan yang terjadi sehubungan dengan tugas dan panggilan mereka sebagai katekis.

6. Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis Hasil penelitian penulis mengenai usulan kegiatan yang dapat mendukung panggilan sebagai katekis dipaparkan secara rinci pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 7.

Usulan Kegiatan yang Dapat Mendukung Panggilan sebagai Katekis (N= 40) No Item Pertanyaan Jumlah Mahasiswa Persen (%) (1) (2) (3) (4)

30 Berikanlah usulan-usulan kegiatan untuk Prodi yang dapat mendukung mahasiswa dalam menanggapi panggilan sebagai katekis!

 Rekoleksi 24 60%

 Retret 2 5%

 Napak tilas 3 7,5%

 Kegiatan dalam bentuk pelayanan pastoral 5 12,5%

 Natalan bersama 1 2,5%

 Live in 3 7,5%

 Membuat perangkat alat peraga untuk pendampingan

2 5%

Kesadaran untuk menjadi seorang katekis memang belum nampak dalam diri mahasiswa, yang paling nampak adalah pemahaman mereka terhadap katekis dan kehidupan menggereja katekis serta keterlibatan mereka dalam hidup menggereja. Walaupun belum memiliki kesadaran tetapi ada arah yang cukup jelas menuju pada kesadaran akan panggilan sebagai katekis. Pemahaman dan

keterlibatan mereka akan mendorong dan menumbuhkan panggilan mereka. Kurangnya kesadaran dimungkinkan karena berbagai macam faktor yang muncul. Entah itu dari pihak mahasiswa sendiri atau bisa juga dari pihak Prodi IPPAK. Dari pihak mahasiswa sendiri diharapkan ada penjernihan motivasi dan kesadaran diri bahwa saya di IPPAK mau menjadi apa. Untuk Prodi IPPAK sendiri mahasiswa memberikan usulan yang harapannya dapat menumbuhkan motivasi, dan menumbuhkan kesadaran akan panggilan mereka sebagai katekis. Usulan-usulan tersebut meliputi rekoleksi 24 mahasiswa (60%), retret 2 mahasiswa (5%), napak tilas 3 mahasiswa (7,5%), kegiatan dalam bentuk pelayan pastoral 5 mahasiswa (12,5%), natalan bersama 1 mahasiswa (2,5%), live in 3 mahasiswa (7,5%) dan membuat perangkat alat peraga untuk pendampingan 2 mahasiswa (5%).

D. Kesimpulan Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diketahui gambaran umum mahasiswa angkatan 2010 dan 2011, pemahaman tentang panggilan sebagai katekis, pemahaman dan peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai katekis, macam-macam hidup menggereja dan program kurikuler yang mendukung keterlibatan hidup menggereja, bidang karya katekis dalam rangka pelayanan hidup menggereja, serta usulan kegiatan yang dapat mendukung panggilan sebagai katekis.

Mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 dari segi usia antara 20-25 tahun lebih banyak dan didominasi oleh laki-laki. Mereka berasal dari berbagai keuskupan yang ada di Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya keberagaman dalam diri mahasiswa yakni karakter, budaya dan suku. Dengan keberagaman itu diharapkan

mahasiswa saling menghargai dan memperkaya satu sama lain. Dalam hal motivasi mereka mempunyai motivasi yang cukup beragam. Motivasi mereka ketika memilih Prodi IPPAK sebagian besar inisiatif diri sendiri. Adanya motivasi dari dalam diri akan membantu mahasiswa dalam proses studi sehingga mereka terbantu dalam memahami sosok katekis dan terdorong untuk menghidupi hidup menggereja.

Sebagian besar mahasiswa telah memahami tentang panggilan katekis. Panggilan menjadi katekis merupakan panggilan langsung dari Allah, di mana melalui Gereja Allah memanggil katekis untuk menjalankan karya pewartaan. Jadi, katekis adalah orang yang berperan dalam karya pewartaan Gereja. Kekhasan panggilan katekis harus nampak dalam kepribadiannya. Seorang katekis diharapkan mempunyai kepribadian yang baik dan kematangan hidup rohani, karena akan menjadi dasar sekaligus mencerminkan isi pewartaannya sebagai wujud kesaksian hidupnya. Dalam melaksanakan pelayanan, katekis perlu mengembangkan terus menerus hubungan pribadinya dengan Kristus karena Tuhanlah yang telah memanggilnya sebagai pewarta.

Tentang peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai katekis sudah dipahami oleh sebagian besar mahasiswa. Mahasiswa memahami hidup menggereja sebagai hidup yang diwujudkan melalui kegiatan menggereja. Keterlibatan tersebut merupakan bentuk ungkapan iman kepada Yesus. Bentuk kegiatan hidup menggereja pada dasarnya adalah kewajiban bagi anggota Gereja, lebih dalam lagi sebagai ungkapan iman.

Para mahasiswa menyadari tentang peranan hidup menggereja bagi panggilan sebagai katekis. Mahasiswa terdorong untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja seperti lazimnya seorang katekis. Dalam hal ini keterlibatan

mahasiswa didorong oleh keinginan untuk ikut terlibat dalam dinamika kehidupan umat dan juga mengakrabkan diri dengan tugas-tugas gerejawi. Memang ini bukanlah alasan yang baik tetapi ini menjadi langkah awal bagi mahasiswa sendiri. Keikutsertaan mahasiswa dalam hidup menggereja karena ingin menjalankan panggilan Tuhan dengan tulus. Dari segi pemahaman terhadap keterampilan katekis mahasiswa menjelaskan ia harus mampu untuk berefleksi, berkatekese dan berkomunikasi. Pemahamn tersebut ternyata belum menjadi milik mahasiswa sehingga mereka belum sepenuhnya terlibat dalam kegiatan hidup menggereja karena belum sungguh-sungguh menghayati panggilannya.

Pemahaman dengan penghayatan yang diproses secara seimbang akan menumbuhkan panggilan yang bersumber dari ketulusan hati. Hal ini akan berdampak pada kehidupan menggereja mereka. Mengingat kehidupan menggereja dewasa ini sangat komplek, mahasiswa diharapkan jangan hanya terpaku pada sebatas pemahaman tetapi perlu dialami dalam keterlibatan seperti dalam kisah jemaat perdana, mereka hidup saling peduli dan mengasihi satu sama lain.

Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan sangat terlibat dalam pembentukan katekis yang profesional. Usaha tersebut diproses melalui kegiatan kampus, program kurikuler, mata kuliah dan pendampingan spiritualitas. Harapannya agar mahasiswa IPPAK menjadi orang-orang yang kompeten dalam karya pewartaan. Kegiatan kampus yang banyak diikuti oleh mahasiswa yaitu kepengurusan HIMKA dan menjadi pembimbing retret atau rekoleksi. Di samping itu, program pendampingan spiritualitas yang dirasa mendukung mahasiswa untuk menjadi katekis yang profesional yaitu retret dan program kurikuler yang

mendukung yaitu karya bakti paroki. Salah satu mata kuliah kompetensi utama yang dirasa membantu mahasiswa adalah Kitab Suci dan spiritualitas kristiani sedangkan mata kuliah kompetensi penunjang yang dirasa membantu adalah pastoral paroki.

Keterlibatan katekis dalam hidup menggereja cukup beragam, yakni dalam bidang pewartaan (kerygma), perayaan iman (liturgi), persekutuan sebagai orang beriman (koinonia), pelayanan iman (diakonia) dan kesaksian iman (martyria). Keterlibatan katekis ini oleh mahasiswa calon katekis turut dilakukan karena keterlibatan ini tidak akan terlepas dari kehidupan mahasiswa calon katekis di mana kelak mereka akan terlibat dalam kehidupan tersebut. Walaupun mereka banyak terlibat dalam berbagai macam bentuk kegiatan hidup menggereja, tetapi mereka belum menghayati sungguh akan panggilannya sebagai seorang pewarta (katekis). Untuk itu, diusulkan kepada Prodi IPPAK supaya menyelenggarakan kegiatan pendampingan bagi mahasiswa untuk meneguhkan dan menegaskan panggilan mahasiswa sebagai katekis. Kegiatan yang dimaksud diantaranya adalah rekoleksi bagi mahasiswa tingkat akhir, mengintensifkan bimbingan pribadi (mahasiswa dengan Dosen Pembimbing Akademik), dll.

BAB IV

USULAN KEGIATAN REKOLEKSI BAGI MAHASISWA

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN

AKAN PANGGILAN DAN PERANNYA SEBAGAI KATEKIS

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai usulan program sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian yang diperoleh. Penulis akan menguraikan usulan program rekoleksi bagi mahasiswa-mahasiswi Prodi IPPAK tingkat akhir. Maka dari itu, penulis perlu memikirkan dan merencanakan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan ini antara lain: latar belakang kegiatan, rumusan tema dan tujuan, penjabaran kegiatan dan contoh persiapan kegiatan.

A. Latar Belakang Kegiatan

Prodi IPPAK sebagai lembaga pendidikan sangat terlibat dalam pembentukan katekis yang profesional. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa-mahasiswi angkatan 2010 dan 2011 diperoleh data bahwa sebagian besar mahasiswa-mahasiswi sudah baik dalam pemahaman teori dan mereka juga sudah terlibat dalam kegiatan-kegiatan bidang karya katekis di kehidupan menggereja. Namun demikian, berdasarkan pengakuan mereka ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai katekis walaupun mereka sudah mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan yang diprogramkan oleh kampus.

Oleh karena itu, penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir yang telah menempuh dan mengalami keseluruhan proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK. Kegiatan rekoleksi ini diadakan sebagai upaya meningkatkan kesadaran mahasiswa-mahasiswi untuk semakin mampu menghayati dan mantap dengan panggilan hidupnya yakni sebagai seorang katekis. Sebuah panggilan hidup tidaklah cukup apabila hanya dipahami sebatas teori saja melainkan perlu ada pengolahan dalam diri masing-masing pribadi agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan hidup menggereja.

B. Rumusan Tema dan Tujuan

Tema beserta penjabaran masing-masing sesi dalam kegiatan rekoleksi bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD akan diuraikan pada bagian ini. Uraian tema dan tujuan kegiatan serta judul kegiatan masing-masing sesi yang akan digunakan dalam kegiatan rekoleksi ini adalah sebagai berikut:

Tema : Menjadi katekis yang sadar akan panggilan dan keterlibatannya dalam hidup menggereja.

Tujuan : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari panggilannya sebagai katekis sehingga terdorong untuk menghayati dan menghidupi panggilannya secara nyata dalam kehidupan menggereja.

Tema I : Panggilan seorang katekis

Tujuan I : Mahasiswa semakin menyadari akan identitasnya sebagai calon katekis sehingga terdorong semakin memantapkan panggilannya sebagai katekis dalam kehidupan sehari-hari.

Tema II : Konsekuensi panggilan seorang katekis

Tujuan II : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari akan konsekuensi seseorang yang terpanggil menjadi seorang katekis sehingga terdorong untuk semakin menghayati panggilannya sebagai calon katekis.

Tema III : Kehidupan menggereja seorang katekis

Tujuan III : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari dan memahami bahwa terlibat dalam hidup menggereja bagi seorang katekis sangat penting sehingga mereka terdorong untuk mau terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan gerejani.

C. Peserta

Peserta yang ikut dalam kegiatan rekoleksi ini adalah mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir. Mengapa penulis memilih mahasiswa-mahasiswa-mahasiswi tingkat akhir? karena mereka telah mengalami seluruh proses dinamika perkuliahan di Prodi IPPAK serta dianggap sudah cukup banyak mendapatkan pengalaman selama masa kuliah. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari responden yaitu mahasiswa-mahasiswi angkatan 2010 dan 2011 menunjukkan bahwa ada sejumlah mahasiswa-mahasiswi belum menghayati sungguh-sungguh panggilannya sebagai seorang katekis. Hal tersebut terjadi karena seringkali mahasiswa-mahasiswi kurang mengolah dalam diri setiap peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya selama masa kuliah sehingga mereka masih kesulitan dalam mengembangkan dan menghidupi panggilannya sebagai calon katekis.

D. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan dimengerti dalam arti waktu kapan kegiatan rekoleksi diadakan dan dalam arti berapa lama kegiatan rekoleksi itu akan berlangsung. Rekoleksi bisa diadakan pagi, siang, sore atau malam hari. Waktu kapan rekoleksi diadakan akan mempengaruhi bagi jalannya proses rekoleksi karena akan mempengaruhi pada kesegaran peserta ataupun pendamping. Dari segi waktu, rekoleksi bisa diadakan selama beberapa jam atau satu hari penuh (Mangunhardjana, 1985: 33). Untuk kegiatan rekoleksi ini, penulis menyarankan sebaiknya dilaksanakan pada akhir semester VIII (delapan) karena mahasiswa telah selesai menjalankan semua kegiatan-kegiatan yang diprogramkan oleh kampus.

E. Model Pelaksanaan

Program kegiatan rekoleksi ini diusulkan untuk Prodi IPPAKyang dikemas dengan model katekese Shared Christian Praxis (SCP). Shared Christian Praxis (SCP) dapat dimengerti sebagai katekese yang menekankan pada proses yang bersifat diagonal dan partisipatif yang bermaksud mendorong peserta, berdasarkan konfrontasi antara “tradisi” dan “visi” hidup mereka dengan “Tradisi” dan “Visi” Kristiani, agar baik secara pribadi maupun bersama, mampu mengadakan penegasan dan mengambil keputusan demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia yang terlibat dalam dunia (Sumarno Ds., 2014: 14). Model katekese ini memiliki lima langkah yang berurutan dan saling berkaitan satu sama lain. Kelima langkah tersebut antara lain: mengungkapkan pengalaman hidup peserta, mendalami pengalaman hidup peserta, menggali pengalaman iman

Kristiani, menerapkan iman Kristiani dalam situasi peserta konkrit, dan mengusahakan suatu aksi konkrit.

F. Matriks Program Kegiatan Rekoleksi

Tema : Menjadi katekis yang sadar akan panggilan dan keterlibatannya dalam hidup menggereja.

Tujuan : Mahasiswa calon katekis semakin menyadari panggilannya sebagai katekis sehingga terdorong untuk menghayati dan menghidupi panggilannya secara nyata dalam kehidupan menggereja.

No Waktu

Pelaksanaan Judul Sesi Tujuan

Uraian

Materi Metode Sarana Sumber Bahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 08.00 – 10.00 WIB Panggilan seorang katekis Mahasiswa semakin menyadari akan identitasnya sebagai calon katekis sehingga terdorong semakin memantapkan panggilannya sebagai katekis dalam kehidupan sehari-hari. - Panggilan - Panggilan Allah - Dasar panggilan Allah - Panggilan Allah adalah kekal - Bernyanyi - Ceramah - Tanya jawab - Pemutaran video - Alat tulis - Hand Out - Speaker - Laptop - Video “Panggilan Samuel” - Jess S. Brena, SJ., “Gembira Karena Dipanggil dan Dipilih”, Kerawam MAWI, hal. 15-26. - Philomena Agudo, FMM., Ph.D., “Aku Memilih Engkau”, Yogyakarta: Kanisius, 1988, hal. 21-22. - Charles M. Shelton, S.J.,

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) “Spiritualitas Kaum Muda”, Yogyakarta: Kanisius, 1990, hal. 99-104. 2 10.30 – 12.30 WIB Konsekuensi panggilan seorang katekis Mahasiswa calon katekis semakin menyadari akan konsekuensi seseorang yang terpanggil menjadi seorang katekis sehingga terdorong untuk semakin menghayati panggilannya sebagai calon katekis. - Mengikuti Jejak Yesus Kristus - Mengikuti Yesus Kristus secara radikal - Salib sebagai tantangan bagi pengikut Yesus Kristus - Permainan “lingkaran berbelit” - Tanya jawab - Ceramah - Alat tulis - Hand Out - Laptop - Kempis, A. Thomas. (1986). Mengikuti Jejak Kristus. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. - Van Breemen G. Peter. (1976). Semangat Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. 3 13.30 – 15.00 WIB Kehidupan menggereja seorang katekis Mahasiswa calon katekis semakin menyadari dan memahami bahwa terlibat dalam hidup menggereja bagi seorang katekis sangat

- Bidang karya katekis dalam hidup menggereja - Sharing pengalaman - Refleksi pribadi - Informasi

Dokumen terkait