• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama K"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Christina Desy Priandari NIM: 051124021

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

Skripsi ini ku persembahkan kepada:

Kedua orang tua dan adikku tersayang yang selalu memotivasi aku dalam segala hal. SMA Yos Sudarso Metro-Lampung yang memberikan kesempatan kepada ku

untuk mengadakan penelitian demi kelancaran penulisan skripsi ini. Daniel Dodi yang tanpa disadari telah memberikan inspirasi kepada aku

(5)

v

(6)
(7)
(8)

viii

Judul skripsi ini adalah PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG. Judul ini diangkat berdasarkan keprihatinan guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung yang berpandangan bahwa pembinaan iman di luar PAK merupakan tugas para imam, biarawan maupun biarawati. Selain itu pula jumlah Guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung tidak banyak. Hal ini menjadi tantangan dan kesulitan bagi para guru PAK di SMA tersebut dalam membina iman para siswa, khususnya bagi siswa kelas X yang masih kurang memperoleh pembinaan iman lebih matang.

Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis menguraikan tiga hal pokok. Pada bagian pertama penulis menggali dengan studi pustaka untuk mengkaji secara mendalam mengenai peranan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa. Bagian kedua penulis melakukan penelitian untuk memperoleh gambaran umum peranan guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Pada bagian ketiga penulis memaparkan mengenai usulan program katekese bagi para guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung dengan katekese model Shared Christian Praxis.

Untuk mencapai penulisan skripsi tentang peranan guru PAK di SMA Yos Sudarso terhadap pembinaan iman siswa seperti yang diharapkan, dalam skripsi ini penulis memanfaatkan studi pustaka yang menunjang dan relevan. Selain itu penulis mengadakan penelitian untuk memperoleh gambaran peranan guru PAK dan mengenal situasi konkret di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Dengan melakukan penelitian penulis menemukan bahwa peranan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa masih kurang.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengusulkan katekese model Shared Christian Praxis, karena model ini bersifat dialogis partisipatif sehingga dapat membantu para guru PAK untuk menghayati peranannya terhadap pembinaan iman para siswa.

(9)

ix

The title of this thesis is THE ROLE OF THE CATHOLIC’S TEACHER ABOUT FAITH EDUCATION OF STUDENT’S GRADE X IN YOS SUDARSO SENIOR HIGH SCHOOL AT METRO LAMPUNG. This title is raised up base on the concerned for the catholic’s teacher in Yos Sudarso, Metro Lampung who is view that faith education in out of the catholic’s religion education is the task of the Priests, Monk and Nuns. Beside it also the numbers of the catholic’s teacher in Yos Sudarso, Metro Lampung is lacking. This problem become the challenge and hindrance for the catholic’s teacher in that high school in guiding the faith of the students, especially for the student grade X who is lacking to get faith education to be more mature.

Therefore, in this thesis the writer wants to explain three important points. In the first part the writer research with study on bibliography to examine deeply about the role of the catholic’s teacher in guiding and improving the faith of the students. The second part, the writer makes the observation to get general description about the role of the catholic’s teacher in Yos Sudarso senior high school at Metro Lampung. In the third part the writer explains the proposal of the catechism program for the catholic’s teachers in Yos Sudarso senior high school, Metro Lampung with the model of catechism is Shared Christian praxis model.

To accomplish this thesis about the role of the catholic’s teacher in guiding the faith of the student such as it wished, in this thesis the writer used the study on bibliography that is relevant. Beside it the writer makes the observation to get the portrait about the role of catholic teacher and knowing the real situation in Yos Sudarso senior high school, Metro Lampung. By having the observation the writer discovered that the role of catholic’s teacher in guiding the faith of students is still lacking

(10)

x

Puji syukur kepada Tuhan Yang penuh Kasih, karena melalui kasihNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG.

Penulis memilih judul skripsi tersebut ingin menggugah hati para guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) di SMA Yos Sudarso Metro, untuk menyadari bahwa peranannya sebagai pembina iman dan berusaha untuk mengetahui berbagai bentuk kegiatan pembinaan iman baik dalam PAK maupun di luar PAK. Penulis melihat bahwa peranan guru PAK di SMA Yos Sudarso Metro-Lampung terhadap pembinaan iman siswa belum sepenuhnya diperhatikan oleh para guru PAK. Padahal Guru PAK sangat berperan dalam perkembangan dan pembinaan iman siswa di sekolah sebagai orang yang beriman, karena Pendidikan Agama Katolik temasuk pendidikan formal di sekolah. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu para guru PAK agar sungguh-sungguh menjalankan peranannya sebagai pembina iman di sekolah. Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapakan banyak terimakasih kepada:

(11)

xi

masukan dan kritikan sehingga penulis dapat lebih semangat dalam menyelesaikan skripsi.

3. Y. H. Bintang Nusantara, SFK. M.Hum, sebagai dosen penguji ketiga yang memberikan saran dan kritikan demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi. 4. Segenap staf dosen prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberi dukungan kepada penulis selama belajar hingga selesai skripsi ini.

5. Segenap staf sekretariat, perpustakaan dan seluruh karyawan IPPAK yang telah memberikan dukungan, tegur sapa dan perhatiannya.

6. Kepala Sekolah dan para guru di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut demi memperlancar penulisan skripsi.

7. Bpk. Andreas dan ibu Theresia selaku orang tua penulis yang selalu memberi semangat dan dukungan baik secara moral, material, dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

8. Fransiskus Nanang dan Galuh Linggawati yang selalu memberikan semangat dan berbagi kegembiraan disaat penulis merasa jenuh dan bingung.

(12)

xii

Lusi yang selalu memotivasi penulis. Terimakasih atas kebersamaan dalam susah dan senang, dukungan, perhatian, perjuangan bersama selama masa perkuliahan dan masa penulisan skripsi ini.

11.Keluarga besar kost Bapak Yoseph Djumali selaku orang tua penulis di kost, dan teman-teman kost yang selalu memotivasi penulis untuk tetap berjuang khususnya kepada Okky Setyo Nugroho, Maria Veronika dan Cyriaka Putik Nandra.

12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebaikan yang telah Anda berikan kepada penulis.

Penulis menyadari ketidaksempuranan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini, penulis terima dengan senang hati.

Yogyakarta, 9 September 2009 Penulis

(13)

xiii

JUDUL ... i

... PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

... PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penulisan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II. PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA... 8

A. Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah ... 8

1. Pengertian PAK di Sekolah ... 9

2. Tujuan PAK di Sekolah ... 9

a. Tujuan PAK secara Umum ... 10

b. Tujuan PAK secara Khusus ... 11

(14)

xiv

b. Segi Proses ... 14

B. Pembinaan Iman Siswa ... 15

1. Arti Pembinaan ... 15

2. Arti Iman ... 18

3. Arti Pembinaan Iman Siswa... 18

C. Pengertian Guru ... 19

1. Peranan Guru Secara Umum... 20

a. Guru sebagai Pengelola Kelas ... 22

b. Guru sebagai Contoh (Suri Teladan) ... 23

c. Guru sebagai Pembimbing ... 23

2. Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah ... 24

a. Guru PAK sebagai Pendidik Iman di Sekolah... 26

b. Guru PAK sebagai Saksi Iman di Sekolah ... 27

c. Guru PAK sebagai Penanggung Jawab Pembinaan Iman Siswa di Sekolah... 28

BAB III.GAMBARAN UMUM PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG ... 30

... A. Gambaran Umum SMA Yos Sudarso, Metro Lampung... 30

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Yos Sudarso, Metro lampung ... 30

2. Visi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung... 31

3. Misi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung ... 31

4. Peraturan Tata Tertib SMA Yos Sudarso, Metro Lampung ... 32

B. Metodologi Penelitian... 33

1. Tujuan Penelitian ... 34

2. Manfaat Penelitian ... 34

3. Jenis Penelitian... 34

4. Tempat dan waktu Penelitian... 35

5. Responden Penelitian... 35

(15)

xv

C. Hasil Penelitian ... 37

D. Hasil Penelitian ... 37

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENGHAYATI PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG... 51

... A. Gambaran Umum mengenai katekese ... 52

1. Pengertian Katekese... 52

2. Tujuan Katekese... 54

3. Kekhasan Katekese ... 56

B. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese... 56

1. Tiga Komponen Shared Christian Praxis... 57

a. Shared... 57

b. Christian... 58

c. Praxis... 59

2. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis... 60

a. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta ... 60

b. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta ... 61

c. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani ... 62

d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret ... 64

e. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret... 65

C. Usulan Program katekese Model SCP ... 66

1. Latar Belakang Program Katekese... 66

2. Usulan Tema dan Tujuan ... 67

3. Rumusan Tema dan Tujuan ... 69

4. Penjabaran Program Katekese ... 70

5. Petunjuk Pelaksanaan Program katekese ... 72

(16)

xvi

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN... 89

Lampiran 1: Surat Keterangan Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Kuesioner Penelitian ... (2)

Lampiran 3: Lagu “Panggilan Tuhan” ... (6)

Lampiran 4: Lagu “Kau dipanggil Tuhan” ... (7)

Lampiran 5: Lagu “Keheningan Hati” ... (8)

(17)

xvii A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA III). Ende: Arnoldus, 1981, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

GE: Gravissimum Educationis pernyataan tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.

GS: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

LG: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang gereja tanggal 21 November 1964.

C. Singkatan Lain

Art: Artikel Bdk: Bandingkan

(18)

xviii KBBI: Kamus Besar Bahasa Indonesia KE: Kidung Ekaristi Komkat: Komisi Kateketik Komlit: Komisi Liturgi

KWI: Konfrensi Wali Gereja Indonesia No: Nomor

PBM: Proses Belajar Mengajar

PAK: Pendidikan Agama Katolik

PKKI: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PS: Puji Syukur

RI: Republik Indonesia RT: Rukun Tetangga RW: Rukun Warga SCP: Shared Christian Praxis

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Guru dalam bahasa Jawa merupakan seseorang yang bisa digugu dan bisa ditiru

oleh semua muridnya. Harus digugu berarti segala sesuatu yang disampaikan oleh guru senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua murid. Kemudian harus

ditiru berarti bahwa seorang guru menjadi suri teladan bagi semua muridnya mulai dari cara berpikir guru, cara berbicara, hingga cara berperilaku guru sehari-hari. Sebagai seorang yang bisa digugu dan ditiru, tentunya seorang guru memiliki peran yang sangat penting bagi para peserta didiknya (Muhamad, 2008: 17).

Guru merupakan suatu jabatan profesional yang memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Menjadi guru yang profesional adalah guru yang mampu menyusun rencana belajar-mengajar, mengorganisir, membimbing dan membina terlaksananya proses belajar-mengajar. Oleh karena itu menjadi guru harus memiliki keahlian khusus untuk mendidik para peserta didik (Supriyati, 2001: 20).

(20)

Peranan guru di sekolah sudah tentu sebagai pendidik bagi para peserta didik. Seorang guru tidak hanya mendidik dengan kata-kata saja, melainkan mendidik melalui tindakan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Guru berperan penting dalam kaitannya dengan kurikulum pendidikan, karena guru secara langsung berinteraksi dengan murid sehingga guru tahu tentang perkembangan para peserta didik di sekolah. Guru dalam proses belajar-mengajar berperan penting dalam pengelolaan kelas. Seorang guru hendaknya bisa menjadi suri teladan atau memberi contoh teladan yang baik bagi para siswa. Selain itu guru juga berperan penting sebagai pembimbing bagi peserta didik (Winkel, 2005: 221).

“Guru Pendidikan Agama Katolik di Sekolah”, ini merupakan fokus utama yang dibahas dalam karya tulis ini. Guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) merupakan seorang pendidik yang beriman dewasa untuk melaksanakan tugasnya dengan sungguh-sungguh, demi pertumbuhan dan perkembangan hidup para siswa sebagai orang yang beriman. Guru Pendidikan Agama Katolik sering disebut sebagai pendidik iman, saksi iman, maupun sebagai penanggung jawab pembinaan iman. Sebagai guru PAK tidak hanya mengajar dengan kata yang muluk-muluk, melainkan dengan sungguh-sungguh memberikan kesaksian pengalaman hidupnya secara konkret kepada para siswa, sehingga para siswa pun juga bisa meneladani sikap yang baik dari guru PAK (Setyakarjana, 1997: 69).

(21)

diorganisir serta dipertanggungjawabkan demi perubahan anak didik, sehingga dapat memperkembangkan hidup beriman para siswa (Winkel, 1989: 20).

Kenyataan sekarang ini profesi guru masih banyak dibicarakan orang atau masih menjadi bahan pertanyaan baik dikalangan para pakar pendidikan maupun dari luar pakar pendidikan. Ironisnya berita-berita maupun pertanyaan yang muncul cenderung melecehkan posisi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai pada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi. Profesi sebagai guru terkadang dianggap oleh masyarakat luas tidak berkualitas, tidak berkompeten dan sebagainya. Di mata para siswa pun khususnya di sekolah-sekolah menengah yang berada di kota besar, cenderung menghormati gurunya karena ingin mendapat nilai yang baik atau ingin naik kelas. Dengan berbagai macam tuduhan tersebut, tentu saja akan merendahkan wibawa guru bahkan menurunkan martabat guru (Uzer Usman, 2008: 1-2).

Menjadi guru Pendidikan Agama Katolik lebih banyak mendapat pelecehan dari masyarakat luas. Dalam kenyataan sekarang ini dapat kita lihat bahwa, kebanyakan guru PAK masih ambil peranan dalam berbagai hal kehidupan bersama baik dalam masyarakat luas maupun masyarakat gerejani. Guru PAK tidak hanya terlibat di sekolah saja, melainkan juga di lingkungan masyarakat tempat tinggal mereka yakni sebagai ketua RT/ RW, pengurus koperasi desa, dan sebagainya. Melihat kenyataan yang demikian menimbulkan suatu pendangan kepada masyarakat luas bahwa secara ekonomis penghasilan guru PAK tidaklah menggembirakan (Sunarka, 1988: 131).

(22)

Lampung. Pada saat ini para siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, khususnya bagi para siswa kelas X masih kurang memperoleh pembinaan iman yang lebih matang. Sebagai contoh kecil siswa SMA Yos Sudarso Metro belum bisa memahami jenis kegiatan yang dapat membina iman.

Maka dari itu sebagai guru PAK khususnya di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, haruslah seseorang yang sungguh-sungguh menghayati iman dan panggilannya sebagai pembina iman para siswa. Tugas semacam ini memang tidak mudah, karena tidak cukup hanya dilaksanakan pada saat pelajaran PAK melainkan dilaksanakan juga di luar pelajaran PAK demi perkembangan iman siswa. Kegiatan-kegiatan yang dapat membina dan memperkembangkan iman siswa antara lain melalui kegiatan pendalaman iman (katekese), rekoleksi, retret, ziarah dan sebagainya. Kegiatan ini sangat penting dilaksanakan bagi para siswa, namun terkadang kegiatan tersebut kurang mendapat perhatian dari para guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Atas dasar keprihatinan itulah, maka penulis memilih judul skripsi “PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA KELAS X DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG”.

(23)

B. Rumusan Masalah

Setelah mengamati latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung?

2. Bagaimana cara guru PAK dalam menjalankan peranannya terhadap pembinaan iman siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung?

3. Seberapa besar guru PAK memahami dan menghayati peranannya sebagai pembina iman siswa di SMA Yos Sudaraso Metro-Lampung?

C. Tujuan Penulisan

Skripsi ini ditulis dengan tujuan:

1. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat terlaksananya PAK bagi siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

2. Mengetahui peranan guru PAK dalam menjalankan tugasnya sebagai pembina iman di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

3. Mengetahui usaha- usaha guru PAK terhadap kegiatan pembinaan iman siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat:

1. Memperoleh keterangan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat terlaksananya PAK bagi siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

(24)

3. Memperoleh keterangan mengenai usaha-usaha yang dilakukan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menggunakan metode deskriptif analitis dengan sumber-sumber bahan yang relevan dan mendukung, serta penelitian untuk memperoleh gambaran tentang “Peranan Guru PAK terhadap Pembinaan Iman Siswa Kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung”.

F. Sistematika Penulisan

Penulis memilih judul skripsi “Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik Terhadap Pembinaan Iman Siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung”. Judul ini diuraikan dalam lima bab sebagai berikut:

Bab I dipaparkan mengenai latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II penulis menguraikan peranan guru PAK terhadap pembinaan iman siswa di sekolah. Pada bagian pertama mengenai Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah, bagian kedua mengenai pembinaan iman siswa dan pada bagian ketiga mengenai pengertian guru.

Bab III penulis akan memaparkan gambaran umum situasi di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Pada bagian pertama memaparkan gambaran umum sekolah SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Bagian kedua membahas penelitian dan hasil penelitian.

(25)

model katekese. Kemudian latar belakang penyusunan program, usulan tema dan tujuan, rumusan tema dan tujuan, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan dan contoh persiapan.

(26)

BAB II

PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP PEMBINAAN IMAN SISWA

Sebelum menguraikan peranan guru Pendidikan Agama Katolik (PAK), pada bab ini penulis terlebih dahulu akan menguraikan pengertian Pendidikan Agama Katolik di sekolah. Kemudian penulis akan menguraikan tentang pembinaan iman siswa, dan pada bagian terakhir penulis akan meguraikan pengertian dan peranan guru secara umum maupun peranan guru PAK di sekolah.

A. Pendidikan Agama Katolik (PAK) di sekolah

Supriyati (2001: 4) menyatakan bahwa pendidikan merupakan hal pokok yang melekat dalam proses kehidupan manusia sehari-hari sebagai usaha untuk memanusiakan manusia muda. Pendidikan berfungsi bagi manusia untuk membentuk pribadi yang utuh agar mencapai tujuan pendidikan nasional yakni meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan sehingga tumbuhlah manusia-manusia yang bertanggung jawab dalam segala tindakannya.

(27)

1. Pengertian PAK di Sekolah

Hutabarat dalam Lokakarya Malino (18: 1981) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, agar peserta didik mampu menggumuli hidup dari segi pandangan-pandangan Katolik, dan dengan demikian mudah-mudahan peserta didik berkembang terus menerus menjadi manusia paripurna (manusia beriman).

PAK di sekolah tidak dapat disamakan begitu saja dengan mata pelajaran lain, karena PAK memiliki pemahaman iman dan penghayatan iman sehingga PAK sebagai upaya pembentukkan pribadi manusia beriman. Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga sebagai salah satu usaha untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, oleh karena itu PAK juga terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia (Setyakarjana, 1997: 9).

PAK di sekolah dapat memperkuat iman dan ketakwaan siswa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama Katolik. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menyatakan bahwa PAK tidak hanya berhenti pada agama, melainkan PAK harus berusaha menghantar orang sampai pada iman dan takwa terhadap Tuhan, serta penuh persaudaraan dengan siapa saja. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa PAK di sekolah bukan merupakan kepentingan Gereja saja melainkan juga kepentingan Negara (Dapiyanta, 2008: 1).

2. Tujuan PAK di Sekolah

(28)

Untuk memahami secara lebih jelas tujuan PAK di sekolah, penulis akan menguraikan tujuan PAK dalam dua bagian yaitu tujuan PAK secara umum dan tujuan PAK secara khusus.

a. Tujuan PAK Secara Umum

Malino (21: 1981) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik bertujuan agar peserta didik mampu menggumuli hidupnya dari segi pandangan Katolik agar peserta didik mampu menggumuli hidup dari segi pandangan Kristiani dan dengan demikian mudah-mudahan dapat berkembang menjadi manusia paripurna (manusia beriman). Kemampuan menggumuli meliputi unsur-unsur mengetahui, memahami kemudian mengintegrasikan dalam hidup secara konkret.

Secara umum arah PAK ialah memperluas pengetahuan, memperteguh pergulatan iman (internalisasi), dan memperkaya penghayatan iman dalam berbagai bentuk serta memperkembangkan dialog antar iman (jika terdapat yang beragama lain). Orang yang memiliki pengetahuan tentang iman belum tentu beriman, maka dirumuskan tujuan PAK memperluas pengetahuan. Tujuan PAK di sekolah adalah agar siswa memahami dan mencintai Yesus Kristus, memahami dan mampu mempertanggung jawabkan kejadian-kejadian mengenai Allah yang berkarya di dunia, serta bersedia mewujudkan kepedulian Yesus Kristus, demi perkembangan diri maupun dalam bermasyarakat (Komkat KWI, 1999: 6-7).

UU-RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam penjelasan pasal 30 menyebutkan:

1. Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota

(29)

3. Pendidikan keagamaan dapat diselengarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dimengerti bahwa PAK bertujuan untuk memperkuat iman dan ketakwaan pada murid yang menganutnya serta membangun kerukunan hidup beragama demi persatuan Nasional. Dengan memperhatikan ketetapan hukum tersebut tujuan atau fungsi PAK ditekankan pada hal yang mendasar, yakni memperkuat iman dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka membentuk manusia dan bangsa Indonesia seutuhnya sebagai tujuan pendidikan Nasional. Ketetapan di atas menyatakan bahwa PAK tidak hanya berhenti pada agama yang bersifat lahiriah saja, melainkan PAK berusaha mengolah semuanya itu hingga menghantar orang sampai pada iman dan bertakwa kepada Tuhan serta penuh persaudaraan dengan siapa saja.

b. Tujuan PAK Secara Khusus

Secara khusus arah PAK dirumuskan membantu anak menggeluti hidupnya dari sudut pandang Katolik, dengan itu PAK memperkembangkan pengetahuan dan penghayatan iman. Sehubungan dengan itu PAK di sekolah bertujuan untuk memperdalam pengetahuan dan membantu pergulatan atau internalisasi pengetahuannya, sehingga peserta didik mampu menggumuli hidup dari segi pandangan-pandangan Katolik dan menjadi manusia paripurna (Setyakarjana, 1997: 9).

(30)

3. Proses Pelaksanaan PAK di Sekolah

Proses belajar-mengajar PAK merupakan upaya untuk membentuk manusia berperilaku yang baik, bukan hanya membuat manusia menjadi pintar. Dalam proses pembelajaran PAK pengetahuan yang disampaikan bukan hanya untuk diketahui dan ditelaah begitu saja tetapi dipahami dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu dalam PAK para peserta didik mengalami proses pembentukan atau pembinaan diri (Drost, 1998: 227).

Dari gagasan yang telah diungkapan di atas, nampak bahwa proses dan cara yang ditempuh PAK sangat terbuka yakni proses PAK dapat menggunakan pendekatan berbagai bentuk kegiatan, berbagai metode asalkan tidak menyimpang dari asas dasar komunikatif dan berorientasi pada proses. Dalam proses PAK komunikatif berarti melibatkan murid sebagai subyek bukan sebagai objek. Adapun dalam PAK berorientasi pada proses maksudnya bahwa dalam pencapaian tujuan PAK itu mengandaikan tahap-tahap yang berkesinambungan sehingga tidak begitu saja melampaui tahap-tahap-tahap-tahap yang ada (Jacobs, 1992: 9-11).

Proses pelaksanaan PAK di sekolah menggunakan dialog partisipatif, yakni yang lebih diutamakan dalam PAK ialah proses pelaksanaan komunikasi, interaksi, atau dialog iman yang terjadi selama proses belajar-mengajar. Hal tersebut bertujuan agar siswa mampu mengolah segi-segi yang berkaitan dengan hidup imannya, dengan demikian siswa mampu membangun dan membentuk imannya. Dalam proses pelaksanaan PAK suasana kegiatan belajar dan mengajar perlu dibangun bersama-sama, sehingga terciptalah suasana yang ramah, terbuka, bebas, dialogis, dan menyenangkan (Komkat KWI, 1999: 9-10).

(31)

hidup peserta didik dan fakta yang dapat membuka pemikiran (pengetahuan). Tahap kedua pengolahan fakta atau pengalaman hidup manusia, terutama fakta dan pengalaman hidup peserta didik yang dapat mendorong proses mengetahui dan memahami secara lebih mendalam (penerapan). Tahap ketiga adalah pengolahan sehingga para peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk menerapkan dalam hidup konkretnya sehari-hari. Pada tahap ini lebih dikenal dengan tahap menggumuli sehingga siswa dapat memiliki kemampuan untuk menerapkan dalam kehidupan konkret sehari-hari (penghayatan atau pengintegrasian). Proses pergumulan inilah yang menjadi salah satu unsur khas PAK dari segi pelaksanaan, karena dalam proses pergumulan ini siswa diharapkan dapat menemukan dan menyadari berbagai pengalaman hidupnya agar dapat memperkembangkan hidupnya sebagai orang beriman (Dapiyanta, 2008: 24-25).

Dengan demikian melalui proses tersebut dapat memampukan manusia muda untuk berpikir, merasakan, bertindak dan sebagainya. Kemampuan ini dapat diperkembangkan melalui proses pelaksanaan PAK di sekolah. Pada dasarnya sekolah ingin mencerdaskan manusia muda, ingin mendidik melalui pengajaran sehingga mampu memperkembangkan pemikirannya untuk pembentukan diri, serta mampu bergumul dengan permasalahan hidup yang dialami.

4. Kekhasan PAK di Sekolah

(32)

a. Segi Tujuan

Pada bagian di atas telah dikatakan bahwa tujuan PAK di sekolah untuk memperkuat iman dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional. Selain itu dikemukakan juga tujuan PAK agar peserta didik memiliki pengetahuan yang lebih luas dan mendalam, karena PAK di sekolah ingin mengupayakan pembentukan pribadi manusia yang utuh dan menyeluruh sebagai pribadi manusia yang beriman (Setyakarjana, 1997: 9-11).

Salah satu yang menunjukkan kekhasan PAK dari segi tujuan adalah mengenai tahap-tahap perkembangan kegiatan belajar yang ditinjau dari perkembangan segi perilaku. Tahap-tahap perkembangan kegiatan belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan untuk memperkembangkan iman peserta didik. Tahap-tahap perkembangan tersebut mencakup segi untuk mengetahui, memahami, menerapkan, dan mengintegrasikan antara pengetahuan dengan perilaku peserta didik (Setyakarjana, 1997: 105).

b. Segi Proses

Proses pelaksanaan PAK di sekolah memuat segi-segi tertentu yang perlu diupayakan demi pencapaian tujuan PAK. Proses pelaksanaan PAK di sekolah lebih dikenal sebagai proses belajar-mengajar untuk membentuk diri. Hal ini dikarenakan proses pelaksanaan PAK di sekolah ditujukan kepada siswa demi pembentukan diri siswa. Melalui proses pelaksanaa PAK tersebut diharapkan dapat membantu manusia muda untuk berpikir, merasakan, bertindak dan sebagainya.

(33)

perubahan perilaku siswa yang ikut ambil bagian dalam kegiatan belajar yang teratur, terarah dan terencana. Kegiatan belajar siswa perlu diorientasikan pada sikap dan perilaku hidupnya secara konkret, karena belajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks (Winkel, 1987: 35).

B. Pembinaan Iman Siswa

Dalam penulisan skripsi ini pembinaan iman siswa juga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Setelah menguraikan secara ringkas pengertian tentang Pendidikan Agama Katolik, tujuan PAK, proses pelaksanaan PAK dan kekhasan PAK, maka penulis akan membahas tentang pembinaan iman, khususnya tentang pembinaan iman bagi siswa secara ringkas.

Pembinaan iman dapat dikatakan sebagai kegiatan yang diupayakan dalam PAK demi memperkembangkan iman siswa. Kegiatan pembinaan iman bagi para siswa dapat dilaksanakan melalui rekoleksi, retret, pendalaman iman camping rohani dan sebagainya. Oleh karena itu pada bagian ini penulis akan menjelaskan arti pembinaan, arti iman, dan arti pembinaan iman siswa.

1. Arti Pembinaan

(34)

Dari pengertian atau istilah pembinaan di atas, dapat dilihat bahwa istilah pembinaan tidak hanya mempunyai satu arti melainkan ada beberapa arti. Pada kenyataannya istilah pembinaan memang mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Perbedaan pengertian istilah pembinaan lebih disebabkan oleh konteks penggunaannya atau sudut pandangan yang berbeda. Untuk lebih memperjelas arti pembinaan yang dimaksud dalam karya tulis ini serta untuk memperluas pemahaman pengertian istilah pembinaan, maka penulis akan mengutip dari beberapa ahli sebagai berikut.

A. M. Mangunhardjana (1986: 12) mengatakan yang dimaksud dengan pembinaan adalah suatu proses belajar dengan melepaskan hal-hal yang sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal yang belum dimiliki, dengan tujuan membantu orang yang menjalankannya untuk membetulkan dan mengembangkan pengetahuan dan kerja yang sedang dijalani secara lebih efektif.

Dari uraian di atas nampak bahwa pengertian pembinaan menurut A. M. Mangunhardjana (1986: 12) berorientasai pada hal pokok yaitu pengetahuan kecakapan, dan sikap manusia dalam usaha mencapai tujuan hidupnya. Melalui pembinaan, manusia dapat dibantu untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan, serta dapat memperbaiki sikapnya untuk mencapai tujuan hidup melalui kerja secara lebih efektif. Orang yang menjalani pembinaan dapat memperdalam kemampuan, kecakapan dan pengetahuannya yang sudah dimiliki dan dapat memperoleh kemampuan, kecakapan dan pengetahuan baru yang belum dimiliki.

Drs. Philip Tangdilintin (1984: 12) mengemukakan bahwa :

(35)

menyeluruh, pembinaan yang dimaksud di sini bukan pendidikan formal dan karena itu harus lain dari pendidikan formal.

Pengertian pembinaan menurut pandangan Drs. Philip Tangdilintin di atas mempunyai ciri utama yang sangat jelas yaitu bimbingan pastoral yang bertolak dari adanya keprihatinan Gereja terhadap kaum muda. Perlu diketahui bahwa Philip Tangdilintin merupakan seorang tokoh yang banyak berkecimpung dalam masalah pembinaan terutama pembinaan kaum muda dalam Gereja. Sebagai seorang tokoh yang banyak berkecimpung dalam hal pembinaan iman, Tangdilintin merumuskan tujuan pembinaan untuk memperkembangkan pribadi kaum muda sebagai subyek yang perlu didampingi dan diarahkan. Dalam hal ini tujuan dari pembinaan adalah kepenuhan perkembangan pribadi manusia dalam hubungannya dengan sesama, alam dan terutama dengan Tuhan.

(36)

2. Arti Iman

Iman merupakan karunia Tuhan sebagai dasar atau pedoman hidup manusia yang tercermin dalam sikap, baik dalam sikap doa maupun sikap dalam menanggapi peristiwa-peristiwa hidup secara bertanggung jawab. Iman di sini merupakan sikap dasar manusia atas karunia Tuhan. Iman juga merupakan sikap batin manusia dalam bertindak, sehingga tindakan manusia terarah dan mampu mewujudkan sikapnya secara konkrit kepada Allah dengan sadar. Melalui iman manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah menyapa dan memanggilnya. Dalam iman itu pula manusia menyerahkan diri kepada Allah. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah (KWI, 1996: 129).

3. Arti Pembinaan Iman Siswa

Berdasarkan batasan pengertian pembinaan dan iman seperti yang diuraikan di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa pembinaan iman merupakan pendampingan atau bimbingan untuk bersatu dengan Kristus yakni sebagai anggota keluarga Kristus. Pembinaan iman tidak dibatasi oleh usia, karena manusia beriman merupakan pemberian Tuhan dan selalu berada dalam hubungan dengan Tuhan selama manusia masih hidup. Pembinaan iman merupakan usaha untuk membantu orang semakin tumbuh dan berkembang dalam kehidupan iman dan menjadi serupa dengan Kristus (2 Kor, 3: 18). Usaha pembinaan untuk membantu dan mempermudah perkembangan iman sesorang dengan menciptakan suasana hidup beriman, yakni bertingkah laku yang baik terhadap siapapun dan di mana pun kita berada.

(37)

iman tidak akan pernah selesai di dunia ini, dan selama manusia masih hidup di dunia ini berarti ia masih tetap memerlukan pembinaan iman demi perkembangan hidup berimannya (Adisusanto, 2000: 9).

Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa pembinaan iman bagi siswa, dalam hal ini siswa diusia remaja merupakan suatu pelayanan yang berkaitan dengan hidup beriman untuk membantu para siswa, agar semakin tumbuh dan berkembang dalam kehidupan penghayatan iman. Pembinaan iman bagi remaja untuk membantu mereka yang baru berproses meninggalkan masa kanak-kanak ke masa remaja. Anak usia remaja menyukai suasana santai, suasana yang bersifat menggembirakan, ada kebebasan, ada saat bermain dan bernyanyi bersama, serta ada waktu untuk sharing yang menjadi peluang bagi mereka untuk saling mencurahkan isi hati. Dengan demikian pembinaan iman bagi remaja akan lebih tepat bila dikemas dalam suasana yang santai tetapi mendalam seperti retret, rekoleksi, ziarah, camping rohani, dan sebagainya.

C. Pengertian Guru

Mendengar lagu “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” mengingatkan penulis pada guru-guru yang telah mendidik penulis mulai dari SD sampai dengan SMA. Guru yang penulis kenal merupakan sosok pribadi yang sederhana tetapi penuh tanggung jawab baik di sekolah mupun dalam bermasyarakat. Sosok guru yang penulis kenal pun selalu mencoba dan berusaha untuk membangun perilaku yang baik di mana pun ia berada. Dalam menjalankan tugas dan perannya guru memiliki tanggung jawab yang besar yakni sebagai pengelola kelas, sebagai suri teladan, dan sebagai pembimbing (Winkel, 2005: 221).

Mendengar kata guru mengingatkan juga kepada penulis tentang guru Pendidikan

(38)

melaksanakan tugasnya yakni sebagai pendidik iman, sebagai saksi iman, maupun sebagai penanggung jawab iman (Setyakarjana, 1997: 69).

Supriyati, 2001: 17, mengungkapkan bahwa guru merupakan salah satu komponen bangsa yang berada di garis depan dunia pendidikan Nasional, sebab guru berhadapan langsung dengan tugas mendasar yakni mendidik dan memanusiakan manusia muda agar manusia menjadi dewasa, cerdas, beradab dan berbudaya serta bermanfaat. Dalam menjalankan tugas dan perannya guru harus bertanggung jawab terhadap sikap dan tindakan serta perbuatannya sendiri.

Istilah GU-RU pada masyarakat Jawa berarti di-Gu-gu dan yang diti-RU. Digugu

berarti bahwa seorang guru bisa dipercaya kata-katanya, dan bisa dituruti oleh peserta didiknya. Kemudian maksud dari ditiru bahwa sosok dari pribadi guru menjadi teladan yang baik bagi para siswa di sekolah, selain itu sosok guru menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat (Sebastian, 1988: 138). Oleh karena itu pada bagian ini penulis akan memaparkan peranan guru secara umum dan peranan guru Pendidikan Agama Katolik.

1. Peranan Guru Secara Umum

Menurut Kunjana Rahardi (2005: 31), mengungkapkan opininya bahwa:

Ciri pertama, sosok guru harus benar-benar akomodatif terhadap rupa-rupa perubahan dan perkembangan pendidikan serta lingkungan yang terus bergulir terjadi. Ciri kedua, sosok guru harus sungguh-sungguh mampu mengembangkan dan membentuk dirinya sendiri secara terus-menerus dan sinambung dengan tanpa henti demi tugas pokok dan kejayaan profesi yang ditekuni. Ciri ketiga, sosok guru harus mampu memerankan diri sebagai pengajar sejati dan pendidik professional. Bukan semata-mata tukang mengajar yang mampu membina dan membimbing siswa dan mahasiswa agar menjadi intelektual sejati.

(39)

pendidikan. Berkaitan dengan ciri yang pertama bahwa guru memang harus mencermati dan senantiasa menyesuaikan perubahan serta perkembangan yang terjadi baik terhadap para siswa maupun terhadap kurikulum yang ada. Berkaitan dengan ciri yang kedua, guru terus menerus mengadakan pengembangan dan pembentukkan diri. Hal ini dikarenakan guru belum sepenuhnya menyadari dan melakukan pengembangan diri dalam menjalankan tugasnya. Bertautan dengan ciri yang ketiga, guru harus mampu memerankan diri sebagai pengajar dan pendidik profesional yang dapat membina dan membimbing manusia muda menjadi intelektual.

UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 dan 40 tentang sistem pendidikan Nasional menyatakan dasar-dasar pengembangan tenaga pendidik yang profesional. Menjadi tenaga pendidik (guru) bertugas menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif, dan dialogis. Guru sebagai jabatan profesional bertugas untuk memberi teladan, menjadi pembimbing dan menjaga nama baik lembaga atau profesi sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

(40)

Pada bagian ini penulis menguraikan peranan guru secara umum yakni guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai contoh (suri teladan), dan guru sebagai pembimbing.

a. Guru sebagai Pengelola Kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan belajar dapat menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik merupakan lingkungan yang dapat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, senang dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa diungkapkan bahwa kulitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor diantaranya adalah pribadi guru, hubungan pribadi antara guru dan siswa di dalam kelas, kondisi umum dan suasana di dalam kelas (Uzer Usman, 2008: 10).

Uzer Usman (2008: 10) mengungkapkan bahwa tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan secara khususnya, mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

(41)

mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok, percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri. Salah satu pengelolaan kelas yang baik adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sedikit demi sedikit mengurangi sikap tergantung pada guru, dengan kata lain siswa dilatih untuk bersikap mandiri dalam belajar (Winkel, 2005: 22).

b. Guru sebagai Contoh (Suri Teladan)

Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru, atau dengan kata lain guru mempunyai peranan terhadap perubahan perilaku peserta didik. Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh atau suri teladan bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru merupakan orang pada suatu komunitas yang diharapkan dapat menjadi teladan, dengan kata lain guru bisa digugu dan ditiru (Hamzah. B. Uno, 2007: 17-18).

Sebagai suri teladan guru hendaknya senantiasa memberikan teladan yang baik bagi para siswa. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku terlebih di lingkungan sekolah. Dalam proses belajar-mengajar guru hendaknya mampu berefleksi atas tindakannya dalam kehidupan sehari-hari demi perkembangan dan pengetahuan para siswa. Dengan demikian jelas kiranya bahwa kepribadian guru sebagai suri teladan menunjang proses belajar-mengajar di sekolah.

c. Guru sebagai Pembimbing

(42)

memudahkan atau melancarkan pertumbuhan siswa. Dengan kata lain guru mengantarkan siswa ke arah hasil pendidikan yang lebih tinggi mutunya, baik bagi siswa sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya.

Hamzah B. Uno (2007: 17-18), mengungkapkan bahwa Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang dan menantang peserta untuk berpikir dan bekerja (melakukan). Melalui ungkapan tersebut bisa dipahami bahwa guru sebagai pembimbing, dapat mengarahkan dan memudahkan peserta didik selama proses belajar-mengajar berlangsung.

Untuk menjalankan tugasnya sebagai pembimbing bagi para peserta didik, guru perlu memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu. Sekurang-kurangnya guru harus mempunyai kemampuan untuk memahami potensi yang ada pada diri siswa, dan mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam merangsang perkembangan siswa. Dalam setiap pelajaran guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna, sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar yang baik. Kemudian tidak lupa guru mencantumkan sumber bahan (berupa karangan, buku, dokumen, Kitab Suci) dari mana bahan pelajaran tersebut diambil untuk diolah dan diperkembangkan (Setyakarjana, 1997: 69).

2. Peranan Guru Pendidikan Agama Katolik (PAK) di Sekolah

(43)

hanya sebagai pengajar di depan kelas saat jam pelajaran, melainkan guru PAK bertanggung jawab untuk menciptakan berbagai situasi yang memungkinkan para siswa dapat belajar dan mencapai hasil yang baik. Guru PAK yang penulis maksud dalam skripsi ini adalah para kaum awam.

Dalam proses belajar-mengajar guru PAK menciptakan relasi yang komunikatif dan dialog aktif antara guru dengan siswa. Menjadi guru PAK juga harus memperhatikan penampilannya dalam mengajar, penampilan guru PAK harus memperlihatkan keteguhan dalam penghayatan perannya sebagai guru PAK di sekolah yakni berpakaian yang sopan dan rapi. Guru PAK sebaiknya mampu dan siap berperan secara profesional di sekolah dan di masyarakat. Di masyarakat guru PAK dituntut melakukan kontak kemanusiaan dengan orang tua, dan berkomunikasi dengan anggota masyarakat sekitar.

Nina Komala (9: 1992) menyatakan bahwa guru PAK yang berasal dari lembaga pendidikan diharapkan mampu menjalankan perannya dalam proses belajar mengajar dan bekerjasama dengan rekan kerja, staf tata usaha dan kepala sekolah guna mencapai tujuan pendidikan. Guru PAK dituntut pula untuk mengembangkan pribadi dan profesinya secara terus menerus. Kualifikasi atau kemampuan guru PAK dapat dipahami melalui kemampuan untuk menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media, menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar-mengajar, menilai prestasi siswa, dsb.

(44)

menghadapi peserta didik yang berbeda-beda agamanya dan jumlah siswa yang beragama Katolik hanya sedikit. Oleh karena itu apabila guru PAK akan berkatekese tidak harus berkatekese di sekolah.

Pada bagian ini penulis akan memaparkan peranan guru PAK sebagai pendidik iman, guru PAK sebagai saksi iman dan guru PAK sebagai penanggung jawab pembinaan iman siswa di sekolah.

a. Guru PAK sebagai Pendidik Iman di Sekolah

Tugas guru PAK lebih dari sekedar mengajar di dalam kelas. Guru PAK mempunyai tugas khusus yaitu sebagai pendidik iman bagi para siswa. Tugas guru PAK sebagai pendidik iman di sekolah mempunyai tantangan yang berat, karena disatu pihak guru PAK menjadi seorang teman bagi siswa namun dilain pihak guru PAK harus menuntun siswa untuk mencapai tingkat kehidupan manusiawi yang lebih sempurna. Oleh karena itu disamping bersikap empatik (menyelami alam pikiran dan perasaan siswa), guru PAK juga menjadi seorang inspirator yang memberikan semangat kepada siswa untuk berkembang menjadi orang beriman yang baik (Winkel, 2005: 221).

(45)

b. Guru PAK sebagai Saksi Iman di Sekolah

Peranan guru PAK di sekolah tidak hanya sebagai tenaga pendidik iman yang ditugaskan untuk mengajar saja, tetapi juga sebagai saksi iman. Guru PAK mempunyai identitas tersendiri dalam melaksanakan tugasnya. Identitas guru PAK nampak melalui cara memberikan kesaksian iman sebagai Umat Allah di dalam Gereja melalui bidang pekerjaannya. Tindakan-tindakan nyata sebagai kesaksian iman dari guru PAK, misalnya dengan menunjukkan displin kerja, memperhatikan para siswa yang tertindas atau tertekan, memperjuangkan keadilan dan sebagainya.

Sebagai saksi iman di sekolah seorang guru PAK hendaknya menyadari kerasulannya dengan tekun, untuk mengusahakan pendidikan moral dan keagamaan bagi para siswa. Melalui kegiatan kerasulannya tersebut guru PAK menyampaikan ajaran keselamatan kepada para siswa dan membimbing iman mereka. Oleh karena itu dalam menyampaikan ajaran keselamatan, guru PAK memberi kesaksian hidupnya secara konkret. Tindakan-tindakan nyata dari seorang guru PAK jauh lebih penting dari pada hanya teori. Semakin lengkap kesaksian konkret yang dapat diberikan oleh guru PAK, maka guru PAK akan semakin dipercaya dan dicontoh oleh para siswa (GE, art. 7).

(46)

dalam hidup bersama para siswa di sekolah, maupun dalam hidup bersama orang lain di lingkungan tempat tinggalnya (LG, art. 33).

c. Guru PAK sebagai Penanggung Jawab Pembinaan Iman Siswa di Sekolah

Sudah diuraikan pada bagian terdahulu bahwa peranan guru PAK antara lain sebagai tenaga pendidik di sekolah dan juga sebagai saksi iman di sekolah. Uraian berikut ini dimaksudkan oleh penulis untuk memahami secara khusus peranan guru PAK sebagai penanggung jawab pembinaan iman siswa di sekolah. Sebagai penanggung jawab pembinaan iman siswa di sekolah, seorang guru PAK dituntut memiliki sikap pengorbanan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pembinaan iman siswa di sekolah tidak hanya dilaksanakan melalui berbagai kegiatan PAK saja, tetapi juga melalui berbagai kegiatan pembinaan iman di luar PAK atau di luar jam-jam pelajaran di sekolah.

Peranan guru PAK sebagai penanggung jawab pembinaaan iman siswa di sekolah, yang dimaksud dalam karya tulis ini lebih berkaitan dengan berbagai kegiatan pembinaan iman di luar PAK seperti rekoleksi, retret, pendalaman iman, camping rohani, dsb. Untuk menjalankan peran sebagai pembina iman guru PAK tidak hanya bekerja seorang diri seperti halnya dalam mengajar PAK, tetapi guru PAK dapat melibatkan orang lain untuk bekerja bersama-sama tim. Guru PAK dapat melibatkan para pendidik Katolik dan karyawan Katolik yang ada di sekolah. Guru PAK dapat juga melibatkan orang tua para siswa dan orang lain yang berkehendak baik untuk melaksanakan pembinaan iman bagi siswa. Selain itu para orang tua perlu dilibatkan dalam usaha mendorong dan memberi ijin kepada putra-putrinya untuk mengikuti kegiatan pembinaan iman yang diselenggarakan (GE, Art. 3).

(47)
(48)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMA YOS SUDARSO, METRO LAMPUNG

A. Gambaran Umum SMA Yos Sudarso, Metro Lampung

Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis baik secara langsung, maupun berdasarkan hasil sharing dari beberapa siswa di SMA Yos Sudarso, Metro lampung bahwa jumlah guru PAK di SMA tersebut ada tiga orang dan para guru PAK tersebut merupakan kaum awam semua. Dalam menjalankan tugasnya kurang menghayati peranannya terhadap pembinaan iman siswa. Para guru PAK di SMA tersebut berpandangan bahwa pembinaan iman merupakan tugas para imam, kaum biarawan mapun biarawati. Proses belajar mengajar PAK di SMA tersebut memang berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, namun untuk kegiatan pembinaan iman bagi para siswa belum sepenuhnya mendapat perhatian, walaupun kegiatan pembinaan iman di luar PAK dilaksanakan dua kali dalam satu tahun.

Dalam buku “Yos Sudarso The Big Family” sebagai panduan uraian tentang gambaran umum situasi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung yang meliputi sejarah singkat berdirinya SMA Yos Sudarso, Metro Lampung, visi, misi, dan peraturan tata tertib SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Maka pada bagian ini penulis akan menguraikan bagian tersebut secara lebih jelas.

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Yos Sudarso, Metro Lampung

(49)

kota Metro. Para tokoh tersebut berpikir sangat sederhana, yakni ingin membantu mencerdaskan bangsa dengan karyanya dibidang pendidikan dan ikut serta dalam memperdalam iman Katolik dengan cita-cita ingin memperluas Kerajaan Surga. Maka dengan ijin pendirinya No. 2242/ I. 52. B/ 4/ 1991 tanggal 5 Agustus 1991 dan berlaku sejak tanggal 1 Juni 1965 berdirilah SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

Awal pendirian SMA Yos Sudarso, Metro Lampung masih menumpang di SD Xaverius Metro dengan jumlah siswa saat itu ada 35 orang. Tahun 1966 menjadi 85 orang tahun ke-3 yakni tahun 1967 menjadi 125 orang dengan lulusan pertama tahun 1968 ada 99 orang. Tahun 1980 SMA Yos Sudarso Metro pindah lokasi di Jalan Gunung Lawu 21 Polos Yosodadi. Semakin tahun SMA Yos Sudarso semakin banyak diminati oleh pelajar. Mulai tahun 1999 mengalami kejayaan serta terkenal dengan kedisiplinannya. Bahkan sampai sekarang masih banyak diminati oleh para pelajar, jumlah kelulusan hingga saat ini mencapai 9020 orang yang tersebar di Propinsi Lampung dan sekitarnya.

2. Visi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung

Mewujudkan SMA Yos Sudarso sebagai lembaga pendidikan yang membentuk pribadi yang manuju tata kehidupan bersama yang unggul dalam intelektual, spiritual, humanis dan terampil.

3. Misi SMA Yos Sudarso, Metro Lampung

a. Menciptakan komunitas sekolah yang hidup berlandaskan cinta kasih.

(50)

c. Menyelenggarakan pembelajaran sebagai upaya membentuk manusia muda yang memiliki kematangan emosi, berelasi, bersahabat sehingga memiliki rasa toleransi, suka menolong dan cakap berkomunikasi.

d. Menyelenggarakan pendidikan dengan pelatihan keterampilan. e. Menyelenggarakan pendidikan untuk semua orang.

f. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah.

4. Peraturan Tata Tertib SMA Yos Sudarso, Metro Lampung

Berikut ini beberapa peraturan tata tertib yang disusun, dimaksudkan sebagai upaya untuk menjamin tercapainya keamanan, ketertiban, ketentraman dan kedamaian di lingkungan sekolah sehingga dapat mendukung tercapainya tujuan penyelenggaraan sekolah.

a. Kehadiran di Sekolah

• Para siswa hadir di sekolah sepuluh menit sebelum jam belajar dimulai jam 07.15

WIB.

• Dalam hal terlambat, siswa perlu melapor kepada Kepala Sekolah atau guru piket atau

pun kepada petugas atau karyawan sekolah untuk memperoleh ijin mengikuti pelajaran.

• Dalam hal berhalangan hadir, siswa perlu mengirim surat permohonan ijin tidak

masuk sekolah dengan sepengetahuan orang tua atau wali, serta mengirim surat keterangan dokter jika siswa sakit.

• Dalam hal meninggalkan kompleks sekolah: untuk sementara, perlu ijin kepada guru

(51)

b. Penampilan di Sekolah

• Para siswa wajib berpakaian seragam sekolah dengan rapih dan bersih. Hari Senin s.d.

Kamis menggunakan baju putih berlengan pendek dan bawahan atau celana panjang warna abu-abu. Hari Jumat dan Sabtu, menggunakan seragam pramuka.

• Baju seragam dilengkapi dengan badge OSIS dan tanda lokasi. • Celana atau rok seragam dilengkapi dengan ikat pinggang hitam.

• Rambut disisir rapih dan bagi putra dipotong pendek (tidak gondrong).

• Siswa tidak perlu mengenakan perhiasan dan siswa putri cukup bertata rias sederhana.

c. Kegiatan Belajar-Mengajar

• Setiap hari kegiatan belajar-mengajar dimulai jam 07.15 WIB, diawali dengan doa

bersama dan jam terakhir ditutup juga dengan doa bersama di bawah pimpinan guru. • Semua siswa wajib mengikuti semua mata pelajaran yang ditentukan oleh kelasnya.

Untuk kegiatan ekstra kurikuler yang ditentukan harus dilaksanakan dengan penuh perhatian dan penuh kesungguhan.

• Kegiatan belajar-mengajar sedapat mungkin dilaksanakan dengan memberdayakan

buku (paket) yang tersedia di perpustakaan yang masih relevan.

• Dalam hal pelajaran olah raga praktik, siswa mengenakan seragam olah raga atau kaos

yang ditentukan.

B. Metodologi Penelitian

(52)

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat terlaksananya PAK di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

b. Mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk pembinaan iman siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

c. Mengetahui seberapa jauh guru PAK dalam menjalankan peranannya terhadap pembinaan iman siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

2. Manfaat Penelitian

a. Memperoleh keterangan mengenai faktor yang menghambat dan faktor yang mendukung kegiatan PAK bagi siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. b. Memperoleh keterangan mengenai peran guru PAK di SMA Yos Sudarso, Metro

Lampung.

c. Memperoleh keterangan mengenai kegiatan pembinaan iman yang dilaksanakan untuk para siswa kelas X di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode survey. Jenis penelitian kualitatif juga disebut sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian di bidang antropologi budaya. Penelitian kualitatif dilakukan pada obyek yang alamiah, yaitu obyek yang berkembang apa adanya tidak dimanipulasi oleh peneliti (Sugiyono, 2007: 8).

(53)

analisa terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. Dalam penelitian kualitatif penekannya lebih pada proses. Dalam penelitian kualitatif ada berbagai metode yang bisa digunakan antara lain dengan wawancara, kuesioner, pengamatan, pemanfaatan dokumen.

Adapun alasan penulis memilih jenis penelitian ini karena penekanannya pada kualitas dengan lebih mementingkan proses dari pada hasil penelitian. Melalui penelitian kualitatif ini penulis terlibat secara langsung dalam proses penelitian, hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penulis untuk berproses bersama responden di mana penelitian diadakan, dan menyesuaikan diri dengan kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 s.d. 30 Mei 2009 di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung.

5. Responden Penelitian

(54)

berjumlah 35 siswa dan kelas X-4 yang berjumlah 35 siswa di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini ada 70 siswa.

6. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang hendak diteliti yakni peranan guru PAK dan pembinaan iman siswa. Namun dalam variabel juga terdapat identitas responden yang dicantumkan sebelum masuk pada bagian pertanyaan untuk penelitian.

Tabel I. Variabel Penelitian No Variabel yang

diungkap

Aspek yang diungkap No Item

Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Peranan Guru PAK

a. Hidup keagaaman siswa

b. Motivasi sekolah di SMA Yos Sudarso-Metro

c. Guru PAK dalam mengajar d. Sarana yang digunakan e. Metode yang digunakan

f. Keterlibatan siswa saat PAK berlangsung

g. Materi yang disampaikan oleh guru PAK

h. Guru menggunakan buku pegangan saat pelajaran

i. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya

j. Suasana yang dirasakan saat PAK berlangsung

k. Penampilan guru PAK dalam mengajar

l. Guru PAK yang baik merupakan guru yang bisa menjadi sahabat bagi para siswa

m. Sebelum dan sesudah pelajaran PAK berdoa terlebih dahulu

n. Usulan untuk meningkatkan kualitas guru PAK

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 Pembinaan Iman Siswa

a. Pembinaan iman yang paling disukai

b. Pelaksanaan pembinaan iman di sekolah

c. Manfaat pembinaan iman

(55)

d. Pengaruh PAK terhadap pembinaan iman

e. Kesulitan atau hambatan dalam mengikuti PAK

f. Hal-hal yang mendukung terlaksananya PAK

18 18 19

1 1 1

Jumlah item keseluruhan 20

7. Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Kuesioner merupakan bentuk instrumen pengumpulan data yang mudah digunakan. Data yang diperoleh melalui penggunaan kuesioner adalah data yang dikategorikan sebagai data faktual. Kuesioner dalam penelitian bersifat semi tertutup artinya setiap pertanyaan telah disediakan jawaban yang dapat dipilih, tetapi juga memberi peluang kepada responden untuk menyampaikan usulan-usulan (Saifudin Azwar, 2009: 101).

8. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam pengumpulan data penulis melakukan reduksi, yaitu menganalisa data secara keseluruhan dan bagian terkecil dalam data yang memiliki makna dikaitkan dengan masalah penelitian. Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan. Pengelompokan ini bertujuan untuk menemukan arti data-data dengan cara menarik hubungan-hubungan sesuai dengan permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini (Moleong, 2007: 288).

C. Hasil Penelitian

(56)

jawaban kuesioner yang dikembalikan namun dalam keadaan rusak. Jadi jumlah keseluruhan jawaban kuesioner yang diteliti ada 60 orang. Adapun hasil penelitian termuat dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 2. Identitas Responden (N = 60)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

1 Umur - 15 tahun - 16 tahun - 17 tahun

13 40 7 21,67 66,67 11,66 2 Jenis kelamin

- Laki - Perempuan 22 38 36,66 63,34 3 Kelas - X-2 - X-4 30 30 50 50 4 Agama - Katolik - Kristen - Hindu - Budha - Islam 13 6 4 3 34 21,66 10 6,67 5 56,67 5 Alamat

- Raman Utara - Metro

- Lampung Timur

2 46 12 3,33 76,67 20

Jumlah responden dalam penelitian ini ada 60 siswa, yang terdiri dari kelas X-2 30 siswa dan X-4 30 siswa. Berdasarkan jenis kelamin jumlah responden paling banyak adalah perempuan, jumlah laki-laki memang lebih sedikit. Sebagian besar responden berusia 16 tahun, dan yang paling sedikit berusia 17 tahun ada 7. Responden yang berusia 17 tahun ada kemungkinan bahwa mereka pernah tidak naik kelas atau karena pindah sekolah.

(57)

siswa (5%). Responden sebagian besar berasal dari kota Metro yakni 46 siswa (76,67%).

Tabel 3. Latar Belakang Keluarga Responden (N= 60)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

1 Hidup keagamaan keluarga responden a. Semua Katolik

b. Sebagian Katolik

c. Hanya saya yang Katolik d. Orang Tua saja yang Katolik e. Lain-lain (Islam, Hindu, Budha)

12 8 - - 40 20 13,34 - - 66,66 Sebagian besar responden berasal dari berbagai macam agama baik Islam, Hindu, Budha ada 40 (66,66%),dan responden yang beragama Katolik ada 12 (20%). Telah dijelaskan di atas bahwa, SMA Yos Sudarso, Metro Lampung merupakan sekolah yayasan Katolik. Namun sebagian besar siswa yang berminat di SMA tersebut beragama Non-Katolik.

Tabel 4. Motivasi Sekolah di SMA Yos Sudarso-Metro (N= 60)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

2 Motivasi sekolah di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung

a. Disuruh orang tua b. Diajak teman

c. Mutu pendidikannya bagus

d. Ingin memperoleh pelajaran agama Katolik lebih mendalam 18 4 34 4 30 6,67 56,66 6,67

(58)

menyimpulkan bahwa kebanyakan siswa memilih untuk bersekolah di SMA ini karena mutu pendidikannya yang bagus.

Tabel 5. Guru PAK dalam Mengajar (N= 60)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

3 Guru PAK dalam mengajar a. Sangat kreatif

b. Kreatif c. Cukup kreatif d. Tidak Kreatif

18 25 17 - 30 41,67 28,33 - Jumlah terbesar 25 (41,67%), responden mengatakan bahwa guru PAK

dalam mengajar kreatif. Tidak ada satu pun responden yang menyatakan guru Pendidikan Agama Katolik dalam mengajar tidak kreatif.

Tabel 6. Sarana, Metode (N= 60)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

4 Sarana yang digunakan a. Sangat menarik b. Menarik c. Cukup menarik d. Tidak menarik

9 31 20 - 15 51,66 33,34 - 5 Metode yang digunakan

(59)

Tabel 7. Kegiatan PBM Pelajaran Agama Katolik (N= 60)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

6 Keterlibatan siswa saat PAK berlangsung a. Sangat aktif

b. Aktif c. Cukup aktif d. Tidak aktif

3 27 29 1 5 45 48,33 1,67 7 Materi yang disampaikan oleh guru PAK

a. Sangat mudah dipahami b. Mudah dipahami c. Cukup dipahami d. Sulit dipahami e. Kosong 2 31 24 1 2 3,34 51,66 40 1,66 3,34 8 Guru PAK menggunakan buku pegangan saat

pelajaran a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2 5 43 10 3,34 8,33 71,67 16,66 9 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk

Bertanya a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

25 20 14 1 41,66 33,34 23,34 1,66 10 Suasana yang dirasakan saat PAK berlangsung

a. Senang b. Tidak senang c. Jenuh d. Bosan e. Kosong 40 2 13 1 4 66,66 3,34 21,67 1,66 6,67 11 Penampilan secara fisik guru PAK dalam

mengajar a. Setuju b. Sangat setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju

47 6 4 3 78,33 10 6,67 5 12 Guru PAK yang baik merupakan guru yang bisa

menjadi sahabat bagi para siswa a. Setuju

b.Sangat setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju

38 22 - - 63,33 36,67 - - 13 Sebelum dan sesudah pelajaran PAK berdoa

(60)

(1) (2) (3) (4) c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

12 31

20 51,67

Mengenai keterlibatan siswa di kelas selama PAK berlangsung, sebagian besar responden menjawab cukup aktif ada 29 (48,33%) dan yang menjawab tidak aktif 1 orang (1,67%). Jumlah terbesar responden mengatakan materi pelajaran agama Katolik mudah dipahami yakni 31 (51,66%), dan jumlah paling sedikit mengatakan sulit untuk dipahami ada 1 (1,66%). Jumlah terbesar responden mengatakan guru dalam mengajar kadang-kadang menggunakan buku pegangan ada 43 (71,67%) dan ada 2 (3,34) responden yang mengatakan selalu.

Sebagian besar responden mengatakan guru selalu memberi kesempatan untuk bertanya ada 25 (41,66%), dan 1 (1,66%) responden yang mengatakan tidak pernah. Jumlah terbesar responden 40 (66,66%) mengatakan mereka merasa senang saat PAK berlangsung dan ada 1 (1,66%) responden yang mengatakan bosan. Mengenai penampilan guru dalam mengajar membantu siswa untuk memahami materi PAK, sebagian besar responden menjawab setuju ada 47 (78,33%), dan 3 (5%) yang mengatakan tidak setuju. Mengenai guru agama yang baik merupakan guru yang bisa menjadi sahabat siswa, sebagian besar responden menjawab setuju ada 38 (63,33%). Jumlah terbesar responden mengatakan sebelum dan sesudah pelajaran tidak pernah berdoa ada 31 (51,67%), dan 5 (8,33%) responden yang mengatakan sering.

Tabel 8. Pembinaan Iman (N= 60)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

14 Pembinaan iman yang paling disukai a. Rekoleksi

b.Retret

3 6

(61)

(1) (2) (3) (4) c. Ziarah

d.Camping Rohani e. Kosong 16 12 23 26,66 20 38,34 15 Pelaksanaan kegiatan pembinaan iman di sekolah

a. 2 tahun sekali b.1 tahun sekali c. 1 tahun 2 kali d.lain-lain e. Kosong - 7 21 14 18 - 11,66 35 23,34 30 16 Manfaat pembinaan iman

a. Sangat membantu perkembangan hidup b.Membantu perkembangan hidup

c. Cukup membantu perkembangan hidup d.Tidak membantu perkembangan hidup

29 19 11 1 48,33 31,67 18,34 1,66 17 Pengaruh PAK terhadap pembinaan iman

a. Sangat bertambah b.Bertambah

c. Cukup bertambah d.Tidak bertambah e. Kosong

4 34 10 8 4 6,67 56,66 16,66 13,34 6,67 Sebagian besar responden mengatakan pembinaan iman yang paling disukai responden adalah ziarah ada 16 (26,66%), dan sebagian besar responden tidak menjawab atau mengosongkan pilihan yang telah disediakan dalam lembar soal. Hal ini dikarenakan jumlah responden yang paling banyak beragama non-Katolik, sehingga mereka kurang mengenal bentuk-bentuk kegiatan rohani tersebut. Jumlah terbesar responden mengatakan pembinaan iman dilaksanakan 1 tahun 2 kali ada 21 (35%), dan paling sedikit responden mengatakan setahun sekali 7 (11,66%). Jumlah terbesar responden mengatakan pembinaan iman di sekolah sangat membantu perkembangan hidup ada 29 (48,33%), dan jumlah paling sedikit mengatakan pembinaan iman tidak membantu perkembangan hidup 1 (1,66%). Jumlah terbesar responden mengatakan Pendidikan Agama Katolik membantu memperkembangkan iman siswa 34 (56,66%), dan yang paling sedikit mengatakan sangat bertambah 4 (6,67%).

(62)

Tabel 9. Hambatan dan Hal-hal yang Mendukung Pelajaran Agama Katolik (N= 60)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

18 Kesulitan atau hambatan dalam mengikuti PAK a. Bosan dan jenuh

b.Agama yang non Katolik sulit memahami c. Bahasa kurang dimengerti

d.Sulit konsentrasi e. Lain-lain 9 6 8 4 33 15 10 13,33 6,67 55 19 Hal-hal yang mendukung terlaksananya PAK

a. Status dan yayasan

b.Saling mengerti dan peduli c. Minat dan kesadaran

d.Guru menyampaikan materi mudah dipahami dan disiplin e. Lain-lain 9 4 4 13 30 15 6,67 6,67 21,66 50

Jumlah responden yang menyatakan ada kesulitan atau hambatan pada saat PAK berlangsung karena bosan dan jenuh ada 9 (15%). Paling sedikit responden mengatakan sulit untuk konsentrasi ada 4 (6,67%). Hal ini dikarenakan mayoritas responden beragama non-Katolik sehingga sulit untuk memahami.

Jumlah terbesar responden yang mengatakan hal-hal yang mendukung terlaksananya PAK karena guru PAK menyampaikan materi mudah dipahami dan disiplin ada 13 (21,66%). Jumlah responden paling sedikit mengatakan karena ada sikap untuk saling mengerti dan peduli ada 4 (6,67%). Selain itu ada 30 (50%) responden yang mengatakan berbagai macam jawaban yang berbeda-beda.

Tabel 10. Usulan Siswa Terhadap (N= 60)

No Jawaban Responden Jumlah %

(1) (2) (3) (4)

20 Usulan untuk meningkatkan kualitas guru PAK a. Lebih kreatif, tetap semangat, dan pengertian b.menghayati kegiatan pembinaan iman dan

lebih diperbanyak lagi kegiatan pembinaan iman di luar jam pelajaran

c. Guru berinteraksi lebih dekat dengan siswa d.Sering berdoa bersama dan ziarah

(63)

Jumlah terbesar responden mengusulkan guru lebih kreatif, tetap semangat, dan pengertian ada 14 (23,34%). Jumlah responden paling sedikit mengusulkan bahwa sering berdoa bersama dan ziarah ada 2 (3,33%). Selain itu ada 34 (56,67%) responden yang memberikan berbagai macam usulan yang berbeda-beda dan bukan merupakan jawaban yang dimaksudkan dalam penelitian.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil dari jawaban responden melalui kuesioner yang telah dibagikan, telah diperoleh 60 responden yakni siswa kelas X-2 yang berjumlah 30 dan siswa kelas X-4 yang berjumlah 30. Pada bagian ini penulis akan menuliskan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung:

a. Motivasi Sekolah di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung

Sebagian besar reponden menyatakan bahwa motivasi memilih sekolah di SMA Yos Sudarso, Metro Lampung karena mutu pendidikannya yang bagus ada 34 siswa (56,66%). Berdasarkan jawaban para responden, penulis dapat menyimpulk

Gambar

Tabel I. Variabel Penelitian
Tabel 2. Identitas Responden (N = 60)
Tabel 3. Latar Belakang Keluarga Responden (N= 60)
Tabel 5. Guru PAK dalam Mengajar (N= 60)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut didukung oleh gagasan umat yang mengungkapkan bahwa inkulturasi dalam Perayaan Ekaristi masih sangat sesuai dan perlu dipertahankan karena inkulturasi sudah

Maka dalam penulisan skripsi ini penulis menawarkan pendekatan yang lebih difokuskan kepada orang tua sebagai pendidik pertama dan utama dalam pendidikan agama Katolik

Manfaat dari sarana: membantu pendamping dalam menyampaikan materi, menarik perhatian siswa, membantu daya ingat anak, mendukung kelancaran proses, mengurangi rasa grogi (bagi

Pada Bab empat, penulis menguraikan usulan program pendalaman iman bagi orang tua di lingkungan Santo Yohanes dalam rangka meningkatkan peranan orang tua dalam menghadapi

Pembaptisan dapat dilaksanakan secara lancar dan sah apabila pelaksanaan dilaksanakan oleh beberapa orang yang memiliki peranan penting dalam pembaptisan. 3)

Bagi guru Pendidikan Agama Islam dalam proses pembinaan karakter pada. peserta didik hendaklah diperhatikan faktor-faktor yang

Dari hasil penelitian keseluruhan menunjukkan data rata-rata/mean sebesar 88,077 yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik, dengan frekuensi 48 orang mahasiswa dengan persentase

Alasan di atas, maka sangatlah penting bagi guru untuk memahami karakteristik siswa, materi pembelajaran, dan metodologi pembelajaran dalam proses pembelajaran.