• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan pendidikan agama katolik demi meningkatkan perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelaksanaan pendidikan agama katolik demi meningkatkan perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Lidya Putri Herawati NIM: 121124025. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus dan Bunda Maria Mama dan Papa (Theresia Prihwati dan Herman Yoseph Ponimin) Mamah dan Papah (Maria Corry Saputra dan Iwan Leo) Adik-adikku (Leo Agung Priyantomo dan Anita Tri Utami) Kekasihku (Stefanus Heri Suseno) yang selalu mendukung dan memotivasi dalam studi dan penyusunan skripsi ini.. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Kita dipanggil bukan untuk sukses, melainkan untuk setia” (Ibu Teresa dari Kalkuta). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Skripsi ini berjudul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG”. Judul ini dipilih berdasarkan kesan penulis melalui pengamatan sepintas terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang yang masih perlu ditingkatkan lagi. Dalam kenyataannya sebagian besar orang tua yang berada di perkotaan sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga pendidikan agama yang didapat oleh anak dalam keluarga sangat kurang. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah suatu usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat. Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah menemukan gambaran sejauh mana pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik membantu perkembangan iman siswa. Untuk menjawab persoalan tersebut, penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian. Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni Kitab Suci, dokumen Gereja serta pandangan dari beberapa ahli yang berkaitan dengan Pendidikan Agama Katolik dan perkembangan iman. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi, penyebaran kuesioner dan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Katolik. Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang sudah cukup baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik berdampak pada perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini, penulis mengusulkan kegiatan kunjungan ke Panti Asuhan St. Leo Padang dan rekoleksi agar dapat membantu siswa dalam memperkembangkan iman. Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan semakin cerdas mengolah dan menggali pengalaman imannya sehingga menggerakkan mereka untuk semakin peka pada sesama yang menderita dan semakin mencintai Yesus Kristus melalui sesama. Dengan demikian mereka dapat tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang bertanggung jawab serta dewasa dalam iman.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT This thesis entitled “THE IMPLEMENTATION OF CATHOLIC RELIGIOUS EDUCATION IN ORDER TO ENHANCING THE DEVELOPMENT OF STUDENT FAITH AT YOS SUDARSO PADANG JUNIOR HIGH SCHOOL”. This title is chose based on the writer impression through a casual observation of the situation of Catholic Religious Education implementation at Yos Sudarso Padang Junior High School. Their learning processes are these have to still upgrade in future. In reality, most of the parents who live in urban area, who are so busy with their work, which leads the lack of religious education on children in the family, while they than what they get. Chatolic religious education at school is a well-planned and continuous effort to develop the students’ ability to confirm their faith and virtue to God based on Catholic’s Church tuition, and still concern on respect to other religion in the context of religious community harmony in our society. The key issue in this thesis is to find a picture of the extent to which the implementation of Catholic religious education to assist the student’s faith. To answer these problem, the writer used literature study and research. A literature study is done by studying various sources, namely the Bible, Church Documents, and experts opinions relating to the Catholic Religious Education and development of faith. The writer conducted a studying using observation, distribute questionnaires and interviews with Catholic Religious Education teacher. The results shows that the implementation of Catholic Religious Education in Yos Sudarso Padang Junior High School is done well. The results also shows that the Catholic Religious Education has impact on to the faith development of students in the Yos Sudarso Padang Junior High School. To follow up on the results of this research, the writer offers recollection at Panti Asuhan Saint Leo Padang for a model of guidance to assist the students in improving their faith. From this program, the students are expected to be smarter in managing and gaining their experience of faith to motivate them to be more sensitive to others who are suffering and to love Jesus Christ more through other people. It will lead them to grow as responsible persons and mature on their faith.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PELAKSANAAN. PENDIDIKAN. AGAMA. KATOLIK. DEMI. MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG. Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mengalami pendampingan, dukungan, motivasi, doa dan perhatian; yang penulis yakini sebagai uluran tangan Tuhan yang memampukan penulis bertahan dengan setia. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus kepada: 1.. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing utama yang dengan penuh kesabaran telah setia membimbing, mengarahkan dan memotivasi penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.. 2.. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum., selaku dosen penguji II yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.. 3.. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang telah meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.. 4.. Para Dosen Program Studi Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang setia x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. membagikan cinta kasih, pengetahuan dan pengorbanan selama penulis menjalani studi. 5.. Staf dan karyawan Prodi PAK yang turut memberi perhatian dan dukungan.. 6.. P. Dr. Alexander Irwan Suwandi, Pr., selaku ketua Yayasan Prayoga Padang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.. 7.. Bapak Mangihut Naibaho S.Kom., selaku kepala sekolah SMP Yos Sudarso Padang dan Bapak Budi Santoso S.Pd., selaku guru Pendidikan Agama Katolik yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian.. 8.. Keluarga tercinta, Mama Theresia Prihwati, Papa Herman Yoseph Ponimin, Mamah Maria Corry Saputra, Papah Iwan Leo, Stefanus Heri Suseno, Heppy Wulandari, Heni Susanti, Leo Agung Priyantomo dan Anita Tri Utami yang senantiasa memberikan cinta, doa, dukungan dan semangat kepada penulis.. 9.. Sahabat-sahabat terbaik, Valeria Elisa Eka Putri, Elisabet Dwi Setiani, Clara Brigita Sabrina, Erinta Deprina, Wuria Widian Lestari, M.C. Merry Kurnia Sari, Christina Lunau Jalung, Florenciana Peni Bungan, Maria Dolorosa Tonis, Paskalina Goan Wahafimu, Elisabeth Lita, Putri Kenanga Arum Wulandari, Yosefi Dewi Mahanani S, Catarina Prasasti, Brigita Diah, Sesilia, Ayu Dian Ningrum, Monica Alusiana Karisa Putri, Sheilla Putri Nur Sagita, Heronimus Galih Priyambada, Andreas Sigit Kurniawan dan Ignatius Her Dettyanta Nugraha yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dengan caranya masing-masing.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii. HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv MOTTO .............................................................................................................. v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. vii ABSTRAK ......................................................................................................... viii ABSTRACT ......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x. DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ...............................................................................................xvii DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH....................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1. A. Latar Belakang ........................................................................................... 1. B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 8. C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 8. D. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 9. E. Metode Penulisan ....................................................................................... 9. F. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10 BAB II. POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH ..................................................................................... 12 A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah .............................. 13 1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik ............................................... 13 2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik .................................................... 17 a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah: Inti Segala Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah .......... 18 b. Demi Kedewasaan Iman: Tujuan Formal Jangka Panjang ........... 19 c. Iman Yang Dihayati: Demi Kebebasan Manusia ......................... 21 xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Konteks Pendidikan Agama Katolik .................................................. 23 a. Pengalaman Siswa ........................................................................ 23 b. Keadaan Sekolah .......................................................................... 24 c. Keluarga ........................................................................................ 25 d. Teman Sebaya ............................................................................... 27 4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik .......................................... 28 5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik ....................................... 30 6. Pelaku Pendidikan .............................................................................. 32 a. Guru .............................................................................................. 32 b. Siswa ............................................................................................. 36 B. Gambaran Iman Remaja ......................................................................... 37 1. Perkembangan Iman ....................................................................... 37 2. Tahap Perkembangan Iman Remaja .............................................. 39 C. PAK Demi Meningkatkan Perkembangan Iman Siswa ......................... 40 BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG ..................................................................................... 44 A. Gambaran Umum SMP Yos Sudarso Padang ........................................... 45 1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Yayasan Prayoga Padang ..... 45 2. Sejarah Berdirinya SMP Yos Sudarso Padang ................................... 49 3. Visi-Misi SMP Yos Sudarso Padang .................................................. 50 4. Situasi Siswa-Siswi SMP Yos Sudarso Padang .................................. 53 B. Gambaran Pelaksanaan PAK di Sekolah dan Kegiatan Yang Mendukung Perkembangan Iman Siswa di SMP Yos Sudarso Padang ........................ 54 1. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah ......... 54 2. Pelaksanaan PAK di SMP Yos Sudarso Padang ................................. 58 3. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik SMP Yos Sudarso Padang ................................................................... 60. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik bagi Perkembangan Iman Siswa-Siswi di SMP Yos Sudarso Padang ............. 61 1. Desain Penelitian ................................................................................ 61 a. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 61 b. Tujuan Penelitian .......................................................................... 63 c. Definisi Operasional ..................................................................... 63 d. Jenis Penelitian ............................................................................. 64 e. Instrumen Pengumpulan Data ....................................................... 65 f. Responden Penelitian .................................................................... 66 g. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 67 h. Variabel Penelitian ........................................................................ 67 i. Kisi-Kisi Kuesioner ....................................................................... 68 2. Laporan Hasil Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik bagi Perkembangan Iman Siswa-Siswi di SMP Yos Sudarso Padang ....... 69 a.. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner ........................ 69. b.. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Kuesioner .................. 76. c.. Laporan Hasil Penelitian Berdasarkan Wawancara dengan Guru PAK ......................................................................... 79. d.. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Wawancara dengan Guru PAK ......................................................................... 82. e.. Kesimpulan Hasil Penelitian ......................................................... 87. BAB IV. USULAN KEGIATAN SEBAGAI USAHA MEMBANTU PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG ..... 90 A. Latar Belakang Kegiatan .......................................................................... 90 B. Tujuan Kegiatan ........................................................................................ 93 C. Usulan dan Bentuk Kegiatan .................................................................... 93 1.. Kunjungan Panti Asuhan St. Leo ...................................................... 94. 2.. Rekoleksi Sebagai Pemaknaan Kunjungan ....................................... 98. a. Tema ................................................................................................... 98. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b. Tujuan ................................................................................................. 98 c. Peserta ................................................................................................. 98 d. Tempat dan Waktu .............................................................................. 99 e. Bentuk Rekoleksi ................................................................................ 99 f. Sumber Bahan ..................................................................................... 99 g. Metode Rekoleksi ............................................................................... 99 h. Sarana ................................................................................................. 100 i. Susunan Acara .................................................................................... 100 j. Contoh Persiapan Rekoleksi ............................................................... 100 BAB V. PENUTUP ............................................................................................ 109 A. Kesimpulan ............................................................................................... 109 B. Saran ......................................................................................................... 111 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 113 LAMPIRAN ....................................................................................................... 115 Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian Untuk Kepala Sekolah .......... (1) Lampiran 2: Surat Permohonan Izin Penelitian Untuk Yayasan Prayoga ....... (2) Lampiran 3: Surat Izin Penelitian Dari Yayasan Prayoga Padang ................... (3) Lampiran 4: Surat Keterangan Bukti Selesai Penelitian .................................. (4) Lampiran 5: Daftar Pertanyaan Kuesioner/Angket .......................................... (5) Lampiran 6: Contoh Jawaban Responden ........................................................ (8) Lampiran 7: Panduan Pertanyaan Wawancara Guru PAK ..............................(14) Lampiran 8: Transkrip Hasil Wawancara Guru PAK ......................................(15) Lampiran 9: Daftar Nama Siswa Kelas VII T.A 2017/2018 ............................(17) Lampiran 10: Daftar Nama Siswa Kelas VIII T.A 2017/2018 ..........................(18) Lampiran 11: Daftar Nama Siswa Kelas IX T.A 2017/2018 .............................(19) Lampiran 12: Foto Hasil Penelitian ...................................................................(20) Lampiran 13: Bacaan Kitab Suci dan Lagu Rekoleksi ......................................(21). xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Data Agama Siswa SMP Yos Sudarso Padang .................................... 58 Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Pelaksanaan PAK di Sekolah ............................... 23 Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Perkembangan Iman Siswa .................................. 24 Tabel 4. Pelaksanaan PAK di Sekolah Menurut Pandangan Siswa ................... 25 Tabel 5. Pengaruh PAK Terhadap Perkembangan Siswa .................................. 27 Tabel 6. Faktor Pendukung dan Penghambat Menurut Siswa ........................... 28. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Flp. : Filipi. Kej. : Kejadian. Luk. : Lukas. Mat. : Matius. Yoh. : Yohanes. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 28 Oktober 1965. KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia LG. : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, diresmikan oleh Paus Paulus VI pada 21 November 1964.. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Singkatan Lain ABA/STBA : Akademi Bahasa Asing/Sekolah Tinggi Bahasa Asing AKFAR. : Akademi Farmasi. Art. : Artikel. Bdk. : Berdasarkan. GOR. : Gedung Olah Raga. HUT RI : Hari Ulang Tahun Republik Indonesia HP. : Handphone. IPA. : Ilmu Pengetahuan Alam. IPS. : Ilmu Pengetahuan Sosial. KKM. : Kriteria Ketuntasan Minimal. KODYA : Kota Madya KOMKAT : Komisi Kateketik OMK. : Orang Muda Katolik. PAK. : Pendidikan Agama Katolik. PIA. : Pendampingan Iman Anak. PIR. : Pendampingan Iman Remaja. RI. : Republik Indonesia. RPP. : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. SD. : Sekolah Dasar. SEKAMI : Serikat Kepausan Anak Misioner SGA. : Sekolah Guru Agama xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SMA. : Sekolah Menengah Atas. SMF. : Sekolah Menengah Farmasi. SMP. : Sekolah Menengah Pertama. SPG. : Sekolah Pendidikan Guru. St. : Santo. TK. : Taman Kanak-kanak. UU. : Undang-Undang. D. Istilah Hakikat. : Hal yang mendasar. Konteks. : Ruang lingkup. Model. : Pendekatan atau pola. xx.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu dokumen Konsili Vatikan II, yaitu Gravissimum Educationis art.1 tentang Pendidikan Kristen menggarisbawahi betapa pentingnya pendidikan untuk siapa saja, khususnya bagi generasi muda yang masih harus berkembang, tapi juga bagi orang dewasa dalam arti pendidikan seumur hidup. Ditegaskan bahwa pendidikan merupakan hak azasi setiap orang, karena siapa saja berhak memperkembangkan dan menyempurnakan hidup menuju kepada kepenuhannya. Pendidikan juga merupakan cara bagi manusia untuk menemukan dan memantabkan identitas atau jati dirinya di tengah-tengah perubahan atau perkembangan zaman. Dengan begitu, manusia diharapkan dapat lebih berperan secara aktif di dalam kehidupan sosial dengan mengusahakan kesejahteraan bersama. Heryatno (2008: 14) berpendapat bahwa Pendidikan Agama Katolik harus bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual di sini adalah hal-hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan Agama Katolik juga berusaha membantu siswa memperkembangkan jiwa dan interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam dan karena itu membuat manusia merasa rindu kepada-Nya dan peduli kepada hidup.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. sesamanya. Sedangkan interioritas berhubungan dengan kesadaran, kedalaman dan nilai hidup yang dipegang dan diwujudkan. Karena itu, Pendidikan Agama Katolik tidak hanya mengejar prestasi akademis, tetapi juga memperkembangkan kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan dan hati nurani siswa. Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 1) menyatakan bahwa melalui Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti siswa dibantu dan dibimbing agar semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan sesuai dengan ajaran Agama Katolik dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan terhadap agama dan kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan hubungan antar-umat beragama yang harmonis dalam masyarakat Indonesia yang majemuk demi terwujudnya persatuan nasional. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap membangun hidup yang semakin beriman. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas-aktivitas: mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Sikap dibentuk melalui kemampuan: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan mengamalkan. Gereja. menggarisbawahi. dua. tujuan. pendidikan:. pertama,. memperkembangkan pribadi manusia dan kedua, memperjuangkan kesejahteraan umum.. Gereja. sangat. menyetujui. arah. pendidikan. yaitu. demi. memperkembangkan dan menyempurnakan hidup manusia di dalam segala aspeknya. Dengan pendidikan manusia diharapkan menyadari kemandiriannya,.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. hak-hak azasinya, misal haknya untuk berpikir, mempertimbangkan, memilih dan memutuskan secara bebas nilai hidup yang diyakini. Hal tersebut berarti, orang akan semakin menjadi dirinya sendiri kalau ia secara terbuka dan tulus berkomunikasi dengan hidup sesamanya. Semakin ia membuka diri, jalan untuk dirinya sendiri semakin terbuka. Yang jelas, siapa saja berhak untuk hidup bahagia dan menyempurnakan kehidupannya sesuai dengan maksud ia diciptakan serta dengan sukarela ikut mengusahakan peningkatan kesejahteraan umum. Di Indonesia, agama dalam kehidupan masyarakat sangat berperan penting. Agama diyakini dapat membantu manusia agar mempunyai tujuan hidup yang jelas, oleh sebab itu setiap orang beriman bebas menentukan pilihan dalam memeluk agamanya. Manusia secara umum memang tidak bisa tanpa menganut agama, karena agama dipercaya agar setiap orang bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam agama Katolik misalnya, ada banyak hal yang perlu dilakukan agar iman umat berkembang, antara lain: mengikuti doa bersama pada bulan Rosario dan bulan Maria, mengikuti pendalaman iman umat di lingkungan, mengunjungi tempat ziarah seperti Gua Maria, mengikuti misa di Gereja serta memberi kesaksian. Manusia hidup berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan, oleh sebab itu agama akan mengantar manusia agar sampai kepada Tuhan. Tuhan memang tidak kelihatan, tetapi melalui kepercayaannya manusia dapat merasakan kehadiran Tuhan melalui cinta kasih terhadap sesama. Cinta kasih terhadap sesama seringkali dirasakan manusia melalui kebersamaan dalam hidup sehari-hari antar umat beragama serta mendorong umat manusia agar saling menghargai dan menghormati satu sama lain..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat di Sumatera Barat, khususnya kota Padang, di mana masyarakat aslinya adalah suku Minangkabau yang mayoritas beragama Islam. Pada akhirnya banyak masyarakat yang berasal dari luar antara lain: pulau Jawa, Sumatera Utara, Flores, Papua dan masyarakat keturunan Tionghoa yang menetap dan mencoba peruntungan di kota Padang. Selain masyarakat tersebut, banyak misionaris terutama yang datang dari luar negeri untuk menyebarkan agama Katolik. Setelah adanya misionaris yang menyebarkan agama Katolik di Padang dan sekitarnya, banyak perubahan positif yang terjadi terutama dalam kehidupan menggereja. Masyarakat bergotongroyong membangun Gereja dan mengadakan banyak kegiatan pada momen tertentu seperti Natal dan Paskah serta Imlek sehingga rasa persaudaraan semakin terjalin di antara masyarakat Padang, Sumatera Barat. Selain itu, para misionaris juga membangun biara, paroki, stasi dan gedung untuk pertemuan OMK, PIA dan PIR agar membantu perkembangan iman anak sejak dini dan sebagai generasi penerus Gereja di masa mendatang. Siswa Sekolah Menengah Pertama dapat dikelompokkan sebagai usia tahap remaja, di mana pada tahap remaja sangat rentan dipengaruhi oleh teman sebayanya. Pada masa remaja ini siswa akan bertumbuh baik fisik maupun mental. Melalui teman sebayanya, siswa akan mendapat banyak tantangan baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Misalnya siswa tersebut melakukan hal-hal atau perbuatan di luar kehendak dirinya agar dapat diakui oleh temanteman dalam kelompoknya. Tantangan ini merupakan proses perjalanan hidup serta berpengaruh pada perkembangan iman. Jika seorang siswa mempunyai.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. kepercayaan yang kuat maka tidak akan mudah goyah dan akan terus dipupuk dalam pertumbuhan imannya. Tahap remaja juga berkaitan erat dengan kenakalan remaja karena pada masa remaja inilah seorang siswa ingin dirinya mempunyai pengaruh bagi orang lain. Oleh sebab itu, guru Pendidikan Agama Katolik di SMP Yos Sudarso Padang secara rutin melibatkan siswa dalam kegiatan Gereja antara lain: bertugas koor, lektor, mazmur, dirigen dan misdinar pada hari minggu. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu siswa semakin aktif dalam kegiatan menggereja serta menambah pengalaman siswa sehingga siswa dapat berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Pengalaman yang telah dilalui membantu iman siswa akan terus berkembang. Iman yang berkembang tidak akan terbentuk tanpa adanya bimbingan dari orang tua dan sekolah serta masyarakat luas. Siswa belajar dari pengalamannya dan akan terus dikembangkan baik fisik maupun mentalnya. Dalam kehidupan menggereja, iman yang berkembang sangat berguna bagi pertumbuhan Gereja, karena di dalam kehidupan menggereja umatlah yang menjadi pusat utama Gereja. Tanpa umat, Gereja tidak akan berkembang. Supaya siswa dapat menjadi generasi penerus Gereja, maka sangat pentinglah perkembangan iman setiap siswa agar Gereja terus berkembang. Iman siswa dapat dilihat dari perbuatannya. Perbuatan tersebut akan terus dilakukan selagi mengandung hal yang positif dan tidak merugikan orang yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, manusia merupakan makhluk yang saling membutuhkan. Melalui perbuatan yang dilakukan oleh siswa di tengah keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat, iman akan menjadi penopang hidupnya. Agama.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. yang dianut dan dipercayai oleh siswa akan terus digunakan selama hidupnya mengarah kepada Tuhan. Siswa juga merasa terbantu dengan Pendidikan Agama Katolik yang telah diberikan orang tua di rumah dan guru di sekolah. Setiap siswa mempunyai peranannya masing-masing, sehingga perkembangan iman siswa juga berdasarkan pemahaman dari pribadi siswa, bukan pengendalian dari orang lain di sekitarnya. Buku Iman Katolik (1996: 129) mengatakan bahwa dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak-terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri kepada Sang Pemberi Hidup. Pengalaman religius memang merupakan pengalaman dasar, kendati belum berarti pertemuan dengan Allah dalam arti penuh. Di atas pengalaman dasar itulah dibangun iman, penyerahan kepada Allah, pertemuan dengan Allah. Manusia dari dirinya sendiri tak mungkin mengenal Allah. Umat Kristen mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus. “Tidak ada seorang pun mengenal Bapa, selain Anak dan orang yang berkenan kepadanya Anak berkenan menyatakan-Nya” (Mat 11: 27). Selain keluarga dan sekolah serta masyarakat, Gereja juga berperan penting dalam perkembangan iman remaja. Gereja memperkembangkan iman remaja. melalui. Pendampingan. Iman. Remaja. (PIR).. Dengan. adanya. Pendampingan Iman Remaja (PIR) ini, para remaja Katolik akan terlibat aktif di dalam kegiatan Gereja, misalnya mengikuti koor, lektor, pemazmur, dirigen,.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. misdinar, pendamping PIA serta menjadi panitia Natal dan Paskah. Kegiatan tersebut secara langsung akan membentuk iman para remaja menjadi berkembang karena para remaja mempunyai kepercayaan yang ada di dalam dirinya melalui pengaruh yang positif dari Gereja. Remaja yang bergabung dalam PIR merupakan generasi penerus Gereja di masa yang akan datang. Generasi ini berawal dari bayi yang baru dibaptis. Melalui baptisan tersebut anak menjadi Katolik. Ketika memasuki usia anak-anak, Gereja membina mereka melalui PIA. Hingga sampailah pada masa remajanya, anak dibina dan diteguhkan imannya dengan menyambut komuni pertama dan krisma (penguatan). Komuni pertama dan krisma akan mengantar para remaja sampai pada pemahaman akan iman Katolik yang sesungguhnya, sehingga para remaja semakin percaya kepada Tuhan dan dikuatkan dalam iman. Berdasarkan visi-misinya, SMP Yos Sudarso mengusahakan komunitas pendidikan yang peduli pada iman, kaum lemah, budaya dan lingkungan serta mendampingi para siswa agar berkembang menjadi pribadi yang cerdas dari segi intelektual, emosional dan spiritual. SMP Yos Sudarso mengusahakan pendidikan yang utuh dan berkesinambungan demi memperkembangkan seluruh aspek hidup manusia terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai kemanusiaan serta mewujudkan prinsip dasar pendidikan bukan hanya mempersiapkan para siswa untuk mendapatkan pekerjaan melainkan untuk memperkembangkan kehidupan. Dari pengamatan penulis, ada kesan bahwa para siswa perlu dibantu untuk memperkembangkan imannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “PELAKSANAAN PENDIDIKAN.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. AGAMA KATOLIK DEMI MENINGKATKAN PERKEMBANGAN IMAN SISWA DI SMP YOS SUDARSO PADANG”.. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka masalah pokok dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa itu pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah? 2. Sejauh mana pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik telah membantu memperkembangkan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang? 3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk memperkembangkan iman siswa?. C. TUJUAN PENULISAN Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah. 2. Menyampaikan gambaran pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik sejauh mana telah membantu memperkembangkan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang. 3. Mengemukakan usaha konkret yang dapat dilakukan sebagai sumbangan pemikiran yang tepat untuk meningkatkan perkembangan iman siswa..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. D. MANFAAT PENULISAN Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat di antaranya: 1. Bagi Siswa Diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam memperkembangkan imannya baik secara kognitif, afektif dan praksis. 2. Bagi Guru PAK Dengan memberikan teladan dan pengarahan yang baik kepada siswa dalam usaha memperkembangkan imannya baik secara kognitif, afektif dan praksis. 3. Bagi Penulis Dengan mengadakan penelitian ini, diharapkan penulis dapat lebih berkembang dalam pemahaman dan pengetahuan tentang Pendidikan Agama Katolik dalam meningkatkan perkembangan iman siswa serta menjadi bekal ketika kelak sudah menjadi Guru.. E. METODE PENULISAN Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu menggambarkan Pendidikan Agama Katolik dan mengungkap keadaan iman siswa. Permasalahan pertama didalami dengan menggunakan studi pustaka. Sedangkan permasalahan kedua didalami dengan menggunakan penelitian kualitatif. Untuk. mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi. meningkatkan perkembangan iman siswa, penulis melakukan pengamatan, menyebarkan kuesioner kepada siswa dan melakukan wawancara dengan 1 orang guru Pendidikan Agama Katolik. Data-data yang dihasilkan akan dianalisis guna.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman siswa di SMP Yos Sudarso Padang.. F. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai skripsi ini, penulis akan menyampaikan pokok-pokok uraian sebagai berikut: Bab I memaparkan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi kajian pustaka mengenai pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang meliputi: pengertian pendidikan agama Katolik, tujuan pendidikan agama Katolik, konteks pendidikan agama Katolik, model-model pendidikan agama Katolik, ruang lingkup pendidikan agama Katolik dan pelaku pendidikan serta gambaran iman remaja yang meliputi: perkembangan iman dan tahap perkembangan iman remaja serta pendidikan agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman siswa. Bab III mengemukakan gambaran faktual berisi gambaran umum mengenai SMP Yos Sudarso Padang. Pada bab ini penulis akan membahas tentang sejarah dan latar belakang berdirinya Yayasan Prayoga Padang, sejarah berdirinya SMP Yos Sudarso Padang, visi-misi dan situasi siswa-siswi. Pokok yang kedua penulis akan membahas mengenai: gambaran pelaksanaan pendidikan agama Katolik di sekolah serta kegiatan yang mendukung perkembangan iman siswa. Sedangkan pada bagian akhir, penulis akan menguraikan tentang penelitian.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. mengenai pelaksanaan pendidikan agama Katolik bagi perkembangan iman siswasiswi di SMP Yos Sudarso Padang, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan hasil penelitian. Bab IV membahas sumbangan pemikiran penulis sebagai tindak lanjut dari BAB II dan III. dalam upaya untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Agama. Katolik membantu memperkembangkan iman siswa. Sumbangan pemikiran tersebut berbentuk kegiatan sosial yaitu kunjungan ke Panti Asuhan yang dilanjutkan dengan rekoleksi siswa, yang mencakup: latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan, usulan dan bentuk kegiatan serta satuan persiapan kegiatan. Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama menyampaikan kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran guna meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah sehingga iman siswa semakin bertumbuh dan berkembang..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH. Bab sebelumnya sudah disampaikan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan yang digunakan sebagai salah satu acuan pengembangan tulisan ini. Pada bab II ini penulis membahas dan mendalami pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik yang dibagi ke dalam dua bagian, yang meliputi: pengertian Pendidikan Agama Katolik, tujuan Pendidikan Agama Katolik, konteks Pendidikan Agama Katolik, model-model Pendidikan Agama Katolik, ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik dan Pelaku Pendidikan, serta iman remaja yang meliputi: perkembangan iman, tahap perkembangan iman remaja dan pendidikan agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman siswa. Pada bab ini penulis memaparkan kajian pustaka yang didapat dari berbagai sumber yang berhubungan erat dengan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik. Pembahasan yang pertama berisi pengertian Pendidikan Agama Katolik. Pembahasan kedua berisi tujuan Pendidikan Agama Katolik demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah: inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah, demi kedewasaan iman: tujuan formal jangka panjang dan iman yang dihayati: demi kebebasan manusia. Pembahasan ketiga berisi konteks Pendidikan Agama Katolik yang meliputi: pengalaman siswa, keadaan sekolah, keluarga dan teman sebaya. Pembahasan keempat berisi model-model Pendidikan Agama.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. Katolik, Pembahasan kelima berisi ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik. Pembahasan keenam berisi pelaku pendidikan yaitu guru dan siswa. Pembahasan terakhir berisi gambaran iman remaja yang meliputi: perkembangan iman dan tahap perkembangan iman remaja serta pendidikan agama Katolik demi meningkatkan perkembangan iman siswa. Berikut ini penulis akan menguraikan secara lengkap mengenai pokokpokok bahasan di atas. A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah 1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik Pada bagian ini penulis menyampaikan pengertian Pendidikan Agama Katolik menurut pendapat para ahli. Heryatno (2008: 23) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik dipahami sebagai proses pendidikan dalam iman yang diselenggarakan oleh sekolah, bekerja sama dengan keluarga, Gereja dan kelompok jemaat lainnya untuk membantu siswa supaya semakin beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah dapat sungguh terwujud di tengah-tengah mereka. Untuk. memperkaya. pendapatnya. tersebut,. Heryatno. (2008:. 15). menegaskan kembali pendapat Mangunwijaya yang menyatakan bahwa “hakikat dasar Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi iman, bukan pengajaran agama”. Ia membedakan antara beragama atau punya agama (having religion) dengan beriman (being religious). Agama berkaitan dengan hukum, peraturan, ritus, kebiasaan dan lambang-lambang atau simbol-simbol. Agama merupakan jalan dan sarana menuju kepenuhan dan kesejahteraan hidup, jalan manusia.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. menuju. kesatuannya. dengan. Tuhan.. Komunikasi. iman. dapat. menumbuhkembangkan kepercayaan dalam diri manusia, sedangkan pengajaran agama hanya sebagai pengetahuan manusia serta membantu manusia untuk menerapkannya. Heryatno (2008: 16) mengungkapkan bahwa sebagai komunikasi iman, Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya bermula dari pengalaman penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. Bersifat praktis juga berarti Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan tindakan (kehidupan) daripada konsep atau teori. Dengan sifatnya yang praktis, Pendidikan Agama Katolik menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terusmenerus. Tentunya komunikasi semacam ini akan sangat membantu, yaitu dengan saling memperkaya dan meneguhkan, serta memperkembangkan iman para pesertanya. Yang ditekankan dalam Pendidikan Agama Katolik bukan pengajaran agama, tetapi proses perkembangan dan pendewasaan iman, peneguhan pengharapan dan perwujudan cinta kasih. Pendidikan Agama Katolik mendorong peserta didik untuk meningkatkan persaudaraan, persatuan, kerukunan dan perjumpaan demi terwujudnya kesejahteraan hidup bersama. Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Katolik adalah pendidikan yang memanusiakan manusia, yang mengusahakan terciptanya suasana kesalingan, kebersamaan dan menghargai masing-masing pribadi. Heryatno (2008: 14) menyatakan bahwa Pendidikan Agama Katolik harus bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual disini adalah hal-hal yang berhubungan.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. dengan inti hidup manusia. Maka, bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup siswa, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Dengan membantu siswa memperkembangkan jiwa dan interioritas hidup mereka. Jiwa merupakan tempat di mana Allah bersemayam, sehingga membuat manusia merasa rindu kepada-Nya dan peduli kepada hidup sesamanya. Sedangkan interioritas berhubungan dengan kesadaran, kedalaman dan nilai hidup yang dipegang dan diwujudkan. Karena itu, Pendidikan Agama Katolik tidak hanya mengejar prestasi akademis, tetapi juga memperkembangkan kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan dan hati nurani siswa. Groome (2010: 37) mendefinisikan Pendidikan Agama Katolik sebagai “kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada Cerita komunitas iman Kristen, dan Visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir di antara kita”. Pendidikan Agama Katolik, seperti semua pendidikan, adalah kegiatan yang kompleks. Kekhususan mengenai apa yang para pendidik lakukan berasal dari cerita-cerita komunitas Kristen, dengan ekspresinya yang paling awal dalam Yesus Kristus dan Visi Kerajaan Allah yang sempurna yang ditimbulkan oleh cerita. Akan tetapi hal yang paling penting untuk dilakukan adalah bahwa pendidikan Agama Katolik ikut ambil bagian dalam hakikat pendidikan yang bersifat politis secara umum. Setiap jenis kegiatan pendidikan, cepat atau lambat mempengaruhi orang-orang dalam cara mereka menjalani kehidupan mereka di masyarakat. Setiap jenis pendidikan tidak pernah dapat hanya memiliki.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. konsekuensi-konsekuensi yang bersifat pribadi karena individu dan warga negara adalah orang yang sama. Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 1) menegaskan bahwa salah satu bentuk dan pelaksanaan pendidikan iman adalah pendidikan iman secara formal di sekolah yaitu Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai kedudukan yang sama dengan mata pelajaran lainnya seperti Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS dan lain-lain. Maka, Pendidikan Agama Katolik di sekolah terikat pada kurikulum dan waktu yang tersedia serta taat akan aturan sekolah. Dengan demikian, Pendidikan Agama Katolik tidak hanya berhenti pada agama atau hal-hal lahiriah melainkan Pendidikan Agama Katolik mampu menghantar siswa sampai kepada iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta penuh persaudaraan dengan semua orang. Dengan kata lain, Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan oleh sekolah secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa untuk memperteguh iman dan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antar-umat beragama dalam masyarakat..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. 2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 1) menegaskan bahwa Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan membangun hidup yang semakin beriman. Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas-aktivitas: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Sikap dibentuk melalui kemampuan: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati dan. mengamalkan.. Keterampilan. diperoleh. melalui. aktivitas-aktivitas:. mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Heryatno (2008: 23) membahasakan kembali pandangan Groome tentang tujuan Pendidikan Agama Katolik bahwa “tujuan Pendidikan Agama Katolik memperhatikan kondisi kerinduan hati dan kehidupan konkret siswa, artinya digali dari kebutuhan dan kepentingan mereka harus bersifat holistik. Bersifat holistik artinya, sesuai dengan kepentingan hidup siswa, tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi dan praksis”. Segi kognitif (pikiran), afeksi (perasaan) dan praksis (tindakan) tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung dan membantu untuk memperkembangkan iman siswa, sehingga ketiganya diberikan secara seimbang oleh guru Pendidikan Agama Katolik kepada masing-masing siswa. Berikut ini disampaikan tiga tujuan Pendidikan Agama Katolik yaitu a) demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah: inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah, b) demi kedewasaan iman: tujuan formal jangka panjang, c) iman yang dihayati: demi kebebasan manusia..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. a. Demi Terwujudnya Nilai-Nilai Kerajaan Allah: Inti Segala Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Heryatno (2008: 25) mengatakan bahwa: Sifat holistik tujuan Pendidikan Agama Katolik dapat lebih konkret pada inti dari segala tujuan proses penyelenggaraannya, yang sering disebut metapurpose yaitu untuk memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus di dalam sabda, karya dan seluruh hidupnya mempunyai keprihatinan pokok mewartakan serta mewujudkan Kerajaan Allah. Dapat juga dikatakan bahwa Yesus adalah Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah rencana Allah bagi ciptaan. Kerajaan Allah adalah tema dan tujuan utama dalam pemberitaan dan kehidupan Yesus Kristus. Yang dimaksud dengan metapurpose di sini adalah tujuan pokok atau mendasar dalam Pendidikan Agama Katolik. Dalam konteks sekolah, terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah dikatakan sebagai puncak/pokok/inti dari segala tujuan Pendidikan Agama Katolik karena memang sungguh dirindukan oleh siswa. Oleh karena itu kegiatan pendidikan dimaksudkan untuk mengantar orang-orang ke arah iman Kristiani. Tujuan utama pendidikan yang demikian adalah Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus sendiri (Groome 2010: 69). Yesus telah bersabda dalam hidup manusia. Yesus diutus oleh Allah ke dunia dengan sabda, karya dan rela menyerahkan seluruh hidupnya untuk manusia. Nilai-nilai Kerajaan Allah yang ditanamkan Yesus kepada manusia adalah nilai-nilai kebaikan, cinta kasih, saling menghargai serta melayani sesama. Selama hidup di tengah dunia, Yesus berusaha mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah, melalui sabda dan karya-Nya. Guru Pendidikan Agama Katolik mengenalkan tentang karya Yesus di dunia agar siswa semakin mengenal dan mencintai. Yesus.. Tujuan. Pendidikan. Agama. Katolik. dalam. proses.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. penyelenggaraannya dimaksudkan tidak hanya sebatas untuk mengetahui dan memahami saja tetapi dengan melakukan tindakan nyata merupakan salah satu cara untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia. Dalam konteks di sekolah misalnya seluruh warga sekolah mampu mewujudnyatakan kerukunan, perdamian, persaudaraan, cinta kasih, peka dan peduli terhadap yang mengalami kesusahan, tidak rela melihat temannya bersedih hati, saling menghargai dan menghormati yang berbeda suku, agama dan kepercayaan dan lain sebagainya. Semua hal tersebut digerakkan oleh iman kepada Yesus Kristus melalui Roh Kudus. Dengan kata lain, Pendidikan iman sungguh berhasil kalau nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh dialami secara nyata oleh seluruh manusia.. b. Demi Kedewasaan Iman: Tujuan Formal Jangka Panjang Heryatno (2008: 29) mengatakan bahwa “iman yang dewasa juga diartikan sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh dan bersifat holistik karena mencakup segi pemikiran, hati dan praksis”. Iman Kristiani mencakup tindakan meyakini (believing), mempercayai (trusting) dan melakukan kehendak Allah (doing God’s will). Pendidikan dalam iman di sekolah, sebagai proses pendewasaan iman diharapkan membantu memperkembangkan iman siswa secara seimbang ketiga aspek iman tersebut. Iman Kristiani memiliki aspek kognitif, yaitu suatu tindakan meyakini (believing). Iman bukan suatu ilusi; iman juga bukan merupakan tindakan yang semena-mena dan tidak masuk akal. Menjadi tugas pendidik di satu pihak untuk mengkomunikasikan seluruh tradisi kekayaan iman Gereja dan di lain pihak untuk membantu siswa agar mereka dipermudah.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. untuk memahami dan meyakininya. Hal tersebut sesuai dengan ciri dasar manusia sebagai makhluk rasional. Salah satu segi iman sebagai tanggapan manusia terhadap rahmat Allah juga dapat dipahami dengan rasio, juga masuk akal. Di samping segi kognitif, iman Kristiani juga memiliki segi afektif (dimensi trusting). Iman Kristiani merupakan suatu undangan untuk menjalin relasi dari hati ke hati, manusia dengan Allah dan antar manusia itu sendiri. Iman berarti menaruh hati pada Tuhan yang dipercayai. Semakin kita berserah diri, kita semakin beriman. Berserah diri artinya dengan penuh kesetiaan dan kepercayaan kita menanggapi tindakan Allah yang dalam Putera-Nya melalui Roh-Nya senantiasa hadir dan berkarya menyelamatkan kita. Inilah relasi kesetiaan yang juga membentuk cara kita berelasi dengan sesama. Satu dimensi pokok iman yang terakhir adalah tindakan konkret (doing). Supaya makin matang, iman menuntut perwujudan konkret dari siswa di dalam hidupnya sehari-hari. Perwujudan iman perlu dipahami sebagai tanggapan terhadap rahmat dan kehendak-Nya. Di sini iman dimengerti sebagai jalan dan cara hidup. Dengan sungguh dihayati dan diwujudkan, siswa semakin menyadari relevansi imannya di dalam hidupnya yang akan mendatangkan nilai-nilai positif, seperti. kegembiraan,. perdamaian dan persaudaraan.. Untuk itu, proses. pembelajaran Pendidikan Agama Katolik diharapkan agar membantu siswa supaya semakin giat dan bersemangat di dalam menghayati imannya. Dengan demikian tindakan manusia dipahami sebagai tanggapan manusia untuk mengambil bagian di dalam memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. Allah. Tindakan konkret menjadi salah satu unsur penting di dalam proses pendewasaan iman. Pendewasaan iman sebagai tujuan formal pendidikan iman merupakan proses seumur hidup. Manusia berdasar rahmat-Nya diundang untuk senantiasa memperkembangkan. hidupnya. menuju. pada. kesempurnaannya.. Dalam. pendidikan iman, pendewasaan iman tidak dapat dipisahkan dari pendewasaan kepribadian seseorang. Yang menjadi salah satu fokus pendidikan iman adalah perkembangan manusia secara utuh. Maka, kepenuhan dan kelimpahan hidup merupakan arah dari iman yang sungguh dihayati dan diwujudkan. Kalau kita menghayati dan mewujudkan iman kita maka kita mengalami keselamatan yang dianugerahkan oleh-Nya.. c. Iman Yang Dihayati: Demi Kebebasan Manusia Heryatno (2008: 33-34) mengatakan bahwa “kebebasan merupakan kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan memperkembangkan imannya. Hanya di dalam suasana hati yang bebas manusia dapat sungguh menghayati dan mewujudkan imannya”. Dengan kata lain, iman yang dewasa dapat diwujudkan hanya oleh orang-orang yang benar-benar bebas dan bertindak beriman atas dasar kebebasan hatinya. Melakukan pekerjaan tanpa adanya paksaan dari orang lain sangat menyenangkan bagi manusia, hal inilah yang dimaksud dengan kebebasan. Kebebasan merupakan kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan memperkembangkan imannya. Hal ini dimaksudkan bahwa suasana hati yang bebas sangat dibutuhkan oleh semua orang karena manusia melakukan sesuatu.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. berdasarkan kehendak dari diri sendiri dan bukan karena adanya paksaan dari orang lain. Tentu saja bebas tidak diartikan secara individualitas karena bebas yang dimaksud di sini adalah bebas untuk mengasihi, menghargai dan menghormati sesama, bebas untuk menanggapi cinta kasih Allah, serta bebas untuk melaksanakan nilai-nilai Kerajaan Allah. Iman manusia akan berkembang dengan lebih baik karena adanya kebebasan. Dasar kebebasan manusia adalah jati dirinya yang diciptakan oleh Allah menurut kehendak-Nya yang bebas. Manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar dan rupa Allah sendiri. Ini berarti manusia memiliki martabat hidup yang sangat mulia. Ia juga memiliki peran, tugas hidup yang sangat penting yaitu membangun dunia supaya menjadi lebih baik. Karena itu, manusia memiliki potensi atau peluang untuk sungguh-sungguh menjadi bebas. Maka, bebas kepada Allah membuat kita bebas kepada diri kita sendiri dan dengan jalan tersebut kita pun bebas untuk. berbuat baik kepada sesama. Manusia bebas kalau bersatu. dengan Allah. Manusia dapat bersatu dengan Allah karena rahmat-Nya yang berkarya di dalamnya dan karena Allah yang mendatangi manusia, mengundang serta memampukan manusia dapat tinggal di dalam-Nya..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. 3. Konteks Pendidikan Agama Katolik a. Pengalaman Siswa Heryatno (2008: 59) mengatakan bahwa pengalaman hidup siswa meliputi segala kegiatan rohani mereka seperti hidup doa, perayaan iman dan devosidevosi mereka. Di samping pengalaman siswa juga mencakup kesulitan, keprihatinan dan persoalan hidup yang menekan seperti kekhawatiran, ketakutan dan kebingungan tetapi juga kegembiraan, kebahagiaan, kesuksesan, cita-cita serta pengharapan mereka. Dengan kata lain, pengalaman hidup mencakup seluruh kenyataan hidup siswa. Kehidupan konkret yang menjadi salah satu unsur pendikan iman menggarisbawahi pengertian dasar pendidikan iman sebagai komunikasi pengalaman atau penghayatan iman bukan lebih-lebih sebagai pengajaran agama. Kehidupan konkret menjadi titik tolak dan sekaligus medan bagi siswa untuk menghayati imannya. Melalui refleksi terhadap pengalaman hidupnya, siswa mengenali kehadiran Allah yang menyatakan diri dan mengundang mereka untuk menanggapinya. Melalui refleksi, siswa dibantu menemukan makna dari pergulatan hidupnya dan dibantu juga untuk menempatkan iman di dalam pergulatan hidup sehari-hari. Pengalaman hidup dapat menjadi medan perjumpaan antara rahmat Allah dan tanggapan manusia. Dengan bertitik tolak dari pengalaman hidup siswa, kegiatan pendidikan iman menjadi relevan karena menanggapi kenyataan hidup dan kebutuhan siswa serta menyentuh kehidupan siswa. Setiap siswa tentu memiliki pengalamannya sendiri yang diyakini.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. maknanya dan dipahami sebagai suatu bagian penting dari rangkaian perjalanan hidupnya.. b. Keadaan Sekolah Heryatno (2008: 16) juga menegaskan kembali pandangan Deklarasi Pendidikan Kristen Gravissimum Educationis bahwa salah satu pokok pusat perhatian mereka adalah menciptakan suasana sekolah yang sungguh-sungguh Katolik. Sekolah Katolik mengusahakan suatu suasana sekolah yang dijiwai oleh Roh Cinta Kasih dan Kebebebasan Injili, suasana sekolah yang diresapi oleh semangat dan sikap hidup Yesus sendiri. Suasana sekolah semacam ini akan membuat para siswa merasa martabatnya dihormati, permasalahan hidupnya dipahami, pertanyaan dan keluhannya diperhatikan. Mereka juga dibantu untuk menemukan identitas dan perannya di dalam kehidupan bersama. Maka dari itu, sekolah Katolik diharapkan menjadi kaya akan nilai-nilai manusiawi dan nilainilai rohani. Sekolah Katolik perlu mengusahakan agar suasana kekeluargaan antara guru dengan siswa, orang tua dengan para guru dan sekolah, lebih-lebih antar siswa sendiri sungguh tercipta. Yang dimaksud dengan kekeluargaan dalam sekolah adalah suasana pendidikan yang membantu para siswa merasa aman, krasan, diterima, menyenangkan karena semua pihak saling memperhatikan dan membantu. Untuk mewujudkan harapan itu sekolah-sekolah Katolik telah berusaha untuk merubah gambaran dirinya dari sekolah sebagai lembaga menjadi sekolah sebagai komunitas. Usaha ini sesuai dengan hakikat dan wajah Gereja seperti.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. yang ditegaskan oleh Konsili Vatikan II di dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja sebagai umat Allah yang mengutamakan segi komunio (communio: persekutuan). Gambaran sekolah sebagai komunitas adalah model kehidupan bersama yang menekankan persaudaraan, kesatuan (solidaritas), kemitraan, keterbukaan dan kepercayaan dari semua pihak tanpa harus mengabaikan kekhususan masing-masing. Untuk itu, sekolah Katolik menekankan pentingnya dibangun kerja sama antara sekolah, orang tua, Gereja, masyarakat dan kelompok-kelompok yang mengusahakan pendidikan bagi kaum muda.. c. Keluarga Afra Siauwarjaya & Huber, Th. (1987: 80) mengatakan bahwa pendidikan merupakan cermin dan syarat pembangunan masyarakat. Selain sekolah, perkembangan iman anak juga dilakukan di dalam keluarga. Dalam hal ini orang tua juga memegang peranan penting dalam memperkembangkan iman anaknya. Tidak mungkin mereka menghayati warta Kristus terlepas dari usaha menumbuhkan, mendidik dan memperkembangkan iman anak-anak mereka. Iman dapat tumbuh dan berkembang berkat adanya dorongan Roh Kudus dan usaha untuk mengolah dari dalam diri orang tersebut. Sekolah, keluarga, teman sebaya, pemerintah, masyarakat dan Gereja berperan membantu dalam usaha mendidik dan memperkembangkan iman anak-anak mereka. Orang tua diharapkan menciptakan suasana yang memungkinkan anakanak merasa “krasan”, menemukan, mengalami kehangatan, persahabatan, perhatian dan cinta dalam keluarga. Demikianlah diharapkan keluarga nantinya.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. dapat menampilkan generasi muda yang potensial dan berkepribadian tangguh dalam masyarakat. Orang tua Kristen percaya bahwa mereka diundang Allah untuk saling menyempurnakan menurut teladan Kristus dalam hidup berkeluarga. Maka orang tua wajib membantu anak-anak mereka menghayati hidup konkret mereka sebagai jawaban atas undangan Allah. Hal tersebut diwujudkan dengan mengajak anak-anak menyadari kebaikan Tuhan yang mereka alami bersama dan bersyukur kepada Allah. Dengan usaha konkret terus menerus, orang tua melatih anaknya bersikap peka terhadap kehadiran Allah dalam berbagai situasi yang mereka alami bersama. Terutama dengan contoh dan teladan orang tua membimbing anak untuk peka dan prihatin terhadap keadilan dan penderitaan sesama. Tentunya sikap tersebut akan diingat oleh anak. Semua yang diingat oleh anak akan menjadi warisan yang sangat mempengaruhi perilaku anak selanjutnya. Maka, dengan teladan baik dari orang tua anak sedini mungkin dilatih menjadi pribadi yang tidak hanya merasa kasihan terhadap sesama yang miskin dan menderita, tetapi yang mampu berbuat sesuatu bagi mereka. Pada umumnya teladan yang baik lebih mempengaruhi anak daripada banyak nasihat dan perkataan. Santo Don Bosco mengatakan “Jangan bicara banyak pada anak mengenai Tuhan, akan tetapi bicaralah banyak pada Tuhan mengenai anak” (Afra Siauwarjaya & Huber, Th., 1987: 81). Dalam seluruh usaha menumbuhkan dan memperkembangkan iman anak, selain berkat adanya dorongan Roh Kudus dan usaha untuk mengolah dari dalam diri anak itu sendiri, contoh dan teladan orang tua menjadi salah satu pokok terpenting..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. d. Teman Sebaya Agoes Dariyo (2004: 13) menjelaskan bahwa teman sebaya lebih ditekankan kepada kesamaan tingkah laku atau interaksi individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama serta melibatkan keakraban yang relatif besar diantara kelompoknya. Hubungan yang baik antara teman sebaya akan sangat membantu aspek sosial remaja secara normal. Pergaulan teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku remaja. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh positif dan dapat pula berupa pengaruh negatif. Pengaruh positif yang dimaksud adalah ketika remaja bersama teman-teman sebayanya melakukan aktivitas yang bermanfaat seperti membentuk kelompok belajar, mengikuti kegiatan rohani dan patuh pada norma-norma dalam masyarakat. Sedangkan pengaruh negatif yang dimaksudkan dapat berupa pelanggaran terhadap norma-norma sosial dan pada lingkungan sekolah berupa pelanggaran terhadap aturan sekolah. Dari teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Remaja cenderung mengikuti pendapat dari kelompoknya dan menganggap bahwa kelompoknya itu selalu benar. Teman sebaya menuntut nilai kebersamaan, kekerabatan, kemanusiaan serta persaudaraan. Namun, jika perilaku dalam kelompok didominasi oleh pencurian, tawuran serta tindak kriminal maka akan berpengaruh negatif pada perkembangan remaja..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. 4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik Heryatno (2008: 58) mengungkapkan bahwa “istilah model perlu dimengerti sebagai suatu pendekatan tertentu yang memiliki suatu kerangka yang tertentu pula untuk suatu proses kegiatan penyelenggaraan pendidikan dalam iman dengan langkah-langkah yang kurang lebih tetap”. Pendidikan Agama Katolik di sekolah menempatkan siswa sebagai subjek dan guru sebagai fasilitator. Model perlu dimengerti sebagai suatu pendekatan, hal ini dimaksudkan bahwa ada banyak cara atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru agar siswanya dapat memahami apa yang disampaikan guru di kelas sehingga membantu siswa untuk berkembang, perkembangan tersebut tentu saja berasal dari dorongan yang ada dalam diri siswa sehingga guru dengan berbagai cara pula membantu dan mengarahkan siswanya dalam bertindak.. a. Model Transmisi/Transfer Heryatno (2008: 63) mengungkapkan bahwa “model ini berpusat pada guru yang mentransfer (mengoper) seluruh pengetahuannya pada siswa dengan menerapkan relasi guru dengan siswa”. Model transmisi/transfer merupakan cara lama yang digunakan para guru dalam mengajar. Model ini kurang efektif karena tidak melibatkan siswa dalam kegiatan mengajar/memberikan materi. Dalam mengikuti pelajaran di kelas ada jarak antara guru dan siswa sehingga guru tidak kreatif dalam menyampaikan materi dan siswa kurang aktif mengikuti pelajaran di kelas. Hal ini tidak membantu perkembangan siswa baik secara kognitif maupun dalam iman karena guru tidak memberikan apa yang menjadi kebutuhan siswa..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. b. Model yang Berpusat pada Hidup Peserta Heryatno (2008: 65) mengungkapkan bahwa “model yang berpusat pada hidup peserta ini merupakan reaksi yang ekstrem terhadap model pendidikan yang bersifat dogmatis”. Pada zaman era globalisasi seperti saat ini, para guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah hanya sebagai fasilitator yang berpusat pada hidup peserta/siswa. Model ini diyakini mampu memperkembangkan pengetahuan dan iman siswa secara utuh. Siswa terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran di kelas dengan cara tanya jawab dan kerja kelompok/sharing pengalaman, pada akhir pelajaran siswa diajak untuk merefleksikan pengalaman mereka selama mengikuti pelajaran di kelas berkaitan dengan pengalaman hidup mereka secara konkret. Kedua model di atas masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan, oleh sebab itu kedua model di atas saling melengkapi. Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah bukan hanya sebagai fasilitator tetapi guru juga memberikan pengetahuan/informasi sehingga membantu perkembangan kognitif siswa dan memfasilitasi siswa agar siswa terlibat aktif di kelas serta membantu perkembangan iman mereka.. c. Model Shared Christian Praxis/Model Praksis Heryatno (2008: 70) mengungkapkan bahwa “model Shared Christian Praxis atau model praksis ini hendak menekankan pentingnya partisipasi aktif para peserta. Peran peserta sebagai subjek dalam proses penyelenggaraan pendidikan sangat digarisbawahi”. Partisipasi itu berdasarkan pada pengalaman.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga ditemukan nilainya dan dapat diteguhkan visi dasarnya. Hasil dari refleksi kritis tersebut kemudian didialogkan dengan visi dan tradisi Kristiani. Dengan dialog tersebut diharapkan peserta dapat meneguhkan sikap hidupnya yang sudah positif dan mempertanyakan pokok-pokok yang negatif dan yang lebih penting adalah menemukan kesadaran dan nilai-nilai baru yang akan mendasari pengambilan keputusan konkret sebagai salah satu pusat model ini. Model ini bergerak dari praksis yang direfleksikan menuju praksis baru. Tentu saja yang dimaksudkan bukan sekedar aksi tanpa visi tetapi praksis baru yang digali berdasarkan pengalaman masa lampau, yang telah diinterpretasikan berdasarkan visi dan tradisi Kristiani. Tujuan praksis baru tidak lain adalah memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus di tengah-tengah hidup manusia.. 5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (2016: 4) mengungkapkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan pemahaman siswa adalah: 1) Pribadi siswa: Ruang lingkup ini membahas tentang diri sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. kekurangan, yang dipanggil untuk membangun relasi dengan sesama serta lingkungannya sesuai dengan Tradisi Katolik. 2) Yesus Kristus: Ruang lingkup ini membahas tentang pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, seperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, agar siswa berelasi dengan Yesus Kristus dan meneladani-Nya. 3) Gereja: Ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja agar siswa mampu mewujudkan kehidupan menggereja. 4) Masyarakat: Ruang lingkup ini membahas tentang perwujudan iman dalam hidup bersama di tengah masyarakat sesuai dengan Tradisi Katolik. Siswa menyadari dan mensyukuri diri sebagai citra Allah, baik sebagai laki-laki atau perempuan yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, untuk mengembangkan diri melalui peran keluarga, sekolah, teman, masyarakat dan Gereja dengan meneladani pribadi Yesus Kristus, sehingga terpanggil untuk mengungkapkan imannya dalam kehidupan menggereja melalui kebiasaan doa, perayaan sakramen dan terlibat secara aktif di dalam kehidupan menggereja serta hidup bermasyarakat dengan melaksanakan hak dan kewajiban, mewujudnyatakan sikap toleran dan penghormatan terhadap martabat manusia..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. 6. Pelaku Pendidikan a. Guru UU No. 14 Tahun 2005, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik. Sedangkan Mintara (2010: 57) menyatakan bahwa pendidik adalah jabatan atau profesi yang membutuhkan keahlian khusus. Mintara (2010: 57) juga menegaskan bahwa di dalam pendidikan, guru mempunyai tiga tugas pokok yang bisa dilaksanakan di antaranya: pertama, tugas profesional yaitu tugas yang berhubungan dengan profesinya yang meliputi tugas untuk mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta teknologi sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan. Kedua, tugas kemasyarakatan yaitu tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang berfungsi sebagai pencipta masa depan dan penggerak kemampuan. Keberadaan guru menjadi faktor penentu yang tidak dapat digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dahulu. Ketiga, tugas manusiawi yaitu tugas sebagai seorang manusia. Guru harus bisa menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua bagi siswa. Guru harus bisa menarik simpati dari siswa melalui teladan hidup dan mempunyai relasi yang harmonis sebagai “bapa-anak”, sehingga ia menjadi idola bagi para siswa. Dari pemaparan di atas dapat dinyatakan bahwa tugas seorang pendidik atau guru adalah mengantar keluar dengan selamat para siswa dari berbagai.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. rintangan menuju padang rumput yang hijau. Sama halnya seperti seorang gembala, guru dipanggil untuk menggembalakan siswa-siswanya, mengenal pribadi. dan. karakter. masing-masing. serta. membantu. mereka. dalam. mengembangkan diri. Groome (2010: 389) mengatakan bahwa pendidik memiliki tugas yang khusus dalam komunitas Kristiani. Artinya, pendidik agama Kristiani harus mampu menghadirkan pribadi Yesus Kristus ketika melayani para siswa. Groome menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik antara lain: pertama, jabatan mengajar adalah sebuah bentuk pelayanan atas nama Yesus Kristus. Kedua, jelas dari Gereja mula-mula jabatan pengajar adalah menjadi pelayan firman. Maka, dapat dikatakan bahwa jabatan pengajar memiliki kesamaan dengan para pelayan firman atau pemberita-pemberita Injil Tuhan. Mintara (2010: 218) mengatakan bahwa guru yang profesional harus secara efektif memberikan perhatian pada para siswa sehingga siswa merasa dekat dengannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa guru yang penuh perhatian pada siswa akan lebih memberikan peneguhan dan dorongan semangat seperti: kesabaran, kepercayaan, kejujuran dan keberanian; juga mendengarkan dengan empati, memahami, mengenal masing-masing siswa secara individu, hangat, penyemangat dan yang paling penting mencintai pribadi siswanya. Heryatno menegaskan kembali pandangan Miller (2008: 71) bahwa guru harus memiliki visi ke depan bagi perkembangan setiap siswanya. Visi yang dimaksudkan adalah agar siswa dapat mencapai tahap perkembangan kognitif, emosi, moral dan iman. Oleh karena itu, guru harus menjadi sahabat dan.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. pendamping bagi perkembangan pribadi siswa sehingga visi di atas dapat tercapai. Pendidikan Agama Katolik sungguh-sungguh perlu menekankan interaksi dan komunikasi yang fasilitatif dan kondusif bagi siswa supaya secara terus menerus berkembang ke tahap berikutnya. Komunikasi sangat penting dalam tingkat perkembangan kognitif, emosi, moral dan iman siswa. Heryatno (2008: 103-107) sikap dasar dan semangat para guru harus diwujudkan dalam tugasnya, yaitu: a) Meneguhkan Pribadi dan Jati Diri Para guru diharapkan menghormati harkat dan martabat para siswa yang mulia, menghargai segala talenta dan keunikan serta memahami kemampuan mereka sebagai titik tolak dari seluruh kegiatan pendidikan mereka. Guru juga membantu para siswa yang lemah, nakal dan bermasalah agar mereka memiliki peluang dan kesempatan yang sama dengan teman-temannya yang lain, sehingga mereka pun dapat berkembang menjadi lebih baik. b) Tetap Yakin dan Penuh Harap Sebagai pendidik guru harus memiliki harapan dan keyakinan bahwa semua siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang mereka terima dari Tuhan. Guru juga harus yakin bahwa semua siswa dapat sampai pada kelimpahan dan kepenuhan hidup karena kebaikan dan kemurahan hati Tuhan..

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. c) Mengasihi Sikap yang tidak kalah penting dari para guru adalah mengasihi siswa. Beriman, berharap dan mengasihi hidup para siswa itulah yang menjadi sikap, tekad dan kesadaran yang wajib diwujudkan dalam melaksanakan tugas panggilan mereka sebagai pendidik. Dengan kasih yang rela berkorban seperti Yesus dari para pendidik sungguh dapat mengubah sikap dan perilaku siswa sekaligus memberikan hasil yang baik dan menyenangkan. d) Menghormati Siswa sebagai Subjek Siswa adalah subjek pendidikan. Maka, guru harus memperlakukan dan menghormati siswa sebagai subjek pendidikan. Dengan memperlakukan siswa sebagai subjek/pelaku utama, dalam proses pembelajaran guru mewujudkan relasi antara pendidik dan peserta didik bukan relasi subjek dengan objek melainkan subjek dengan subjek. Dalam relasi tersebut yang diharapkan oleh siswa bukan semata-mata materi pelajaran tetapi inspirasi dan teladan hidup. Dengan memperlakukan siswa sebagai subjek, para guru akan memberdayakan mereka sebagai pelaku pendidikan yang aktif, kreatif dan realistis. Para guru harus mampu menciptakan suasana yang kondusif yaitu suasana yang akrab, saling menerima dan menghargai serta suasana kebersamaan yang sungguh menghormati inspirasi, aspirasi dan gagasan siswa. Dengan suasana ini, diharapkan bahwa guru dapat memperkembangkan kepribadian siswa secara utuh. Maksudnya adalah bukan hanya intelektual tetapi juga.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. perasaan, emosi, hati dan perilaku mereka. Hal ini perlu diusahakan agar pendidikan menjadi proses perkembangan diri mereka secara utuh dan seimbang. e) Menghormati Kebebasan, Hak dan Tanggung Jawab Kebebasan akan terwujud jika guru menghormati hidup siswa sebagai pribadi dan mendorong mereka untuk bersikap serta bertindak berdasarkan hati nuraninya. Dengan menghormati kebebasan dan semua hak siswa, para guru diharapkan menyelenggarakan proses pendidikan yang bersifat sungguh membebaskan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu hal penting yang dituntut dari seorang guru adalah mengasihi para siswa. Dengan mengasihi siswa, seorang guru dapat mengantar mereka kepada kebenaran yang telah Allah letakkan pada inti hidup mereka dan membantu mereka menjadi orang-orang yang bebas. Dengan demikian, mereka dapat mengambil bagian di dalam perjuangan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan mereka. b. Siswa Groome (2010: 386-388) mengatakan bahwa siswa dipanggil sebagai pelaku sejarah (cerita) dan mampu menjadi para pelaku sejarah (visi). Mereka dibentuk oleh sejarah, tetapi mereka. juga dapat membentuk sejarah. Yang. dimaksud pelaku di sini adalah siswa sendiri. Sebagai pelaku, mereka yang menentukan sendiri sesuai dengan minat dan kata hati. Mereka bukan objek melainkan subjek yang bisa menentukan sendiri dan tidak ditentukan. Mereka dapat membuat pilihan-pilihan dan bertindak untuk mempengaruhi masa depan..

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil simulasi pada kondisi atmosfer tidak stabil, sebaran SO2 pada kondisi atmosfer ini hampir sama dengan kondisi atmosfer sebelumnya karena nilai profil

Pada penelitian ini disimpulkan bahwa wanita yang mengalami obesitas memiliki risiko terjadi gangguan siklus menstruasi 1,89 kali lebih besar dibandingkan wanita

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan anak putus sekolah di Kelurahan Sipolha Horisan Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun disebabkan

Apabila terdapat keberatan atas Penetapan Pemenang tersebut diatas, kami memberi kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis selambat-lambatnya:. Hari :

Metode pemilihan diskret menganalisis pilihan pelaku perjalanan dari sekumpulan alternatif pilihan moda yang saling bersaing dan tidak bisa dipilih (digunakan) secara

Pada media atau surat kabar yang dijadikan data primer untuk diteliti yaitu pada harian Rakyat Sulsel dan objek berita yang akan diteliti yaitu isi berita pilkada Sul- Sel

Karena koefisien regresi dari kedua variabel bebas lebih besar dari nol maka disimpulkan bahwa partisipasi pengguna dan kemampuan teknis pengguna secara bersama-sama berpengaruh