• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Yayasan Prayoga Padang

BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

A. Gambaran Umum SMP Yos Sudarso Padang

1. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Yayasan Prayoga Padang

Berdasarkan data yang penulis peroleh dari buku Kenangan 50 Tahun Yayasan Prayoga Padang (2012: 6) dan website resmi www.prayogapadang.or.id yang diakses pada hari Senin, 21 Agustus 2017 pukul 15.00 WIB yang berjudul “Yayasan Prayoga Padang” bahwa: setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, sekolah-sekolah Katolik yang diselenggarakan oleh Keuskupan Padang (pada waktu itu berstatus Perfektur Apostolik Padang, baru pada tahun 1961 menjadi Keuskupan Padang) dan para suster dari Kongregasi Belas Kasih bertambah dengan pesat. Perkembangan tersebut mendorong Pastor H. Voogdt, Bapak Petrus Poernomo Sipur dan Bapak Gan Kheng Soen mendirikan Badan Hukum Penyelenggaraan Sekolah-sekolah Katolik pada tanggal 26 Maret 1962 di depan Wakil Notaris Hasan Qalbi. Atas permintaan para pendiri, Notaris membuat Akta Pendirian Yayasan Prayoga dengan susunan pengurus pertama terdiri dari: KETUA : PASTOR H. VOOGDT

PANITERA : PETRUS POERNOMO SIPUR KEUANGAN : GAN KHENG SOEN

Sejak akhir tahun 1962, kepengurusan Yayasan Prayoga Padang silih berganti. Nama-nama pengurus berikutnya adalah: Lim Bian Djiang, The Tjoei Tiong, Tan Tjoang Kiet, Gho Tjia Bo, Mak Kin Seng (Hendri Makmur), Njo Eng Han, Goei Sian, P. Soerjosoewarno, Thio Tjeng Kiat, Lie Thoan Leng, Phoa Jan Sam, Lie Seng Iok, J. Murtidjan, R.H. Sunarso Murtoadmodjo, Pastor L. Scaglia (Pastor L. Suryo Prayogo, S.X), Petrus Budiman, P. Michele Galli S.X (Pastor Mikael Gunadi, S.X), Sr. M. Suitberta, Ignatius P. Suharto, A. Koesnadi, F.X. Sarwono, Sr. Ignatia Dalimah, Ny. Ennis Sarwin, M.A., Drs. Eddy Haryanto Arief, Wirako Angriawan, S.H., Adri Munir dan Ny. Lian Tjin Tek.

Pada tanggal 12 Januari 1972 sekolah-sekolah asuhan Yayasan Belas Kasih diserahkan kepada Yayasan Prayoga dengan Akta Notaris yang dibuat oleh Wakil Notaris Hasan Qalbi. Dengan demikian, pengelolaan sekolah-sekolah Katolik di Keuskupan Padang berada pada satu Badan Hukum. Kemudian Yayasan Prayoga menyempurnakan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, menyusun Peraturan Pokok Kepegawaian, menetapkan masa jabatan Pengurus, Direktur/Kepala Sekolah, pertemuan dengan Pengurus Yayasan Prayoga Perwakilan Riau Daratan dan Pengurus Yayasan Prayoga Cabang Bukittinggi, usaha pengembangan sekolah-sekolah Katolik di Kepulauan Mentawai dengan menetapkan Koordinator sekolah-sekolah Katolik serta perhatian yang lebih besar kepada sekolah-sekolah Katolik di Kabupaten Pasaman dan Kodya Sawahlunto.

Pada saat didirikan tahun 1962, Yayasan Prayoga menggunakan sejumlah gedung sekolah milik Keuskupan Padang dan gedung-gedung sekolah milik

Kongregasi Belas Kasih. Pembangunan gedung-gedung sekolah yang dimulai pada tahun 1972 adalah sebagai berikut: gedung untuk SMF Prayoga di Jl. Dobi (dan kemudian digunakan bersama dengan SPG Xaverius); gedung untuk TK dan SD Tirtonadi di komplek Pemandian Tirtonadi Jalan Pirus; gedung untuk SD Andreas dan SD Fransiskus di Jalan Gereja; gedung untuk TK dan SD Yos Sudarso serta SMP Yos Sudarso di Jl. Jend. Sudirman; gedung untuk ABA Prayoga (Gedung Lantai 4 di komplek SMA Don Bosco) dan SMA Don Bosco di Jl. Khairil Anwar serta Gedung Olah Raga di Jl. Wolter Mongonsidi.

Pada mulanya Yayasan Prayoga Padang memiliki perwakilan di Riau dan Bukittinggi. Mengingat letak geografis kota Pekanbaru yang cukup jauh dengan kota Padang, maka sejak tanggal 1 Agustus 1969 Yayasan Prayoga Perwakilan Riau mempunyai hak otonomi dan tidak lagi terikat dengan pusatnya di Padang. Yayasan Prayoga Riau disahkan secara resmi pada tanggal 24 Juli 2002 di hadapan Notaris Hanani, SH., dengan Akta Notaris nomor 76 dan terdaftar dalam Berita Negara RI tanggal 17 September 2002 Nomor 75.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia jumlah siswa dan sekolah di bawah naungan Yayasan Prayoga bertambah dengan pesat, sedangkan jumlah tenaga pengajar yang berijazah sangat sedikit. Oleh sebab itu, didirikanlah SGA Xaverius pada tanggal 1 Agustus 1956. Sementara itu, disebabkan kebutuhan tenaga pengajar yang mendesak beberapa pimpinan sekolah mengambil inisiatif untuk mendatangkan guru dari Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta untuk ditempatkan di SMP dan SMA serta dari Sumatera Utara untuk ditempatkan di SD. Pada tahun akademik 1959/1960, pimpinan

sekolah SGA Xaverius dan SMA Don Bosco dengan persetujuan pengurus Yayasan Belas Kasih/Perfektur Apostolik mengirim beberapa siswa lulusannya untuk tugas belajar dengan ikatan dinas ke IKIP Sanata Dharma (PTPG/FKIP) dan beberapa perguruan tinggi lainnya. Setelah menyelesaikan studi mereka mengabdi pada sekolah SGA Xaverius dan SMA Don Bosco.

Yayasan Prayoga Padang yang beralamat di Jalan Khairil Anwar No. 10 Padang, Sumatera Barat memiliki motto: “Pendidikan Kunci Kemajuan”. Saat ini Yayasan Prayoga Padang mengelola 29 unit sekolah, mulai dari Taman Kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi yang tersebar di kota Padang 15 unit, Sawahlunto 2 unit, Kab. Pasaman Barat 4 unit dan Kab. Kep. Mentawai 8 unit. Sekolah-sekolah di Bukittinggi, Payakumbuh dan Padangpanjang saat ini berada di bawah naungan Yayasan Prayoga Bukittinggi, sedangkan sekolah-sekolah yang berada di Riau berada di bawah pengelolaan Yayasan Prayoga Riau.

Di antara sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Prayoga Padang saat ini, ada beberapa sekolah yang usianya jauh lebih tua dari usia berdirinya Yayasan Prayoga, yaitu sekolah-sekolah yang didirikan oleh para suster SCMM dan frater CMM yang datang dari negeri Belanda. Misalnya, TK Mariana berdiri tahun 1888 (Frobel School), SD Agnes tahun 1900 dan SMP Maria tahun 1921. Sekolah-sekolah tersebut dalam berjalannya waktu diserahkan pengelolaannya kepada Yayasan Prayoga Padang. SMP Yos Sudarso Padang didirikan pada tahun 1967. Ada juga sekolah-sekolah yang didirikan langsung oleh Yayasan Prayoga, yaitu TK-SD-SMP Yos Sudarso, TK-SD Setia, TK-SD Tirtonadi, ABA/STBA Prayoga dan Akademi Farmasi Prayoga. Ada juga

sekolah-sekolah yang ada dan pada mulanya didirikan dan diasuh oleh Keuskupan Padang, yaitu sekolah-sekolah di Kab. Pasaman dan Kep. Mentawai kemudian diserahkan pengelolaannya kepada Yayasan Prayoga Padang.

Pengurus Yayasan Prayoga membentuk Korps Guru dengan cara: pertemuan dari hati ke hati, diskusi tentang disiplin murid, keuangan dan rencana perluasan sekolah, pertemuan tatap muka, penataran, tugas belajar, kesempatan melanjutkan studi dengan biaya sendiri dan solidaritas pengumpulan dana di kalangan Keluarga Besar Yayasan Prayoga untuk membantu mereka yang membutuhkan dana. Yayasan Prayoga melayani anak didik yang berasal dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi, suku, budaya dan agama yang berpegang pada trilogi KE-SI-TU (KEBERSIHAN, DISIPLIN, MUTU). (Disarikan dari Buku 25 Tahun Yayasan Prayoga Padang).

Dokumen terkait