• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK TERHADAP

C. Pengertian Guru

1. Peranan Guru Secara Umum

Menurut Kunjana Rahardi (2005: 31), mengungkapkan opininya bahwa:

Ciri pertama, sosok guru harus benar-benar akomodatif terhadap rupa-rupa perubahan dan perkembangan pendidikan serta lingkungan yang terus bergulir terjadi. Ciri kedua, sosok guru harus sungguh-sungguh mampu mengembangkan dan membentuk dirinya sendiri secara terus-menerus dan sinambung dengan tanpa henti demi tugas pokok dan kejayaan profesi yang ditekuni. Ciri ketiga, sosok guru harus mampu memerankan diri sebagai pengajar sejati dan pendidik professional. Bukan semata-mata tukang mengajar yang mampu membina dan membimbing siswa dan mahasiswa agar menjadi intelektual sejati.

Berdasarkan ungkapan di atas bahwa yang menjadi kekhasan bagi sosok guru adalah mampu berefleksi bagi perkembangan profesi guru dan persoalan dalam bidang

pendidikan. Berkaitan dengan ciri yang pertama bahwa guru memang harus mencermati dan senantiasa menyesuaikan perubahan serta perkembangan yang terjadi baik terhadap para siswa maupun terhadap kurikulum yang ada. Berkaitan dengan ciri yang kedua, guru terus menerus mengadakan pengembangan dan pembentukkan diri. Hal ini dikarenakan guru belum sepenuhnya menyadari dan melakukan pengembangan diri dalam menjalankan tugasnya. Bertautan dengan ciri yang ketiga, guru harus mampu memerankan diri sebagai pengajar dan pendidik profesional yang dapat membina dan membimbing manusia muda menjadi intelektual.

UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 dan 40 tentang sistem pendidikan Nasional menyatakan dasar-dasar pengembangan tenaga pendidik yang profesional. Menjadi tenaga pendidik (guru) bertugas menciptakan suasana pendidikan yang menyenangkan, kreatif, dan dialogis. Guru sebagai jabatan profesional bertugas untuk memberi teladan, menjadi pembimbing dan menjaga nama baik lembaga atau profesi sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

Dengan demikian menjadi guru yang profesional adalah guru yang mampu menyusun rencana belajar-mengajar, mengorganisir, menata, mengendalikan, membimbing, dan membina terlaksananya proses belajar-mengajar secara relevan, efisien dan efektif. Sebagai guru yang profesional harus menguasai situasi peserta didik, disiplin ilmu atau materi pelajaran, wawasan kependidikan yang mendalam, dan menguasai teknologi pendidikan. Oleh karena itu kompetensi seorang pendidik atau guru yang profesional menjadi penting. Kompetensi atau kemampuan guru profesional dapat diamati melalui latar belakang pengetahuan, penampilan atau performan, kegiatan yang menggunakan prosedur dan teknik yang jelas, serta ada hasil yang akan dicapai dalam pendidikan (Supriyati, 2001: 20).

Pada bagian ini penulis menguraikan peranan guru secara umum yakni guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai contoh (suri teladan), dan guru sebagai pembimbing.

a. Guru sebagai Pengelola Kelas

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap lingkungan belajar dapat menentukan sejauh mana lingkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik merupakan lingkungan yang dapat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman, senang dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa diungkapkan bahwa kulitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor diantaranya adalah pribadi guru, hubungan pribadi antara guru dan siswa di dalam kelas, kondisi umum dan suasana di dalam kelas (Uzer Usman, 2008: 10).

Uzer Usman (2008: 10) mengungkapkan bahwa tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan secara khususnya, mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Guru sebagai pengelola kelas bertanggung jawab menjaga kedisiplinan di dalam kelas dengan tujuan menciptakan suasana yang mendukung siswa untuk belajar. Dalam menciptakan suasana yang mendukung guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar sendiri, tetapi juga mengembangkan kebiasaan untuk diskusi kelompok. Guru hendaknya

mampu menyiapkan berbagai jenis sumber belajar sehingga peserta didik dapat belajar secara mandiri dan berkelompok, percaya diri, terbuka untuk saling memberi dan menerima pendapat orang lain, serta membina kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri. Salah satu pengelolaan kelas yang baik adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, sedikit demi sedikit mengurangi sikap tergantung pada guru, dengan kata lain siswa dilatih untuk bersikap mandiri dalam belajar (Winkel, 2005: 22).

b. Guru sebagai Contoh (Suri Teladan)

Pada dasarnya perubahan perilaku yang dapat ditunjukkan oleh peserta didik harus dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang guru, atau dengan kata lain guru mempunyai peranan terhadap perubahan perilaku peserta didik. Untuk itulah guru harus dapat menjadi contoh atau suri teladan bagi peserta didik, karena pada dasarnya guru merupakan orang pada suatu komunitas yang diharapkan dapat menjadi teladan, dengan kata lain guru bisa digugu dan ditiru (Hamzah. B. Uno, 2007: 17-18).

Sebagai suri teladan guru hendaknya senantiasa memberikan teladan yang baik bagi para siswa. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku terlebih di lingkungan sekolah. Dalam proses belajar-mengajar guru hendaknya mampu berefleksi atas tindakannya dalam kehidupan sehari-hari demi perkembangan dan pengetahuan para siswa. Dengan demikian jelas kiranya bahwa kepribadian guru sebagai suri teladan menunjang proses belajar-mengajar di sekolah.

c. Guru sebagai Pembimbing

Peranan guru sebagai pembimbing untuk mengarahkan atau membimbing proses belajar-mengajar siswa di sekolah. Guru sebagai pembimbing mempunyai peranan untuk

memudahkan atau melancarkan pertumbuhan siswa. Dengan kata lain guru mengantarkan siswa ke arah hasil pendidikan yang lebih tinggi mutunya, baik bagi siswa sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya.

Hamzah B. Uno (2007: 17-18), mengungkapkan bahwa Guru hendaknya berperan sebagai pengarah, pembimbing, pemberi kemudahan dengan menyediakan berbagai fasilitas belajar, pemberi bantuan bagi peserta yang mendapat kesulitan belajar, dan pencipta kondisi yang merangsang dan menantang peserta untuk berpikir dan bekerja (melakukan). Melalui ungkapan tersebut bisa dipahami bahwa guru sebagai pembimbing, dapat mengarahkan dan memudahkan peserta didik selama proses belajar-mengajar berlangsung.

Untuk menjalankan tugasnya sebagai pembimbing bagi para peserta didik, guru perlu memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu. Sekurang-kurangnya guru harus mempunyai kemampuan untuk memahami potensi yang ada pada diri siswa, dan mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dapat dimanfaatkan dalam merangsang perkembangan siswa. Dalam setiap pelajaran guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna, sehingga dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar yang baik. Kemudian tidak lupa guru mencantumkan sumber bahan (berupa karangan, buku, dokumen, Kitab Suci) dari mana bahan pelajaran tersebut diambil untuk diolah dan diperkembangkan (Setyakarjana, 1997: 69).

Dokumen terkait