• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENGHAYATI

B. Shared Christian Praxis sebagai Model Katekese

2. Langkah-langkah dalam Shared Christian Praxis

Katekese model SCP mempunyai 5 (lima) langkah yang saling berurutan. Thomas H. Groome (1997: 5-7, bdk. Sumarno 2009: 19) mengemukakan lima langkah pokok sebagai berikut:

a. Langkah I: Mengungkapkan Pengalaman Hidup Peserta

Sharing merupakan kekhasan pada langkah pertama. Setelah peserta menemukan tema inti pertemuan, peserta diajak untuk mengungkapkan pengalaman konkret yang telah dialaminya (sharing). Dalam sharing tidak boleh ditanggapi oleh peserta maupun pendamping, dan diharapkan bisa dengan tenang mendengarkan salah seorang peserta yang sedang sharing.

Pada langkah ini bertujuan membantu peserta untuk mengungkapkan pengalaman hidup secara nyata atau berdasarkan fakta, entah berupa pengalaman pribadi atau permasalahan hidup yang terjadi dalam masyarakat. Untuk membantu atau mempermudah para peserta mengungkapkan pengalaman hidupnya, pendamping dapat mempergunakan sarana dalam bentuk lambang atau simbol, lagu, cerita bergambar, kisah atau cerita (Sumarno, 2009: 19).

Pendamping berperan sebagai fasilitator yang menciptakan suasana pertemuan menjadi hangat dan mendukung peserta untuk mengungkapkan pengalaman faktual berdasarkan tema. Pendamping juga berperan untuk merumuskan pertanyaan-pertanyan dengan jelas, terarah, tidak menyinggung harga diri seseorang, latar belakang peserta dan bersifat terbuka serta obyektif (Sumarno, 2009: 19).

Pada langkah ini, peserta sebagai subyek yakni peserta mengungkapkan pengalaman faktualnya. Tanpa ada peserta yang sharing tentu saja kurang mendukung proses katekese (Sumarno, 2009: 19). Dalam proses pengungkapan pengalaman faktual

ini, peserta dapat juga mengungkapkan pengalaman orang lain atau keadaan masyarakatnya yang sesuai dengan tema pelaksanaan katekese tersebut (Groome, 1997: 5).

Contoh pertanyaan langkah pertama, dengan mengambil tema “Menghayati tugas perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk memperlancar pertemuan, misalnya:

• Kisah atau peristiwa mana yang berkesan bagi Anda berkaitan dengan panggilan dan perutusan menjadi guru PAK?

• Ceritakanlah kesulitan bapak-ibu dalam menjalankan panggilan dan perutusan menjadi guru PAK?

b. Langkah II: Mendalami Pengalaman Hidup Peserta

Kekhasan pada langkah ini yakni mendorong peserta untuk lebih aktif, kritis dan kreatif dalam mengolah keterlibatan hidup mereka secara pribadi maupun masyarakatnya. Berdasarkan dari pengalaman yang diceritakan oleh peserta, peserta berusaha untuk merefleksikan sehingga mampu menemukan makna dan nilai dari pengalaman konkret hidup mereka (Groome, 1997: 5).

Langkah kedua ini bertujuan untuk memperdalam saat refleksi dan mengantar peserta pada kesadaran kritis akan pengalaman hidup dan tindakannya, yang meliputi pemahaman kritis dan analisis sosial, kenangan analitis dan sosial, imajinasi kreatif dan sosial. Pemahaman kritis dan sosial merupakan pemahaman pribadi terhadap tindakan dan pertimbangannya sendiri, serta analisa sosial yang menganalisa pengalaman konkret sosial dalam masyarakat. Kenangan analitis dan sosial, mempunyai dua tekanan yang berbeda yakni sejarah hidup peserta dan strukutur sosial yang saling membentuk dan mempengaruhi cara hidup peserta dalam masyarakat. Imajinasi kreatif dan sosial, bersifat

pribadi yaitu dengan membayangkan konsekuensi atau akibat yang telah dilakukan, kemudia membuka kesadaran baru untuk terlibat di dalamnya (Sumarno, 2009: 20).

Pada langkah ini pendamping berperan untuk mampu menciptakan suasana pertemuan yang menghormati dan mendukung setiap gagasan serta sumbangan saran peserta. Selain itu, pendamping juga berperan untuk mendorong peserta supaya sharing tetapi tidak memaksa, serta mampu menggunakan pertanyaan yang menggali tetapi tidak menyinggung perasaan peserta, serta mengajak peserta untuk merefleksikan pengalaman hidupnya (Sumarno, 2009: 20).

Peserta berperan untuk mengadakan refleksi pengalamannya secara kritis supaya mengarah pada kehidupan yang lebih baik, yakni dalam hidup pribadi maupun dalam hidup bermasyarakat. Peserta secara aktif mengadakan refleksi secara kritis, dengan refleksi kritis pada pengalaman konkret peserta diharapkan sampai pada iman Gereja sepanjang sejarah Tradisi dan Visi Kristiani (Groome, 1997; 6).

Contoh pertanyaan langkah kedua, dengan mengambil tema “Menghayati tugas perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk memperlancar pertemuan, misalnya:

• Mengapa bapak-ibu mengalami kesulitan dalam menjalankan panggilan dan perutusan sebagai guru PAK?

• Bagaimana cara bapak-ibu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menjalankan panggilan dan perutusan menjadi guru?

c. Langkah III: Menggali Pengalaman Iman Kristiani

Kekhasan dari langkah ini adalah mengusahakan supaya Tradisi dan Visi kristiani menjadi lebih terjangkau, lebih dekat, dan relevan bagi peserta pada jaman sekarang. Tradisi dan Visi kristiani mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah yang

memuncak dalam misteri hidup dan karya Yesus Kristus, serta mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut (Groome, 1997: 6).

Langkah ketiga ini bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan Visi kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan peserta yang kontekstual serta relevan. Dengan demikian dapat mendorong dan meneguhkan iman jemaat dalam keterlibatannya untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah (Sumarno, 2009: 20).

Peran pendamping pada langkah ketiga memberikan tafsiran mengenai Tradisi dan Visi kristiani, untuk membantu peserta agar menemukan nilai-nilai dari Tradisi dan Visi kristiani. Dalam menafsirkan dan mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan Visi kristiani, pendamping perlu memiliki pengetahuan yang cukup dalam penafsiran tersebut. Tafsiran dari pendamping hendaknya mengikut sertakan kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri secara konkret (Sumarno, 2009: 21, bdk. Groome, 1997: 6).

Pada langkah ini, setelah peserta merefleksikan pengalamannya secara kritis, peserta berusaha menghubungkannya dengan pengalaman iman melalui tradisi Gereja atau dari pengalaman panggilan para tokoh iman dalam Kitab Suci. Para peserta secara aktif membaca Kitab Suci yang disediakan oleh pendamping.

Contoh pertanyaan langkah ketiga, dengan mengambil tema “Menghayati tugas perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk memperlancar pertemuan, misalnya:

• Ayat-ayat mana yang menunjukkan penghayatan panggilan dan perutusan?

• Sikap manakah yang ingin ditanamkan dalam menghayati panggilan dan perutusan Tuhan?

d. Langkah IV: Menerapkan Iman Kristiani dalam Situasi Peserta Konkret

Kekhasan pada langkah ini mengajak peserta supaya dapat meneguhkan, mempertanyakan, memperkembangkan dan menyempurnakan pokok-pokok penting yang telah ditemukan pada langkah pertama dan kedua, dengan isi pokok langkah ketiga. Dari proses konfrontasi tersebut, peserta diharpakan dapat menemukan kesadaran atau sikap-sikap baru yang hendak diwujudkan. Dengan kesadaran baru itu, peserta akan lebih bersemangat dalam mewujudkan imannya dan nilai-nilai Kerajaan Allah semakin dirasakan di tengah-tengah kehidupan bersama (Sumarno, 2009: 21, bdk. Groome, 1997: 7).

Pendamping berperan menghormati kebebasan dan hasil penegasan peserta, termasuk peserta yang menolak tafsiran pembimbing. Pendamping meyakinkan peserta agar mampu mempertemukan nilai pengalaman hidup dan visi mereka dengan nilai Tradisi dan Visi kristiani. Pendamping juga berperan mendorong peserta agar mampu merubah sikap pendengar yang pasif menjadi pihak yang aktif (Sumarno, 2009: 22).

Pada langkah ini peserta mendialogkan hasil pengolahan mereka dari langkah pertama sampai ketiga. Peserta memiliki kebebasan hak untuk bertanya bagaimana nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani dapat meneguhkan. Selain itu peserta memadukan pengalaman hidupnya secara konkret dengan memadukan nilai-nilai hidup mereka dalam Tradisi dan visi Kristiani.

Contoh pertanyaan langkah keempat, dengan mengambil tema “Menghayati tugas perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk memperlancar pertemuan, misalnya:

• Sikap-sikap mana yang bisa kita perjuangkan supaya kita dapat semakin menghayati panggilan sebagai guru PAK?

• Apakah bapak ibu guru semakin disadarkan atau diteguhkan dalam menghayati panggilannya sebagai guru PAK?

e. Langkah V: Mengusahakan Suatu Aksi Konkret

Kekhasan dalam langkah ini adalah mendorong peserta supaya sampai pada keputusan konkret bagaimana menghidupi iman kristiani pada konteks hidup yang telah dianilisa dan dipahami, direfleksi secara kritis, nilai secara kreatif dan bertanggungjawab. Pada langkah ini mengajak peserta mendorong peserta untuk melakukan tindakan konkret terlebih tindakan yang lebih baik atau pertobatan untuk diri sendiri maupun untuk bersama (Groome, 1997: 7, bdk. Sumarno, 2009: 22).

Pada langkah kelima ini bertujuan mengajak peserta agar sampai pada keputusan praktis yang dipahami sebagai tanggapan jemaat terhadap pewahyuan Allah yang terus berlangsung di dalam sejarah kehidupan manusia dalam Tradisi Gereja sepanjang sejarah dan Visi krsitiani. Keputusan praktis merupakan puncak dan hasil pertemuan yang akan diwujudkan dalam tindakan nyata (Sumarno, 2009: 22).

Pendamping berperan menyadari hakikat praktis, inovatif, dan transformatif sehingga sungguh-sungguh menyentuh keadaan hidup peserta. Untuk itu pendamping dapat membatu peserta dengan merumuskan pertanyaan operasional (tidak muluk-muluk). Pendamping juga merangkum hasil dari langkah pertama sampai keempat agar lebih membantu peserta dalam melakukan tindakan konkret (Sumarno, 2009: 22).

Berdasarkan makna baru yang telah ditemukan oleh para peserta, maka pada langkah ini peserta berusaha menentukan dan melakukan usaha tindakan nyata sebagai ekspresi dari nilai yang sudah ditemukannya (Sumarno, 2009: 22).

Contoh pertanyaan langkah kelima, dengan mengambil tema “Menghayati Tugas Perutusan Tuhan sebagai guru PAK”. Peserta diberi pertanyaan penuntun untuk memperlancar pertemuan sebagai berikut:

• Niat apa yang hendak kita lakukan supaya kita semakin mampu menanggapi tugas perutusan sebagai guru PAK?

• Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan niat-niat itu !

C. Usulan Program Katekese Model SCP

Dokumen terkait