• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK MENGHAYATI

A. Gambaran Umum mengenai katekese

Paus Yohanes Paulus II, dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae (1979) menyatakan “… Gereja selalu memandang katekese sebagai kewajiban suci dan hak yang tidak boleh diambil dari padanya” (art. 14). Dalam hal ini katekese menjadi salah satu tugas yang penting bagi Gereja untuk mewartakan karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus.

Keprihatinan Gereja universal mengenai katekese ditanggapi oleh Gereja Indonesia dengan mengadakan Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia (PKKI) II pada tahun 1980. Dalam pertemuan ini yang menarik adalah mampu menghasilkan prisip-prinsip dasar katekese yang kontekstual dengan kebutuhan Gereja setempat, dan mampu merumuskan arti serta makna katekese. Dari pertemuan-pertemuan selama PKKI itu, dalam rumusan telah dijelaskan bahwa salah satu kunci dari keberhasilan katekese adalah pembina atau fasilitator katekese (Huber, 1981: 36).

Pada gambaran umum tentang katekese ini meliputi pengertian, tujuan, dan kekhasan katekese.

1. Pengertian Katekese

Sebagai salah satu bentuk kegiatan yang melayani sabda Allah demi pengembangan iman, katekese tidak terlepas dari keseluruhan kegiatan Gereja. Dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes Paulus II menjelaskan katekese sebagai pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen (CT, art. 18).

Rumusan katekese di atas menegaskan bahwa kegiatan katekese merupakan usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat sehingga semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam tindakan konkret sehari-hari. Katekese ini mencakup unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman iman yang menuju kepenuhan hidup Kristen. Melalui rumusan katekese tersebut, dapat dipahami bahwa katekese merupakan pemakluman sabda Allah dalam bentuk pewartaan. Allah mewahyukan rencana penyelamatanNya yang dilakukan oleh Kristus dalam kekuatan Roh kudus. Allah mewahyukan diriNya melalui sabdaNya kepada manusia dengan perantaraan Roh Kudus untuk membuka hati manusia kepada sabda yang diwartakan.

Dalam hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II (PKKI II) di Klender, Jakarta, 26 Juni-5 Juli 1980 dikemukakan Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat atau kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Dalam Katekese Umat mengandaikan adanya perencanaan (Lalu, 2005: 67, bdk. Huber, 1981: 17-18).

Katekese kapan dan di mana pun juga merupakan komunikasi iman. Dalam katekese yang ditekankan adalah komunikasi antar peserta sendiri. Arah katekese sekarang menuntut agar peserta semakin mampu mengungkapkan diri demi pembangunan jemaat. Para peserta katekese diharapkan mengenal penghayatan hidupnya sendiri. Dalam hal ini yang berkatekese adalah umat atau peserta, maka PKKI II menghimbau agar pemimpin atau pendamping hendaknya berperan sebagai pemudah atau fasilitator. Para peserta hendaknya menciptakan suasana yang terbuka, yang ditandai dengan sikap saling menghargai dan saling mendengarkan, karena mereka semua adalah saudara seiman.

Dengan demikian, katekese menjadi suatu sarana agar umat beriman Katolik dapat berkumpul dan saling mengkomunikasikan pengalaman iman, sebagai pengalaman perjumpaan kasih dengan Allah melalui sabdaNya. Melalui katekese pengalaman dan penghayatan iman peserta dapat berkembang, bahkan dengan katekese dapat membantu peserta untuk memaknai hidupnya baik disaat senang maupun disaat susah (Setyakarjana, 1997: 67).

Melalui pemahaman tentang katekese dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae dan hasil PKKI II, katekese dapat dipahami sebagai komunikasi iman dari para peserta yang sederajat dan saling bersaksi tentang iman peserta sehingga peserta dapat semakin memahami, menghayati dan mewujudkan imannya dalam tindakan konkret sehari-hari. Katekese sangat menekankan peran umat, artinya peserta katekese dilibatkan secara penuh. Peserta diajak untuk berefleksi bagaimana menghayati pengalaman hidupnya sehari-hari secara konkret. Katekese tidak sekedar memberi pengetahuan iman yang tinggal di dalam pikiran saja, tetapi mampu membawa setiap peserta pada penghayatan iman mereka secara konkret. Maka dalam proses katekese, peserta diharapkan dengan rela dan penuh keterbukaan hati bersaksi tentang pengalaman iman kepada Yesus Kristus (Huber, 1981: 20).

2. Tujuan Katekese

Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, art. 20 menegaskan tujuan katekese sebagai pengembangan iman menuju kepenuhan serta semakin memantapkan kehidupan beriman umat Kristiani. Hal ini mengandung makna bahwa katekese bertujuan mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, agar semakin hari sikap hidupnya semakin mantap dalam mengikuti Kristus sebagai umat beriman Kristiani, baik kaum muda maupun orang tua, sebagaimana ditekankan oleh Catechesi

Tradendae bahwa jemaat Kristen tidak dapat tetap menyelenggarakan katekese tanpa peran serta langsung kaum dewasa yang terampil, entah sebagai penerima atau sebagai pendukung kegiatan katekese. Iman kaum dewasa itu pun perlu terus menerus diterangi, didorong dan diperbaharui, sehingga merasuki kenyataan-kenyataan duniawi dalam perkembangannya (CT, art. 43).

Kutipan di atas menegaskan bahwa katekese merupakan pewartaan Injil, yang bertujuan membantu umat menuju kematangan iman mereka. Selain itu katekese memungkinkan umat menerima Roh Kudus dan mendalami pertobatan mereka.Untuk itu katekese perlu dilaksanakan bukan hanya bagi anak-anak, tetapi bagi seluruh umat dari semua golongan usia baik kaum muda maupun orang tua.

PKKI II Katekese Umat dipahami sebagai komunikasi iman yang bertujuan (Huber, 1981: 11), sebagai berikut:

a. Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari;

b. dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyatan hidup sehari-hari;

c. dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan makin dikukuhkan hidup Kristiani kita;

d. pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta;

e. sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.

Dengan demikian tujuan katekese selain bersifat personal dalam arti mengembangkan iman secara pribadi, tetapi juga secara menyeluruh yakni bagi kepentingan Gereja dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu melalui katekese umat beriman Kristiani sangat diharapkan semakin mengalami dan menyadari kurnia Allah kepada kita (Huber, 1981: 23, bdk. Setyakarjana, 1997: 72).

Tujuan pokok dari karya katekese adalah menolong manusia untuk menanggapi sesuatu yang paling penting di dalam hidupnya, yaitu menjawab cinta kasih Allah dan

melibatkan diri di dalam karya-karyaNya (Huber, 1977: 94). Melalui katekese orang diundang untuk mendalami, mempertebal, dan memperluas imannya secara bertanggung jawab. Katekese ingin menolong peserta untuk menyadari bahwa manusia menjalani hidup ini karena ditopang oleh cinta dari Allah, dengan demikian peserta dapat membina dan memperkembangkan imannya.

3. Kekhasan Katekese

Ciri khas katekese, sebagai momen yang terbedakan dari pemakluman awal Injil yang menghantar pada pertobatan, mempunyai sasaran rangkap yakni mematangkan iman awal dan membina murid Kristus yang sejati melalui pengertian yang lebih mendalam dan lebih sistematis tentang pribadi maupun amanat Tuhan kita Yesus Kristus (CT, art. 19). Maka katekese menghantar umat pada penghayatan iman berdasarkan kenyataan-kenyataan hidup konkret. Katekese juga membimbing dan membina iman umat beriman agar semakin mendalam dan mantap mengikuti Yesus Kristus.

Selain itu, katekese yang dikenal dengan Katekese Umat yang menjadi kekhasan adalah pembinaan iman. Katekese Umat sering disebut katekese dari umat, oleh umat, dan untuk umat. Dalam Katekese Umat semua peserta aktif berpikir, aktif berbicara, dan aktif mengambil keputusan, serta umat menjadi subjek dalam berkatekese. Katekese Umat menumbuhkan rasa percaya diri, kepribadian dan martabat seseorang (Lalu, 2005: 79). Dalam hal ini katekese menjadi sarana untuk menumbuhkan sikap iman umat, dan menyadarkan umat bahwa Allah hadir dan berkarya dalam hidup nyata mereka.

Dokumen terkait