• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI PENGARUH NEGATIF MEDIA TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAROKI KRISTUS RAJA KATEDRAL SINTANG KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERANAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI PENGARUH NEGATIF MEDIA TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAROKI KRISTUS RAJA KATEDRAL SINTANG KALIMANTAN BARAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI PENGARUH NEGATIF MEDIA TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAROKI KRISTUS RAJA

KATEDRAL SINTANG KALIMANTAN BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh: Agustina NIM: 051124029

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta dan terkasih, Ayahku (Yosep Adam ), Ibuku ( Oliva Sunta ) Adikku ( Natalia Angelina Desy, S. Pd, Ana Juliani, Epifania Kurnia Januarti, Irene Paskariani Kurniati ), yang selalu

memberikan doa dan dukungannya kepada penulis. Suamiku ( Josua Saut Marulitua Simatupang, A.Md,) anakku (Priscilla Leticia Christiani Simatupang ),

yang selalu berada disampingku saat suka maupun duka. Bapak-Ibu lingkungan Santo Yohanes Paroki Kristus Raja Katedral Sintang Kalimantan-Barat, dan

(5)

v MOTTO

“Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani, jika karunia

untuk mengajar, baiklah kita mengajar”

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Peranan Orang Tua Dalam Menghadapai Pengaruh Negatif Media Televisi Terhadap Perkembangan Iman Anak di lingkungan Santo Yohanes Paroki Kristus Raja Katedral Sintang Kalimantan Barat”. Penulis memilih judul ini berdasarkan keprihatinan yang penulis lihat sehubungan dengan peran orang tua dalam menghadapi pengaruh media televisi terhadap perkembangan iman anak di lingkungan Santo Yohanes Paroki Kristus Raja Katedral Sintang, Kalimantan Barat. Pada kenyataannya, peranan orang tua dalam mendampingi perkembangan iman masih belum terlaksana dengan baik, karena para orang tua masih sibuk dengan bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

Persoalan skripsi ini adalah bagaimana meningkatkan peranan orang tua di lingkungan Santo Yohanes Paroki Kristus Raja Katedral Sintang dalam mengatasi pengaruh media televisi, karena televisi pada kenyataannya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan anak.

Media merupakan salah satu tempat kita untuk mendapatkan informasi, apapun media tersebut, baik itu televisi, internet, radio, surat kabar dan banyak lagi yang lainnya. Secara perlahan-lahan kita tidak sadar generasi bangsa kita telah dibimbing dengan apa yang mereka lihat dan mereka dengar (misalnya televisi atau internet). Media yang paling berperan dan dominan untuk sekarang ini adalah televisi, di mana hampir setiap rumah mempunyai media yang satu ini, bahkan untuk kalangan tertentu mereka menyediakan televisi ini di masing-masing kamar anaknya.

Setiap orang tua memiliki tanggung jawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oleh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu juga mengenai hal televisi ini, yang sudah nyata dampak negatifnya. Untuk menjawab permasalahan ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu penulis mengadakan penelitian lapangan dan studi pustaka. Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui peranan dan upaya orang tua dalam menghadapi pengaruh media televisi terhadap perkembangan iman anak di Lingkungan santo Yohanes Paroki Kristus Raja Katedral Sintang. Sedangkan penelitian lapangan dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peranan orang tua di Lingkungan Santo Yohanes dalam menghadapi pengaruh media televisi terhadap perkembangan iman anak. Penelitian lapangan ini dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner untuk mengumpulkan data di lapangan.

(9)

ix ABSTRACT

This thesis is titled "The Role of the Parent in Media Television Faced Negative Influence Of Faith Child Development at the Saint John Parish of Christ the King Cathedral Sintang West Kalimantan". The author chose this title by the author refer concerns with respect to the role of parents in dealing with the influence of television on the development of children of Saint John Parish of Christ the King Cathedral Sintang, West Kalimantan in the faith. In fact, the role of parents in assisting the development of faith is still not performing well, because the parents are busy with work to meet the economic needs of the family. The issue of this paper is how to improve the role of parents in the Saint John Parish of Christ the King Cathedral Sintang in overcoming the influence of television, because television is in fact inseparable in the lives of children.

Media is one of us to get the information, regardless of media, be it television, internet, radio, newspapers and many others. Gradually we are not aware, that we have guided generations of what they see and they hear (eg television or internet). Most media and dominant role for now this is television, where almost every house has the media on this one, even for their specific community television in each of his son's room.

Every parent has a responsibility always to supervise their children and pay attention to its development, and therefore the slightest thing should be anticipated by any parents about the positive or negative effects that will be generated by the question. So did about this television, which is a real negative impact. To answer this problem required accurate data. Therefore, the authors conducted field research and literature. Book study conducted to determine the role and efforts of parents in dealing with the influence of television on children in the faith development environment of St. John's Parish of Christ the King Cathedral Sintang. The field research conducted to determine the extent of the role of parents in the neighborhood of St. John in the face of the influence of television on child's faith development. Fieldwork was conducted by distributing questionnaires to collect data in the field.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa atas rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ PERANAN ORANG TUA DALAM MENGHADAPI PENGARUH NEGATIF MEDIA TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES PAROKI KRISTUS RAJA KATEDRAL SINTANG KALIMANTAN BARAT “. Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung penils, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M. Hum, selaku dosen pembimbing utama yang dengan kerelaan dan kesadaran mendampingi, memberi masukan serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga selesai. 2. Drs. H.J. Suhardiyanto, SJ, selaku penguji II sekaligus sebagai dosen

pembimbing akademik yang dengan setulus hatinya membimbing, memberi perhatian dan memberi dukungan kepada penulis.

3. P. Banyu Dewa HS, S. Ag, M. Si, selaku penguji III yang memberi semangat dan kegembiraan dan meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan berkaitan dengan skripsi ini.

(11)

xi

5. Romo Paroki Kristus Raja Katedral Sintang dan ketua lingkungan Santo Yohanes yang telah memberikan tempat dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian, serta dukungan yang sangat bermanfaat bagi penulis. 6. Bapak-Ibu di lingkungan Santo Yohanes yang memberikan dukungan kepada

penulis dengan bersedia mengisi kuesioner yang disebarkan.

7. Ayahku Yosep Adam dan Ibuku Oliva Sunta serta adik-adikku Natalia Angelina Desy, S.Pd. Ana Juliani, Epi Fania Kurnia Januarti dan Irene Paskariani Kurniati yang selalu menyemangati penulis selama studi di IPPAK.

8. Spesial buat yang tercinta, Josua Saut Marulitua Simatupang A.Md yang selalu berada disampingku saat aku membutuhkan seseorang untuk berbagi, baik suka maupun duka. Terima kasih atas kesabaran dan kasih sayang yang telah diberikan.

9. Untuk buah hatiku, Priscilla Leticia Christiani Simatupang yang membuat hari-hariku menjadi indah dan penuh semangat.

10. Sahabatku Paska, Ninu, Dede, Dina, Desy, kak Ria, kak Eka, yang selalu memberikan semangat dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seangkatan 2005-2008 yang telah meneguhkan dan memberi dukungan untuk menyeleaikan skripsi ini.

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR SINGKATAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Permasalahan... 8

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 9

E. Metode Penulisan ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 10

(14)

xiv

A. Perkembangan Iman Anak Dalam Keluarga Katolik ... 12

1. Anak dalam Keluarga Katolik... 11

2. Perkembangan Kerohanian atau Keimanan Anak... 14

a. Tahapan usia 0 sampai 3 tahun ... 15

b. Tahapan usia 3 sampai 7 tahun ... 15

c. Tahapan usia 7 sampai12 tahun ... 16

3. Usaha-usaha Mengembangkan Iman Anak dalam Keluarga Katolik... 16

a. Pemberian Teladan Hidup ... 17

b. Mengusahakan Suasana Kasih... 17

c. Pengajaran Tentang Iman ... 18

d. Menciptakan Kebiasaan Kehidupan Sehari-hari ... 19

e. Doa Bersama Keluarga ... 19

f. Mengarahkan Anak Untuk Bergabung kedalam Gereja ... 20

B. Pengaruh Media Televisi Terhadap Anak dalam Keluarga ... 20

1. Pengertian Media Televisi ... 21

2. Manfaat Media Televisi ... 24

a. Media Informasi ... 24

b. Memperluas Wawasan ... 25

c. Sarana Hiburan... 26

d. Sarana Pewartaan ... 27

3. Pengaruh Positif dan Negatif Media Televisi Terhadap Perkembangan Iman Anak ...28

a. Pengaruh Positif Media Televisi Terhadap Perkembagan Iman Anak ...28

b. Pengaruh Negatif Media Televisi Terhadap Perkembangan Iman Anak ...29

C. Peranan Orang Tua dalam Menyikapi Media Televisi ...33

1. Menanamkan Kesadaran Pada Anak- anak Tentang Dampak Negatif Televisi ... 33

(15)

xv

3. Pemberian Teladan Hidup ... 33

4. Pengajaran Tentang Iman ... 34

D. Upaya Orang Tua Menghadapi Pengaruh Media Televisi Terhadap Iman Anak dalam Keluarga Katolik ... 34

BAB III PERANAN ORANG TUA DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES, PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG KALIMANTAN BARAT TERHADAP PENGARUH NEGATIF MEDIA TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN ANAK ... 38

A. Gambaran Umum Lingkungan Santo Yohanes ... 38

1. Letak Geografis Lingkungan Santo Yohanes... 38

2. Jumlah dan Situasi Umat di Lingkungan Santo Yohanes ... 40

3. Jumlah dan Situasi Anak di Lingkungan Santo Yohanes... 41

4. Kegiatan-kegiatan yang Ada di Lingkungan Santo Yohanes... 41

a. Kegiatan Rutin ... 42

b. Kegiatan Berkala ... 42

B. Metodologi Penelitian ... 43

1. Latar Belakang Penelitian... 43

2. Permasalahan Penelitian ... 45

3. Tujuan Penelitian... 45

4. Instrumen Pengumpulan Data Penelitian ... 45

5. Responden Penelitian ... 47

6. Waktu dan Tempat Penelitian ... 47

7. Variabel Penelitian ... 48

C. Laporan Hasil Penelitian ... 49

1. Identitas Responden... 50

2. Pengaruh Media Televisi Terhadap Perkembangan Iman Anak ... 52

(16)

xvi

4. Upaya Orang Tua dalam Menghadapi Pengaruh Media Televisi

Terhadap Perkembangan Iman Anak ... 58

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

1. Identitas Responden... 60

2. Pengaruh Media Televisi Terhadap Perkembangan Iman

Anak ... 61

3. Peranan Orang Tua Menghadapi Pengaruh Media Televisi

Terhadap Perkembangan Iman Anak ... 62

4. Upaya Orang Tua dalam Menghadapi Pengaruh Media

Televisi Terhadap Perkembangan Iman Anak ... 64

E. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 64

1. Pandangan Orang Tua Tentang Pengaruh Media Televisi Terhadap

Perkembangan Iman Anak ... 65

2. Peranan Orang Tua Menghadapi Pengaruh Media Televisi

Terhadap Perkembangan Iman Anak ... 65

3. Upaya Orang Tua dalam Menghadapi Pengaruh Media Televisi

Terhadap Perkembangan Iman Anak ... 66

BAB IV USULAN PROGRAM PENDAMPINGAN BAGI ORANG TUA DI

LINGKUNGAN SANTO YOHANES SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN PERARANAN ORANG TUA DALAM

MENGHADAPI PENGARUH MEDIA TELEVISI TERHADAP

PERKEMBANGAN IMAN ANAK ... 67

A. Pendalaman Iman Bagi Orang Tua di Lingkungan Santo Yohanes ... 67

1. Pengertian pendalaman Iman Bagi Orang Tua di Lingkungan

SantoYohanes ... 67

2. Tujuan Pendalaman Iman bagi Orang Tua di Lingkungan

SantoYohanes ... 69

3. Bahan atau Materi Pendalaman Iman Bagi Orang Tua di

(17)

xvii

4. Proses Pendalaman Iman bagi Orang Tua di Lingkungan

SantoYohanes ...71

B. Usulan Program Pendalaman Iman bagi Orang Tua di Lingkungan SantoYohanes...75

1. Latar Belakang Pemilihan Program ...76

2. Tujuan Program Pendalaman Iman Bagi Orang Tua di Lingkungan Santo Yohanes ...77

3. UsulanTema Pendalaman Iman Bagi Orang Tua di Lingkungan Santo Yohanes ...78

4. Petunjuk Pelaksanaan Program...81

C. Penjabaran Program ...82

D. Contoh Satuan Persiapan Pendalaman Iman bagi Orang Tua...88

BAB V PENUTUP...105

A. Kesimpulan ...105

B. Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

DAFTAR LAMPIRAN ... 112

Lampiran 1: Surat Permohonan Ijin ... 113

Lampiran 2: Kuesioner Penelitian... 114

Lampiran 3: Data Lingkungan Santo Yohanes ... 120

Lampiran 4: Gambaran Umum dan Letak Geografis Lingkungan Santo Yohanes ... 124

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN

A. SINGKATAN KITAB SUCI

Seluruh singkatan dari Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti kitab suci

perjanjian baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia ditambah

dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan oleh Lembaga Biblika

Indonesia (Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1993)

B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA

FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern.

GS :Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di dunia dewasa ini.

IM :Inter Mirifica, Dekrit Konsili Vatikan II tentang upaya-upaya komunikasi sosial.

C. SINGKATAN LAIN

ST : Santo/Santa

PIA : Pendidikan Iman Anak

Art : Artikel

HP : Hand Phone

TV : Televisi

ANTV : Andalas Televisi

(19)

xix RCTI : Rajawali Citra Televisi Indonesia

TPI : Televisi Pendidikan

TransTV: Televisi Transformasi Indonesia

MNCTV: Media Nusantara Citra Televisi

TVRI : Televisi Republik Indonesia

SMFA : Suster Fransiskan Misionaris dari Asisi

TU : Tata Usaha

CU : Credit Union

PNS : Pegawai Negeri Sipil

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

SPG : Sekolah Pendidikan Guru

PGAK : Pendidikan Guru Agama Katolik

S I : Sarjana

D I, II, III: Diploma

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zaman sekarang media sudah lebih maju, hal ini disebabkan adanya

penemuan-penemuan baru di bidang teknologi, misalnya dibidang elektronik

(Televisi, Radio, Hand Phone, Internet) yang membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Semenjak televisi ditemukan, informasi dari berbagai macam

peristiwa dari seluruh dunia, dapat disaksikan (Leman, 2000: 12). Kemajuan

media perlu juga disikapi dengan benar termasuk sikap terhadap televisi, misalnya

dalam media televisi, anak cenderung lebih banyak menghabiskan waktunya di

depan televisi ketimbang belajar ataupun mengikuti kegiatan-kegiatan Gereja dan

anak-anak sekarang sudah dimanjakan dengan berbagai macam media yang

membuat anak semakin terjerumus.

Ada pengaruh positif dan negatif dari media, misalnya media televisi,

pengaruh negatifnya adalah anak dapat melupakan pekerjaan-pekerjaan yang

pokok seperti belajar, membantu orang tua atau melakukan berbagai kegiatan

lainnya yang dapat mendukung kemajuan anak seperti belajar, mengikuti

kegiatan-kegiatan dibidang rohani dan spiritual. Anak semakin tidak ada waktu

untuk membaca buku-buku pelajaran atau untuk mengembangkan bakatnya

melalui kegiatan-kegiatan lainnya. Acara televisi yang sifatnya sebagai hiburan

pasif, lambat laun akan dapat mematikan kreativitas anak. Anak akan terbentuk

menjadi seorang pemalas dan akan cenderung menjadi tertarik untuk

(21)

dibandingkan dengan melakukan kegiatan lain yang lebih bermanfaat untuk mengembangkan kreativitasnya.

Pengaruh media dapat menimbulkan kepuasan akan kesenangan dari hiburan, menjadi sahabat disaat merasa kesepian, terciptanya suasana keakraban dalam keluarga, anak dapat meniru dan mencontoh sifat-sifat baik dari tokoh yang ada di film, dan anak dapat juga dijadikan sebagai media belajar apabila ada tugas dari sekolah untuk meneliti siaran televisi. Pengaruh acara televisi pada diri anak dapat menjadi positif atau negatif tergantung dengan ada tidaknya pendampingan dari orang tua pada anak pada saat menonton televisi. Dari pihak pertelevisian sendiri telah berupaya melakukan pembatasan acara-acara yang disajikan diantaranya dengan petunjuk dilayar televisi misalnya Bimbingan Orang tua (BO), 17 tahun (17+), semua golongan umur, dan lain-lain. Orang tua yang melakukan pendampingan pada anak saat menonton dengan cara menyeleksi acara mana yang boleh atau cocok ditonton oleh anak dan memberikan pengarahan akan acara televisi yang ditonton anak akan memberikan sumbangan yang positif.

(22)

ajaran” (Iswarahadi, 2003: 31). Dalam bahasa media elektronik ini orang bisa berkomunikasi langsung dengan sumbernya.

Dengan menyaksikan televisi orang dengan mudah merasakan, tersentuh, ikut terlibat dan percaya. Dengan semakin banyaknya stasiun televisi, menuntut adanya suatu kemampuan untuk bersaing satu sama lain sehingga tetap dapat eksis. Salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap stasiun televisi agar dapat merebut perhatian masyarakat (pemirsa) adalah dengan cara memproduksi berbagai macam acara yang sesuai dengan keinginan masyarakat diantaranya dengan menyajikan acara untuk kalangan orang dewasa, acara untuk perempuan, kaum laki-laki, remaja, anak-anak, dan semua golongan umur.

“Televisi juga memberikan pengaruh sosial yang besar terhadap masyarakat, baik bagi anak-anak maupun terhadap pemuda dan orang dewasa. Pengaruh ini dapat dilihat antara lain dalam percakapan-percakapan dan perbuatan mereka. Akan terlihat kemajuan mereka dalam hal pembicaraan tentang kebudayaan, menambah perbendaharaan bahasa dan menyebabkan berkurangnya minat mereka membaca surat kabar atau majalah” (Dr. Oemar Hamalik, 1986: 134).

(23)

Kehadiran televisi memang menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia sebagai sarana untuk berinteraksi dengan orang lain, menyangkut suatu peristiwa yang terjadi di belahan dunia lainnya. “Dunia yang luas ini terasa seperti sebuah desa yang mendunia (Global Village), berarti dengan adanya televisi seluruh dunia menjadi desa, mudah dilihat dan dijangkau hanya lewat sebuah layar kecil ”(Sudaryatna, 1999: 16)”.

Seperti kita ketahui bahwa anak-anak senang sekali menonton televisi. Mereka tidak segan-segan untuk duduk di depan kotak ajaib tersebut selama berjam-jam tanpa batas waktu. Kemudian hati-hati juga bagi anak yang sejak dini selama bertahun-tahun menonton tayangan mistis karena hal ini kelak akan sangat berpengaruh pada kepribadian anak. Anak akan tumbuh menjadi orang yang selalu ketakutan dan kelak ketika dewasa ia akan mengambil keputusan hanya mengandalkan emosinya saja karena tayangan tersebut menyebabkan otak anak menjadi tumpul.

(24)

Harus kita akui, belakangan ini berbagai tayangan televisi cenderung disajikan secara kurang selektif. Tayangan sinetron televisi, misalnya, kini didominasi oleh kisah-kisah percintaan orang dewasa, adegan konyol ala pelawak, cerita laga dan sejenisnya. Jika terus-terusan ditonton anak, hal ini akan membawa pengaruh kurang sehat bagi mereka. Sementara tayangan film yang khusus disajikan untuk anak-anak sering kali berisi adegan jorok dan kekerasan yang dapat merusak perkembangan jiwa. Disisi lain, aneka acara yang sifatnya menghibur anak-anak, seperti acara permainan, pentas lagu-lagu dan sejenisnya kurang memperoleh prioritas.

(25)

Santo Yohanes kurang begitu memperhatikan perkembangan anak yang sangat menyukai acara televisi yang kadang acara tersebut tidak pantas untuk mereka tonton. Akibatnya anak cenderung untuk malas belajar dan membantu orang tua di rumah apalagi untuk beribadah di gereja pada hari Minggu. Menyikapi perihal tersebut maka peranan orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk kehidupan anak, agar anak tidak lagi terpengaruh oleh media televisi yang membawa mereka kearah negatif, hendaknya orang tua bersikap bijak kepada anak, untuk memilih acara apa yang boleh mereka tonton dan yang tidak pantas untuk mereka tonton.

Dalam penelitian ini orang tua di lingkungan Santo Yohanes dipilih untuk menjadi subjek penelitian. Hal ini sehubungan dengan peran orang tua itu sendiri dalam mengatasi pengaruh media televisi terhadap perkembangan anak. Sebagai keluarga Katolik, sudah sebaiknya orang tua mengajarkan anak sejak dini untuk mengikuti ibadah Gereja, kegiatan Gereja, dan rajin belajar dan mengurangi waktu di depan televisi. Berkenaan dengan media televisi, anak seharusnya mendapat pendampingan dari orang tua sehingga anak lebih kritis terhadap tayangan-tayangan film anak yang dapat mempengaruhi pribadinya. Dengan begitu, diharapkan program televisi anak tidak mengganggu perkembangan iman anak, melainkan dapat merubah proses pendidikan iman anak.

(26)

berkewajiban menciptakan lingkup keluarga yang diliputi oleh semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama. Keluarga menjadi lingkungan pendidikan pertama dalam menanamkan keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat (Familiaris Consortioart. 36).

Untuk mengurangi dampak dari televisi terhadap anak, orang tua hendaknya telah menanamkan kesadaran pada anak-anak tentang dampak negatif televisi. Misalnya menciptakan suasana keterbukaan di keluarga, pemberian teladan hidup dengan cara menanamkan nilai-nilai dasar kristiani seperti berbagi, saling menolong, saling menghibur jika ada kesusahan, saling memperhatikan terutama kepada yang lemah, sakit dan miskin. “Orang tua sudah selayaknya memberikan teladan dalam nilai-nilai Kristiani tersebut dan bukan hanya dengan perkataan tetapi dengan perbuatan“ (Familiaris Consortio art. 46). Anak-anak juga dapat diajak untuk menonton televisi siraman rohani, dengan begitu anak-anak akan menjadi tahu hidup beriman mereka seperti apa dan semakin tahu tentang hidup iman mereka sendiri. Orang tua juga perlu mengajak anak-anak dari sejak dini untuk mengikuti Sekolah Minggu agar mereka semakin dekat dengan Tuhan, dan tidak melupakan Tuhan. Orang tua dan Gereja juga perlu membimbing anak-anak agar tidak terlalu larut dalam media yang dapat mempengaruhi jiwa mereka yang masih labil.

(27)

Melalui judul ini, penulis ingin mengajak para orang tua di lingkungan Santo Yohanes Sintang Kalimantan Barat untuk lebih memperhatikan perkembangan anak, ini dilakukan agar anak tidak terpengaruh oleh media televisi yang berlebihan. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang tua agar iman anak tetap semakin kuat yaitu yang terutama melibatkan anak-anak untuk terlibat aktif dalam setiap kegiatan yang ada di Gereja.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan media televisi ?

2. Apa yang dimaksud dengan perkembangan Iman anak ?

3. Bagaimana peranan orang tua dalam perkembangan iman anak dalam keluarga di lingkungan Santo Yohanes Sintang ?

4. Bagaimana pengaruh negatif media televisi terhadap perkembangan iman anak dalam keluarga Katolik di lingkungan Santo Yohanes Sintang ?

5. Bagaimana upaya untuk meningkatkan peranan orang tua dalam menghadapi pengaruh negatif media televisi terhadap anak di lingkungan Santo Yohanes Sintang?

C. Tujuan Penulisan

(28)

2. Untuk memaparkan apa yang dimaksud dengan perkembangan Iman anak. 3. Untuk mengetahui bagaimana peranan orang tua dalam perkembangan iman

anak dalam keluarga katolik di lingkungan Santo Yohanes Sintang.

4. Untuk mengetahui pengaruh negatif media televisi terhadap perkembangan iman anak dalam keluarga Katolik di lingkungan Santo Yohanes Sintang. 5. Untuk mengetahui upaya orang tua dalam menghadapi pengaruh negatif

media televisi terhadap anak di lingkungan Santo Yohanes Sintang.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan “Peranan Orang Tua Dalam Menghadapi Pengaruh Negatif Media Televisi Terhadap Perkembangan Iman Anak di lingkungan Santo Yohanes Paroki Kristus Raja Katedral Sintang Kalimantan Barat” adalah :

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam menghayati setiap perkembangan iman anak dalam keluarga.

2. Bagi keluarga Katolik

Menyadarkan kepada para orang tua, agar mengajak anak-anak untuk memanfaatkan media yang tidak merugikan.

(29)

Orang tua lebih berperan dalam mengawasi anak-anak ketika menonton televisi dan mengajak anak untuk aktif dalam kegiatan keagamaan dan kegiatan yang diadakan di sekolah maupun di lingkungan dan gereja.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah deskripsi analisis, yaitu metode yang menggambarkan dan menganalisa permasalahan yang ada sehingga ditemukan jalan pemecahan yang tepat. Selain itu penulis menguraikan peranan orang tua dalam pendidikan iman anak dalam keluarga, pemahaman dan pelaksanaan peranan orang tua dalam pendidikan iman anak, dan usaha yang cocok untuk diterapkan dalam meningkatkan peranan orang tua dalam pendidikan iman anak. Menanggapi permasalah tersebut, penulis mengumpulkan data dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada keluarga-keluarga Katolik di lingkungan Santo Yohanes Sintang.

F. Sistematika Penulisan

Judul skripsi tersusun dalam lima bab.

(30)

keluarga, peranan orang tua dalam menyikapi media televisi dan upaya orang tua menghadapi pengaruh media televisi terhadap iman anak dalam keluarga katolik.

Pada Bab tiga, penulis memaparkan peranan orang tua di lingkungan Santo Yohanes Paroki Kristus Raja Sintang Kalimantan Barat terhadap pengaruh media televisi terhadap perkembangan iman anak yang meliputi: Gambaran umum mengenai Lingkungan Santo Yohanes Sintang Kalimantan Barat. Metodologi penelitian meliputi: latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, tujuan penelitian, instrumen penelitian, responden penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian. Laporan hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan.

Pada Bab empat, penulis menguraikan usulan program pendalaman iman bagi orang tua di lingkungan Santo Yohanes dalam rangka meningkatkan peranan orang tua dalam menghadapi pengaruh media televisi terhadap perkembangan iman anak yang meliputi: latar belakang pemilihan program dan tujuan program pendalaman iman bagi orang tua, usulan program pendalaman iman bagi orang tua dan contoh satuan persiapan pendalaman iman bagi orang tua.

(31)

12 BAB II

MEDIA TELEVISI DAN PERKEMBANGAN IMAN ANAK DALAM KELUARGA KATOLIK

Pada zaman sekarang anak-anak mulai terbiasa dengan alat-alat elektronik

seperti internet, HP, televisi, video dsb, yang sangat mempengaruhi kepribadian

anak itu sendiri (Goretti, 1999:9). Sebagai orang tua hendaknya perlu

memperhatikan perkembangan iman anak itu sendiri dengan mengikutsertakan

anak dalam kegiatan gereja, karena anak-anak tentunya membutuhkan

pendampingan dari orang tuanya juga. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan iman

di dalam keluarga dapat memampukan anak dengan penuh tanggung jawab

mengikuti panggilannya dan menentukan status hidupnya (Gaudium et Spes art.

52).

A. Perkembangan Iman Anak Dalam Keluarga Katolik

1. Anak Dalam Keluarga Katolik

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu dan

merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk

sebuah keluarga. Kehadiran seorang anak dalam suatu perkawinan merupakan

anugerah yang sangat istimewa, karena kehadiran anak merupakan tanda dari

(32)

mengalami perkembangan. Perkembangan anak menunjukkan suatu proses

menuju ke depan dan tidak dapat diulang kembali. Anak merupakan bagian dari

anggota keluarga yang berhak menerima pengarahan, bimbingan, dan pengasuhan,

serta pendidikan dari orang tua. Dari pengertian tersebut tampak bahwa orang tua

memiliki tugas, tanggung jawab dan kewajiban untuk mendidik anak dengan baik.

Anak ibarat selembar kertas putih, apa yang digoreskan di sana, baik itu

berupa tulisan atau sebuah gambar, maka itulah yang akan melekat. Sekalipun

tulisan atau gambar tersebut dapat dihapus, tetapi akan tetap meninggalkan bekas.

Oleh karena itu, orang tua seharusnya memperhatikan pertumbuhan anak-anaknya

baik secara jasmani dan rohani. Secara jasmani yaitu dengan memperhatikan

makanan yang dikonsumsi anaknya, dan secara rohani dengan cara

memperhatikan pengajaran iman yang diajarkannya. Anak adalah anugerah dari

Tuhan kepada orang tua, maka secara tidak langsung Tuhan menginginkan agar

anak yang sudah diberikan itu dididik dan dibina dengan baik agar imannya

semakin berkembang.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan anak adalah anak yang merupakan

bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar

tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan

bersama. Anak-anak yang dilahirkan selain mendapat pendidikan formal di

sekolah juga harus dibimbing ke arah situasi yang memperkembangkan segi

imannya, dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan PIA, mengajar berdoa

(33)

2. Perkembangan Kerohanian Atau Keimanan Anak

Perkembangan kerohanian atau keimanan anak merupakan proses

peningkatan relasi manusia dengan Tuhan. Kerohanian atau keimanan

(penghayatan relasi personal manusia dan Tuhan Pencipta, Penguasa dan

Pemelihara Semesta) adalah nilai yang berkembang bersama perkembangan

psikososial insani. Pada umumnya, pada tataran anak, penghayatan kerohanian

atau keimanan berciri egosentrik (terpusat pada diri sendiri belaka), afektif

emosional (lebih banyak bersangkut paut dengan dunia perasaan), konkret

antropormofik (lebih banyak dikaitkan dengan persepsi atau pencerapan inderawi

atas perikehidupan manusia sehari-hari), spontan eksperimental (terjadi tiba-tiba,

tak teratur, lebih banyak dilandasi pengalaman “kini dan disini) (Komisi Keluarga

Keuskupan Malang, 1998: 47-48).

Menurut James Fowler, seorang teolog, iman adalah interaksi faktor

lingkungan dan faktor karunia dengan pikiran seseorang yang semakin matang

seiring bertambahnya usia. Dari pemahaman itu, ia kemudian menyusun sebuah

tahapan pertumbuhan iman dari perspektif psikologi. Fowler mendefinisikan

iman sebagai cara memandang atau mengetahui duniawi.

Dalam tahap perkembangan Iman anak, Iman anak juga berkembang

dalam beberapa tahapan. Menurut James W.Fowler, tahap-tahapan tersebut adalah

(34)

a. Tahap usia 0 sampai 3 tahun:

Tahapan ini oleh James W. Fowler disebut “tahapan primal”. Benih

kerohanian atau keimanan pada kurun hidup terdini tersusun oleh “rasa percaya

bayi atau anak pada orang-orang yang mengasuh dia” dan “rasa aman bayi atau

anak hidup di lingkungannya”.

Seluruh interaksi (hubungan timbal balik) antara bayi atau anak dan orang

di tengah lingkungan hidupnya, merupakan titik tolak bagi perkembangan

imannya. Interaksi yang kondusif untuk perkembangan kerohanian atau keimanan

adalah interaksi yang sanggup mengguratkan keyakinan pada diri anak, bahwa dia

adalah insan yang dicintai dan dihargai (Fowler, 1995, 1995:96-104).

b. Tahap usia 3 sampai 7 tahun :

Tahapan ini disebut “tahapan intuitif proyektif”. Unsur terpenting pada

tahapan ini ialah intuisi si anak, yang sifatnya belum rasional. Intuisi tersebut

dipakainya untuk memaknai dunia di sekitarnya. Intuisi itu memungkinkan

menangkap nilai-nilai religius yang dipantulkan oleh para tokoh kunci (yakni:

ayah, ibu, pengasuh, paman, bibi, pastor, suster, dan sebagainya). Maka, pada

tahapan ini si anak memahami atau membayangkan Tuhan sebagai sang tokoh

yang mirip dengan ayah, ibu, pengasuh, pastor, suster atau tokoh berpengaruh

yang lain. Pada tahapan ini, iman seorang anak diwarnai oleh rasa takut dan

hormat pada tokoh-tokoh kunci itu. Usaha-usaha untuk mengembangkan iman

seorang anak pada tahapan usia ini seyogyanya dilaksanakan dengan cara yang

(35)

yang tidak sesuai dengan sikap-sikap dan tindakan-tindakan yang nyata.

Usaha-usaha pendidikan iman pada tahapan ini hendaknya lebih mengandalkan

keteladanan, melalui perilaku yang nyata dari para tokoh kunci (Fowler, 1995,

1995:104-117).

c. Tahap usia 7 sampai 12 tahun :

Tahapan ini disebut “tahapan mitis literal”. Pada tahapan ini yang paling

berperan dalam perkembangan iman anak adalah kelompok atau institusi

kemasyarakatan yang paling dekat dengannya, misalnya kelompok bina iman,

sekolah, atau kelompok sekolah minggu berfungsi sebagai sumber pengajaran

iman. Pengajaran lewat kisah rekaan cenderung diterima olehnya secara harafiah.

Usaha-usaha pengembangan iman anak pada tahapan ini seyogyanya tetap

dilaksanakan dengan cara sederhana, tidak terlalu mengandalkan penalaran

(Fowler, 1995: 117-134).

3. Usaha-Usaha Mengembangkan Iman Anak Dalam Keluarga Katolik

Orang tua mempunyai tanggung jawab dalam membantu perkembangan

iman anaknya. Agar perkembangan iman anak dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik maka perlu suatu upaya yang serius dari orang tua dalam mendidik

dan membina anaknya. Usaha orang tua dalam mengembangkan iman

anak-anaknya antara lain yaitu dengan pemberian teladan hidup, mengusahakan

(36)

kehidupan sehari-hari, doa bersama dalam keluarga, serta mengarahakan anak

untuk bergabung ke dalam Gereja.

a. Pemberian Teladan Hidup

Iman anak hanya dapat berkembang bila mereka hidup bersama dengan

orang tuanya. Dalam membantu perkembangan iman anak, orang tua perlu

memberi teladan iman. Pemberian teladan iman dapat dilakukan dengan

menanamkan nilai-nilai dasar kristiani, seperti: saling berbagi, saling menolong,

saling menghibur jika ada kesusahan, saling memperhatikan terutama kepada

yang lemah, sakit dan miskin, saling mengakui kelebihan dan kekurangan

tiap-tiap anggota keluarga, rela berkorban demi kebaikan orang lain. Orang tua sudah

selayaknya memberikan teladan dalam nilai-nilai Kristiani tersebut dan bukan

hanya dengan perkataan, tetapi terlebih dengan perbuatan (Familiaris Consortio

art.46). Anak akan lebih cepat belajar melalui teladan perbuatan orang tua dari

pada apa yang diajarkan melalui perkataan saja.

b. Mengusahakan Suasana Kasih

Orang tua sudah seharusnya menciptakan suasana di rumah yang penuh

kasih dan penghormatan kepada Tuhan dan sesama. Suasana yang penuh kasih di

rumah dapat menumbuhkan pendidikan pribadi dan sosial yang menyeluruh bagi

anak. Kasih orang tua adalah dasar dari pendidikan anak. Kasih itu harus

menjiwai semua prinsipnya yang disertai juga dengan nilai-nilai kebaikan,

pelayanan, tidak pilih kasih, kesetiaan dan pengorbanan. Dalam hal ini,

(37)

tanpa komunikasi akan sangat sulit menciptakan suasana yang penuh kasih dalam

keluarga. Oleh karena itu, sangat diharapkan agar orang tua menjunjung tinggi

rukun hidup dengan terus mengembangkan cinta kasih Allah secara nyata dalam

kehidupannya (Gaudium et Spesart.47).

c. Pengajaran Tentang Iman

Pengajaran tentang Allah dan perintah-perintah-Nya ini tidak harus

diberikan dalam bentuk kuliah bagi anak yang tentunya pasti membosankan,

tetapi hendaknya pengajaran ini dikemas dalam bentuk yang lebih hidup dan

menarik sesuai dengan umur anak. Quiz ayah atau ibu membacakan Kitab Suci

bergambar atau sama-sama menonton DVD rohani dan dilanjutkan dengan diskusi

singkat dapat menjadi suatu pilihan bagi orang tua dalam memberi pengajaran

tentang iman. Di samping itu, setiap kejadian yang paling sederhana sekalipun

dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan moment untuk pengajaran tentang

iman. Contohnya : pada saat anak jatuh ketika belajar bersepeda, dapat dijadikan

moment untuk mengajarkan betapa kita sebagai manusia dapat jatuh dalam

kesalahan dan dosa, namun Tuhan dapat menolong kita sehingga kita dapat

bangkit lagi sebelum akhirnya kita berhasil. Di samping itu, orang tua juga dapat

mengajarkan tanggung jawab Katolik dan kesadaran akan nilai-nilai moral kepada

anak-anaknya. Pengajaran ini dimaksud agar anak belajar menerima dirinya

sebagai orang Katolik, tanggung jawab dan identifikasinya dalam hubungan

(38)

d. Menciptakan Kebiasaan Kehidupan Sehari-hari

Dalam kehidupan sehari-hari, orang tua dapat membiasakan anak untuk

melakukan suatu perkerjaan. Banyak pekerjaan kecil-kecil yang dapat

dipercayakan kepada anak agar mereka terlatih dan akhirnya mampu mencintai

pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan itu sebaiknya dimulai dari hal yang sederhana,

misalnya: membersihkan lantai, mencuci piring, mencuci pakaian, menyiram

tanaman, merapikan tempat tidur, menyetrika, menyiapkan minuman teh atau

kopi, menghidangkan suguhan untuk tamu, menanak nasi dan sebagainya. Yang

terpenting adalah kebiasaan-kebiasaan itu selalu didasarkan pada motivasi yang

baik dan tepat.

e. Doa Bersama Sekeluarga

Orang tua harus mengusahakan agar dapat melakukan doa bersama

sekeluarga setiap hari. Waktu yang dipilih bisa pada pagi hari maupun sore hari.

Doa bersama juga dapat dilakukan pada saat sebelum dan sesudah makan. Hal ini

didasarkan pada kesepakatan bersama di dalam keluarga antar orang tua dengan

anak. Doa bersama yang dilaksanakan dapat berupa Ibadat harian, doa spontan,

doa Rosario, dan seterusnya dan dapat juga dinyanyikan. Doa dapat dilanjutkan

dengan renungan Kitab Suci dan anak-anak maupun orang tua dapat melakukan

(39)

f. Mengarahkan Anak Untuk Bergabung Kedalam Gereja

Orang tua dapat mengarahkan anak secara berangsur-angsur ke dalam

persekutuan dengan saudara-saudari seiman yang lain di dalam Gereja. Orang tua

berkewajiban membawa anak untuk turut ambil bagian dalam kehidupan Gereja,

baik dalam ibadah di paroki atau di lingkungan, ataupun kegiatan rohani Kristus,

harus diperkenalkan sejak dini kepada anak. Orang tua juga dapat melatih dan

membiasakan anak untuk rajin berdoa, ikut hadir dalam perayaan Ekaristi,

memberikan dorongan kepada anak untuk mengambil bagian dalam kegiatan

keagamaan atau Gereja, seperti : menjadi putra-putri altar atau misdinar, anggota

koor, dan lain sebagainya (Budyapranata, 1981 : 97).

B. Pengaruh Media Televisi Terhadap Anak Dalam Keluarga

Televisi merupakan media massa elektronik yang sangat digemari hampir

segala jenjang usia, baik oleh anak-anak remaja maupun orang dewasa sekalipun.

Menonton acara televisi sebenarnya sangat baik bagi anak-anak, remaja, dan

orang dewasa, dengan catatan apabila menonton televisi tersebut tidak berlebihan.

Acara yang ditonton sesuai dengan usia, dan bagi anak-anak adanya kontrol atau

pengawasan dari orang tua. Namun kenyataan yang terjadi, banyak dari anak-anak

menonton acara yang seharusnya belum pantas untuk ia saksikan serta kebiasaan

menonton televisi telah menjadi kebiasaan yang berlebihan tanpa diikuti dengan

(40)

Pengaruh negatif televisi adalah membuat orang bermimpi, tetapi orang

sulit mewujudkan impian itu menjadi nyata. Pengaruh positifnya adalah

meningkatkan minat baca anak-anak. (Y.I. Iswarahadi, SJ, 2003 : 79).

1. Pengertian Media Televisi

Media sangatlah luas cakupannya, karena media merupakan alat

transformasi yang menyampaikan informasi atau pesan. Media juga semakin

berkembang, dimulai pada saat lahirnya mesin cetak, kemudian berkembang

adanya radio dan televisi yang disebut dengan elektronik media. Perkembangan

selanjutnya adanya internet atau online media. Media berasal dari bahasa latin

yang adalah bentuk jamak dari medium, yang secara harafiah berarti “Perantara”

atau “Pengantar” yaitu pengantar atau perantara sumber pesan dengan penerimaan

pesan.

“Media adalah pesan”, kata ahli komunikasi Marshal Mcluhan. Sebagai pembawa pesan , media (Televisi, Komputer, Video game) bersifat netral: berpengaruh positif maupun negatif. Dalam abad informasi ini masalah yang kita hadapi jadinya bukan lagi menolak media Televisi, Komputer, Video game itu, karena tanpa terelakkan seluruh dunia (termasuk Indonesia) tengah dilanda ketiganya. Masalahnya kini adalah bagaimana memaksimalkan pengaruh positifnya dan mengurangi atau menghapus pengaruh negatifnya. Itu berarti dibutuhkan keterlibatan orangtua dan para guru untuk mengarahkan anak dalam memanfaatkan Televisi, Komputer, Video Game dan bukannya melarang dan menghalangi mereka. (Patricia Marks Greenfield, 1989: iii).

Salah satu media komunikasi yang berkembang sangat pesat setelah

perang Dunia II adalah televisi. Televisi merupakan media komunikasi modern

yang dapat menampilkan gambar dan suara secara bersama-sama, serta

(41)

manusia dapat menyaksikan peristiwa-peristwiwa di luar lingkungannya secara

bersamaan. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang

menghadirkan suatu peradaban dalam proses komunikasi dan informasi yang

bersifat massa. “Televisi” adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. kata

televisi berasal dari kata “tele” dan “vision”, yang mempunyai arti masing-masing

jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat

jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena

penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.

“Televisi sesungguhnya adalah suatu perlengkapan elektronis, bahwa pada dasarnya adalah sama dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Dengan demikian peranannya baik sebagai gambar hidup maupun sebagai radio yang dapat dilihat dan didengar pada waktu yang sama. Televisi memberikan kejadian-kejadian yang sebenarnya pada waktu sesuatu peristiwa terjadi dengan disertai komentar” (Dr. Oemar Hamalik, 1986: 134).

Televisi juga merupakan sebuah benda yang sangat akrab dengan kita.

Hampir seluruh lapisan masyarakat familiar dengan televisi. Mulai dari

anak-anak, dewasa, tua, muda, laki-laki, perempuan, semuanya tahu akan televisi dan

akrab dengan kehadirannya. Secara harafiah televisi berarti transfer atau

pemindahan gambar dalam jarak jauh. Dan secara umum atau lebih khusunya

adalah teknologi informasi dan komunikasi, yang memungkinkan pengguna

televisi dapat menerima gambar sekaligus suara yang ditransmisikan atau dikirim

dari jarak jauh.

Bahkan media televisi merupakan primadona media yang memberikan

imbas media yang luar biasa besar bagi kehidupan masyarakat. Bahkan kehadiran

(42)

perilaku dan pola pikir masyarakat Indonesia. Apalagi dalam deretan media

informasi, media ini memiliki daya penetrasi jauh lebih besar dari pada media

lainnya. Televisi juga memiliki kemampuan untuk membius, membohongi dan

melarikan masyarakat pemirsanya dari kenyataan-kenyataan kehidupan

sekelilingnya.

Mengapa televisi lebih popular dibandingkan dengan media lain seperti

koran, majalah, ataupun radio? Jawabannya sederhana, televisi menyajikan

tontonan yang lebih menarik, dan program-program acara yang membuat

orang-orang jatuh cinta kepada televisi ketika menyaksikannya. Selain itu, televisi

memiliki keunggulan berupa perpaduan audio dan visual sehingga menjadikannya

lebih popular, lebih disukai masyarakat, lebih menghibur, dan lebih menarik. Saat

menonton televisi, realitas kehidupan seakan terkaburkan. Lewat televisi, kita

dibuai oleh mimpi-mimpi indah seakan kita hidup di dunia lain di mana

sebenarnya mimpi-mimpi itu menyesatkan dan penuh kebohongan serta

mengandung unsur pembodohan. “Hal yang menyebabkan manusia mempunyai

khayalan tentang hidup yang ’ideal’ dikarenakan televisi cenderung memilih

pribadi-pribadi yang ’sempurna’ dengan ketampanan atau kecantikannya,

kemewahannya, yang jauh lebih pandai dan cakap melebihi manusia biasa”

(Hofman, 1989: 62).

Televisi mengembangkan bentuk komunikasi yang bersifat total. Total

dalam arti mengembangkan sebuah relasi ekstensif dengan gambar yang bergerak

dalam ritme yang sangat cepat. Televisi juga memberikan bahasa televisi yaitu

(43)

menggetarkan hati dan karenanya menggerakkan seluruh jiwa raga; bahasa yang

penuh resonansi dan irama. Bahasa televisi adalah bahasa yang penuh cerita dan

gambar. Pendek kata, televisi memberi tekanan pada gambar dari pada kata-kata

(Iswarahadi, 2003: 31). Sejauh yang kita kenal bahwa televisi adalah alat

komunikasi visual yang menghadirkan suatu hiburan dan sebuah cerita. Siapa

yang tidak mengenal televisi, mulai dari yang kecil hingga lanjut usia pun

mengenalnya dan menggemari akan manfaat televisi.

2. Manfaat Media Televisi

Semula dinilai bahwa siaran televisi kurang bermanfaat dalam dunia

pendidikan, hal ini mengingat biaya operasionalnya cukup mahal, tetapi kemudian

muncul pendapat-pendapat yang berlawanan bahwa televisi telah menubah

kehidupan kita dalam bayak hal. Banyak orang sekarang menghabiskan lebih

banyak waktu menonton TV ketimbang melakukan hal lain. Namun, televisi

menawarkan baik manfaat dan bahaya bagi kita. Beberapa manfaat dari media

televisi adalah sebagai berikut :

a. Media Informasi

Televisi bisa mengerutkan dunia dan melaksanakan penyebaran berita dan

gagasan lebih cepat. Dengan adanya media televisi dunia kelihatan semakin kecil

dari sebelumnya. Kita bisa memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi

yang lebih baik tentang apa yang terjadi di dunia. Berita-berita aktual bisa

(44)

informasi yang diberikan. Dengan menonton tayangan televisi akan bisa

menambah wawasan kita. Orang Kristen membutuhkan informasi demi

kelancaran pemberitaan Injil, maka kita perlu memiliki pengetahun akan dunia

dan sekitar kita yang tidak hanya kita lihat melalui buku tetapi dengan melihat

dan mendengar dari televisi. Ada berita baik yaitu saat ini Gereja bisa memakai

sarana televisi untuk memberitakan Injil. Di negara besar seperti Amerika Serikat

menginjili melalui televisi adalah merupakan hal yang lazim. Sehingga jutaan

orang bisa melihat dan mendengar Injil di televisi dan begitu banyak jiwa telah

mentaati Injil melalui kontribusi penyiaran televisi.

Informasi juga bersifat pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, dan

penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, pendapat serta komentar. Artinya

bisa memahami keadaan masyarakat lingkungan dan masyarakat luas. Dengan

berbekal pengetahuan yang cukup, orang akan mampu memberikan tanggapan

perihal orang lain, lingkungan serta situasinya, baik di kawasan Nasional maupun

Internasional (Drs. Darwanto, S.S.2007:36).

b. Memperluas Wawasan

Media televisi juga telah memperluas wawasan masyarakat dengan sajian

acara seperti news, news feature, talk show, dialog, dan berbagai macam acara

informatif-edukatif lainnya. Beragam acara di televisi ditayangkan merupakan

salah satu upaya stasiun televisi untuk menarik minat menonton pada masyarakat.

Televisi membantu kita untuk belajar tentang dunia dan untuk mengetahui dan

(45)

anak menemukan bakat-bakatnya, acara-acara TV pendidikan bisa menjadi bagian

dari ”lingkungan belajar” yang dibangun oleh orang tua di rumah (Milton Chen,

Ph.D.1996:19). Pergi ke perpustakaan untuk mencari buku-buku tentang

pokok-pokok pembicaraan misalnya membahas tentang masalah-masalah lingkungan

hidup.

c. Sarana Hiburan

Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang sehat serta

pengetahuan kepada pemirsanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia adalah

makhluk yang membutuhkan hiburan. Hiburan-hiburan yang sehat yang

ditayangkan di televisi seperti musik, film, infotaiment dan lain-lain sangat

bermanfaat untuk mencairkan kejenuhan. Tayangan hiburan juga bermanfaat

untuk mengenal banyak hal yang sedang menjadi trend pada saat ini dan

menambah pengetahuan tentang cara tampil gaul.

Salah satu media hiburan yang hampir ada di setiap rumah orang adalah

televisi (TV). Melalui televisi (TV), orang bisa mendapatkan berbagai macam

tayangan info berita hingga tayangan-tayangan hiburan entertainment menarik

untuk sekadar mengisi waktu atau sebagai sarana menghilangkan stress atau rasa

suntuk ketika berada di rumah. Di Indonesia, kita bisa mendapatkan puluhan

siaran stasiun TV lokal ibu kota Jakarta maupun siaran-siaran TV lokal provinsi.

Beberapa diantaranya seperti : siaran ANTV, Metro TV, Chanel TV, Indosiar,

(46)

(siaran TV anak-anak), Elshinta, Bali TV, Global TV, TVone, LTV, TVRI, dan

puluhan stasiun TV lainnya.

d. Sarana Pewartaan

Pewartaan adalah kegiatan komunikasi, pewartaan tetaplah menjadi yang

utama dari tugas perutusan Gereja di dunia. Inti pokok pewartaan sendiri adalah

Kristus yang disalibkan, wafat dan bangkit. Sebab melalui Dia manusia

benar-benar dibebaskan secara penuh dari dosa. Dalam realitas tugas perutusan,

pewartaan memiliki peranan yang sentral dan tak tergantikan. Begitu juga dalam

keterbukaan Gereja terhadap media komunikasi, ini terlihat sejak Konsili Vatikan

II. Konsili Vatikan II merupakan titik tolak Gereja dalam menghadapi zaman

modern dengan menerbitkan dekrit Inter Mirifica, yaitu tentang upaya-upaya

komunikasi sosial.

Dalam dekrit tersebut Gereja mengakui alat-alat komunikasi seperti: media

cetak, film, radio, televisi dan lainnya sebagai penemuan teknologi modern.

Penemuan ini membuka peluang-peluang baru untuk menyalurkan dengan lancer

segala berita gagasan, dan pedoman (Inter Mirifica art.1). oleh karena itu Konsili

juga menganjurkan agar alat-alat komunikasi dimanfaatkan secara efektif dalam

segala macam karya kerasulan (Inter Mirifica art.3). Gereja jangan menjadi asing

dengan dunia komunikasi ini, tetapi dapat memanfaatkannya demi pewartaan Injil

dan kesaksian iman (Konferensi Wali Gereja Indonesia, 1996: 392).

Maka melalui televisi dalam hal melayani pemirsanya, mencerminkan

(47)

penting adalah dimensi rohani dan agama, dan program yang sungguh-sungguh

berbicara mengenai aspek apa pun dari hidup, manusia harus memperhitungkan

dimensi tersebut.

Gereja di seluruh Afrika ingin membantu di dalam bidang media jalan

yang diperlukan untuk pengembangan rohani dan kebahagiaan semua orang.

Orang-orang Katolik diberi kesempatan untuk menjalankan programnya, maka

pewartaan sabda dan penyajian tentang liturgi akan mendapat tempat pertama.

Tetapi tetaplah diperhatikan agar kita tidak menutup terhadap kemampuan luar

biasa dari media ini bagi pengembangan manusia seutuhnya ( Franz – Joseff Eil,

SVD, 2002 : 127-128).

Iswarahadi dalam bukunya Beriman Dengan Bermedia: Antalogi

Komunikasi menjelaskan bahwa penggunaan media dalam pewartaan iman

sangatlah penting karena media memiliki peranan sebagai sarana yang mendorong

semua orang untuk terbuka dan terlibat dalam gerakan yang merindukan keadilan,

perdamaian, dan keutuhan ciptaan (Iswarahadi,2003:27). Oleh karena budaya

komunikasi semakin berkembang, pewartaan iman juga perlu diperbaharui sesuai

dengan perkembangan jaman agar setiap orang mampu menerima pesan

keselamatan itu.

3. Pengaruh Positif dan Negatif Media Televisi Terhadap Perkembangan Iman Anak

(48)

Televisi untuk kita ibaratkan sebagai “jendela dunia”, apa yang kita lihat

melalui jendela ini sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita.

Televisi bisa menjadi media informasi yaitu bersifat pengumpulan, penyimpanan,

pemprosesan dan penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, pendapat serta

komentar yang semaunya sangat diperlukan untuk dipahami. Artinya bisa

memahami keadaan masyarkat lingkungan dan masyarakat luas.

Televisi bisa menjadi orang tua dalam membantu si anak menemukan

bakat-bakatnya, acara-acara TV pendidikan bisa menjadi bagian dari “lingkungan

belajar” yang dibangun oleh orang tua dirumah (Milton Chen, Ph.D. 1996 : 19).

Televisi bisa menjadi salah satu hiburan utama karena bisa menghilangkan

kejenuhan, televisi juga bisa dijadikan sebagai sarana pewartaan sebab pewartaan

tetaplah menjadi yang utama dari tugas perutusan Gereja di dunia.

Konsili Vatikan II juga merupakan titik tolak Gereja dalam menghadapi

jaman modern dengan menerbitkan dekrit Inter Mirifica, yaitu tentang

upaya-upaya komunikasi sosial. Dalam dekrit tersebut Gereja mengakui alat-alat

komunikasi seperti : media cetak, film, radio, televisi dan lainnya sebagainya

sebagai penmuan teknologi modern. Penemuan ini membuka peluang-peluang

baru untuk menyalurkan dengan lancar segala berita gagasan dan pedoman (Inter

Mirificaart.1).

b. Pengaruh Negatif Media Televisi Terhadap Perkembangan Iman Anak

Kehidupan anak-anak tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya dalam

(49)

pengaruh negatif media televisi terhadap anak-anak. Berikut pengaruh negatif

media televisi terhadap anak-anak :

1. Dilihat dari segi prilaku anak

a) Terlalu sering nonton televisi dan tidak pernah membaca menyebabkan anak

akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada

akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, dan perkembangan

kognitifnya.

b) Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan. sehingga sangat

mungkin anak menjadi malas belajar, anak anak yang terbiasa menghabiskan

waktunya dengan menonton televisi akan sangat sulit saat diajak beralih untuk

belajar. Mereka akan lebih senang menyaksikan acara favoritnya

dibandingkan harus membuka buku dan mengerjakan tugas

c) Anak akan berpikir bahwa semua orang dalm kelompok tertentu mempunyai

sifat yang sama dengan orang di layar televisi.

d) Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga, kebanyakan anak

menonton TV lebih dari 4 jam sehari, sehingga waktu untuk bercengkrama

bersama keluarga biasanya terpotong atau terkalahkan dengan TV.

e) anak belum mempunyai daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan

terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi.

2. Dilihat dari segi kesehatan fisik

a) Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan). Kita biasanya tidak

(50)

untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat.

Ketika anak banyak menonton TV anak lebih banyak mengemil di antara

waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung

memengaruhi orang tua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut.

Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko

untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu,

duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan

menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan

akhirnya menimbulkan kegemukan.

b) Memperbesar kemungkinan terjangkit penyakit rabun

Seperti kita ketahui bahwa sebagian besar anak tidak mau beranjak dari depan

televisi apabila ia sudah jatuh hati dengan acara yang disiarkan. Selain itu,

jarak pandang mereka dengan televisi juga biasanya tidak sesuai dengan jarak

pandang yang baik. Hal ini tentu saja terjadi berulang-ulang dan

terus-menerus apabila si anak telah menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai

kebiasaan. Orang tua juga menyatakan bahwa anak yang pada awalnya

memiliki kondisi mata yang sehat harus menggunakan kacamata setelah

terbiasa menonton televisi setiap hari. Hal ini tentu saja dikarenakan oleh

faktor jarak pandang yang tidak sesuai dan radiasi dari televisi itu sendiri yang bisa

menyebabkan penyakit mata seperti rabun jauh ataupun rabun dekat

Bagi anak-anak, kebiasaan menonton televisi bisa mengakibatkan

menurunnya minat baca anak-anak terhadap buku, serta masih banyak lagi

(51)

sekali. Anak-anak cenderung lebih senang berlama-lama di depan televisi

dibandingkan harus belajar atau membaca buku.

Jika kita melihat acara-acara yang disajikakan oleh stasiun televisi, banyak

acara yang disajikan tidak mendidik malahan bisa dikatakan berbahaya bagi

anak-anak untuk ditonton. Kebanyakan dari acara televisi memutar acara yang berbau

kekerasan, adegan pacaran yang mestinya belum pantas untuk mereka tonton,

tidak hormat terhadap orang tua, gaya hidup yang hura-hura dan masih banyak

lagi deretan dampak negatif yang akan menggrogoti anak-anak yang masih belum

mengerti dan mengetahui apa-apa. Mereka hanya tahu bahwa acara televisi itu

bagus, mereka merasa senang dan terhibur serta merasa penasaran untuk terus

mengikuti acara demi acara selanjutnya. Sudah sepatutnya orang tua menyadari

hal ini, mengingat betapa besarnya akibat dari menonton televisi yang berlebihan.

Mungkin kita beranggapan dampak televisi tidaklah begitu terlalu besar

bagi anak-anak, malahan orang tua hanya melarang anak-anaknya untuk tidak

menonton film yang berbau pornoaksi dan membiarkan mereka menonton film

yang biasa-biasa saja atau memang film anak, namun sebenarnya film

anak-anak yang ditonton oleh anak-anak-anak-anak pun tidak menutup kemungkinan bisa

berdampak negatif bagi anak itu sendiri. Sekarang setelah mengetahui begitu

besar dampak televisi bagi anak sudah sepatutnya setiap orang tua membatasi

waktu menonton dan mengawasi serta menyeleksi acara-acara apa saja yang

(52)

C. Peranan Orang Tua Dalam Menyikapi Media Televisi

1. Menanamkan Kesadaran Pada Anak-Anak Tentang Dampak Negatif Televisi Memang langkah ini tidak mudah, mungkin akan lebih mudah jika kita

bersikap otoriter dan melarang secara tegas anak-anak menonton televisi. Apa

yang mereka lakukan hari ini akan berdampak pada diri mereka di masa yang

akan datang. Mereka juga harus tahu bahwa mereka harus bersikap sebagai

“pengamat” bukan “penikmat” televisi.

2. Menciptakan suasana keterbukaan di keluarga

Anak-anak membutuhkan sosok yang bisa membuat mereka nyaman untuk

curhat. Pastikan bahwa sosok tersebut adalah kita, ayah bundanya. Memang

anak-anak adalah amanah untuk kita, tetapi bukan berarti 24 jam kita harus ada di

samping mereka. Jika suasana keterbukaan sudah tercipta di keluarga kita akan

mampu menggali apa saja yang di alami anak saat mereka tidak bersama kita.

3. Pemberian teladan hidup

Iman anak hanya dapat berkembang bila mereka hidup bersama dengan

orang tuanya. Pemberian teladan iman dapat dilakukan dengan menanamkan

nilai-nilai dasar Kristiani seperti: saling berbagi, saling menolong, saling menghibur

jika ada kesusahan, saling memperhatikan terutama kepada yang lemah, sakit dan

miskin, saling mengakui kelebihan dan kekurangan tiap-tiap anggota keluarga,

(53)

memberikan teladan dalam nilai-nilai Kristiani tersebut dan bukan hanya dengan

perkataan, tetapi terlebih dengan perbuatan (Familiaris Consortioart.46).

4. Pengajaran tentang iman

Pengajaran tentang Allah dan perintah-perintah-Nya ini hendaknya

diberikan dalam bentuk yang lebih hidup dan menarik sesuai dengan umur anak

misalnya dengan Quis, ayah dan ibu membacakan Kitab Suci yang bergambar dan

dilanjutkan dengan diskusi singkat. Pengajaran ini dimaksud agar anak belajar

menerima dirinya sebagai orang Katolik, tanggung jawab dan identifikasinya

dalam hubungan dengan Kristus dan Bapa (Bernard cooke, 1972:10).

D. Upaya Orang Tua Menghadapi Pengaruh Media Televisi Terhadap Iman Anak Dalam Keluarga Katolik

Orang tua adalah komponen yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan

hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah

keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan

membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan

anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengerian orang tua

di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan

bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti

yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

Televisi, si kotak ajaib yang keberadaannya sudah menjadi bagian dalam

(54)

anaknya masih kecil. Cemas kalau anak jadi malas belajar karena kebanyakan

nonton televisi, cemas kalau anak meniru kata-kata dan adegan-adegan tertentu,

cemas mata anak jadi rusak (minus), dan cemas anak lebih agresif karena

terpengaruh banyaknya adegan kekerasan di televisi. Namun demikian harus

diakui bahwa kebutuhan untuk mendapatkan hiburan, pengetahuan dan informasi

secara mudah melalui televisi juga tidak dapat dihindarkan. Televisi, selain selalu

tersedia dan amat mudah diakses, juga menyuguhkan banyak sekali pilihan, ada

sederet acara dari tiap stasiun televisi, tinggal bagaimana pemirsa memilih acara

yang dibutuhkan, disukai dan sesuai dengan selera. Sehingga meskipun semua

orang mungkin sudah tahu akan dampak negatif yang bisa ditimbulkannya,

keberadaan televisi tetap saja dipertahankan.

Setiap orang tua juga memiliki tanggung jawab untuk selalu mengawasi

anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oleh sebab itu hal-hal yang

sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak

positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan. Begitu

juga mengenai hal televisi lain, yang sudah nyata dampak negatifnya, sudah

sepatutunya setiap orang tua mempersiapkan cara untuk mengantisipasinya. Dari

begitu banyak dampak yang diakibatkan oleh tontonan televisi, ada beberapa hal

yang bisa kita lakukan oleh setiap orang tua, yaitu :

1. Pilih acara yang sesuai dengan usia anak

Jangan biarkan anak-anak menonton acara yang tidak sesuai dengan

(55)

analisa apakah sesuai dengan anak-anak (tidak ada unsur kekerasan atau hal

lainnya yang tidak sesuai dengan usia mereka.

2. Dampingi anak saat menonton dan beri penjelasan

Tujuannya adalah agar acara televisi yang mereka tonton selalu terkontrol

dan orang tua bisa memperhatikan apakah acara tersebut masih layak atau tidak

untuk ditonton

(http://majidbsz.wordpress.com/2008/06/11/pengaruh-televisi-terhadap-anak: 15 Juli 2012).

3. Letakan TV di ruang tengah, hindari menyediakan TV dikamar anak.

Dengan menyimpan TV di ruang tengah, akan mempermudah orang tua

dalam mengontrol tontonan anak-anaknya, serta bisa mengantisipasi hal yang

tidak orang tua inginkan, karena kecenderungan rasa ingin tahu anak-anak sangat

tinggi. Tanyakan acara favorit mereka dan bantu untuk memahami pantas

tidaknya acara tersebut untuk mereka diskusikan setelah menonton, ajak mereka

menilai karakter dalam acara tersebut secara bijaksana dan positif.

(http://majidbsz.wordpress.com/2008/06/11/pengaruh-televisi-terhadap-anak: 15

Juli 2012).

4. Buat jadwal kegiatan anak

Anak juga harus diajarkan bahwa ada waktu tersendiri untuk setiap

kegiatan-kegiatannya. Program waktu yang jelas, kapan menonton televisi, kapan

belajar, dan kapan bermain. Meskipun anak sudah relaks dengan menonton

(56)

Televisi mengkondisikan anak menjadi pasif, hanya menerima dan

menyerap informasi dengan posisi tubuh yang juga pasif (cukup dengan duduk),

karena itu anak tetap perlu waktu untuk bermain (terutama bermain dengan

anak-anak lain) supaya mereka tetap aktif dan mempu bersosialisasi. Mereka tetap

butuh waktu untuk berlari-larian, mengobrol dengan teman-teman dan bermain

dengan mainan. Pengaturan waktu bisa mengkondisikan anak untuk selalu

menonton televisi dengan didampingi orang tua.

5. Bangun kerjasama dengan seluruh anggota keluarga

Bangunlah kerja sama dengan seluruh anggota keluarga, karena kerja sama

dari seluruh anggota keluarga (termasuk pengasuh) sangat diperlukan. Pastikan

bahwa seluruh keluarga memiliki perngertian yang sama tentang anak dan

masalah televisi tersebut. Beri pengertian kepada anggota keluarga bahwa

bagaimanapun juga mereka kadang-kadang harus mengorbankan kesenangan

mereka demi kebaikan sang anak. Jangan sampai standar yang sudah diterapkan

orang tua terhadap anak, ternyata tidak diterapkan oleh anggota keluarga lainnya

ketika orang tua tidak ada ditempat.

(57)

38 BAB III

PERANAN ORANG TUA DI LINGKUNGAN SANTO YOHANES, PAROKI KRISTUS RAJA SINTANG, KALIMANTAN BARAT TERHADAP PENGARUH NEGATIF MEDIA TELEVISI TERHADAP

PERKEMBANGAN IMAN ANAK

Pada bab ini akan diuraikan tiga hal pokok, pertama gambaran umum

lingkungan Santo Yohanes Paroki Kristus Raja Katedral Sintang Kalimantan Barat. Bagian kedua berisi deskripsi penelitian. Bagian ketiga menguraikan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, rangkaian hasil penelitian dan kesimpulan

hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Lingkungan Santo Yohanes 1. Letak Geografis Lingkungan Santo Yohanes

Lingkungan Santo Yohanes merupakan salah satu lingkungan yang berada

dalam Paroki “Kristus Raja” Katedral Sintang. Secara geografis lingkungan Santo Yohanes terletak di kota Sintang, kecamatan Sintang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.

Sebelah Barat lingkungan Santo Yohanes berbatasan dengan lingkungan Santo Bernadus, sebelah Timur berbatasan dengan lingkungan Santo Yakobus,

Gambar

gambar. Pendek kata, televisi memberi tekanan pada gambar dari pada kata-kata
Tabel 1. Variabel Penelitian Pandangan Orang Tua Dalam Menghadapi
Tabel 2. Identitas Responden (N=55)
tabel 3 berikut ini :
+4

Referensi

Dokumen terkait

PETA JALAN MENUJU PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN 19 - PENGUATAN KOORDINASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI PENDEKATAN MULTI DOOR - RESOLUSI KONFLIK. GERAKAN

Lingkungan operasional dinilai melalui analisis kondisi ekonomi yang sedang berjalan; prospek pertumbuhan (tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto [PDB]); tingkat

SIM-8: Simulasi 8 adalah kombinasi kenaikan harga dunia minyak mentah 5 persen, peningkatan penerimaan dalam negeri pemerintah 10 persen, kenaikan indek harga konsumen 5

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan MANDIRI INVESTA DANA SYARIAH yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak

dari sebuah piksel. Pada metode ini setiap piksel foreground pada gambar memiliki arah tersendiri dimana arah yang digunakan terdiri dari 4 arah dan

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang lengkap, setiap perizinan dilengkapi dengan brosur/ leaflet mengenai informasi dasar hukum, persyaratan yang diperlukan, besarnya

Bab ini berisikan tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,