• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGALI DOKUMEN CHRISTUS VIVIT SEBAGAI

DASAR UNTUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN

IMAN BAGI ORANG MUDA KATOLIK DI WILAYAH

SANTO YUSUP SOMOKATON, PAROKI ROH KUDUS

KEBONARUM, KLATEN

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh :

Imakulata Yunita Kurnia Sari

NIM : 161124045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tua dan kedua kakak Bapak Ignatius Marinugroho (alm), Ibu Valentina Tri Harjani,

(3)

v

MOTTO

“Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23: 1)

Setiap orang yang mau belajar dan bekerja dengan giat, serta membiarkan Allah berkarya di dalamnya maka akan membuahkan hasil yang baik.

(4)

viii

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah MENGGALI DOKUMEN CHRISTUS VIVIT SEBAGAI DASAR UNTUK PELAKSANAAN PENDAMPINGAN IMAN BAGI ORANG MUDA KATOLIK DI WILAYAH SANTO YUSUP SOMOKATON, PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN. Judul skripsi dipilih berdasarkan fakta tentang pelaksanaan pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik di Wilayah Santo Yusup Somokaton. Faktanya bahwa OMK belum memposisikan diri sebagai pelaku utama dalam pendampingan iman. Berdasarkan fakta tersebut, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu OMK dan pendamping di Wilayah Santo Yusup Somokaton untuk melihat kembali dan meningkatkan pelaksanaan pendampingan iman di wilayah. Judul skripsi ini dipilih juga berdasarkan inspirasi dari Paus Fransikus dalam Christus Vivit yang berisi ajakan bagi kaum muda dan seluruh Gereja untuk membarui dan meningkatkan pelayanan bagi OMK. Dalam Christus Vivit, Paus menyampaikan inspirasinya tentang garis-garis besar pendampingan iman bagi kaum muda.Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton. Untuk mengkaji masalah ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yakni berdasarkan wawancara dengan OMK, pengurus Gereja dan Romo Paroki. Selain itu penulis juga melakukan penelitian dokumen di Paroki Roh Kudus Kebonarum tentang program kerja OMK. Dari penelitian ditemukan bahwa pelaksanaan pendampingan iman OMK belum ada visi bersama yang jelas bagi pendamping dan OMK. Berkaitan dengan hal ini, penulis berpendapat bahwa OMK dan pendamping perlu merumuskan visi bersama. Upaya merumuskan visi bersama pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK dapat dilakukan melalui rekoleksi. Rekoleksi dipilih sebagai salah satu bentuk kegiatan karena dalam rekoleksi, pengurus OMK dan pendamping dapat secara bersama melihat kembali pengalaman pelaksanaan pendampingan iman yang selama ini sudah berlangsung, selanjutnya OMK dan pendamping dapat menimba inspirasi dari Christus Vivit guna merumuskan visi baru yang sesuai dengan situasi OMK di wilayah.

(5)

ix

ABSTRACK

The title of this undergraduate thesis is EXPLORING CHRISTUS VIVIT

DOCUMENT AS A BASIS FOR THE IMPLEMENTATION OF FAITH ASSISTANCE FOR YOUNG CATHOLICS IN THE AREA OF ST. YUSUP SOMOKATON, THE HOLY SPIRIT PARISH KEBONARUM, KLATEN. The

title of the undergraduate thesis was chosen based on the facts about the implementation of faith accompaniment for Catholic Young People (OMK) in St. Yusup Somokaton Region. The fact is that OMK has not positioned is self as the main actor in assisting faith. Based on these facts, this thesis is intended to help OMK and its assistants in the area of St. Yusup Somokaton to reflect and to improve the implementation of the assistance of faith in the region. The title undergraduate of this thesis was also chosen based on inspiration from Pope Francis in Christus Vivit which contains an invitation for young people and the whole Church to renew and to improve service for OMK. In Christus Vivit, the Pope conveyed his inspiration on the outlines of the assistance of faith for Catholic Young People in the St. Yusup Somokaton Region. To examine this problem, the writer uses qualitative research methods based on interviews with OMK, Church officials and Parish Priest. In addition, the author also conducted a document research in the Holy Spirit Parish of Kebonarum about the work programs of OMK. From the research it was found that the implementation of the OMK faith accompaniment had no a clear shared vision for the assistants and OMK. In this matter, the author argues that OMK and assistants need to formulate a shared vision. Effort to formulate a shared vision of faith assistance for OMK can be done through recollection. Recollection was chosen as a form of activity because in recollection, OMK administrators and assistants can jointly review the experience of the implementation of faith assistance that has been ongoing, furthermore OMK and the assistants can draw inspiration from Christus Vivit to formulate a new vision that is appropriate to the OMK situation in the region.

(6)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSEJUTUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 5

C. Tujuan Penulisan ... 5

D. Manfaat Penulisan ... 6

E. Metode Penulisan ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II. MENGGALI INSPIRASI DARI DOKUMEN CHRISTUS VIVIT UNTUK PENDAMPINGAN IMAN BAGI ORANG MUDA KATOLIK... 9

A. Latar Belakang dan Garis Besar Dokumen Christus Vivit ... 9

1. Latar Belakang Dokumen Christus Vivit ... 9

2. Garis Besar Dokumen Christus Vivit... 10

B. Orang Muda Menurut Christus Vivit ... 12

C. Visi dan Tujuan Pendampingan Iman ... 14

1. Visi Pendampingan Iman... 14

(7)

xiv

a. Kemuridan ... 16

b. Kedewasaan ... 17

c. Kekatolikan ... 19

C. Bentuk-bentuk Pendampingan Iman bagi OMK ... 19

1. Penjangkauan ... 19

a. Pembinaan Rohani ... 20

b. Keterampilan ... 21

2. Pertumbuhan ... 22

D. Materi Pendampingan Iman bagi OMK ... 23

1. Pengetahuan Hidup Beriman ... 23

2. Tradisi Katolik ... 24

3. Moral Katolik ... 25

4. Menjemaat dan Memasyarakat ... 26

E. Peran Keluarga, Komunitas OMK dan Gereja dalam pendampingan iman bagi OMK ... 27

1. Keluarga... 27

2. Komunitas OMK ... 28

3. Gereja... 29

BAB III. PENELITIAN TENTANG GARIS-GARIS BESAR PELAKSANAAN PENDAMPINGAN IMAN BAGI ORANG MUDA KATOLIK DI WILAYAH SANTO YUSUP SOMOKATON, PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN ... 32

A. Gambaran Umum Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten... 33

1. Sejarah Singkat Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten ... 33

2. Kegiatan-kegiatan Pendampingan Iman bagi Umat di Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum ... 35

B. Metodologi Penelitian ... 36

1. Permasalahan ... 36

2. Tujuan Penelitian ... 37

3. Manfaat Penelitian ... 37

(8)

xv

5. Metode Penelitian ... 38

6. Teknik Pengumpulan Data ... 38

7. Analisis Data... 39

8. Tempat dan Waktu Penelitian... 39

9. Teknik Pengambilan Sampel ... 40

10. Fokus Penelitian ... 40

11. Instrumen Penelitian ... 41

a. Bagi OMK ... 41

b. Bagi Pengurus Gereja dan Romo Paroki ... 42

C. Laporan Hasil Penelitian ... 43

1. Hasil Pengamatan dan Studi Dokumen ... 43

2. Hasil Wawancara dengan OMK ... 44

a. Pelaksanaan Pendampingan Iman Orang Muda Katolik ... 44

b. Harapan terhadap Pendampingan Iman ... 48

3.Hasil Wawancara dengan Pengurus Gereja dan Romo Paroki ... 49

a. Pelaksanaan Pendampingan Iman Orang Muda ... 49

b. Harapan terhadap Pendampingan Iman ... 53

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

1. Pelaksanaan Pendampingan Iman Orang Muda Katolik ... 54

2. Harapan terhadap Pendampingan Iman ... 64

E. Kesimpulan Penelitian ... 66

1. Pelaksanaan Pendampingan Iman Orang Muda Katolik ... 66

2. Harapan terhadap Pendampingan Iman ... 67

BAB IV. REKOLEKSI SEBAGAI BENTUK KEGIATAN DALAM PERUMUSAN VISI PENDAMPINGAN IMAN BAGI ORANG MUDA KATOLIK DI WILAYAH SANTO YUSUP SOMOKATON... 68

A. Latar Belakang Pentingnya Merumuskan Visi Pendampingan Iman ... 68

B. Rekoleki untuk Merumuskan Visi Pendampingan Iman bagi OMK 70

C. Petunjuk Pelaksanaan Rekoleksi ... 71

(9)

xvi

E. Contoh Alur Pertemuan Rekoleksi ... 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

LAMPIRAN ... 84

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Penelitian ... (1)

Lampiran 2 : Daftar Pertanyaan Wawancara bagi OMK, pengurus Gereja dan Romo Paroki ... (2)

Lampiran 3 : Transkip Wawancara dengan OMK, pengurus Gereja dan Frater ... (3)

(10)

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat, Lembaga Alkitab

Indonesia, Jakarta, 2003

B. Singkatan Dokumen Gereja

CT : Cathechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1079.

CV : Christus Vivit, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Kristus Hidup, 25 Maret 2019.

EG : Evangelii Gaudium, Anjuran Apostolik Paus Fransiskus tentang Suka Cita Injili, 24 November 2013.

C. Singkatan-Singkatan Lain Art : Artikel

BKSN : Bulan Kitab Suci Nasional DKP : Dewan Karya Pastoral

DOKPEN : Departemen Dokumentasi dan Penerangan Fr : Frater

(11)

xviii

KAS : Keuskupan Agung Semarang

KLMTD : Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel Komkep : Komisi Kepemudaan

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Makrab : Malam Keakraban

OMK : Orang Muda Katolik P : Pengurus Gereja

PIA : Pendampingan Iman Anak PIR : Pendampingan Iman Remaja WYD : World Youth Day

(12)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi Wawancara ... 40

Tabel 2: Visi Pendampingan Iman ... 44

Tabel 3: Tujuan Pendampingan Iman ... 45

Tabel 4: Bentuk-bentuk Pendampingan Iman ... 45

Tabel 5: Keterlibatan OMK dalam Kegiatan Pendampingan Iman ... 46

Tabel 6: Materi Pendampingan Iman ... 46

Tabel 7: Peran Gereja dan Keluarga ... 47

Tabel 8: Faktor Pendukung dan Penghambat... 47

Tabel 9: Harapan terhadap Pendampingan Iman ... 48

Tabel 10: Visi Pendampingan Iman ... 49

Tabel 11: Tujuan Pendampingan Iman ... 50

Tabel 12: Bentuk-bentuk Pendampingan Iman ... 50

Tabel 13: Keterlibatan OMK dalam Kegiatan Pendampingan Iman ... 51

Tabel 14: Materi Pendampingan Iman ... 52

Tabel 15: Peran Gereja dan Keluarga ... 52

Tabel 16: Faktor Pendukung dan Penghambat... 53

Tabel 17: Harapan terhadap Pendampingan Iman ... 53

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pendampingan iman bagi umat Allah berlangsung selama perjalanan kehidupan. Pelaksanaan pendampingan iman bagi umat Allah merupakan tanggungjawab Gereja. Pendampingan iman menjadi konsekuensi langsung dari identitas Gereja yang bersifat misioner. Hal ini ditegaskan oleh Paus Fransiskus dalam Dokumen Christus Vivit artikel 185, bahwa Gereja perlu memiliki komitmen untuk mendampingi umat dalam proses pendampingan iman. Melalui pendampingan iman akan memupuk dan mengembangkan iman umat.

Paus Fransiskus mengeluarkan Dokumen Christus Vivit yang mengajak orang muda dan seluruh umat Allah untuk melakukan pembaruan dan meningkatkan pelayanan bagi orang muda. Pada jenjang usia orang muda, mereka rentan mengalami krisis iman. Karena pada jenjang usia orang muda, mereka sering menanyakan tentang iman kepercayaan terutama pada saat mereka mengalami peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan. Mereka memerlukan pendampingan imannya untuk membantu mereka dalam pertumbuhan dan perkembangan imannya di dalam kehidupan sehari-hari. Paus Fransiskus dalam CV 186, menyerukan bahwa perlu merawat imat umat sebagai akar dari perkembangan iman, karena dari akar tersebut akan muncul kekuatan yang membuat iman umat menjadi tumbuh, berkembang dan berbuah.

(14)

Pada jenjang kelompok orang muda ini, mereka sering merasa bosan, kehilangan semangat perjumpaan dengan Kristus, dan sukacita mengikuti-Nya, banyak yang meninggalkan jalan dan yang lain menjadi sedih dan negatif (CV 212). Mereka kurang memahami apa yang menjadi cita-cita dan tujuan dari pendampingan iman. Mereka juga sering menanyakan iman kepercayaan mereka terutama ketika mereka sedang mengalami peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan. Bahkan mereka kurang menyukai hal-hal yang terkait dengan spiritual. Maka dari itu, pendampingan iman perlu menemukan cara-cara baru yang sesuai dengan situasi mereka.

Pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK tidak hanya sekedar melaksanakan kegiatannya saja, melainkan perlu memperhatikan hal-hal yang lainnya yang akan mengiringi proses pelaksanaan pendampingan iman. Pelaksanaan pendampingan perlu memperhatikan beberapa hal, seperti arah, tujuan, materi, dan tentunya bentuk kegiatan yang dilaksanakan. Setiap orang akan bersemangat untuk mengikuti kegiatan jika kegiatan tersebut dikemas dengan menarik.

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan komunikasi secara cepat telah mengubah pola hidup semua orang, khususnya orang muda (Hanggu, 2019). Mereka akan mencari cara untuk melakukan apa pun dengan instan. Mereka akan lebih tertarik dengan berbagai tawaran melalui teknologi yang sudah canggih tersebut. Kegiatan-kegiatan yang berupa pendampingan iman dengan didampingi oleh pendamping akan mereka abaikan.

(15)

Berdasarkan inspirasi dari Paus Fransiskus dalam Dokumen Christus Vivit (Kristus Hidup) tentang orang muda yang membantu mereka menyadari kebaruan dan kemudaan Kristus dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, OMK perlu untuk menggali dan meneladani berbagai inspirasi dari dalam Christus Vivit. Paus Fransiskus mengatakan jika Orang Muda Katolik (OMK) merupakan masa kini dan masa depan Gereja. Tentunya OMK tetap perlu untuk mendapatkan pendampingan iman.

Pada perayaan Ekaristi penutupan Hari Pemuda Sedunia atau lebih dikenal dengan World Youth Day (WYD) ke 34 yang telah berlangsung pada 22-27 Januari 2019 di Panama, Amerika Tengah, Paus Fransiskus menyampaikan pesan untuk kaum muda yaitu :”Kamu Adalah Representasi Tuhan Saat Ini.” Paus Fransiskus mereferensikan Sinode Para Uskup tentang Pemuda yang membantu kita menyadari bahwa “kita saling membutuhkan,” bahwa kita harus mendorong impian kita dan bekerja untuk hari esok, dimulai sejak hari ini. “tidak besok tetapi sekarang,” katanya. (Lovett, 2019).

Di Keuskupan Agung Semarang, pendampingan iman disebut dengan

formatio iman. Formatio iman bagi orang muda akan memberikan pengaruh

positif bagi perkembangan iman mereka. Orang Muda Katolik (OMK) diharapkan mampu untuk mempertahankan imannya di tengah pilihan kehidupan dan mempertanggungjawabkannya di dalam kehidupannya sehari-hari. OMK diajak pula untuk ambil peran di dalam kehidupan menggereja serta yang lebih luas di masyarakat.

(16)

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis mengenai garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman OMK yang berada di Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten dirasa belum maksimal. Pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK perlu untuk disusun secara sistematis. Agar pelaksanaan pendampingan iman dapat menggapai apa yang dicita-citakan oleh OMK. OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton kurang menyadari bahwa mereka memiliki tanggungjawab akan kelanjutan kehidupan Gereja. Di sisi lain Gereja telah memberikan ruang dan memberi dukungan kepada OMK agar dapat mengalami kehadiran Allah melalui sabda-Nya dengan beberapa kegiatan, antara lain yaitu pendalaman Kitab Suci, rekoleksi, ambil bagian dalam pendampingan PIA dan PIR, kegiatan lingkungan, doa rosario, dan lain sebagainya.

Di sisi lain mereka merasa bosan ketika mengikuti kegiatan pendampingan iman, bahkan mereka kurang tertarik dengan kegiatan yang ada. Karena OMK dan pendamping kurang memperhatikan akan dibawa kemana pendampingan iman OMK tersebut. Hingga akhirnya OMK kurang memiliki semangat mengikuti berbagai macam kegiatan yang ada. Kegiatan pendalaman iman OMK yang dilaksanakan di Wilayah Santo Yusup Somokaton hanya dilaksanakan pada momen-momen tertentu, seperti halnya pada masa prapaskah, adven dan BKSN. Isi dari proses pendalaman iman tersebut sepenuhnya mengikuti dari buku panduan yang sudah ada, terkadang pelaksanaan pendalaman iman tersebut tidak dilaksanakan secara runtut dan pertemuan hanya dilaksanakan sekali saja.

(17)

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik di Wilayah Santo Yusup Somokaton telah dilaksanakan. Untuk itu penulis memberi judul “MENGGALI

DOKUMEN CHRISTUS VIVIT SEBAGAI DASAR UNTUK

PELAKSANAAN PENDAMPINGAN IMAN BAGI ORANG MUDA KATOLIK DI WILAYAH SANTO YUSUP SOMOKATON, PAROKI ROH KUDUS KEBONARUM, KLATEN.”

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK menurut Dokumen Christus Vivit?

2. Sejauh mana pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton?

3. Apa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK menurut Dokumen Christus Vivit.

(18)

2. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton.

3. Mengetahui masukan untuk meningkatkan pendampingan iman bagi OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton.

D. Manfaat Penulisan

Berdasarkan pemaparan di atas, manfaat yang dapat diambil yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Gereja

Penulisan ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran mengenai pelaksanaan pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik.

2. Bagi Orang Muda Katolik

Memberi masukan kepada OMK Wilayah Santo Yusup Somokaton untuk menyadari bahwa OMK perlu terlibat aktif dalam pendampingan iman.

3. Bagi Mahasiswa

Melatih penulis untuk berfikir secara kristis dan mampu menuangkan gagasan secara baik untuk memberikan masukan tentang garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik.

E. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskripsi analisis. Penulis mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dinyatakan (Sugiyono, 2012: 29) tentang pelaksanaan pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik di

(19)

Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten. Penulis melakukan analisis atas pelaksanaan pendampingan iman di Wilayah Santo Yusup Somokatob berdasarkan studi pustaka dan penelitian kualitatif.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul “Menggali Dokumen Christus Vivit sebagai Dasar untuk Pelaksanaan Pendampingan Iman bagi Orang Muda Katolik di Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten” ini terbagi menjadi lima bab. Bab I berupa pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II menguraikan tentang inspirasi dari Dokumen Christus Vivit bagi pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik yang meliputi : latar belakang dan garis besar Dokumen Christus Vivit, orang muda menurut Christus Vivit, visi dan tujuan pendampingan iman, bentuk-bentuk pendampingan iman OMK, materi pendampingan iman bagi OMK, serta peran keluarga, komunitas OMK dan Gereja dalam pendampingan iman bagi OMK

Bab III menguraikan penelitian tentang garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik di Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten yang meliputi : gambaran umum Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, metodologi penelitian, laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan penelitian.

(20)

Bab IV berisi tentang rekoleksi sebagai bentuk kegiatan dalam perumusan visi pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik di Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten yang meliputi : latar belakang pentingnya merumuskan visi pendampingan iman, rekoleksi untuk merumuskan visi pendampingan iman bagi OMK, petunjuk pelaksanaan rekoleksi, contoh matrik rekoleksi serta contoh satuan pertemuan rekoleksi. Sedangkan bab V merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.

(21)

BAB II

MENGGALI INSPIRASI DARI DOKUMEN CHRISTUS VIVIT UNTUK PENDAMPINGAN IMAN BAGI ORANG MUDA KATOLIK

A. Latar Belakang dan Garis Besar Dokumen Christus Vivit 1. Latar Belakang Dokumen Christus Vivit

Latar belakang dari Dokumen Chritus Vivit berawal dari hasil Sinode Para Uskup tentang orang muda, iman dan panggilan hidup yang dilaksanakan pada Oktober 2018 di Vatikan. Dokumen Christus Vivit dirumuskan oleh Paus Fransisikus berdasarkan hasil refleksi selama Sinode, di mana dokumen tersebut ditujukan untuk orang muda dan seluruh umat Allah. Berdasarkan DOKPEN KWI (2019) Paus Fransiskus menerbitkan Seruan Apostolik “Christus Vivit” yang sebelumnya telah ditandatangani pada tanggal 25 maret di The Holy House of Loreto. Tanggal yang dipilih tersebut bersamaan dengan peringatan perayaan Maria dipersembahkan kepada Allah. Sama seperti Maria, orang muda juga perlu untuk siap sedia menjawab panggilan Allah, serta selalu memiliki semangat seperti Maria.

Setelah proses Sinode tersebut masih ada pertemuan selanjutnya. Pertemuan International Youth Forum (IYF) ke-11 menjadi saksi atas pertemuan tersebut yang dilaksanakan di Roma dan diikuti oleh 200 orang muda serta perwakilan dari seluruh komunitas orang muda dari seluruh dunia (Hanggu, 2019). Pertemuan tersebut membahas tentang bagaimana mewujudkan dan membagikan pesan-pesan Paus Fransiskus yang dikemas dalam Dokumen

(22)

Christus Vivit kepada orang muda. Tentunya disampaikan dengan menyesuikan

kondisi orang muda saat ini.

Paus Fransisikus menyapa orang muda melalui dokumen tersebut seperti halnya sebuah surat cinta. Kalimat pembuka yang digunakan untuk menyapa orang muda yaitu “Kristus hidup dan ingn agar engkau hidup” (CV 1). Paus Fransiskus mengajak orang muda untuk bersemangat dalam menjalani kehidupan. Di dalam dokumen ini berisikan pesan-pesan, motivasi dan nasihat bagi orang muda untuk menciptakan suatu perubahan serta menjadi pemeran utamanya.

Gereja di dalam mendampingi orang muda berkontribusi untuk bermimpi dan menciptakan hal-hal baru (CV 100). Orang muda diajak untuk berani menciptakan suatu hal yang baru dengan ide-ide kreatif yang mereka miliki. Mereka bebas berkarya dengan kemampuan mereka, namun tetap dalam pendampingan. Setiap individu dari orang muda memiliki ciri khas masing-masing yang perlu untuk dihargai dan dihormati. Dari setiap pribadi itu juga, mereka dapat saling melengkapi diantara orang muda.

2. Garis Besar Dokumen Christus Vivit

Dokumen Christus Vivit ini terdiri dari 9 bab dan 299 paragraf yang isinya telah diilhami oleh kekayaan refleksi dan pembicaraan selama Sinode Para Uskup tentang Orang Muda. Departemen Dokumetasi dan Penerangan KWI (2019) membagi dokumen ini menjadi 3 bagian besar. Bagian pertama terdiri dari bab I dan bab II menguraikan tentang orang muda menurut Injil dan Yesus, Maria dan orang-orang kudus muda. Di saat Maria masih muda, Dia memiliki jiwa yang siap sedia dan berkata : “Aku ini hamba Tuhan” (Luk 1: 38). OMK dapat meneladani

(23)

sikap Maria yang selalu siap sedia dan bersemangat menerima dan menjalani perintah dari Allah. OMK perlu menjawab panggilan dari Allah untuk menjadi menjalankan tugas perutusan dari-Nya.

Bagian kedua terdiri dari bab III – VI Paus menyapa orang muda secara langsung dalam situasi mereka, tantangan dan harapannya sekarang ini. Paus Fransiskus menyampaikan bahwa orang muda merupakan pelaku utama dalam proses pembaruan, dan mereka adalah pemegang masa depan Gereja (CV 174). OMK sering menghadapi tantangan di dalam proses perkembangan imannya, tetapi mereka dapat keluar dan mencari solusi dari tantangan yang mereka hadapi. Gereja pun juga menaruh harapan besar kepada OMK, karena Gereja menyadari bahwa pelaku utama masa depan Gereja yaitu OMK.

Dan bagian ketiga terdiri dari bab VII - IX membahas tentang reksa pastoral bagi orang muda, panggilan orang muda dan penegasan panggilan mereka. Orang muda merupakan pelaku utama dari reksa pastoral yang tetap perlu untuk dibimbing dan didampingi, tetapi diberikan kebebasan untuk menemukan cara-cara baru (CV 203). Melalui reksa pastoral OMK, mereka akan didampingi di dalam proses perjalanan kehidupan iman mereka pada pertumbuhan kasih dalam persaudaraan. Dari perjalanan kehidupan iman tersebut, pada akhirnya OMK dapat menemukan jalan panggilan untuk memilih hidup berkeluarga atau membaktikan diri secara khusus.

(24)

B. Orang Muda Menurut Christus Vivit

Orang muda menurut Christus Vivit dipandang seperti Yesus Kristus yang selalu muda. Sinode menegaskan bahwa “masa muda adalah periode kehidupan

yang orisinal dan menggairahkan yang telah dihayati oleh Yesus sendiri, dengan

menguduskannya,” (CV 22). Orang muda memiliki semangat yang

berkobar-kobar dalam proses kehidupannya dengan ciri khas yang berbeda-beda dari setiap individu. Dengan semangat yang dimiliki tersebut, dapat digunakan oleh orang muda dalam proses perkembangan imannya.

Orang muda merupakan perpanjangan tangan dari Allah (CV 115). Mereka memiliki peran penting serta amat penting bagi Allah dalam perkembangan kehidupan menggereja. Mereka merupakan pelopor kebaruan dalam menggereja. Tentunya dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan jenjang usia mereka. Orang muda memiliki tugas untuk ikut mewartakan Kerajaan Allah di mana saja.

Orang muda dipanggil untuk menjadi saksi Injil di mana pun dengan cara hidup masing-masing (CV 175). Orang muda dapat memberikan kesaksian iman akan Yesus Kritus dengan cara mereka masing-masing. Mereka dapat mengembangkan bakat dan kreativitas yang dimiliki dalam pewartaannya. Serta mereka secara bebas menciptakan hal-hal yang baru.

Gereja memungkinkan jika orang muda untuk memberikan kontribusi kepada komunitas, dengan memiliki kepekaan baru serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru (CV 65). Gereja perlu untuk membuka diri bagi OMK dengan memberikan perhatian kepada mereka. Gereja bisa memberikan dukungan kepada

(25)

OMK pada saat mereka menciptakan hal-hal baru dalam pelaksanaan pendampingan iman. Orang muda harus dianggap sebagai “tanah yang kudus,”

pembawa benih-benih hidup yang di hadapannya harus “menanggalkan kasut”

agar dapat mendekati dan mendalami misteri. Gereja juga perlu untuk

menghargai serta mendampingi OMK.

Orang muda bukanlah objek, dalam realita masa muda tidak ada tetapi orang muda ada dengan kehidupan mereka yang konkret (CV 71). Dalam kehidupan saat ini, dengan berbagai macam kemajuan, berdampak pula pada kehidupan orang muda. Mereka memiliki berbagai macam tantangan, mengalami kekerasan dalam kehidupannya. Bahkan mereka menjadi korban dari tindak kejahatan lainnya untuk kepentingan suatu kelompok tertentu.

Banyak orang muda yang mudah terpengaruh oleh ideologi, diperalat dan digunakan sebagai kekuatan mengejutkan untuk merusak, mengintimidasi dan mengejek orang lain (CV 73). Hal itu menyebabkan beberapa hal buruk terjadi pada kaum muda, seperti halnya mereka mengalami krisis iman, menjadi individualis, merasa curiga dengan orang lain, dan lain sebagainya. Dari berbagai situasi tersebut, orang muda memerlukan dukungan serta pendampingan dalam proses penyembuhan.

Gereja menjadi salah satu sarana Allah dalam proses penyembuhan batin dan kedamaian hati atas keadaan orang muda (CV 83). Gereja perlu terbuka untuk berkomunikasi dengan orang muda, memberikan dukungan serta semangat. Gereja bisa melakukannya melalui berbagai pendekatan, misalnya dengan hal baru melalui media digital. Di mana orang muda lebih suka dan tertarik dengan

(26)

sosial media. Internet dan sosial media membentuk cara komunikasi baru, menstabilkan hubungan, dan menciptakan sebuah ruang publik di mana orang muda lebih banyak meluangkan waktu (CV 86). Penggunaan internet dan sosial media ini tentunya dalam kaitannya dengan pelaksanaan pendampingan iman, dan penggunaannya menuntut orang muda mampu beralih dari hubungan virtual menuju komunikasi yang baik.

C. Visi dan Tujuan Pendampingan Iman 1. Visi Pendampingan Iman

Setiap kelompok komunitas tentunya memiliki visi yang akan dicapai. Begitu pula dengan pendampingan iman, juga memiliki visi yang ingin dicapai pada masa yang akan datang atau masa depan. Pendampingan iman bagi OMK memiliki maksud membawa mereka untuk memiliki kehidupan yang lebih baik di masa depan yang penuh dengan cinta dan harapan.

Berdasarkan Dokumen Christus Vivit artikel 209, yang menjadi visi dari pendampingan iman OMK yaitu penjangkauan dan pertumbuhan. Penjangkauan tersebut memiliki maksud berupa ajakan dan panggilan yang menarik perhatian OMK terhadap pengalaman iman akan Tuhan melalui kegiatan-kegiatan yang disesuaikan dengan situasi mereka. Sedangkan pertumbuhan merupakan proses perkembangan iman OMK dari pengalaman iman tersebut dan dapat menghantarkan mereka sampai pada kedewasaan iman. Dari pengalaman iman itu pula, mereka diajak untuk mewartakannya ke semua orang tentang kabar sukacita Injil.

(27)

Seruan Apostolik Paus Fransiskus tentang Sukacita Injil “mengajak dan mendorong umat Kristiani untuk mengawali bab baru evangelisasi yang ditandai oleh sukacita…” (EG 1). Artinya suatu pewartaan bukan hanya sekedar menyebarluaskan Injil saja. Namun pewartaan dilihat sebagai suatu hal baru, sehingga Kabar Gembira dipenuhi dengan sukacita yang akan memenuhi semua orang. OMK dapat menciptakan hal-hal baru dalam pewartaan sehingga dapat dikemas dengan menarik. OMK akan menjadi pewarta di tengah-tengah komunitas mereka sendiri dan lebih luasnya ke semua umat dan masyarakat serta mengantar mereka pada kedewasaan iman.

Hal ini ditegaskan pula oleh Paus Yohanes Paulus II di dalam Dokumen

Catechesi Tradendae artikel 25, katekese sungguh diperlukan bagi proses

pendewasaan iman, dengan tujuan mendampingi umat untuk meraih kesatuan iman akan Allah, kedewasaan pribadi manusia dan tingkat pertumbuhan akan kepenuhan Kristus. Kedewasaan iman OMK ini sebagai wujud dari kemampuan mereka untuk mempertanggungjawabkan imannya. Mereka dengan berani menyatakan imannya di dalam kehidupannya sehari-hari.

Selain itu, Paus Fransiskus pada Dokumen Christus Vivit artikel 203 menyampaikan bahwa OMK merupakan pelaku utama reksa pastoral, yang bebas menemukan jalan baru namun tetap didampingi dan dibimbing. Orang muda saat ini sudah tidak tertarik dengan pertemuan-pertemuan rutin yang dilaksanakan dan dengan waktu yang tepat. Mereka lebih tertarik dengan kegiatan yang tidak banyak peraturan serta mereka mendapat ruang pada kegiatan-kegiatan yang diikuti.

(28)

Pendampingan iman OMK perlu membentuk sesuatu yang “berjalan bersama” yang mencakup “pengembangan karisma-karisma yang diberikan Roh menurut panggilan serta perannya melalui dinamika tanggungjawab (CV 206). Dengan cara pendamping mengajak untuk berjalan bersama mereka, maka mereka dapat belajar secara bersama-sama dengan berbagai keberagaman yang ada. Mereka juga dapat merefleksikan keberagaman tersebut serta menghantarkan mereka pada suatu hal yang baru.

2. Tujuan Pendampingan Iman

Tujuan merupakan penjabaran dari visi yang sudah dirumuskan, tujuan tersebut dirumuskan agar dapat mencapai suatu target atau keinginan. Berdasarkan dari arah pendampingan iman tersebut, tujuan dari pendampingan iman bagi OMK yaitu kemuridan, kedewasaan dan kekatolikan.

a. Kemuridan

Proses kemuridan terjadi ketika Yesus memanggil orang-orang untuk menjadi murid-Nya. Seorang murid yang setia akan selalu hidup bersama dan berkembang bersama dengan Yesus. Para murid di panggil oleh Yesus, dan mereka menjawab panggilan tersebut ditunjukkan dengan sikap kesetiaan mereka. Menjalani hidup sebagai murid-Nya bukan semata-mata karna usaha sendiri melainkan campur tangan dari-Nya juga. Seperti halnya Maria, Ia teladan unggul bagi Gereja yang muda, yang mau mengikuti Yesus dengan antusiasme dan kepatuhan (CV 43). Maria dengan penuh keyakinan menerima panggilan dari Allah sebagai murid-Nya, hal ini disampaikan oleh Maria “Aku ini adalah hamba

(29)

Tuhan” (Luk 1:38). Maria menjalani panggilan tersebut dengan penuh kesetiaan dan keberanian.

OMK menjadi rasul-rasul pertama dan secara langsung bagi kaum muda, dengan menjalankannya di kalangan mereka (Komkep KWI, 2014:45). OMK menjalankan tugas kemuridannya di tengah-tengah komunitas mereka. Mereka juga bisa mengajak OMK yang lain untuk menjawab panggilan Yesus untuk menjadi murid-Nya, sehingga jumlah mereka akan terus bertambah. Menjalani kehidupan menjadi murid Yesus memerlukan kerendahan hati untuk mau belajar dan berproses menjadi yang lebih baik. Hal ini ditegaskan di dalam buku

Formatio Iman Berjenjang (DKP KAS, 2014: 27) :

Kesadaran diri dipanggil oleh Yesus untuk berelasi dan tinggal bersama-Nya, belajar mengalami kehidupan-Nya sampai pada akhirnya hidupnya diperbarui menjadi tanda kehadiran Yesus yang mewartakan warta keselamatan.

Dalam menjalankan peran pewartaan, OMK perlu berkomitmen dan keteguhan hati sebagai murid Yesus. Dengan konsekwensi hidup mereka sama seperti dengan Yesus. Mereka siap untuk diutus menjalankan tugas pewartaan di mana dan kepada siapa saja hingga akhirnya terlaksana karya keselamatan Yesus. b. Kedewasaan

Sebagai orang Kristiani yang sudah lahir di dalam Kristus, sudah diangkat menjadi murid-Nya maka diharapkan untuk hidup di dalam Dia hingga akhirnya mencapai kedewasaan iman di dalam Dia. Mereka perlu dengan kesadaran untuk memelihara iman mereka agar terus bertumbuh hingga sampai pada kedewasaan iman tersebut. Serta perlu membuka hati untuk menjadi tanda kehadiran Kristus di tengah-tengah kehidupannya.

(30)

Bertumbuh artinya menjaga dan memelihara sesuatu yang paling berharga, tetapi juga terbuka untuk memurnikan yang tidak baik dan untuk menerima anugrah baru dari Allah yang memanggil dan mengembangkan (CV 161). Proses pendewasaan artinya proses pertumbuhan iman akan Yesus Kristus, dengan rendah hati membiarkan Allah berkarya di dalam dirinya. Ambil bagian di dalam kehidupan Kristus artinya ikut ambil bagian di dalam tugas perutusan yaitu mewartakan Kerajaan Allah.

Mewartakan Kerajaan Allah merupakan tugas perutusan bagi semua umat Allah. Khususnya OMK, mereka merupakan wajah Gereja masa kini dan masa yang akan datang. Mereka memiliki tanggungjawab atas keberlangsungan pewataan. Berdasarkan CV 203 :

Orang muda adalah pelaku utama dalam menjalankan peran pewartaan pelayanan orang muda, dan mereka perlu didampingi serta dibimbing, namun selalu bebas untuk menemukan jalan yang baru dengan kreativitas dan keberanian mereka.

Pelayanan pastoral untuk orang muda harus dilakukan dengan rendah hati, yaitu menggantikan sikap ketidakpercayaan dan apatisme terhadap orang muda dengan sikap kepercayaan dan pengharapan (Komkep KWI, 2014:46). Ciri khas OMK yaitu mencari wawasan yang luas, lebih berani, memimpikan hal-hal yang besar serta mampu memberikan kepada dirinya sendiri sesuatu yang lebih baik. OMK akan semakin semangat di dalam proses pendampingan iman untuk mencapai kedewasaan imannya jika mereka diberikan kepercayaan penuh untuk menciptakan sesuatu hal yang baru.

(31)

c. Kekatolikan

Tujuan dari kekatolikan bukan hanya sekedar tau dan percaya kepada Yesus, melainkan keyakinan iman akan Yesus dan tradisi Gereja yang menjadi inspirasi sebagai tuntunan cara hidup. Gereja berusaha membangkitkan dan mengukuhkan pengalaman-pengalaman besar yang menopang kehidupan Kristiani (CV 212). Pengalaman-pengalaman kehidupan iman OMK akan membantu mereka dalam memahami dan menghayati imannya serta dapat mempertanggungjawabkan.

Memahami kekatolikan bukan sekedar memahami sumber pengetahuannya saja tetapi penghayatan dan cara hidup (DKP KAS, 2014: 29). Melalui penghayatan cara hidup akan mengantarkan OMK kepada pengalaman kehidupan iman akan Yesus. Dan pada akhirnya mereka akan memberikan kesaksian imannya kepada semua orang tentang karya keselamatan Allah.

D. Bentuk-bentuk Pendampingan Iman OMK

Adapaun bentuk-bentuk kegiatan pendampingan iman OMK tersebut tidak lepas dari visi Paus Fransiskus dari CV 209, yaitu penjangkauan dan pertumbuhan.

1. Penjangkauan

Orang muda tentu memiliki banyak potensi dan ide kreatif dalam menemukan terobosan-terobosan baru yang menarik, tentunya didukung dengan semangat dalam diri mereka yang selalu berkobar-kobar. Mereka mampu mengorganisasi berbagi macam kegiatan dengan baik, seperti halnya ketika ada

(32)

festival. Selain itu mereka juga bisa mengembangkan potensi yang mereka miliki, misalnya melalui hobi, seni dan media digital.

Tentang pewartaan Injil, mereka juga mengetahui bagaimana caranya untuk mewartakan, khususnya di dalam komunitas mereka. Melalui audiovisual, multimedia dan media sosial maka semakin memudahkan orang muda dalam pendampingan iman, bisa menggunakan video, nyanyian, pesan, dan lain sebagainya (CV 210). Melalui media tersebut, akan membantu dan membuat mereka tertarik untuk mengikuti pendampingan iman.

Dengan maksud agar OMK dapat menemukan keberadaan untuk menebarkan benih di tanah baru yang subur, yaitu di dalam hati orang muda lainnya (CV 210). Sehingga OMK yang tertarik dalam pendampingan iman semakin banyak dan umat Allah semakin banyak pula. Menurut Dokumen Chritus Vivit pada bagian “garis-garis besar pelaksanaan,” maka bentuk pendampingan iman dapat melalui pembinaan rohani dan keterampilan.

a. Pembinaan Rohani

Pembinaan rohani untuk OMK dapat dilakukan melalui kegiatan retret (CV 210). Retret dapat dilaksanakan dengan tema misioner, terutama mengenai keterlibatan sosial dan perjuangan keadailan. Melalui kegiatan retret tersebut OMK dapat menemukan pengalaman imannya akan Yesus Kristus. Karena mereka memiliki banyak ide-ide kreatif, maka perlu dibimbing tetapi juga diberi kebebasan, agar mereka bersemangat dan dapat mencapai tujuannya.

Selain itu pendalaman doa dan pendalaman Kitab Suci juga perlu untuk dijalankan, melalui berbagai cara dan metode. Kitab Suci yang menjadi sumber

(33)

dan insipirasi dalam pendampingan iman (DKP KAS, 2018:57). Namun ada pula yang dapat menjadi sumber untuk pendampingan iman bagi OMK, yaitu dengan menggali sumber dari kesaksian hidup, lagu-lagu, saat adorasi, serta refleksi (CV 214).

b. Keterampilan

Berbagai kegiatan keterampilan memang disukai oleh OMK, karena sesuai dengan kondisi mereka, di mana mereka lebih suka membuat kreativitas dengan berbagai macam ide-ide mereka. Kegiatan keterampilan melalui dinamika kelompok yang sekaligus menempatkan diri sebagai pendampingan iman bagi OMK dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan outing di tengah alam, misalnya camping, jalan-jalan, hiking, dan kampanye lingkungan (CV 228). Melalui kegiatan tersebut, sekaligus mengajak OMK untuk dapat kontak langsung dengan alam sekitar yang ada di bumi ini. Mereka sekaligus dapat ikut ambil bagian menjaga dan melestarikan bumi juga yang menjadi tempat tinggal manusia.

Dinamika kelompok, hendak menuju pada proses yang dinamis dengan menggunakan metode tertentu, di dalam dinamika memiliki kekuatan, daya dan power (FX. Tri Mulyono, 2018:57). Mereka akan lebih bersemangat jika kelompok tersebut mendapatkan perhatian, dukungan serta fasilitas untuk mereka berkegiatan. Selain itu, mereka juga akan merasa nyaman berada di dalam komunitasnya.

(34)

2. Pertumbuhan

Proses pendampingan iman OMK perlu adanya pertumbuhan, artinya mereka mengalami perkembangan dari suatu proses pendewasaan iman yang telah menghidupi pengalaman mereka (CV 209). Pengalaman iman yang terjadi di dalam kehidupannya akan membawa mereka pada pertumbuhan akan kasih di dalam komunitas mereka. Sehingga kehidupan iman mereka dapat berkembang dan mereka mampu untuk mempertanggungjawabkannya.

Paus Fransiskus di dalam Dokumen Christus Vivit artikel 213 menyampaikan pesan sebagai berikut :

Program pembinaan apa pun, proses pertumbuhan apa pun untuk orang muda harus mencakup suatu pengajaran doktrinal dan moral. Sama pentingnya berpusat pada pendalaman kerygma, pengalaman mendasar perjumpaan dengan Allah melalui Yesus Kristus yang wafat dan bangkit. Serta pertumbuhan dalam kasih persaudaraan dalam hidup komunitas, dalam pelayanan.

Rasa persaudaraan di dalam komunitas OMK yang dilandasi dengan kasih atas dasar Allah merupakan hal pokok dalam proses pendampingan iman, agar pertumbuhan tersebut semakin dirasakan dan terjadi di dalam kehidupan setiap pribadi dari OMK. Rasa persaudaraan yang terjalin di dalam komunitas mereka tersebut akan membantu mereka dalam merefleksikan pengalaman iman mereka serta membantu dalam pertumbuhan iman.

Kegiatan yang dapat dilakukan dalam proses pertumbuhan bisa dilakukan dengan membentuk suatu komunitas bersama untuk membantu orang muda berkembang dalam persaudaraan (CV 215). Dalam komunitas persaudaraan tersebut bisa menjadi sarana bagi OMK untuk melayani sesama, bahkan menjadikan mereka lebih dekat dengan sesama yang KLMTD. Komunitas

(35)

persaudaraan tersebut dilandaskan oleh kasih Allah dan didasari oleh semangat injili.

Menurut CV 161, bertumbuh artinya menjaga dan memelihara hal-hal yang paling berharga, tetapi secara terbuka juga memurnikan yang tidak baik untuk menerima anugrah baru yang dapat mengembangkan. Terkadang OMK merasa minder dengan kekurangan-kekurangan yang mereka miliki, sehingga membuat mereka menutup diri akan pertumbuhan dan perkembangan iman. Untuk itu mereka perlu menyadari bahwa diri mereka berharga dan selalu dikasihi oleh Allah dengan apa yang dimiliki. Dengan seperti itu, mereka akan merasakan kehadiran Allah di dalam kehidupannya sebagai proses pertumbuhan imannya.

E. Materi Pendampingan Iman bagi OMK

Materi pendampingan iman yang diolah bersama OMK akan membantu mereka dalam mengembangkan penjangkauan dan pertumbuhan imannya. Materi tersebut mengenai pengetahuan hidup beriman, tradisi Katolik, moral Katolik, serta menjemaat dan memasyarakat.

1. Pengetahuan Hidup Beriman

Sejauh menyangkut pertumbuhan, Paus Fransiskus memperingatkan agar tidak menganjurkan kepada orang-orang muda yang disentuh oleh pengalaman mendalam tentang Allah “pertemuan-pertemuan yang membahas masalah

doktrinal dan moral… Akibatnya adalah banyak orang muda menjadi bosan,

mereka kehilangan semangat perjumpaan mereka dengan Kristus dan sukacita

(36)

keagamaan dan politik, seperti halnya mengenai tema perkawinan, keluarga, Gereja, masyarakat yang bersistem, dan lain sebagainya. Pemberian materi-materi dengan tema-tema tersebut akan mendukung tugas perutusan OMK di tengah-tengah masyarakat.

Setiap proyek pendidikan atau tahap pertumbuhan bagi orang-orang muda “tentu harus meliputi formasi dalam doktrin dan moralitas Kristen”, yang harus dipusatkan pada kerygma, “pengalaman mendasar perjumpaan dengan Allah

melalui kematian dan kebangkitan Yesus”, dan pada “pertumbuhan dalam kasih persaudaraan, hidup dan pelayanan komunitas,” (CV 213). Karena itu, “pelayanan orang-orang muda harus selalu mencakup kesempatan-kesempatan untuk memperbarui dan memperdalam pengalaman pribadi kita akan kasih Allah

dan Kristus yang hidup” (CV 215).

Pelayanan hendaknya membantu orang-orang muda “untuk hidup sebagai

saudara dan saudari, untuk saling membantu, untuk membangun komunitas, untuk melayani orang lain, untuk menjadi dekat dengan orang miskin” (215).

OMK dibantu untuk mengembangkan persaudaraan yang pada akhirnya membawa mereka kepada tumbuhnya sikap melayani sesama. Khususnya sesama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir, dan difabel.

2. Tradisi Katolik

Tradisi-tradisi Katolik di Gereja bukan hanya sekedar pengetahuan tentang praktik-praktik keagamaan melainkan pengalaman-pengalaman iman kristiani. Di dalam sabda Allah menganjurkan agar OMK tidak kehilangan hubungan dengan orang tua supaya dapat mengambil manfaat dari pengalaman mereka (CV 188).

(37)

Tentunya juga bukan semua diambil begitu saja, melainkan mengambil hal-hal baik dari apa yang telah mereka ajarkan. Dengan hal itu maka akan mendorong OMK untuk secara terbuka menerima ajaran dari orang tua serta menghargai mereka.

Pengalaman-pengalaman iman dari orang tua tersebut diterima, diwartakan, dirayakan dan diwariskan dari generasi ke generasi (DKP KAS, 2014: 33). OMK bersama dengan orang tua bekerjasama dan berjalan bersama di dalam tugas meneruskan dan mewariskan tradisi-tradisi Katolik ini. Sehingga generasi berikutnya tidak akan kehilangan warisan tersebut. Dengan adanya hubungan antar generasi maka dari setiap generasi akan mengambil ajaran dari pendahulunya dan pada gilirannya akan meninggalkan warisan kepada penerusnya, begitu selanjutnya (CV 191).

3. Moral Katolik

Moral Katolik merupakan suatu sikap dan tindakan yang berasal dari pengalaman-pengalaman iman. Sikap-sikap dari Yesus Kristus sendiri perlu untuk dikembangkan dalam proses pendampingan iman OMK. OMK perlu untuk didampingi agar mereka dapat melawan hal-hal yang negatif dan mampu mengkomunikasikan iman yang diberikan oleh Yesus (CV 176). Dengan hal itu, OMK dapat membedakan sikap dan tindakan yang benar atau salah sebagai bentuk pengembangan moral Katolik. Sehingga hidup mereka akan dibaharui untuk menjadi lebih baik.

Selain itu, menurut buku Direktorium Formatio Iman KAS artikel 70 (DKP KAS, 2018: 42) pembinaan moral Katolik adalah pembinaan yang

(38)

mengantarkan setiap orang kepada pertobatan dan perubahan sikap untuk mencapai cara hidup baru dengan semangat injili. Membangun cara hidup baru berarti cara baru di dalam sikap dan tindakan, baik secara pribadi atau di dalam komunitas. Mengembangkan cara hidup baru dapat dilakukan dengan mewartakan keadilan kepada orang-orang yang tertindas, sehingga semua orang itu sama dan tidak ada jurang pemisahnya.

4. Menjemaat dan Memasyarakat

Gereja mengajak OMK untuk mengembangkan sikap persaudaraan dengan sesama di dalam komunitasnya dan masyarakat dengan penuh cinta kasih. Allah mencintai kegembiraan OMK dan mengajak mereka untuk menghidupi sukacita itu di dalam persekutuan persaudaraan, hingga akhirnya mereka membagikannya kepada orang lain (CV 167). Sama seperti halnya dari yang diajarkan oleh Allah tentang hukum kasih, di mana diperintahkan untuk mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri.

Gereja menawarkan berbagai ruang kepada OMK untuk menghidupi iman mereka di dalam kehidupan bermasyarakat, karena jika dilakukan dengan bersama-sama maka segala sesuatunya akan mudah (CV 164). Saling bekerjasama satu dengan yang lainnya, saling terbuka serta menumbuhkan sikap kepedulian dengan sesama terlebih kepada kaum KLMTD (Kecil Lemah Miskin Tersingkir dan Difabel) yang didasari dengan semangat injili. OMK dapat mengambil langkah dengan berbagi kepada sesama yang kekurangan dengan program kegiatan sosial. Sehingg mereka dapat menemukan nilai-nilai persaudaraan akan Yesus Kristus.

(39)

F. Peran Keluarga, Komunitas OMK dan Gereja dalam Pendampingan Iman bagi OMK

1. Keluarga

Keluarga yaitu kedua orang tua yang merupakan pihak pertama yang bertanggungjawab atas pendampingan iman OMK. Keluarga perlu mengalami keterbukaan dan kasih yang murah hati, peneguhan dan pertumbuhan satu dengan yang lainnya (CV 216). Keluarga merupakan rumah yang akan membangun serta mendampingi iman anak-anaknya. Di dalam keluarga, orang tua mendampingi perjalanan kehidupan iman anak-anaknya sampai mereka menemukan jalan panggilan bagi hidupnya.

Pendampingan iman oleh orang tua diberikan kepada anggota keluarga agar saling membantu dalam perkembangan iman melalui kesaksisan hidup menurut Injil yang terjadi di kehidupan sehari-hari (CT 68). Melalui peristiwa-peristiwa penting di dalam keluarga akan lebih menyentuh hati sehingga rasa cinta kasih di dalam keluarga tersebut akan semakin dirasakan. Orang tua dan anak-anak bisa saling bekerja sama dalam memperkembangan iman mereka di dalam keluarga.

Menurut CV 242, pelayanan pastoral orang muda dan reksa pastoral keluarga senantiasa berlangsung alamiah agar bisa mendampingi proses panggilan dengan tepat. Seorang anak akan lebih bersemangat dan yakin untuk menetapkan panggilan hidupnya ketika mendapatkan dukungan dan motivasi dari kedua orang tuanya. Orang tua memiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan iman anak-anaknya.

(40)

2. Komunitas OMK

Pada situasi saat ini banyak OMK yang mengalami berbagai tantangan, mereka akan mencari tempat di mana mereka dapat merasa nyaman, diterima, dihargai dan mendapatkan dukungan. Maka dari itu, komunitas OMK perlu mengembangkan dan meningkatkan relasi persaudaraan yang dilandasi dengan cinta kasih. Sehingga teman-teman OMK yang sedang menghadapi tantangan kehidupan mereka mendapat tempat yang memadai. Di mana mereka dapat secara bebas datang dan pergi untuk berkumpul dengan teman-temannya.

Komunitas OMK hendaknya memberikan kesempatan untuk bisa terbuka dalam kasih yang murah hati, peneguhan dan pertumbuhan (CV 216). Walaupun OMK diberikan kebebasan untuk berekspresi di dalam komunitas tersebut, namun mereka tetap perlu untuk dibimbing dan didampingi. Dengan tujuan agar OMK dapat mengalami perjumpaan dan persaudaraan, mengembangkan bakat yang mereka miliki, bahkan mereka dapat berdoa dan berefleksi.

Komunitas OMK bisa menjadi saluran-saluran di mana mereka merasa bahwa dimungkinkan untuk memupuk relasi-relasi yang berharga (CV 219). Di dalam komunitasnya OMK bisa lebih terbuka dalam iman dengan teman-temannya, bersukacita, dan secara bebas bersaudara di dalam kesatuan Yesus Kristus. OMK mampu membimbing OMK yang lain dalam menghidupi imannya di antara persaudaraan mereka.

Menurut buku Direktorium Formatio Iman art.147 (DKP KAS, 2018: 78), komunitas OMK menjadi tempat yang strategis dan efektif untuk pendampingan iman secara khusus dalam kehidupan sosial-bermasyarakat. Di dalam komunitas

(41)

tersebut, OMK dapat saling berkomunikasi antar OMK, terlebih mereka dapat saling membagikan pengalaman kehidupan iman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka secara bersama-sama dapat menghadirkan dan mewartakan karya Kerajaan Allah di tengah masyarakat.

3. Gereja

Menurut Paus Fransiskus, Christus Vivit berisi tentang ajakan bagi orang muda dan seluruh umat Allah untuk membarui pelayanan bagi orang muda. Gereja merupakan semua umat yang ada di dalamnya, mereka ambil bagian dalam proses pendampingan iman umat sesuai dengan cara mereka masing-masing. Gereja memiliki komitmen untuk mendampingi OMK dalam berproses, tanpa menghilangkan ciri-ciri paling berharga dari identitas mereka (CV 185). OMK memiliki ciri khas yang perlu untuk dihormati dan dihargai, sebagai jalan untuk mereka membuat suatu perubahan-perubahan dengan ide kreatif dan bakat mereka. Mereka perlu untuk diberikan ruang untuk dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan menggereja.

Semua kegiatan dan tindakan pendampingan iman akan mengantarkan OMK kepada pengalaman iman akan Yesus Kristus. Semakin banyak yang terlibat dalam pendampingan iman maka akan semakin terawat dan berkembangnya iman OMK. Di dalam buku Formatio Iman Berjenjang (DKP KAS, 2014: 62), para Dewan Paroki, stasi, wilayah, dan lingkungan ikut berperan dalam pendampingan iman dengan membagikan kesaksian iman yang turut meneguhkan iman OMK.

(42)

Namun perlu disadari bahwa yang terlibat dalam pendampingan bukan saja para imam dan biarawan-biarawati, tetapi juga perlu diberdayakan untuk para awam (CV 246). Peran pendamping yang secara sukarela dengan tulus hati dan memiliki ketekunan maka akan membantu dalam perkembangan iman OMK. Keberhasilan dari pendampingan iman bagi OMK akan menentukan keberlangsungan kehidupan Gereja pula.

OMK memang perlu diberikan kebebasan dalam mengembangkan iman mereka, akan tetapi perlu juga untuk didampingi. Menurut CV 246, orang muda memerlukan sosok pendamping yang memiliki beberapa kualitas :

Seorang Kristiani yang setia, terlibat pada Gereja dan dunia; terus-menerus mencari kekudusan; seorang yang mempercayai bukan menghakini; mendengarkan secara aktif kebutuhan-kebutuhan orang muda dan memberi jawaban yang tepat; penuh kasih dan sadar diri; mengenali keterbatasan-keterbatasan dirinya dan memahami suka dan duka hidup rohani.

Pendamping perlu menyadari bahwa mereka merupakan manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan, akan tetapi pendosa yang diampuni. Mereka hendaknya berjalan bersama secara beriringan dengan OMK, sehingga OMK dapat terlibat aktif. Pendamping tidak menggurui atau menuntun OMK seolah-olah mereka pasif. Mereka hendaknya menghargai dan menghormati kebebasan dari OMK sebagai proses perjalanan rohani mereka. Seorang pendamping perlu yakin akan kemampuan OMK dalam berperan serta di Gereja.

Peran pendamping bukan dan tidak boleh diserahkan hanya kepada para imam dan biarawan-biarawati, namun pada awam juga hendaknya diberdayakan untuk mengambil peran itu (CV 246). Para awam yang dengan sukarela mendampingi yang ada di dalam Gereja akan membantu OMK untuk dibina dan

(43)

membantu mereka merangkul sesamanya. Tanpa ada jurang pemisah diantara mereka. Garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK dalam

Chritus Vivit menjadi dasar yang utama. Karena idealnya dalam pelaksanaan

pendampingan iman tersebut terdapat visi, tujuan, bentuk-bentuk pendampingan iman, materi, serta peran-peran yang mendukung proses pelaksanaan pendampingan iman.

(44)

BAB III

PENELITIAN TENTANG GARIS-GARIS BESAR PELAKSANAAN PENDAMPINGAN IMAN BAGI ORANG MUDA KATOLIK DI WILAYAH SANTO YUSUP SOMOKATON, PAROKI ROH KUDUS

KEBONARUM, KLATEN

Pada bab II telah dipaparkan isi pokok Dokumen Christus Vivit dalam pelaksanaan pendampingan iman bagi orang muda. Dokumen Christus Vivit berisi tentang ajakan untuk memperbarui pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK. Pada bab III ini secara khusus untuk mengetahui pendampingan iman bagi OMK yang sudah ada di Wilayah Santo Yusup Somokaton.

Bab III ini terdiri terdiri dari lima bagian. Bagian pertama tentang gambaran umum Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten. Bagian kedua tentang metodologi penelitian. Bagian ketiga mengenai laporan hasil penelitian tentang garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik di Wilayah Santo Yusup Somokaton. Bagian keempat mengenai pembahasan hasil penelitian tentang garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi Orang Muda Katolik di Wilayah Santo Yusup Somokaton. Dan bagian kelima tentang kesimpulan penelitian.

(45)

A. Gambaran Umum Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kduus Kebonarum, Klaten

Paroki Roh Kudus Kebonarum merupakan salah satu paroki yang berada di Kevikepan Surakarta, Keuskupan Agung Semarang. Paroki ini tertelak di sebelah utara Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun, sebelah timur Paroki Santa Maria Marganingsih Kalasan, sebelah selatan Paroki Santa Perawan Maria Boyolali dan sebelah barat Paroki Maria Assumpta Klaten. Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten beralamat di Dawe, Pluneng, Kebonarum, Klaten.

Paroki Roh Kudus Kebonarum memiliki 9 wilayah. Salah satunya yaitu Wilayah Santo Yusup Somokaton yang berada di tengah dari Paroki Roh Kudus Kebonarum. Wilayah Santo Yusup Somokaton beralamat di Desa Gereh, Kadilajo, Karangnongko, Klaten. Perbatasan Wilayah Santo Yusup Somokaton, bagian utara berbatasan dengan Wilayah Santo Petrus dan Paulus Deles, bagian timur berbatasan dengan Wilayah Ngrundul, bagian selatan berbatasan dengan Wilayah Nglarang. Dan bagian barat berbatasan dengan Paroki Santa Maria Marganingsih Kalasan.

1. Sejarah Singkat Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten

Berdasarkan buku sejarah Gereja Wilayah Santo Yusup Somokaton yang dibuat pada peringatan ulang tahun ke-50 tahun 2018 yang ditulis oleh tim refleksi panitia ulang tahun. Menurut tim refleksi (2018:1), perkembangan Gereja di Wilayah Somokaton tidak lepas dari Paroki Maria Assumpta Klaten. Berawal pada tahun 1909 dengan kedatangan Imam dari Belanda yaitu Romo Van Lith,

(46)

setelah kedatangan tersebut umat Katolik semakin banyak, sehingga disusul oleh para Imam yang lainnya. Lalu pada peringatan 25 tahun Gedung Gereja Maria Assumpta dan 70 tahun Paroki Klaten yaitu pada tanggal 15 Agustus 1993 menyampaikan jika jumlah umat di Paroki Maria Assumpta semakin banyak. Sehingga mendorong berkembangnya gereja secara swadaya, salah satunya yaitu Gereja katolik di Somokaton.

Gereja Wilayah Somokaton merupakan pemekaran dari Gereja Maria Assumpta Klaten yang dibangun kurang lebih pada tahun 1948. Jumlah umat Katolik di Wilayah Somokaton menurut buku ulang tahun Gereja Maria Assumpta ke-70 pada tahun 1993 yaitu sebanyak 398 orang, yang terdiri dari 198 perempuan dan 187 laki-laki (Tim refleksi, 2018:1). Perkembangan jumlah umat ini berkat kerjasama para pamong umat di Wilayah Somokaton.

Karena pembangunan Gereja yang secara swadaya tersebut masih dalam proses pembangunan, maka para pamong umat menetapkan untuk keperluan ibadat berada di salah satu rumah umat, yaitu berada di rumah Bapak Y. Suharto Hardihardjono (Tim refleksi, 2018:2). Keputusan itu diambil karena jarak dari Wilayah Somokaton sampai Gereja Maria Assumpta cukup jauh dan karena sebagian umat merupakan orang tua serta anak-anak.

Pembangunan Gereja Wilayah Somokaton tersebut berasal dari pemberian salah satu umat Katolik, yang awalnya akan didirikan Pure untuk tempat peribatan umat Hindu. Kemudian atas persetujuan rakyat, tanah tersebut ditukar tanah OG bekas loji rumah sinder Belanda dengan luas 840 m2 yang berstatus tanah hak milik Yayasan Papa Miskin. Dengan adanya dukungan dari beberapa pihak

(47)

terkait, umat membentuk panitia pembangunan Gereja. Pada tanggal 17 November 1968 sebagai awal berdirinya Gereja Wilayah Somokaton dengan menggunakan pelindung Santo Yusup telah diberkati oleh Bapa Kardinal Justinus Darmojuwana, Pr (Tim refleksi, 2018:2).

Pada waktu itu, Perayaan Ekaristi dilaksanakan setiap minggu pertama dan ketiga, serta pada saat hari raya besar. Lalu untuk minggu kedua, keempat dan kelima dilaksanakan ibadat sabda yang dipimpin oleh para prodiakon. Pada saat itu pula, Wilayah Somokaton dibagi menjadi 3 lingkungan : yaitu Lingkungan Matius, Lingkungan Markus dan Lingkungan Lukas. Seiring perkembangan jaman dan bertambahnya jumlah umat perayaan Ekaristi dilaksanakan setiap hari Minggu pagi. Dan pada tahun 2014 ada pemekaran lingkungan atas dasar jumlah umat yang banyak, dengan dibagi menjadi 4 lingkungan : yaitu Lingkungan Matius, Lingkungan Markus, Lingkungan Lukas, dan Lingkungan Yohanes. 2. Kegiatan-kegiatan Pendampingan Iman bagi Umat di Wilayah Santo

Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum

Kegiatan-kegiatan pendampingan iman bagi seluruh umat di Wilayah Santo Yusup Somokaton yang secara rutin dilaksanakan yaitu doa lingkungan dengan jadwal yang berbeda-beda dari setiap lingkungan yang dipimpin oleh prodiakon, pendalaman Kitab Suci pada saat masa Adven, Prapaskah dan Bulan Kitab Suci, rekoleksi atau retret, dan devosi kepada Santa Maria serta Hati Kudus Tuhan Yesus. Selain itu, ada pula pendampingan iman yang sesuai dengan jenjang usia, dan pendampingan persiapan penerimaan sakramen yang dilakukan secara mandiri oleh para katekis wilayah. Dengan tujuan agar seluruh umat Wilayah

(48)

Santo Yusup Somokaton mendapatkan pendampingan iman secara baik dan dapat menghantarkan umat kepada kedewasaan iman.

Pelaksanaan pendampingan iman bagi seluruh umat di Wilayah Santo Yusup Somokaton telah berjalan dengan baik. Seluruh umat terlibat di dalam kegiatan pendampingan iman. Mereka berpartisipasi dengan melibatkan diri di dalam kegiatan tersebut, baik sebagai petugas dan peserta atau umat dalam pendampingan iman. Pelaksanaan pendampingan iman tersebut terlaksana sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.

B. Metodologi Penelitian

Pada bagian ini penulis menguraikan beberapa hal yang terkait metodologu penelitian tentang pendampingan iman bagi OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten. Di dalam bagian metodologi penelitian ini akan dipaparkan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jenis penelitian, metode penelitian, tehnik pengumpulan data, analisis data, tempat dan waktu penelitian, teknik pengambilan sampel, fokus penelitian, dan instrumen penelitian.

1. Permasalahan Penelitian

a. Bagaimana garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton telah dilaksanakan?

b. Apa harapan OMK untuk meningkatkan pendampingan iman bagi OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton?

(49)

2. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui bagaimana garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton telah dilaksanakan.

b. Mengetahui harapan-harapan OMK untuk meningkatkan pendampingan iman OMK di Wilayah Santo Yusup Somokaton.

3. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi OMK dan pengurus Gereja di Wilayah Santo Yusup Somokaton mengenai garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman.

b. Membantu OMK dan pengurus Gereja Wilayah Santo Yusup Somokaton untuk menyadari bahwa OMK merupakan pelaku utama dari pelaksanaan pendampingan iman.

c. Memberikan masukan kepada OMK Wilayah Somokaton jika mereka merupakan masa kini dan masa depan Gereja.

4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, karena datanya berupa data yang dianalisis secara deskriptif yang berasal dari wawancara, catatan pengamatan atau penelaah dokumen (Moleong, 2012: 9). Pada penelitian ini penulis melakukan wawancara dan pengamatan untuk mengetahui bagaimana garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman bagi OMK.

(50)

5. Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Sugiyono dalam buku memahami penelitian kualitatif (2010:1), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah (natural setting). Analisis data bersifat induktif/kualitatif, data yang terkumpul berupa kata-kata dan gambar, bukan angka-angka (Moleong, 2012:11). Dilakukan dengan menganalisis data dari hasil wawancara dengan para informan yaitu OMK, pengurus gereja dan Romo Paroki di Wilayah Santo Yusup Somokaton.

6. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu dengan wawancara terstruktur dan studi terhadap dokumen-dokumen di Wilayah Santo Yusup Somokaton. Dengan wawancara terstruktur ini penulis sudah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan yang sama dan jawaban dicatat oleh penulis. Pada proses wawancara terstruktur selain membawa instrument sebagai pedoman wawancara, penulis juga menggunakan alat bantu

handphone (HP) agat dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar

(Sugiyono, 2012:73).

Sedangkan studi dokumen, dilakukan dengan mengkaji dokumen-dokumen OMK yang ada di Wilayah Santo Yusup Somokaton. Dokumen yang dikaji secara khusus yakni program kerja OMK bersama dengan Pengurus Wilayah Santo Yusup Somokaton tahun 2019.

(51)

7. Analisis Data

Dalam buku metodologi penelitian kualitatif Moleong (2012:248), analisis data kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah

Upaya yang dilakukan dengan jalan berkerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Selain itu untuk uji kredibilitas data dalam penelitian kualitatif, penulis memilih triangulasi sumber. Menurut Sugiyono (2012: 127), triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang didapatkan berasal dari tiga sumber, yaitu OMK, pengurus Gereja dan Romo Paroki.

8. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Santo Yusup Somokaton, Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten. Wilayah ini dipilih karena berdasarkan pertimbangan : pertama, penulis ingin melihat kembali garis-garis besar pelaksanaan pendampingan iman OMK dari pengalaman OMK. Kedua, penulis menyadari bahwa OMK merupakan masa kini Allah dan pentingnya keterlibatan OMK dalam perkembangan kehidupan Gereja.

b. Waktu Penelitian

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Wawancara
Tabel 2. Visi Pendampingan Iman
Tabel 3. Tujuan Pendampingan Iman
Tabel 5. Keterlibatan OMK dalam Kegiatan Pendampingan Iman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian keseluruhan menunjukkan data rata-rata/mean sebesar 88,077 yang masuk ke dalam kriteria Sangat Baik, dengan frekuensi 48 orang mahasiswa dengan persentase

Segala puji dan syukur saya haturkan kepada Allah Tritunggal Maha kasih yang telah menyelenggarakan segala berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

Teknik ini dapat memberikan klasifikasi pada data baru dengan memanipulasi data yang ada yang telah diklasifikasi dan dengan menggunakan hasilnya untuk memberikan

Pembaptisan dapat dilaksanakan secara lancar dan sah apabila pelaksanaan dilaksanakan oleh beberapa orang yang memiliki peranan penting dalam pembaptisan. 3)

Penulis merasa prihatin melihat sebagian mahasiswa (khususnya mahasiswa awam) di prodi PAK yang kurang mendalami panggilannya sebagai katekis. Penulis melihat ada

Selain itu katekese Analisis Sosial ini juga mampu meningkatkan rasa keprihatinan umat kepada orang-orang yang miskin, selain itu juga katekese analisis ini, saya rasa dapat

Uraian Pernyataan spiritual dalam hidup saya Pembinaan Mental Rohani Katolik mempertinggi moral dan akhlak yang luhur Pembinaan Mental Rohani Katolik bermakna bagi hubungan

Visi dan misi menjadi arah dan pedoman bagi suatu lembaga dalam menjalankan program yang akan dilaksanakan di dalam lembaga tersebut.. misi LKSA selalu mengalami