• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EKARISTI DAN PERKEMBANGAN HIDUP ROHAN

B. Sejarah Ekaristi

2. Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK)

Kamus Teologi menjelaskan Ekaristi sebagai berikut; Eucharist (Yun. “Syukur”). Kata yang dipakai untuk menyebut seluruh upacara misa, khususnya bagian kedua (sesudah perayaan sabda) yang mencapai puncaknya pada konsekrasi roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dan berakhir dengan komuni. Ekaristi juga menunjukkan kehadiran nyata Kristus dalam roti dan anggur. Ekaristi yang diadakan oleh kristus pada perjamuan terakhir, adalah yang paling agung diantara sakramen-sakramen yang lain dan merupakan pusat hidup Gereja (Collins, 1996 ; 643). Dan Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani” ( Lumen Gentium, konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, art 11 ) dan dalam Ekaristi suci tercakuplah seluruh kekayaan Rohani Gereja, yakni Kristus sendiri, Paskah kita (Presbyterorum Ordinis, Dekrit Konsili Vatikan II tentang kehidupan Para Iman/ PO 5). bdk KGK (Katekismus Gereja Katolik), art 1324

Paus Yohanes Paulus II menjelaskan dalan Dokumen Ecclesia de Eucharistia (EE, art 10) bahwa “Ekaristi sebagai sumber kehadiran Kristus dalam persekutuan umat beriman dan menjadi santapan rohaninya adalah milik Gereja yang paling berharga dalam perjiarahannya sepanjang sejarah. Ini juga merupakan ungkapan komitmennya yang hidup terhadap misteri Ekaristi.

Ekaristi merupakan perayaan sakramen yang mempersatukan (Sutrisnaatmaka,2012:15). Maksudnya adalah Ekaristi menjadi sarana pemersatu karena dengan perayaan Ekaristi, umat beriman Kristiani berkumpul bersama untuk mendengarkan sabda Allah kemudian menghayati dalam kehidupan sehari- hari.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sakramen Ekaristi adalah sebuah perayaan syukur dan sumber serta puncak seluruh kehidupan umat Kristiani. Sakramen Ekaristi adalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang telah terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salibNya. Di dalam Ekaristi kita mengenangkan penderitaan Yesus sebelum menyerahkan diri pada kayu salib untuk keselamatan seluruh umat beriman. Selain itu juga dalam perayaan Ekaristi kita berdoa memohon kehadiran Roh Kudus dalam perjamuan Ekaristi supaya memberkati Roti dan Anggur yang disantap bersama, agar menjadi santapan Rohani. Kita juga percaya Roh Kudus yang menjadikan karya keselamatan Allah terwujud di dalam dunia. Dan hal yang terpenting dalam perayaan Ekaristi ialah kita diajak untuk menghayati seluruh karya keselamatan Allah dengan cara ikut ambil bagian di dalamnya.

B. Sejarah Ekaristi

Ekaristi sebagai sumber pusat dan puncak kehidupan Gereja mempunyai latar belakang yang kuat dalam Perjanjian Lama, terutama dalam tradisi Yahudi sekitar Paskah. Sejumlah istilah yang dikenakan di dalam perayaan Ekaristi mempunyai akarnya di dalam tradisi bangsa Israel, yang dapat dilihat dalam Perjanjian Lama dan akar Ekaristi tadi disempurnakan di dalam Perjanjian Baru.

1. Dasar Sakramen Ekaristi

a. Paskah Yahudi Sebagai Kenangan akan Pembebasan dari Mesir (Eksodus)

Setiap bangsa mempunyai kenangan akan peristiwa yang menentukan perjalanan hidup bersama. Bagi bangsa Israel, kenangan yang tak dapat dilupakan adalah peristiwa pembebasan dari Mesir. Peristiwa pembebasan dari Mesir yang tertulis dalam Kitab Keluaran menjadi sangat penting karena diikuti oleh penggambaran di padang Gurun dan pembentukan bangsa Israel sebagai umat Allah dalam ikatan perjanjian (Prasetyantha, 2008 : 19).

Kenangan akan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir dirayakan setiap tahun pada perayaan Paskah yang jatuh pada musim semi, yaitu pada tanggal 14 bulan Nisan (sekitar Bulan Maret - April). Adapun acara pokok dalam perayaan Paskah adalah pembersihan dan pembakaran semua ragi yang dilakukan pada pagi hari tanggal 14 bulan Nisan, dan penyembelihan binatang

kurban yang dilakukan di Bait Allah. Dan setelahnya diadakan perjamuan paskah yang diadakan secara berkelompok (Prasetyantha, 2008: 22).

Perayaan Ekaristi Gereja berakar pada tradisi perjamuan makan (Paskah) Yahudi. Adapun Inti pokok tradisi perjamuan makan Yahudi adalah doa sebelum perjamuan yang berisi doa syukur atas Roti, perjamuan makan, lalu doa sesudah perjamuan yang berisi doa syukur atas piala (Martasudjita, 2005: 273)

b. Perkembangan Perayaan Paskah dan Roti Tak Beragi

Hari raya Paskah dan Roti Tak beragi memiliki sejarah yang sangat panjang. Secara kronologis, umat Israel menempatkan titik awal terjadinya pada peristiwa keluaran dari Mesir. Hari Raya Paskah dan Roti Tak Beragi bersama- sama diberi nama perayaan Paskah. Perayaaan Paskah mempunyai akarnya pada tradisi para gembala, sedangkan perayaan Roti Tak Beragi pada mulanya berakar pada perayaan di lingkungan para petani (Prasetyantha, 2008: 22). Bangsa Israel menyatukan kedua perayaan itu dan memberi makna teologis yang khas bangsa Israel.

c. Perjamuan Paskah Yahudi di Zaman Yesus

Pada Zaman Yesus, Perayaan Paskah tetap menjadi perayaan keagamaan Yahudi yang utama. Seperti sudah disebut di atas, Paskah dilaksanakan pada tanggal 14 bulan Nisan. Pada pagi hari, umat mengumpulkan semua ragi, membawanya ke Bait Allah untuk dibakar bersama-sama oleh para imam. Dan

pada sore hari dilaksanakan penyembelihan kambing dan domba yang dilakukan di Bait Allah, dan setelah matahari terbenam dimulailah perjamuan Paskah yang dilaksanakan di dalam keluarga atau di dalam kelompok, dengan cara mengelilingi meja perjamuan Paskah dengan jumlah paling sedikit sepuluh orang. Namun jika di dalam satu keluarga tidak memenuhi jumlah minimal tersebut, mereka dapat mengundang keluarga lain untuk bergabung. Adapun tujuannya yaitu agar anak domba Paskah dapat disantap sampai habis, tanpa sisa. Sesuai dengan peraturan, seluruh daging kurban harus habis, dimakan dan tulang-tulangnya dibakar. Adapun peserta perjamuan biasanya memakai pakaian putih, menyantap makanan dengan setengah berbaring, mengitari meja perjamuan yang berurkuran rendah (Prasetyantha, 2008:25).

Inilah kurang lebih gambaran dari perjamuan Paskah Yahudi di zaman Yesus. Di dalam perjanjian lama peraturan tentang perjamuan paskah ini dapat kita temukan pada Kel 12:1-13:6. Macam-macam makanan yang disantap di dalam perjamuan Paskah mempunyai maknanya masing-masing. Semuanya dikaitkan dengan peristiwa keluaran dari Mesir (Eksodus). Anak domba Paskah dipakai sebagai kenangan akan belas kasih Allah yang telah “ melewati” rumah- rumah nenek moyang Israel di tanah Mesir dan tidak membinasakan anak-anak suluh mereka (Kel 12:27). Adapun beberapa lambang yang digunakan dalam paskah yang dapat dilihat antara lain; sayur pahit melambangkan kondisi perbudakan yang membawa kepahitan hidup bangsa Israel karena bangsa Mesir (Kel 1;14) sedangkan Roti tak Beragi melambangkan penderitaan di masa lalu

dan dikaitkan dengan situasi yang tergesa - gesa ketika bangsa Israel hendak meninggalkan Mesir (Prasetyantha, 2008: 28).

d. Perjamuan Malam Terakhir Yesus

Hari Kustono, Pr, dalam tulisannya yang terdapat di buku Prasetyantha 2008:29, mengatakan bahwa awal berkembangnya jemaat Kristiani,

perjamuan Tuhan sudah menjadi salah satu faktor utama yang meneguhkan ikatan persaudaraan antar anggota jemaat dan antar komunitas Gerejani. Selain itu perjamuan Tuhan menjadi sarana utama untuk menyatukan umat dengan Kristus sang penebus. Perjamuan malam terakhir Yesus dengan para Rasul dikisahkan dalam injil Sinopttik. Kisah tentang perjamuan malam terakhir dimulai dengan pertanyaan para rasul kepada Yesus mengenai tempat untuk mengadakan perjamuan Paskah bagi mereka. Dan dari jawaban Yesus dapat kita duga bahwa tampakya Dia sudah merencanakan hal itu dan sudah menghubungi salah seorang yang bersedia menyediakan tempat bagi mereka di dalam kota (Mat 26: 18)

e. Ekaristi menurut Pandangan Bapa – bapa Gereja

Santo Ignatius dari Antiokhia, ketika menulis sirat kepada umat Philadelpia mengatakan:” berusahalah kalian untuk merayakan satu Ekaristi, karena ini hanyalah tubuh Tuhan Kita Yesus Kristus dan hanya satu piala untuk persatuan dengan darah-Nya dan hanya satu Altar”(Martasudjita, 2005:249). Selain itu juga Santo Ignatius mengajarkan roti Ekaristi sebagai tubuh Tuhan

sendiri, yakni Yesus Kristus yang telah mempersembahkan diri dalam Roti dan anggur Ekaristi.

Santo Yustinus Martir (sekitar tahun 165) memandang Ekaristi sebagai suatu ibadah atau liturgi Kristiani. Bagi Yustinus Ekaristi adalah Kurban Rohani Sebab Ekaristi merupakan doa yang benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi sebagai pujian Syukur merupakan jurban kepada Allah, kenangan akan penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan. Yustinus yakin bahwa

santapan Ekaristi adalah tubuh dan darah Yesus Kristus sendiri (Martasudjita, 2005: 250).

Menurut santo Ireneus Lyon (sekitar tahun 202), Ekaristi pertama-tama adalah kurban pujian syukur. Dalam Ekaristi diungkapkan pujian syukur atas penciptaan, dan atas penebusan Yesus Kristus. Adapun tujuan makanan Ekaristi adalah penyampaian Sang Logos. Artinya dengan menerima santapan Ekaristi

orang disatukan dalam kebersamaan abadi dengan Yesus Kristus (Martasudjita, 2005:250-251).

Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa Ekaristi dalam pandangan Perjanjian Lama ialah Perayaan karya Keselamatan Allah dalam suatu perayaan syukur yang dilakukan oleh Bangsa Israel yang

berhasil keluar dari Mesir. Perayaan Syukur itu berupa perjamuan makan (Paskah), yang dilakukan dengan mempersembahkan Roti tak Beragi dan

kambing atau domba ke dalam Bait Allah untuk dipersembahkan Oleh Imam, dan setelah dipersembahkan oleh imam, Roti tak Beragi dan domba tadi dapat

disantap secara berkelompok. sedangkan Ekaristi pada jaman Yesus dan pandangan para Bapa Gereja dapat disimpulkan sebagai perayaan Syukur atas karya Keselamatan Allah dan pengampunan dosa yang telah hadir melalui diri Yesus. Ekaristi sebagai kenangan akan perjamuan malam terakhir Yesus bersama dengan para Rasul, dan kenangan akan Penderitaan Yesus, akan penciptaan dan penebusan, melalui tubuh dan darahNya yang disimbolkan melalui Roti dan Anggur yang telah Ia berkati, dipecah dan dibagikan kepada para murid.

2. Ekaristi dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK)

Rubiyatmoko (2001:144) mengatakan bahwa dalam Kitab Hukum Kanonik (KHK), sakramen Ekaristi dibicarakan cukup panjang lebar, yaitu 61 kanon (897 - 958). Pembahasan Sakramen Ekaristi dalam KHK dapat ditemukan dalam judul buku III, buku IV tentang tugas Gereja yang menguduskan. Sakramen Ekaristi merupakan sakramen ketiga dan terakhir untuk suatu inisiasi kristiani yang penuh

Sakramen yang terluhur ialah Ekaristi mahakudus, di dalamnya Kristus Tuhan sendiri dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang. Kurban Ekaristi, kenangan wafat dan kebangkitan Tuhan, dimana Kurban salib diabadikan sepanjang masa, adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan kristiani dan sumber yang menandakan serta menghasilkan kesatuan umat Allah dan menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus.

Sedangkan sakramen-sakramen lain dan semua karya kerasulan gerejawi melekat erat dengan Ekaristi mahakudus dan diarahkan kepadanya.

Adapun isi kanon 897 meninjau Ekaristi dari dua aspek, yaitu aspek teologis dan aspek Yuridis. Ditinjau dari aspek teologis, Ekaristi merupakan puncak dan pusat seluruh kehidupan Kristiani, baik bagi Gereja universal maupun bagi komunitas local umat beriman. Melalui ekaristi mengalirlah kesejahteraan rohani Gereja, dalam arti bahwa melalui sakramen ini Kristus sendiri memberikan kehidupan kepada manusia dan melalui Ekaristi pula manusia disegarkan dan dikuduskan (PO, art. 5).

Rubiyatmoko (2001: 145) lebih lanjut menjelaskan bahwa bila ditinjau dari aspek yuridis, Ekaristi merupakan salah satu unsur structural yang perlu dan tak terelakkan bagi komunitas umat beriman. Kristus sendiri telah mengadakan kurban Ekaristi dari tubuh dan darah-Nya sendiri dan telah mempercayakannya kepada Gereja, sebagai sarana untuk mengaktualisasikan kaurban salib-Nya. Gereja tidak mungkin dipisahkan dari Ekaristi, Gereja mengungkapkan secara penuh pengakuan imannya. Melalui Ekaristi, Gereja dibangun dan ditampakkan. Karena itu terlibat dalam perayaan Ekaristi berarti terlibat dalam kehidupan dan kesatuan Gereja Seluruhnya. Perayaan Ekaristi merupakan aktivitas Sakramental, juga tindakan yuridis, karena mengungkapkan kesatuan sacramental dengan Kristus dan kesatuan semua umat beriman.

Maka dari pengertian dan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Ekaristi aadalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang terwujud dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya.

Dokumen terkait