• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EKARISTI DAN PERKEMBANGAN HIDUP ROHAN

B. Sejarah Ekaristi

3. Makna Sakramen Ekaristi

a. Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang sehabis - habisnya

Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam injil Yoh 13:1 yang berbunyi”sementara itu sebelum hari raya paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi sampai kepada kesudahannya”. Ia memberikan pelayanan dengan kasih yang sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-Murid-Nya tanpa batas dan menyanyangi mereka samapai pada kesudahan dan rela memberikan nyawa-Nya demi keselamatan para Murid serta seluruh umat beriman.

Wafat Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada para murid serta seluruh manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Ia memiliki jiwa perngorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang total terhaadap sahabat - sahabat-Nya.

Yesus memberikan anugrah cinta kasih yang tanpa batas kepada para murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan keselamatan bagi semua orang. Oleh karena itu untuk mengenang anugrah-Nya Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi

suatu kenangan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah (Martasudjita, 2005: 295-296).

b. Ekaristi sebagai Perjamuan yang mempersatukan Umat dengan Allah,

umat dengan umat

Konsili vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah (Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili vatikan II tentang Liturgi, 47). Hal

ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi menjadi tempat untuk menngenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang berakhir dengan wafat dan kebangkitanNya( Martasudjita, 2005:297 - 298).

Pada zaman dulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah (Grun, 1998:29). Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan mengajak para Murid serta seluruh umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya menjadi satu kesatuan keluarga besar. Hal ini menjadi tanda bahwa Allah peduli dengan umat dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan. Perjamuan Ekaristi memampukan umat untuk dapat saling menjalalin relasi

dengan orang lain. Perjamuan Ekaristi memberikan kedamaian, kesadaran, kesembuhan dan kerinduan untuk bersatu dengan Allah.

Oleh karena itu umat yang menngikuti perjamuan/perayaan Ekaristii diajak untuk bersatu dengan Allah melalui terang Roh Kudus (Koinonia). Koinonia adalah suatu bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk suatu persaudaraan antar umat beriman dalam terang Roh Kudus. Konstitusi dogmatis konsili vatikan II tentang Gereja (LG 7) menyatakan demikian “ dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta dalam tubuh Tuhan; maka kita pun diangkat untuk bersama – sama bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita”. Hal ini menjadi tempat persatuan antara umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah sendiri selalu hadir ditengah hidup umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiranNya (Martasudjita, 2005: 358). Hal ini dapat kita lihat ketika Tuhan Yesus bersabda “ sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku disitu aku ada ditengah – tengah mereka (Matius 18:20).

c. Ekaristi sebagai Permohonan Seruan Datang-Nya Karunia Roh Kudus

(Epiklese)

Epiklese merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung ( DSA). Hal ini merupakan faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana dalam diri Yesus Kristus. Keselamatan yang terjadi tidaklah datang begitu saja tetapi ada yang membawa atau mengaruniakannya yaitu Roh kudus. Roh

Kuduslah yang membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang beriman. Pada waktu perayaan Ekaristi yaitu saat DSA (Doa Syukur Agung) Imam dan umat berdoa bersama memohon kepada Allah supaya menguduskan persembahan yang berupa roti dan anggur melalui Roh-Nya agar menjadi Rubuh dan darah Kristus. Disinilah karunia Roh Kudus sungguh bekerja dan memberikan hidup bagi Umat-Nya yang telah dikasihi oleh Allah. Bekat karya Roh Kudus rencana Keselamatan Allah sungguh – sungguh terjadi dalam diri Kristus dan di dalam Gereja (Martasudjita, 2005:357-358).

Epiklese bukan hanya sekedar doa permohonan untuk Roh kudus supaya turun untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus. Epiklese juga mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh Kuduslah umat Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah melalui tubuh dan darah Kristus. Maka dengan demikian umat yang telah dikuduskan melalui karya Roh Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan Allah dan umat menjadi buah karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala perbuatan yang baik (Martasudjita, 2005:358).

d. Ekaristi Memampukan Kita Untuk Tinggal Dalam Kristus

Di dalam injil Yohanes 1:39 Yesus bersabda:” Marilah dan kamu akan melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama - sama dengan Dia” Yesus mengundang para murid untuk tinggal bersama Dia. Yesus mengundang mereka untuk masuk dan bersatu

dalam persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami, merasakan menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus. Maka dengan demikian para Murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan dalam mewartakan kabar gembira keseluruh dunia (Martasudjita,2012:21).

Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam Ekaristi Yesus menjadi roti hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti hidup ini memberikan kehidupan bagi umat dimanapun berada. Melalui Ekaristi umat diajak untuk masuk dan bersatu di dalalm misteri Ekaristi, yakni mengenangkan misteri wafat dan kebangkitanNya. Peristiwa tinggal bersama kristus terwujud dalam penyambutan Komuni suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh dan darah-Nya dalam komuni suci menjadi tanda bahwa kita” tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita” (Martasudjita, 2012:23)

e. Ekaristi sebagai Sumber Untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Dalam

Menghadaapi Persoalan Hidup

Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekarisi umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup sehari – hari (Martasudjita, 2012:57). Sebagai orang Kristiani di dalam kehidupan sehari – hari tentunya memiliki permasalahan hidup yang sangat Kompleks. Kita tentunya ingin keluar dari permasalahan yang sedang kita hadapi. Untuk itulah kita sebagai orang Kristiani diajak untuk selalu merayakan Ekaristi untuk

menimba kekuatan dari Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Selain itu juga kita dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar gembira dari Allah kepada seluruh bangsa khususnya sesama yang ada disekitar kita. Untuk itulah kita tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya campur tangan Allah.

f. Ekaristi Sebagai sumber dan puncak Kehidupan Gereja

Martasudjita (2003; 297) mengatakan bahwa, Ekaristi tidak hanya pusat seluruh liturgi Gereja, tetapi juga menjadi sumber dan puncak kehidupan Gereja. Dalam hal ini LG art 11 (Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili vatikan II tentang Gereja ) mengatakan demikian :

“Dengan ikut serta dalam kurban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba Ilahi dan diri sendiri bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan masing-masing dengan caranya sendiri. Kemudian, sesudah memperoleh kekuatan dari tubuh Kristus dalam perjamuan suci, mereka secara konkret menampilkan kesatuan Umat Allah, yang oleh sakramen mahaluhur itu dilambangkan dengan tepat dan diwujudkan secara mengagumkan.”

Ekaristi sebagai sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani‟ menunjukkan sebuah pemahaman dari Konsili Vatikan II, yang tidak dapat

memisahkan Ekaristi dengan Kehidupan sehari - hari. Hidup sehari – hari memperoleh kekuataan dan dasarnya dari Ekaristi sebagai sumber. Dari Ekaristilah mengalir kekuatan yang menjiwai dan menggerakkan seluruh hidup orang Kristiani dalam mengarungi suka duka kehidupannya. Selain itu Ekaristi juga menjadi puncak dari seluruh kegiatan umat Kristiani. Artinya, semua bidang kehidupan yang dijalani umat Kristiani tertuju dan mengarah kepada Ekaristi sebagai puncaknya.

Dokumen terkait