BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 jo Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dijelaskan bahwa sistem perpajakan
yang berlaku di Indonesia adalah Self Assessment.Hal ini berarti wajib pajak diberikan
kepercayaan penuh untuk menghitung dan memperhitungkan, menyetor dan melaporkan
kewajiban perpajakannya sedangkan aparat pajak berkewajiban melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap wajib pajak dalam rangka melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) secara sederhana adalah suatu cara kerja yang
langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja yang nyata guna memberikan kita arah
dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud dengan Praktik
Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) secara umum adalah kegiatan intrakurikuler yang dilakukan
oleh mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis dilapangan yang
berhubungan langsung dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen, khususnya
dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Karena sifatnya hanya
untuk memberikan pengalaman dan belajar keahlian secara praktis, maka bantuan yang diberikan
cenderung terbatas.
Adapun yang menjadi latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah
mengingat bahwa sudah seharusnya dan sepantasnya tamatan Program Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU adalah merupakan tenaga yang terampil, siap pakai dan tenaga ahli dalam
Maka dari itu pelaksanaan kegiatan PKLM oleh mahasiswa dipandang perlu untuk
memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh semasa perkuliahan dan mempelajarinya
langsung pada dunia kerja nyata.
Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Suandy (2011) : “Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membiayai pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian disempurnakan, menjadi:
“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan surplus-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
utama untuk membiayai public investment.
Sebagai konsekuensi logis dari Self Assessment system tersebut maka wajib pajak harus
menyadari kewajiban yaitu memenuhi kewajiban perpajakan serta harus memahami
ketentuan-ketentuan pajak yang harus dipenuhinya.Dengan semakin sadarnya wajib pajak dalam memenuhi
perpajakannya serta mampu memenuhi kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan pajak yang
berlaku, maka penerimaan Negara dari wajib pajak diharapkan terus meningkat.
Dengan realitas pelaksanaan Self Assessment System masih ada kendala mengingat tidak
semua wajib pajak menyadari dan mampu memahami ketentuan-ketentuan pajak yang berlaku.
Hal ini wajar mengingat latar belakang pendidikan dan penerimaan informasi masing-masing
wajib pajak adalah berbeda-beda, untuk wajib pajak yang tingkat pemahamannya sudah
memadai mengenai pajak, maka Self Assessment System tidak begitu bermasalah, namun bila
terjadi sebaliknya maka akan berpengaruh negative dalam pelaksanaan perpajakan.
Dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1994 Tentang Ketentuan Umum
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan
diri kepada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
Wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri atau sengaja menghindar dari kewajibannya sebagai
wajib pajak akan dikenakan sanksi. Namun peningkatan yang mendaftarkan diri sebagai wajib
pajak masih kurang atau belum maksimal meskipun telah diadakan sosialisasi oleh fiskus.Ada
juga wajib pajak orang pribadi atau badan tetapi tidak melaporkan penghasilannya kepada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara jujur dan benar.
Hal ini terjadi karna wajib pajak ingin mengurangi beban hutang pajaknya dengan cara
memanifulasi penghasilan tersebut. Dengan demikian tentu saja hutang pajaknya menjadi lebih
kecil dari yang seharusnya dan selain diatasnya ada juga wajib pajak yang tidak membayar
pajaknya tepat waktu, hal ini tentu saja mengakibatkan wajib pajak harus dapat dikenakan sanksi
maupun denda administrasi bila tidak membayar pajak tepat waktu, bila mana wajib pajak belum
mengerti apa sebenarnya pajak dan menganggap pajak sesuatu yang sia-sia (karena merasa tidak
mempunyai manfaat terhadap dirinya), maka pelaksanaan pajak akan sangat sulit dijalankan
sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Wajib pajak masih sangat rendah
pemahamannya tentang perpajakan sebagian besar berasal dari daerah terpencil yang kurang
informasinya tentang penyuluhan perpajakan.Hal ini wajar mengingat pajak bertempat tinggal
didaerah pedesaan yang mana tingkat pendidikan dan penerimaan informasi masih cukup rendah
dibandingkan dengan wajib pajak yang tinggal diperkotaan.
Mengingat sebagian besar wajib pajak masih belum memahami pajak serta
aturan-aturan perpajakan maka peranan penyuluhan sangat penting dengan adanya penyuluhan ini maka
hal membayar pajak serta mampu memenuhi kewajiban pajaknya tersebut sesuai dengan
ketentuan pajak yang berlaku.Dalam pelaksanaan penyuluhan perpajakan pemerintah pusat
selaku fiskus perlu memperhatikan berbagai unsur yang terlihat dalam penyuluhan tersebut yaitu
aparat pajak, materi penyuluhan, metode penyuluhan serta sarana penunjang yang digunakan
dalam penyuluhan tersebut. Semua faktor-faktor tersebut harus mampu saling melengkapi
dengan tidak lupa memperhatikan kondisi dan keadaan masyarakat yang di suluh maka sasaran
dari penyuluh tersebut akan sulit di capai.
Aparat penyuluh merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan penyuluhan dalam
kualitas dan kuantitasnya harus memadai, metode penyuluhan yang cocok dan tepat untuk suatu
masyarakat dan didukung fasilitas yang memadai, mengingat sebagian besar wajib pajak tinggal
dipedesaan yang tingkat pengetahuan dan penerimaan informasinya masih rendah, maka
penyuluh perpajakan pada masyarakat desa perlu memakai strategi yang tepat, agar pelaksanaan
dapat berjalan lancar dan membuahkan hasil yang ditandai dengan meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
Adapun yang menjadi latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini
mengingat bahwa seharusnya tamatan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) adalah
merupakan tenaga kerja yang terampil, siap pakai dan tenaga yang ahli dibidang perpajakan.
Maka dari itulah untuk melahirkan tenaga yang terampil, dan ahli dibidang perpajakan
dipandang perlu adanya PKLM di Direktorat Jendral Pajak oleh mahasiswa Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Dalam kegiatan PKLM ini diharapkan
mahasiswa dapat menganalisa masalah serta mencari tahu alternatif pemecahan yang
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang
“PELAKSANAAN PENYULUHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM”
B.Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri
ini adalah:
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
a. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam dalam melayani wajib pajaknya.
b. Untuk mengetahui data tentang pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam
melaksanakan penyuluhan.
c. Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Lubuk Pakam dalam melaksanakan penyuluhan.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Bagi Mahasiswa :
a. Untuk memperkenalkan secara langsung kepada mahasiswa situasi dunia kerja yang
sebenarnya.
b. Untuk mempraktikkan dan menerapkan ilmu pengetahuan serta mengaplikasikannya ke dalam
kehidupan nyata yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.
c. Guna merangsang mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan pekerjaan secara efisiensi
d. Dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa
untuk mempersiapkan dirinya menjadi mahasisa yang siap memasuki dunia kerja yang
semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan, pengalaman-pengalaman dunia kerja dalam
melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri tersebut.
Bagi Kantor/Instansi Tempat Melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri:
a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam dengan dunia pendidikan sehingga instansi tersebut dapat mengetahui sejauh mana
tingkat perkembangan ilmu pengetahuan di lembaga pendidikan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam merupakan sumbangan pemikiran dan
acuan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan penyuluhan sehingga dapat meningkatkan
jumlah wajib pajak.
c. Agar dapat digunakan sebagai bahan memotivasi dan mewujudkan budaya kerja yang lebih
baik dalam melaksanakan tugas sehari-hari penyuluh.
Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU :
a. Dapat meningkatkan kerja sama antara FISIP USU dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Lubuk Pakam.
b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
dengan instansi yang bersangkutan khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
c. Memperbaiki image atau pandangan masyarakat terhadap Sumber Daya Manusia yaitu
mahasiswa-mahasiswa yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya
Universitas Sumatera Utara.
C.Uraian Teoritis
1. Pengertian Penyuluhan Perpajakan
Menurut Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak (2011) : “Penyuluhan perpajakan
merupakan suatu upaya dan proses memberikan informasi perpajakan untuk menghasilkan
perubahan pengetahuan, keterampilan, dan sikap masyarakat, dunia usaha, aparat, serta lembaga
pemerintah maupun non pemerintah agar terdorong untuk paham, sadar, peduli dan berkontribusi
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Administrasi perpajakan Indonesia yang menganut
self-assessment system menuntut peran aktif wajib pajak secara mandiri dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. Agar mampu memenuhi kewajiban perpajakan dengan baik, wajib
pajak harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang hak dan tata cara
memenuhi kewajiban perpajakannya. Direktorat Jendral Pajak sebagai institusi yang bertanggung
jawab dalam melaksanakan fungsi administrasi perpajakan telah melakukan berbagai upaya
dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perpajakan masyarakat wajib pajak secara
terus menerus .
Definisi pajak menurut N.J.Feldman dalam Kurniawan (2012) :Pajak adalah iuran
rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup
belanja pemerintah.
Menurut Djajadiningrat dalam Resmi (2011) :Dalam Self Assessment penyuluh
merupakansuatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh administrasi perpajakan agar masyarakat
dapat melakukan kewajiban perpajakannya. Dalam berbagai literatur, pengertian penyuluh
biasanya dirangkai dengan pengertian bimbingan yaitu usaha menolong atau menggarap individu
yang mengalami kesulitan atau kesukaran.Penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem
penyampaian informasi, konsultasi dan bimbingan serta berkesinambungan kepada masyarakat
guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan anggota masyarakat tersebut untuk
memperoleh hak dan melaksanakan kewajibannya. Kegiatan penyuluhan kepada masyarakat
dengan demikian menjadi satu hal yang diberikan kepercayaan sepenuhnya untuk melaksanakan
undang-undang perpajakan tersebut, dapat melakukan kewajibannya dengan baik, sedangkan
administrasi perpajakan berkewajiban dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan,
membimbing dan membina masyarakat agar mampu dan sadar untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
Jadi hanya seseorang yang mempunyai kwalitas yang ditunjuk atau diangkat sebagai penyuluh,
dalam arti penyuluh adalah tenaga professional.Petugas penyuluh fungsional ini dibutuhkan agar
dapat dilaksanakan secara professional, sehingga tujuan penyuluh melalui konsultasi dan
bimbingan dapat tercapai dengan baik yang akhirnya dapat meningkatkan penerimaan pajak
karena masyarakat menjadi sadar dan mau melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam Waluyo (2011) : “Pajak adalah iuran
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan
tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. Dengan mencantumkan istilah iuran wajib,
ia mengharapkan terpenuhinya ciri, bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama
dengan wajib pajak, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah “paksaan”.
2. Tujuan Penyuluhan Perpajakan
Menurut Surat Edaran Direktorat Jendral Pajak (2011) : Dalam rangka mencapai tujuan
dari kegiatan penyuln yaitu masyarakat yang paham dan sadar memenuhi kewajiban
perpajakannya, maka perlu dilakukan kegiatan penyuluhan yang terencana sehingga kegiatan
penyuluhan menjadi suatu proses yang terstruktur, terarah, terukur dan berkesinambungan.
Terstruktur dalam hal ini memiliki arti bahwa kegiatan penyuluhan dilakukan secara sistematis
mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Terarah memiliki arti bahwa
seluruh kegiatan penyuluhan dilakukan untuk mencapai tujuan/sasaran yang jelas. Terukur
memiliki arti bahwa kegiatan penyuluhan harus mampu diukur hasilnya (capaian kinerjanya).
Sedangkan berkesinambungan memiliki arti bahwa kegiatan penyuluhan sebagai sebuah proses
edukasi perpajakan harus dilakukan secara terus menerus. Tujuan disusunnya pedoman
penyusunan rencana kerja dan pelaporan kegiatan penyuluhan perpajakan ini adalah :
1. Memberikan panduan penyusunan rencana kerja dan pelaporan kegiatan penyuluhan
perpajakan bagi unit kerja vertikal yang menjalankan fungsi penyuluhan.
2. Membangun kesamaan pemahaman mengenai rencana kerja penyuluhan yang akan dilakukan
3. Membangun tata cara pelaporan kegiatan penyuluhan yang mendukung pelaksanaan kegiatan
monitoring dan evaluasi penyuluhan secara lebih terstruktur, terarah, terukur, dan
berkesinambungan
Kegiatan penyuluhan perpajakan merupakan hal yang mutlak dilaksanakan oleh
Direktorat Jendral Pajak (DJP), agar tugas untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk
membiayai pembangunan sesuai dengan APBN yang telah ditetapkan undang-undang dapat
tercapai. Sedangkan pada kenyataannya yang terjadi di masyarakat dari jaman dahulu sampai
masa kini pada umumnya setiap anggota masyarakat yang mendengar istilah “Pajak” mempunyai
kesan negatif, karena pajak itu dirasakan masyarakat sebagai sesuatu yang memberatkan dan
pelaksanaannya dapat dipaksakan karena berdasarkan undang-undang.Keadaan tersebut
mengakibatkan citra pajak menjadi kurang baik dimata masyarakat. Dengan demikian
penyuluhan perpajakan sangat diperlukan, sehingga harus memberikan kesan yang positif
dikalangan masyarakat dan bahwa pemungut pajak merupakan perwujudan dan pengabdian
dalam melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk mewujudkan pembangunan
nasional pada umumnya dan pembangunan kota medan pada khususnya. Selain daripada itu,
keberhasilan pemungut pajak menganut Self Assessment Systemsangat ditentukan antara lengkap
tidaknya informasi yang diterima oleh masyarakat mengenai sistem pemungutan pajak pada
umumnya dan peraturan serta tata cara perpajakan pada khususnya.
Secara garis besar terdapat 3 kelompok masyarakat yang sangat memerlukan
penyuluhan itu :
1) Golongan masyarakat yang termaksud kelompok awam dalam masalah perpajakan yaitu
mereka yang sama sekali tidak mengetahui ketentuan perundang-undangan perpajakan
2) Golongan masyarakat yang pada umumnya sudah tau kewajiban perpajakannya, namun dalam
pelaksanaannya mengalami kesulitan karena kurang memahami petunjuk teknis perpajakan
misalnya dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dan juga dalam pengurusan
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dll.
3) Golongan masyarakat wajib pajak yang memang mempunyai etikad tidak baik dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Terhadap kelompok masyarakat tersebut tetap
diperlukan penyuluhan, untuk menyadarkan bahwa tindakan yang bersangkutan akan
mengakibatkan dapat dikenai sanksi administrasi atau sanksi pidana fiskal.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dilakukan penyuluhan bagi wajib
pajak adalah:
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peranan pajak bagi suatu Negara
pada umumnya dan bagi daerah pada khususnya agar daerah tersebut mampu melaksanakan
pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak dan keajiban perpajakan, yang bagi
seorang warga Negara hak dan kewajiban kenegaraan pula.
c. Meningkatkan kemauan masyarakat untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban
perpajakannya.
d. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak termasuk pemungut pajak dan para bendaharawan yang
ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk memungut dan menyetor pajak tersebut.
e. Memperbaiki dan memelihara citra perpajakan karena selama ini masyarakat sangat takut
apabila mendengar kata “Pajak”. Pajak dianggap sangat menakutkan bagi masyarakat awam
yang belum mengerti apa itu pajak dan fungsi pajak bagi pembangunan Negara pada
3. Sasaran Penyuluhan Perpajakan
Penyuluhan dalam melaksanakan penyuluhan harus mengetahui dan menguasai teknik
berkomunikasi yang baik serta ciri-ciri sasaran yang akan diberikan penyuluhan.
Sasaran Utama
a. Masyarakat Pada Umumnya
Penyuluhan diberikan untuk menciptakan iklim dan citra perpajakan yang baik sehingga
diperoleh dukungan yang positif dari anggota masyarakat dalam arti terbentuk suatu opini
masyarakat yang menerima kewajiban perpajakan sebagai suatu kewajiban kenegaraan.
b. Masyarakat wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar penyuluhan
kepada golongan ini diberikan terutama untuk membantu mereka dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
Aparat Negara yang menjadi sasaran utama penyuluhan, jika ditinjau dari 2 aspek :
(1) Aparat itu sendiri, atau PNS sebagai wajib pajak Laporan Pajak Pajak Orang Pribadi (LP2P).
(2) Aparat yang mempunyai hubungan dengan tugas pemungut pajak, Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN), Bank, Bea dan Cukai, BUMN, BUMD, Bendaharawan
Pemerintah, Perum Pos dan Giro.
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Adapun yang menjadi tujuan ruang lingkup praktik kerja lapangan mandiri yaitu
melakukan pengumpulan data yang menyangkut pelaksanaan penyuluhan guna meningkatkan
a. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk
Pakam dalam melayani wajib pajaknya.
b. Untuk mengetahui data tentang pelaksanaan Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam
melaksanakan penyuluhan.
c. Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Lubuk Pakam dalam melaksanakan penyuluhan.
E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan
metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Tahapan Persiapan
Didalam tahapan persiapan ini penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut
praktik kerja lapangan mandiri ini, mulai dari penentuan judul tempat praktik kerja lapangan
mandiri dan mencari bahan untuk membuat proposal.
b. Studi Literatur
Penulis mengumpulkan data-data yang menyangkut masalah yang akan dibahas melalui
sumber bacaan seperti: buku-buku, artikel ilmiah maupun literatur yang berhubungan dengan
objek praktik kerja lapangan mandiri.
c. Observasi Lapangan
Meliputi sistem tata kerja dan riset yang akan dilakukan oleh penulis dalam melengkapi
d. Pengumpulan Data
Meliputi data primer dan data sekunder yaitu data yang didapat dari pihak-pihak yang terkait
dan referensi berupa buku atau pun tulisan pendukung lainnya.
e. Analisis Data dan Evaluasi
Selesai data didapatkan, maka selanjutnya yang akan dilakukan oleh penulis adalah
menganalisis dan mengevaluasi data yang diperoleh.
F. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Wawancara
Penulis akan melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait di lingkungan KPP
Pratama Lubuk Pakam. Dan penulis akan menggunakan alat-alat tulis untuk mencatat semua
pertanyaan serta jawaban dari sesi wawancara tersebut, serta menggunakan kamera dan alat
perekam suara.
2. Observasi
Penulis akan melakukan observasi dan mengenal lokasi praktik, agar dalam
melaksanakan riset tidak membingungkan.Tujuan dilakukannya observasi adalah memahami
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, menjelaskan siapa saja orang-orang yang yang terlibat
didalam suatu aktivitas, memahami makna dari suatu kejadian, serta mendeskripsikan setting
yang terjadi pada suatu aktivitas. Hal-hal yang sering menjadi objek observasi adalah :
a) Pelaku, adalah orang-orang yang memiliki hubungan dengan objek penelitian. Mencakup
apa status mereka, siapa saja mereka, kegiatan apa yang mereka lakukan, dan sebagainya.
c) Perasaan partisipan yang ditunjukkan dalam mimic wajah, gerak tubuh dan ucapan.
d) Ruang dan waktu menyangkut pandangan partisipan terhadap tempat dan waktu suatu
kegiatan.
e) Benda yang diamati adalah jenis, bahan, kegunaan, sifat, dan bentuknya.
f) Peristiwa, mencakup apa saja yang terjadi seiring dengan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Dokumentasi
Penulis akan mengumpulkan informasi ataupun dokumen yang berhubungan dengan
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).Sejumlah besar fakta dan data tersimpan
dalam bahan yang berbentuk dokumentasi, sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk
surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, foto, dan sebagainya.
G. SISTEMATIKA PENULISAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis memberikan gambaran mengenai keseluruhan isi dari
laporan. Bab ini terdiri dari latar belakang praktik kerja lapangan mandiri, ruang
lingkup praktik kerja lapangan mandiri, metode praktik kerja lapangan mandiri,
metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan praktik kerja
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGANMANDIRI (PKLM)
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi praktik kerja
lapangan mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta
gambaran mengenai pegawai kantor Pelayanan Pajak Pratma Lubuk Pakam.
BAB III : GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK
Bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang kegiatan dan
bentuk kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa praktik kerja lapangan
mandiri.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Bab ini berisikan analisa dan evaluasi dari pelaksanaan penyuluhan perpajakan di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan membuat kesimpulan dan memberikan saran yang
dapat di jadikan masukan berharga dan bermanfaat bagi perkembangan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.