• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PTPP. LONSUM Sei Rumbia: Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) Baru

2.1. Keberadaan PTPP. LONSUM Sei Rumbia

Desa Perk. Sei Rumbia terletak di dalam wilayah Kec. Kotapinang, Kab.

Labuhanbatu Selatan Prov. Sumatera Utara yang berbatasan dengan sebelah utara

berbatasan dengan Desa Sisumut, sebelah selatan berbatasan dengan Desa

Sosopan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kotapinang, dan sebelah

barat berbatasan dengan Desa Nagodang. Luas wilayah Desa Perk. Sei Rumbia

adalah 3000 Ha, dimana 2998 Ha milik perkebunan dan 2 rante milik desa. Iklim

Desa Perk. Sei Rumbia sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia

mempunyai ilkim kemarau dan penghujan. Hal tersebut mempunyai pengaruh

langsung terhadap pola tanam pada lahan perkebunan yang ada di Desa Perk. Sei

Rumbia Kec. Kotapinang.

Jumlah penduduk desa perkebunan ini berdasarkan profil desa tahun 2015

sebesar 2.690 jiwa, yang terdiri dari 1.392 jiwa laki-laki dan 1.298 jiwa

perempuan. Desa Perk. Sei Rumbia adalah nama suatu wilayah di Kec.

Kotapinang, Kab. Labuhanbatu Selatan menurut beberapa tokoh masyarakat Desa

perk. Sei Rumbia dikenal karena keberadaan sebuah mata air berbentuk sumur di

wilayah tersebut. Konon sumur tersebut tidak pernah kering walaupun musim

kemarau, dan diyakini sumur tersebut terhubung dengan sungai-sungai kecil di

(2)

yang menggenangi wilayah tersebut. Konon juga wilayah tersebut dikeramatkan

oleh sebagian orang untuk keperluan ritual tertentu misalnya meminta petunjuk

tentang siapa yang bakal menjadi calon Bupati, Walikota, dan petunjuk untuk

pengobatan ataupun nomor undian berhadiah. Wilayah tersebut lambat laun

menjadi nama sebuah desa yang pada saat sekarang ini bernama Desa Perk. Sei

Rumbia.

Desa Perk. Sei rumbia mulai terbentuk pada tahun 1965, yang pada saat itu

berjumlah 100 KK dan dipimpin oleh seorang Kepala Unit Penan Transmigrasi

(KUPT) dari departemen sosial yang bernama Agus Salim. Pada tahun 1976,

pengelolaan desa diserahkan kepada pemerintah daerah Prov. Sumatera Utara dan

selanjutnya dilakukan pemerintah Kepala Desa yang pertama dan terpilih Bapak

Wargo. Tanah yang digunakan untuk lokasi Desa Perk. Sei Rumbia berasal dari

penyerahan Marga Proatin XII. Pada masa pemerintahan kepala desa pertama ini,

kegiatan Desa Perk. Sei Rumbia banyak digunakan untuk menata kelembagaan

kelompok masyarakat tersebut walaupun masih bersifat sederhana, mulai dari

pembagian regu dan nantinya berkembang menjadi dusun dan penataan

kelompok-kelompok pertanian yang lain. Pada saat itu kegiatan kelompok

masyarakat ini banyak bekerja pada sektor pertanian dan pada kelompok kecil

pada sektor perkebunan. Namun, para pendatang pada waktu itu bersal dari Desa

Perk. Sei Rumbia ini.Selanjutnya setelah dua priode masa pemerintahan Pak

Hasibuan, masyarakat Desa Perk. Sei Rumbia memilih pemimpin baru pada tahun

1977 yang bernama Pak Zainuddin Rambe, pemilihan kepala desa dilakukan

(3)

masyarakat Desa Perk. Sei Rumbia untuk kedua kalinya melakukan adu visi dan

misi dalam Rencana Pembangunan Desa Perk. Sei Rumbia pada pemilihan kepala

desa tahun 2009 lalu. Kemudian yang terpilih menjadi kepala desa adalah Pak

Katmen, rata-rata kepala desa ini menjabat selama dua priode masa pemerintahan

desa10

Sebagaimana diketahui bahwa PTPP. LONSUM Sei Rumbia memiliki

Rumah “Pintar” (Rumpin) .

11

Awalnya yang bekerja di Rumpin adalah Kak Irma dan Kak Dian yang

mengejar anak karyawan yang datang ke Rumpin. Kemudian semenjak Pak

Dirman mengikuti pameran di Jakarta yang mewakili dan mengisi stand Indofood,

karena perusahaan ini merupakan anak prusahaan Indofood. Pak Dirman dan sebagai fasilitas untuk anak karyawan dalam proses

belajar. Fasilitas tersebut berupa sentra bermain untuk anak-anak bermain, sentra

buku untuk anak-anak membaca dan meulis, sentra audio visual untuk anak-anak

yang belajar komputer dan piano.Pada umumnya anak-anak yang datang belajar

adalah anak Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Rumpin Desa

Perk. Sei Rumbia berdiri pada tahun 2013 yang diresmikan oleh Ibu Ani

Yudhoyono selaku Ibu Negara pada masa itu. Menurut penuturan Pak Dirman,

Rumpin ini didirikan oleh LONSUM dan anak perusahaan LONSUM lainnya di

beberapa daerah merupakan bentuk kegiatan atau arisan para Ibu Pejabat.

10 RPJM Desa Perk. Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu

Selatan Tahun 2016-2021.

11Rumah “Pintar” (Rumpin) merupakan wadah yang disediakan oleh PTPP. LONSUM

(4)

kawan-kawan langsung memperaktekkan cara membuat kerajinan tangan lidi

kelapa sawit tersebut atau yang dikatakan dengan DEMO12

Kerajinan tangan Berkah Lidi yang didirikan oleh Pak Dirman dipercayai

sebagai perlengkapan yang penting bagi peminatnya. Dikatakan penting karena

produk kerajinan Pak Dirman seperti piring, tempat sendok, tempat aqua dan

lainnya merupakan perlengkapan alat rumah tangga. Seiring dengan

perkembangannya. Bentuk-bentuk kerajinan Berkah Lidi tersebut terus

berkembang yang dikemas sesuai dengan tren masa kini. Hal tersebut berlaku

secara universal, termasuk di Kotapinang. Meski tidak seperti Kota Bandung yang

terkenal sebagai sentranya industri kreatif yang didukung dengan adanya slogan

Bandung Creative City, dan terpilih sebagai pilot project kota kreatif se-Asia

Timur di Yokohama tahun 2007

. Dalam acara tersebut

Pak Dirman mendapat juara dua, atas keberhasilan beliau tersebut kabarnya

langsung sampai ke perusahaan. Akhirnya pada tahun 2013 juga saat Rumpin

yang ke empat di Sei Rumbia sudah dibangun. Pak Dirman dipekerjakan di

Rumah Pintar (Rumpin) dengan fokus mengembangkan produk-produk kerajinan

tangan tradisional miliknya. Namun beliau tetap digaji sesuai gaji beliau

sebelumnya, hanya saja beliau difokuskan mengembangkan produk tersebut.

2.2. Berkah Lidi Dalam Berita

13

12Demo adalah proses pembuatan kerajinan tangan yang langsung diperaktekkan di

lapangan saat pelatihan. 13

“BandungjadikotakreatifSeAsiaTimut”,http://bandungcreativecityblog.w ordpress.com.

(5)

Kotapinang mulai bermunculan meramaikan bursa persaingan industri kreatif,

salah satunya di bidang seni anyam klasik dan tradisional Berkah Lidi. Kegiatan

tersebut sesuai dengan visi dan misi dari pemerintahan Kotapinang, yaitu

memberikan yang terbaik kepada masyarakat “Labusel” dalam pembangunan

untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Visi dan misi ini

merupakan salah satu strategi dari pemerintah Kotapinang untuk

mengkomunikasikan kepada masyarakat agar ikut serta dalam mengembangkan

usaha swadaya tersebut. Hal ini dilakukan karena sangat membantu pemerintah

daerah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru. Melalui UKM (Usaha Kecil

Menengah) juga banyak tercipta unit-unit kerja baru yang menggunakan

tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga khususnya

masyarakat Kotapinang.

Selain itu, kegiatan tersebut juga berperan penting dalam segi sosial

budaya, yaitu sebagai salah satu sarana untuk memperkenalkan produk karya anak

Kotapinang, industri budaya pariwisata, dan potensi daerah kepada dunia luar.

Salah satu tempat jual-beli produk Berkah Lidi berada di PTPP LONSUM Sei

Rumbia tepatnya di Rumah Pintar (Rumpin) Kecamatan Kotapinang

Labusel.Berdasarkan observasi di Rumah Pintar (Rumpin) PTPP LONSUM Sei

Rumbia Kecamatan Kotapinang Labusel, penulis menemukan banyak orang yang

berminat untuk melihat dan membeli kerajinan tangan Berkah Lidi tersebut dari

kalangan remaja, dewasa sampai ibu rumah tangga. Bahkan ada di antara mereka

yang dengan sengaja memesan beberapa produk-produk Berkah Lidi tersebut.

(6)

dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat atau yang sedang laku dipasaran.

Kondisi seperti ini menurut Pak Sudirman merupakan peluang usaha yang harus

dimanfaatkan, permintaan dari pembeli menjadi masukan untuk mengembangkan

bentuk-bentuk atau motif dari kerajinan tangan yang beliau buat.

Seni Anyam dan Klasik Tradisional milik Pak Sudirman ini sudah sampai

ke luar negri saat mengikuti pameran. Produk kerajinan lidi kelapa sawit

dipamerkan di Australia. Produk usaha kecil dan menengah (UKM) berupa

kerajinan tangan berbahan dasar lidi kelapa sawit dari Kabupaten Labuhanbatu

Selatan (Labusel) dipamerkan di Canberra Australia. Buah karya tangan itu, milik

Sudirman, warga perkebunan Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten

Labuhanbatu Selatan. Karyanya diikutkan dalam pameran antar negara di kota

Canberra Negara Australia. Berlangsung sejak tanggal 25 September sampai 1

Oktober 2014. Kadisperindagkom dan UKM Labusel Dozer Hutapea, Jum’at

(26/9) mengatakan saat ini ada produk hasil kerajinan tangan milik warga Labusel

sedang mengikuti pameran antar negara di Canberra Australia. Sebelumnya,

keikutsertaan ini karena undangan dari duta besar Indonesia yang berada di negara

Australia. Melalui Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho selaku Ketua Dewan

Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) provinsi Sumatera Utara, yang

menggelar kerajinan tangan tingkat kabupaten/kota dengan seluruh perajin

se-sumut di Lapangan Merdeka Medan, tanggal 19-20 September 2014.

Saat menghadiri acara tersebut, karya kerajinan tangan dari Labusel dilihat

duta besar Indonesia di Australia bersama ketua Dekranasda provsu, bahwa

(7)

Canberra Australia, meskipun bahan bakunya terbuat dari lidi kelapa sawit,”

ungkapnya. Di sisi lain, kata Dozer provsu mempunyai peranan penting untuk ikut

mendorong kreativitas para perajin lokal agar mampu bersaing di tingkat global.

Sesuai tujuan perlu dilakukan fasilitas melalui peningkatan kualitas, desain,

kemasan dan branding serta pembinaan terhadap para perajin sebgai bentuk upaya

meningkatkan daya saing kedepannya. Sedangkan pameran itu, berlangsung

selama sepekan dimulai 1 Oktober 2014 di kota Canberra negara Australia. Selain

itu juga, kata Dozer sesuai visi dan misi Bupati Labusel, tugas berat pemkab

melalui SKPD harus memberikan yang terbaik kepada masyarakat Labusel dalam

pembangunan untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran. “Dalam arti

keberadaan, Pemkab Labusel dan Dekranasda Sumut harus bisa membertikan

peluang untuk mengenalkan produk lokal di tingkat global saat pasar bebas

ASEAN diberlakukan 2015. Jadi, perlu dorongan kreativitas para perajin lokal

agar bisa bersaing” sebut Dozer. Sementara Sudirman, warga perkebunan Sei

Rumbia Kecamatan Kotapinang Labusel mengatakan sangat bersyukur hasil

kerajinan tangan yang digelutinya selama tiga tahun bisa mengikuti pameran

kerajinan tangan antar negara di kota Canberra Australia tersebut.

Selama ini untuk mengembangkan kerajinan tangan, dia hanya memiliki

tiga orang karyawan meskipun sudah banyak yang dihasilkan dengan berbagai

bentuk yang telah dibuatnya. Misalkan seperti kerajinan tangan sebuah piring,

bakul, tempat aqua, bakul buah, lampion, lepekan, baki, pot bunga, yang

semuanya terbuat dari bahan baku lidi kelapa sawit. Sedangkan dari kerajinan

(8)

lampion.Tanpa dorongan dari pemkab Labusel ataupun Dekranasda Sumut, belum

tentu kerajinan tangan beliau dapat diikuti pameran di kota Canberra Australia.

Jadi, beliau sangat bersyukur sekali”, ujarnya Sudirman14

Sejak kecil Pak Dirman memang sudah senang dengan hal-hal yang

berbau seni, terutama seni rupa, seperti lukisan-lukisan, kerajinan tangan, dan lain

sebagainya. Bahkan sejak di bangku sekolah beliau mulai lebih mengasah

kemampuan melukisnya, walaupun hanya untuk sekedar menyalurkan hobinya

saja.Setelah lulus sekolah Aliyah, beliau pun mulai mencari pekerjaan sekitar

Aceh Timur Langsa tepatnya di Sarakayu, kemudian pindah keperkebunan di PT.

Wira Perca bekerja sebagai pembuhakaan lahan baru PT tersebut. Setelah daerah

Aceh, Beliau mencoba peruntungan dengan mengadu nasib ke daerah Sumatera .

2.3. Pendiri Kelompok Berkah Lidi

Pendiri Berkah Lidi adalah seorang pria berusia 45 tahun yang bernama

Sudirman. Beliau lahir di Iubedouh Aceh Barat tanggal 16 Maret 1972. Saat ini

pria yang akrab disapa Dirman ini tinggal di PTPP LONSUM Sei Rumbia

bersama ke dua (6) anaknya beserta istrinya (Bu Mujilah). Di tempat itu jugalah

beliau menjalankan usahanya.Beliau menempuh pendidikan formal dimulai dari

tingkat sekolah dasar, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Aceh, kemudian

melanjut ke tingkat menengah diSanawiyah Negri Jeram di Kabupeten Nagan

Raya Aceh, lalu menempuh sekolah menengah atas di Aliyah di Ioubeduh Aceh

(9)

Utara tepatnya di Teluk Panji sebagai tukang Senso, lalu ke Palembang tepatnya

di Muara Inim bekerja sebagai pengaspalan jalan. Selanjutnya dengan pekerjaan

yang baru pula,beliau ke Pekanbaru bekerja bagian pepling yaitu penyambungan

pipa minyak dan pengeboran. Setelah itu ke Riau tepatnya di Kijang Mati di

perkebunan setelah beberapa bulan beliau balik ke Sumatera Utara menikah

dengan istrinya tepatnya di Blok Songo Kecamatan Kotapinang, Labusel dan juga

tinggal di rumah mertuanya untuk beberapa bulan. Setelah itu beliau merantau

lagi bersama istrinya ke Teluk Panji bekerja sebagai membuat bahan, seperti

papan sampai anak-anaknya lahir sampai tahun 1995, beliau kebanyakan bekerja

bagian perkebunan dan bangunan.

Foto.2 Foto Pak Sudirman

Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016

Awal tahun 1996 dahulu, ada masalah mandoran div IV kebetulan abang

(10)

bekerja di PT PPP LONSUM LONSUM Sei Rumbia Estate di Dusun 84, Desa

Rumbia, Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Saat itu ada

lowongan pekerjaan, selama tiga minggu beliau bekerja di bagian pegawai harian

tetap setelah itu diangkat sebagai SKU. Awal beliau bekerja di perusahaan ini

sebagai tukang deres karet, dimana perusahaan ini terdiri atas karet dan kelapa

sawit, terkadang kalau dibutuhkan untuk menyinso beliau kerjakan juga. Pak

Sudirman menderes sampai awal tahun 2009, kemudian beliau menjadi satpam

sampai tahun 2010, tahun 2011 beliau bekerja dibagian kantor bagian logistik atau

bagian material barang perusahaan. Pada tahun 2013 di khususkan pihak

perusahaan untuk pengembangan kerajinan tangan lidi kelapa sawit.

2.2.1. Sejarah Berdirinya Berkah Lidi

Pada tahun 2011 Pak Sudirman pergi jalan-jalan ke daerah Bandung

dengan suatu organisasi yang dipimpinnya, organisasi lokal yang jaringannya

internasional. Organisasi tersebut bernama Pergerakan Buruh Perkebunan

Independen.Terkadang, Pak Dirman melakukan pertemuan dalam organisasi yang

dipimpimnya, seperti diJakarta, Bogor dan tahun 2011 kemaren di Bandung.

Selesai pertemuan mereka biasanya membentuk tim atau kelompok diberikan dan

untuk refreshing kemana pun mereka mau sebelum waktunya pulang. Kebetulan,

saat itu Kelompok Pak Dirman memilih ke tempat makan restoran besar. Di sana,

beliau melihat semua wadah makananya terbuat dari kerajinan tangan lidi kelapa

biasa atau pohon kelapa makan atau jawa. Melihat hal tersebut, beliau merasa

tertarik akan bentuknya yang unikdan berfikir alangkah bagusnya dikembangkan

(11)

diSumatera Utara khususnya Labuhanbatu Selatan, yang merupakan penghasil

kelapa sawit terbesar se-Indonesia dan akan sangat bagus dikembangkan dan akan

maju karena produk tersebut masih sangat langkah. Pak Dirman langsung

mengambil satu piring kerajinan tersebut dengan niat membelinya, namun tidak

diperboleh oleh pihak restoran.

Ketika pihak restoran bertanya untuk apa di beli, Pak Dirman langsung

menjawab untuk belajar membuat sendiri. Dikarenakan untuk belajar, Pak Dirman

dikasih 3 produk piringnya secara gratis. Produk kerajinan tersebut berupa piring

tempat makan, yang kemudian dibawa pulang oleh Pak Dirman. Beliau mulai

penasaran dengan produk tersebut. Pak Dirman pun membuka atau membongkar

satu produk piring tetapi beliau belum mengerti. Sampai akhirnya beliau

membuka piring lalu mempelajarinya sampai beliau mengeri dan bisa

memperaktekkannya dengan lidi kelapa sawit. Dahulu Pak Dirman tidak berfikir

ide ini bisa menjadi omset besar artinya tidak berfikir ekonomi, melainkan hanya

sekedar hoby dalam hal kerajinan. Saat itu untuk permulaan beliau membuat

produk kerajinan ini berbentuk piring. Kemudian dengan ide kreativitas, beliau

dan istri menjadi berkembang seperti tempat nasi, tempat buah, tempat sendok,

mangkok buah besar dan lain-lain.

Melihat produknya semakin bertambah Pak Dirman mengajarkan ilmu

yang beliau miliki kepada orang lain. Awalnya kepada anak-anak remaja sekitar

rumahnya. Namun karena masih remaja, mereka tidak berfikir produksi. Jadi tidak

dikembangkan oleh mereka. Tetapi, ada juga orang tua anak remaja tersebut yang

(12)

kerajinan ini beliau berikan kepada tetangga, saudara, teman-temannya, dan

kepada orang-orang yang beliau kenal yang mempunyai ideologi untuk kemajuan,

seperti diberikan ke kantor Dewan, kantor Kepala Desa. Beliau tidak memberi

tarif harga. Tetapi, kalau ada yang memberi uang dia ambil kalau tidak ada tidak

masalah. Pada suatu hari, Pak Dirman ditantang oleh kantor Dinas untuk membuat

bentuk baru, yaitu tempat buah berbentuk motor atau truk. Dengan bantuan

istrinya, produk tersebut bisa dibuat dengan bagus. Tempat buah berbentuk motor

atau truk tersebut diperkenalkan oleh Bupati Labuhanbatu Selatan. Melihat

produk tersebut, respon Bupati kepada Pak Dirman sangat bagus. Beliau langsung

disuruh untuk mengembangkan produk-produk tersebut.

Saat itu Pak Dirman diberi uang oleh Bupati atas nama ia pribadi bukan

atas nama pemerintah. Dana tersebut sebesar Rp 5.000.000 untuk

mengembangkan usaha beliau. Dari dana tersebut, Pak Dirman mengajak

anak-anak remaja setempat setiap malam minggu di rumah beliau untuk belajar

membuat produk tersebut. Terkadang, Pak Dirman membelikan makanan dan

minuman untuk mereka, bahkan yang suadah bisa membuat produk tersebut

beliau kasih uang. Ada kalanya lidi yang dicari oleh remaja-remaja tersebut beliau

bayar, untuk menambah semangat mereka. Hingga akhirnya, dana yang diberikan

oleh Bupati sedikit demi sedikit bartambah.

Beliau juga memperkenalkan produk Berkah Lidi daerah Labusel.

Tepatnya diDinas Pendidikan, kantor Kepala Desa sei Rumbia, Disperindag ada

event provinsi dan kabupaten, acara ulang tahun koperasi, pemdes yaitu PTG

(13)

prosuk Berkah Lidi diikutsertakan. Seiringan dengan itu, produk kerajinan tangan

tradisional beliau yang di Kantor Kepala Desa di lihat oleh Kak Irma dan Kak

Dian yang bekerja di Rumah Pintar (Rumpin). Kak Dian sebagai ketua Kordinasi

Rumpin,apabila ada acara bukan melalui manejer perusahaan ini tetapi langsung

ke Pusat perusahaan LONSOM di Medan.

Saat itu,Kak Irma bertanya kepada Kepala Desa siapa yang membuat

produk tersebut. Setelah diberitahu bahwa itu adalah karya Pak Dirman, Kak Irma

langsung menelepon Pak Dirman untuk memastikan kebenarannyainformasi

tersebut. Setelah menghubungi Pak Dirman, Kak Irma langsung memberitahu

kepada pihak perusahaan atas karya beliau. Respon dari pihak perusahaan pun

sangat bagus, khususnya menejer perusahaan yang sangat tertarik dengan produk

beliau. Pihak perusahaan mengijinkan produk-produk Pak Dirman diletakkan di

bagian perusahaan sebagai bentuk hiasan dinding. Jadi ketika tamu perusahaan

dari luar datang, mereka melihat produk tersebut. Apabila ada yang tertarik bisa

langsung dipesan oleh pak Dirman.

Dengan diketahuinya bantuan dari perusahaan tersebut, beliau senang

karena karyanya masih ada yang mendukung dan diminati orang lain. Kemudian,

Pak Dirman dianjurkan mengikuti pameran di Jakarta yang mewakili dan mengisi

stand Indofood karena perusahaan ini merupakan anak prusahaan Indofood. Pak

Dirman dan kawan-kawan langsung memperaktekkan cara membuat kerajinan

tangan lidi kelapa sawit tersebut atau yang dikatakan dengan demo. Dalam acara

tersebut Pak Dirman mendapat juara dua, atas keberhasilan beliau tersebut

(14)

Peresmian Rumpin pertama di Bagerpang, Deli Serdang yang dihadiri oleh

Bu Ani Yudhoyono. Meraka meminta produk-produk kerajinan tangan Pak

Dirman dipamerkan di sana yang dibawakan oleh Kak Irma. Respon mereka pun

sangat bagus melihat produk kerajinan tangan tersebut. Saat peresmian Rumpin

yang kedua di Pulau Rambong, dihadiri oleh Bu Oke Hatarajasa. Saat itu, Pak

Dirman mengikuti acara tersebut dan produk kerajinan tangan beliau juga

dipamerkan di sana. Mereka juga membawa tim dari Jakarta tentang kerajinan

juga. Peresmian Rumpin yang ketiga di Dolok Batu Bara, di sana kerajinan tangan

Pak Dirman juga diikut sertakan dalam pameran. Kemudian peresmian Rumpin

yang ketiga di Sei Rumbia Kotapinang, Labuhanbatu Selatan. Akhirnya pada

tahun 2013 juga saat Rumpin yang ke empat di Sei Rumbia sudah dibangun. Pak

Dirman dipekerjakan di Rumah Pintar (Rumpin) dengan fokus mengembangkan

produk-produk kerajinan tangan tradisional miliknya. Namun beliau tetap digaji

sesuai gaji beliau sebelumnya, hanya saja beliau difokuskan mengembangkan

produk tersebut15. Sebagaimana diketahui rumpin adalah binaan LONSUM untuk

karyawan perusahaan yang dibangun melalui program Solidaritas Istri Kabinet

Bersatu (SIKIB). Menurut penuturan Pak Dirman bahwa SIKIB tidak ada

memberikan bantuan berupa dana kepada Kelompok Berkah Lidi, namun bantuan

yang beliau rasakan adalah dengan dibangunnya rumpin melalui SIKIB beliau

bisa mengembangkan kerajinan lidi kelapa sawit miliknya. Pak Dirman juga

mengatakan bahwa beliau selama ini belum ada menerima bantuan dana dari

(15)

Dari pihak perusahaan sama sekali tidak menerima uang dari Pak Dirman,

pihak perusahaan berkata bahwa suatu saat apabila produk ini maju dan

berkembang ingat bahwa ada pihak perusahaan yang mewadahi dan membantu

beliau. Itu saja harapan dari pihak perusahaan kepada Pak Dirman. Mendengar hal

tersebut beliau semakin semangat mengembangkan produk kerajinan tangan

tradisioanl ini, sampai akhirnya beliau mengajak kawan-kawan dan tetangganya

yang sudah beliau ajari sebelumnya untuk membentuk Usaha sebagai syarat untuk

mengikuti berbagai pelatihan. Setelah semua berkas syaratnya di urus,kelompok

ini diberi nama Berkah Lidi sehingga memiliki izin usaha PO. Berkah Lidi. Diberi

nama Berkah Lidi karena Pak Dirman menganggap bahwa dari lidi kelapa sawit

ini membawa berkah buat beliau. Artinya selain beliau dikenal banyak orang, dari

produk ini juga bisa membuka lapangan kerja, mengurangi pengangguran serat

dapat membantu perekonomian keluarga sebagai mata pencaharian tambahan.

2.2.2. Perkembangan Kelompok Berkah Lidi

Awalnya Usaha Swadaya Berkah Lidi ini didirikanoleh Pak Dirman

mendapat ejekan dari masyarakat setempat. Saat itu beliau menggeluti usaha ini

dengan pendapatan dan penghasilan yang belum pasti. Sedangkan

tetangga-tetangga lainnya setelah pulang bekerja, kebanyakkan darimereka bekerja lagi div

III sebagai Reflanting untuk menambah penghasilan mereka. Penghasilannya pun

mencapai Rp 60.000 per hari, sehingga saat gajian mereka mencpai Rp 2.000.000

– Rp 3.000.000 per bulan. Hal ini juga menjadi komplen dalam rumah tangga Pak

Dirman.Istrinya mengeluh masalah ekonomi,karena setiap pulang bekerja dan

(16)

harinya yang belum tau pendapatan dan penghasilannya berapa. Sampai istri Pak

Dirman berkata kepada beliau “kalau memang bisa kaya dari situ, saya rela.

Tengok suami-suami orang lain itu kerja di Reflantingasal gajian nanti Rp

2.000.000 – Rp 3.000.0000per bulan. Namun hal tersebut tidak ditanggapi oleh

Pak Dirman, beliau tetap memilih fokus pada produk kelapa sawit yang

digelutinya, Pak Dirman berfikirbahwa:

“Sekecil apapun perbuatan saya, saya tekuni, pasti bermanfaat pasti berguna. Apalagi ini masih unik dan antik. Kalau kita mau berbuat sesuatu pasti ada rintangan, apabila tidak ada rintangan berarti perbuatan itu tidak bagus. Kita mau berbuat baik pasti ada rintangan, kalau tidak ada rintangan berarti itu gak bagus karena gak ada cobaan pasti berjalan di tempat aja, dia gak ada ujiannya. Sesuatu usaha kalau ada ujian pasti ada peningkatan, karena dari ujian itulah tadi pasti ada peningkatan. Jadi penilaian peningkatan dari ujian itulah tadi”.

Dengan keyakinan Pak Dirman tersebut, beliau terus menggeluti kerajinan

tangan tradisional lidi kelapa sawit ini. Beliau juga sangat terbuka dengan

masyrakat sekitar.Dikarenakan produknya yang unik, banyak orang yang ingin

belajar dengan beliau. Namun, tidak semua diantara meraka menggeluti kerajinan

ini, dikarenakan mereka hanya tertarik akan produknya yang unik saja dan hanya

sekedar memuaskan hobi saja dan tidak berjalan lagi. Tetapi yang lebih dominan

produktif adalah orang-orang yang niat belajar yang datang ke rumah Pak Dirman.

Orang-orang aktif yang dimaksud adalah orang-orang yang membuat produk

kerajinan tangan ini secara bekelanjutan. Kelompok Berkah Lidi ini dalam proses

pembuatannya dilakukukan di rumah masing-masing atau di sebut dengan Home

(17)

biasanya ditulis/dieja dengan "Home Industri") adalah rumah usaha produk barang

atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil, karena jenis

kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah16

“Kirimkan orang kita ke India karena konsumen terbesar lidi adalah India, jadi satu minggu ada teman beliau mengirm lidi sampai depalan kontenar,

. Apabila ada pemesanan, Pak Dirman

langsung menelepon anggota atau pengrajin kelompok ini. Seperti halnya ada

pemesanan 500 produk, dari setiap anggota di ambil dari rumahnya

masing-masing kemudian hasil uangnya diberi sesuai dengan barang yang dijual.

Dikarenakan setiap tahunnya pihak Disperindag Labuhanbatu Selatan

mengadakan studi banding, Pak Dirman memintauntuk melakukan studi banding

ke Ciamis, karena di Ciamis pusat lidi terbesar di Indonesia. Tahun lalu beliau

mengikuti studi banding di Semarang, namun hasilnya tidak sesuai karena bahan

bakunya lidi kelapa sawit tidak mendukung. Jadi tidak berjalan lancar, begitu juga

saat di Magelang, Seleman, dan Yogyakarta. Pihak Disperindag Labuhanbatu

Selatan pun memberi kabar akan diadakannya studi banding untuk tahun depan,

namun Pak Dirman berkata bahwa:

“Terus terang kalau studi banding ke daerah-daerah yang tidak dominan, buat apa? Menghabiskan uang negara aja dan sia-sia. Jadi pulang studi banding gak ada hasilnya, yang dari kita pelajari itu gak ada”.

Menurut Pak Dirman studi banding yang bagus itu di Ciamis dan India karena lidi

kelapa sawit dikirim ke India. Sebelumnya saat Pak Dirman bertemu dengan

Bupati Labuhanbatu Selatan, beliau memberi saran kepada Bupati Labusel

tersebut dan berkata:

(18)

untuk dijadikan antinyamuk. Pelajari semua itu bagaimana sampai jadi antinyamuk, baru pulang ke Labusel. Ya pemerintahlah bangunlah pabrik antinyamuk, jadi dapat mengurangi pengangguran”.

Menurut penuturan Pak Dirman, respon Bupati pun saat itu iya-iya saja. Beliau

menegaskan kembali:

“Studi banding itu jangan hanya mau jalan-jalan menghabiskan uang negara, begitu pulang hanya oleh-oleh yang dapat, hal tersebut pernah dialami oleh Pak dirman sendiri. Padahal setidaknya kan kita bisa membandingkan bagaimana hasil di sana dan di sini, oo maju di sana, kenapa kita tidak bisa maju, kan seharuskan kita bisa memajukan daerah kita”.

Hal itu lah saran dan harapan dari pak Dirman kepada Bupati labusel saat

bertemu secara langsung. Pak Dirman menegaskan bahwa berbicara tentang

kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit yang terluas seindonesia adalah di

Sumatera Utara. Sumatera Utara yang terluas adalah Labusel, Labusel yang

terluas adalah Torgamba sehingga harus dimanfaatkan dengan baik. Perlahan tapi

pasti, dengan semangat kerja keras serta keberanian Pak Dirman memberi

kritikan, saran serta masukan kepada pemerintah, akhirnya ada perkembangan

tindak lanjut dari keluhan Pak Dirman kepada pemerintah. Selamai ini beliau

banyak mengeluh kepada pemerintah tentang pembinaan.Dikarenakan selama ini

beliau mengikuti pembinaan secara pribadi, bahkan beliau berfikir semua ini

beliau lakukan untuk kepentingan sosial tidak untuk materi atau uang. Dukungan

dari pemerintah saat ini, seperti setiap diadakannya pameran Dekranas (Dewan

Kerajinan Nasional) produk-produk Kelompok Berkah Lidi diikutsertakan dalam

(19)

Dalam proses pemasarannya, yang dahulunya pak Dirman sendirian

memperkenalkan produk lidi kelapa sawit secara langsung kepada masyarakat

maupun pemerintah, dengan keluhan dan kerja keras Pak Dirman, saat ini

pemasarannya sampai ke Batu Bara, Labusel, Medan Dan Langkat. Dukungan

dari perusahaan LONSUM kepada Pak Dirman adalah beliau difokuskan pada

kerajinan lidi kelapa sawit di Rumpin, pihak perusaahan juga membantu mereka

masalah pemasaran. Sebagaimana diketahui setiap ada tamu perusahaan dari luar

negri seperti Singapore dan Jepang, Kelompok Berkah Lidi membawa

produk-produk mereka ke perusahaan LONSUM. Tidak jarang tamu dari perusahaan

tersebut tertarik untuk membelinya sebagai buah tangan mereka dari Indonesia

dan pemesanannya paling banyak sekitar seratus proruk Berkah Lidi.

Awal tahun 2015, ada acara pameran ulang tahun Dekranas (dewan

kerajinan nasional), roduk-produk Berkah Lidi ikut serta dalam pameran tersebut.

Di sinilah Kelompok Berkah Lidi ada hubungan komunikasi dengan ke Malaysia

yang dikenalkan oleh teman Pak Dirman. Dikarenakan orang Malaysia

berlangganan kepada temannya dalan kerajinan lukisan timbul dari sisa bubuk teh,

semacam pemanfaatan limbah juga atau daur ulang. Semenjak saat itu orang

Malaysia sering membawa pulang produk-produk Berkah Lidi. Saat orang

Malaysia tersebut datang kembali, mereka memesan produk-produk Berkah Lidi

sebannyak satu bulan harus ada satu kontener sekitar 15.000 produk lidi kelapa

sawit. Sedangkan produksi Berkah Lidi paling banyak hanya mencapai 2.000

(20)

tersebut,karena terlalu banyak dan mereka tidak sanggup karena mereka juga

masih ada masyarakat lokal yang harus mereka penuhi juga.

Maka dari itu, saat ini yang menjadi tujuan utama kelompok Berkah Lidi

adalah di tahun 2017 produk mereka harus gol ekspor ke luar negri. Hal

tersebutlah yang yang dipirkan oleh mereka. Semakin banyak pemesanan produk

Kelompok Berkah Lidi maka semakin berkembang pula lah usaha kelompok ini.

Menurut penuturan Pak Dirman, kelompok ini juga memberdayaakan masyarakat

sekitar untuk bahan baku dan proses pemasarannya atau dikatakan dengan

pemberdayaan ekonomi. Kelompok ini memberdayakan masyarakat mencari

bahan baku lidi kelapa sawit kemudian bahan baku tersebut dibeli oleh Kelompok

Berkah Lidi dengan harga Rp. 2.000 per kg. Sedangkan apabila para pencari

bahan baku menjual kepada motor pick up dari luar yang datang ke tempat

mereka, dibeli dengan harga Rp. 1.800 per kg. Itu pun sudah harus dikeringkan

terbih dahulu, sedangkan apabila lidi kelapa sawit dikeringkan akan berkurang

timbangannya berkurang 1 ons. Selain itu, menurut penuturan Pak Dirman bahwa

pemberdayaan ekonomi lainnya adalah pelatihan pembuatan anyaman lidi kelapa

sawit. Sebagaimana diketahui, bahwa Pak Dirman sering mengikuti acara

pelatihan pembuatan kerajinan lidi kelapa sawit di beberapa daerah seperti Aceh,

Bandung, Riau dan lainnya apabila diminta atau diundang oleh pengrajin lainnya

Dikarenakan ilmu yang sudah dibekali dalam pelatihan, nantinya akan bisa

dipergunakan oleh para peserta untuk membuka usaha baru yang akan

(21)

Mulai dari awal Pak Dirman sendirian memngembangkan produk lidi

kelapa sawit sampai akhirnya terbentuk usaha swadaya yang bernama Berkah Lidi

dengan izin usaha SIUP/TDP 503/00448/BPPTPM-LS/SIUPTDP-022952000398.

Adapun pengurus Kelompok Berkah Lidi adalah Kasirin sebagai Ketua,

Parmohonan Pane sebagai wakil ketua, Arbahari sebagai sekretaris dan Rasyid

sebagai bendahara. Sedangkan anggotanya yaitu Joko Darma Asmara, Andi

Sanjaya, Sandi, Gina Artiana Sinaga, Malik Abdul Aziz, Nurhasanah, Yati, Angga

Alawa, Asma, Mujilah. Sebagaimana diketahui bahwa pengrajin lidi kelapa sawit

ini ada yang bekerja sebagai karyawan perusahaan, seperti Joko Darma, Andi

Sanjaya, Kasirin, Parmohonan Pane, Rasyid, Angga Alawa dan Arbahari. Gina

Atiana Sinaga merupakan istri dari Ksirin, Mujilah merupakan istri dari Sudirman.

Sedangkan yang lain seperti Nurhasanah, Yati, dan Asmah suami mereka bekerja

sebagai tukang deres ladang orang lain.Sandi bekerja sebagai penjaga ponsel dan

menjaga warung milik keluarga. Malik Abdul Aziz bekerja di toko kedai grosiran.

Dengan demikian, pekerjaan kerajinan lidi kelapa sawit ini hanya sebagai mata

pencaharian tambahan bagi pengrajin.

Dalam hal penghasilan utama dan penghasilan tambahan yang diperoleh

para pengrajin berbeda satu dengan lainnya. Sebagaimana diketahui penghasilan

dari pekerjaan utama Pak Dirman sebesar Rp. 2.400.000 per bulan, dan

penghasilan tambahan dari kerajinan lidi kelapa sawit bersama istri (Bu Mujilah)

sebesar Rp. 1.500.00 per bulan. Dari penghasilan tersebut mereka gunakan untuk

keperluan sehari-hari dan selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama

(22)

kerajinan lidi kelapa sawit bersama istri (Bu Gina) sebesar Rp. 450.000 per bulan.

Dari penghasilan tersebut mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari dan

selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama selaku karyawan

perusahaan seperti Pak Joko Darman, Pak Andi Sanjaya, Pak Arbahari, Pak

Parmohonan Pane, Pak Rasyid, Pak Angga Alawa sebesar Rp. 2.100.000 per

bulan. Kemudian penghasilan tambahan dari kerajinan lidi kelapa sawit Pak Joko

Darman sebesar Rp. 230.000 per bulan, Pak Andi Sanjaya sebesar Rp. 220.000

per bulan, Pak Arbahari sebesar Rp. 200.000 per bulan, Pak Parmohonan Pane

sebesar Rp 300.000 per bulan, Pak Rasyid sebesar Rp 400.000 per bulan, dan Pak

Angga Alawa sebesar RP. 210.000 per bulan. Dimana penghasilan mereka

digunakan untuk keperluana sehari-hari dan selebihnya ditabung.

Sedangkan Bu Nurhasanau, Bu Yati, dan Bu Asmah sebagai ibu rumah

tangga yang bertempat tinggal di Desa Bunut. Suami mereka bekerja sebagai

tukang deres ladang orang yang penghasilannya masing-masing sebesar Rp.

1.500.000 per bulan. Penghasilan tambahan yang diperoleh Bu Nurhasanah dari

kerajinan lidi kelapa sawit sebesar Rp. 200.000 per bulan, Bu Yati sebesar Rp.

180.000 per bulan, dan Bu Asmah sebesar Rp 180.000 per bulan, dan mereka

gunakan untuk keperluan sehari-hari kemudian selebihnya ditabung. Penghasilan

dari pekerjaan utama Bang Sandi sebesar Rp. 1.500.00 per bulan, Bang Malik

Abdul Aziz sebesar Rp 1.800.00 per bulan. Penghasilan tambahan Bang Sandi

dari kerajinan lidi kelapa sawit sebesar Rp 300.000 Rp per bulan, dan bang Malik

Abdul aziz sebesar Rp. 200.000 per bulan, dan mereka gunakan untuk keperluan

(23)

Alasan para pengrajin ikut Kelompok berkah Lidi adalah untuk menambah

wawasan dan mengembangkan jiwa seni yang merupakan hoby seperti yang

diungkapkan oleh Bu Gina, Bu Asmah, Bu Mujilah, Bu Yati, Pak Kasiri, Pak

Rasyid dan lainnya. Selain itu untuk mengisi waktu luang agar tidak terbuang

sia-sia dan untuk menambah ilmu seperti yang diungkapkan oleh Bang Sandi.

Kemudian, pengaruh yang dirasakan oleh pengrajin sesudah ikut Kelompok

Berkah Lidi adalah menambah penghasilan keluarga, biaya sehari-hari, buat jajan

anak, menjadi banyak jaringan dan teman, untuk beli beras sampai

penghasilannya ditabung untuk biaya sekolah anak seperti yang diungkapkan oleh

pengrajin.

Lain halnya dengan Bang Sandi dan Bang Malik Abdul Aziz yang belum

menikah, menurut penuturan mereka pengaruh yang dirasakan setelah ikut

Kelompok Berkah Lidi adalah untuk menambah uang saku, uang jajan dan

menambah tabungan, banyak teman. Sedangkan sebelum ikut Kelompok Berkah

Lidi, menurut penuturan para pengrajin seperti Bu Gina, Pak Kasiri, pak Rasyid,

Bu Mujilah, Bu Yati dan lainnya bahwa mereka hanya mengharapkan gaji dari

pekerjaan utama mereka untuk keperluan sehari-hari yang pas-passan karena

kebutuhan semakin meningkat. Selain itu banyak waktu luang yang sia-sia, dan

teman belum bisa mengembangkan jiwa seni mereka.

Dari sejumlah orang yang pernah ikut belajar membuat kerajinan lidi

kelapa sawit, ada bebarapa yang tidak mau ikut Kelompok Berkah Lidi.

Sebagaimana diketahui Mbak Mitra dan Bang Heriyanto pasangan suami istri

(24)

menurut mereka cukup sulit untuk membuat kerajinan tangan tersebut. Selain itu

Bang Poniman tidak mau ikut Kelompok Berakah Lidi karena pemasarannya yang

belum berkembang dan proses pembuatannya yang lumayan lama. Sedangkan

Menurut Bu Erna bahwa beliau pernah belajar membuat kerajinan ini tetapi tidak

aktif atau tidak ikut Kelompok Berkah Lidi karena beliau tidak mempunyai jiwa

seni dan beliau mengatakan hanya ikut-ikutan karena diajak oleh temannya.

Adapun alamat distributornya Kelompok Berkah Lidi adalah JL. Jambi

Gg. Jambi IV No 6 Binjai Selatan, JL. Amd. Purwodadi B-Simpang, Mangga

Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu, Desa Perkebunan Sisumut, Simpang

Proyek Kabupaten Labuhanbatu, JL. Teluk Panji Desa Bunut Kabupaten

Labuhanbatu Selatan. Cabang pemasarannya adalah JL. Jambi Gg. Jambi IV No 6

Binjai Selatan, JL. Amd. Purwodadi B-Simpang, Mangga Rantauprapat

Kabupaten Labuhanbatu, Desa Perkebunan Sisumut, Simpang Proyek Kabupaten

Labuhanbatu, JL. Teluk Panji Desa Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan

yang bertugas sebagai pemasaran adalah Mimi Ariyani Siregar, Sudarianto, Aidil

Syahputra, Siregar, S.Kom, Ali Warman Setia Pohan, Parmohonan Pane.

Kelompok Berkah Lidi juga memberikan garansi produknya apabila ada

kerusakan produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan keterangan

bahwa untuk semua type produk yang dibeli selama pemakaian kurun waktu 6

bulan rusak diakibatkan karena hal yang dianggap kerusakan pabrik/prosahaan

dari PO. Berkah Lidi selama dipakai konsumen, maka pihak dari PO. Berkah Lidi

akan mengganti kembali berupa bentuk barang konsumen dapat

(25)

pemasaran produk tersebut. Garansi produk hanya berlaku 6 bulan dan dapat

memberikan jaminan setiap produk untuk satu (1) kali return product sesuai

ketentuan pembelian produk. Demikian pernyataan garansi prosuk ini dibuat agar

dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan sesuai ketentuan yang berlaku.

Saat ini Kelompok Berkah Lidi sudah bisa dikatakan mandiri. Setiap ada pelatihan

yang diadakan dari tingkat Sumatera Utara kelompok ini yang diajukan oleh pihak

pemerintah dan Kelompok Berkah Lidi ini langsung membawa produk-produk

mereka ke acara pelatihan tersebut. Dalam mengikuti acara pelatihan tersebut

mereka tidak pernah bergantung kepada orang lain, Pak Dirman mengatakan

bahwa:

“Kami ini tidak pernah berfikir kalau berangkat itu meminta uang untung ongkos, yang penting bagaimana caranya mandiri dan maju”.

Sampai saat ini Pak Dirman sudah banyak melatih orang lain bahkan sampai

saat ini13 gelombang, seperti gelombang pertama yaitu Pak Rasyid, gelombang

kedua ada orang yang bertempat tinggal di Tugu sari Kotapinang, gelombang ke

tiga yaitu Pak Kasirin, gelombang ke empat orang Kalangsari Kotapinang

seterusnya sampai ke gelombang 13 dan acara pelatihan ini adalah gelombang ke

13. Dari awal gelombang sampai akhir semua Pak Dirman yang langsung turun

tangan mengajari mereka dan setelah mereka sudah mahir, mereka juga melatih di

tempat mereka masing-masing bagi yang niat dan tertarik dengan produk Berkah

Lidi. Namun sangat disayangkan hanya beberapa orang saja yang aktif dalam

(26)

Untuk perkembangan model produk Berkah Lidi, Bu Mujilah istri Pak

Dirman memberi inspirasi produk baru yang akan dibuat, saat ada pertemuan

dengan pengurus dan anggota Berkah Lidi, mereka juga memikirkan produk baru

yang akan dibuat bahkan kalau ada pemesanan atau tantangan seperti kantor Dinas

untuk membuat tempat buah berbentuk mobil truk mereka bisa membuatnya.

Seperti halnya membuat mobil truk tempat buah beliau hanya satu kali gagal

dalam membuatnya untuk yang kedua kali beliau mencoba langsung bisa dalam

waktu dua hari begitu juga produk baru lainnya. Kelompok Berkah Lidi ini juga

mengadakan pertemuan atau semacam rapat evaluasi kelompok mereka,

pertemuannya diadakan tidak menetap terkadang di rumah Pak Dirman terkadang

di rumah pengurus dan anggotanya dan pertemuannya juga tidak menentu

terkadang dua minggu sekali bahkan bisa sampai satu bulan sekali. Dari awal

terbentuknya Berkah Lidi, kelompok selalu ditutut untuk mandiri dengan tidak

bergantung kepada orang atau pihak lain untuk kemajuan usaha Berkah Lidi

kedepannya.

Perkembangan Kelompok Berkah Lidi sampai saat ini sudah mulai terlihat,

dukungan dan bantuan dari pemerintah setempat sudah ada seperti produk

Kelompok Berkah Lidi selalu diikutsertakan dalan acara pameran event dari

pemerintah setempat seprti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag),

Dinas Pemuda Olahraga (Dispora) dan lainnya dan dukungan dari Disperindag

Provinsi berupa pelatihan untuk kelompok ini di Rumpin. Pada akhirnya dengan

semangat kerja keras Pak Dirman untuk maju, dari beliau berjuang sendiri

(27)

kepada pihak pemerintah akhirnya perlahan-lahan hasil kerja keras beliau diminati

oleh masyarakat dan pemerintah setempat serta diminati sampai ke luar kota

bahkan luar negri.

Dalam hal pemasaran juga, apabila ada pesanan dari agen atau tengkulak,

Pak Dirman mengambil kerajinan dari setiap pengurus dan anggota untuk dijual

ke tengkulak kemudian hasilnya dibagi sesuai produk yang dijual. Sehingga pada

akhirnya terbentuknya Kelompok Berkah Lidi ini sebagai mata pencaharian

masyarakat dapat tercapai. Saat ini Kelompok Berkah Lidi sedang fokus maslah

label, label dari kerajinan lidi tangan ini sedang diurus oleh kelompok untuk hak

paten.

2.4. Peemberian Dana Sebagai Bentuk Dukungan dari Pemerintah

Dalam menjalankan usahanya, Pak Dirman kerap kali diundang dari

pemerintah, perusahaan,maupun temannya untuk ikut serta dalam pelatihan yang

diadakan oleh mereka, seperti pelatihan dari Dewan Kerajinan Nasional

(Dekranas), pelatihan di Aceh, Batam, Kalimantan, Bandung sampai beberapa

kali mengikuti Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) di Medan. Saat itu, selama

Pak Dirman melatih ke tempat lain, beliau belum pernah melatih atau

mengadakan pelatihan di daerah tempat tinggalnya di Labuhanbatu selatan. Hal

ini yang membuat beliau kecewa, karena orang lain dari luar kota sangat tertarik

sampai mengundang beliau untuk melatih mereka, namun sangat disayangkan

pemerintah Labusel kurangpada saat itu belum mendukung. Perlahan tapi pasti,

(28)

produksi kerajinan produk Berkah Lidi. Sampai akhirnya, karena produk Berkah

Lidi terkenal di luar kota, pihak pemerintah setempat baru melirik kelompok

Berkah Lidi.

Pak Dirman sangat senang karena ada perkembangan tindak lanjut dari

keluhan Pak Dirman kepada pemerintah. Selama ini beliau banyak mengeluh

kepada pemerintah tentang pembinaan. Sebelumnya, Pak Dirman mengikuti

pembinaan secara pribadi, bahkan beliau berfikir semua ini beliau lakukan untuk

kepentingan sosial tidak untuk materi atau uang. Respon baik dari pemerintah

setempat mulai dirasakan pleh Pak Dirman. Disprindag Labuhanbatu Selatan

bekerja sama dengan Disperindag Provinsi memberikan pelatihan kepada Pak

Dirman.Pada bulan April tahun 2016, untuk pertama kalinya pemerintah

mengadakan pelatihan kepada Pak Dirman yang berlokasi di Rumah Pintar

(Rumpin) Sei Rumbia.

Foto.3

Kegiatan Pelatihan Kelompok Berkah Lidi

(29)

Rumpin menyediakan berbagai macam fasilitas belajar untuk anak-anak

karyawan PTPP LONSUM Sei Rumbia Labusel. Saat mereka selesai pulang

sekolah, mereka bisa bermain sambil belajar di Rumpin dan kebanyakkan yang

datang adalah anak taman kanak-kanak (TK), dan sekolah dasar (SD). Fasilitasnya

pun seperti bebagai macam buku seperti buku agama, sejarah, matematika dan

lainnya, komputer, piano, bernyanyi, membaca dan menulis. Rumah Pintar ini

buka pada pukul 07.30 wib, kemudian istirahat makan siang dan sholat pukul

12.00 wib.Kemudian buka lagi pukul 14.00 wib sampai tutup pukul 16.00 wib.

Rumah Pintar ini diresmikan oleh oleh Ibu Ani Bambang Yudhoyono pada

tanggal 19 Februari 2013 dan Rumpin di Sei Rumbia ini di bangun paling lama

yaitu yang ke empat, sebelumnya yang pertama di Deli Serdang, kedua di Pulau

Rambong dan yang ketiga di Dolok Batu Bara dan yang keempat di Sei Rumbia

Labuhanbatu Selatan, yang semuanya didirikan pada setiap anak perusahaan

LONSUM.

Foto.4

Fasilitas Rumpin di PTPP. LONSUM Sei Rumbia

(30)

Pekerja di Rumpin yang mengajarkan kepada anak-anak ada dua orang,

yaitu Kak Irma dan Kak Dian, mereka yang bertugas saetiap harinya di Rumpi.,

Lain halnya dengan Pak Dirman, beliau memang dikerjakan di Rumpin, namun

hanya untuk fokus membuat dan mengembangkan produk Berkah Lidi. Tetapi,

apabila ada kaum ibu, kaum bapak ataupun remaja yang datang untuk belajar

membuat anyman lidi kelapa sawit, beliau mengajarinya di Rumpin itu

juga.Pelatihan ini diadakan oleh Dinas Prindustrian dan Perdagangan

(Disperindag) Provinsi bekerja sama dengan Dinas perindustrian (Diperindag)

Kabupaten yang bertema Penumbuhan WUB melalui pelatihan teknis produksi

lidi hias dari pelapah kelapa sawit pada tanggal 13-17 April 2016.

Pelatihan ini diikuti oleh peserta yang berasal dari beberapa kecamatan,

seperti Kecamatan Torgamba, Silangkitang dan Kotapinang dan masing-masing

peserta sebelumnya dari berbeda kecamtan tidak saling mengenal.Sebelumnya,

orang-orang yang mengikuti palatihan ini ada ketua kelompok dari

masing-masing desa tersebut, dan mereka berhubungan baik dengan Pak Dirman. Maka

dari itu, dalam pelatihan ini Pak Dirman langsung menelpon masing-masing ketua

kelompok untuk ikut langsung berpartisipasi dalam pelatihan kerajinan tangan lidi

(31)

Foto.5

Pak Dirman Mengajari Peserta Membuat Anyaman Lidi

Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016

Dengan pelatihan ini mereka baru saling mengenal satu sama lain.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh pihak Disperindag Provinsi Sumatera Utara dan

Disperindag Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Mengenai pelatihan ini, Pak

Dirman menjelaskan bahwa program provinsi diserahkan ke kabupaten Labusel

untuk menyelenggarakan pelatihan ini. Setiap tahunnya Disperindag Provinsi

mengeluarkan anggaran untuk setiap daerah atau kota yang memiliki potensi

bagus dalam hal memajukan perekonomian daerah. Dikarenakan produk Klompok

Berkah Lidi ini sudah meluas dan mulai dikenal banyak orang, barulah diadakan

kegiatan ini pada saat itu. Pelatihan ini didanai oleh Disperindag Provinsi, mulai

dari bahan baku membuat produknya yaitu lidi kelapa sawit, peralatan yang

digunakan seperti meteran, gunting, benang, pisau dan lainnya, dan ada juga

makan siang, snake, air minum serta sertifikat.Sambil mengikuti pelatihan,

(32)

oleh perwakilan Disperindag provinsi dan Disperindag Kabupaten serta Menejer

perusahaan Sei Rumbia yang memberikan arahan. Diharapkan nantinya peserta ini

akan menjadi satu kelompok-kelompok di desa mereka masing-masing, kemudian

nantinya akan dipantau oleh Kelompok Berkah Lidi dalam produksinya.

Foto.6

Foto Bersama Disperindag Provinsi dan Labusel

Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016

Kelompok ini nantinya akan mamantau adakah perkembangan dari peserta

pelatihan. Adakah peningkatan mereka dari hasil pelatihan ini dan ada

kelanjutannya atau tidak.Dikarenakan peserta ini akan terus berkelanjutan supaya

ada penambahan ekonomi mereka. Tujuan diadakannya pelatihan ini menurut Pak

Dirman adalah agar bisa penambahan produksi, agar tumbuh lagi

wirausaha-wirausaha baru atau kelompok-kelompok baru. Walaupun tidak 100% peserta

yang ikut produktif, setidaknya 45% diharapkan bisa produktif, mereka bisa

berkembang di desa mereka masing-masing. Menurut penuturan Pak Dirman,

dalam pembuatan produk ini sebenarnya yang terpenting adalah dasarnya. Apabila

(33)

piring, tempat buah, tempat sendok, tempat aqua dan lainnya. Pak Dirman

menambahkan bahwa sebenarnya lebih bagus lagi kegiatan ini dalam sistem

karantina, karena waktu peserta sepenuhnya siang dan malam untuk belajar

produk lidi kelapa sawit ini seperti saat beliau pelatihan di Batam selama tiga hari.

Namun, tempat para peserta menginap di Rumpin tidak ada karena kalau diadakan

di hotel akan mengeluarkan dana yang besar.

Foto.7

Suasana Saat Pelatihan Membuat Anyaman Lidi

Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016

Untuk peserta pelatihan yang betempat tinggal di Sei Rumbia sendiri

berjumlah lima orang. Hanya beberapa orang saja yang tahu informasi tentang

pelatihan ini. Menurut penuturan Pak Dirman, pihak Kelapa Desa tidak memberi

informasi kepada kepala dusun Sei Rumbia, jadi tidak semua orang yang tahu.

Masyarakat Desa Sei Rumbia pun kurang meminati prmbuatan produk lidi kelapa

sawit ini, karena mereka berfikir lebih baik kerja di lapangan setengah hari

(34)

tentu penghasilannya dan lama proses pembuatannya. Berkaitan dengan modal,

memang kalau modal uang sampai saat ini belum ada diberikan dari pemerintah

kepada kelompok ini, Pak Dirman mengatakan bahwa:

“Memang kita bukan tidak butuh uang tapi kalau hanya dengan modal uang yang diberikan sama kita apapun ceritanya itu nanti akan hancur karena apabila produksi tidak lancar, uang kita habis maka akan sia-sia”.

Kelompok ini sudah mandiri mulai dari terbentuk sampai saat ini, Pak

Dirman menambahkan supaya hasil dari peserta yang aktif produksinya bisa

ditampung oleh Pak Dirman. Sehingga bisa di kalkulasikan berapa per bulan hasil

dari Labusel, disana lah beliau bisa mengkalkulasikan sudah mampukah mereka

mengekspor atau belum.Kemudian untuk pemetintah daerah Pak Dirman

mengatakan bahwa:

“Selama ini seperti Dispora, Pemdes, Disperindag mendapat suatu keuntungan dari kita, artinya dari produk kita ini event-event mereka berjalan naik atau bagus, nama-nama Labusel ini ke beberapa penghargaan allhamdulillah dari kerajinan kita”.

Menurut penuturan Pak Dirman, beliau berharap kepada pihak

Disperindag Provinsi maupun Disperindag Labusel adalah tetap keluhan mereka

didengar, artinya jelas kalau berbicara soal UKM, hanya ada tiga hal yang

menysngkut dengsn UKM, yaitu 1. Pembinaan 2. Pemasaran, dan 3. Permodalan.

Jadi salah satu diantara 3 hal ini tidak ada, maka tidak akan jalan. Walaupun

banyak modal kita tetapi kalau tidak ada pembinaan, barangnya tidak ada maka

tidak akan jalan. Ada pembinaan pun tetapi tidak ada pemasaran tidak akan jalan

(35)

pemerintah setempat agar lebih serius memperhatikan dan mendukung

pertumbuhan dan perkembangan Kelompok Berkah Lidi. Saat ini produk-produk

Berkah Lidi sudah menjadi produk andalan Labusel, Pak Dirman mengatakan

bahwa:

“Harapan kita ini produk kita memasyarakat di Labusel kemudian apabila orang datang ke Labusel, orang sudah membayangkan oh produk Lidi yang menjadi sesuatu yang identik dengan produk Lidi kelapa sawit, kan gitu harapan kita kedepan”.

Sebelumnya kelompok ini juga sudah ada niat untuk gol ekspor tahun

2015 lalu, namun karena kekurangan pekerja, jadi permintaan konsumen tidak

bisa terpenuhi. Dengan adanya pelatihan-pelatihan dari pemerintah ini,mungkin

ada harapan besar untuk Kelompok Berkah Lidi untuk tahun 2017 akan gol

ekspor. Dikarenakan anak murid Pak Dirman sudah mulai banyak seperti di Batu

Bara, anak muridnya mengajarkan produk anyaman lidi kelapa sawit ke

sekolah-sekolah sebagai ekstrakulikuler di sekolah-sekolah tersebut. Ada juga yang di Simalungun,

Labusel dan yang lainnya. Kelompok ini juga harus memenuhi permintaan lokal

terlebih dahulu baru gol ekspor.

Target kedepannya kelompok ini tidak hanya mencoba mengekspor ke

Malaysia, Singapore, dan Jepang tetapi sampai ke Usbaikistan bahkan ke negara

lain. Dengan menggunakan link dari teman beliauPak Soni Wicaksono satu wadah

di dalam rumah ekspor di Medan yang mengekspor lidi kelapa sawit untuk

dijadikan antinyamuk.Dari pelatihan ini diharapkan juga agar produk unggulan

Labusel lebih banyak di daerah Labusel sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa

(36)

sampai mengatakan bahwa produk Berkah Lidi adalah produk Binje. Namun pada

saat itu Pak Dirman hanya diam saja karena beliau hanya berfikir dari segi untuk

kemajuan dan demi kelancaran pemasaran produk Berkah Lidi hal tersebut tidak

masalah. Dikarenakan saat itu Kelompok Berkah Lidi memasarkan ke agen atau

tengkulak sebelum ada bantuan dari pemerintah.

Untuk itu, dengan diadakannya pelatihan ini agar produksi untuk Labusel

terpenuhi dan tidak diakui oleh pihak lain. Pemerintah kabupaten sendiri berjanji

akan memberikan dua pelatihan lagi kepada Kelompok Berkah Lidi, yaitu yang

pertama pelatihan membuat produk lidi kelapa sawit lagi dan yang kedua

pemerintah benjanji akan memberialat tenun lidi kelapa sawit pada bulan Juli

2016 yang harganya mencapai Rp. 6.000.000 untuk satu alat. Dalam pelatihan ini,

ada juga sitem penilaian dari provinsi kepada peserta di kertas penilaian. Ada dua

sistem penilaian yaitu pertama penilaian tempat, materi, makanan, minuman,

snake dan kedua penilaian terhadap pengajar atau pelatih yaitu Pak Dirman,

seperti gambar di bawah :

Foto.8

(37)

Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016

Kertas penilaian ini kemudian dibawa lagi oleh pihak provinsi sebagai

bukti dan hasil bahwa mereka telah menjalankan program pengembangan potensi

daerah setiap tahunnya. Menurut Pak Dirman, respon Disperindag Provinsi

terhadap Kelompok Berkah Lidi saat ini sudah bagus. Disperindag Provinsi juga

sudah tahu kualitas produk Berkah Lidi, keberhasilan dari binaan Pak Dirman

mereka sudah memahami dan mengakui bagus.

Menurut penuturan Pak Dirman diharapkan kerajinan lidi kelapa sawit ini

bisa berkembang di daerah Labusel, Sumatera Utara bahkan sampai luar

ngeri.Dikarenakan saat ini sudah berjalan MEA (Masyarkat Ekonomi

Asia),walapunpun belum lancar, namun yang harus diwaspadai adalah barang dari

luar. Artinya jangan sempat deluan orang luar yang menguasai kerajinan lidi

kelapa sawit ini dibandingkan masyarakat lokal sendiri. Alangkah lebih bagusnya

kita yang menguasai luar, seperti Singapore tidak ada kelapa sawit, jadi kitalah

yang menguasai pemasaran di Singapore.

Sampai akhirnya saat ini respon pemerintah sudah mulai bagus kepada

Kelompok Berkah Lidi, sehingga kelompok ini bisa mengembangkan lagi dari

cara pembuatan tenun dapat menciptakan produk baru seperti tas, tempat tisu,

sendal, dan lainnya. Bahkan kalau semuanya tercapai di tahun 2017 Pak Dirman

berencana akan membuat rompi baju dari lidi kepala sawit. Menurut Pak Dirman,

lidi kelapa sawit ini banyak fungsinya. Bukan hanya untuk peralatan rumah

tangga, tetapi bisa sampai ke fashion, perhiasan rumah. Akhirnya pada tanggal 17

(38)

dengan lancar. Banyak harapan yang yang diinginkan untuk Kelompok Berkah

Lidi kedepannya dalam mengembangkan serta memajukan kelompok ini.

Pak Dirman juga mengatakan bahwa Kelompok Berkah Lidi ini

memberdayakan masyarakat setempat dalam bidang ekonomi, seperti masyarakat

yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit. Beliau menyarankan kepada

binaannya agar lidi yang dibeli dari masyarakat jangan disamakan dengan lidi

yang masyarakat jual ke agen lidi yang datang naik mobil pick up yang untuk

dijadikan sapu dan antinyamuk. Kalau agen tersebut menjual dengan harga

perkilonya Rp. 1.800, maka Kelompok Berkah Lidi harus membeli di atas harga

tersebut dengan harga Rp. 2.000 agar dengan adanya kerajinan Kelompok Berkah

Lidi ini, bertambah pendapatan masyarakat sebagai matapencaharian tambahan

mereka18. Sehingga ada keuntungan bagi pencari lidi dan ada keuntungan bagi

Kelompok Berkah Lidi tersebut. Dalam pelatihan ini Pak Dirman menuturkan

bahwa:

(39)

Pak Dirman juga mengatakan bahwasahanya bahasanya kepada pemkab labusel

khususnya ke instansi-instansi SKPD yang lalu agak kasar, beliau mengatakan

bahwa:

“Saya kecewa sama sistem kepemerintahan di Labusel, karena saya ini ada potensi kenapa tidak dipergunakan? Artinya ada kelebihan saya di dalam anyaman lidi, kenapa orang yang di luar kabupaten yang memakai saya, seperti pelatihan ini, yang memakai saya provinsi bukan kabupaten, saya harap ini menjadi tamparan buat pihak kabupaten”.

Adapun permasalahan yang menjadi keluhan Kelompok Berkah Lidi saat

ini adalah bukan mengenai bahan baku, karena bahan baku lidi kelapa sawit di

Labusel sangat melimpah. Tetapi, masalahpertama adalah pememesanan

produk-produk Berkah Lidi sebannyak satu bulan harus ada satu kontener sekitar 15.000

produk lidi kelapa sawi. Sedangkan produksi Berkah Lidi paling banyak hanya

mencapai 2.000 produk. Jadi, Kelompok Berkah Lidi tidak bisa memenuhinya

karena terlalu banyak dan mereka tidak sanggup karena mereka juga masih ada

masyarakat lokal yang harus mereka penuhi juga. Maka dari itu saat ini yang

menjadi tujuan utama kelompok Berkah Lidi adalah di tahun 2017 produk mereka

harus gol ekspor ke luar negri19

Kedua, diharapkan Labuhanbatu Selatan bisa seperti manajemen sistem

pola pikir pemerintah Batu Bara. Di Batu Bara, setiap ada acara baik pegawai

Dinas maupun Kepala Dinas seandainya ada pesta, mereka ambil barang dari

pengrajin masyarakat setempat seperti makanan diambil dari pengrajin makanan,

karena di sana sedikit kerajinan lidi. Jadi, Kelompok Berkah Lidi lah mereka .

(40)

minta untuk memasukkan produk lidi kelapa sawit ini, seperti saat kepala bidang

(kabid) pesta yang lalu, kelompok ini mengirim 400 produk lidi kelapa sawit.

Selain itu, di Batu Bara juga ada binaan atau anak murid Pak Dirman langsung

dikontrak sama Dinas Pendidikan Batu Bara. Jadi, binaan beliau mengajar

ektrakulikuler.

Ketiga, sebagaimana diketahui Labuhanbatu Selatan sendiri tidak

demikian. Sementara Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga, Pemdes,

Disperindag juga sudah tahu produk Berkah Lidi, namun tidak ada dukungan

sama sekali. Manurut penuturan Pak Dirman, kenapa tidak ada kerjasama sesama

instansi-instansi ini. Pak Dirman juga menuturkan bahwa saat bertemu dengan

Pemdes (Pemerintah Desa) bahasa beliau agak kasar juga. Beliau menuturkan saat

ada cara pelatihan di Grandsuma, penyelenggaranya adalah Pemerintah Desa. Pak

Dirman mengatakan bahwa kalau bicara UKM kenapa mesti Disperindag aja?

Kerja Pemdes ini apa? Seharusnya Pemdeslah yang membuka pertama, karena

Pemdes ini yang paling dekat dengan masyarakat, Pemdes yang paling dekat

dengan Pemerintahan Desa. Kemudian yang tahu nama kepala desa setiap desa itu

ya pemdes, jadi merekalah yang dekat ke desa, seharusnya merekalah yang bina.

Setelah menjadi UKM baru diserahkan ke Disperindag, ini gak, seakan-akan

Pemdes ini tidak ada urusan mereka di sini. Kalau Pemdes itu kan gampang,

panggil Kepala desa, sediakan beberapa orang untuk pelatihan ini, Disperindag

kan tidak bisa, karena Disperindag tidak ada hubungannya dengan Kepala Desa.

Sedangkan Pemdes bisa langsung Kepala Desa, kemudian Kepala Desa memberi

(41)

harapannya ada sekolah-sekolah yang menyediakan ekstrakulikuler binaan Pak

Dirman bisa mengajar di sekolah. Harapan pak Dirman yang sudah beliau didik,

merekalah yang mendidik orang lain sekarang. Makadari itu, yang lalu bahasaPak

Dirman agak kasar kepada Pemdes secara langsung, beliau mengatakan bahwa:

“Saya kecewa dengan sistem Labusel, apa kerja pemerintah Labusel itu? Pemdes, apa kerja Pemdes rupanya? Buat yang kayak gini, pulang mereka dari pelatihan ini, pesertanya seratus lebih, pulang dari sini apa yang bisa mereka buat? apa untung bagi mereka selesai acara ini? Kan Kebetulan yang digunakan penggerak PKK dan UKM. Pihak Pemdes menjawab okelah pak kalau begitu nanti penggerak PKK nya nanti kaum ibu mengikuti pelatihan lidi kelapa sawit. Beliau menjawab gitulah solusi yang bagus, karena penggerak PKK itu kan Pemdes yang ngatur, kenapa gak pemdes datang ke ibu-ibu diambil satu desa dua orang diadakan pelatihan kan lebih berguna. Kemudian yang sudah pandai diajari ke anggota PKK nya”.

Dengan bahasa Pak Dirman yang kasar tersebut respon Pemdes sudah mulai

bagus kepada Kelompok Berkah Lidi yaitu dalam waktu dekat ini ada beberapa

ibu-ibu PKK yang akan langsung diajari oleh beliau ataupun anggotanya.

Keempat, masalah label atau indentitas pemilik produk Berkah Lidi. Saat

ini produk-produk Kelompok Berkah Lidi belum di buat merek atau label di

produk lidi kelapa sawit tersebut. Kelompok ini masih bingung bagaimana cara

membuat labelnya yang cocok untuk produk lidi kelapa sawit ini.Dikarenakan

sudah pernah dicoba dalam bentuk ikat tali lau ada tulisan Berkah Lidi tetapi

membuat produknya rusak. Kelompok ini juga brefikiran labelnya seperti disablon

(42)

tersebutlah yang menjadi permasalahan kelompok ini dan hal ini yang akan

dipikirkan oleh kelompok ini untuk kedepannya.

2.4.1. Tanggapan Disperindag Provinsi

Saat penulis mengatakan bahwa membutuhkan data atau informasi dari

perwakilan Disperindag Provinsi, Pak Dirman langsung menagatakan bahwa yang

datang dari perwakilan Disperindag Provinsi yaitu Pak Arif sebagai Kepala Seksi

(KASI) dan penulis langsung dipertemukan dengan Pak Arif. Kemudian Pak

Dirman kembali memantau para peserta pelatihan. Tanggapan Pak Arif Lubis

selaku Kepala Seksi (KASI) Disperindag Provinsi terhadap pelatihan kerajinan

lidi kelapa sawit di Sei Rumbia Kotapinang Labusel sangat bagus. Pak Arif

mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan usulan dari Disperindag Kabupaten

Labusel yang mereka ajukan ke provinsi. Kemudian Disperindag Provinsi

mensortir usulan-usulan dari kabupaten kota sehingga terpilihlah salah satunya

Disperindag Kabupaten Labusel dengan pelatihan lidi kelapa sawit. Setelah itu

Disperindag provinsi mengajukan ke Kementrian Perindustrian yang kemudian

disetujui, usulan ini diajukan pada tahun 2015 baru dilaksanakan untuk anggaran

tahun 2016.

Dasar dari Disperindag provinsi berfikir adalah potensi lidi kelapa sawit

di Labusel sangat besar dan ini bisa dikatakan limbah dari hasil perkebunan

kelapa sawit dan warga, dengan memanfaatkan limbah ini bisa meningkatkan nilai

tambah bagi masyarakat Labusel. Dalam anggran tahun ini Disperindag dari

provinsi berharap kebijakan dari kementrian perindustrian itu untuk

(43)

kepada masyarakat yang belum tahu. Setelah peserta tahu, diharapkan nantinya

dari 25 orang peserta ini bisa tumbuh wirausaha/UKM baru, mudah-mudahan dari

25 orang yang dilatih semuanya bisa tumbuh. Dengan tumbuhnya mereka ini,

tentunya akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan keterampilan daripada

peserta itu sendiri. Kalau peserta ini sudah berwirausaha/UKM, mudah-mudahan

bisa menampung tenaga kerja yang lain, paling tidak tenaga kerja untuk yang

mencari lidi menjadi matapencaharian tambahan. Pak Arif menuturkan bahwa

murid binaan Pak Sudirman sebenarnya ada seratus orang, namun hanya 14 orang

yang aktif. Dikarenakan mencari uang di Labusel gampang sementara, pembutan

kerajinan lidi kelapa sawit ini sulit dan membutuhkan kesabaran, berbeda dengan

di Jawa sumber penghidupan sangat sulit, jadi kurang minat masyarakat Labusel

sendiri.

Masyarakat perkebunan Sei Rumbia ini lebih memilih bekerja setengah

hari di lapangan dengan gaji Rp 60.000 daripada membuat anyam lidi kelapa

sawit yang sulit dan lama. Di Perkebunan Sei Rumbia ini lidi kelapa sawit

menjadi limbah perkebunan, karena hanya sedikit mayarakat perkebunan yang

mencari lidi. Padahal limbah lidi kelapa sawit dari yang tidak punya nilai, kalau

dibersihkan menjadi lidi perkilonya dihargai oleh agen antinyamuk Rp. 1.800

perkilonya, sedangkanj kalau dijual dengan Pak Dirman dan kawan-kawan bisa

dijual dengan harga Rp. 2000 perkilonya yang sudah bersih. Hal tersebut untuk

para pencari lidi, kalau untuk anyaman lidinya seperti membuat piring, harga

piring itu sekitar Rp. 6.000 di pasaran secara eceran. Tetapi kalau pengrajin atau

(44)

ecerannya. Untuk satu kilo lidi kelapa sawit itu bisa menghasilkan empat buah

piring, jadi satu kilo dengan empat piring dapat Rp 14.000. Dari nilai yang hanya

Rp. 1.800 setelah dianyam bisa menghasilkan uang menjadi Rp 14.000 sudah ada

nilai tambahnya, itu hanya dalam bentuk piring, kalau dikembangkan lagi jadi

tempat aqua, lampu hias harganya juga semakin mahal namun dibutuhkan

keterampilan yang lebih karena kesulitannya juga lebih tinggi.

Disperindag Provinsi juga berharap dengan pelatihan ini ada peningkatan

selanjutnya, karena lidi kelapa sawit ini merupakan produk unggulan dari

Kabupaten labusel. Dikarenakan produk lidi kelapa sawit ini unggulan, makanya

Labusel jangan kalah peroduk anyaman lidinya dengan dengan produk anyam lidi

kelapa sawit dengan kabupaten atau provinsi lain. Disperindag provinsi juga

berharap agar peran pemerintah dari Disperindag Kabupaten Labusel untuk

mengembangkan industri kecil anyaman di Kabupaten Labusel ini. Setiap

pelatihan yang dilaksanakan dari provinsi itu merupakan usulan dari pihak

kabupaten, karena sistemnya Buttom up bukan Top Down. Jadi semua

program-program yang dibuat, diusulkan dari bawah semua. Kalau dulu Disperindag

provinsi yang menentukan daerah kabupaten yang akan dilaksanakan pelatihan,

tetapi sekarang sudah tidak bagitu lagi. Tidak ada muncul program yang tiba-tiba,

apa potensi daerah kemudian diusulkan kepada Disperindag provinsi dan mereka

coba tampung, difasilitasi barulah dilaksanakan programnya sesuai dengan

kebutuhan daerah.

Provinsi Sumatera ada 33 Kabupaten Kota, jadi dari 33 Kabupaten Kota

(45)

secara bergilir. Contohnya saja anggaran 10 pelatihan satiap tahunnya dan dicoba

untuk 10 kabupaten, tahun depanya lagi 10 kabupaten lagi dan seterusnya sampai

ini bisa mereta di kabupaten kota dan untuk tahun 2016 ini, Labusel mendapat

kesempatan pertama untuk pelatihan ini. Pak Arif berharap pelatihan ini bisa

diadakan setiap tahunnya di Labusel, karena beliau lahir di Parlabian Labusel.

Pelatihan ini diadakan juga karena atas saran Pak Arif kepada Disperindag

Labusel untuk mengangkat produk Berkah Lidi ke provinsi karena tidak mungkin

beliau langsung yang mengusulkan.Sebelumnya, Pak Arif dahulu turun dan

melihat langsung produk lidi kelapa sawit pada saat beliau monitoring ke

Disperindag Labusel. Pihak Dinas menyampaikan bahwa di Labusel sendiri ada

industri lidi kelapa sawit dan instrukturnya juga orang Labusel. Beliau melihat

karyanya sudah cukup bagus lalu berkata kepada Disperindag Labusel:

“Kenapa ini gak dikembangkan? Ini instruktur ada, potensi ada, justru malah orang luar yang menggunakan instruktur dari sini kan sayang. Kenapa gak diamnfaatkan? titipan ini kerajinan anyaman lidi itu saya bilang kepada Ibu Aminah selaku Kepada Bidang Perindustrian. Tolong Bu ini diajukan aja mumpung saya di provinsi, saya bukan KKN, tetapi saya melihat potensi di Labusel ini besar”.

Setelah itu, pihak Disperindag Provinsi melakukan survei ke Rumpin

untuk melihat produk dan lokasi pelatihan. Di setiap tahun Disperindag provinsi

melakukan rapat kerja, dimana daerah-daerah mengajukan program mereka

masing-masing dalam rapat tersebut mereka tampung, mana yang bisa diserap

untuk provinsi ditampung untuk provinsi, mana yang diserap sesuai dengan

Referensi

Dokumen terkait

166/PAN-PBJ-KEMENAG/X/2012 tanggal 29 Oktober 2012, maka dengan ini kami umumkan pemenang lelang untuk paket pengadaan Bantuan Wireless untuk Kegiatan RKM Sebanyak 35 Buah yaitu

Bahwa dalarn rangka Kegialan Seminar Nasional Dalam Rangka Memperingaii Hari Ibu 22 Desember 2007 padaJurusan Pendidikan Seni Musik dil;ngkDngan takultas Bahasadan

Mengangkat Panjiia Kegiatan Dies NataLis Ll.l\ y le-4j lurusm pcnJr L ',zni Musik Fakultas Bahasa dan Scni Universitas Negeri yogyakafta.2. Lampiran Surat Keputusan

164/PAN-PBJ-KEMENAG/X/2012 tanggal 29 Oktober 2012, maka dengan ini kami umumkan pemenang lelang untuk paket PENGADAAN BANTUAN OLAH RAGA UNTUK PONDOK PESANTREN SEBANYAK 1

Penelitian ini berhasil membuktikan hipotesis keempat yang menyatakan “Kualitas pelayanan, persepsi harga dan citra merek berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan

Kegiatan vaksinasi ND ( Newcastle desease ) dilakukan pada bulan 19 Juli 2019 di Peternakan Rakyat di Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat... Alat

Sehingga, dalam tulisan ini akan dibuat model Petri Net dari antrian sistem pelayanan rawat jalan bagi pasien Askes pada RSUD Dr.. Haulussy Ambon, untuk mendapatkan

Stres yang terjadi pada individu yang menganggur tidak hanya dikarenakan tidak adanya pendapatan yang menyebabkan kesulitan dalam hal finansial, tetapi juga akibat dari konsep