BAB II
PTPP. LONSUM Sei Rumbia: Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) Baru
2.1. Keberadaan PTPP. LONSUM Sei Rumbia
Desa Perk. Sei Rumbia terletak di dalam wilayah Kec. Kotapinang, Kab.
Labuhanbatu Selatan Prov. Sumatera Utara yang berbatasan dengan sebelah utara
berbatasan dengan Desa Sisumut, sebelah selatan berbatasan dengan Desa
Sosopan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kotapinang, dan sebelah
barat berbatasan dengan Desa Nagodang. Luas wilayah Desa Perk. Sei Rumbia
adalah 3000 Ha, dimana 2998 Ha milik perkebunan dan 2 rante milik desa. Iklim
Desa Perk. Sei Rumbia sebagaimana desa-desa lain di wilayah Indonesia
mempunyai ilkim kemarau dan penghujan. Hal tersebut mempunyai pengaruh
langsung terhadap pola tanam pada lahan perkebunan yang ada di Desa Perk. Sei
Rumbia Kec. Kotapinang.
Jumlah penduduk desa perkebunan ini berdasarkan profil desa tahun 2015
sebesar 2.690 jiwa, yang terdiri dari 1.392 jiwa laki-laki dan 1.298 jiwa
perempuan. Desa Perk. Sei Rumbia adalah nama suatu wilayah di Kec.
Kotapinang, Kab. Labuhanbatu Selatan menurut beberapa tokoh masyarakat Desa
perk. Sei Rumbia dikenal karena keberadaan sebuah mata air berbentuk sumur di
wilayah tersebut. Konon sumur tersebut tidak pernah kering walaupun musim
kemarau, dan diyakini sumur tersebut terhubung dengan sungai-sungai kecil di
yang menggenangi wilayah tersebut. Konon juga wilayah tersebut dikeramatkan
oleh sebagian orang untuk keperluan ritual tertentu misalnya meminta petunjuk
tentang siapa yang bakal menjadi calon Bupati, Walikota, dan petunjuk untuk
pengobatan ataupun nomor undian berhadiah. Wilayah tersebut lambat laun
menjadi nama sebuah desa yang pada saat sekarang ini bernama Desa Perk. Sei
Rumbia.
Desa Perk. Sei rumbia mulai terbentuk pada tahun 1965, yang pada saat itu
berjumlah 100 KK dan dipimpin oleh seorang Kepala Unit Penan Transmigrasi
(KUPT) dari departemen sosial yang bernama Agus Salim. Pada tahun 1976,
pengelolaan desa diserahkan kepada pemerintah daerah Prov. Sumatera Utara dan
selanjutnya dilakukan pemerintah Kepala Desa yang pertama dan terpilih Bapak
Wargo. Tanah yang digunakan untuk lokasi Desa Perk. Sei Rumbia berasal dari
penyerahan Marga Proatin XII. Pada masa pemerintahan kepala desa pertama ini,
kegiatan Desa Perk. Sei Rumbia banyak digunakan untuk menata kelembagaan
kelompok masyarakat tersebut walaupun masih bersifat sederhana, mulai dari
pembagian regu dan nantinya berkembang menjadi dusun dan penataan
kelompok-kelompok pertanian yang lain. Pada saat itu kegiatan kelompok
masyarakat ini banyak bekerja pada sektor pertanian dan pada kelompok kecil
pada sektor perkebunan. Namun, para pendatang pada waktu itu bersal dari Desa
Perk. Sei Rumbia ini.Selanjutnya setelah dua priode masa pemerintahan Pak
Hasibuan, masyarakat Desa Perk. Sei Rumbia memilih pemimpin baru pada tahun
1977 yang bernama Pak Zainuddin Rambe, pemilihan kepala desa dilakukan
masyarakat Desa Perk. Sei Rumbia untuk kedua kalinya melakukan adu visi dan
misi dalam Rencana Pembangunan Desa Perk. Sei Rumbia pada pemilihan kepala
desa tahun 2009 lalu. Kemudian yang terpilih menjadi kepala desa adalah Pak
Katmen, rata-rata kepala desa ini menjabat selama dua priode masa pemerintahan
desa10
Sebagaimana diketahui bahwa PTPP. LONSUM Sei Rumbia memiliki
Rumah “Pintar” (Rumpin) .
11
Awalnya yang bekerja di Rumpin adalah Kak Irma dan Kak Dian yang
mengejar anak karyawan yang datang ke Rumpin. Kemudian semenjak Pak
Dirman mengikuti pameran di Jakarta yang mewakili dan mengisi stand Indofood,
karena perusahaan ini merupakan anak prusahaan Indofood. Pak Dirman dan sebagai fasilitas untuk anak karyawan dalam proses
belajar. Fasilitas tersebut berupa sentra bermain untuk anak-anak bermain, sentra
buku untuk anak-anak membaca dan meulis, sentra audio visual untuk anak-anak
yang belajar komputer dan piano.Pada umumnya anak-anak yang datang belajar
adalah anak Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Rumpin Desa
Perk. Sei Rumbia berdiri pada tahun 2013 yang diresmikan oleh Ibu Ani
Yudhoyono selaku Ibu Negara pada masa itu. Menurut penuturan Pak Dirman,
Rumpin ini didirikan oleh LONSUM dan anak perusahaan LONSUM lainnya di
beberapa daerah merupakan bentuk kegiatan atau arisan para Ibu Pejabat.
10 RPJM Desa Perk. Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu
Selatan Tahun 2016-2021.
11Rumah “Pintar” (Rumpin) merupakan wadah yang disediakan oleh PTPP. LONSUM
kawan-kawan langsung memperaktekkan cara membuat kerajinan tangan lidi
kelapa sawit tersebut atau yang dikatakan dengan DEMO12
Kerajinan tangan Berkah Lidi yang didirikan oleh Pak Dirman dipercayai
sebagai perlengkapan yang penting bagi peminatnya. Dikatakan penting karena
produk kerajinan Pak Dirman seperti piring, tempat sendok, tempat aqua dan
lainnya merupakan perlengkapan alat rumah tangga. Seiring dengan
perkembangannya. Bentuk-bentuk kerajinan Berkah Lidi tersebut terus
berkembang yang dikemas sesuai dengan tren masa kini. Hal tersebut berlaku
secara universal, termasuk di Kotapinang. Meski tidak seperti Kota Bandung yang
terkenal sebagai sentranya industri kreatif yang didukung dengan adanya slogan
Bandung Creative City, dan terpilih sebagai pilot project kota kreatif se-Asia
Timur di Yokohama tahun 2007
. Dalam acara tersebut
Pak Dirman mendapat juara dua, atas keberhasilan beliau tersebut kabarnya
langsung sampai ke perusahaan. Akhirnya pada tahun 2013 juga saat Rumpin
yang ke empat di Sei Rumbia sudah dibangun. Pak Dirman dipekerjakan di
Rumah Pintar (Rumpin) dengan fokus mengembangkan produk-produk kerajinan
tangan tradisional miliknya. Namun beliau tetap digaji sesuai gaji beliau
sebelumnya, hanya saja beliau difokuskan mengembangkan produk tersebut.
2.2. Berkah Lidi Dalam Berita
13
12Demo adalah proses pembuatan kerajinan tangan yang langsung diperaktekkan di
lapangan saat pelatihan. 13
“BandungjadikotakreatifSeAsiaTimut”,http://bandungcreativecityblog.w ordpress.com.
Kotapinang mulai bermunculan meramaikan bursa persaingan industri kreatif,
salah satunya di bidang seni anyam klasik dan tradisional Berkah Lidi. Kegiatan
tersebut sesuai dengan visi dan misi dari pemerintahan Kotapinang, yaitu
memberikan yang terbaik kepada masyarakat “Labusel” dalam pembangunan
untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Visi dan misi ini
merupakan salah satu strategi dari pemerintah Kotapinang untuk
mengkomunikasikan kepada masyarakat agar ikut serta dalam mengembangkan
usaha swadaya tersebut. Hal ini dilakukan karena sangat membantu pemerintah
daerah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru. Melalui UKM (Usaha Kecil
Menengah) juga banyak tercipta unit-unit kerja baru yang menggunakan
tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga khususnya
masyarakat Kotapinang.
Selain itu, kegiatan tersebut juga berperan penting dalam segi sosial
budaya, yaitu sebagai salah satu sarana untuk memperkenalkan produk karya anak
Kotapinang, industri budaya pariwisata, dan potensi daerah kepada dunia luar.
Salah satu tempat jual-beli produk Berkah Lidi berada di PTPP LONSUM Sei
Rumbia tepatnya di Rumah Pintar (Rumpin) Kecamatan Kotapinang
Labusel.Berdasarkan observasi di Rumah Pintar (Rumpin) PTPP LONSUM Sei
Rumbia Kecamatan Kotapinang Labusel, penulis menemukan banyak orang yang
berminat untuk melihat dan membeli kerajinan tangan Berkah Lidi tersebut dari
kalangan remaja, dewasa sampai ibu rumah tangga. Bahkan ada di antara mereka
yang dengan sengaja memesan beberapa produk-produk Berkah Lidi tersebut.
dengan kebutuhan yang ada dalam masyarakat atau yang sedang laku dipasaran.
Kondisi seperti ini menurut Pak Sudirman merupakan peluang usaha yang harus
dimanfaatkan, permintaan dari pembeli menjadi masukan untuk mengembangkan
bentuk-bentuk atau motif dari kerajinan tangan yang beliau buat.
Seni Anyam dan Klasik Tradisional milik Pak Sudirman ini sudah sampai
ke luar negri saat mengikuti pameran. Produk kerajinan lidi kelapa sawit
dipamerkan di Australia. Produk usaha kecil dan menengah (UKM) berupa
kerajinan tangan berbahan dasar lidi kelapa sawit dari Kabupaten Labuhanbatu
Selatan (Labusel) dipamerkan di Canberra Australia. Buah karya tangan itu, milik
Sudirman, warga perkebunan Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten
Labuhanbatu Selatan. Karyanya diikutkan dalam pameran antar negara di kota
Canberra Negara Australia. Berlangsung sejak tanggal 25 September sampai 1
Oktober 2014. Kadisperindagkom dan UKM Labusel Dozer Hutapea, Jum’at
(26/9) mengatakan saat ini ada produk hasil kerajinan tangan milik warga Labusel
sedang mengikuti pameran antar negara di Canberra Australia. Sebelumnya,
keikutsertaan ini karena undangan dari duta besar Indonesia yang berada di negara
Australia. Melalui Sutias Handayani Gatot Pujo Nugroho selaku Ketua Dewan
Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) provinsi Sumatera Utara, yang
menggelar kerajinan tangan tingkat kabupaten/kota dengan seluruh perajin
se-sumut di Lapangan Merdeka Medan, tanggal 19-20 September 2014.
Saat menghadiri acara tersebut, karya kerajinan tangan dari Labusel dilihat
duta besar Indonesia di Australia bersama ketua Dekranasda provsu, bahwa
Canberra Australia, meskipun bahan bakunya terbuat dari lidi kelapa sawit,”
ungkapnya. Di sisi lain, kata Dozer provsu mempunyai peranan penting untuk ikut
mendorong kreativitas para perajin lokal agar mampu bersaing di tingkat global.
Sesuai tujuan perlu dilakukan fasilitas melalui peningkatan kualitas, desain,
kemasan dan branding serta pembinaan terhadap para perajin sebgai bentuk upaya
meningkatkan daya saing kedepannya. Sedangkan pameran itu, berlangsung
selama sepekan dimulai 1 Oktober 2014 di kota Canberra negara Australia. Selain
itu juga, kata Dozer sesuai visi dan misi Bupati Labusel, tugas berat pemkab
melalui SKPD harus memberikan yang terbaik kepada masyarakat Labusel dalam
pembangunan untuk menuju kesejahteraan dan kemakmuran. “Dalam arti
keberadaan, Pemkab Labusel dan Dekranasda Sumut harus bisa membertikan
peluang untuk mengenalkan produk lokal di tingkat global saat pasar bebas
ASEAN diberlakukan 2015. Jadi, perlu dorongan kreativitas para perajin lokal
agar bisa bersaing” sebut Dozer. Sementara Sudirman, warga perkebunan Sei
Rumbia Kecamatan Kotapinang Labusel mengatakan sangat bersyukur hasil
kerajinan tangan yang digelutinya selama tiga tahun bisa mengikuti pameran
kerajinan tangan antar negara di kota Canberra Australia tersebut.
Selama ini untuk mengembangkan kerajinan tangan, dia hanya memiliki
tiga orang karyawan meskipun sudah banyak yang dihasilkan dengan berbagai
bentuk yang telah dibuatnya. Misalkan seperti kerajinan tangan sebuah piring,
bakul, tempat aqua, bakul buah, lampion, lepekan, baki, pot bunga, yang
semuanya terbuat dari bahan baku lidi kelapa sawit. Sedangkan dari kerajinan
lampion.Tanpa dorongan dari pemkab Labusel ataupun Dekranasda Sumut, belum
tentu kerajinan tangan beliau dapat diikuti pameran di kota Canberra Australia.
Jadi, beliau sangat bersyukur sekali”, ujarnya Sudirman14
Sejak kecil Pak Dirman memang sudah senang dengan hal-hal yang
berbau seni, terutama seni rupa, seperti lukisan-lukisan, kerajinan tangan, dan lain
sebagainya. Bahkan sejak di bangku sekolah beliau mulai lebih mengasah
kemampuan melukisnya, walaupun hanya untuk sekedar menyalurkan hobinya
saja.Setelah lulus sekolah Aliyah, beliau pun mulai mencari pekerjaan sekitar
Aceh Timur Langsa tepatnya di Sarakayu, kemudian pindah keperkebunan di PT.
Wira Perca bekerja sebagai pembuhakaan lahan baru PT tersebut. Setelah daerah
Aceh, Beliau mencoba peruntungan dengan mengadu nasib ke daerah Sumatera .
2.3. Pendiri Kelompok Berkah Lidi
Pendiri Berkah Lidi adalah seorang pria berusia 45 tahun yang bernama
Sudirman. Beliau lahir di Iubedouh Aceh Barat tanggal 16 Maret 1972. Saat ini
pria yang akrab disapa Dirman ini tinggal di PTPP LONSUM Sei Rumbia
bersama ke dua (6) anaknya beserta istrinya (Bu Mujilah). Di tempat itu jugalah
beliau menjalankan usahanya.Beliau menempuh pendidikan formal dimulai dari
tingkat sekolah dasar, yaitu Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Aceh, kemudian
melanjut ke tingkat menengah diSanawiyah Negri Jeram di Kabupeten Nagan
Raya Aceh, lalu menempuh sekolah menengah atas di Aliyah di Ioubeduh Aceh
Utara tepatnya di Teluk Panji sebagai tukang Senso, lalu ke Palembang tepatnya
di Muara Inim bekerja sebagai pengaspalan jalan. Selanjutnya dengan pekerjaan
yang baru pula,beliau ke Pekanbaru bekerja bagian pepling yaitu penyambungan
pipa minyak dan pengeboran. Setelah itu ke Riau tepatnya di Kijang Mati di
perkebunan setelah beberapa bulan beliau balik ke Sumatera Utara menikah
dengan istrinya tepatnya di Blok Songo Kecamatan Kotapinang, Labusel dan juga
tinggal di rumah mertuanya untuk beberapa bulan. Setelah itu beliau merantau
lagi bersama istrinya ke Teluk Panji bekerja sebagai membuat bahan, seperti
papan sampai anak-anaknya lahir sampai tahun 1995, beliau kebanyakan bekerja
bagian perkebunan dan bangunan.
Foto.2 Foto Pak Sudirman
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016
Awal tahun 1996 dahulu, ada masalah mandoran div IV kebetulan abang
bekerja di PT PPP LONSUM LONSUM Sei Rumbia Estate di Dusun 84, Desa
Rumbia, Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Saat itu ada
lowongan pekerjaan, selama tiga minggu beliau bekerja di bagian pegawai harian
tetap setelah itu diangkat sebagai SKU. Awal beliau bekerja di perusahaan ini
sebagai tukang deres karet, dimana perusahaan ini terdiri atas karet dan kelapa
sawit, terkadang kalau dibutuhkan untuk menyinso beliau kerjakan juga. Pak
Sudirman menderes sampai awal tahun 2009, kemudian beliau menjadi satpam
sampai tahun 2010, tahun 2011 beliau bekerja dibagian kantor bagian logistik atau
bagian material barang perusahaan. Pada tahun 2013 di khususkan pihak
perusahaan untuk pengembangan kerajinan tangan lidi kelapa sawit.
2.2.1. Sejarah Berdirinya Berkah Lidi
Pada tahun 2011 Pak Sudirman pergi jalan-jalan ke daerah Bandung
dengan suatu organisasi yang dipimpinnya, organisasi lokal yang jaringannya
internasional. Organisasi tersebut bernama Pergerakan Buruh Perkebunan
Independen.Terkadang, Pak Dirman melakukan pertemuan dalam organisasi yang
dipimpimnya, seperti diJakarta, Bogor dan tahun 2011 kemaren di Bandung.
Selesai pertemuan mereka biasanya membentuk tim atau kelompok diberikan dan
untuk refreshing kemana pun mereka mau sebelum waktunya pulang. Kebetulan,
saat itu Kelompok Pak Dirman memilih ke tempat makan restoran besar. Di sana,
beliau melihat semua wadah makananya terbuat dari kerajinan tangan lidi kelapa
biasa atau pohon kelapa makan atau jawa. Melihat hal tersebut, beliau merasa
tertarik akan bentuknya yang unikdan berfikir alangkah bagusnya dikembangkan
diSumatera Utara khususnya Labuhanbatu Selatan, yang merupakan penghasil
kelapa sawit terbesar se-Indonesia dan akan sangat bagus dikembangkan dan akan
maju karena produk tersebut masih sangat langkah. Pak Dirman langsung
mengambil satu piring kerajinan tersebut dengan niat membelinya, namun tidak
diperboleh oleh pihak restoran.
Ketika pihak restoran bertanya untuk apa di beli, Pak Dirman langsung
menjawab untuk belajar membuat sendiri. Dikarenakan untuk belajar, Pak Dirman
dikasih 3 produk piringnya secara gratis. Produk kerajinan tersebut berupa piring
tempat makan, yang kemudian dibawa pulang oleh Pak Dirman. Beliau mulai
penasaran dengan produk tersebut. Pak Dirman pun membuka atau membongkar
satu produk piring tetapi beliau belum mengerti. Sampai akhirnya beliau
membuka piring lalu mempelajarinya sampai beliau mengeri dan bisa
memperaktekkannya dengan lidi kelapa sawit. Dahulu Pak Dirman tidak berfikir
ide ini bisa menjadi omset besar artinya tidak berfikir ekonomi, melainkan hanya
sekedar hoby dalam hal kerajinan. Saat itu untuk permulaan beliau membuat
produk kerajinan ini berbentuk piring. Kemudian dengan ide kreativitas, beliau
dan istri menjadi berkembang seperti tempat nasi, tempat buah, tempat sendok,
mangkok buah besar dan lain-lain.
Melihat produknya semakin bertambah Pak Dirman mengajarkan ilmu
yang beliau miliki kepada orang lain. Awalnya kepada anak-anak remaja sekitar
rumahnya. Namun karena masih remaja, mereka tidak berfikir produksi. Jadi tidak
dikembangkan oleh mereka. Tetapi, ada juga orang tua anak remaja tersebut yang
kerajinan ini beliau berikan kepada tetangga, saudara, teman-temannya, dan
kepada orang-orang yang beliau kenal yang mempunyai ideologi untuk kemajuan,
seperti diberikan ke kantor Dewan, kantor Kepala Desa. Beliau tidak memberi
tarif harga. Tetapi, kalau ada yang memberi uang dia ambil kalau tidak ada tidak
masalah. Pada suatu hari, Pak Dirman ditantang oleh kantor Dinas untuk membuat
bentuk baru, yaitu tempat buah berbentuk motor atau truk. Dengan bantuan
istrinya, produk tersebut bisa dibuat dengan bagus. Tempat buah berbentuk motor
atau truk tersebut diperkenalkan oleh Bupati Labuhanbatu Selatan. Melihat
produk tersebut, respon Bupati kepada Pak Dirman sangat bagus. Beliau langsung
disuruh untuk mengembangkan produk-produk tersebut.
Saat itu Pak Dirman diberi uang oleh Bupati atas nama ia pribadi bukan
atas nama pemerintah. Dana tersebut sebesar Rp 5.000.000 untuk
mengembangkan usaha beliau. Dari dana tersebut, Pak Dirman mengajak
anak-anak remaja setempat setiap malam minggu di rumah beliau untuk belajar
membuat produk tersebut. Terkadang, Pak Dirman membelikan makanan dan
minuman untuk mereka, bahkan yang suadah bisa membuat produk tersebut
beliau kasih uang. Ada kalanya lidi yang dicari oleh remaja-remaja tersebut beliau
bayar, untuk menambah semangat mereka. Hingga akhirnya, dana yang diberikan
oleh Bupati sedikit demi sedikit bartambah.
Beliau juga memperkenalkan produk Berkah Lidi daerah Labusel.
Tepatnya diDinas Pendidikan, kantor Kepala Desa sei Rumbia, Disperindag ada
event provinsi dan kabupaten, acara ulang tahun koperasi, pemdes yaitu PTG
prosuk Berkah Lidi diikutsertakan. Seiringan dengan itu, produk kerajinan tangan
tradisional beliau yang di Kantor Kepala Desa di lihat oleh Kak Irma dan Kak
Dian yang bekerja di Rumah Pintar (Rumpin). Kak Dian sebagai ketua Kordinasi
Rumpin,apabila ada acara bukan melalui manejer perusahaan ini tetapi langsung
ke Pusat perusahaan LONSOM di Medan.
Saat itu,Kak Irma bertanya kepada Kepala Desa siapa yang membuat
produk tersebut. Setelah diberitahu bahwa itu adalah karya Pak Dirman, Kak Irma
langsung menelepon Pak Dirman untuk memastikan kebenarannyainformasi
tersebut. Setelah menghubungi Pak Dirman, Kak Irma langsung memberitahu
kepada pihak perusahaan atas karya beliau. Respon dari pihak perusahaan pun
sangat bagus, khususnya menejer perusahaan yang sangat tertarik dengan produk
beliau. Pihak perusahaan mengijinkan produk-produk Pak Dirman diletakkan di
bagian perusahaan sebagai bentuk hiasan dinding. Jadi ketika tamu perusahaan
dari luar datang, mereka melihat produk tersebut. Apabila ada yang tertarik bisa
langsung dipesan oleh pak Dirman.
Dengan diketahuinya bantuan dari perusahaan tersebut, beliau senang
karena karyanya masih ada yang mendukung dan diminati orang lain. Kemudian,
Pak Dirman dianjurkan mengikuti pameran di Jakarta yang mewakili dan mengisi
stand Indofood karena perusahaan ini merupakan anak prusahaan Indofood. Pak
Dirman dan kawan-kawan langsung memperaktekkan cara membuat kerajinan
tangan lidi kelapa sawit tersebut atau yang dikatakan dengan demo. Dalam acara
tersebut Pak Dirman mendapat juara dua, atas keberhasilan beliau tersebut
Peresmian Rumpin pertama di Bagerpang, Deli Serdang yang dihadiri oleh
Bu Ani Yudhoyono. Meraka meminta produk-produk kerajinan tangan Pak
Dirman dipamerkan di sana yang dibawakan oleh Kak Irma. Respon mereka pun
sangat bagus melihat produk kerajinan tangan tersebut. Saat peresmian Rumpin
yang kedua di Pulau Rambong, dihadiri oleh Bu Oke Hatarajasa. Saat itu, Pak
Dirman mengikuti acara tersebut dan produk kerajinan tangan beliau juga
dipamerkan di sana. Mereka juga membawa tim dari Jakarta tentang kerajinan
juga. Peresmian Rumpin yang ketiga di Dolok Batu Bara, di sana kerajinan tangan
Pak Dirman juga diikut sertakan dalam pameran. Kemudian peresmian Rumpin
yang ketiga di Sei Rumbia Kotapinang, Labuhanbatu Selatan. Akhirnya pada
tahun 2013 juga saat Rumpin yang ke empat di Sei Rumbia sudah dibangun. Pak
Dirman dipekerjakan di Rumah Pintar (Rumpin) dengan fokus mengembangkan
produk-produk kerajinan tangan tradisional miliknya. Namun beliau tetap digaji
sesuai gaji beliau sebelumnya, hanya saja beliau difokuskan mengembangkan
produk tersebut15. Sebagaimana diketahui rumpin adalah binaan LONSUM untuk
karyawan perusahaan yang dibangun melalui program Solidaritas Istri Kabinet
Bersatu (SIKIB). Menurut penuturan Pak Dirman bahwa SIKIB tidak ada
memberikan bantuan berupa dana kepada Kelompok Berkah Lidi, namun bantuan
yang beliau rasakan adalah dengan dibangunnya rumpin melalui SIKIB beliau
bisa mengembangkan kerajinan lidi kelapa sawit miliknya. Pak Dirman juga
mengatakan bahwa beliau selama ini belum ada menerima bantuan dana dari
Dari pihak perusahaan sama sekali tidak menerima uang dari Pak Dirman,
pihak perusahaan berkata bahwa suatu saat apabila produk ini maju dan
berkembang ingat bahwa ada pihak perusahaan yang mewadahi dan membantu
beliau. Itu saja harapan dari pihak perusahaan kepada Pak Dirman. Mendengar hal
tersebut beliau semakin semangat mengembangkan produk kerajinan tangan
tradisioanl ini, sampai akhirnya beliau mengajak kawan-kawan dan tetangganya
yang sudah beliau ajari sebelumnya untuk membentuk Usaha sebagai syarat untuk
mengikuti berbagai pelatihan. Setelah semua berkas syaratnya di urus,kelompok
ini diberi nama Berkah Lidi sehingga memiliki izin usaha PO. Berkah Lidi. Diberi
nama Berkah Lidi karena Pak Dirman menganggap bahwa dari lidi kelapa sawit
ini membawa berkah buat beliau. Artinya selain beliau dikenal banyak orang, dari
produk ini juga bisa membuka lapangan kerja, mengurangi pengangguran serat
dapat membantu perekonomian keluarga sebagai mata pencaharian tambahan.
2.2.2. Perkembangan Kelompok Berkah Lidi
Awalnya Usaha Swadaya Berkah Lidi ini didirikanoleh Pak Dirman
mendapat ejekan dari masyarakat setempat. Saat itu beliau menggeluti usaha ini
dengan pendapatan dan penghasilan yang belum pasti. Sedangkan
tetangga-tetangga lainnya setelah pulang bekerja, kebanyakkan darimereka bekerja lagi div
III sebagai Reflanting untuk menambah penghasilan mereka. Penghasilannya pun
mencapai Rp 60.000 per hari, sehingga saat gajian mereka mencpai Rp 2.000.000
– Rp 3.000.000 per bulan. Hal ini juga menjadi komplen dalam rumah tangga Pak
Dirman.Istrinya mengeluh masalah ekonomi,karena setiap pulang bekerja dan
harinya yang belum tau pendapatan dan penghasilannya berapa. Sampai istri Pak
Dirman berkata kepada beliau “kalau memang bisa kaya dari situ, saya rela.
Tengok suami-suami orang lain itu kerja di Reflantingasal gajian nanti Rp
2.000.000 – Rp 3.000.0000per bulan. Namun hal tersebut tidak ditanggapi oleh
Pak Dirman, beliau tetap memilih fokus pada produk kelapa sawit yang
digelutinya, Pak Dirman berfikirbahwa:
“Sekecil apapun perbuatan saya, saya tekuni, pasti bermanfaat pasti berguna. Apalagi ini masih unik dan antik. Kalau kita mau berbuat sesuatu pasti ada rintangan, apabila tidak ada rintangan berarti perbuatan itu tidak bagus. Kita mau berbuat baik pasti ada rintangan, kalau tidak ada rintangan berarti itu gak bagus karena gak ada cobaan pasti berjalan di tempat aja, dia gak ada ujiannya. Sesuatu usaha kalau ada ujian pasti ada peningkatan, karena dari ujian itulah tadi pasti ada peningkatan. Jadi penilaian peningkatan dari ujian itulah tadi”.
Dengan keyakinan Pak Dirman tersebut, beliau terus menggeluti kerajinan
tangan tradisional lidi kelapa sawit ini. Beliau juga sangat terbuka dengan
masyrakat sekitar.Dikarenakan produknya yang unik, banyak orang yang ingin
belajar dengan beliau. Namun, tidak semua diantara meraka menggeluti kerajinan
ini, dikarenakan mereka hanya tertarik akan produknya yang unik saja dan hanya
sekedar memuaskan hobi saja dan tidak berjalan lagi. Tetapi yang lebih dominan
produktif adalah orang-orang yang niat belajar yang datang ke rumah Pak Dirman.
Orang-orang aktif yang dimaksud adalah orang-orang yang membuat produk
kerajinan tangan ini secara bekelanjutan. Kelompok Berkah Lidi ini dalam proses
pembuatannya dilakukukan di rumah masing-masing atau di sebut dengan Home
biasanya ditulis/dieja dengan "Home Industri") adalah rumah usaha produk barang
atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil, karena jenis
kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah16
“Kirimkan orang kita ke India karena konsumen terbesar lidi adalah India, jadi satu minggu ada teman beliau mengirm lidi sampai depalan kontenar,
. Apabila ada pemesanan, Pak Dirman
langsung menelepon anggota atau pengrajin kelompok ini. Seperti halnya ada
pemesanan 500 produk, dari setiap anggota di ambil dari rumahnya
masing-masing kemudian hasil uangnya diberi sesuai dengan barang yang dijual.
Dikarenakan setiap tahunnya pihak Disperindag Labuhanbatu Selatan
mengadakan studi banding, Pak Dirman memintauntuk melakukan studi banding
ke Ciamis, karena di Ciamis pusat lidi terbesar di Indonesia. Tahun lalu beliau
mengikuti studi banding di Semarang, namun hasilnya tidak sesuai karena bahan
bakunya lidi kelapa sawit tidak mendukung. Jadi tidak berjalan lancar, begitu juga
saat di Magelang, Seleman, dan Yogyakarta. Pihak Disperindag Labuhanbatu
Selatan pun memberi kabar akan diadakannya studi banding untuk tahun depan,
namun Pak Dirman berkata bahwa:
“Terus terang kalau studi banding ke daerah-daerah yang tidak dominan, buat apa? Menghabiskan uang negara aja dan sia-sia. Jadi pulang studi banding gak ada hasilnya, yang dari kita pelajari itu gak ada”.
Menurut Pak Dirman studi banding yang bagus itu di Ciamis dan India karena lidi
kelapa sawit dikirim ke India. Sebelumnya saat Pak Dirman bertemu dengan
Bupati Labuhanbatu Selatan, beliau memberi saran kepada Bupati Labusel
tersebut dan berkata:
untuk dijadikan antinyamuk. Pelajari semua itu bagaimana sampai jadi antinyamuk, baru pulang ke Labusel. Ya pemerintahlah bangunlah pabrik antinyamuk, jadi dapat mengurangi pengangguran”.
Menurut penuturan Pak Dirman, respon Bupati pun saat itu iya-iya saja. Beliau
menegaskan kembali:
“Studi banding itu jangan hanya mau jalan-jalan menghabiskan uang negara, begitu pulang hanya oleh-oleh yang dapat, hal tersebut pernah dialami oleh Pak dirman sendiri. Padahal setidaknya kan kita bisa membandingkan bagaimana hasil di sana dan di sini, oo maju di sana, kenapa kita tidak bisa maju, kan seharuskan kita bisa memajukan daerah kita”.
Hal itu lah saran dan harapan dari pak Dirman kepada Bupati labusel saat
bertemu secara langsung. Pak Dirman menegaskan bahwa berbicara tentang
kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit yang terluas seindonesia adalah di
Sumatera Utara. Sumatera Utara yang terluas adalah Labusel, Labusel yang
terluas adalah Torgamba sehingga harus dimanfaatkan dengan baik. Perlahan tapi
pasti, dengan semangat kerja keras serta keberanian Pak Dirman memberi
kritikan, saran serta masukan kepada pemerintah, akhirnya ada perkembangan
tindak lanjut dari keluhan Pak Dirman kepada pemerintah. Selamai ini beliau
banyak mengeluh kepada pemerintah tentang pembinaan.Dikarenakan selama ini
beliau mengikuti pembinaan secara pribadi, bahkan beliau berfikir semua ini
beliau lakukan untuk kepentingan sosial tidak untuk materi atau uang. Dukungan
dari pemerintah saat ini, seperti setiap diadakannya pameran Dekranas (Dewan
Kerajinan Nasional) produk-produk Kelompok Berkah Lidi diikutsertakan dalam
Dalam proses pemasarannya, yang dahulunya pak Dirman sendirian
memperkenalkan produk lidi kelapa sawit secara langsung kepada masyarakat
maupun pemerintah, dengan keluhan dan kerja keras Pak Dirman, saat ini
pemasarannya sampai ke Batu Bara, Labusel, Medan Dan Langkat. Dukungan
dari perusahaan LONSUM kepada Pak Dirman adalah beliau difokuskan pada
kerajinan lidi kelapa sawit di Rumpin, pihak perusaahan juga membantu mereka
masalah pemasaran. Sebagaimana diketahui setiap ada tamu perusahaan dari luar
negri seperti Singapore dan Jepang, Kelompok Berkah Lidi membawa
produk-produk mereka ke perusahaan LONSUM. Tidak jarang tamu dari perusahaan
tersebut tertarik untuk membelinya sebagai buah tangan mereka dari Indonesia
dan pemesanannya paling banyak sekitar seratus proruk Berkah Lidi.
Awal tahun 2015, ada acara pameran ulang tahun Dekranas (dewan
kerajinan nasional), roduk-produk Berkah Lidi ikut serta dalam pameran tersebut.
Di sinilah Kelompok Berkah Lidi ada hubungan komunikasi dengan ke Malaysia
yang dikenalkan oleh teman Pak Dirman. Dikarenakan orang Malaysia
berlangganan kepada temannya dalan kerajinan lukisan timbul dari sisa bubuk teh,
semacam pemanfaatan limbah juga atau daur ulang. Semenjak saat itu orang
Malaysia sering membawa pulang produk-produk Berkah Lidi. Saat orang
Malaysia tersebut datang kembali, mereka memesan produk-produk Berkah Lidi
sebannyak satu bulan harus ada satu kontener sekitar 15.000 produk lidi kelapa
sawit. Sedangkan produksi Berkah Lidi paling banyak hanya mencapai 2.000
tersebut,karena terlalu banyak dan mereka tidak sanggup karena mereka juga
masih ada masyarakat lokal yang harus mereka penuhi juga.
Maka dari itu, saat ini yang menjadi tujuan utama kelompok Berkah Lidi
adalah di tahun 2017 produk mereka harus gol ekspor ke luar negri. Hal
tersebutlah yang yang dipirkan oleh mereka. Semakin banyak pemesanan produk
Kelompok Berkah Lidi maka semakin berkembang pula lah usaha kelompok ini.
Menurut penuturan Pak Dirman, kelompok ini juga memberdayaakan masyarakat
sekitar untuk bahan baku dan proses pemasarannya atau dikatakan dengan
pemberdayaan ekonomi. Kelompok ini memberdayakan masyarakat mencari
bahan baku lidi kelapa sawit kemudian bahan baku tersebut dibeli oleh Kelompok
Berkah Lidi dengan harga Rp. 2.000 per kg. Sedangkan apabila para pencari
bahan baku menjual kepada motor pick up dari luar yang datang ke tempat
mereka, dibeli dengan harga Rp. 1.800 per kg. Itu pun sudah harus dikeringkan
terbih dahulu, sedangkan apabila lidi kelapa sawit dikeringkan akan berkurang
timbangannya berkurang 1 ons. Selain itu, menurut penuturan Pak Dirman bahwa
pemberdayaan ekonomi lainnya adalah pelatihan pembuatan anyaman lidi kelapa
sawit. Sebagaimana diketahui, bahwa Pak Dirman sering mengikuti acara
pelatihan pembuatan kerajinan lidi kelapa sawit di beberapa daerah seperti Aceh,
Bandung, Riau dan lainnya apabila diminta atau diundang oleh pengrajin lainnya
Dikarenakan ilmu yang sudah dibekali dalam pelatihan, nantinya akan bisa
dipergunakan oleh para peserta untuk membuka usaha baru yang akan
Mulai dari awal Pak Dirman sendirian memngembangkan produk lidi
kelapa sawit sampai akhirnya terbentuk usaha swadaya yang bernama Berkah Lidi
dengan izin usaha SIUP/TDP 503/00448/BPPTPM-LS/SIUPTDP-022952000398.
Adapun pengurus Kelompok Berkah Lidi adalah Kasirin sebagai Ketua,
Parmohonan Pane sebagai wakil ketua, Arbahari sebagai sekretaris dan Rasyid
sebagai bendahara. Sedangkan anggotanya yaitu Joko Darma Asmara, Andi
Sanjaya, Sandi, Gina Artiana Sinaga, Malik Abdul Aziz, Nurhasanah, Yati, Angga
Alawa, Asma, Mujilah. Sebagaimana diketahui bahwa pengrajin lidi kelapa sawit
ini ada yang bekerja sebagai karyawan perusahaan, seperti Joko Darma, Andi
Sanjaya, Kasirin, Parmohonan Pane, Rasyid, Angga Alawa dan Arbahari. Gina
Atiana Sinaga merupakan istri dari Ksirin, Mujilah merupakan istri dari Sudirman.
Sedangkan yang lain seperti Nurhasanah, Yati, dan Asmah suami mereka bekerja
sebagai tukang deres ladang orang lain.Sandi bekerja sebagai penjaga ponsel dan
menjaga warung milik keluarga. Malik Abdul Aziz bekerja di toko kedai grosiran.
Dengan demikian, pekerjaan kerajinan lidi kelapa sawit ini hanya sebagai mata
pencaharian tambahan bagi pengrajin.
Dalam hal penghasilan utama dan penghasilan tambahan yang diperoleh
para pengrajin berbeda satu dengan lainnya. Sebagaimana diketahui penghasilan
dari pekerjaan utama Pak Dirman sebesar Rp. 2.400.000 per bulan, dan
penghasilan tambahan dari kerajinan lidi kelapa sawit bersama istri (Bu Mujilah)
sebesar Rp. 1.500.00 per bulan. Dari penghasilan tersebut mereka gunakan untuk
keperluan sehari-hari dan selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama
kerajinan lidi kelapa sawit bersama istri (Bu Gina) sebesar Rp. 450.000 per bulan.
Dari penghasilan tersebut mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari dan
selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama selaku karyawan
perusahaan seperti Pak Joko Darman, Pak Andi Sanjaya, Pak Arbahari, Pak
Parmohonan Pane, Pak Rasyid, Pak Angga Alawa sebesar Rp. 2.100.000 per
bulan. Kemudian penghasilan tambahan dari kerajinan lidi kelapa sawit Pak Joko
Darman sebesar Rp. 230.000 per bulan, Pak Andi Sanjaya sebesar Rp. 220.000
per bulan, Pak Arbahari sebesar Rp. 200.000 per bulan, Pak Parmohonan Pane
sebesar Rp 300.000 per bulan, Pak Rasyid sebesar Rp 400.000 per bulan, dan Pak
Angga Alawa sebesar RP. 210.000 per bulan. Dimana penghasilan mereka
digunakan untuk keperluana sehari-hari dan selebihnya ditabung.
Sedangkan Bu Nurhasanau, Bu Yati, dan Bu Asmah sebagai ibu rumah
tangga yang bertempat tinggal di Desa Bunut. Suami mereka bekerja sebagai
tukang deres ladang orang yang penghasilannya masing-masing sebesar Rp.
1.500.000 per bulan. Penghasilan tambahan yang diperoleh Bu Nurhasanah dari
kerajinan lidi kelapa sawit sebesar Rp. 200.000 per bulan, Bu Yati sebesar Rp.
180.000 per bulan, dan Bu Asmah sebesar Rp 180.000 per bulan, dan mereka
gunakan untuk keperluan sehari-hari kemudian selebihnya ditabung. Penghasilan
dari pekerjaan utama Bang Sandi sebesar Rp. 1.500.00 per bulan, Bang Malik
Abdul Aziz sebesar Rp 1.800.00 per bulan. Penghasilan tambahan Bang Sandi
dari kerajinan lidi kelapa sawit sebesar Rp 300.000 Rp per bulan, dan bang Malik
Abdul aziz sebesar Rp. 200.000 per bulan, dan mereka gunakan untuk keperluan
Alasan para pengrajin ikut Kelompok berkah Lidi adalah untuk menambah
wawasan dan mengembangkan jiwa seni yang merupakan hoby seperti yang
diungkapkan oleh Bu Gina, Bu Asmah, Bu Mujilah, Bu Yati, Pak Kasiri, Pak
Rasyid dan lainnya. Selain itu untuk mengisi waktu luang agar tidak terbuang
sia-sia dan untuk menambah ilmu seperti yang diungkapkan oleh Bang Sandi.
Kemudian, pengaruh yang dirasakan oleh pengrajin sesudah ikut Kelompok
Berkah Lidi adalah menambah penghasilan keluarga, biaya sehari-hari, buat jajan
anak, menjadi banyak jaringan dan teman, untuk beli beras sampai
penghasilannya ditabung untuk biaya sekolah anak seperti yang diungkapkan oleh
pengrajin.
Lain halnya dengan Bang Sandi dan Bang Malik Abdul Aziz yang belum
menikah, menurut penuturan mereka pengaruh yang dirasakan setelah ikut
Kelompok Berkah Lidi adalah untuk menambah uang saku, uang jajan dan
menambah tabungan, banyak teman. Sedangkan sebelum ikut Kelompok Berkah
Lidi, menurut penuturan para pengrajin seperti Bu Gina, Pak Kasiri, pak Rasyid,
Bu Mujilah, Bu Yati dan lainnya bahwa mereka hanya mengharapkan gaji dari
pekerjaan utama mereka untuk keperluan sehari-hari yang pas-passan karena
kebutuhan semakin meningkat. Selain itu banyak waktu luang yang sia-sia, dan
teman belum bisa mengembangkan jiwa seni mereka.
Dari sejumlah orang yang pernah ikut belajar membuat kerajinan lidi
kelapa sawit, ada bebarapa yang tidak mau ikut Kelompok Berkah Lidi.
Sebagaimana diketahui Mbak Mitra dan Bang Heriyanto pasangan suami istri
menurut mereka cukup sulit untuk membuat kerajinan tangan tersebut. Selain itu
Bang Poniman tidak mau ikut Kelompok Berakah Lidi karena pemasarannya yang
belum berkembang dan proses pembuatannya yang lumayan lama. Sedangkan
Menurut Bu Erna bahwa beliau pernah belajar membuat kerajinan ini tetapi tidak
aktif atau tidak ikut Kelompok Berkah Lidi karena beliau tidak mempunyai jiwa
seni dan beliau mengatakan hanya ikut-ikutan karena diajak oleh temannya.
Adapun alamat distributornya Kelompok Berkah Lidi adalah JL. Jambi
Gg. Jambi IV No 6 Binjai Selatan, JL. Amd. Purwodadi B-Simpang, Mangga
Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu, Desa Perkebunan Sisumut, Simpang
Proyek Kabupaten Labuhanbatu, JL. Teluk Panji Desa Bunut Kabupaten
Labuhanbatu Selatan. Cabang pemasarannya adalah JL. Jambi Gg. Jambi IV No 6
Binjai Selatan, JL. Amd. Purwodadi B-Simpang, Mangga Rantauprapat
Kabupaten Labuhanbatu, Desa Perkebunan Sisumut, Simpang Proyek Kabupaten
Labuhanbatu, JL. Teluk Panji Desa Bunut Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan
yang bertugas sebagai pemasaran adalah Mimi Ariyani Siregar, Sudarianto, Aidil
Syahputra, Siregar, S.Kom, Ali Warman Setia Pohan, Parmohonan Pane.
Kelompok Berkah Lidi juga memberikan garansi produknya apabila ada
kerusakan produk sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan keterangan
bahwa untuk semua type produk yang dibeli selama pemakaian kurun waktu 6
bulan rusak diakibatkan karena hal yang dianggap kerusakan pabrik/prosahaan
dari PO. Berkah Lidi selama dipakai konsumen, maka pihak dari PO. Berkah Lidi
akan mengganti kembali berupa bentuk barang konsumen dapat
pemasaran produk tersebut. Garansi produk hanya berlaku 6 bulan dan dapat
memberikan jaminan setiap produk untuk satu (1) kali return product sesuai
ketentuan pembelian produk. Demikian pernyataan garansi prosuk ini dibuat agar
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan sesuai ketentuan yang berlaku.
Saat ini Kelompok Berkah Lidi sudah bisa dikatakan mandiri. Setiap ada pelatihan
yang diadakan dari tingkat Sumatera Utara kelompok ini yang diajukan oleh pihak
pemerintah dan Kelompok Berkah Lidi ini langsung membawa produk-produk
mereka ke acara pelatihan tersebut. Dalam mengikuti acara pelatihan tersebut
mereka tidak pernah bergantung kepada orang lain, Pak Dirman mengatakan
bahwa:
“Kami ini tidak pernah berfikir kalau berangkat itu meminta uang untung ongkos, yang penting bagaimana caranya mandiri dan maju”.
Sampai saat ini Pak Dirman sudah banyak melatih orang lain bahkan sampai
saat ini13 gelombang, seperti gelombang pertama yaitu Pak Rasyid, gelombang
kedua ada orang yang bertempat tinggal di Tugu sari Kotapinang, gelombang ke
tiga yaitu Pak Kasirin, gelombang ke empat orang Kalangsari Kotapinang
seterusnya sampai ke gelombang 13 dan acara pelatihan ini adalah gelombang ke
13. Dari awal gelombang sampai akhir semua Pak Dirman yang langsung turun
tangan mengajari mereka dan setelah mereka sudah mahir, mereka juga melatih di
tempat mereka masing-masing bagi yang niat dan tertarik dengan produk Berkah
Lidi. Namun sangat disayangkan hanya beberapa orang saja yang aktif dalam
Untuk perkembangan model produk Berkah Lidi, Bu Mujilah istri Pak
Dirman memberi inspirasi produk baru yang akan dibuat, saat ada pertemuan
dengan pengurus dan anggota Berkah Lidi, mereka juga memikirkan produk baru
yang akan dibuat bahkan kalau ada pemesanan atau tantangan seperti kantor Dinas
untuk membuat tempat buah berbentuk mobil truk mereka bisa membuatnya.
Seperti halnya membuat mobil truk tempat buah beliau hanya satu kali gagal
dalam membuatnya untuk yang kedua kali beliau mencoba langsung bisa dalam
waktu dua hari begitu juga produk baru lainnya. Kelompok Berkah Lidi ini juga
mengadakan pertemuan atau semacam rapat evaluasi kelompok mereka,
pertemuannya diadakan tidak menetap terkadang di rumah Pak Dirman terkadang
di rumah pengurus dan anggotanya dan pertemuannya juga tidak menentu
terkadang dua minggu sekali bahkan bisa sampai satu bulan sekali. Dari awal
terbentuknya Berkah Lidi, kelompok selalu ditutut untuk mandiri dengan tidak
bergantung kepada orang atau pihak lain untuk kemajuan usaha Berkah Lidi
kedepannya.
Perkembangan Kelompok Berkah Lidi sampai saat ini sudah mulai terlihat,
dukungan dan bantuan dari pemerintah setempat sudah ada seperti produk
Kelompok Berkah Lidi selalu diikutsertakan dalan acara pameran event dari
pemerintah setempat seprti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag),
Dinas Pemuda Olahraga (Dispora) dan lainnya dan dukungan dari Disperindag
Provinsi berupa pelatihan untuk kelompok ini di Rumpin. Pada akhirnya dengan
semangat kerja keras Pak Dirman untuk maju, dari beliau berjuang sendiri
kepada pihak pemerintah akhirnya perlahan-lahan hasil kerja keras beliau diminati
oleh masyarakat dan pemerintah setempat serta diminati sampai ke luar kota
bahkan luar negri.
Dalam hal pemasaran juga, apabila ada pesanan dari agen atau tengkulak,
Pak Dirman mengambil kerajinan dari setiap pengurus dan anggota untuk dijual
ke tengkulak kemudian hasilnya dibagi sesuai produk yang dijual. Sehingga pada
akhirnya terbentuknya Kelompok Berkah Lidi ini sebagai mata pencaharian
masyarakat dapat tercapai. Saat ini Kelompok Berkah Lidi sedang fokus maslah
label, label dari kerajinan lidi tangan ini sedang diurus oleh kelompok untuk hak
paten.
2.4. Peemberian Dana Sebagai Bentuk Dukungan dari Pemerintah
Dalam menjalankan usahanya, Pak Dirman kerap kali diundang dari
pemerintah, perusahaan,maupun temannya untuk ikut serta dalam pelatihan yang
diadakan oleh mereka, seperti pelatihan dari Dewan Kerajinan Nasional
(Dekranas), pelatihan di Aceh, Batam, Kalimantan, Bandung sampai beberapa
kali mengikuti Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU) di Medan. Saat itu, selama
Pak Dirman melatih ke tempat lain, beliau belum pernah melatih atau
mengadakan pelatihan di daerah tempat tinggalnya di Labuhanbatu selatan. Hal
ini yang membuat beliau kecewa, karena orang lain dari luar kota sangat tertarik
sampai mengundang beliau untuk melatih mereka, namun sangat disayangkan
pemerintah Labusel kurangpada saat itu belum mendukung. Perlahan tapi pasti,
produksi kerajinan produk Berkah Lidi. Sampai akhirnya, karena produk Berkah
Lidi terkenal di luar kota, pihak pemerintah setempat baru melirik kelompok
Berkah Lidi.
Pak Dirman sangat senang karena ada perkembangan tindak lanjut dari
keluhan Pak Dirman kepada pemerintah. Selama ini beliau banyak mengeluh
kepada pemerintah tentang pembinaan. Sebelumnya, Pak Dirman mengikuti
pembinaan secara pribadi, bahkan beliau berfikir semua ini beliau lakukan untuk
kepentingan sosial tidak untuk materi atau uang. Respon baik dari pemerintah
setempat mulai dirasakan pleh Pak Dirman. Disprindag Labuhanbatu Selatan
bekerja sama dengan Disperindag Provinsi memberikan pelatihan kepada Pak
Dirman.Pada bulan April tahun 2016, untuk pertama kalinya pemerintah
mengadakan pelatihan kepada Pak Dirman yang berlokasi di Rumah Pintar
(Rumpin) Sei Rumbia.
Foto.3
Kegiatan Pelatihan Kelompok Berkah Lidi
Rumpin menyediakan berbagai macam fasilitas belajar untuk anak-anak
karyawan PTPP LONSUM Sei Rumbia Labusel. Saat mereka selesai pulang
sekolah, mereka bisa bermain sambil belajar di Rumpin dan kebanyakkan yang
datang adalah anak taman kanak-kanak (TK), dan sekolah dasar (SD). Fasilitasnya
pun seperti bebagai macam buku seperti buku agama, sejarah, matematika dan
lainnya, komputer, piano, bernyanyi, membaca dan menulis. Rumah Pintar ini
buka pada pukul 07.30 wib, kemudian istirahat makan siang dan sholat pukul
12.00 wib.Kemudian buka lagi pukul 14.00 wib sampai tutup pukul 16.00 wib.
Rumah Pintar ini diresmikan oleh oleh Ibu Ani Bambang Yudhoyono pada
tanggal 19 Februari 2013 dan Rumpin di Sei Rumbia ini di bangun paling lama
yaitu yang ke empat, sebelumnya yang pertama di Deli Serdang, kedua di Pulau
Rambong dan yang ketiga di Dolok Batu Bara dan yang keempat di Sei Rumbia
Labuhanbatu Selatan, yang semuanya didirikan pada setiap anak perusahaan
LONSUM.
Foto.4
Fasilitas Rumpin di PTPP. LONSUM Sei Rumbia
Pekerja di Rumpin yang mengajarkan kepada anak-anak ada dua orang,
yaitu Kak Irma dan Kak Dian, mereka yang bertugas saetiap harinya di Rumpi.,
Lain halnya dengan Pak Dirman, beliau memang dikerjakan di Rumpin, namun
hanya untuk fokus membuat dan mengembangkan produk Berkah Lidi. Tetapi,
apabila ada kaum ibu, kaum bapak ataupun remaja yang datang untuk belajar
membuat anyman lidi kelapa sawit, beliau mengajarinya di Rumpin itu
juga.Pelatihan ini diadakan oleh Dinas Prindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Provinsi bekerja sama dengan Dinas perindustrian (Diperindag)
Kabupaten yang bertema Penumbuhan WUB melalui pelatihan teknis produksi
lidi hias dari pelapah kelapa sawit pada tanggal 13-17 April 2016.
Pelatihan ini diikuti oleh peserta yang berasal dari beberapa kecamatan,
seperti Kecamatan Torgamba, Silangkitang dan Kotapinang dan masing-masing
peserta sebelumnya dari berbeda kecamtan tidak saling mengenal.Sebelumnya,
orang-orang yang mengikuti palatihan ini ada ketua kelompok dari
masing-masing desa tersebut, dan mereka berhubungan baik dengan Pak Dirman. Maka
dari itu, dalam pelatihan ini Pak Dirman langsung menelpon masing-masing ketua
kelompok untuk ikut langsung berpartisipasi dalam pelatihan kerajinan tangan lidi
Foto.5
Pak Dirman Mengajari Peserta Membuat Anyaman Lidi
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016
Dengan pelatihan ini mereka baru saling mengenal satu sama lain.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh pihak Disperindag Provinsi Sumatera Utara dan
Disperindag Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Mengenai pelatihan ini, Pak
Dirman menjelaskan bahwa program provinsi diserahkan ke kabupaten Labusel
untuk menyelenggarakan pelatihan ini. Setiap tahunnya Disperindag Provinsi
mengeluarkan anggaran untuk setiap daerah atau kota yang memiliki potensi
bagus dalam hal memajukan perekonomian daerah. Dikarenakan produk Klompok
Berkah Lidi ini sudah meluas dan mulai dikenal banyak orang, barulah diadakan
kegiatan ini pada saat itu. Pelatihan ini didanai oleh Disperindag Provinsi, mulai
dari bahan baku membuat produknya yaitu lidi kelapa sawit, peralatan yang
digunakan seperti meteran, gunting, benang, pisau dan lainnya, dan ada juga
makan siang, snake, air minum serta sertifikat.Sambil mengikuti pelatihan,
oleh perwakilan Disperindag provinsi dan Disperindag Kabupaten serta Menejer
perusahaan Sei Rumbia yang memberikan arahan. Diharapkan nantinya peserta ini
akan menjadi satu kelompok-kelompok di desa mereka masing-masing, kemudian
nantinya akan dipantau oleh Kelompok Berkah Lidi dalam produksinya.
Foto.6
Foto Bersama Disperindag Provinsi dan Labusel
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016
Kelompok ini nantinya akan mamantau adakah perkembangan dari peserta
pelatihan. Adakah peningkatan mereka dari hasil pelatihan ini dan ada
kelanjutannya atau tidak.Dikarenakan peserta ini akan terus berkelanjutan supaya
ada penambahan ekonomi mereka. Tujuan diadakannya pelatihan ini menurut Pak
Dirman adalah agar bisa penambahan produksi, agar tumbuh lagi
wirausaha-wirausaha baru atau kelompok-kelompok baru. Walaupun tidak 100% peserta
yang ikut produktif, setidaknya 45% diharapkan bisa produktif, mereka bisa
berkembang di desa mereka masing-masing. Menurut penuturan Pak Dirman,
dalam pembuatan produk ini sebenarnya yang terpenting adalah dasarnya. Apabila
piring, tempat buah, tempat sendok, tempat aqua dan lainnya. Pak Dirman
menambahkan bahwa sebenarnya lebih bagus lagi kegiatan ini dalam sistem
karantina, karena waktu peserta sepenuhnya siang dan malam untuk belajar
produk lidi kelapa sawit ini seperti saat beliau pelatihan di Batam selama tiga hari.
Namun, tempat para peserta menginap di Rumpin tidak ada karena kalau diadakan
di hotel akan mengeluarkan dana yang besar.
Foto.7
Suasana Saat Pelatihan Membuat Anyaman Lidi
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016
Untuk peserta pelatihan yang betempat tinggal di Sei Rumbia sendiri
berjumlah lima orang. Hanya beberapa orang saja yang tahu informasi tentang
pelatihan ini. Menurut penuturan Pak Dirman, pihak Kelapa Desa tidak memberi
informasi kepada kepala dusun Sei Rumbia, jadi tidak semua orang yang tahu.
Masyarakat Desa Sei Rumbia pun kurang meminati prmbuatan produk lidi kelapa
sawit ini, karena mereka berfikir lebih baik kerja di lapangan setengah hari
tentu penghasilannya dan lama proses pembuatannya. Berkaitan dengan modal,
memang kalau modal uang sampai saat ini belum ada diberikan dari pemerintah
kepada kelompok ini, Pak Dirman mengatakan bahwa:
“Memang kita bukan tidak butuh uang tapi kalau hanya dengan modal uang yang diberikan sama kita apapun ceritanya itu nanti akan hancur karena apabila produksi tidak lancar, uang kita habis maka akan sia-sia”.
Kelompok ini sudah mandiri mulai dari terbentuk sampai saat ini, Pak
Dirman menambahkan supaya hasil dari peserta yang aktif produksinya bisa
ditampung oleh Pak Dirman. Sehingga bisa di kalkulasikan berapa per bulan hasil
dari Labusel, disana lah beliau bisa mengkalkulasikan sudah mampukah mereka
mengekspor atau belum.Kemudian untuk pemetintah daerah Pak Dirman
mengatakan bahwa:
“Selama ini seperti Dispora, Pemdes, Disperindag mendapat suatu keuntungan dari kita, artinya dari produk kita ini event-event mereka berjalan naik atau bagus, nama-nama Labusel ini ke beberapa penghargaan allhamdulillah dari kerajinan kita”.
Menurut penuturan Pak Dirman, beliau berharap kepada pihak
Disperindag Provinsi maupun Disperindag Labusel adalah tetap keluhan mereka
didengar, artinya jelas kalau berbicara soal UKM, hanya ada tiga hal yang
menysngkut dengsn UKM, yaitu 1. Pembinaan 2. Pemasaran, dan 3. Permodalan.
Jadi salah satu diantara 3 hal ini tidak ada, maka tidak akan jalan. Walaupun
banyak modal kita tetapi kalau tidak ada pembinaan, barangnya tidak ada maka
tidak akan jalan. Ada pembinaan pun tetapi tidak ada pemasaran tidak akan jalan
pemerintah setempat agar lebih serius memperhatikan dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan Kelompok Berkah Lidi. Saat ini produk-produk
Berkah Lidi sudah menjadi produk andalan Labusel, Pak Dirman mengatakan
bahwa:
“Harapan kita ini produk kita memasyarakat di Labusel kemudian apabila orang datang ke Labusel, orang sudah membayangkan oh produk Lidi yang menjadi sesuatu yang identik dengan produk Lidi kelapa sawit, kan gitu harapan kita kedepan”.
Sebelumnya kelompok ini juga sudah ada niat untuk gol ekspor tahun
2015 lalu, namun karena kekurangan pekerja, jadi permintaan konsumen tidak
bisa terpenuhi. Dengan adanya pelatihan-pelatihan dari pemerintah ini,mungkin
ada harapan besar untuk Kelompok Berkah Lidi untuk tahun 2017 akan gol
ekspor. Dikarenakan anak murid Pak Dirman sudah mulai banyak seperti di Batu
Bara, anak muridnya mengajarkan produk anyaman lidi kelapa sawit ke
sekolah-sekolah sebagai ekstrakulikuler di sekolah-sekolah tersebut. Ada juga yang di Simalungun,
Labusel dan yang lainnya. Kelompok ini juga harus memenuhi permintaan lokal
terlebih dahulu baru gol ekspor.
Target kedepannya kelompok ini tidak hanya mencoba mengekspor ke
Malaysia, Singapore, dan Jepang tetapi sampai ke Usbaikistan bahkan ke negara
lain. Dengan menggunakan link dari teman beliauPak Soni Wicaksono satu wadah
di dalam rumah ekspor di Medan yang mengekspor lidi kelapa sawit untuk
dijadikan antinyamuk.Dari pelatihan ini diharapkan juga agar produk unggulan
Labusel lebih banyak di daerah Labusel sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa
sampai mengatakan bahwa produk Berkah Lidi adalah produk Binje. Namun pada
saat itu Pak Dirman hanya diam saja karena beliau hanya berfikir dari segi untuk
kemajuan dan demi kelancaran pemasaran produk Berkah Lidi hal tersebut tidak
masalah. Dikarenakan saat itu Kelompok Berkah Lidi memasarkan ke agen atau
tengkulak sebelum ada bantuan dari pemerintah.
Untuk itu, dengan diadakannya pelatihan ini agar produksi untuk Labusel
terpenuhi dan tidak diakui oleh pihak lain. Pemerintah kabupaten sendiri berjanji
akan memberikan dua pelatihan lagi kepada Kelompok Berkah Lidi, yaitu yang
pertama pelatihan membuat produk lidi kelapa sawit lagi dan yang kedua
pemerintah benjanji akan memberialat tenun lidi kelapa sawit pada bulan Juli
2016 yang harganya mencapai Rp. 6.000.000 untuk satu alat. Dalam pelatihan ini,
ada juga sitem penilaian dari provinsi kepada peserta di kertas penilaian. Ada dua
sistem penilaian yaitu pertama penilaian tempat, materi, makanan, minuman,
snake dan kedua penilaian terhadap pengajar atau pelatih yaitu Pak Dirman,
seperti gambar di bawah :
Foto.8
Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016
Kertas penilaian ini kemudian dibawa lagi oleh pihak provinsi sebagai
bukti dan hasil bahwa mereka telah menjalankan program pengembangan potensi
daerah setiap tahunnya. Menurut Pak Dirman, respon Disperindag Provinsi
terhadap Kelompok Berkah Lidi saat ini sudah bagus. Disperindag Provinsi juga
sudah tahu kualitas produk Berkah Lidi, keberhasilan dari binaan Pak Dirman
mereka sudah memahami dan mengakui bagus.
Menurut penuturan Pak Dirman diharapkan kerajinan lidi kelapa sawit ini
bisa berkembang di daerah Labusel, Sumatera Utara bahkan sampai luar
ngeri.Dikarenakan saat ini sudah berjalan MEA (Masyarkat Ekonomi
Asia),walapunpun belum lancar, namun yang harus diwaspadai adalah barang dari
luar. Artinya jangan sempat deluan orang luar yang menguasai kerajinan lidi
kelapa sawit ini dibandingkan masyarakat lokal sendiri. Alangkah lebih bagusnya
kita yang menguasai luar, seperti Singapore tidak ada kelapa sawit, jadi kitalah
yang menguasai pemasaran di Singapore.
Sampai akhirnya saat ini respon pemerintah sudah mulai bagus kepada
Kelompok Berkah Lidi, sehingga kelompok ini bisa mengembangkan lagi dari
cara pembuatan tenun dapat menciptakan produk baru seperti tas, tempat tisu,
sendal, dan lainnya. Bahkan kalau semuanya tercapai di tahun 2017 Pak Dirman
berencana akan membuat rompi baju dari lidi kepala sawit. Menurut Pak Dirman,
lidi kelapa sawit ini banyak fungsinya. Bukan hanya untuk peralatan rumah
tangga, tetapi bisa sampai ke fashion, perhiasan rumah. Akhirnya pada tanggal 17
dengan lancar. Banyak harapan yang yang diinginkan untuk Kelompok Berkah
Lidi kedepannya dalam mengembangkan serta memajukan kelompok ini.
Pak Dirman juga mengatakan bahwa Kelompok Berkah Lidi ini
memberdayakan masyarakat setempat dalam bidang ekonomi, seperti masyarakat
yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit. Beliau menyarankan kepada
binaannya agar lidi yang dibeli dari masyarakat jangan disamakan dengan lidi
yang masyarakat jual ke agen lidi yang datang naik mobil pick up yang untuk
dijadikan sapu dan antinyamuk. Kalau agen tersebut menjual dengan harga
perkilonya Rp. 1.800, maka Kelompok Berkah Lidi harus membeli di atas harga
tersebut dengan harga Rp. 2.000 agar dengan adanya kerajinan Kelompok Berkah
Lidi ini, bertambah pendapatan masyarakat sebagai matapencaharian tambahan
mereka18. Sehingga ada keuntungan bagi pencari lidi dan ada keuntungan bagi
Kelompok Berkah Lidi tersebut. Dalam pelatihan ini Pak Dirman menuturkan
bahwa:
Pak Dirman juga mengatakan bahwasahanya bahasanya kepada pemkab labusel
khususnya ke instansi-instansi SKPD yang lalu agak kasar, beliau mengatakan
bahwa:
“Saya kecewa sama sistem kepemerintahan di Labusel, karena saya ini ada potensi kenapa tidak dipergunakan? Artinya ada kelebihan saya di dalam anyaman lidi, kenapa orang yang di luar kabupaten yang memakai saya, seperti pelatihan ini, yang memakai saya provinsi bukan kabupaten, saya harap ini menjadi tamparan buat pihak kabupaten”.
Adapun permasalahan yang menjadi keluhan Kelompok Berkah Lidi saat
ini adalah bukan mengenai bahan baku, karena bahan baku lidi kelapa sawit di
Labusel sangat melimpah. Tetapi, masalahpertama adalah pememesanan
produk-produk Berkah Lidi sebannyak satu bulan harus ada satu kontener sekitar 15.000
produk lidi kelapa sawi. Sedangkan produksi Berkah Lidi paling banyak hanya
mencapai 2.000 produk. Jadi, Kelompok Berkah Lidi tidak bisa memenuhinya
karena terlalu banyak dan mereka tidak sanggup karena mereka juga masih ada
masyarakat lokal yang harus mereka penuhi juga. Maka dari itu saat ini yang
menjadi tujuan utama kelompok Berkah Lidi adalah di tahun 2017 produk mereka
harus gol ekspor ke luar negri19
Kedua, diharapkan Labuhanbatu Selatan bisa seperti manajemen sistem
pola pikir pemerintah Batu Bara. Di Batu Bara, setiap ada acara baik pegawai
Dinas maupun Kepala Dinas seandainya ada pesta, mereka ambil barang dari
pengrajin masyarakat setempat seperti makanan diambil dari pengrajin makanan,
karena di sana sedikit kerajinan lidi. Jadi, Kelompok Berkah Lidi lah mereka .
minta untuk memasukkan produk lidi kelapa sawit ini, seperti saat kepala bidang
(kabid) pesta yang lalu, kelompok ini mengirim 400 produk lidi kelapa sawit.
Selain itu, di Batu Bara juga ada binaan atau anak murid Pak Dirman langsung
dikontrak sama Dinas Pendidikan Batu Bara. Jadi, binaan beliau mengajar
ektrakulikuler.
Ketiga, sebagaimana diketahui Labuhanbatu Selatan sendiri tidak
demikian. Sementara Dinas Pendidikan, Dinas Pemuda dan Olahraga, Pemdes,
Disperindag juga sudah tahu produk Berkah Lidi, namun tidak ada dukungan
sama sekali. Manurut penuturan Pak Dirman, kenapa tidak ada kerjasama sesama
instansi-instansi ini. Pak Dirman juga menuturkan bahwa saat bertemu dengan
Pemdes (Pemerintah Desa) bahasa beliau agak kasar juga. Beliau menuturkan saat
ada cara pelatihan di Grandsuma, penyelenggaranya adalah Pemerintah Desa. Pak
Dirman mengatakan bahwa kalau bicara UKM kenapa mesti Disperindag aja?
Kerja Pemdes ini apa? Seharusnya Pemdeslah yang membuka pertama, karena
Pemdes ini yang paling dekat dengan masyarakat, Pemdes yang paling dekat
dengan Pemerintahan Desa. Kemudian yang tahu nama kepala desa setiap desa itu
ya pemdes, jadi merekalah yang dekat ke desa, seharusnya merekalah yang bina.
Setelah menjadi UKM baru diserahkan ke Disperindag, ini gak, seakan-akan
Pemdes ini tidak ada urusan mereka di sini. Kalau Pemdes itu kan gampang,
panggil Kepala desa, sediakan beberapa orang untuk pelatihan ini, Disperindag
kan tidak bisa, karena Disperindag tidak ada hubungannya dengan Kepala Desa.
Sedangkan Pemdes bisa langsung Kepala Desa, kemudian Kepala Desa memberi
harapannya ada sekolah-sekolah yang menyediakan ekstrakulikuler binaan Pak
Dirman bisa mengajar di sekolah. Harapan pak Dirman yang sudah beliau didik,
merekalah yang mendidik orang lain sekarang. Makadari itu, yang lalu bahasaPak
Dirman agak kasar kepada Pemdes secara langsung, beliau mengatakan bahwa:
“Saya kecewa dengan sistem Labusel, apa kerja pemerintah Labusel itu? Pemdes, apa kerja Pemdes rupanya? Buat yang kayak gini, pulang mereka dari pelatihan ini, pesertanya seratus lebih, pulang dari sini apa yang bisa mereka buat? apa untung bagi mereka selesai acara ini? Kan Kebetulan yang digunakan penggerak PKK dan UKM. Pihak Pemdes menjawab okelah pak kalau begitu nanti penggerak PKK nya nanti kaum ibu mengikuti pelatihan lidi kelapa sawit. Beliau menjawab gitulah solusi yang bagus, karena penggerak PKK itu kan Pemdes yang ngatur, kenapa gak pemdes datang ke ibu-ibu diambil satu desa dua orang diadakan pelatihan kan lebih berguna. Kemudian yang sudah pandai diajari ke anggota PKK nya”.
Dengan bahasa Pak Dirman yang kasar tersebut respon Pemdes sudah mulai
bagus kepada Kelompok Berkah Lidi yaitu dalam waktu dekat ini ada beberapa
ibu-ibu PKK yang akan langsung diajari oleh beliau ataupun anggotanya.
Keempat, masalah label atau indentitas pemilik produk Berkah Lidi. Saat
ini produk-produk Kelompok Berkah Lidi belum di buat merek atau label di
produk lidi kelapa sawit tersebut. Kelompok ini masih bingung bagaimana cara
membuat labelnya yang cocok untuk produk lidi kelapa sawit ini.Dikarenakan
sudah pernah dicoba dalam bentuk ikat tali lau ada tulisan Berkah Lidi tetapi
membuat produknya rusak. Kelompok ini juga brefikiran labelnya seperti disablon
tersebutlah yang menjadi permasalahan kelompok ini dan hal ini yang akan
dipikirkan oleh kelompok ini untuk kedepannya.
2.4.1. Tanggapan Disperindag Provinsi
Saat penulis mengatakan bahwa membutuhkan data atau informasi dari
perwakilan Disperindag Provinsi, Pak Dirman langsung menagatakan bahwa yang
datang dari perwakilan Disperindag Provinsi yaitu Pak Arif sebagai Kepala Seksi
(KASI) dan penulis langsung dipertemukan dengan Pak Arif. Kemudian Pak
Dirman kembali memantau para peserta pelatihan. Tanggapan Pak Arif Lubis
selaku Kepala Seksi (KASI) Disperindag Provinsi terhadap pelatihan kerajinan
lidi kelapa sawit di Sei Rumbia Kotapinang Labusel sangat bagus. Pak Arif
mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan usulan dari Disperindag Kabupaten
Labusel yang mereka ajukan ke provinsi. Kemudian Disperindag Provinsi
mensortir usulan-usulan dari kabupaten kota sehingga terpilihlah salah satunya
Disperindag Kabupaten Labusel dengan pelatihan lidi kelapa sawit. Setelah itu
Disperindag provinsi mengajukan ke Kementrian Perindustrian yang kemudian
disetujui, usulan ini diajukan pada tahun 2015 baru dilaksanakan untuk anggaran
tahun 2016.
Dasar dari Disperindag provinsi berfikir adalah potensi lidi kelapa sawit
di Labusel sangat besar dan ini bisa dikatakan limbah dari hasil perkebunan
kelapa sawit dan warga, dengan memanfaatkan limbah ini bisa meningkatkan nilai
tambah bagi masyarakat Labusel. Dalam anggran tahun ini Disperindag dari
provinsi berharap kebijakan dari kementrian perindustrian itu untuk
kepada masyarakat yang belum tahu. Setelah peserta tahu, diharapkan nantinya
dari 25 orang peserta ini bisa tumbuh wirausaha/UKM baru, mudah-mudahan dari
25 orang yang dilatih semuanya bisa tumbuh. Dengan tumbuhnya mereka ini,
tentunya akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan keterampilan daripada
peserta itu sendiri. Kalau peserta ini sudah berwirausaha/UKM, mudah-mudahan
bisa menampung tenaga kerja yang lain, paling tidak tenaga kerja untuk yang
mencari lidi menjadi matapencaharian tambahan. Pak Arif menuturkan bahwa
murid binaan Pak Sudirman sebenarnya ada seratus orang, namun hanya 14 orang
yang aktif. Dikarenakan mencari uang di Labusel gampang sementara, pembutan
kerajinan lidi kelapa sawit ini sulit dan membutuhkan kesabaran, berbeda dengan
di Jawa sumber penghidupan sangat sulit, jadi kurang minat masyarakat Labusel
sendiri.
Masyarakat perkebunan Sei Rumbia ini lebih memilih bekerja setengah
hari di lapangan dengan gaji Rp 60.000 daripada membuat anyam lidi kelapa
sawit yang sulit dan lama. Di Perkebunan Sei Rumbia ini lidi kelapa sawit
menjadi limbah perkebunan, karena hanya sedikit mayarakat perkebunan yang
mencari lidi. Padahal limbah lidi kelapa sawit dari yang tidak punya nilai, kalau
dibersihkan menjadi lidi perkilonya dihargai oleh agen antinyamuk Rp. 1.800
perkilonya, sedangkanj kalau dijual dengan Pak Dirman dan kawan-kawan bisa
dijual dengan harga Rp. 2000 perkilonya yang sudah bersih. Hal tersebut untuk
para pencari lidi, kalau untuk anyaman lidinya seperti membuat piring, harga
piring itu sekitar Rp. 6.000 di pasaran secara eceran. Tetapi kalau pengrajin atau
ecerannya. Untuk satu kilo lidi kelapa sawit itu bisa menghasilkan empat buah
piring, jadi satu kilo dengan empat piring dapat Rp 14.000. Dari nilai yang hanya
Rp. 1.800 setelah dianyam bisa menghasilkan uang menjadi Rp 14.000 sudah ada
nilai tambahnya, itu hanya dalam bentuk piring, kalau dikembangkan lagi jadi
tempat aqua, lampu hias harganya juga semakin mahal namun dibutuhkan
keterampilan yang lebih karena kesulitannya juga lebih tinggi.
Disperindag Provinsi juga berharap dengan pelatihan ini ada peningkatan
selanjutnya, karena lidi kelapa sawit ini merupakan produk unggulan dari
Kabupaten labusel. Dikarenakan produk lidi kelapa sawit ini unggulan, makanya
Labusel jangan kalah peroduk anyaman lidinya dengan dengan produk anyam lidi
kelapa sawit dengan kabupaten atau provinsi lain. Disperindag provinsi juga
berharap agar peran pemerintah dari Disperindag Kabupaten Labusel untuk
mengembangkan industri kecil anyaman di Kabupaten Labusel ini. Setiap
pelatihan yang dilaksanakan dari provinsi itu merupakan usulan dari pihak
kabupaten, karena sistemnya Buttom up bukan Top Down. Jadi semua
program-program yang dibuat, diusulkan dari bawah semua. Kalau dulu Disperindag
provinsi yang menentukan daerah kabupaten yang akan dilaksanakan pelatihan,
tetapi sekarang sudah tidak bagitu lagi. Tidak ada muncul program yang tiba-tiba,
apa potensi daerah kemudian diusulkan kepada Disperindag provinsi dan mereka
coba tampung, difasilitasi barulah dilaksanakan programnya sesuai dengan
kebutuhan daerah.
Provinsi Sumatera ada 33 Kabupaten Kota, jadi dari 33 Kabupaten Kota
secara bergilir. Contohnya saja anggaran 10 pelatihan satiap tahunnya dan dicoba
untuk 10 kabupaten, tahun depanya lagi 10 kabupaten lagi dan seterusnya sampai
ini bisa mereta di kabupaten kota dan untuk tahun 2016 ini, Labusel mendapat
kesempatan pertama untuk pelatihan ini. Pak Arif berharap pelatihan ini bisa
diadakan setiap tahunnya di Labusel, karena beliau lahir di Parlabian Labusel.
Pelatihan ini diadakan juga karena atas saran Pak Arif kepada Disperindag
Labusel untuk mengangkat produk Berkah Lidi ke provinsi karena tidak mungkin
beliau langsung yang mengusulkan.Sebelumnya, Pak Arif dahulu turun dan
melihat langsung produk lidi kelapa sawit pada saat beliau monitoring ke
Disperindag Labusel. Pihak Dinas menyampaikan bahwa di Labusel sendiri ada
industri lidi kelapa sawit dan instrukturnya juga orang Labusel. Beliau melihat
karyanya sudah cukup bagus lalu berkata kepada Disperindag Labusel:
“Kenapa ini gak dikembangkan? Ini instruktur ada, potensi ada, justru malah orang luar yang menggunakan instruktur dari sini kan sayang. Kenapa gak diamnfaatkan? titipan ini kerajinan anyaman lidi itu saya bilang kepada Ibu Aminah selaku Kepada Bidang Perindustrian. Tolong Bu ini diajukan aja mumpung saya di provinsi, saya bukan KKN, tetapi saya melihat potensi di Labusel ini besar”.
Setelah itu, pihak Disperindag Provinsi melakukan survei ke Rumpin
untuk melihat produk dan lokasi pelatihan. Di setiap tahun Disperindag provinsi
melakukan rapat kerja, dimana daerah-daerah mengajukan program mereka
masing-masing dalam rapat tersebut mereka tampung, mana yang bisa diserap
untuk provinsi ditampung untuk provinsi, mana yang diserap sesuai dengan