BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada dasarnya setiap bahasa yang digunakan di dunia ini memiliki variasi atau diferensiasi. Sebuah variasi dapat berwujud perbedaan ujaran seseorang dari waktu ke waktu, perbedaan yang terdapat dari suatu tempat ke tempat lain. Variasi-variasi tersebut akan memperlihatkan pola-pola tertentu yang disebabkan adanya pengaruh-pengaruh dari pola sosial ataupun yang disebabkan kedaerahan atau geografis. Variasi bahasa salah satunya. Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahsa itu. Variasi bahasa itu terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman fungsi bahasa itu. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Namun, Halliday membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakai (register). Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita bedakan berdasarkan penutur dan penggunaannya.
Bahasa adalah salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia, bahasa berkembang seiring dengan perkembangan manusia karena salah satu sifat bahasa adalah dinamis (Chaer, 2007). Berkembangnya suatu bahasa tidak terlepas dari penutur yang menggunakan bahasa itu sendiri, penutur bahasa di suatu daerah memiliki latar belakang budaya dan status sosial yang berbeda. Perbedaan tersebut berkaitan dengan penggunaan dialek oleh masyarakat. Berkaitan dengan geografi dialek yang membahas mengenai ragam-ragam bahasa terkait dengan batas-batas dialek atau bahasa, batas-batas alam dan sejarah, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian sejenis.
Bahasa daerah adalah suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan; apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau daerah yang lebih luas. Sebaliknya, defenisi bahasa daerah dalam hukum internasional yang termuat dalam rumusan Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa Regional bahwa "bahasa-bahasa daerah atau minoritas" adalah bahasa-bahasa yang secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut dan berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut. Bangsa Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku atau kelompok etnis di tanah air. Tiap kelompok etnis mempunyai bahasa masing-masing yang dipergunakan dalam komunikasi antaretnis atau sesama suku. Perencanaan bahasa nasional tidak bisa dipisahkan dari pengolahan bahasa daerah, demikian pula sebaliknya.
kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah.
“Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa nasional, (2) bahasa pengantar di sekolah dasar di daerah tertentu pada tingkat permulaan untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain, dan (3) alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah” (Halim (ed.), 1976:145—46).
Bahasa Melayu Jambi adalah salah satu bahasa daerah yang harus dilestarikan. Salah satu daerah yang menggunakan bahasa Jambi sebagai bahasa untuk berkomunikasi adalah Kecamatan Danau Teluk. Danau Teluk adalah salah satu kecamatan di Jambi yang cukup tua, dahulunya masih berbentuk wedana yang dipimpin oleh Datuk Anang Bahri sekitar 1948, dengan pusat kewedanaan di kawasan pasar Olak Kemang. Akan tetapi, seiring waktu berlalu, dibentuklah Kecamatan Danau Teluk yang dahulunya menyatu dengan Kecamatan Pelayangan dan Telanaipura. Pada sekitar tahun 1967 akhirnya terpisah dan menjadi kecamatan induk. Kecamatan Danau Teluk merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Seberang Kota Jambi dengan luas wilayah 15.70 Km atau 7,64 persen dari luas keseluruhan Kota Jambi. Berdasarkan posisi geografisnya memiliki batasan :
Sebelah Utara : Kabupaten Muaro Jambi Sebelah Timur : Kecamatan Palayangan Sebelah Selatan : Kecamatan Telanaipura Sebelah Barat : Kabupaten Muaro Jambi
masuk ke Jambi. Bahasa Melayu Jambi sangat berbeda dengan bahasa Jambi lain terutama di Danau Teluk, masyarakat di Danau Teluk menggunakan Bahasa Melayu Jambi asli yang belum banyak masyarakat Jambi lain mengetahuinya”.
Tabel I. Perbedaan Isolek Kecamatan Danau Teluk
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah variasi leksikal isolek bahasa Jambi di Kecamatan Danau
Teluk?
2. Bagaimanakah pemetaan variasi leksikal isolek bahasa Jambi di Kecamatan Danau Teluk dan gambaran batas isoglosnya?
3. Apakah variasi isolek tersebut berstatus beda dialek atau beda subdialek dengan menggunakan analisis dialektometri?
1.3Batasan Masalah
Penelitian haruslah memiliki batasan masalah. Hal ini dilakukan agar peneliti yang dikaji terarah dan tidak terjadi penyimpanan masalah yang hendak diteliti sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Peneliti menjadikan “Geografi Dialek Bahasa Jambi di Kecamatan Danau Teluk” sebagai objek penelitian. Peneliti hanya membahas pada unsur kosakata atau leksikon saja.
1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan variasi leksikal isolek bahasa Jambi di Kecamatan Danau Teluk.
2. Memetakan variasi isolek bahasa Jambi di Kecamatan Danau Teluk. 3. Menganalisis status beda dialek atau subdialek pada variasi isolek
1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Hasil penelitian dialektologi akan dapat memberi status penamaan
untuk dialek di Kecamatan Danau Teluk.
2. Variasi leksikal akan dapat menjadi sumber data bagi penelitian linguistik selanjutnya baik bidang fonologi maupun morfologi.
3. Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain dalam mengkaji bahasa Jambi lebih lanjut.
4. Menambah pengetahuan dan wawasan penelitian mengenai geografi dialek bahasa Jambi.
5. Menjadi acuan bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian tentang dialektologi.
6. Menambah dokumentasi penelitian tentang dialektologi dan linguistik.
1.4.2.2Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan bahasa Jambi kepada masyarakat sebagai salah satu
bahasa daerah yang dapat memperkaya kebudayaan nasional.
2. Sebagai informasi bagi pemerintah daerah mengenai hasil penelitian tentang ragam dialek bahasa Jambi.