• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keputusan Pembelian Dan Preferensi Konsumen Gula Pasir Curah Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Keputusan Pembelian Dan Preferensi Konsumen Gula Pasir Curah Di Kota Medan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Bahan baku untuk pengolahan gula putih yang paling umum digunakan adalah

batang tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) atau umbi tanaman bit gula

(Beta vulgaris). Tujuan dari proses pengolahan tebu adalah untuk memisahkan

gula atau sukrosa yang terkandung didalam batang tanaman tebu atau umbi

tanaman gula tersebut sebanyak-banyaknya (Tjokro dan Bakri, 1984).

Pada umumnya pemrosesan tebu di pabrik gula dibagi menjadi beberapa tahap

yang dikenal dengan proses pemerahan (gilingan), pemurnian, penguapan,

kristalisasi, pemisahan dan penyelesaian (sugar handling).

1. Gilingan

Langkah pertama dalam proses pembuatan gula adalah pemerahan tebu di

gilingan. Pada proses ini tebu yang ditebang dari kebun dicacah menggunakan

alat pencacah tebu. Biasanya terdiri dari cane cutter, hammer shredder atau

kombinasi dari keduanya. Tebu diperah menghasilkan nira dan ampas. Nira

inilah yang mengandung gula dan akan di proses lebih lanjut di pemurnian.

Ampas yang dihasilkan pada proses pemerahan ini digunakan untuk berbagai

macam keperluan. Kegunaan utama dari ampas adalah sebagai bahan bakar

ketel (boiler) dan apabila berlebih bisa digunakan sebagai bahan partikel

(2)

2. Pemurnian

Setelah tebu diperah dan diperoleh nira mentah (raw juice), lalu dimurnikan.

Dalam nira mentah mengandung gula, terdiri dari sukrosa, gula invert

(glukosa+fruktosa), asam organik dan anorganik, zat warna, lilin, asam-asam

kieselgur yang mudah mengikat besi, aluminium, dan sebagainya. Proses

pemurnian ini dapat dilakukan secara fisis maupun kimiawi. Secara fisis

dengan cara penyaringan sedangkan secara kimia melalui pemanasan,

pemberian bahan pengendap.

3. Penguapan

Hasil dari proses pemurnian adalah nira jernih (clear juice). Langkah

selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses penguapan.

Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari penguapan nira

jernih adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati konsentrasi

jenuhnya. Produk yang dihasilkan dalam proses penguapan adalah nira kental.

4. Kristalisasi

Proses kristalisasi adalah proses pembentukan kristal gula. Sebelum dilakukan

kristaliasi dalam pan masak (crystallizer) nira kental terlebih dahulu

direaksikan dengan gas SO2 sebagai bleaching dan untuk menurunkan

viskositas masakan (nira). Dalam proses kristalisasi gula dikenal sistem masak

ACD, ABCD, ataupun ABC.

Tingkat masakan (kristalisasi) tergantung pada kemurnian nira kental. Apabila

HK nira kental lebih besar 85 persen maka dapat dilakukan empat tingkat

masakan (ABCD). Dan apabila HK nira kental lebih kecil 85 persen dilakukan

(3)

rendah pabrik gula menggunakan sistem masakan ACD, dengan masakan A

sebagai produk utama.

5. Pemisahan (Centrifugal Process)

Pemisahan kristal gula dari larutannya menggunakan alat centrifuge. Pada alat

ini terdapat saringan, sistem kerjanya yaitu dengan menggunakan gaya

sentrifugal sehingga masakan diputar dan strop atau larutan akan tersaring dan

kristal gula tertinggal dalam centrifuge. Pada proses ini dihasilkan gula kristal

dan tetes. Gula kristal didinginkan dan dikeringkan untuk menurunkan kadar

airnya.

6. Proses Pengemasan (Packing)

Gula produk dikeringkan ditalang goyang dan juga diberikan hembusan uap

kering. Produk gula setelah mengalami proses pengeringan dalam talang

goyang, ditampung terlebih dahulu ke dalam sugar bin, selanjutnya dilakukan

pengemasan atau pengepakan.

Ditinjau dari sisi ilmu gizi, gula merupakan sumber energi yang mudah dicerna

dan diserap oleh tubuh. Meskipun sumber energi esensial, bukan berarti gula

dapat dikonsumsi secara bebas. Berdasarkan angka kecukupan gizi yang

dianjurkan untuk orang Indonesia, kebutuhan energi orang dewasa diperlukan

sekitar 2300 kalori per hari. Dari jumlah 2300 kalori ini para ahli gizi

menyarankan sekitar 60 persennya berasal dari karbohidrat yang salah satu

sumbernya adalah gula.

Sebagai barang konsumsi, gula mempunyai peranan penting dalam sistem pangan

(4)

cukup penting. Konsumsi gula dibedakan dalam dua pengertian yaitu : konsumsi

menurut ketersediaan atau jumlah yang tersedia untuk dikonsumsi dan konsumsi

langsung oleh rumah tangga. Konsumsi gula berdasarkan ketersediaan, meliputi

empat macam penggunaan yaitu :

1. Pemakaian untuk konsumsi langsung oleh rumah tangga

2. Pemakaian oleh industri

3. Persediaan untuk perdagangan

4. Persediaan tambahan untuk tujuan spekulasi, terumama bila keadaan harga

tidak stabil dan bertendensi naik

Menurut Mubyarto dan Daryanti (1991), permintaan konsumsi untuk rumah

tangga dan industri sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, harga gula dan

harga barang lainnya sebagai pengganti serta selera masyarakat dan secara

keseluruhan adalah jumlah penduduk. Sedangkan untuk tujuan perdagangan dan

spekulasi ditentukan oleh fluktuasi harga, bukan tinggi atau rendahnya harga gula

itu sendiri. Oleh karena itu unsur sistem tataniaga yang berkaitan dengan

kemampuan mengendalikan pasar turut menentukan tingkat konsumsi secara

agregat.

Ada berbagai jenis gula pasir, antara lain :

1. Gula Pasir

Adalah gula hasil kristalisasi cairan tebu. Biasanya berwarna putih namun ada

pula yang berwarna coklat (raw sugar). Disebut gula pasir karena bentuknya

yang seperti pasir. Biasanya gula pasir digunakan untuk pemanis dalam

(5)

2. Gula Pasir Kasar (Crystalized Sugar)

Adalah gula yang juga dari hasil kristalisasi cairan tebu. Berbeda dengan gula

pasir, gula ini memiliki butir yang lebih kasar. Warnanya juga ada yang

berwarna-warni. Biasanya gula jenis ini digunakan untuk tabulan pada biskuit

sebelum dipanggang karena gula ini tidak meleleh dalam suhu oven.

Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Gula Pasir Di Kota Medan” oleh Fachreza (2012). Hasil penelitian menyatakan

bahwa konsumsi gula pasir masyarakat kota Medan meningkat setiap tahun dari

tahun 2001 sampai dengan 2011 dengan persentase sebesar 1,006%. Ketersediaan

gula pasir di kota Medan mencukupi kebutuhan gula pasir di kota Medan dan

konsumsi gula di kota Medan secara serempak dipengaruhi oleh harga gula pasir,

harga gula merah, harga teh hitam, konsumsi gula pasir tahun sebelumnya dan

pendapatan per kapita kota Medan, sedangkan secara parsial konsumsi gula di

kota Medan dipengaruhi oleh harga gula pasir, harga teh hitam, konsumsi gula

pasir tahun sebelumnya dan pendapatan per kapita kota medan. Gula merah tidak

berpengaruh secara parsial terhadap konsumsi gula di kota Medan.

Penelitian yang berjudul “Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Preferensi

Konsumen Terhadap Restoran Gurih 7 Bogor” oleh Abdul R. Miftah (2010). Hasil

penelitian menyatakan bahwa sebagian besar konsumen Restoran Gurih adalah

laki-laki (63%) dengan usia berkisar antara 31-40 tahun (40%) dan mayoritas

sudah menikah (67%). Berdasarkan asal kedatangan mayoritas konsumen berasal

(6)

Sebagian besar pekerjaan konsumen adalah pegawai swasta (47%) dan

pendapatan per bulan konsumen mayoritas diatas Rp 5.500.000 (24%). Adapaun

proses pengambilan keputusan konsumen Restoran Gurih 7 melalui lima tahapan

yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Berdasarkan analisis faktor terhadap

lima faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen dapat diketahui bahwa

faktor yang paling penting adalah faktor Assurance (0,742), kemudian Reability

(0,698), Tangible (0,697), Responsiveness (0,611) dan Emphaty (0,567).

Landasan Teori

Karakteristik Konsumen

Menurut Irawan dan Faried (1996), setiap konsumen dalam membeli produk

mempunyai perilaku yang berbeda antara satu dengan yang lain. Karakteristik

pembeli/konsumen adalah sifat-sifat yang membedakan konsumen yang satu

dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh usia, pendapatan, selera, jumlah

anggota keluarga, tingkat pendidikan dan iklan. Perbedaan konsumen tersebut

meliputi 6O, yaitu objek (apa yang dibeli), objektif (mengapa membeli), occupant

(siapa konsumennya), operation (bagaimana membelinya), dan organization

(siapa yang terlibat dalam pembelian).

Perilaku Konsumen

Menurut Sumarwan (2003), perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan,

serta proses psikologis yang mendorong tindakan pada saat membeli,

(7)

atau kegiatan mengevaluasi. Mempengaruhi perilaku konsumen adalah

mempengaruhi pilihan konsumen agar mereka mau memilih produk tertentu dan

merek tertentu yang ditawarkan oleh pemasar. Proses mempengaruhi konsumen

biasanya dilakukan melalui strategi pemasaran yang tepat.

Menurut Engel at al. dalam Mangkunegara (2009), perilaku konsumen

didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat

dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis

termasuk prose pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan

tindakan-tindakan tersebut.

Secara sederhana, perilaku konsumen meliputi hal-hal sebagai berikut : Apa yang

dibeli konsumen? (What they buy?), mengapa konsumen membelinya? (why they

buy it?), kapan mereka membelinya? (when they buy it?), dimana mereka

membelinya? (where they buy it?), berapa sering mereka membelinya? (how often

they buy it?), berapa sering mereka menggunakannya? (how often they use it?)

(Sumarwan, 2003).

Perilaku konsumen dibagi menjadi dua bagian. Perilaku pertama adalah perilaku

yang tampak, dengan variabel- variabel antara lain jumlah pembelian, waktu

pembelian, karena siapa, dengan siapa dan bagaimana konsumen melakukan

pembelian. Perilaku kedua adalah perilaku tidak tampak, variabel-variabelnya

antara lain adalah persepsi, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan

oleh konsumen (Umar, 2000).

Ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yang selanjutnya

(8)

dua unsur dari konsumen itu sendiri yang berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan yaitu pikiran konsumen yang meliputi kebutuhan atau motivasi,

persepsi, sikap, dan karakteristik konsumen yang meliputi demografi, gaya hidup

dan kepribadian konsumen. Faktor kedua adalah pengaruh lingkungan yang terdiri

atas nilai budaya, pengaruh sub dan lintas budaya, kelas sosial, face to face group

dan situasi lain yang menentukan (Suryani, 2008).

Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut tujuan pembeliannya, konsumen dapat dikelompokkan menjadi

konsumen akhir (individual) yaitu yang terdiri dari atas individu dan rumah

tangga yang tujuan pembeliannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau

untuk dikonsumsi. Sedangkan kelompok lain adalah konsumen organisasional

yang terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang dan lembaga non-profit

yang tujuan pembeliannya adalah untuk memperoleh laba atau kesejahteraan

anggotanya (Suryani, 2008).

Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003), keputusan didefinisikan

sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang

konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memilki pilihan

alternatif. Jika konsumen tidak memiliki pilihan alternatif, seperti pembelian obat

sesuai resep dokter, maka bukan situasi konsumen melakukan keputusan.

Menurut Simamora (2003), terdapat lima tahapan bagi konsumen dalam membuat

(9)

1. Pengenalan masalah/kebutuhan

Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah atau

kebutuhan. Seorang konsumen yang mulai tergugah minatnya mungkin akan

mencari informasi lebih lanjut. Sumber informasi konsumen digolongkan ke

dalam empat kelompok yaitu:

a) Sumber pribadi, meliputi keluarga, teman, tetangga dan kenalan.

b) Sumber komersial, meliputi iklan, wiranaga, penyalur dan kemasan.

c) Sumber publik, meliputi media massa dan organisasi konsumen

d) Sumber pengalaman, meliputi penanganan, pengkajian dan pemakaian produk.

Sumber-sumber ini memberikan pengaruh yang relatif berbeda-beda sesuai

dengan jenis produk dan karakteristik pembeli.

2. Pencarian informasi

Seorang konsumen yang terdorong kebutuhannya mungkin, atau mungkin juga

tidak, mencari informasi lebih lanjut. Jika dorongan konsumen kuat dan

produk itu berada didekatnya, mungkin konsumen akan langsung membelinya.

Jika tidak, maka kebutuhan konsumen ini hanya akan menjadi ingatan saja.

3. Evaluasi alternatif

Konsumen membentuk penilaian atas produk terutama berdasarkan kesadaran

dan rasio. Beberapa konsep dasar untuk memahami proses evaluasi. Pertama,

konsumen berusaha memenuhi suatu kebutuhan. Kedua, konsumen mencari

manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen memandang setiap

produk /sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang berbeda dalam

(10)

memiliki sikap yang berbeda dalam memandang atribut-atribut yang dianggap

relevan dan penting.

4. Keputusan pembelian

Setelah mengevaluasi produk yang ada, maka selanjutnya konsumen akan

membentuk suatu niat untuk membeli, namun terdapat dua faktor yang

berbeda diantara niat pembelian dengan keputusan pembelian. Faktor pertama

adalah pendirian orang, tergantung atas pendirian orang lain terhadap

alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti

keinginan orang lain. Sedangkan faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak

diharapkan. Faktor ini dapat muncul dan mengubah niat pembelian.

5. Perilaku pasca pembelian

Setelah membeli suatu produk, akan mengalami tingkat kepuasan atau

ketidakpuasan. Jika produk lebih rendah daripada harapan pembeli, maka

pembeli akan kecewa. Jika kinerja produk sesuai harapan pembeli, maka

pembeli akan, merasa puas. Hal ini akan membedakan apakah pembeli akan

membeli kembali produk tersebut dan membicarakan hal-hal yang

menguntungkan atau tidak menguntungkan tentang produk tersebut pada

orang lain. Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen dengan produk yang dibeli

akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Apabila konsumen puas, maka

akan memperlihatkan peluang, pembeli yang lebih tinggi. Namun jika tidak

puas konsumen kemungkinan akan melakukan salah satu tindakan seperti

(11)

Berikut ini adalah bagan dari proses keputusan pembelian konsumen.

Gambar 1. Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Simamora, 2003)

Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang

terhadap suatu barang atau jasa yang dikonsumsi. Menurut Kotler (2002),

preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari berbagai pilihan

produk yang ada.

Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif (individu), yang diukur

dengan utilitas, dari nilai berbagai barang. Yang perlu diperhatikan adalah

preferensi itu bersifat independen terhadap pendapatan dan harga. Kemampuan

untuk membeli barang-barang tidak menentukan menyukai atau tidak disukai oleh

konsumen. Terkadang seseorang dapat memiliki preferensi untuk produk A lebih

dari produk B, tetapi ternyata sarana keuangannya hanya cukup untuk membeli

produk B (Indarto, 2011).

Menurut Nicholson dalam Miftah (2010), konsep preferensi menyatakan jika

seseorang mengatakan dia lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala kondisi

dibawah A tersebut disukai daripada kondisi dibawah pilihan B. Hubungan

preferensi konsumen biasanya diasumsikan memiliki tiga sifat dasar (properti),

(12)

1. Kelengkapan (Completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi, maka tiap orang harus selalu harus bisa

menspesifikasikan apakah:

a. A lebih disukai daripada B

b. B lebih disukai daripada A

c. A dan B sama-sama disukai

2. Transitivitas (Transitivity)

Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan B lebih

disukai daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan

demikian seseorang tidak bisa mengartikulasikan preferensi yang saling

bertentangan. Properti diatas mengasumsikan bahwa konsumen selalu dapat

membuat peringkat atas semua situasi dan kondisi ini mulai dari hal yang

paling disukai hingga hal yang paling tidak disukai.

3. Kesinambungan (Continuity)

Jika seseorang menyukai A, maka akan terus menyukai A.

Kerangka Pemikiran

Gula merupakan salah satu bahan makanan pokok penduduk Indonesia yaitu

sebagai salah satu sumber kalori dan rasa manis. Untuk memenuhi permintaan

tersebut sumber utamanya adalah gula pasir. Gula pasir mempunyai kandungan

energi dan nilai kalori yang tinggi dan dapat langsung dipakai, karena itu gula

pasir diperlukan terutama sebagai sumber energi disamping bahan pemanis.

Pada saat ini, gula pasir yang ada dipasaran terdiri dari dua segmen yaitu gula

(13)

masih tergolong tinggi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain harga

gula pasir curah lebih murah dibandingkan gula pasir bermerek. Hal ini

dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki konsumen dan karakteristik gula pasir

tersebut.

Dengan adanya preferensi yaitu jika seorang konsumen lebih menyukai gula pasir

curah maka ia akan tetap memilih gula pasir curah tersebut untuk dikonsumsi

hingga akhirnya ia memutuskan untuk membelinya. Dalam hal ini, karakteristik

konsumen mempengaruhi keputusan konsumen terhadap gula pasir.

Keputusan didefinisikan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih

pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia

harus memilki pilihan alternatif. Jika konsumen tidak memiliki pilihan alternatif,

seperti pembelian obat sesuai resep dokter, maka bukan situasi konsumen

(14)

Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Harga beli, pendapatan, dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata

terhadap keputusan pembelian dan preferensi konsumen terhadap gula pasir

Gambar

Gambar 1. Proses Keputusan Pembelian Konsumen (Simamora, 2003)
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Aplikasi enkripsi file merupakan suatu aplikasi yang berfungsi untuk melindungi isi dari suatu file yang bersifat pribadi atau rahasia dari pihak-pihak tertentu yang

[r]

[r]

Dikarenakan banyaknya gedung dan ruangan yang ada dan dilakukan secara acak maka penulis membuat sebuah aplikasi jadwal perkuliahan yang tidak hanya menampilkan mata kuliah,

Debt to Equity Ratio (DER) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menjamin hutang dengan modal sendiri yang dimiliki dan menunjukkan proporsi belanja perusahaan,

Hasil pengujian statistik menunjukkan tingkat signifikansi VAIC sebesar 0,076 yang lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga tidak dapat membuktikan bahwa

12 M. Nu’am Yasin, Fikih Kedoktern di terjemahkan oleh Munirul Abidin, h.194.. bagi Donor yang hidup adalah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital