• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dalam perusahaan (Donaldson dan Preston, 1995). Stakeholder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dalam perusahaan (Donaldson dan Preston, 1995). Stakeholder"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Stakeholder Theory

Stakeholder merupakan sekelompok orang yang secara hukum memiliki kepentingan dalam perusahaan (Donaldson dan Preston, 1995). Stakeholder

memiliki kepentingan dalam perusahaan karena stakeholder berkontribusi dalam menyediakan sumber daya bagi perusahaan, dimana sumber daya tersebut digunakan perusahaan untuk kegiatan operasional. Stakeholder dibagi menjadi dua kategori, yaitu stakeholder primer dan stakeholder sekunder (Waddock, 2010).

1. Stakeholder Primer

Stakeholder primer adalah pihak-pihak yang memiliki hubungan langsung dengan aktivitas perusahaan. Stakeholder primer terdiri dari pelanggan, pemasok, karyawan, investor dan kreditor.

2. Stakeholder Sekunder

Stakeholder sekunder adalah kelompok atau individu yang secara tidak langsung mempengaruhi atau dipengaruhi oleh model bisnis, keputusan, dan tindakan perusahaan. Stakeholder sekunder terdiri dari komunitas, pemerintah dan organisasi non pemerintah.

(2)

Stakeholder primer, yang terdiri dari pemasok, karyawan, investor, kreditor dan pelanggan merupakan pihak-pihak yang memiliki kontribusi langsung terhadap operasional perusahaan. Menurut Robert Simon (1999), pelanggan, pemasok, karyawan, investor dan kreditor merupakan kunci untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Pihak-pihak tersebut melakukan transaksi dengan perusahaan dalam pasar (market). Pelanggan membeli produk perusahaan pada product market, pemasok dan pelanggan menjual produk dalam bentuk barang, jasa dan skill ke perusahaan pada factor market, investor dan kreditor membeli dan menjual bukti kepemilikan saham dan surat hutang perusahaan dalam financial market. Interaksi antara stakeholder dan perusahaan bermanfaat dalam pembentukan sumber daya perusahaan.

1. Pemasok memberikan kontribusi berupa pasokan bahan baku yang digunakan dalam operasional perusahaan untuk kemudian diolah dan menjadi produk perusahaan.

2. Karyawan berkontribusi memberikan skillatau kemampuan yang mereka miliki untuk mengolah bahan baku menjadi produk perusahaan.

3. Investor dan kreditor berkontribusi memberikan sumber dana bagi perusahaan yang digunakan untuk memperlancar operasional perusahaan khususnya dalam membuat produk perusahaan.

4. Setelah produk perusahaan jadi, maka produk akan dijual kepada pelanggan. Pelanggan berkontribusi memberikan pendapatan bagi perusahaan. Pelanggan membayar sejumlah dana sebagai timbal balik atas produk yang diberikan perusahaan.

(3)

Interaksi antara stakeholder dan perusahaan menciptakan siklus yang berulang untuk kelangsungan hidup perusahaan. Pemasok memberikan sumber daya berupa bahan baku bagi perusahaan. Setelah memperoleh bahan baku, perusahaan kemudian menggunakan mencari tenaga kerja atau karyawan untuk mengolah bahan baku tersebut agar menjadi barang jadi. Perusahaan bertemu karyawan di pasar tenaga kerja atau bursa kerja. Pada bursa kerja terjadi interaksi antara perusahaan dengan karyawan, dimana karyawan menawarkan keterampilan atau skillyang digunakan perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk perusahaan yang berupa barang jadi dan sebagai pengembalian terhadap skill

karyawan, perusahaan menawarkan gaji dan fasilitas terhadap karyawan. Selain bahan baku dan skill, perusahaan juga membutuhkan sumber dana untuk menunjang operasional perusahaan. Sumber dana dapat diperoleh dari investor dan kreditor. Investor dan kreditor berinteraksi dengan perusahaan melalui pasar modal dimana investor dan kreditor menyediakan sumber dana bagi perusahaan dan perusahaan menawarkan pengembalian berupa dividen (investor) serta bunga (kreditor). Dana yang berasal dari investor dan kreditor digunakan perusahaan untuk membeli dan mengolah bahan baku menjadi produk perusahaan. Setelah bahan baku diolah dan menjadi produk perusahaan maka perusahaan akan menjual produk tersebut untuk memperoleh pendapatan. Produk perusahaan dijual kepada pelanggan, dimana pelanggan berinterkasi dengan perusahaan melalui pasar barang konsumsi. Melalui pasar barang konsumsi, pelanggan membayar sejumlah uang atas produk perusahaan dan perusahaan memberikan produk tersebut untuk dikonsumsi pelanggan. Pendapatan yang diperoleh dari pelanggan

(4)

kemudian digunakan perusahaan untuk operasional perusahaan untuk mengulangi siklus yang sama.

Stakeholder theoryberpendapat bahwa untuk memiliki kinerja yang baik, perusahaan perlu memperhatikan pengembalian kepada stakeholder, khususnya kepada stakeholder primer (Waddock, 2010). Pengembalian kepada stakeholder

dilakukan sebagai bentuk timbal balik perusahaan atas sumber daya yang telah ditanamkan stakeholder dalam perusahaan. Pengembalian kepada pemasok dapat berupa pembayaran tepat waktu atas bahan baku. Pengembalian kepada karyawan dapat berupa gaji dan pemberian tunjangan pegawai. Pengembalian kepada investor dapat berupa dividen. Pengembalian kepada kreditor berupa pelunasan pokok pinjaman beserta bunga. Pengembalian kepada pelanggan berupa penyediaan produk yang berkualitas serta pelayanan yang baik.

Pengembalian kepada stakeholderdapat terjadi jika aktivitas perusahaan berjalan lancar. Namun pada prakteknya, terdapat masalah dalam aktivitas perusahaan, yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan dalam memperoleh laba dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Permasalahan yang sering muncul dalam perusahaan diantaranya adalah agency theory.

2.1.2. Agency Theory

Agency theory adalah konsep yang menjelaskan konflik kepentingan antar stakeholder dalam perusahaan. Agency theory biasanya berupa konflik kepentingan antara manajer dan shareholder (pemegang saham). Menurut Eisenhardt (1989)agency theory muncul ketika keputusan yang diambil manajer

(5)

tidak sesuai dengan pemegang kepentingan. Agency theoryterjadi ketika principal

(pemilik modal) tidak dapat mengawasi kegiatan yang dilakukan serta keputusan yang diambil oleh agent (manajer). Agency theory juga terjadi akibat adanya perbedaan pandangan antara principal (pemilik modal) dan agent (manajer) mengenai risiko yang dihadapi perusahaan. Perbedaan pandangan mengenai risiko yang dihadapi perusahaan akan menyebabkan perbedaan dalam pengambilan keputusan.

Agency theory terjadi karena tidak adanya pengawasan dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Daft (2003:401) keputusan adalah pilihan yang dibuat dari sejumlah alternatif yang ada. Pengambilan keputusan merupakan proses identifikasi permasalahan dan peluang, kemudian menyelesaikannya. Dalam proses identifikasi masalah dan peluang sering terjadi perbedaan antara manajer dan shareholder yang kemudian menyebabkan keputusan yang diambil manajer dianggap tidak sejalan dengan tujuan perusahaan dan pemegang kepentingan. Kewenangan dalam pengambilan keputusan sering di salah gunakan manajer untuk kepentingan pribadi mereka, bukan untuk kepentingan perusahaan.

Agency theory menyebabkan timbulnya agency problem. Menurut Watson dan Head (2004:12) terdapat tiga hal yang menjadi kunci timbulnya

agency problem, yaitu perbedaan dalam kepemilikan dan pengawasan, tujuan (tertentu) manajer, serta asimetri informasi. Agency problem terjadi ketika keputusan yang dibuat manajer tidak sesuai dengan tujuan shareholder dalam upaya memaksimalkan kekayaan. Perbedaan tujuan antara shareholder dan manajer inilah yang mengakibatkan munculnya benturan kepentingan antar

(6)

stakeholder dalam perusahaan. Menurut KNKG (2006) benturan kepentingan

(conflict of interest) adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur dan komisaris serta jajaran dibawahnya, pemegang saham atau pihak terafiliasi dari direktur, komisaris atau pemegang saham yang dapat merugikan perusahaan. Benturan kepentingan dapat dihindari dengan melakukan pengawasan terhadap manajer. Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian terhadap organisasi. Daft (2003:471) mendefinisikan pengendalian organisasional (organizational control) sebagai proses sistematis yang digunakan oleh para manajer untuk mengatur aktivitas aktivitas organisasional untuk menjadikan mereka konsisten dengan harapan harapan yang dibentuk dalam rencana, target dan standar kerja.

Agency theory perlu diselesaikan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Solusi untuk mengatasi agency theory adalah dengan melakukan pengawasan terhadap aktivitas dan keputusan yang diambil para manajer karena fungsi pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan manajer. Pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan manajer dalam perusahaan, serta keputusan yang diambil para manajer sesuai dengan tujuan perusahaan. Pengawasan terhadap manajer dapat dilakukan oleh dewan direksi dan dewan komisaris perusahaan. Pengawasan dilakukan sebagai solusi untuk menyelesaikan agency problem, yang merupakan akibat dari agency theory, serta untuk menciptakan tata kelola perusahaan yang baik, atau sering disebut dengan

(7)

2.1.3. Good Corporate Governance

Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan norma yang berlaku (IICG, 2008). Konsep Corporate Governance merupakan serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholder).

Menurut Purwani (2010)Good Corporate Governancemerupakan sebuah sistem tata kelola perusahaan yang berisi seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya dalam kaitannya dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain, suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah (value added) bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Apabila pelaksanaan Good Corporate Governance

berjalan dengan baik, maka seluruh proses aktivitas perusahaan akan berjalan dengan lancar, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan baik yang sifatnya kinerja finansial maupun non finansial akan turut membaik pula.

Good Corporate Governance merupakan salah satu mekanisme pengawasan dalam aktivitas perusahaan dan proses pelaporan keuangan yang dilakukan oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Pengawasan dilakukan agar

(8)

setiap aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan dan para pemegang kepentingan. Menurut Sembiring (2008) aktivitas pengelolaan perusahaan yang dilakukan manajer terdiri dari dua fungsi utama, yaitu fungsi operasional dan fungsi pendanaan. Fungsi operasional berarti manajer dituntut untuk menjalankan aktivitas perusahaan, mengelola aktiva seefektif mungkin agar menghasilkan laba bagi perusahaan. Fungsi pendanaan berarti manajer memiliki tanggung jawab dalam menghimpun dana yang diperlukan untuk pengadaan aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. kedua fungsi manajer tersebut mengharuskan manajer untuk mengambil keputusan. Agar keputusan yang diambil manajer sesuai dengan stakeholdermaka diperlukan pengawasan dalam proses pengambilan keputusan.

Penerapan Good Corporate Governancemelalui mekanisme pengawasan dilakukan oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Menurut FCGI (2003) yang bertanggung jawab melakukan pengawasan adalah dewan direksi dan dewan komisaris. Pengawasan dilakukan untuk menciptakan Good Corporate Governancedalam perusahaan. Selain mengawasi pengambilan keputusan, Good Corporate Governance juga bermanfaat untuk mengawasi fungsi operasional manajer dalam menggunakan sumber daya perusahaan. Dalam penggunaan sumber daya, Good Corporate Governance bertujuan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya perusahaan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan berkaitan dengan seberapa besar ukuran perusahaan.

(9)

2.1.4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan seberapa besar kepemilikan sumber daya perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah penjualan, total aset dan jumlah tenaga kerja. Menurut Fidyati (2003) ukuran perusahaan dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar perusahaan memiliki sumber daya untuk digunakan dalam aktivitas perusahaan. Perusahaan besar memiliki lebih banyak sumber daya yang dapat digunakan secara maksimal dalam operasional perusahaan. Kepemilikan sumber daya perusahaan selain berkaitan dengan ukuran perusahaan juga berkaitan dengan kebijakan pendanaan. Kebijakan pendanaan menentukan bagaimana perusahaan memperoleh sumber daya untuk digunakan dalam aktivitas perusahaan.

2.1.5. Kebijakan Pendanaan

Kebijakan pendanaan merupakan kebijakan yang dimbil perusahaan terkait dengan keputusan perusahaan dalam memperoleh sumber dana untuk aktivitas perusahaan. Kebijakan pendanaan berkaitan dengan bagaimana manajer menghimpun dana yang dibutuhkan perusahaan untuk pengadaan aset yang digunakan perusahaan dalam kegiatan operasional. Kebijakan pendanaan menentukan seberapa besar porsi hutang dan ekuitas yang digunakan untuk membiayai sumber daya perusahaan.

Kebijakan pendanaan yang diambil oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan. Struktur modal adalah pembelanjaan

(10)

permanen dimana mencerminkan pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22). Struktur modal perusahaan biasanya terdiri dari modal internal dan eksternal (Sudarmadji, 2007). Modal internal diperoleh perusahaan melalui saham, sedangkan modal yang diperoleh dari pihak eksternal berupa pinjaman dari kreditor. Kebijakan berhutang dengan melakukan pinjaman kepada kreditor akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk membayar di masa depan, di mana kewajiban yang harus dibayar terdiri dari pokok hutang ditambah bunga. Kebijakan berhutang dipilih karena beberapa pertimbangan, salah satunya karena keinginan sharehorders

(pemegang saham) untuk tetap menguasai perusahaan atau mempertahankan kontrol terhadap perusahaan (Sembiring, 2008). Kebijakan pendanaan lainnya adalah mengeluarkan saham baru. Penerbitan saham baru oleh perusahaan memiliki konsekuensi yang berbeda dengan kebijakan berhutang. Kebijakan mengeluarkan saham baru, mengharuskan perusahaan untuk membayar dividen, sebagai pengembalian atas investasi yang telah dilakukan oleh investor. Kewajiban membayar dividen akan terus berlangsung selama investor memiliki saham perusahaan.

Kebijakan pendanaan yang diambil perusahaan dapat dilihat melalui rasio leverage. Rasio leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur permodalan perusahaan. Rasio leverage menunjukkan tingkat penggunaan utang dalam operasi bisnis dan berkaitan langsung dengan risiko

(11)

pendanaan (Sembiring, 2008). Perusahaan dengan leverageyang tinggi memiliki risiko menderita kerugian besar (Santoso, 2012). Analisis leverage biasanya digunakan kreditor untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban di masa depan. Rasio leverage dapat dihitung menggunakan Debt to Equity Ratio(DER) dan Debt to Assets Ratio(DAR). Debt to Equity Ratio(DER) menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menjamin hutang dengan modal sendiri yang dimiliki dan menunjukkan proporsi belanja perusahaan, seberapa besar belanja perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham (modal sendiri) dan seberapa besar belanja perusahaan yang dibiayai dari pinjaman. Debt to Asset Ratio (DAR) digunakan untuk mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin besar aktiva perusahaan yang dibiayai dengan pinjaman. Secara keseluruhan, semakin tinggi rasio leverage berarti semakin besar pula proporsi pendanaan perusahaan yang dibiayai dari hutang. Kebijakan pendanaan, ukuran perusahaan dan Good Corporate Governanceyang diambil oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap akun akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan.

2.1.6. Financial Statement (Laporan Keuangan)

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen atas operasional perusahan yang telah dijalankan. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi

(12)

sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi (PSAK No. 01 Revisi 2009). Tristianasari (2014) menyatakan bahwa stakeholder

akan menggunakan informasi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, investor dapat menggunakan informasi yang diperoleh dari perusahaan untuk pertimbangan dalam menentukan investasi. Penilaian kinerja keuangan suatu entitas secara lengkap dapat dilihat melalui laporan tahunan (annual report) perusahaan. Laporan tahunan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan di masa mendatang (Houston dan Brigham, 2006:45).

Menurut PSAK 1 Revisi 2009, laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut:

1. laporan posisi keuangan pada akhir periode; 2. laporan laba rugi komprehensif selama periode; 3. laporan perubahan ekuitas selama periode; 4. laporan arus kas selama periode;

5. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya; dan

6. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

(13)

Penelitian ini hanya menggunakan dua komponen laporan keuangan, yaitu laporan laba rugi komprehensif dan laporan posisi keuangan. Income statementatau laporan laba rugi komprehensif merupakan laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan beban serta laba bersih atau rugi bersih yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama periode waktu tertentu (Kieso, 2007:37). Laporan posisi keuangan atau neraca merupakan salah satu jenis laporan keuangan yang melaporkan aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu (Kieso, 2007:36). Informasi yang terdapat dalam laporan posisi keuangan memberikan gambaran kepada stakeholder untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan posisi keuangan, stakeholder dapat mengetahui ukuran perusahaan, salah satu caranya adalah dengan melihat total aset yang dimiliki perusahaan. Selain untuk melihat posisi keuangan dan laba perusahaan, laporan keuangan dapat digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan dengan melakukan analisis melalui rasio-rasio keuangan.

2.1.7. Financial Performance (Kinerja Keuangan)

Kinerja perusahaan merupakan prestasi kerja perusahaan. Kinerja keuangan merupakan alat ukur keberhasilan perusahaan dalam mengelola laba dan mencerminkan kondisi perusahaan (Weston dan Thomas, 1992:116). Menurut Novrianti dan Armas (2012) kinerja perusahaan memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dari aset, ekuitas, maupun hutang. Pengukuran kinerja keuangan dalam perusahaan dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan perencanaan. Seiring dengan

(14)

meningkatnya kinerja keuangan perusahaan berarti perusahaan dapat mencapai tujuan dari didirikannya perusahaan tersebut (Wati, 2012). Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Efektivitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau suatu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efisiensi diartikan sebagai rasio (perbandingan) antara masukan dan keluaran yaitu dengan masukan tertentu memperoleh keluaran yang optimal (Pertiwi dan Ferry, 2012).

Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan parsial maupun laporan tahunan perusahaan. Laporan tahunan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan untuk para pemegang sahamnya. Laporan ini memuat laporan keuangan dasar dan juga analisis manajemen atas operasi tahun lalu dan pendapat mengenai prospek-prospek perusahaan di masa mendatang (Houston dan Brigham, 2006:45). Menurut Mulyadi (1997) kinerja keuangan dapat diukur melalui rasio-rasio keuangan dan harga saham perusahaan dalam pasar modal. Kinerja keuangan dalam penelitian ini dilihat dari pendekatan akuntansi dengan menghitung rasio-rasio keuangan.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat dihitung melalui rasio-rasio keuangan, salah satunya dengan menggunakan rasio-rasio profitabilitas. Menurut Houston dan Brigham (2006:107) rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang pada hasil hasil operasi. Rasio profitabilitas digunakan karena dapat mengungkapkan pengembalian atas investasi modal dari berbagai perspektif

(15)

kontributor pendanaan yang berbeda (kreditor dan pemegang saham) dan angka ini juga berguna untuk analisis likuiditas jangka pendek (Subramanyam et al. 2005:143). Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Investment(ROI). Perhitungan Return on Investmentdilakukan melalui Dupont System Analysis.

2.1.8. Dupont System Analysis

Analisis Du Pont Systemmerupakan suatu metode yang digunakan untuk menilai efektivitas operasional perusahaan. Du Pont System merupakan integrasi berbagai macam rasio keuangan untuk mengetahui keterkaitan masing-masing rasio keuangan perusahaan, melalui Du Pont System diperoleh informasi rinci tentang rasio-rasio keuangan yang mempengaruhi kinerja keuangan sehingga pihak manajemen dapat melakukan pengendalian kinerja keuangan perusahaan secara akurat (Sukmawardhani et at, 2013). Analisis Du Pont Systemmencakup unsur penjualan, penggunaan aktiva serta laba yang dihasilkan perusahaan. Analisis Du Pont System menggambarkan tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan aktiva serta mengukur keuntungan atas penjualan produk perusahaan. Analisis Du Pont System juga menggambarkan sejauh mana perputaran modal perusahaan. Menurut Sukmawardani et al. (2013) nilai ROI yang tinggi menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh efisiensi penggunaan aktiva dari semakian besar.

Analisis Du Pont System menggabungkan rasio perputaran aktiva atau

(16)

rasio tersebut dapat digunakan untuk menentukan profitabilitas atas aktiva yang dimiliki perusahaan melalui perhitungan Return on Investment (ROI). Collier et al. (2010) menyatakan bahwa Net Profit Margin dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan guna mengevaluasi laporan laba rugi dan komponen dalam laporan laba rugi. Menurut Sangkala (2009) Profit Margin dari suatu perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba usaha untuk setiap rupiah penjualan selama suatu periode tertentu, sedangkan tingkat perputaran aktiva suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan memutarkan dana yang tertanam dalam unsur aktiva selama suatu periode tertentu. Total Asset Turnover (TATO) menunjukkan efisiensi penggunaan total aset dalam menghasilkan laba. Total Asset Turnover memungkinkan untuk mengevaluasi sisi kiri dari neraca yang terdiri dari akun aset. Pendekatan Du Pont System menunjukkan nilai Return on Investment (ROI) yang dihitung melalui perkalian antara Net Profit Margin(NPM) dengan Total Asset Turnover(TATO).

(17)

2.2. Gambaran Umum Penelitian STAKEHOLDER SEKUNDER KOMISARIS PIHAK EKSTERNAL PIHAK INTERNAL STAKEHOLDER PRIMER PEMASOK PELANGGAN KARYAWAN INVESTOR KREDITOR MANAJEMEN MANAJER DIREKSI MENGELOLA PERUSAHAAN SUMBER DAYA AKTIVITAS PERUSAHAAN A K E B P PENGEMBALIAN INVESTASI KLAIM RISIKO OBLIGASI AGENCY THEORY FINANCIAL STATEMENT UKURAN PERUSAHAAN TOTAL ASET TOTAL PENJUALAN TENAGA KERJA KEBIJAKAN PENDANAAN GCG KINERJA PERUSAHAAN (KINERJA KEUANGAN) S T A K E H O L D E R T H E O RY PERUSAHAAN

(18)

2.3. Kerangka Pemikiran

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Good Corporate Governance, ukuran perusahaan dan kebijakan pendanaan. Dimana indikator pengukuran Good Corporate Governance adalah jumlah dewan direksi dan jumlah dewan komisaris, indikator pengukuran ukuran perusahaan adalah total aset serta indikator pengukuran kebijakan pendanaan adalahDebt to Asset Ratio

(DER) dan Debt to Asset Ratio (DAR). Indikator pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah Return on Investment (ROI). Gambar 2.1 memperlihatkan kerangka pemikiran beserta hubungan antar variabel dalam penelitian ini.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel Independen Variabel Independen

Variabel Dependen

Jumlah dewan direksi

Debt to Equity Ratio

Return on Investment

Jumlah dewan komisaris Total aset

(19)

2.4. Hipotesis

2.4.1. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan

Menurut Kusumawati dan Bambang (2005) Good Corporate Governance

mencerminkan upaya manajemen untuk menunjukkan mereka tidak akan menyalahgunakan kewenangan yang diberikan kepadanya. Praktik Good Corporate Governancedapat meningkatkan kinerja perusahaan, megurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh manajer dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri (Novrianti dan Armas, 2012). Good Corporate Governance dilakukan dengan menerapkan fungsi pengawasan terhadap manajemen yang dilakukan oleh dewan direksi dan dewan komisaris. Direksi memiliki 5 fungsi utama pengelolaan perusahaan yang mencakup 5 (lima) tugas yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial (KNKG, 2006).

Penelitian Novrianti dan Armas (2012) menemukan bahwa Good Corporate Governance (GCG) yang terdiri dari kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, komisaris independen dan ukuran komite audit tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROE sebagai indikator pengukuran kinerja perusahaan pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian Bukhori dan Raharja (2012) menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi, jumlah dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian Hastuti dan Soegijapranata (2005) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara struktur kepemilikan dengan kinerja perusahaan. Penelitian Kusumawati dan Bambang (2005) menyatakan bahwa dewan direksi dan dewan

(20)

komisaris sebagai variabel corporate governance berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan kinerja keuangan.

Dewan direksi berfungsi sebagai pengawas dan menciptakan Good Corporate Governance. Dewan direksi bertugas memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya serta memastikan peningkatan penjualan sebagai sarana untuk memberikan penghasilan dan membentuk laba perusahaan. Peningkatan jumlah dewan direksi diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan meningkatkan Return on Investment perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1a: Jumlah dewan direksi berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Investmentperusahaan propertydan real estate.

Fungsi pengawasan tidak hanya dilakukan oleh dewan direksi, tetapi juga dilakukan oleh dewan komisaris. Penelitian Makki dan Lodhi (2014) menemukan bahwa tidak ada dampak langsung dari tindakan Corporate Governance

perusahaan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan Wati (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Praktek Good Corporate Governance

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Fungsi dewan komisaris sama seperti dewan direksi, yaitu melakukan pengawasan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya, serta memastikan peningkatan penjualan sebagai sarana untuk memberikan penghasilan dan membentuk laba perusahaan. Peningkatan jumlah dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan pengawasan dan meningkatkan kinerja

(21)

perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H1b: Jumlah dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Investmentperusahaan Propertydan Real estate

2.4.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan

Ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar, semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan (Sudarmadji, 2007). Menurut Mirawati (2014) ukuran perusahaan dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih luas dalam mempergunakan aset yang ada dalam perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aset yang besar maka operasional perusahaan akan berjalan lancar sehingga laba juga akan meningkat. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan log of total assets. Sembiring (2008) menyatakan bahwa total aset sebagai indikator ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap NPM sebagai indikator kinerja keuangan. Mirawati (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H2: Total asset berpengaruh positif signifikan terhadap Return on Investment

(22)

2.4.3. Pengaruh Kebijakan Pendanaan terhadap Kinerja Keuangan

Kebijakan pendanaan yang diambil perusahaan menunjukkan seberapa besar porsi hutang yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Kebijakan hutang memiliki dampak negatif dan positif bagi perusahaan. Muzir (2011) menyatakan bahwa ekspansi yang didanai melalui pinjaman atau berhutang sangat beresiko terhadap perusahaan, karena kebijakan hutang yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak pada kebangkrutan dan kesulitan keuangan. Disisi lain kebijakan hutang akan memberikan manfaat dalam penurunan pajak, karena kebijakan hutang akan menambah beban, yaitu beban bunga, yang kemudian akan menyebabkan turunnya laba sehingga terjadi penurunan pajak. Hasil penelitian Rosyadah et al. (2013) menemukan bahwa DER berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian Tobing (2006) menemukan bahwa DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap Profitabilitas Martono (2002) menyatakan bahwa rasio leverage keuangan tertimbang terbukti berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan.

Nilai DER memperlihatkan perbadingan antara jumlah hutang dengan jumlah modal sendiri. Semakin tinggi DER berarti semakin tinggi porsi hutang yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Penggunaan hutang yang besar menyebabkan biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan lebih besar dari operating income yang dihasilkan dari hutang tersebut. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H3a: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap Return on Investmentperusahaan Propertydan Real estate.

(23)

Hutang dapat digunakan perusahaan untuk membiayai aset sebagai sarana untuk memperoleh pendapatan dan laba. Hutang dapat digunakan perusahaan untuk membiayai aset lancar seperti persediaan, sehingga menyebabkan peningkatan persediaan dan kemudian mendorong peningkatan penjualan. Apabila penjualan meningkat maka laba perusahaan juga akan meningkat. Debt to Asset Ratiomenunjukkan seberapa besar proporsi hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. semakin tinggi Debt to Asset Ratio

maka semakin besar aset perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Hasil penelitian Martono (2002) menunjukkan bahwa rasio leverage perusahaan berdampak negatif terhadap profitabilitas. Prihartanty (2011) menyatakan bahwa

Debt to Asset Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan. Sedangkan Sanchez dan Robles (2010) menyatakan bahwa bahwa terdapat hubungan positif antara leverage terhadap Return on Equity. Rosyadah (2013) menyatakan bahwa Debt to Asset Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

H3b: Debt to Assets Ratioberpengaruh signifikan terhadap Return on Investment

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Karakter spasial yang ada pada bangunan gedung Kantor Gubernur tersusun dari organisasi masa terpusat dengan orientasi ruang pada bangunan mengarah ke ruang terbuka/taman

Tepung daun kersen mempunyai komposisi kandungan nilai gizi yang dapat digunakan untuk bahan pakan ternak baik ternak ungags maupun ternak ruminansia Penggunaan hijauan

Wujud campur kode negatif Sajrone antologi geguritan Dalan Tresna anggitane Mahasiswa angkatan 2013 B, Jurusan Bahasa Dan Sastra Daerah, Universitas Negeri Surabaya yaiku

Berdasarkan latar belakang diatas Pusat Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat STMIK Nusa Mandiri bersama sivitas akademika Prodi Teknik Informatika merespon

[r]

Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang berkompeten untuk

efektif, efisien, dan ekonomis. Kondisi keuangan mengarah pada kemampuan pemerintah daerah untuk memenuhi kewajiban meliputi enam dimensi yaitu: 1) solvabilitas jangka

“Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah