BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Globalisasi dan perkembangan teknologi telah membawa dunia bisnis ke
dalam suatu era baru. Sawarjuwono, et al., (2003: 35) mengungkapkan bahwa era
baru tersebut ditandai dengan perubahan karakteristik ekonomi dari bisnis yang
berdasarkan pada tenaga kerja menuju bisnis yang berdasarkan pengetahuan.
Seiring dengan perubahan tersebut, maka kemakmuran suatu perusahaan akan
bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan
itu sendiri. Hal ini dilakukan agar perusahaan tetap terus bertahan dan bersaing
dengan tuntutan bisnis saat ini.
Dalam sistem manajemen yang berbasis pengetahuan ini, peranan modal
pengetahuan dan teknologi menjadi lebih dominan dibandingkan dengan modal
lainnya seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan, dan aktiva fisik. Rupert
(1998: 26) menyatakan bahwa dengan penggunaan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka akan dapat diperoleh cara menggunakan sumber daya lainnya
secara efisien dan ekonomis, yang akhirnya akan menciptakan keunggulan
bersaing.
Perusahaan harus menerapkan konsep manajemen pengetahuan dengan
memberikan perhatian khusus terhadap intellectual capital. Intellectual Capital
umum didefenisikan perbedaan antara nilai pasar perusahaan dengan nilai buku
Nilai pasar terjadi karena masuknya konsep intellectual capital yang merupakan
faktor utama yang meningkatkan nilai perusahaan (Abidin, 2000). Berikut ini
disajikan tabel yang menunjukkan adanya gap antara nilai buku dengan nilai pasar
beberapa Bank:
Tabel 1.1
Nilai Buku dan Nilai Pasar Pada Perusahaan AGRO, BCA dan BBNP Tahun 2012-2014 (dalam jutaan rupiah)
Tahun AGRO BBCA BBNP
Nilai Buku
2012 371.924 52.926.963 661.260
2013 836.905 65.410.580 1.052.398 2014 904.021 79.882.115 1.138.101 Nilai
Pasar
2012 5.318.599 224.360.691 47.899.011 2013 8.791.921 236.688.096 10.017.142 2014 7.674.304 323.596.876 15.634.861 Hidden
Value (jutaan)
2012 4.946.675 171.433728 47.237.751 2013 7.955.016 171.277.516 8.964744 2014 6.770.283 243.714.761 14.496760 Hidden
Tabel 1.1 menunjukkan adanya perbedaan antara nilai buku dengan nilai
pasar beberapa Bank. Nilai pasar (market value) dari beberapa perusahaan dapat
beberapa kali lipat lebih besar dari nilai buku aset perusahaan (Roos, 1997 seperti
dikutip oleh Sawarjuwono dan Kadir, 2003). Perbedaan keduanya tersebut disebut
sebagai “hidden value” yang tergambar dari persentasi dari nilai pasar. Dengan
diketahui adanya hidden value tersebut dapat diindikasikan bahwa perusahaan
memiliki intellectual capital. Tahun 2012 kesenjangan antara nilai pasar dengan
nilai buku BBCA mengalami penurunan dibandingkan Tahun 2011.
Fenomena yang ditunjukkan dalam Tabel 1.1 adalah hidden value AGRO,
BBCA, dan BBNP pada tahun 2012-2014 yang menunjukkan perubahan
perusahaan memiliki hidden value yang berfluktuasi. Pada perusahaan Bank
AGRO Tahun 2012-2013 hidden value mengalami penurunan setiap tahun. Hal
yang berbeda terjadi pada BBCA dan BBNP 2011-2012 Hidden value mengalami
fluktuasi, pada Tahun 2012-2013 hidden value mengalami penurunan namun pada
Tahun 2013-2014 hidden value perusahaan mengalami peningkatan.
Tabel 1.2
Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Total Aset, Total Liabilitas dan Kepemilikan Institusional Pada Perusahaan
AGRO, BBCA dan BBNP Tahun 2012-2014
Tahun AGRO BBCA BBNP
2012 368.261.821 64.715.438 1.138.101
2013 71.276.482 63.847.068 1.138.101
2014 225.708808 59.172.024 1.138.101
Kepemilikan Institusional
(lembar)
2012 415.698.125 12.254,280.000 478.990.112
2013 422.831.821 11.625.990.000 452.526.534
2014 422.831.821 11.625.990.000 478.990.112
Total Aset
(dalam jutaan
rupiah)
2012 4.040.140 436.793.410 8.212.208
2013 5.124.070 480.498.242 9.985.736
2014 6.385.196 541.984.423 9.468..873
Total Liabilitas
(dalam jutaan
rupiah)
2012 3.668.215 386..234.503 7.550.948
2013 4.287.163 245.827.621 8.933.338
2014
5.481.169 466.028.206 8.330.772
Sumber:
Tabel 1.2 pada perusahaan AGRO pada tahun 2012-2013 kepemilikan
manajemen mengalami penurunan pada tahun 2013 dan kepemilikan institusional
perubahan. Perubahan dalam tata kelola perusahaan terjadi pada jumlah dewan
komisaris independen yang mengalami penurunan. Tabel 1.2 pada perusahaan
BBCA kepemilikan saham oleh manajemen yang menunjukkan penurunan,
namun tidak terjadi perubahan pada jumlah dewan komisaris independen dan
kepemilikan institusional pada tahun 2013. Perusahaan BBNP kepemilikan saham
oleh manajemen yang menunjukkan tidak mengalami perubahan tiap tahun,
kepemilikan institusional mengalami fluktuasi namun tidak terjadi perubahan
pada jumlah dewan komisaris independen.
Tabel 1.2 untuk total asset ketiga perusahaan yaitu AGRO, BBCA, dan
BBNP mengalami peningkatan setiap tahun. Total aset perusahaan senantiasa
mengalami peningkatan yang menandakan intellectual capital perusahaan dapat
mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing pada nilai pasar dan memiliki
peluang yang bertambah besar tiap tahunnya (2012-2014) untuk mengembangkan
usahanya, baik dari segi modal berwujud maupun modal tak berwujud. Total
liabilitas pada perusahaan BBCA dan BBNP mengalami fluktuasi setiap tahun dan
AGRO mengalami peningkatan setiap tahun. Tingkat hutang perusahaan yang
tinggi akan mengurangi aktivitas perusahaan dalam investasi pada research and
development (R & D) dan pengembangan IC (Williams, 2000 dalam Novitarsari
2009).
Dunia bisnis di Indonesia sendiri masih kurang memiliki keunggulan
kompetitif yang menyebabkan rendahnya daya saing. Faktor-faktor yang
menyebabkan rendahnya daya saing antara lain rendahnya produktifitas SDM
masih kurang mampu berkompetisi ditingkat global karena lemahnya penguasaan
dan penerapan teknologi. Menurut laporan Word Competitiveness Yearbook tahun
2015, daya saing peringkat Indonesia berada di posisi 42 dari 144 negara. Namun
posisi ini masih berada di bawah Singapura yang berada di peringkat 3, Malaysia
di peringkat 14 dan Thailand yang berada di peringkat 30.
Di Indonesia, tren tentang intellectual capital mulai berkembang terutama
setelah adanya PSAK No. 19 revisi (2010) tentang aset tidak berwujud. Walaupun
tidak dijelaskan secara eksplisit sebagai intellecual capital, tapi setidaknya
intellectual capital mulai mendapat perhatian di Indonesia. Menurut PSAK No. 19
aktiva tidak berwujud adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif. Contoh sumber daya tidak terwujud adalah ilimu
pengetahuan dan teknologi, desain dan implementasi sistem atau proses baru,
lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan mereka dagang
(termasuk merek produk san judul publisitas).
Menurut Andreas Lako (2007: 132) item-item dari aktiva tidak berwujud
tersebut memiliki potensi memberi manfaat ekonomis bagi perusahaan dimasa
mendatang. Aktiva tidak berwujud ini diibaratkan seperti “black box” yang dapat
menjelaskan mengapa suatu perusahaan sukses atau gagal bertahan dalam jangka
panjang. Dijelaskan pula bahwa aktiva tak berwujud sebagai “mesin” pencipta
nilai tambah ekonomi (economic value creator) yang ampuh bagi
panjang. Bergamini dan Zambon (Andreas Lako, 2007: 144), aktiva tak berwujud
menjelaskan lebih dari 62% nilai ekonomi suatu aktivitas bisnis, sementara
aset-aset berwujud hanya menjelaskan kurang dari 38%.
Pengelolaan intellectual capital merupakan salah satu fokus dari
penerapan konsep corporate governance dalam perusahaan. Konsep yang
dimaksud adalah pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis
kepada shakeholder (Sutedi, 2012: 41). Hal ini dimaksudkan bahwa penerapan
corporate governance akan mendukung pengambilan keputusan dalam hal
pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara optimal. Corporate
governance sebagai suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi (Tjager, 2003:26). Sistem tersebut meliputi hubungan
antara dewan direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan stakeholder lainnya.
Perusahaan dengan implementasi corporate governance yang baik dalam kegiatan
bisnisnya akan lebih bertanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya yang
dimiliki, termasuk pengelolaan intellectual capital-nya.
Konsep corporate governance dilatarbelakangi oleh adanya pemisahan
antara kepemilikan dan pengelolaan di dalam perusahaan (Waryanto, 2010: 5).
Adanya pemisahan kepemilikan dan pengelola menimbulkan konflik kepentingan.
Konflik kepentingan antara pemilik dan pengelola perusahaan dapat terjadi karena
pihak pengelola tidak bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham.
Menyadari demikian pentingnya penerapan corporate governance dan
pengelolaan intellectual capital dalam perusahaan, maka banyak praktisi dan
Sulitnya mengukur intellectual capital sehingga Pulic (2000) menelti
ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan
intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient – VAIC™).
Komponen utama dari VAIC™ yang merupakan sumber daya perusahaan, yaitu
physical capital (VACA–value added capital employed), human capital (VAHU–
value added human capital), dan structural capital (STVA–structural capital
value added). VACA merupakan indikator atau nilai tambah yang diciptakan oleh
satu unit dari physical capital. VAHU mengindikasikan seberapa besar value
added yang diciptakan oleh setiap rupiah pengeluaran untuk pegawai (human
capital) meliputi keahlian, pengetahuan, motivasi, kompetensi dalam perusahaan,
integrasi yang dimiliki karyawan (Ulum, 2009: 89-90).
Struktur corporate governance yang digunakan dalam penelitian ini
difokuskan pada karakteristik pengelola perusahaan (dewan komisaris) dan
struktur kepemilikan. Variabel yang menekankan karakteristik pengelola
perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsi dewan komisaris
independen. Sedangkan variabel yang menekankan struktur kepemilikan dalam
penelitian ini adalah kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
Variabel proporsi dewan komisaris independen dipilih karena sesuai
dengan kondisi manajemen perusahaan di Indonesia yang menerapkan two tier
board system. Two tier board system merupakan sistem yang memisahkan fungsi
eksekutif (direksi) dengan fungsi pengawasan (komisaris). Keefektifan peran
pengawasan oleh dewan komisaris didukung dengan keberadaan komisaris
Kepemilikan manajerial dipilih sebagai variabel bebas dalam penelitian ini
karena masing-masing pengelola perusahaan memiliki proporsi saham tertentu
yang menunjukkan dominansi mereka dalam kepemilikan saham atau kekayaan
perusahaan. Variabel kepemilikan institusional diadopsi pada penelitian ini karena
saham-saham pada perusahaan di Indonesia juga dimiliki oleh institusi-institusi
berbadan hukum.
Corporate governance dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan
mengoptimalkan penggunaan modal pemegang saham, melindungi kepentingan
stakeholder dan mengelola sumber daya yang digunakan secara efisien. Hal ini
menunjukkan bahwa corporate governance mempengaruhi disposisi dan
penggunaan sumber daya termasuk pengelolaan potensi intellectual capital yang
dimiliki perusahaan (Chun, et al., 2011: 256). Perusahaan yang menerapkan
corporate governance yang baik dalam bisnisnya akan lebih transparan dan
bertanggung jawab dalam menggunakan potensi intellectual capital-nya, sehingga
penguasaan pengetahuan dan teknologi perusahaan dapat meningkatkan value
creation dan meningkatkan keunggulan kompetitif.
Dalam dunia perbankan intellectual capital merupakan hal yang sangat
penting. Menurut Dendawijaya (2005: 126) hal tersebut dikarenakan sektor
perbankan mengandalkan kepercayaan dalam mengelola dana, baik dana pemilik
maupun dana masyarakat. Perbankan membutuhkan tenaga-tenaga profesional
dan terampil serta memiliki integritas moral yang baik dan terpercaya. Perbankan
persaingan masa depan melalui sumber daya manusia yang unggul, kreatif dan
memiliki visi jauh ke depan.
Penelitian ini berusaha menilai kinerja IC dari perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012- 2014. Sektor perbankan
dipilih karena sektor perbankan merupakan sektor industri yang sifat bisnisnya
adalah intellectually intensive seperti sektor finansial, telekomunikasi maupun
industri berbasis teknologi lainnya. Secara keseluruhan karyawan sektor
perbankan “intellectually” lebih homogen dibanding dengan sektor ekonomi
lainnya (Kubo and Saka, 2002) dalam Ulum (2009:93).
Penelitian yang dilakukan oleh Makki dan Lodhi (2014) menemukan
bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja intellectual
capital. Anis (2013) menemukan hal yang sama dalam penelitiannya bahwa
mekanisme corporate governance berpengaruh positif terhadap VAICTM.
Purwanto (2011) menemukan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja intellectual capital dan kepemilikan
institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja intellectual
capital. Hal ini berbeda dari penelitian Zanjirdar dan Kabiribalajadeh (2011) pada
perusahaan perbankan di Iran menemukan bahwa kepemilikan insititusional dan
manajerial menurunkan kinerja intellectual capital. Novitasari dan Januarti (2009)
menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap kinerja intellectual capital. Novitasari dan Januarti (2009)
menggunakan ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas dalam penelitiannya.
terhadap kinerja intellectual capital dan ROA berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja intellectual capital.
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan maka penulis
tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Intellectual Capital Pada
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. 1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : “apakah proporsi dewan
komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, return
on assets (roa) dan leverage berpengaruh signifikan terhadap kinerja intellectual
capital pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris
bahwa apakah proporsi dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, return on assets (roa) dan leverage berpengaruh
terhadap kinerja Intellectual Capital pada perusahaan perbankan di Bursa Efek
1.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
menetapkan strategi perusahaan ke depan dalam hubungannya dengan
meningkatkan kinerja intellectual capital melalui praktik penerapan
corporate governance.
2. Bagi pihak investor,
Untuk memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
intellectual capital perusahaan. Selain itu juga untuk mengetahui
intellectual capital perusahaan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam keputusan melakukan investasi dan keputusan dalam pemberian
kredit.
3. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan wawasan dan
pengetahuan mengenai pengembangan teori manajemen dan manajemen
keuangan, khususnya yang berhubungan dengan teori mengenai intangible
asset dan intellectual capital.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai referensi untuk memberikan perbandingan dalam kegiatan