PENDAHULUAN
Peranan ternak sapi potong dalam pembangunan peternakan cukup besar diantaranya sebagai sumber pangan hewani asal ternak, berupa daging dan susu (Soehadji, 1991). Sapi Peranakan Ongole (PO) adalah salah satu sapi lokal yang banyak dipelihara di Indonesia dengan populasi terbesar di Pulau Jawa (Astuti, 2003). Produktivitas induk yang optimal adalah kunci utama keberhasilan suatu usaha peternakan (Toelihere, 1983).
Angka anestrus post partus, service per conception dan calving interval sapi induk F1 turunan sapi PO adalah 117,18 hari, 1,78 dan 434,64 hari. Kurang idealnya aktivitas reproduksi tersebut disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan terhadap kualitas dan kuantitas ransum (Aryogi, 2005). Teknik pemberian pakan tambahan pada pre partum dan post partum atau kombinasinya dapat memperbaiki kinerja reproduksi induk (Winugroho, 2002).
Menir kedelai dan minyak ikan lemuru merupakan limbah dari hasil pengolahan industri yang potensial untuk dimanfaatkan sebagai pakan ruminansia. Menir kedelai mengandung protein di atas 35% juga kaya asam lemak linoleat (omega-6) sedangkan minyak ikan lemuru kaya asam lemak linolenat (omega-3). Asam lemak linoleat dan linolenat merupakan asam lemak tak jenuh ganda/PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acids) yang dibutuhkan oleh induk sapi (Riyanto et al., 2013). Kandungan protein menir kedelai dapat mencapai 50% dan memiliki tingkat degradasi yang relatif tinggi hingga mencapai 75% di dalam rumen (Parakkasi, 1999).
Minyak yang ditambahkan ke dalam ransum ternak ruminansia dapat menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas mikrobia di dalam rumen (Abqoriyah et al., 2013). Minyak akan mengalami biohidrogenasi (perubahan dari asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh) oleh mikrobia rumen (Sudibya et al., 2009), sehingga perlu adanya upaya untuk mempertahankan kandungan nutrien dalam ransum agar dapat diserap pasca rumen.
lainnya yang terkandung dalam ransum terutama kandungan asam lemak tak jenuh. Proteksi menggunakan formaldehid ini diharapkan mampu melindungi protein sekaligus PUFA sehingga mampu lolos dari biohedrogenasi rumen, sehingga tetap didapatkan PUFA di pasca rumen dan diserap oleh usus halus sebagai sumber PUFA (Riyanto et al., 2013). Kondisi pasca rumen yang asam menyebabkan ikatan protein-formaldehid mudah putus sehingga protein dan kandungan nutrien dalam ransum dapat terhidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan (Wiryawan et al., 2007).
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan campuran menir kedelai dan minyak ikan lemuru (4:1) yang diproteksi menggunakan formaldehid 1% dapat digunakan untuk tambahan bahan pakan dalam ransum hingga level 10% tanpa mengganggu konsumsi dan kecernaan bahan kering, bahan organik dan protein kasar pada induk sapi Peranakan Ongole (PO) post partum ditinjau secara invivo.
B. Saran
Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan menir kedelai dan minyak ikan lemuru dengan level yang lebih tinggi terhadap konsumsi dan kecernaan ransum induk Sapi PO post