• Tidak ada hasil yang ditemukan

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP KESIAPAN BELAJAR SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP KESIAPAN BELAJAR SISWA."

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP KESIAPAN BELAJAR SISWA

(Studi Kasus Siswa Asal Madura di SD Negeri Tegalpanggung)

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persayaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Rizki Oktaviana Sari NIM 13108241028

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA TERHADAP KESIAPAN BELAJAR SISWA

Oleh

Rizki Oktaviana Sari NIM 13108241028

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan dukungan sosial orang tua terhadap kesiapan belajar siswa asal Madura di SD Negeri Tegalpanggung.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus. Subjek penelitian yaitu anak kelas V yang berasal dari Madura. Penelitian dilakukan dengan teknik pengumpulan data berupa pengamatan (observasi), wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Instrument penelitian berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara untuk guru, orang tua dan subjek. Teknik analisis data menggunakan interaktif model dari Miles dan Hurberman yaitu dengan data reduction, data display, dan conclusion drawing. Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial orang tua tidak diberikan secara maksimal kepada anak sehingga berpengaruh dalam kesiapan belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah pada anak yang berasal dari Madura. Dukungan yang diberikan oleh orang tua hanya merupakan kebiasaan atau hanya sebagai kewajiban yang harus dipenuhi oleh orang tua, sehingga mempengaruhi kesiapan belajar anak ketika di rumah maupun di sekolah. Anak akan lebih merasa nyaman ketika berada di sekolah namun anak kurang memiliki kesiapan dalam hal kesiapan fisik, kesiapan psikis, dan kesiapan materil. Anak masih sering meninggalkan sekolah dengan waktu yang lama untuk mengikuti mudik orang tuanya, anak juga kurang dalam mempersiapkan materi sebelum ke sekolah karena anak tidak belajar setiap harinya dan anak kurang memiliki buku karena orang tua tidak mengizinkan anaknya untuk mempelajari buku selain buku yang diberikan dari sekolah.

(3)

SOCIAL SUPPORT PARENTS TO READINESS STUDENT LEARNING

By

Rizki Oktaviana Sari NIM 13108241028

ABSTRACT

This study aims to explain and described support social parents to readiness student from Madura learning in primary schools tegalpanggung.

The research is qualitative of case study. The subject of study is student on fifth grades from Madura. The research was done to technique data collective of observation, interview, documentation, and notes. Research instrument is guidelines observation and guidelines for teachers, parents, and the subject. Technique analysis of data using interactive models from Miles and Huberman. That‟s namely reduction, display, and conclusion drawing. Test validity of data was undertaken by using triangulation source and methods.

The result showed social support parents are not given maximum, and this has impacted in readiness to study for students at home or at school. And this found in student from Madura. Support provided by parents just is a habitual or just as a duty to be protected by parent, so as to affect to readiness learning at home or at school. Student will be more comfortable in school but the student haven‟t readiness on physical, psychic, and materially. Student are often left school with a long time for follow their parents for going hometown. Student are lacking to prepare before going to school because the student not learn every day and haven‟t many others books. Because their parents does not allow the student to study from others books not given from school.

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tua yang saya cintai, Sunarto dan Umi Sangadah yang telah memberikan dukungan moral maupun material kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Kesiapan Belajar Siswa” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran berbagai pihak yang telah membantu dan memberi dukungan. Terima kasih diucapkan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan dukungan dan kemudahan dalam penyusunan skripsi.

3. Haryani, S.Pd, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan dukungan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Kepala sekolah SD Negeri Tegalpanggung yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di kelas V SD N Tegalpanggung.

5. Marmo, S.Pd. guru kelas V yang telah membantu selama penelitian.

(10)
(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN... v

LEMBAR PENGESAHAN... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Fokus Penelitian... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kesiapan Belajar ... 6

1. Prinsip-prinsip Kesiapan... 8

2. Aspek-aspek Kesiapan………. 9

3. Faktor Kesiapan Belajar……….. 12

B. Dukungan Sosial Orang Tua……… 13

1.Pengertian Dukungan Sosial……… 13

2.Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua………. 15

3.Sumber-sumber Dukungan Sosial……… 16

4.Bentuk Dukungan Sosial……….. 17

5.Faktor-faktor Dukungan Sosial……… 17

C. Hasil Penelitian yang Relevan………. 19

D. Pertanyaan Penelitian……… 19

1. Bentuk Dukungan Sosial Orang tua……… 19

2. Faktor Kesiapan Belajar………. 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 21

B. Langkah-langkah Penelitian………. 22

C. Variabel Penelitian……… 23

D. Setting Penelitian……….. 24

E. Subjek Penelitian……….. 24

(12)

G. Instrumen Penelitian………. 27

H. Teknik Analisis Data………. 30

I. Uji Keabsahan Data……….. 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian………. 36

1. Gambaran Umum Sekolah………..……… 36

2. Dukungan Sosial Orang Tua……… 40

a. Dukungan Emosional………. 41

b. Dukungan Penghargaan………. 44

c. Dukungan Instrumental……….. 46

d. Dukungan Informatif……….. 59

e. Dukungan Jaringan………. 52

3.Kesiapan Belajar…………..……… 56

a. Kesiapan Fisik……...………. 57

b. Kesiapan Psikis……… 61

c. Kesiapan Materil……… 64

B. Pembahasan….……….. 67

C. Keterbatasan Penelitian….……… 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………... 81

B. Saran……… 83

DAFTAR PUSTAKA... 85

(13)

DAFTAR TABEL

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Guru ... 88

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Orang Tua…... 96

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Subjek…… ... 103

Lampiran 4. Hasil Observasi……… 111

Lampiran 5. Wawancara 1……… 124

Lampiran 6. Wawancara 2……… 135

Lampiran 7. Wawancara 3……… 145

Lampiran 8. Wawancara 4……… 154

Lampiran 9. Wawancara 5……… 162

Lampiran 10. Wawancara 6………... 170

Lampiran 11. Reduksi Hasil Observasi………... 178

Lampiran 12. Reduksi Wawancara Subjek………. 182

Lampiran 13. Reduksi Wawancara Orang Tua Subjek………... 200

Lampiran 14. Reduksi Wawancara Guru……….... 219

Lampiran 15. Catatan Lapangan……… 234

Lampiran 16. Penyajian Data dan Kesimpulan………. 235

Lampiran 17. Foto Dokumentasi Penelitian ... 240

Lampiran 18. Surat Izin Penelitian……… 247

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk menempuh pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Untuk itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah, tetapi juga terletak pada sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia, maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa.

Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah (Oemar Hamalik, 2003:45), dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, biaya, sarana, dan prasarana serta faktor lingkungan yaitu faktor lingkungan rumah dan sekolah. Apabila faktor-faktor tersebut dapat terpenuhi maka akan memperlancar proses belajar mengajar, yang akan menunjang kesiapan belajar yang maksimal. Namun pada kenyataannya, tidak semua faktor terpenuhi, sehingga mengakibatkan timbulnya permasalahan dalam pembelajaran.

(16)

Kesiapan belajar siswa dimulai dari dalam diri siswa sendiri dan lingkungan yang ada disekitarnya. Orang tua merupakan salah satu objek vital yang mendukung kesiapan belajar siswa di sekolah. Siswa yang tidak mendapatkan dukungan dari orang tua akan mempengaruhi kesiapan belajar siswa di sekolah.

Setiap siswa memiliki perbedaan dan persamaan dari segala sisi. Salah satu perbedaan dari setiap siswa yaitu perbedaan suku bangsa. Suku bangsa yang dimiliki Indonesia sangat banyak dan beragam. Perbedaan itu tidak menjadikan suatu rintangan yang berat dalam bergaul dengan teman-teman dan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. Pulau Madura merupakan nama pulau yang terletak disamping pulau Jawa bagian timur. Pulau Madura merupakan pulau kecil bahkan lebih kecil dari pulau bali. Pulau Madura terdiri dari 4 kabupaten. Pulau Madura dihuni oleh salah satu suku yaitu suku Madura. Suku Madura mempunyai banyak macam tradisi salah satunya yaitu tradisi mudik yang sering disebut oleh masyarakat madura dengan „Toron‟. Toron untuk sebagian besar warga yang bersuku Madura dilakukan pada hari raya Idul Adha dimana sebagian besar suku yang lain melakukan tradisi mudik pada hari raya Idul Fitri, hal ini disebabkan pada momen itu dilakukan untuk ajang silaturahmi antar keluarga yang berkumpul dari berbagai wilayah. Adapula keluarga yang melakukan ibadah haji sehingga keluarga dapat menyambut kepulangan keluarganya selepas beribadah haji.

(17)

cukup lama namun berbanding terbalik pada hari raya Idul Adha, pemerintah memberikan hari libur yang cukup singkat yaitu 1 hari pada hari H. SD Tegalpanggung merupakan SD negeri yang terletak di kelurahan Tegalpanggung, kecamatan Danurejan, kota Yogyakarta. SD Tegalpanggung merupakan salah satu SD yang memiliki siswa dari berbagai macam suku yang ada di Indonesia. Dari jumlah 248 siswa terdapat beberapa siswa yang berasal dari suku madura.

Siswa yang berasal dari suku madura di SD Negeri Tegalpanggung juga tidak melewatkan tradisi yang ada di suku madura yaitu tradisi toron. Siswa mengorbankan sekolahnya untuk mudik dan bertemu dengan sanak saudara yang tinggal di Madura. Kebanyakan dari mereka melakukan tradisi mudik ini dilakukan bersama dengan keluarga intinya yaitu kedua orang tuanya. Orang tua dianggap sebagai salah satu panutan dan anak pada dasarnya dilarang untuk membantah, walaupun anak tadi sebenarnya mencari apa yang benar. Anak yang membantah atau melanggar perintah orang tua dianggap sebagai anak yang memalukan keluarga. (Soerjono Soekamto, 2009: 56). Tak tanggung-tanggung siswa yang melakukan mudik untuk pulang ke kampung halamannya membolos sekolah kurang lebih satu bulan lamanya. Kegiatan yang dilakukan ini menyebabkan siswa tertinggal pelajarannya di sekolah, sehingga siswa cenderung tidak siap dalam melakukan pembelajaran di sekolah setelah libur panjang.

(18)

Berdasar latar belakang tersebut di atas, peneliti tartarik untuk melakukan penelitian mengenai dukungan sosial orang tua terhadap kesiapan belajar siswa. Sekolah Dasar yang menjadi objek penelitian adalah SD Negeri Tegalpanggung, Tegal Panggung, Danurejan, Kota Yogyakarta.

B. Identifikasi masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Siswa cenderung tidak siap mengikuti pembelajaran setelah libur panjang Idul Adha.

2. Masih ada siswa yang membolos saat hari raya Idul Adha.

3. Kesiapan belajar siswa asal Madura yang cenderung terhambat karena kurangnya dukungan sosial orang tua.

C. Fokus Penelitian

(19)

D. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana dukungan sosial orang tua terhadap kesiapan belajar siswa asal Madura di SD Negeri Tegalpanggung?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dukungan sosial orang tua terhadap kesiapan belajar siswa di SD Negeri Tegalpanggung.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi semua pihak, khusunya bagi peneliti, guru, dan sekolah. Manfaat yang diharpakan sebagi berikut:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan refleksi untuk terus mengembangkan potensi diri.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk mengetahui kesiapan belajar siswa yang mendapat dukungan sosial orang tua.

3. Bagi Pihak Sekolah

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kesiapan Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang setiap hari dilakukan. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku (Slameto, 2003: 2).

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Sugihartono 2007: 74). Sedangkan belajar menurut Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007: 74) sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.

Reber juga mendefiniskikan belajar (Sugihartono, 2007: 74) dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

(21)

menghasilkan siswa yang siap untuk mengikuti pembelajaran dan merespon pembelajaran yang diberikan oleh guru. Kesiapan yaitu keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon/ jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada kecenderungan untuk memberi respons (Slameto, 2003: 113).

Kesiapan belajar perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, karena dengan kesiapan belajar siswa akan lebih mudah menerima atau memahami materi yang disampaikan oleh guru. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting diajadikan landasan dalam mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya bila tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu, pengajaran dilaksanakan kalau individu mempunyai kesiapan (Hamzah B. Uno, 2010: 7).

Kesiapan belajar juga berupa memiliki kesiapan dalam mempersiapakan materi selanjutnya yang akan dipelajari di sekolah sebelumnya. Hal ini juga diungkapkan oleh Thorndike (Slameto, 2003: 114), kesiapan adalah prasyarat untuk belajar berikutnya. Artinya kesiapan sebagai syarat dalam melakukan belajar pada tahap selanjutnya dimana akan menempuh materi yang berbeda dari materi sebelumnya, karena belajar akan terus dilakukan sampai akhir hayat.

(22)

sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan lancar. Kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu (Hamalik, 2003: 41). Pendapat ini juga didukung dengan pendapat (Djamarah, 2002: 35), kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan. Sedangkan (Soemanto, 1998: 191), juga berpendapat readiness sebagai kesediaan atau kesiapan seseorang untuk berbuat sesuatu.

Kesiapan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu faktor psikologis siswa, seperti yang dikemukakan oleh (Darsono, 2000: 27), faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar.

Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kesiapan belajar merupakan kondisi awal untuk melakukan kegiatan belajar yang membuatnya siap untuk mengikuti dan memberi respon yang ada pada diri siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang dipengaruhi oleh faktor fisik maupun psikologis.

1. Prinsip-prinsip Kesiapan

(23)

pembentukan dalam masa perkembangan. Hal ini juga diungkapkan (Slameto, 2003: 115) prinsip-prinsip readiness meliputi:

a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi). b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari

pengalaman.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan.

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.

Prinsip-prinsip kesiapan yang sama juga diungkapkan (Soemanto, 1998: 192) prinsip bagi perkembangan readiness meliputi:

a. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness, b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu, c. Pengalaman mempunyai efek komulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi

kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun rohaniah.

2. Aspek-aspek Kesiapan

(24)

meningkat. Hal ini didukung dengan pendapat (Slameto, 2003: 115) aspek-aspek kesiapan meliputi :

a. Kematangan (maturation)

Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mendasari perkembangan, sedangkan perkembangan ini berhubungan dengan fungsi-fungsi (tubuh + jiwa) sehingga terjadi diferensiasi. Latihan-latihan yang diberikan pada waktu sebelum anak matang tidak akan memberi hasil.

b. Kecerdasan

Kecerdasan memiliki perkembangan berdasarkan tingkat usia anak. Kecerdasan anak semakin dewasa akan semakin meningkat. Kecerdasan seorang anak sangat dipengaruhi dalam setiap fasenya sehingga dalam setiap fase anak harus dioptimalkan dalam pencapaiannya. Hal ini juga dikemukakan oleh J. Piaget (Slameto, 2003: 115) perkembangan kecerdasan sebagai berikut:

a. Sensori motor period (0 – 2 tahun)

(25)

b. Preoperational period (2 – 7 tahun)

Anak mulai mempelajari nama-nama dari objek yang sama dengan apa yang dipelajari orang dewasa dan ditandai dengan:

1) Memperoleh pengetahuan/ konsep-konsep, 2) Kecakapan yang didapat belum tetap (konsisten),

3) Kurang cakap memikirkan tentang apa yang sedang dipikirkannya, kurang cakap merencanakan sesuatu yang dilakukan, masih berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diamati dengan menggunakan tanda-tanda atau perangsang sensori, dan

4) Bersifat egosentris dalam arti memandang dunia berdasarkan pengalamannya sendiri, dan berdasarkan pengamatannya pada masa itu saja.

c. Concrete Operation (7 – 11 tahun)

Pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah (internal action), dan skema pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem pengajaran

yang logis (logical operational system). Anak mulai dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba salah (trial and error). Menjelang akhir periode ini anak telah menguasai prinsip menyimpan (conservational principles). Anak masih terikat pada objek-objek konkret.

d. Formal Operation (lebih dari 11 tahun)

(26)

1) Ia dapat memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui pemikirannya (dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan),

2) Dapat mengorganisasikan situasi/masalah,

3) Dapat berpikir dengan betul (dapat berpikir yang logis, mengerti hubungan sebab akibat, memecahkan masalah/ berpikir secara ilmiah.

3. Faktor Kesiapan Belajar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar. Faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar anak dapat berupa faktor yang berasal dari luar maupun dari dalam diri anak. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi hambatan anak dalam memiliki kesiapan belajar. Faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan belajar anak yang berasal dari diri anak sendiri yaitu kondisi fisik, mental, dan emosional anak. Dan faktor yang berasal dari luar diri anak yaitu berupa kebutuhan-kebutuhan anak yang harus dipenuhi oleh orang tua. Hal ini juga diungkapkan (Slameto, 2003: 113) sebagai berikut:

a. Kondisi fisik, mental, dan emosional,

b. Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan, dan

c. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.

(27)

a. Kesiapan fisik

Misalnya kesehatan tubuh (jauh dari gangguan penyakit). b. Kesiapan psikis

Misalnya ada kemauan untuk belajar. c. Kesiapan materiil

Misalnya ada bahan yang akan dipelajari.

Kondisi siswa yang siap menerima pembelajaran yang disampaikan oleh guru juga akan membawa dampak positif bagi siswa. Kesiapan belajar akan mendorong siswa untuk belajar memahami apa yang disampaikan oleh guru dan merespon setiap pertanyaan yang akan diberikan oleh guru.

B. Dukungan Sosial Orang Tua

1. Pengertian Dukungan Sosial

(28)

Dukungan sosial dapat didapatkan dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal mencakup orang tua, kakak, adik, dan saudara. Sedangkan lingkungan eksternal mencakup teman, rekan kerja, dan masyarakat sekitar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah dukungan yang didapatkan dari berbagai sumber yang dijalin dengan akrab antara individu dengan yang lain dalam lingkungan masyarakat, keluarga, organisasi dan lain-lain. Diberikan dalam bentuk dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan penilaian.

(29)

2. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua

Dukungan sosial merupakan sumber eksternal yang membantu individu mengatasi permasalahan. Keluarga, khsusnya orang tua merupakan sumber dukungan sosial yang penting dalam kesiapan belajar individu. Orang tua menyediakan dukungan yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman terhadap anggota keluarga lainnya. Keterlibatan orang tua dengan cara mengenal bentuk anak dan memberikan dukungan dalam kadar yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak merupakan suatu hal terpenting dalam dukungan sosial orang tua terhadap anak (Santrock, 2007: 532).

Dukungan sosial orang tua mengacu pada kepedulian, penghargaan, kenyamanan yang dirasakan oleh individu yang berasal dari orang lain (Sarafino, 1997: 97). Dukungan sosial dapat membuat rasa nyaman, dihargai dan dicintai pada diri individu tersebut. Dukungan sosial yang diberikan orang-orang terdekat terutama orang tua akan lebih bermanfaat daripada dukungan dari orang lain yang memiliki hubungan jauh dengan individu.

(30)

3. Sumber-Sumber Dukungan Sosial

Dukungan sosial bisa didapatkan dari orang-orang terdekat maupun orang yang dihormati dan dihargai. Dukungan sosial didapat dari berbagai sumber, yaitu suami/istri (pasangan), keluarga, teman, rekan kerja, dokter, atau komunitas (Sarafino 1997: 98).

Keluarga merupakan sumber dukungan utama yang dibutuhkan oleh anak karena sebagian besar hidup anak dihabiskan bersama dengan keluarga, hal ini juga diungkapkan oleh Rodin & Salovey (Smet, 1994: 133) menyatakan bahwa pernikahan dan keluarga merupakan sumber dukungan sosial yang terpenting. Pasangan dan keluarga merupakan sumber utama dukungan sosial yang sangat berpengaruh bagi individu. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sarafino (Neta Sepfitri, 2011: 31) membagi sumber-sumber dukungan sosial menjadi tiga kategori, yaitu:

a. Sumber dukungan sosial yang berasal dari orang-orang yang selalu ada sepanjang hidupnya, yang selalu bersama dengannya dan mendukungnya. b. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sedikit

berperan dalam hidupnya dan cenderung mengalami perubahan sesuai dengan waktu.

c. Sumber dukungan sosial yang berasal dari individu lain yang sangat jarang memberi dukungan dan memiliki peran yang sangat cepat berubah.

(31)

pada individu, namun dukungan sosial yang paling berpengaruh yaitu dukungan yang berasal dari orang-orang terdekat yaitu keluarga.

4. Bentuk Dukungan Sosial

Dukungan sosial memiliki bentuk. Bentuk dari dukungan sosial ini yaitu dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informatif, dan jaringan. Bentuk dukungan sosial ini juga diungkapkan (Sarafino, 1997: 98) ada lima bentuk dasar dukungan sosial, yaitu :

a. Dukungan emosional; mencakup ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap individu. Memberikan individu rasa nyaman, tentram, merasa memiliki, dan dicintai saat mengalami tekanan.

b. Dukungan penghargaan; berupa penghargaan positif terhadap individu, dorongan atau persetujuan terhadap ide atau perasaan individu, dan membandingkan secara positif individu dengan orang lain.

c. Dukungan instrumental; berupa bantuan langsung seperti uang, waktu, dan tenaga melalui tindakan yang dapat membantu individu.

d. Dukungan informatif; mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana, atau umpan balik tentang yang dilakukan individu.

e. Dukungan jaringan; memberikan perasaan menjadi bagian dari anggota kelompok.

5. Faktor-faktor Dukungan Sosial

(32)

penyedia dukungan, dan faktor komposisi. Hal ini juga diungkapkan (Sarafino, 1997: 104) tidak semua individu mendapatkan dukungan sosial yang dibutuhkan dan banyak faktor yang mempengaruhi dukungan sosial, yaitu:

a. Penerima Dukungan (Recipients)

Seseorang tidak mungkin menerima dukungan sosial jika mereka tidak ramah, tidak pernah menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang mengetahui bahwa dia membutuhkan bantuan. Beberapa orang tidak terlalu assertive untuk meminta bantuan pada orang lain atau adanya perasaan bahwa mereka harus mandiri tidak membebani orang lain atau perasaan tidak nyaman menceritakan pada orang lain atau tidak tahu akan bertanya kepada siapa.

b. Penyedia Dukungan (Providers)

Seseorang yang harusnya menjadi penyedia dukungan mungkin saja mempunyai sesuatu yang dibutuhkan orang lain atau mungkin mengalami stress sehingga tidak memikirkan orang lain atau bisa saja tidak sadar akan kebutuhan orang lain.

c. Faktor Komposisi dan Struktur Jaringan Sosial

(33)

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Nestor Verolesa Babaro (2010) tentang dukungan sosial orang tua terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IV sekolah dasar negeri di kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua terhadap motivasi berprestasi pada siswa. Dibuktikan dengan hasil analisis data yang menunjukkan nilai korelasi sebesar 0.570 dengan taraf signifikan sebesar 0.00 (p<0.01).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti dukungan sosial orang tua. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitian sebelumnya meneliti dukungan sosial orang tua terhadap motivasi berprestasi pada siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis yaitu dukungan sosial orang tua terhadap kesiapan belajar siswa.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Dukungan Sosial Orang Tua

Pada tahap ini, penulis berkepentingan untuk mendapatkan informasi terkait dengan latar belakang objek yang diteliti.

(34)

b. Bagaimana dukungan penghargaan yang diberikan orang tua terhadap anak ?

c. Bagaimana dukungan instrumental yang diberikan orang tua terhadap anak ?

d. Bagaiaman dukungan informatif yang diberikan orang tua terhadap anak ?

e. Bagaimana dukungan jaringan yang diberikan orang tua terhadap anak ?

2. Kesiapan Belajar

Pada tahap ini, penulis berkepentingan untuk mendapatkan informasin terkait dengan objek yang diteliti.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus, yang berarti penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003: 1).

Penelitian studi kasus akan kurang kedalamnnya bilamana hanya dipusatkan pada fase tertentu saja atu salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut. Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu untuk beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Studi kasus yang baik harus dilakukan secara langsung dalam kehidupan sebenarnya dari kasus yang sedang diselidiki. Data studi kasus dapat diperoleh tidak saja dari kasus yang diteliti tetapi juga dapat diperoleh dari semua pihak yang mengetahui dan mengenal kasus tersebut dengan baik. Jadi, data dalam studi kasus dapat diperoleh dari berbagai sumber namun terbatas dalam kasus yang akan diteliti (Nawawi, 2003: 2).

(36)

mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan. Seperti yang dikemukakan (Sugiyono, 2011: 205) menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang ditujukan untuk menganalisis dan mendeskripsikan peristiwa, fenomena, sikap, aktivitas sosial, pemikiran, dan persepsi orang secara individu maupun kelompok.

Penilitian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa atau bagaimana keadaan yang sebagaimana mestinya. Karena sifatnya yang alamiah ini, penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuktikan teori, sehingga tidak ada manipulasi dalam perlakuan subjek maupun variabelnya. Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dan videotape (Lexy J. Moleong, 2007: 11).

Penelitian ini menitikberatkan pada dukungan orang tua terhadap kesiapan belajar siswa di sekolah dasar negeri Tegalpanggung yang memberikan kesan kepada siswa bahwa orang tua merupakan sumber dukungan yang utama. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus sehingga tidak dapat untuk menggeneralisasikan atau tidak berlaku untuk subjek atau kasus lainnya.

B. Langkah-Langkah Penelitian

(37)

yang diterjemkan oleh Tjetjep Rehendi R (1992), tahap-tahapan penelitian kualitatif itu meliputi langkah-langkah sebagai berikut;

1. Membangun Kerangka Konseptual

2. Merumuskan Permasalahan Penelitian

3. Pemilihan Sampel dan Pembatasan Penelitian

4. Instrumentasi

5. Pengumpulan Data

6. Analisis Data

7. Matriks dan Pengujian Kesimpulan.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 61).

1. Variabel bebas

(38)

2. Variabel terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu kesiapan belajar siswa.

D. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Tegalpanggung, peneliti mengambil lokasi ini karena sekolah ini merupakan sekolah yang berada di bantaran kali Code dimana di tempat ini terdapat berbagai macam keberagaman. Salah satunya yaitu ada beberapa suku Madura yang bertempat tinggal dibantaran sungai Code. Orang tua yang tinggal dan memiliki anak sebagian besar akan di sekolahkan di SD Negeri Tegalpanggung. Selain itu di tempat ini terdapat berbagai macam permasalahan yang timbul di dalam sekolah maupun di luar sekolah, sehingga diperlukan dukungan sosial orang tua untuk menunjang kesiapan belajar siswa di sekolah. Penilitian ini dilaksanakan selama bulan Maret 2017.

E. Subjek Penelitian

(39)

F. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini memerlukan pendekatan dan metode yang tepat serta perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan mendapatkan data yang objektif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data meliputi: metode observasi, wawancara, pengamatan dan dokumentasi yang disertai catatan lapangan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Pengamatan (Observasi)

Pengamatan atau observasi meliputi kegiatan pemusatan terhadap suatu objek dengan menggunakan semua alat indra (Suharsimi Arikunto, 2006: 156). Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian (Djam‟an dan Aan Komariah, 2011: 105).

(40)

namun observasi dilakukan ketika melakukan wawancara dengan subjek. Saat melakukan pengamatan menggunakan pedoman observasi yang telah dibuat.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh data atau informasi dari narasumber (Suharsimi Arikunto, 2006: 155). Sedangkan wawancara menurut (Djam‟an dan Aan Komariah, 2011: 130), adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab.

Wawancara digunakan untuk mengadakan komunikasi dengan subjek peneiliti untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Wawancara ini diberikan kepada siswa, guru, serta orang tua siswa untuk mengetahui bagaimana dukungan orang tua terhadap kesiapan belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri Tegalpanggung.

(41)

wawancara untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang objek penelitian, yang bersifat spontanitas namun tetap pada konteks (Lexy J. Moleong, 2007: 186).

Wawancara yang dilakukan akan dibantu dengan alat perekam (hand phone). Ini dilakukan karena peneliti memiliki keterbatasan dalam mengingat hasil wawancara yang dilakukan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa majalah, buku-buku, notulen rapat, dokumen, catatan harian, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2006: 158).

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh foto dokumentasi. Foto dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh. Foto yang diambil harus memiliki makna atau isi cerita, sehingga peneliti dalam menulis hasil penelitiannya memiliki bukti yang memperkuat argumentasinya.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data. Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data secara objektif.

G. Instrumen Penelitian

(42)

digunakan dalam penelitian ini adalah matriks penelitian, pedoman pengamatan, dokumentasi, dan catatan lapangan.

1. Matriks penelitian digunakan sebagai panduan dalam melakukan wawancara.

2. Pedoman pengamatan digunakan untuk pengumpulan data dan mencatat semua kejadian selama proses di sekolah.

3. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai foto dokumentasi dan sebagainya.

4. Catatan lapangan digunakan untuk memperoleh data secara objektif menggunakan lembar pengamatan.

Instrumen yang digunakan yaitu instrumen pokok dan instrumen penunjang. Instrumen pokok yaitu peneliti sendiri sedangkan instrumen penunjang yaitu pedoman wawancara dan pedoman observasi.

1. Instrumen pokok dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri. Peneliti berhubungan langsung sengan informan dan mampu menilai berbagai bentuk dari interaksi yang dilakukan. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif yaitu sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan menjadi pelapor hasil penelitiannya (Lexy J. Moleong 2007: 168).

(43)

lokasi, pelaksana, biaya dan waktu, dan data yang ingin diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2006: 153-154).

2. Instrumen yang kedua yaitu dengan metode wawancara.

[image:43.595.71.541.344.668.2]

Agar penelitian ini terarah, peneliti terlebih dahulu menyusun instrumen penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat matriks penelitian. Adapun matriks penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 1.

Matriks Penelitian Judul Rumusan

Masalah

Variabel Indikator Sumber Data Metode Penelitian Dukungan Sosial Orang Tua Terhadap Kesiapan Belajar Siswa Bagaimana dukungan sosial orang tua terhadap kesiapan belajar siswa di SD Negeri Tegalpangg ung? 1. Dukungan Sosial Orang Tua 2. Kesiapan Belajar Siswa 1. Dukungan Emosional 2. Dukungan Penghargaan 3. Dukungan Instrumental 4. Dukungan Informatif 5. Dukungan Jaringan 1. Kesiapan Fisik 2. Kesiapan Psikis 3. Kesiapan Materil 1. Infroman kunci : siswa asal Madura 2. Informan pendukung a.Orang tua

siswa asal Madura b. Guru kelas V 1. Desain penelitian kualitatif 2. Penentuan informan berdasarkan kriteria yang ditentukan 3. Pengumpulan data : a. Observasi b. Wawanca ra c. Dokumen tasi d. Catatan lapangan 4. Analisis data

(44)

3. Instrument yang ketiga yaitu observasi.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 135), penyusunan isntrumen pengumpulan data berupa observasi dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini :

a. Mengadakan identifikasi terhadap variabel-variabel yang ada di dalam rumusan judul penelitian atau yang tertera di dalam problematika penelitian. b. Menjabarkan variabel menjadi sub atau bagian variabel.

c. Mencari indikator setiap sub atau bagian variabel. d. Menderetkan deskriptor menjadi butir-butir isntrumen.

[image:44.595.107.498.440.569.2]

e. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau interaksi dan kata pengantar.

Tabel 2.

Pedoman Observasi

Variabel Indikator

Dukungan Sosial Dukungan Emosional Dukungan Penghargaan Dukungan Instrumental Dukungan Informatif Dukungan Jaringan Kesiapan Belajar Kesiapan Psikis

Kesiapan Fisik Kesiapan Materil

H. Teknik Analisis Data

(45)

bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu : data reduction, data display, dan conclusion/ verification.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti : merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal-hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data bisa dibantu dengan alat elektronik seperti : komputer , dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dengan reduksi , maka peneliti merangkum, mengambil data yang penting, membuat kategorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Data yang tidak penting dibuang.

2. Data Display (Penyajian Data)

(46)

bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja).

Fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis sehingga apa yang ditemukan saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

3. Conclusion Drawing/ verification (Penarikan Kesimpulan)

(47)

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

I. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian ini uji keabsahan data dilakukan dengan teknik pemeriksaan yang didasarkan atas kriteria tertentu. Empat kriteria dalam pemeriksaan keabsahan data, yaitu 1) kredibitias, 2) kepastian, 3) kebergantungan, dan 4) kepastian (Lexy J. Moleong, 2007: 327).

(48)

Uji keabsahan datanya menggunakan triangulasi . Denzin (Sudarwan Danim, 2002: 38), mengatakan ada lima tipe triangulasi, yaitu:

1. Triangulasi teoritis

Triangulasi teoritis adalah menggunakan kerangka kerja atau perspektif teorikat dan hipotesis yang berbeda untuk studi yang sama.

2. Triangulasi data

Triangulasi data adalah melakukan pengumpulan data untuk membuka peluang untuk menguji bagaimana peristiwa dialami oleh kelompok yang berbeda dari orang-orang, pada waktu yang berbeda, dan situasi yang berbeda pula.

3. Triangulasi metode

Triangulasi metode adalah menggunkan dua atau lebih metode atau prosedur studi, termasuk di dalamnya perbedaan desain, instrumen, dan prosedur pengumpulan data.

4. Triangulasi investigator

Triangulasi investigator muncul ketika dua atau lebih investigator peneliti terlatih (research trained investigator) dengan beragam latar belakang mengeksplorasi fenomena yang sama.

5. Triangulasi analisis

(49)

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi data dengan sumber dan metode. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, Lexy J. Moleong, 2007: 330). Sedangkan triangulasi dengan metode, menurut Patton (Lexy J. Moleong, 2007: 331), terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Hal ini dapat dicapai dengan cara sebagai berikut:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dilapangan dengan hasil wawancara yang telah dilakukan.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab hasil penelitian ini akan dituliskan secara deskriptif hasil penelitian mengenai profil sekolah, dukungan sosial orang tua, dan kesiapan belajar siswa di SD Tegalpanggung. Hasil penelitian ini diperoleh dengan berpedoman pada triangulasi sumber dan triangulasi metode.

1. Gambaran Umum Sekolah

SD Negeri Tegalpanggung terletak di Jalan Tegalpanggung No. 41, Kelurahan Tegalpanggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah ini didirikan pada tahun 1917 di atas tanah seluas 1476 m² dengan status tanah adalah hak milik. Luas bangunan sekolah

adalah 980 m². Sekolah ini mempunyai 12 kelas.

a. Visi dan Misi Sekolah

SD Negeri Tegalpanggung memiliki visi dan misi sebagai berikut: 1) Visi Sekolah

Terwujudnya lulusan yang cerdas, terampil, serta berbudiluhur berdasarkan Iptek dan Imtaq.

2) Misi Sekolah

a) Melaksanakan proses KBM yang efektif dan efisien.

(51)

d) Menciptakan lingkungan sekolah yang bersih dan indah. e) Membimbing siswa sesuai bakat dan minat yang dimiliki. b. Sarana dan Prasarana Sekolah

SD Negeri Tegalpanggung memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk digunakan sebagai penunjang dalam proses pembelajaran. Adapun sarana dan prasarana tersebut adalah sebagai berikut.

1) Ruang Kepala Sekolah 2) Ruang Kelas

SD Negeri Tegalpanggung merupakan sekolah yang mempunyai kelas paralel. Terdiri dari 12 ruang kelas, mulai dari kelas I – VI.

3) Perpustakaan 4) Ruang Komputer 5) Fasilitas UKS

6) Administrasi Sekolah 7) Tempat Ibadah/Mushola 8) Kesehatan Lingkungan 9) Kamar mandi

10) Kantin

11) Tempat parkir 12) Lapangan

(52)

perlengakapan pembelajaran seperti : papan tulis, alat tulis, dan papan data kelas. Di sekolah juga menyediakan Liquid Crystal Display (LCD) proyektor berjumlah 2 sehingga harus bergantian dengan kelas lain apabila akan menggunakannya.

Halaman SD Tegalpanggung cukup luas sehingga banyak kegiatan yang dapat dilakukan di halaman sekolah, seperti upacara bendera, appel pagi, senam dan olahraga. Selain itu tidak sedikit siswa yang menggunakan halaman sekolah sebagai tempat bermain bersama teman-temannya.

Ruang guru dan ruang kepala sekolah terletak berdekatan. Kondisi ruang guru kurang besar sehingga meja tertata dengan jarak meja yang sedikit, karena ruang guru kurang mencukupi untuk semua guru. Ruang kepala sekolah tertata dengan rapi dengan almari yang cukup besar sebagai tempat penyimpanan berkas-berkas sekolah.

SD Tegalpanggung memiliki fasilitas yang cukup baik, seperti kamar mandi, mushola, kantin dan UKS. Secara keseluruhan sarana dan prasarana yang dimiliki sudah memenuhi kriteria SD yang baik.

c. Potensi Siswa

(53)
[image:53.595.146.478.150.607.2]

Tabel. 3

Jumlah Siswa SD Tegalpanggung

NO KELAS

TOTAL

Laki-laki Perempuan Jumlah

1. I A 11 9 20

2. I B 8 12 20

3. II A 12 10 22

4. II B 14 9 23

5. III A 9 11 20

6. III B 9 12 21

7. IV A 5 5 10

8. IV B 13 7 20

9. V A 8 15 23

10. V B 10 12

22 (2 anak Madura)

11. VI A 15 9 24

12 VI B 11 10 21

JUMLAH 125 123 248

d. Potensi Guru dan Karyawan

(54)

serta tugas masing-masing. Karyawan di SD Negeri Tegalpanggung mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Personalia di SD Negeri Tegalpanggung berjumlah 21 orang.

2. Dukungan Sosial Orang Tua

Dukungan sosial orang tua sangat berpengaruh dalam perkembangan mental dan fisik seorang anak. Menurut wali kelas V, anak dapat berkembang mentalnya apabila mendapatkan dukungan dari orang tuanya. Jika orang tua hanya cuek kepada anak, maka anak juga tidak akan menunjukkan perkembangan yang baik dalam pendidikannya maupun pribadinya. (Wwcr. 6 hal. 175).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh orang tua WL yang menyatakan anak harus mendapatkan pengawasan ketika di rumah karena tanpa pengawasan anak akan melakukan sesuatu semuanya sendiri. (Wwcr. 3 hal. 152)

Pemaparan dari beberapa narasumber di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orang tua sangat dibutuhkan anak dalam mengembangkan mental dan fisiknya, sehingga anak tidak melakukan semua hal yang ingin dilakukannya. Selain itu dukungan sosial juga dapat mempengaruhi perkembangan pendidikannya maupun pribadinya.

(55)

Menurut orang tua AN, setiap hari mengantarkan ke sekolah dan memberikan uang saku sebesar lima belas ribu rupiah. (Wwcr. 4 hal. 159). Pendapat dari orang tua AN sama dengan pendapat dari orang tua WL yaitu orang tua setiap hari mengantar dan menjemput anak serta memberikan uang untuk membeli makanan di sekolah. (Wwcr. 3 hal.150 )

Berdasarkan wawancara dari beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada anak hanya sebatas dukungan sosial yang merupakan kebiasaan setiap harinya tanpa ada sesuatu yang menonjol. Dukungan sosial dibagi menjadi beberapa dukungan antara lain dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan dukungan jaringan.

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional diberikan oleh orang tua kepada anak agar anak dapat mendapatkan kasih sayang orang tua kepada anak secara emosionalnya. Dukungan emosional yang diberikan orang tua menambah kedekatan secara emosional juga dengan anak. Dukungan emosional diberikan oleh orang tua kepada anak agar anak dapat merasa nyaman ketika berada di rumah, anak merasakan mendapatkan perhatian dari orang tua dan anak merasa dipedulikan oleh orang tuanya.

(56)

sekolah walaupun sedang dalam kondisi sakit karena anak merasa memiliki banyak teman daripada di rumah hanya tidur tidak boleh bermain. Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara WL yang menyatakan bahwa lebih merasakan kenyamanan di sekolah karena di sekolah dapat belajar dan bermain bersama teman-teman. (Wwcr. 1 hal. 128)

Ketika di rumah anak merasakan ketidak nyamanannya sehingga membuat anak lebih memilih bermain diluar rumah daripada hanya didalan rumah saja. Hal ini berdasarkan observasi yang dilakukan di rumah anak (Obsr. 5 hal. 122). Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara terhadap orang tua WL yang menyatakan anak hanya bermain dan jajan saja ketika di rumah dan anak tidak mau ketika hanya disuruh berada di rumah dan tidur siang di rumah. (Wwcr. 3 hal. 149). Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara terhadap orang tua AN yang menyatakan bahwa anak langsung bermain ketika sepulang sekolah hingga sore. (Wwcr. 4 hal. 158). Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara dari WL yang menyatakan bahwa lebih suka bermain bersama teman-teman di belakang rumah dari pada harus di rumah menonton televisi dan tidur. (Wwcr. 1 hal. 128)

(57)

menyatakan tidak pernah disiapkan sarapan di rumah namun selalu membeli soto disamping sekolah setiap hari. (Wwcr. 2 hal. 140)

Selain perhatian anak juga membutuhkan kepedulian dari orang tua baik peduli ketika di rumah maupun ketika di sekolah. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dari guru wali kelas V, yang menyatakan bahwa orang tua peduli dengan kebutuhan anak di rumah maupun di sekolah. (Wwcr. 6 hal. 174). Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara dari orang tua WL yang menyatakan bahwa anak sudah dipenuhi segala kebutuhan sekolah maupun di rumah. (Wwcr. 3 hal. 150). Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara dari orang tua AN yang menyatakan bahwa orang tua sudah memenuhi semua kebutuhan anak baik di sekolah maupun di rumah.

Berdasarkan triangulasi data diperoleh kebenaran bahwa anak kurang mendapatkan dukungan emosional yang berupa perhatian dari orang tuanya. Perhatian yang diberikan hanya sebatas kebiasaan yang dilakukan setiap harinya tanpa ada perhatian yang lebih kepada anak. dukungan emosional yang berupa kepedulian yang diberikan orang tua kepada anak sudah diberikan hal ini ditunjukkan bahwa orang tua selalu memenuhi kebutuhan anak di sekolah maupun di rumah. Hal ini didukung oleh dokumentasi pada lampiran hal. 251 gambar 1. Pada gambar tersebut terlihat anak diantarkan sekolah oleh orang tuanya namun orang tua langsung meninggalkan sekolah ketika anak sudah turun dari motor tanpa ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh anak sesampainya di sekolah.

(58)

diberikan hanya berupa kebiasaan yang sering atau setiap hari dilakukan dan merupakan salah satu kewajiban orang tua terhadap anaknya. Dukungan emosional yang didapatkan dari orang tuanya berupa kepedulian kebutuhan anak di sekolah maupun di rumah dan perhatian yang sifatnya kebiasaanya seperti mengantarkan anak ke sekolah.

b. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan merupakan dukungan yang diberikan orang tua kepada anak sebagai penghargaan atas usaha yang dilakukan dan prestasi yang telah berhasil didapatkan. Penghargaan dari orang tua sangat dibutuhkan anak, karena anak akan merasa senang dan bangga apabila dapat membuat orang tuanya senang pula. Anak akan merasa diperhatikan jika orang tua memberikan timbal balik atas prestasi yang anak dapat. Dukungan penghargaan dapat berupa pujian dan hadiah yang diberikan oleh orang tua kepada anak.

(59)

Selain pujian, penghargaan yang dapat diberikan kepada anak juga dapat berupa hadiah. Hadiah tidak selalu berupa barang namun juga dapat berupa kegiatan yang dilakukan secara bersama dan membuat anak menjadi senang. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara orang tua WL yang menyatakan bahwa orang tua terkadang memberikan hadiah kepada anak berupa jalan-jalan ke swalayan untuk membeli apa yang diinginkan oleh anak. (Wwcr. 3 hal. 150). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan WL yang menyatakan bahwa terkadang meminta jalan-jalan ke swalayan untuk membeli burger ketika mendapatkan prestasi yang baik. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara wali kelas V yang menyatakan bahwa anak akan dituruti apa yang diinginkan oleh orang tuanya. (Wwcr. 5 hal. 170).

Berdasarkan triangulasi data didapatkan kebanaran bahwa anak kurang mendapatkan dukungan penghargaan berupa pemberian hadiah maupun pujian. Hadiah diberikan ketika kenaikan kelas dan atas permintaan dari anak dan ketika anak mendapatkan prestasi yang baik orang tua juga tidak memberikan pujian yang dapat membuat anak lebih semangat lagi.

(60)

dibutuhkan oleh anak. orang tua sudah mendapatkan penghargaan berupa hadiah dimana orang tua memberikan hadiah apa yang anak inginkan.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental merupakan dukungan berupa materi maupun waktu. Materi yang dimaksud yaitu uang. Anak diberikan uang sebagai dukungan yang diberikan orang tua kepada anak agar anak dapat menggunakan uang tersebut untuk membeli apa yang diinginkannya, dapat berupa barang maupun makanan.

Anak usia sekolah dasar masih suka membeli makanan atau jajan yang dijajakan di sekolah. Anak selalu diberikan uang saku setiap harinya dengan nominal yang besar untuk seusianya. Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan guru kelas V yang mengatakan bahwa anak selalu diberikan uang saku sepuluh sampai lima belas ribu rupiah dan digunakan untuk jajan di sekolah. (Wwcr. 5 hal. 168 dan Wwcr. 6 hal. 175). Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara dengan AN dan WL yang menyatakan bahwa setiap hari diberikan uang saku oleh orang tuanya sebanyak sepuluh sampai lima belas ribu rupiah dan digunakan untuk jajan di rumah dan di sekolah tanpa menyisihkannya untuk ditabung. (Wwcr. 1 hal. 130 dan Wwcr. 2 hal. 141). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan orang tua WL dan AN yang menyatakan bahwa anak selalu diberikan uang saku sebesar sepuluh sampai lima belas ribu rupiah. (Wwcr. 3 hal. 150 dan Wwcr. 4 hal. 159).

(61)

lagi di rumah apabila uang yang diberikan ketika akan berngkat sekolah sudah habis untuk jajan di sekolah. (Wwcr. 1 hal. 131). Hal ini sejalan dengan hasil wawancara orang tua WL yang menyatakan bahwa anak akan ngambek dan marah ketika tidak diberikan uang yang diinginkan. (Wwcr. 3 hal. 151). Hal yang sama juga diungkapkan oleh orang tua AN yang menyatakan bahwa anak akan diberikan uang yang diinginkannya agar anak tidak meminta-minta kepada temannya. (Wwcr. 4 hal. 159). Hal ini juga didukung dengan hasil observasi yang dilakukan di rumah anak (Obsr. 3 hal. 119), anak selalu meminta uang setelah pulang sekolah untuk jajan di rumah.

(62)

berjualan dari sore hingga larut malam. Selain itu orang tua juga tidak dapat memberikan bantuan karena keterbatasan pengetahuan orang tua. Anak disuruh untuk bertanya kepada teman atau tetangga apabila ada materi yang belum dipahaminya. (Wwcr. 1 hal. 131 dan Wwcr 2 hal. 142). Hal ini juga didukung oleh hasil observasi yang dilakukan di rumah anak (Obsr. 3 hal. 119), orang tua tidak menemani ketika anak sedang belajar dan malah melihat televisi didekat anak.

Berdasarkan triangulasi data didapatkan kebenaran bahwa dukungan instrumental yang diberikan orang tua kepada anak belum sepenuhnya diberikan. Hal ini terbukti dukungan instrumental berupa pemberian uang saku kepada anak sudah diberikan dengan jumlah yang cukup besar seusia anak SD. Uang saku yang diberikan cukup besar karena orang tua takut jika anaknya kekurangan uang dan meminta temannya. Namun dukungan instrumental yang berupa menemani anak belajar belum dipenuhi karena orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing yaitu sebagai penjual sate.

(63)

d. Dukungan Informatif

Dukungan informatif sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi anak yang lebih baik lagi. Dukungan informatif merupakan dukungan orang tua untuk memberikan nasihat dan saran kepada anak. Dengan nasihat-nasihat dan saran yang diberikan dapat menumbuhkan percaya diri anak. Percaya diri sangat dibutuhkan anak agar berani dalam melakukan segala sesuatu dengan mandiri.

Memberikan nasihat merupakan upaya untuk mengingatkan kepada anak, mana yang baik dan mana yang buruk. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara orang tua AN dan WL yang menyatakan bahwa memberikan nasihat kepada anak merupakan tugas seorang orang tua, orang tua selalu memberikan nasihat untuk kebaikan anak agar anak mengerti dan selalu mengingatnya. (Wwcr 3 hal. 152 dan Wwcr. 4 hal. 160). Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara dari AN dan WL yang menyatakan bahwa terkadang diberikan nasihat untuk selalu belajar dan tetap berada di rumah ketika sedang ditinggal orang tuanya berjualan. (Wwcr. 1 hal. 132 dan Wwcr. 2 hal. 143). Hal ini juga sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan di rumah anak (Obsr. 4 hal. 121), orang tua mengingatkan untuk tetap tinggal di rumah jangan terlalu banyak main.

(64)

AN dan WL yang menyatakan bahwa tidak semua nasihat dari orang tuanya didengarkan ataupun ditaatinya. Masih banyak nasihat yang tidak dihiraukan dan lebih memilih marah atau membantah nasihat-nasihat yang diberikan. (Wwcr. 1 hal. 132 dan Wwcr. 2 hal. 143). Hal yang sama juga disampaikan oleh orang tua AN dan WL dalam hasil wawancaranya yang menyatakan bahwa anak sering membantah nasihat yang diberikan oleh orang tua.

(65)

Dukungan informatif orang tua ternyata berdampak pada kepercayaan diri anak. Selain dari dalam diri anak kepercayaan diri juga terbentuk dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Hal ini didukung hasil wawancara dengan AN dan WL yang menyatakan bahwa anak akan merasa percaya diri apabila anak dapat sama dengan teman-temannya. Selain itu dengan berpakaian rapi juga dapat menambah kepercayaan diri. (Wwcr. 1 hal. 133 dan Wwcr 2 hal. 143). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan wali kelas V yang menyatakan bahwa anak memiliki kepercayaan diri yang baik. Selain itu faktor dari lingkungan juga mempengaruhi kepercayaan diri anak. (Wwcr. 5 hal. 170 dan Wwcr 6 hal. 178). Hal ini juga diungkapkan oleh orang tua AN dan WL dalam hasil wawancara yang menyatakan bahwa anak akan merasa percaya diri dengan penampilannya yang rapi selain itu dengan sama dengan teman anak akan lebih percaya diri. (Wwcr. 3 hal. 153 dan Wwcr 4. Hal. 160)

(66)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan informatif yang diberikan kepada anak kurang maksimal. Dukungan yang berupa pemberian nasihat dan saran kepada anak belum sepenuhnya diberikan oleh orang tua. Orang tua terkadang memberikan nasihat kepada anak namun sering juga anak membantah nasihat-nasihat yang diberikan karena merasa orang tua hanya memberikan nasihat tanpa memberikan solusi. Selain nasihat dukungan informatif berupa saran/ pertimbangan juga tidak didapatkan seacara maksimal. Anak jarang meminta saran/ pertimbangan kepada orang tuanya dan sebaliknya orang tua tidak pernah meminta saran/ pertimbangan kepada anaknya. dukungan informatif dapat membuat anak menjadi lebih percaya diri. Percaya diri anak dibentuk dari lingkungan keluarga maupun lingkungan di sekitarnya. Anak akan lebih percaya diri dengan dukungan yang diberikan dari orang tua maupun sekitarnya.

e. Dukungan Jaringan

Dukungan jaringan merupakan dukungan yang dapat mempererat hubungan antara anak dengan orang tua. Pemberian dukungan jaringan kepada anak dapat membuat anak lebih merasa dianggap di rumah dan anak dapat menjadikan orang tua seperti temannya sendiri yang tidak canggung untuk menceritakan segala hal apa yang telah dilakukan maupun apa yang diinginkan. Anak akan menjadi lebih terbuka dengan orang tua apabila anak mendapatkan dukungan jaringan dari orang tuanya.

(67)

beberapa kegiatan yang dilakukan orang tuanya di rumah. Hal ini didukung dengan hasil observasi yang dilakukan di rumah anak (Obsr. 5 hal. 122 dan Obsr. 9 hal. 126), setiap hari minggu anak bersama dengan orang tua melakukan kegiatan rutin yaitu menusuki sate, hal ini dilakukan hanya ketika anak sedang libur sekolah. Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengan AN dan WL yang menyatakan bahwa selalu membantu orang tua ketika sedang hari libur yaitu menusuki sate. (Wwcr. 1 hal. 133 dan Wwcr. 2 hal. 144). Hal ini juga diungkapkan oleh orang tua AN dan WL dalam wawancaranya yang menyatakan bahwa orang tua dan anak selalu melakukan kegiatan secara bersama ketika hari libu/ hari minggu saja yaitu menusuki sate untuk berjualan. (Wwcr. 3 hal. 154 dan Wwcr. 4 hal. 161).

(68)

oleh orang tuanya. Hal ini yang menjadi alasan untuk selalu menuruti kemauan anak.

(69)

Berdasarkan triangulasi data didapatkan kebenaran bahwa dukungan jaringan sudah diberikan kepada anak. Dukungan jaringan diberikan dengan lebih mendekatkan antara orang tua dengan anak sehingga terjadi kedekatan. Kedekatan inilah yang dapat membuat anak merasa dianggap di rumah. Selain itu dari kedekatan antar keduanya menjadikan anak selalu mengatakan/ mengutarakan apa yang menjadi keinginannya tanpa rasa canggung. Orang tua juga akan menuruti apa yang diinginkan oleh anak.

(70)

dialaminya. Jadi dalam pemberian dukungan jaringan orang tua tidak sepenuhnya memberikannya karena anak masih belum dapat terbuka dengan orang tuanya.

3. Kesiapan Belajar

Kesiapan belajar merupakan kondisi awal yang perlu diperhatikan sebelum anak memulai pembelajaran. Kesiapan belajar harus diperhatikan supaya tercapai tujuan dari pembelajaran yang diinginkan. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya bila tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik.

Hal ini juga disampaikan oleh guru wali kelas V yang menyatakan hanya sebagian kecil saja anak yang memiliki kesiapan belajar di kelas V. (Wwcr. 6 hal. 172). Hal yang sama juga didukung dengan hasil wawancara dari orang tua WL yang menyatakan bahwa anak tidak setiap hari belajar, anak hanya belajar ketika ada pekerjaan rumah (PR) saja, selain itu anak mengabaikan dalam mempersiapkan materi sebelum ke sekolah. (Wwcr. 3 hal. 156). Hal ini juga sesuai dengan hasil wawancara dengn WL yang menyatakan bahwa belajar bukan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari, belajar hanya akan dilakukan ketika memiliki tugas/ pekerjaan rumah (PR) saja. (Wwcr. 1 hal. 137).

(71)

diberikan. Belajar setiap hari merupakan bagian dari kesiapan psikis. Jadi anak belum memiliki kesiapan belajar dalam aspek kesiapan psikis.

Kesiapan belajar tidak hanya dari segi anak belajar sebelum ke sekolah namun kesiapan belajar juga menyangkut aspek kesiapan fisik dan kesiapan materil. Dimana kesiapan fisik merupakan kondisi fisik anak ketika akan mengikuti pembelajaran dan kesiapan materil merupakan kesiapan untuk mempersiapkan buku-buku yang dibutuhkan untuk menambah ilmu pengetahuan.

a. Kesiapan Fisik

Fisik yang baik seorang anak dapat mendukung dalam tercapainya kesiapan belajar anak dari segi kesiapan fisik. Anak yang memiliki fisik yang baik tidak akan mudah terkena penyakit sehingga tidak mengganggu anak dalam belajarnya. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan wali kelas V yang menyatakan bahwa anak terkadang sakit, namun sakit yang dideritanya tidak parah sehingga anak tetap berangkat ke sekolah walupun dalam kondisi kurang sehat. (Wwcr. 6 hal. 178). Hal yang sama juga diungkapkan orang tua AN dan WL dalam wawancaranya yang menyatakan bahwa anak akan tetap masuk sekolah walupun dalam keadaan sakit, namun bukan sakit yang parah. (Wwcr. 3 hal. 155 dan Wwcr. 4 hal. 162). Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara dengan WL yang menyatakan bahwa akan tetap berangkat sekolah walaupun sedang sakit pilek karena anak takut tertinggal pelajaran di sekolah. (Wwcr. 1 hal. 135).

(72)

Kepentingan orang tua juga dapat membuat penghambat anak dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karena setiap tahunnya ketika hari raya Idul Adha tiba orang tua selalu mengajak anaknya untuk pulang ke kampung halaman yaitu di Madura dengan waktu yang cukup lama. Pulang ke Madura ketika hari raya Idul Adha merupakan tradisi yang ada di suku Madura. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan orang tua AN dan WL yang menyatakan bahwa setiap hari raya Idul Adha pasti melaksanakan mudik ke Madura kurang lebih 3 minggu karena jika di Madura hari raya Idul Adha merupakan hari besar yang memiliki tradisi Mudik untuk para perantau. (Wwcr. 3 hal. 155 dan Wwcr. 4 hal. 163). Hal yang sama juga diungkapkan oleh AN dan WL dalam wawancaranya yang menyatakan bahwa selalu mengikuti mudik ke Madura dengan orang tua sebagai ajakan dari orang tua. Mereka juga merasa senang

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel. 3
Gambar. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan dukungan sosial yang tepat dari orang tua diharapkan motivasi belajar. anak akan

Masalah dalam penelitian adalah kurangnya motivasi belajar siswa dikarenakan kurangnya dukungan sosial orang tua, kurangnya perhatian orang tua dalam memberi semangat siswa

Disisi lain, dukungan sosial orang tua, juga memberikan manfaat terhadap penyesuaian diri siswa dalam belajar, sehingga bagi siswa yang memiliki tingkat dukungan sosial dari orang

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan orang tua berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar IPS siswa kelas V SD se-gugus Kartini Kecamatan

Dengan adanya penelitian ini yaitu bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara status sosial ekonomi orang tua dan dukungan sosial orang tua terhadap kepercayaan

Berdasarkan hasil uji secara simultan dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua, perhatian orang tua, dan motivasi belajar berpengaruh positif yang

Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian bahwa banyaknya bentuk dukungan yang diberikan orang tua siswa kelas unggul SD Islam Al-Falah dapat menjadi motivasi