MENGGUNKAN METODE
PAHL AND BEITZ
SKRIPSI
Oleh :
WAHYU SETIYONO
0932115022
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
PERANCANGAN & INOVASI PRODUK
PRINTER BEKAS MENJ ADI ALAT CETAK SABLON MENGGUNKAN METODE PAHL AND BEITZ
Disusun Oleh :
WAHYU SETIYONO
0932115022
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 15 J ANUARI 2014
Dosen Penguji : Dosen Pembimbing :
1. 1.
Dr.Ir.Minto Waluyo,MM. Dr.Ir.Minto Waluyo,MM.
NIP. 19611130 199003 1 001 NIP. 19611130 199003 1 001
2. 2.
Enny Ariyani, ST. MT. Dwi Sukma D, ST, MT
NIP. 370099500411 NIP. 19810726 200501 1 002
3.
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir.
Laporan Tugas Akhir (skripsi) ini merupakan bagian dari kurikulum yang ada pada Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa sejauh mana teori-teori yang telah diperoleh dapat digunakan secara
nyata dalam dunia industri.
Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir ini dapat berjalan dengan lancar karena adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu
penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas limpahan kasih sayang yang dia berikan memelalui
kemudahan dan segala kebaikan dalam apapun.
2. Orang Tua, serta keluarga yang mendukung dalam mengerjakan laporan tugas akhir ini sampai selesai.
3. Bapak Ir. Sutiyono, MT., selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”Jatim.
4. Bapak Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”Jatim.
5. Bapak Drs. Pailan, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Teknik Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”Jatim.
6. Bapak Ir. Minto Waluyo, MM selaku Dosen Pembimbing I Laporan Tugas
7. Bapak Dwi Sukma D, ST, MT selaku Dosen Pembimbing II Laporan Tugas
Akhir.
8. Ibu Ir. Sumiati ,MT selaku Dosen Penguji Seminar I.
9. Bapak Ir. Hari Purwoadi, MM selaku Dosen Penguji Seminar I.
10. Bapak Ir. Handoyo. MT selaku dosen penguji seminar II 11. Ibu Ir. Iriyani. M, MT selaku dosen penguji seminar II
12. Ibu Enny Ariyani, ST, MT selaku dosen penguji ujian lesan 13. Ibu Ir. Endang Pudji W, MMT selaku dosen penguji ujian lesan
14. Seluruh teman seperjuangan atau se-angkatan yang telah membantu dan
mendukung.
15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan ”Laporan
Tugas Akhir” yang tidak dapat penyusun sebutkan satu – persatu.
Dalam penyusunan Laporan ini, penyusun menyadari bahwa ”Laporan Tugas Akhir” ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi penulisan maupun isi
yang kami laporkan sehingga kami menyambut baik adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga ”Laporan Tugas Akhir” ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan pengetahuan kita.
Surabaya, januari 2014
iii
Daftar Isi... ... ...iii
Daftar Tabel... ... ...viii
Daftar Gambar... ... ...x
Daftar Lampiran... ... ...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang……….………..……. ..1
1.2.Perumusan Masalah……….………..…. ..2
1.3.Batasan Masalah……….…………...2
1.4.Asumsi – asumsi ……… ...3
1.5.Tujuan Penelitian ….………. ...3
1.6.Manfaat Penelitian ...3
1.7.Sistematika Penulisan ...4
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1.Produk ...6
2.1.1 Klasifikasi Produk ...7
2.2. Pengembangan Produk……….. ... 10
2.2.1 Tujuan Pengembangan Produk ... 11
2.2.2 Karakteristik Pengembangan Produk ... 12
2.2.3 Perancangan Konsep (Concept Design)... 13
iv
2.3. Bentuk Pengembangan Produk ... 14
2.3.1 Tahap-tahap Dalam Pengembangan Produk ... 15
2.3.2 Beberapa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Produk... 16
2.4. Perancangan Produk ... 19
2.4.1. Langkah-langkah Perancangan Produk ... 19
2.4.2. Model Perancangan Produk ... 21
2.5. Inovasi ... 21
2.6. Metode Pahl and Bitz ... 24
2.6.1. Perencanaan Proyek dan Penjelasan Tugas ... 26
2.6.2. Perancangan Konsep Produk ... 27
2.6.3. Perancangan Bentuk (Embodiment Design) ... 28
2.6.4. Perancangan Detail ... 29
2.7 Sablon ... 33
2.8 Penelitian Terdahulu ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 38
3.2. Metode Pahl and Bitz ... 39
v
4.1.2 Perancangan Konsep Produk ... 45
4.1.3 Perancangan Bentuk Produk ... 46
4.1.4 Perancangan Detail ... 46
4.2 Perancangan Wujud ... 49
4.2.1 Bill Of Material (BOM) ... 51
4.3 Analisis Morpologis Mesin Printer Kain... 55
4.4 Analisis Prototype ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 60
5.2. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA
vi DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rincian Modul ... 50
Tabel 4.2 Bill Of Material Mesin Printer Kain ... 52
vii
Gambar 2.3 Alat sablon digital lebih sederhana ... 35
Gambar 3.1 Produk Mesin Printer Awal ... 39
Gambar 3.2 Produk usulan Mesin Printer Kain ... 39
Gambar 3.3 Langkah-langkah Pengerjaan Penelitian ... 41
Gambar 4.1 Konsep Mesin Printer Kain ... 45
Gambar 4.2 Kerangka Mesin Printer Kain ... 46
Gambar 4.3 Poros ... 47
Gambar 4.4 Print Head Mesin Printer Kain ... 47
Gambar 4.5 Flat Bet Bawah dan Flat Bet Atas ... 49
Gambar 4.6 Sistem Transimisi Mesin Printer Kain ... 49
Gambar 4.7 Desain Perakitan Komponen Perancangan Mesin Printer Kain ... 54
Gambar 4.8 Alur Proses Sablon Digital Menggunakan Transfer Paper ... 58
Gambar 4.9 Alur Proses Pengembangan Sablon Menggunakan Printer ... 58
Gambar 4.10 Hasil Cetak Printer Dengan Media Kain ... 59
viii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Rangka.
Lampiran B Mesin Setengah Jadi.
Lampiran C Flat Bet
Lampiran D Prototype Produk Jadi.
kemampuan sebelumnya. Hal ini ditunjang pula dengan ketersediaan alat penunjang untuk pembuatan dan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan sebuah kemudahan.
Dalam menggunakan suatu produk, pengguna akan selalu mencari yang lebih praktis baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi akan sangat meringankan beban pengguna dalam menggunakannya. Seiring dengan perkembangan jaman suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Karena keberhasilan industri dalam menghadapi persaingan ditentukan oleh keberhasilan dalam merancang dan mengembangkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut dalam beradaptasi.
Mesin printer merupakan salah satu alat untuk mencetak hasil dari komputer dengan media kertas, pada umumnya masyarakat masih mempeergunakan mesin printer sebagai alat cetak kertas. Mesin printer saat ini belum mengalami modifikasi sesuai dengan kebutuhan para owner industri dalam bidang sablon. Pada saat ini industri sablon untuk mencetak gambar ke kain masih menggunakan mesin heatter press dengan menggunakan mesin tersebut masih memerlukan transfer paper yang menambah biaya produksi untuk mencetak dan membeli transfer paper, karena transfer paper nantinya akan dihilangkan dalam proses sablon untuk itu dibutuhkan perancangan dan pengembangan produk langsung cetak kain. Dengan begitu dalam dunia industri menemukan suatu inovasi dan efesiesi yang dibutuhkan dengan tepat. Dengan adanya permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang dan mengembangkan produk mesin printer yang dapat mencetak hasil printer dengan media kain atau garmen sesuai dengan kebutuhan dalam dunia industri kain sablon & digital printing lebih efisien dan dapat mengurangi biaya produksi demi mencapai kebrasilan dalam industri digital. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan menggunakan metode pahl and bitz dengan berdasarkan konsep atau perancangan secara detail.
Abstract
In this age of technological advancement over the work and facilitate human activity has sprung a new creation tools that have the power to more than on the basis of previous abilities. This is supported also by the availability of supporting tools for creation and the increasing complexity of the human need for a convenience.
In using such a product, the user will always be looking for a more practical both in use and in storage, because these things will greatly ease the burden of users in using it. Along with the development of a product will always have innovation in accordance with the needs of its users. Due to the success of the industry in the face of competition is determined by the success in designing and developing products that conform to the desires of consumers and the industry in adapting speed.
Printer engine is one tool to print the results of the computer with paper media , when people are generally still believe the machine as a printer paper printing equipment . Printer engine has yet been modified according to the needs of the owner in the field of digital garment industry such as the garment digital printing . At this time the garment industry printer to print the image onto the fabric still using heatter press machine using the machine still require transfer paper which adds to the cost of production for print and buy transfer paper, transfer paper because it will be banished to the required design and product development directly print fabric . That way in the world of innovation and industry find an exact efesiesi required. Given these problems then do research that aims to design and develop products that printer machine printer can print the results to the media fabric or garment in the world according to the needs of industry fabric screen printing & digital printing more efficient and can reduce production costs in order to achieve finaly sucses in the digital industry. These problems can be solved by using the method of Pahl and bitz with the concept or design based on detailed.
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam zaman kemajuan teknologi yang lebih mempermudahkan kerja
maupun aktifitas manusia telah bermunculan peralatan ciptaan baru yang mempunyai daya guna lebih dari pada dasar kemampuan sebelumnya. Hal ini
ditunjang pula dengan ketersediaan alat penunjang untuk pembuatan dan semakin kompleksnya kebutuhan manusia akan sebuah kemudahan.
Dalam menggunakan suatu produk, pengguna akan selalu mencari yang
lebih praktis baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan, karena hal tadi akan sangat meringankan beban pengguna dalam menggunakannya. Seiring
dengan perkembangan jaman suatu produk akan selalu mengalami inovasi sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Karena keberhasilan industri dalam menghadapi persaingan ditentukan oleh keberhasilan dalam merancang dan berinovasi produk
yang sesuai dengan keinginan konsumen dan kecepatan industri tersebut dalam beradaptasi.
Mesin printer merupakan salah satu alat untuk mencetak hasil dari komputer dengan media paper, padahal masyarakat secara umumnya masih mempercayai mesin printer sebagai alat cetak paper. Mesin printer saat ini belum mengalami
modifikasi sesuai dengan kebutuhan para owner industri dalam bidang digital kain seperti dalam digital printing kain. Pada saat ini industri printer kain untuk
2
menggunakan mesin tersebut masih memerlukan transfer paper yang menambah biaya produksi untuk mencetak dan membeli transfer paper, karena transfer paper
nantinya akan dibuang untuk itu dibutuhkan perancangan dan pengembangan produk langsung cetak kain. Dengan begitu dalam dunia industri menemukan suatu inovasi dan efesiesi yang dibutuhkan dengan tepat. Dengan adanya
permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk merancang produk mesin printer yang dapat mencetak hasil printer dengan media
kain atau garmen sesuai dengan kebutuhan dalam dunia industri kain sablon & digital printing lebih efisien dalam proses produksinya demi mencapai kebrasilan dalam industri digital. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan
menggunakan metode pahl and bitz dengan berdasarkan konsep atau perancangan secara detail (anonymos, 2002)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang
dihadapi, yaitu :
“Bagaimana merancang dan menginovasi produk mesin printer dalam
industri digital printing yang dapat digunakan dalam media kain dalam dunia
printing sablon?”
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
2. Peneliti hanya membahas efisiensi proses bukan efisiensi biaya. 3. Mesin printer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu EPSON T11.
4. Tinta yang digunakan tinta Textile.
1.4 Asumsi
Asumsi – asumsi yang diperlukan dalam melaksanakan penelitian yaitu : Kondisi mesin printer second yang masih bisa dipakai.
1.5 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk merancang dan menginovasi mesin printer yang dapat digunakan
dalam media kain yang inovatif dalam dunia industri digital printing dengan metode pahl and beitz.
2. Untuk menjadikan lebih efisien dalam proses produksi demi mencapai
keberhasilan dalam industri digital.
1.6 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti
Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah
dalam permasalahan nyata diperusahaan. 2. Bagi Pengguna
4
3. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dijadikan pengembangan teknologi dalam industri digital printing dan
dijadikan sarana bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap perancangan dan inovasi produk sehingga masih dapat dikembangkan dalam
penelitian-penelitian selanjutnya.
1.7 Sistematika Penulisan Laporan
Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat
seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan ruang
lingkup sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori
mengenai pengembangan dan desain perancangan produk BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Menjelaskan pengembangan produk mesin printer dan hasil dari mesin
printer dengan media kain atau garmen
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas
serta memberikan saran yang bermanfaat. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJ UAN PUSTAKA
2.1 Pr oduk
Kata produk berasal dari bahasa Inggris "product" yang berarti sesuatu yang
diproduksi oleh tenaga kerja atau sejenisnya. Kata "produk" merujuk pada apapun yang diproduksi (anything produced). Definisi kata products lebih
merujuk pada sesuatu yang diproduksi (thing or things produced).
Berikut ini adalah pengertian dan definisi produk:
1. Menurut Mulyadi
Pada dasarnya produk merupakan satu ikat jasa yang disediakan untuk memuaskan kebutuhan customer
2. Menurut Hermawan Kertajaya
Produk adalah kreasi bersama antara perusahaan dan konsumennya
.
3. Menurut Lutfi ZeinProduk adalah barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan
4. Menurut Sugeng Widodo
Produk adalah apa pun yang bisa ditawarkan ke sebuah pasar dan bias memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan
5. Menurut Mc. Carty
Dari beberapa pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa pengertian produk adalah barang atau jasa yang diperjual belikan oleh perusahan yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen serta memuaskan konsumen.
2.1.1 Klasifikasi Produk
Banyak klasifikasi suatu produk yang dikemukakan ahli pemasaran, produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok utama, yaitu : a) Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya.
b) Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk
dijual (dikonsumsi pihak lain). Seperti halnya bengkel reparasi, salon kecantikan, hotel dan sebagainya. Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun. Produknya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.
8
a) Barang tidak tahan lama (nondurable goods)
Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang biasanya habis
dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun.
b) Barang tahan lama (durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih). Contohnya lemari es, mesin cuci, pakaian dan lain-lain.
3. Berdasarkan tujuan konsumsi yaitu didasarkan pada siapa konsumennya dan untuk apa produk itu dikonsumsi, maka produk diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu:
a. Barang konsumsi (consumer’s goods)
Barang konsumsi merupakan suatu produk yang langsung dapat
dikonsumsi tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut untuk memperoleh manfaat dari produk tersebut.
b. Barang industri (industrial’s goods)
Barang industri merupakan suatu jenis produk yang masih memerlukan pemrosesan lebih lanjut untuk mendapatkan suatu manfaat tertentu.
konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Pada umumnya barang konsumen dibedakan menjadi empat jenis :
c. Convenience goods
Merupakan barang yang pada umumnya memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli), dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya
memerlukan usaha yang minimum (sangat kecil) dalam pembandingan dan pembeliannya. Contohnya antara lain produk tembakau, sabun, surat
kabar, dan sebagainya. d. Shopping goods
Barang-barang yang dalam proses pemilihan dan pembeliannya
dibandingkan oleh konsumen diantara berbagai alternatif yang tersedia. Contohnya alat-alat rumah tangga, pakaian, furniture, mobil bekas dan
lainnya.
e. Specialty goods
Barang-barang yang memiliki karakteristik dan/atau identifikasi merek
yang unik dimana sekelompok konsumen bersedia melakukan usaha khusus untuk membelinya. Misalnya mobil Lamborghini, pakaian
rancangan orang terkenal, kamera Nikon dan sebagainya. f. Unsought good
Merupakan barang-barang yang tidak diketahui konsumen atau kalaupun
10
sebagainya. (Philip Kotler, Kevin Lane Keller Manajemen Pemasaran,2010).
2.2 Pengembangan Produk
Dalam dunia bisnis dan marketing, istilah pengembangan produk (product
development) sudah lazim dibicarakan, dibahas dan dianalisis. Secara umum, pengembangan produk dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan perusahaan untuk menambah manfaat, ciri, desain dan layanan pada barang dan
jasa. Pengertian pengembangan produk telah banyak dikemukakan para ahli, antara lain ;
1. Assaury mengatakan bahwa pengembangan produk (product development) adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan dalam menghadapi kemungkinan perubahan suatu produk ke arah yang lebih baik sehingga dapat
memberikan daya guna maupun daya pemuas yang lebih besar.
2. Stanton mengatakan bahwa pengembangan produk (product development)
adalah suatu istilah yang terbatas mneliputi kegiatan teknis, seperti riset produk, rekayasa dan disain.
3. Guiltinan mengatakan bahwa pengembangan produk (product develpoment)
adalah suatu kebutuhan dan keinginan yang selalu berubah mengakibatkan adanya segmen baru atau adanya persaingan dan perubahan teknologi.
4. Sigit mengatakan bahwa pengembangan produk (product development)
penyesuaian barang-barang yang dibuat atau ditawarkan untuk dijual atas permintaan pembeli.
5. Kotler dan Armstrong mengatakan bahwa pengembangan produk adalah strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk baru atau yang dimodifikasi ke segmen pasar yang sekarang.
Dari berbagai pengertian pengembangan produk tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengembangan produk adalah suatu usaha yang dilakukan
perusahaan melalui perbaikan bentuk, penyederhanaan, pembentukan kembali, menambah desain atau model dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen atau pelanggan. (Humaris Hardi Purba Inovasi Nilai Pelangan Dalam
Perencanaan Dan Pengembangan Produk,2008)
2.2.1 Tujuan Pengembangan Produk
Menurut Buchari Alma tujuan pengembangan produk adalah 1. Untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas
2. Untuk menambah omzet penjualan 3. Untuk memenangkan persaingan
4. Untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi
5. Untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang sama 6. Untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan
7. Untuk mencegah kebosanan konsumen
12
2.2.2 Karakteristik Pengembangan Pr oduk
Karakteristik Pengembangan Produk di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Kualitas produk
Produk yang dihasilakn harus mampu memuaskan keinginan konsumen,
reliable dan robust.
2. Biaya
Produk yang dihasilkan ataupun diproduksi harus dapat dijangkau oleh
konsumen atau dengan cost yang murah. Biaya produksi ditentukan oleh besar profit yang didapatkan dari volume penjualan tertentu dengan harga yang ditentukan meliputi seluruh biaya yang melibatkan investasi biaya
peralatan..
a. Waktu pengembangan
Kecepatan perancangan serta pengembangan produk akan sangat menentukan kesuksesan produk. apabila dapat memasuki pasar lebih awal dari pesaing atau kompetitor dan menjadikan produk pemimpin pasar.
b. Biaya pengembangan
Cost yang harus dikeluarakan selama perencanaan maupun uji coba
produk untuk menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan konsumen maupun perancangan pengembangan produk.
c. Kemampuan pengembangan
(Suwarno Tahid, Yunia Dwie Nurcahyanie, Konsep Teknologi dalam Pengembangan Produk Industri. 2009)
2.2.3 Perancangan Konsep ( Concept Design )
Fase ini berfungsi untuk dapat berhubungan dengan konsumen dan
mendapatkan suara konsumen (Voice of customer) dengan kemampuan daya cipta dan kemampuan teknis untuk merancang konsep produk yang unggul. Tahap ini merupakan tahap pemunculan ide dalam kegiatan, fase ini antara lain:
a. Quality Function Deployment : menerjemahkan keinginan konsumen ke dalam istilah teknis.
b. Dynamic Signal–to–Noise Optimatization : teknik ini untuk mengoptimalkan
engineering function, resulting in Robust, dan tunable technology.
c. Theory of Inventive Problem Solving : sebuah koleksi tool yang didapatkan
dari menganalisa literatur yang dapat berguna untuk membangkitkan pemecahan yang inovatif terhadap masalah teknis.
d. Design of Experiments : Eksperimen faktorial penuh dan faktorial parsial dapat mengetahui efek dari beberapa parameter secara serentak.
e. Competitive Technology Assessment : melakukan benchmark terhadap sifat
Robustness dari teknologi pengembangan internal dan eksternal.
f. Puch Concept Selection Process : yaitu mengumpulkan dan menyajikan
14
Dwie Nurcahyanie, Konsep Teknologi dalam Pengembangan Produk Industri. 2007)
2.2.4 Perancangan Parameter (Parameter Design)
Fase ini berfungsi untuk mengoptimalisasi level dari faktor pengendali
terhadap efek yang ditimbulkan oleh faktor derau sehingga produk yang dihasilkan dapat tangguh (robust), karena itulah parameter design dapat juga disebut sebagai robust design. Model / metode yang digunakan dalam fase ini
antara lain (M, Arikunto. Concept Design. 2006):
a. Engineering Analysis : menggunakan pelatihan, pengalaman, dan percobaan
untuk menemukan sumber variabilitas dan respon yang efektif..
b. The System P-Diagram : suatu model yang tangguh untuk menggambarkan dan menggolongkan berbagai parameter yang mempengaruhi output dari
sistem.
c. Dynamic and Static Signal-to-Noise Optimatization : mengoptimalkan suatu
perancangan parameter untuk mengurangi variabilitas menggunakan perhitungan signal-to-noise ratio
2.3 Bentuk Pengembangan Produk
Macam bentuk pengembangan produk yang perlu dikembangkan oleh perusahaan ada 3 macam yaitu:
a) Initial Development
b) Improvement Development
Adalah setiap perubahan barang yang berakibat barang tersebut mampu
memenuhi kebutuhan konsumen atau merupakan perubahan suatu barang pada wujud atau bentuk yang lebih disukai konsumen.
c) New Use Application
Adalah merupakan suatu penggunaan barang dengan cara meningkatkan guna barang tersebut. Penggunaan barang dalam bermacam-macam variasi adalah
merupakan ciri dalam pengembangan produk. (David Inwood, Jean, Pengembangan Produk, 2008)
2.3.1 Tahap-Tahap Dalam Pengembangan Produk
Tahap-tahap dalam pengembangan produk ada 5, antara lain : a. Tahap penyaringan
Tahap penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk telah tersedia. Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari
berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur, langganan, atau lembaga lain.
b. Tahap analisa bisnis
Pada tahap ini masing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui
16
c. Tahap pengembangan
Pada tahap ini, ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena
ide-ide tersebut dianggap lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai dengan kemampuan perusahaan.
d. Tahap pengujian
Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi: 1.Pengujian tentang konsep produk
2.Pengujian terhadap kesukaan konsumen 3.Penelitian laboratorium
4.Test penggunaan
5.Operasi pabrik percontohan e. Tahap komersialisasi
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian pengembangan produk baru. Pada tahap ini semua fasilitas telah disiapkan baik itu fasilitas produksi maupun fasilitas pemasaran. Semua kegiatan harus saling bekerja sama
meskipun mempunyai tujuan berbeda. (Humaris Hardi Purba Inovasi Nilai Pelangan Dalam Perencanaan Dan Pengembangan Produk,2008).
2.3.2 Beberapa Faktor-Faktor Yang Mempengar uhi Pengembangan Pr oduk Faktor yang mempengaruhi pengembangan produk yaitu:
1. Tidak stabilnya posisi persaingan
2. Munculnya persaingan
Suatu barang yang terjual dengan baik di pasaran dan dapat menghasilkan
keuntungan, akan mendorong pengusaha lain untuk memproduksi barang yang sedang laku tersebut bahkan dengan kualitas yang lebih baik.
3. Banyaknya variasi penggunaan barang
Dengan makin banyaknya variasi penggunaan suatu produk maka hal ini akan mendorong perusahaan untuk mengembangkan hasil produksinya, sehingga
produk tersebut akan mempunyai bermacam-macam kegunaan. 4. Pemanfaatan kapasitas produksi yang efektif
Faktor lain melaksanakan pengembangan produk adalah memanfaatkan
kapasitas produksi, karena pada umumnya perusahaan belum berproduksi pada kapasitas penuh. (Ginting, Rosnani. Model Perancangan Produk, 2009)
Menurut George faktor eksternal yang kemungkinan besar paling menghambat introduksi produk adalah meningkatnya biaya modal. Sudah jelas bahwa dana yang dikeluarkan untuk membiayai kegagalan adalah uang
yang lebih baik dibelanjakan untuk mengembangkan dan memperkenalkan keberhasilan. Mengetahui penyebab kegagalan dapat membantu menyaring
usaha yang akan gagal sebelum terlanjur mengeluarkan terlalu banyak dana dan waktu. Hal yang sangat bermanfaat untuk melihat bagaimana manajemen menilai beberapa alasan keberhasilan dan kegagalan dalam usaha mencapai
18
yang baik atau buruk. (Karl T Ulrich, Stephen D. Eppenger,Perancangan Dan Pengembangan Produk,2007)
Sedangkan menurut Kotler faktor-faktor yang turut dalam menghambat pengembangan produk baru adalah:
a. Kekurangan gagasan produk baru yang penting di area tertentu (mungkin
hanya tersisa sedikit cara untuk memperbaiki beberapa produk dasar). b. Pasar yang bagi (persaingan ketat menyebabkan pasar
terbagi-bagi).
Perusahaan harus mengarahkan produk baru mereka pada sekmen pasar yang lebih kecil, dan hal ini berarti penjualan dan laba yang lebih rendah
untuk tiap produk.
c. Kendala sosial dan pemerintah (produk baru harus memenuhi kriteria
seperti keamanan dan keseimbangan lingkungan).
d. Mahalnya proses pengembangan produk baru (suatu perusahaan umumnya harus menciptakan banyak gagasan produk baru untuk menemukan hanya
satu yang layak dikembangkan).
e. Kekurangan modal (beberapa perusahaan dengan gagasan-gagasan baik
tidak dapat mengumpulkan dana yang diperlukan untuk melakukan riset). f. Waktu pengembangan yang lebih singkat (banyak pesaing mungkin
mendapatkan gagasan yang sama pada saat yang sama, dan kemenangan
g. Siklus produk yang lebih singkat (ketika suatu produk baru berhasil, pesaing dengan cepat menirunya). (Ginting, Rosnani. Model Perancangan Produk. 2009).
2.4 Perancangan Pr oduk
Perancangan produk merupakan rangkaian kegiatan yang berurutan dalam menghasilkan nilai tambah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam memudahkan aktifitas manusia.
2.4.1 Langkah Langkah Perancangan Pr oduk
Langkah Langkah Perancangan Produk dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Fase Informasi
Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan seluruh
informasi yang dibutuhkan secara akurat antara lain : a. Gambar produk awal dan spesifikasi.
b. Kriteria keinginan konsumen terhadap produk. c. Kriteria keinginan relatif konsumen.
d. Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan
struktur dan fungsi. e. Kriteria buying
Dasar Kemampuan pembelian produk dengan pertimbangan
20
2. Fase kreatif
Fase yang bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi
fungsi yang dibutuhkan diantaranya :
a. Penentuan kriteria atribut yang menggunakan diagram pohon. b. Penentuan prioritas perancangan.
c. Pembuatan alternatif model produk 3. Fase analisa
Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada fase kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif terbaik dan analisa yang dilakukan antara lain :
a. Analisa kriteria atribut yang akan dikembangkan b. Penilaian kriteria atribut antar model
c. Pembobotan kriteria atribut produk
d. Value analysis
4. Fase pengembangan
Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output
dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau yang digunakan adalah :
a. Alternatif terpilih.
5. Fase presentasi
Fase yang bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan menarik
terhadap hasil pengembangan produk. (DW, Imam. Perancangan dan Pengembangan Produk. 2007).
2.4.2 Model Perancangan Pr oduk
Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model yang sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif dan
model perspektif (Ginting R, 2009) . a. Model deskriptif
Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak dini dalam proses perancangan dan berfokus pada solusi heuristic (pengalaman sebelumnya bersifat umum).
b. Model perspektif
Model yang bersifat sistematik dan penekanan berada pada semakin
meningkatnya kebutuhan yang lebih analitik sebelum aktifitas pembangkitan alternatif alternatif solusi.
2.5 Inovasi
Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. orang atau wirausahawan yang slalu berinovasi,
22
yang baru/unik yang berbeda dengan yang sudah ada. inovatif juga merupakan sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh seorang wirausahawan.
wirausahawan yang slalu melakukan inovasi dalam ushanya. maka keuntungan dan kesuksesan akan ia dapat. inovatif merupakan implikasi dari karakteristik wirausahawan yang mampu membawa perubahan pada lingkungan
sekitarnya. inovatif secara tidak langsung menjadi sifat pembeda antara wirausahawan dengan orang biasa, maupun pengusaha. seorang wirausahawan
akan selalu memikirkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda, tidak seperti yang dipikirkan dan dilakukan oleh kebanyakan orang. kreatif dan inovatif adalah suatu kemampuan untuk memindahkan sumber daya yang kurang produktif
menjadi sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis. baik langsung maupun tidak langsung seorang wirausahawan adalah orang
yangmampu membawa perubahan pada lingkunganya. disisi lain ia juga orang yang sanggup menerima perubahan yang terjadi dan menyikapi perubahan tersebut dengan positif. ia juga berani mengambil resiko berhasil ataupun gagal di
setiap jalan yang ia ambil. wirausahawan mampu bertahan pada kondisi perekonomian yang sulit dan serba kalut. karena disaat semua resah, ia memiliki
Pengertian inovasi menurut para ahli yaitu : a. Pengertian Inovasi Everett M. Rogers
Inovasi adalah suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
b. Pengertian Inovasi menurut Stephen Robbins
Inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau
memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa. c. Pengertian Inovasi menurut Van de Ven, Andrew H,
Inovasi adalah pengembangan dan implementasi gagasan-gagasan baru oleh
orang dimana dalam jangka waktu tertentu melakukan transaksi-transaksi
dengan orang lain dalam suatu tatanan organisasi.
d. Pengertian Inovasi menurut Kuniyoshi Urabe,
Inovasi bukan merupakan kegiatan satu kali (one time phenomenon)
melainkan suatu proses yang panjang dan kumulatif yang meliputi banyak
proses pengambilan keputusan dan oleh organisasi dari mulai penemuan
gagasan sampai implementasinya di pasar.
e. Pengertian Inovasi menurut UU No. 18 tahun 2002
Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan
yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu
pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan
24
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan, Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal
sebelumnya. orang atau wirausahawan yang selalu berinovasi, maka ia sapat dikatakan sebagai seorang wirausahwan yang inovatif. seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru/unik
yang berbeda dengan yang sudah ada. inovatif juga merupakan sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh seorang wirausahawan. wirausahawan yang slalu
melakukan inovasi dalam ushanya. maka keuntungan dan kesuksesan akan ia dapat. inovatif merupakan implikasi dari karakteristik wirausahawan yang mampu membawa perubahan pada lingkungan sekitarnya. inovatif secara tidak langsung
menjadi sifat pembeda antara wirausahawan dengan orang biasa, maupun pengusaha. seorang wirausahawan akan selalu memikirkan untuk melakukan
sesuatu yang berbeda, tidak seperti yang dipikirkan dan dilakukan oleh kebanyakan orang.
Kreatif dan inovatif adalah suatu kemampuan untuk memindahkan sumber
daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis. baik langsung maupun tidak langsung seorang
wirausahawan adalah orang yangmampu membawa perubahan pada
lingkunganya. disisi lain ia juga orang yang sanggup menerima perubahan yang terjadi dan menyikapi perubahan tersebut dengan positif. ia juga berani
mengambil resiko berhasil ataupun gagal di setiap jalan yang ia ambil. wirausahawan mampu bertahan pada kondisi perekonomian yang sulit dan serba
memindahkan sumber daya yang kurang produktif menjadi sumber daya yang produktif sehingga memberikan nilai ekonomis.
2.6 Metode Pahl And Beitz
Perancangan merupakan kegiatan awal dari usaha merealisasikan suatu
produk yang kebutuhannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah perancangan selesai maka kegiatan yang menyusul adalah pembuatan produk. Kedua kegiatan tersebut dilakukan dua orang atau dua kelompok orang dengan
keahlian masing-masing, yaitu perancangan dilakukan oleh tim perancang dan pembuatan produk oleh tim kelompok pembuat produk.
Pahl dan Beitz mengusulkan cara merancang produk sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya; Engineering Desaign : A Systematic Approach. Cara merancang Pahl dan Beitz tersebut terdiri dari 4 kegiatan atau fase, yang
masing-masing terdiri dari beberapa langkah. Keempat fase tersebut adalah : 1. Perencanaan dan penjelasan tugas
2. Perancangan konsep produk
3. Perancangan bentuk produk (embodiment design)
4. Perancangan detail
Sebenarnya langkah-langkah dalam keempat fase proses perancangan diatas tidaklah perlu dikelompokkan dalam 4 fase secara kaku, sebab seperti misalnya,
26
Gambar 2.1 Diagram Alir Proses Perancangan Pahl and Beitz
Setiap fase proses perancangan berakhir pada hasil fase, seperti fase pertama
menghasilkan daftar persyaratan dan spesifikasi perancangan. Hasil setiap fase tersebut kemudian menjadi masukan untuk fase berikutnya dan menjadi umpan balik untuk fase yang mendahului. Perlu dicatat pula bahwa hasil fase itu sendiri
setiap saat dapat berubah oleh umpan balik yang diterima dari hasil fase-fase berikutnya. (Sumber : Pahl & Beitz ;
http://www.subscrib.com
2.6.1 Perencanaan Pr oyek dan Penjelasan Tugas
Tugas fase ini adalah menyusun spesifikasi produk yang mempunyai fungsi
pertama tersebut perlu diadakan untuk menjelaskan secara lebih detail sebelum produk tersebut dikembangkan lebih lanjut. Pada fase ini dikumpulkan semua
informasi tentang semua persyaratan atau requirement yang harus dipenuhi oleh produk dan kendala-kendala yang merupakan batas-batas untuk produk. Hasil fase ini adalah spesifikasi produk yang dimuat dalam suatu daftar persyartan teknis.
Fase perencanaan produk tersebut baru dapat memberikan hasil yang baik, jika fase tersebut memperhatikan kondisi pasar, keadaan perusahaan dan ekonomi
negara. Pada perencanaan proyek dibuat jadwal kegiatan dan waktu penyelesaian setiap kegiatan dalam proses perancangan.
2.6.2 Perancangan Konsep Produk
Berdasarkan spesifikasi produk hasil fase pertama, dicarilah beberapa konsep produk yang dapat memenuhi persyaratan-persyaratan dalam spesifikasi
tersebut. Konsep produk tersebut merupakan solusi dari masalah perancangan yang harus dipecahkan. Beberapa alternativ konsep produk dapat ditemukan.
Konsep produk biasanya berupa gambar skets atau gambar skema yang sederhana, tetapi telah memuat semua. Beberapa alternatif konsep produk kemudian dikembangkan lebih lanjut dan setelah dievaluasi. Evaluasi tersebut haruslah
dilakukan beberapa kriteria khusus seperti kriteria teknis, kriteria ekonomis dan lain-lain.
28
Mungkin terjadi, ditemukan beberapa konsep produk terbaik yang dikembangkan lebih lanjut pada fase-fase berikutnya.
2.6.3 Perancangan Bentuk (Embodiment Desaign)
Dari diagram alir cara merancang Pahl dan Beitz dapat dilihat bahwa fase
perancangan bentuk terdiri dari beberapa langkah, yang jumlahnya lebih banyak dari jumlah langkah-langkah pada fase perancangan konsep produk. Pada fase perancangan bentuk ini, konsep produk “diberi bentuk”, yaitu
komponen-komponen konsep produk yang dalam gambar skema atau gambar skets masih berupa garis atau batang saja, kini harus diberi bentuk, sedemikian rupa sehingga
komponen-komponen tersebut secara bersama menyusun bentuk produk, yang dalam geraknya tidak saling bertabrakan sehingga produk dapat melakukan fungsinya.
Konsep produk yang sudah digambarkan pada preliminary layout, sehingga dapat diperoleh beberapa preliminary layout. Preliminary layout masih
dikembangkan lagi menjadi layout yang lebih baik lagi dengan meniadakan kekurangan dan kelemahan yang ada dan sebagainya. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap beberapa preliminary layout yang sudah dikembangkan lebih
lanjut berdasarkan kriteria teknis,kriteria ekonomis dan lain-lain yang lebih ketat untuk memperoleh layout yang terbaik yang disebut definitive layout. Definitive
2.6.4 Perancangan Detail
Pada fase perancangan detail, maka susunan komponen produk, bentuk,
dimensi, kehalusan permukaan, material dari setiap komponen produk ditetapkan. Demikian juga kemungkianan cara pembuatan setiap produk sudah dijajagi dan perkiraan biaya sudah dihitung. Hasil akhir fase ini adalah gambar rancangan
lengkap dan spesifikasi produk untuk pembuatan; kedua hal tersebut disebut dokumen untuk pembuatan produk.
2.7 Sablon
Untuk jenis sablon ada beberapa macam, antara lain :
1. Sablon Manual
Secara umum sablon manual bisa dibilang salah satu teknik yang jadul, Teknik sablon manual menggunakan bahan dasar cat dan beberapa alat seperti screen,
meja sablon, rakel, afdruk film dll. Prosesnya pun terbilang cukup panjang dari dari pembuatan film sablon per warna, setting screen, penyablonan,
pengeringan. Proses-proses tersebut menjadikan pembuatan kaos sablon manual memakan waktu cukup lama. Dengan teknik sablon manual ini harus memproduksi 2 lusin kaos untuk memperoleh harga minimal produksi.
30
Sablon manual ribet, produksi memakan waktu lama, produksinya harus banyak. Tapi mengapa sampai sekarang sablon manual masih banyak digemari
baik produsen maupun konsumen? Hal tersebut dikarenakan KUALITAS dari sablon manual yang berbicara. Kaos yang disablon secara manual umumnya warnanya tidak cepat pudar, catnya pun menempel lebih kuat dan akan tetap
menempel meskipun kaos dicuci berkali-kali. Jenis cat sablon manual pun bermacam-macam , rubber , superwhite, timbul, separasi, plastisol dll.
Keunggulan teknik sablon manual juga di amini oleh distro-distro di Indonesia. Hampir semua produksi kaos distro di Indonesia yang sudah punya “nama” seperti unkl347 , airplane , black id masih menggunakan teknik tersebut. Tidak
hanya kaos lokal buatan Indonesia, produksi kaos import yang harganya selangit kayak semisal spyderbilt, billabong, rip curl, volcom, quicksilver dll
juga masih menggunakan teknik sablon tersebut, cuma kemungkinan perbedaanya alat yang digunakan lebih canggih.
2. Sablon Digital
Sejak beberapa tahun yang lalu sablon digital sudah ada di Indonesia. Sablon digital muncul dengan penawaran kepraktisan, kemudahan dalam menyablon
Gambar 2.3 Alat Sablon Digital Lebih Sederhana
Sablon digital memang memiliki kelebihan dibanding sablon manual .
Pada sablon digital, warna sablon dapat lebih bervariasi. Proses pengerjaannya pun lebih cepat dari sablon manual, karena hanya menggunakan media kertas
transfer (transfer paper). Kaos yang dibuat dengan sablon digital juga lebih cepat kering dibandingkan dengan kaos yang dibuat dengan sablon manual, karena pada sablon digital tintanya dipres dengan mesin pres digital. Sablon digital
dapat menyablon foto atau gambar yang berwarna-warni.Sablon digital pun lebih mudah dipelajari dan di praktekan ketimbang sablon manual yang
prosesnya lebih panjang. Namun sablon digital memiliki kekurangan, warna hasil cetakannya tidak bisa tajam seperti halnya sablon manual, daya tahan cetak sablon digital juga tidak tahan lama. Jenis kaos yang dapat digunakan dalam
sablon digital lebih terbatas. Sablon digital justru kurang baik apabila digunakan di kaos dengan bahan cotton combet, sablon digital lebih cocok digunakan untuk
32
2.8 Penelitian Terdahulu
Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah :
1. ”The Development of Ergonomics Method : Pendekatan Ergonomi Menjawab Probelamatika Industri” oleh : Sritomo Wignjosoebroto, Institut Teknologi Sepuluh November. Pada penelitian tersebut menyatakan bahwa evaluasi
ergonomis dalam hal ini merupakan salah satu langkah pengujian agar sebuah rancangan produk pada saat dioperasikan tidak saja mampu memberikan
fungsi-fungsi yang telah direncanakan, akan tetapi juga mampu memberikan keselamatan, kesehatan dan juga kenyamanan pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas akan mampu pula
meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk.
2. “Redesain Locker Dosen Dengan Pendekatan Ergonomis” oleh : Petrus
Wisnubroto, Rina Susilawati, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, 2008. Pada penelitian tersebut diketahui hasil produk Locker Dosen dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya serta praktis
untuk digunakan, serta semua data dapat tersusun dengan rapid dan dimensi sesuai dengan dimensi tubuh pengguna.
3. ”Perancangan Alat Permainan Untuk Pasien Pasca Stroke” oleh : Zaenal Fanani Rosyada Dkk, Universitas Diponegoro, 2010. Pada penelitian tersebut diketahui untuk menghasilkan alat yang merupakan pengembangan dari pin
boarda yang digunakan untuk menfasilitasi proses terapi untuk penderita pasca stroke, dengan penambahan aspek tambahan sehingga pengguna merasa
4. “Perancangan Meja dan Kursi Anak Manggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) Dengan Pendekatan Athropometri dan Bentuk Fisik Anak”
oleh : Denny Nurkertamnda, dkk, Universitas Diponegoro, 2006. Pada penelitian tersebut dihasilkan rancangan menja dan kursi anak usia 4-6 tahun yang sesu dengan data Athropometri anak dan bentuk fisik anak pada usia
tersbut sihingga kenyamann pada anak disaat belajar dan bermain
5. “Perancangan Meja dan Kursi Restoran Cepat Saji dengan Pendekatan
Ergonomis di Café GajahMada Mojokerto” oleh : Atim Puji Lesmono, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, 2011.
6. “Analisis Ergonomi Pada Proses Mesin Tenun Dengan Oendekatan
Subjektifitas Pada PT Industri Sandang Nusantaea Unit Makatea Makassar”, Oleh : Hamdani Kubangun, Universitas Iqra Baru, 2010.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelelitian ini dilaksanakan di Home Industri M-2 pada bulan Mei 2013.
3.2 Metode Pahl And Bitz
Pahl dan Beitz tersebut terdiri dari 4 kegiatan atau fase, yang masing-masing
terdiri dari beberapa langkah. Keempat fase tersebut adalah : 1. Perencanaan dan penjelasan tugas
2. Perancangan konsep produk
3. Perancangan bentuk produk (embodiment design)
4. Perancangan detail dan perancangan wujud.
Sebenarnya langkah-langkah dalam keempat fase proses perancangan diatas tidaklah perlu dikelompokkan dalam 4 fase secara kaku, sebab seperti misalnya,
pada langkah pada fase perancangan detail (fase ke-4) cara pembuatan komponen produk sudah diperlukan detail dan banyak lain contohnya seperti itu.
Setiap fase proses perancangan berakhir pada hasil fase, seperti fase pertama
menghasilkan daftar persyaratan dan spesifikasi perancangan. Hasil setiap fase tersebut kemudian menjadi masukan untuk fase berikutnya dan menjadi umpan
Adapun gambar dari produk mesin printer awal dan mesin usulan printer kain:
Gambar 3.1 Pruduk mesin printer awal
36
3.3 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
\
Studi Literatur Studi Lapangan
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data :
Waktu Proses Produk Awal 1 . Printer EPSON T11 Bekas 2 . Print Head EPSON 4 chanel
Produk Awal Produk Inovasi
Pahl & Beitz
Gambar 3.3 Langkah-langkah Pemecahan hasil Penjelasan langkah-langakah pengerjaan :
1. Mulai.
2. Studi lapangan.
Penelitian dilakukan langsung dari lokasi penelitian yaitu Home Industri M-2.
3. Studi litelatur.
Studi litelatur dilakukan untuk menunjang penelitian yang dilakukan. 4. Perumusan masalah.
Perumusan masalah didapatkan setelah studi lapangan dan studi literature. 5. Penetapan tujuan.
Selanjutnya dilakukan penetapan tujuan dari tugas akhir.
WI < WA
A
Metode Usulan Diterima
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
38
6. Pengumpulan Data.
Pengumpulan data ini diperlukan untuk memecahkan masalah dari pembuatan
produk inovasi, yaitu dengan membandingkan biaya proses Produk Inovasi dan Produk Awal. Data – data yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah ini, antara lain :
Pahl and Beitz
a) Perencanaan dan Penjelasan Tugas.
b) Perancangan Konsep Produk. c) Perancangan Bentuk Produk.
d) Perancangan Detail Dan Perancangan Wujud.
7. Hasil Manufaktur.
Hasil alat produk usulan dan alat awal
8. Efisiensi Proses Produk Awal dan Proses Produk Inovasi.
Langkah proses produk awal dan langkah proses produk inovasi dengan Metode Pahl and Bitz.
- Berikut adalah urutan proses produk awal printer dalam penyablonan : Mendesaign gambar Pengepritnan gambar menggunakan Transfer
paper Mentransfer gambar dari transfer paper ke media kain dengan menggunakan mesin heater press.
- Berikut adalah urutan proses produk inovasi printer dalam penyablonan :
9. Metode Usulan Diterima.
Menemukan biaya produksi yang terkecil.
10. Hasil dan Pembahasan.
Membahas hasil perhitungan biaya yang telah di peroleh. 11.Kesimpulan dan saran.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Data
Inovasi adalah suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau
yang sudah dikenal sebelumnya, seseorang yang inovatif akan selalu berupaya melakukan perbaikan, menyajikan sesuatu yang baru/unik yang berbeda dengan yang
sudah ada. inovatif juga merupakan sikap penting bagi yang hendaknya dimiliki oleh seorang wirausahawan.
Tahap Pertama dalam inovasi produk ini adalah memahami kerja fungsi dan
manfaat dari produk yang akan dirancang. Konsep dasar dari produk ini adalah menghasilkan sebuah mesin printer yang memiliki fungsi untuk pengeprinan
langsung ke media kain untuk dimanfaatkan sebagai hasil dari percetakan gambar ke kain. Data yang dikumpulkan sebagai berikut :
1. Priter EPSON yang dipakai adalah printer bekas/ second.
2. Penggunaan fungsi produk inovasi dapat langsung diterapkan pada media kain. 3. Dapat menyelesaikan efisien waktu proses penyablonan.
4. Tinta yang digunakan dapat menyusaikan media kain dalam arti tidak mudah luntur dan tahan lama.
5. Ukuran cetak 21cm x 34cm
6. Print head Epson 4 Chanel
7. Colour CYMKTinta(Textile Pigment)
10. Operating system Windows XP , Vista, Windows 7 32 bit 11. Dapat digunakan semua program desain
12. Pemakaian listrik 10 Watt
13. Konstruksi Rangka Utama (kayu), Besi dan Aluminium, Casing Multiplex 14. Dalam pengujianya 10 hasil cetakan dengan media kain mesin tidak mengalami
masalah
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Waktu Proses Menggunakan Produk Awal
Waktu proses menggunakan produksi awal dapat diilustrasikan dengan gambar berikut :
Gambar 4.1 Alur Proses Sablon Digital Menggunakan Transfer Paper
Dapat dijelaskan dari gambar diatas waktu proses menggunakan produksi awal meliputi pengerjaan desain membutuhkan waktu 15 menit kemudian pengepritnan
42
proses pengepresan yang bertujuan menyatukan gambar dari transfer paper ke media kain dan membutuhkan 13 menit.
4.2.2 Waktu Proses Menggunakan Produk Inovasi
Waktu proses menggunakan produksi inovasi dapat diilustrasikan dengan gambar berikut :
Gambar 4.2 Alur Proses Pengembangan Sablon Menggunakan Printer Kain
Dapat dijelaskan dari gambar diatas waktu proses menggunakan produksi
inovasi meliputi pengerjaan desain membutuhkan waktu 15 menit kemudian pengepritnan membutuhkan waktu 6 menit dan langsung menggunakan media kain,
kemudian pengeringan membutuhkan waktu 3 menit.
Dari pengumpulan data dapat diperoleh pengolahan data yang terbagi 4 bagian antara lain :
3. Perancangan Bentuk Produk
4. Perancangan Detail Dan Perancangan Wujud.
Penjelasan Pengolahan Data :
1. Perencanaan dan Penjelasan Tugas
Mesin printer kain adalah mesin teknologi printer yang memudahkan untuk
mencetak sebuah kaos, dengan menggunakan head printer tipe inkjet dan di kombinasikan dengan tinta textile khusus mesin media kain, anda dapat mencetak
apa saja baik gambar vector/photoshop maupun gambar foto (beresolusi besar) dan awet karena tinta akan meresap ke kain.
Persyaratan inovasi produk printer kain harus dapat menyelesaikan:
a) Priter EPSON yang dipakai adalah printer bekas / second.
b) Penggunaan fungsi produk inovasi dapat langsung diterapkan pada media
kain.
c) Dapat menyelesaikan efisiensi proses penyablonan.
d) Tinta yang digunakan dapat menyusaikan media kain dalam arti tidak mudah
luntur dan tahan lama.
2. Perancangan Konsep Produk
Mesin Printer kainadalah mesin cetak kaos kain secara digital yang berfungsi untuk mencetak gambar langsung ke bahan kain, yang dipadukan dengan teknologi tinta tekstile. Tinta tekstil dapat menyerap pada permukaan kaos, kain,
dengan sangat sempurna, kain tidak akan mudah luntur ketika dicuci (cara pencucian yang wajar tentunya).
44
a) Bisa mencetak langsung di kain contoh bahan : cotton combed 20s,30s24s/carded, PE, TC.
b) Hasil cetak meresap di kain dengan karakter yang soft. c) Dapat mencetak gambar dengan tingkat kerumitan tinggi. d) Tidak memerlukan transfer paper seperti pada sablon digital.
e) Dapat menerima order satuan. f) Hemat listrik.
3. Perancangan Bentuk Konsep Produk
Teknologi sablon saat ini semakin berkembang , salah satunya inovasi Printer kain adalah mesin sablon teknologi baru yang menggabungkan teknologi Head
Printer dan tinta khusus sablon untuk textile printing.
Sablon cetak dengan printer secara langsung sepertinya merupakan ugrade
inovasi teknologi Sablon digital yang menggunakan kertas transfer. Printer dapat mencetak sablon gambar apa saja baik gambar design vector/photosop maupun foto secara langsung ke media kaos jadi. Printer cetak kain secara langsung ini
bisa dipakai untuk menutupi kekurangan-kekurangan usaha sablon digital yang selama ini dengan kelebihan utamanya yaitu bisa langsung cetak di atas bahan
4. Perancangan Detail Dan Perancangan Wujud A. Perancancangan Detail
Setelah melalui tahap perancangan konsep produk di dapat spesifikasi detail dari Mesin Printer Kain, antara lain :
1. Ukuran cetak 21cm x 34cm
2. Print head Epson 4 Chanel
3. Colour CYMKTinta(Textile Pigment)
4. Kecepatan cetak 6 menit per kaos A4 full media 5. 2 X print (2 pahse) A4 full collor
6. Operating system Windows XP , Vista, Windows 7 32 bit
7. Dapat digunakan semua program desain 8. Pemakaian listrik 10 Watt
9. Konstruksi Rangka Utama (kayu), Besi dan Aluminium, Casing Multiplex 10. Dalam pengujianya 10 hasil cetakan dengan media kain mesin tidak
mengalami masalah
Setelah itu baru membuat perancangan detail dari produk Mesin Printer Kain, yaitu antara lain :
a) Rangka
Rangka merupakan suatu kompenan yang sangat vital pada mesin pencacah sampah, hal ini dikarenakan rangka merupakan penopang semua komponen
yang ada. Untuk media memiliki ukuran Alas Media 30 cm, Panjang 60 cm, Lebar 30 cm, Tinggi 15 cm.
Kemudian untuk Rangka Transmisi memiliki ukuran Alas 10 cm, Panjang 20 cm,
46
Gambar 4.4 Kerangka Mesin Printer Kain b) Poros
Poros merupakan sebuah komponen dari mesin printer kain yang memiliki ukuran sebesar 32 cm dan berperan penting dalam sistem transmisi. Poros ini
berfungsi sebagai penggerak meja/flat media.
Gambar 4.5 Poros c) Print head
Print head adalah bagian terpenting dalam mesin printer kain. Print head tersebut diutamakan dalam inkjet pencetakannya dengan high resolusi, oleh
d) Flat Bet
Flat Bet ada 2 yaitu Flat Bet atas dan bawah. Untuk Flat Bet atas memiliki
ukuran Lebar 22,5 cm, Panjang 34,5 cm ini merupakan komponen yang berfungsi sebagai tatakan bahan kain. Untuk Flat Bet bawah memiliki ukuran Lebar 27 cm, Panjang 56cm ini merupakan komponen yang berfungsi untuk
mengikuti pergerakan poros dengan bantalan karet.
Gambar 4.7 Flat bet bawah & Flat bet atas
Flat bet ini dibuat dengan demensi ukuran sekian dikarenakan
memaksimalkan kapasitas media cetak dalam prosesnya (pengeprinan) e) Gear
Pada mesin printer kain terdapat sebuah komponen yang berperan penting terhadap proses penggerak. Komponen tersebut berupa Gear yang berfungsi
sebagai roll penggerak poros. f) Sistem transmisi
Pada system transmisi ini ada beberapa bagian dalam mesin printer kain
48
Gambar 4.8 Sistem Transmisi Mesin Printer Kain
B. Perancangan Wujud
Berdasarkan tahapan rancangan konsep produk diatas didapatkan rincian
modul sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rincian Modul
No Modul Printer Kain Keterangan Modul
1 Mesin Penggerak Mesin Listrik
2 Besar daya mesin 10 Watt
3 Penghubung mesin dan poros Gear
4 Print Head Epson 4 Channel
5 Flat Bet Kayu
6 Peluncur Flat Bet Dua Rel Roler
7 Penyangga Flat Bet Almonium dan Sekrup
untuk menyetel ketinggian Flat Bet
8 Pendorong Flat Bet Bantalan karet yang
Tabel 4.2 Bill Of Material Mesin Printer Kain Mesin Printer Kain, yaitu terlampir pada lampiran.
Berikut gambar hasil desain perancangan mesin printer kain :
Gambar 4.9 Desain Perakitan Komponen Perancangan Mesin Printer Kain
1 3 3
22 2 44 4
50
Analisis Morphologis Mesin Printer Kain
Keharusan (demands) disingkat D, yaitu syarat mutlak yang harus dimiliki
mesin (jika tidak terpenuhi maka mesin merupakan solusi yang tidak diterima). Sedangkan Keinginan (wishes) disingkat W, yaitu syarat yang masih dapat dipertimbangan keberadaannya agar dapat dimiliki oleh mesin yang dirancang.
Pertimbangan perancangan mesin printer kain sangat dibutuhkan untuk sebuah perancangan produk yaitu langkah awal yang dibutuhkan untuk merancang bangun.
Berikut tabel pertimbangan mesin printer kain.
Tabel 4.3 Pertimbangan Mesin Printer Kain
No. Tuntutan
Perancangan
Persyaratan Tingkat
Kebutuhan
1 Energi a. Menggunakan tenaga motor D
b. Dapat diganti dengan penggerak lain W
2 Kinematika a. Mekanismenya mudah beroperasi D
b. Menggunakan transmisi untuk memperoleh keuntungan mekanis
D
3 Material a. Mudah didapat D
b. Baik kualitas mutunya W
c. Sesuai dengan standar umum W
d. Memiliki umur pakai yang panjang D
e. Mempunyai sifat mekanis yang baik D
4 Geometri a. Panjang area kerja + D
b. Lebar + D
c. Tinggi + D
d. Dimensi dapat diperbesar / diperkecil W
5 Ergonomi a. Sesuai dengan tuntutan kebutuhan D
b. Mudah dipindahkan D
c. Tidak bising D
d. Mudah pengoperasiannya D
6 Keselamatan a. Konstruksinya harus kuat dan kokoh D
b. Bagian yang berbahanya ditutup D
c. Tidak menimbulkan polusi W
7 Produksi a. Dapat diproduksi bengkel kecil D
b. Suku cadang murah dan mudah didapat D
No. Tuntutan Perancangan
Persyaratan Tingkat
Kebutuhan
8 Perawatan a. Biaya perawatan murah D
b. Perawatannya mudah dilakukan D
c. Perawatannya secara berkala W
9 Transportasi a. Mudah dipindahkan D
b. Tidak perlu alat khusus untuk memindahkan
D
Dan berikut adalah mesin printer kain dengan media kain dan hasil cetak produksi dari mesin printer kain dengan menggunakan media kain :
Gambar 4.10 Mesin Printer Dengan Media Kain
52
4.2.3 Perbandingan Waktu Proses Menggunakan Pr oduk Awal Dan Inovasi Dari perbandingan alur proses diatas antara sablon digital menggunakan
transper paper didapat waktu 31 menit dan sablon menggunakan mesin printer kain didapat waktu 26 menit, dapat disimpulkan perbandingan antara proses sablon digital mengunakan transper paper dan proses sablon menggunakan mesin printer kain
bahwa sablon menggunakan mesin printer kain lebih efisien karena waktu yang didapat lebih sedikit yaitu 26 menit.
4.3 Hasil Dan Pembahasan
Prototype Pada tahap ini yaitu produk yang dirancang benar-benar
direalisasikan dengan tujuan bahwa rancangan ini bisa diaplikasikan, tidak hanya sekedar gambaran rancangan saja. Dalam tahap pembuatan prototype Mesin Printer Kain ini dapat dioperasikan agar mampu bekerja sesuai rancangan produk yang
sudah direncanakan.
Setelah prototipe telah selesai dibuat maka, selanjutnya dilakukan
pengoperasian alat tersebut secara langsung dan menguji apakah prototype sukses untuk dioperasikan.
Ada beberapa catatan yang diperoleh setelah uji kinerja, diantaranya yaitu:
1. Mesin mampu bekerja dengan baik saat proses pencetakan dilakukan.
2. Dalam proses pencetakan, perlu diperhatikan dalam memasukkan kain / kaos ke
Flat Bet.
3. Kualitas pencetakan bisa di seting menurut standart atau high.
kelemahan-bagus antara perbandingan ketahanan dan warna cetakannya, tapi segi efisiensi prosesnya perbandingan antara sablon manual, sablon digital dan sablon mesin
printer kain, mesin printer kain lebih efisien dalam pemanfaatnya dikarenakan mampu mencetak dimedia paper dan kain dan juga mampu mengurangi peralatan media dalam pencetakan proses penyablonan.
Dari perbandingan alur proses diatas antara sablon digital menggunakan transper paper didapat waktu 31 menit dan sablon menggunakan mesin printer kain didapat
waktu 26 menit, dapat disimpulkan perbandingan antara proses sablon digital mengunakan transper paper dan proses sablon menggunakan mesin printer kain bahwa sablon menggunakan mesin printer kain lebih efisien karena waktu yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Dalam penerapan perancangan dan inovasi yang dipadukan dengan metode pahl and beitz dengan ukuran penambahan rangka untuk media memiliki ukuran Alas Media 30 cm, Panjang 60 cm, Lebar 30 cm, Tinggi 15 cm, kemudian untuk rangka
transmisi memiliki ukuran Alas 10 cm, Panjang 20 cm, Lebar 10 cm, Tinggi 15 cm. Untuk Flat Bet atas memiliki ukuran Lebar 22,5 cm, Panjang 34,5 cm merupakan
komponen yang berfungsi sebagai tatakan bahan kain, dan untuk Flat Bet bawah memiliki ukuran Lebar 27 cm, Panjang 56 cm, dengan demikian dapat menghilangkan fungsi transper paper dalam proses penyablonan dan dapat
diaplikasikan pada mesin printer yang dapat langsung digunakan pada media kain menuai hasil yang cukup baik untuk menjadi lebih efisien dalam proses produksi
demi mencapai keberhasilan dalam industri digital.
Dan perbandingan alur prosesnya, antara alur proses sablon digital menggunakan transfer paper dan alur proses sablon menggukan mesin printer kain
lebih efisien mengunakan mesin printer kain dikarenakan waktu yang didapat 26 menit artinya waktu yang di peroleh lebih sedikit dalam prosesnya dan selain itu
5.2 Sar an
Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini antara lain adalah:
Bagi para pembaca terutama para pelaku bisnis sablon hendaknya menerapkan hasil penelitian ini, baik itu dari segi warna pencetakan dan kedetailan hasil cetakan, dan penyablonan atau pencetakan dengan langsung produksi masal dalam
pengembangannya informasi sebagai acuan atau standard dalam hasil, maupun berbagai tambahan fungsi informasi, dan hendaknya untuk penelitian yang