• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK JEMBATAN SURAMADU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BANGKALAN DAN KABUPATEN SAMPANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK JEMBATAN SURAMADU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BANGKALAN DAN KABUPATEN SAMPANG."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD AMIN

NPM 1011010031

(2)

Disusun oleh :

MUHAMMAD AMIN 1011010031/FEB/EP

Telah Dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Univer sitas Pembangunan Nasional " Veteran" J awa Timur Pada tanggal 23 mei 2014

Pembimbing : Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Patr ap Wipr apto, MS Dra. Ec. Patr ap Wipr apto, MS

Sekretaris

Dra.Ec. Niniek Imaningsih, MP

Anggota

Dra.Ec. Wiwin Priana, MT

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional "Veteran"

(3)

DAN KABUPATEN SAMPANG

Yang Diajukan

MUHAMMAD AMIN NPM 1011010031 / FE / EP

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:

Pembimbing Utama

Dr s. Ec. Patr ap Wipr apto, MS Tanggal:……… NIP :195207261983031001

Mengetahui

(4)

DAN KABUPATEN SAMPANG

Yang Diajukan

MUHAMMAD AMIN NPM 1011010031 / FE / EP

Disetujui untuk Ujia n Skr ipsi oleh:

Pembimbing

Dr s. Ec. Patr ap Wipr a pto, MS Tanggal:……… NIP :195207261983031001

Mengetahui

A/N Deka n Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Wa kil Deka n I

(5)

Dengan mengucap syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “(DAMPAK J EMBATAN SURAMDU TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BANGKALAN DAN KABUPATEN SAMPANG)” Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak khususnya kepada bapak Dr s. Ec.Pa tr ap Wipr apto, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan hormat, penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr.Ir. Teguh Soedarto MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(6)

5. Ayah dan Ibu serta semua keluarga yang telah memberikan do’a dan semangat, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Teman-temanku Progdi Ekonomi Pembangunan angkatan 2010 yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Para dosen yang telah memberikan bekal Ilmu Pengetahuan kepada selama menjadi mahasiswa di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 8. Pimpinan beserta staff instansi Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dan memotivasi baik selama penulis menempuh pendidikan perguruan tinggi maupun selama penulisan skripsi ini.

Ahirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan, dan dapat dijadikan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kelemahan, sehingga penulis tak lupa mengharapkan saran dan kritik atas skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….. . i

Daftar isi ………. . Iii Daftar Tabel ……… vi

Daftar Gambar ……….. . viii

Daftar Lampiran ……… ix

Abstraksi ………. x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu ... 8

2.1.2 Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu……….. 11

2.2 Landasan Teori……….. 12

2.2.1 Konsep pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi ... 12

2.2.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi ... 13

2.2.1.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 15

(8)

2.3 Kerangka Pemikiran ... 21

2.4 Hipotesis ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi operasional dan Pengukuran variabel ... 26

3.2 Teknik pengumpulan Data ... 27

3.2.1 Studi Keperpustakaan……… . 28

3.2.2 Studi Lapangan ... 28

3.3. Teknik analisi dan Uji Hipotesis... ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Dekripsi Obyek Penelitian………. 36

4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bangkalan………….. 36

4.1.2 Gambaran Umum Kabupaten Sampang…………... 37

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ……… . 38

4.2.1 Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Timur………. 38

4.3 Hasil penelitian Dan Pembahasan………. 43

4.3.1 Analisis Location Quotient (LQ)………. 43

4.3.2 Analisis Shift – Share……… 51

4.3.2.1 Analisis Potensi Regional (PR)……….. 52

4.3.2.2Analisis Proportional Shift (PS)……… 61

(9)

5.1 Kesimpulan……….. 79

5.2 Saran……… 92

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAMPAK J EMBATAN SURAMADU TERHADAP

PERTUMBUHAN EKONOMI DI K ABUPATEN BANGK ALAN

DAN KABUPATEN SAMPANG

Oleh :

MUHAMMAD AMIN

Abtr a ksi

Pembangunan infrastruktur mempunyai peranan yang sangat vital dalam pemenuhan hak dasar rakyat. Infrastruktur atau sarana dan prasarana memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan kesejahteraan sosial dan kualitas lingkungan juga terhadap proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau region. Pembangunan Jembatan Suramadu memiliki peran yang sangat strategis di pulau Madura, akan meningkatkan kegiatan ekonomi, distribusi barang dan jasa serta kegiatan pariwisata. Pulau Madura yang menjadi bagian dari Provinsi Jawa Timur mengalami kondisi Laju pertumbuhan ekonomi lambat dan income perkapita tertinggal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pembangunan Jembatan Suramadu terhadap perekonomian Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan menggunakan data sekunder. Dalam menganalisais sektor-sektor unggulan atau potensial agar terarah pada pokok permasalahannya digunakan uji Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share, dengan fokus penelitian .Menganalisis dampak pembangunan Jembatan Suramadu terhadap bidang ekonomi Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang.

Hasil penelitian LQ sektor pertanian dan perdagangan memiliki sumbangan tertinggi terhadap Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang sebelum adanya jembatan suramadu kecuali pada 2012 bergeser menjadi sektor pertanian, perdagangan dan sektor jasa-jasa, sedangkan pada uji shift share, maka secara singkat Kabupaten Bangkalan lebih tinggi pertumbuhannya dari pada Kabupaten Sampang.

(11)

1.1 Lata r belakang

Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh masing-masing orang, daerah satu dengan lainnya maupun negara satu dengan negara lainnya. Penting bagi kita untuk dapat memilki definisi yang sama dalam mengartikan pembangunan. Secara tradisional pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross Domestik Produk (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Untuk daerah, makna pembangunan yang tradisional difokuskan pada PDRB suatu provinsi, kabupaten dan kota.

(12)

1. Usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapital masyarakat, dimana tingkat pertumbuhan GDP melebihi tingkat pertambahan penduduk pada suatu tahun.

2. Usaha untuk melakukan perombakan perombakan dan modernisasi dalam struktur perekonomian yang umumnya masih bersifat tradisional. (Aditia,2010:2)

Salah satu indikasi dari pembangunan adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi (economic Growth) yang ditunjukkan oleh pertambahan produksi atau pendapatan nasional. Keberhasilan pembangunan akan dapat mempertinggi kemampuan bangsa dalam perubahan di bidang lainnya . salah satu tujuan pembangunan jangka panjang bidang pertumbuhan ekonomi adalah terciptanya stabilitas ekonomi di bidang pertanian dan industri. (Aditia,2010:8)

(13)

maupun daerah dan dapat menyerap tenaga kerja seiring pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (Tambunan, 2001: 37)

Pemerintah memiliki peranan yang sangat dalam perekonomian karena memiliki wewenang sebagai regulator ( Pengatur atau Pengendali ), meskipun pemerintah sebagai regulator, pemerintah tidak dapat bertindak semena-mena, karena bila pemerintah tidak bisa menarik investor, maka pertumbuhan ekonomi akan lambat dan lapangan kerja akan tidak bertambah melebihi pertambahan angkatan kerja. Selain itu pemerintah sebagai stimulator, dana yang dimiliki pemerintah dapat digunakan sebagai stimulan untuk mengarahkan investasi swasta atau masyarakat umum kearah yang diinginkan pemerintah (baik dari sudut garis kebijakan maupun lokasi) (Tar igan, 2005:35)

(14)

Surabaya-Madura yang menyatakan bahwa pembangunan Jembatan Suramadu dapat dilaksanakan. Dalam Keputusan Presiden tersebut juga dinyatakan pembangunan Jembatan Suramadu dilaksanakan sebagai bagian dari pembangunan kawasan industri, perumahan dan sektor lainnya dalam wilayah kedua sisi ujung jembatan.

Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah, tercermin dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstannnya . Menurut BPS Jawa Timur PDRB atas dasar harga konstan 2000 diketahui bahwa total nilai PDRB Kabupaten Bangkalan tahun2008 sebesar Rp. 3.225,33 milyar, sementara tahun 2009 sebesar Rp. 3.269,71 milyar, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp. 3.447,58 milyar pada tahun 2011 juga mengalami Rp. 3.663,03 milyar dan tren ini berlanjut pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 3.891,57 milyar. Dengan demikian pertumbuhan ekonominya tahun 2008 sebesar 4,92 persen, tahun 2009 sebesar 4,96 persen, tahun 2010 sebesar 5,44 persen dan pada tahun 2011 pertumbuhan mengalami perubahan menjadi sebesar 6,12 persen. Untuk tahun 2012 ini pertumbuhan ekonomi mengalami percepatan bila dibandingkan satu tahun yang sebelumnya yaitu sebesar 6,37 persen.(Anonim, 2013: 34)

(15)

semakin murahnya biaya transportasi, semakin luasnya akses ekonomi yang akan meningkatkan aktivitas perekonomian dan meratakan penyerahan wilayah. Manfaat langsung lainya yang dapat diperhitungkan adalah nilai dari peneriman tarif tol yang diperlukan apabila transportasi barang dan orang yang semakin meningkat, maka akan meningkatkan penerimaan tarif tol. Sehingga akan meningkatkan kelayakan finansial dari pembangunan Jembatan Suramdu tersebut.

Manfaat tidak langsung ( sekunder ) dari Pembangunan Jembatan Suramadu merupakan kemamfaatan yang disebabkan oleh multiplier effect, ini merupakan dinamika yang timbul dan merupakan pengaruh sekunder (

secondary effect ) dari keberadaan Jembatan. Di antara efek-efek tidak

(16)

1.2 Per umusa n Ma salah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan pokok permasalahan :

1. Apakah terdapat perbedaan sektor basis dan non basis masing-masing sektor di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang sebelum dan sesudah adanya Suramadu?

2. Apakah terdapat sektor-sektor yang menghambat atau mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang sebelum dan sesudah adanya Suramadu?

3. Apakah terdapat sekrtor-sektor yang pertumbuhannya tumbuh relatif cepat di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang sebelum dan sesudah adanya Suramadu?

4. Apakah terdapat Sektor-sektor yang pertumbuhannya cepat di Kabupaten Bangkalan dan yang mempunyai keuntungan lokasional dibandingkan sektor yang sama di Kabupaten Sampang?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan sektor basis dan non basis masing-masing

(17)

2. Untuk mengetahui sektor-sektor yang menghambat atau mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang sebelum dan sesudah adanya Suramadu.

3. Untuk mengetahui sekrtor-sektor yang pertumbuhannya tumbuh relatif cepat atau lambat di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang sebelum dan sesudah adanya Suramadu.

5. Untuk mengetahui Sektor-sektor yang pertumbuhannya cepat di Kabupaten Bangkalan dan yang mempunyai keuntungan lokasional dibandingkan sektor yang sama di Kabupaten Sampang

1.4 Ma nfa at Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilaksanakan adalah:

1. Dengan penelitian ini dapat diketahui perkembangan Produk Domestik Regional Bruto, sektor ekonomi yang potensial di Kabupaten Bagkalan dan Kabupaten Sampang sebelum dan sesudah dibangunya Jembatan Suramadu.

2. Sebagai bahan informasi ilmiah dan bahan pertimbangan bagi pihak yang terkait dan calon peneliti selanjutnya baik untuk penelaahan lebih lanjut maupun sebagai bahan perbandingan

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Ter da hulu

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan

Dampak Suramadu Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten

Bangkalan dan Kabupaten Sampang, antara lain :

(19)
(20)

3. Zakik (2002: 5) Dengan judul penelitian “Analisis Kebijakan Pembangunan Regional Jawa Timur dalam rangka implementasi otonomi daerah tahun 1990-2000”. Penelitian ini terbentuk dekskriptif kualitatif dengan alat anlisis berupa formula-formula yang berhubungan dengan permasalahan LQ Wilkinson indeks dan Shift Share. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa terjadinya kesenjangan pertumbuhan ekonomi antar daerah Jawa Timur sangat dipengaruhi letah geografis, potensi daerah investasi swasta, penerapan kebijaksanaan pembangunan daerah yang kurang tepat serta tingkat ketergantungan yang tinggi tehadap pemerintah pusat. Sedangkan penerapan kebijaksanaan otonomi daerah belum menunjukkan hasil yang siknifikan terhadap pembangunan dan kemandirian daerah.

(21)

kontribusi yaitu dari jasa swasta. Kesempatan kerja yang dihasilkan dari sektor-sektor potensial di Kabupaten Klungkung masih belum maksimal. Dari analisis Rasio penduduk pengerjaan menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang terlayani dari sektor bangunan selama periode 2008-2010 rata sebesar 3,01 persen, sedangkan dari sektor jasa-jasa rata-rata sebesar 5,96 persen.

5. Affan (2006: 90) Dengan judul penelitian “ Analisis potensi sektoral dalam pengembangan satuan wilayah pembangunan VI tahun 1998-2003”. Dari penelitian yang menggunakan analisis LQ dan Shift Share ini dapat diketahui bahwa sektor yang diketahui bahwa sektor yang menjadi pioritas pembangunan di Kabupaten / Kota SWP VI adalah: berganda sektor pertanian di Kab. Malang dan Pasuruan; sektor industri pengolahan di Kab. Pasuruhan; sektor listrik, air dan gas di kota Malang dan Pasuruhan; sektor kontruksi di Kab. Malang, Kota Malang dan Pasuruhan; sektor perdagangan di Kota Malang dan Pasuruhan; sektor angkutan di Kab. Malang Kota Malang dan Pasuruhan; sektor keuangan di Kab. Malang; dan sektor jasa-jasa di Kab. Malang dan Kota Pasuruhan.

2.1.2 Per bedaan Dengan Peneliti Ter dahulu

(22)

terletak pada kurun waktu, ruang lingkup, tempat penelitian dan jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian.

2.2 Landasa n teor i

2.2.1 Konsep Pembangunan dan Per tumbuha n Ekonomi

(23)

2.2.1.1 Teor i Pembanguna n Ekonomi

Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa peneliti sebagai berikut:

a. Pembangunan ekonomi menurut Irawan dan Suparmoko ( 2002: 5) adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering kali dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapital.

b. Menurut Adam Smith, Pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi merupakan (Suryana, 2000: 55)

c. Meier dalam Adisasmita (2005: 205) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapital dalam suatu angka yang panjang.

d. Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang sepontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. (Suryana, 2000: 5)

(24)

pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu daerah.

Dalam penelitian ini pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapital penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. a. Teori Pembangunan Ekonomi daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada, membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja yang baru dan merangsang dan perkembangan kegiatan ekonomi pada suatu wilayah tersebut.

Selain itu pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meninkatkan jumlah dan jenis peluang kerja atau juga memerlukan pengeluaran pembangunan bagi menuju kemajuan yang ingin dicapai dalam pembangunan ekonomi daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan pembanguna perekonomian daerah (Ar syad, 1997:274)

(25)

perbaikan kapasistas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan tranformasi pengetahuan (Adisasmita, 2005:19).

Dalam penelitian ini pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, tranportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

2.2.1.2 Teor i Per tumbuhan Ekonomi

Pengertian pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Jadi pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti ( dengan meningkatnya pendapatan perkapital ) dalam suatu perhitungan tertentu (Putong, 2003:252).

(26)

sesuai dengan kemajuan teknologidan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan.

Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu ( PDRBt ) dengan PDRB tahun sebelumnya ( PDRBt-1 )

Laju Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt – PDRBt-1 X 100% PDRBt-1

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting sebagai berikut (J hingan, 2010:67).

a. Sumber Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber alam atau tanah ‘ Tanah’ sebagai digunakan dalam ilmu ekonomi mencakup sumber alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam dan bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber alam secara melimpah merupakan hal yang penting.

b. Organisasi

(27)

(komplemen) modal, buruh dan membantu meningkatkan produktivitasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para wirastawan sebagai organisator dan pengambil resiko diantara ketidakpastian.

c. Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting didalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan didalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal dan faktor produksi yang lainnya.

d. Akumulasi Modal

Akumulasi modal adalah termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumber daya manusia

(human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan

(28)

e. Pembagian kerja dan skala Produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduanya membawa kearah ekonomi produksi skala besar dan selanjutnya membantu perkembangan industri.

2.2.2 Pr oduk Domestik Regional Br uto

2.2.2.1 Penger tian Pr oduk Domestik Regional Br uto

Produk Domestik Regional Bruto Adalah jumlah seluruh nilai tambah yang diciptakan oleh berbagai sektor/ lapangan usaha yang melakukan kegiaatan usaha di suatu wilayah/ region (dalam hal ini Kabupaten /Kota), tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor-faktor produksi. Dengan demikian PDRB secara aggregatif meneunjukkan kemampuan suatu daerah dalam mengghasilkan pendapatan/balas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisifasi dalam proser produksi didaerah tersebut. Dengan kata lain PDRB menunjukkan Gambaran Production Originated (Anonim, 2009:2).

(29)

2.2.2.2 Pendekatan penghitungan Pr oduk Domestik Regional Br uto (PDRB)

Cara penghitungan PDRB dapat diperoleh melaluai tiga pendekatan, yaitu:

a . Pendekatan Pr oduksi

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi disuatu wilayah dalam jangka wakru tertentu satu (tahun) .

unit-unit Produksi tersebut dalam penyajiannya dapat dikelompok menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu:

1. Pertanian

2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri pengolahan

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih

5. Kontruksi

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(30)

b. Menur ut Pendekata n Pengeluar an

PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu:

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung;

2. Konsumsi pemerintah

3. Pembentukan modal tetap domestic bruto;

4. Perubahan stok; dan

5. Ekspor neto, ekspor dikurangi impor dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun)

c. Menur ut pendekata n pendapa t

PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalm jangka waktu tertentu biasanya satu tahun

Definisis-definisi yang berhubungan dengan Produk Domestik Regional Bruto menurut beberapa pendapat, diantaranya :

(31)

pendapatan atau jasa kepada faktor-faktor yang ikut berperan serta dalam proses produksi didaerah setempat. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri tercermin dalam produk domestik regional bruto sangat sangat besar pengaruhnya terhadap besar kecilya konsumsi masyarakat. (Kuncor o, 2006: 27)

2. Produk Domestik Bruto (GDP Gross Domestic Product) adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian (baik yang dilakukan oleh penduduk warga Negara maupun orang-orang dari Negara lain yang bermukim Negara tersebut ). (Todar o dan Smith, 2004 :56)

2.3 Kera ngka Pemikir an

(32)

Pertumbuhan suatu daerah terjadi sebagai akibat adanya permintaan barang jasa tertentu terhadap suatu daerah oleh daerah lainya. Upaya memenuhi permintaan ekspor tersebut dengan menggerakkan potensi dan sistem lokal akan memberikan pertumbuhan ekonomi bagi daerah yang bersangkutan. Semakin tinggi permintaan luar daerah dapat dipenuhi berarti semakin tinggi aktivitas perekonomian lokal dan pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan daerah berdasarkan pendekatan wilayah yang sangat umum dikenal adalah teori pertumbuhan berbasis ekpor.

Teori pertumbuhan berbasis ekspor

(33)

Gambar 1. Kerangka konseptual, analisis Dampak Suramadu terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang.

(34)

Keterangan :

Location Quotient Adalah teknis analisis ini digunakan untuk menentukan

kategori suatu sektor termasuk sektor basis atau sektor non basis.

Potensi Regional (PR) adalah banyaknya pertambahan Pendapatan Domestik

Regional Bruto (PDRB) regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertambahan nasional selama periode studi.

Proportional Shift adalah komponen yang mengukur besarnya Shift regional

netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor industri di daerah yang

bersangkutan.

Differential Shift adalah komponen yang mengukur besarnya Shift regional

netto yang diakibatkan oleh sektor-sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat

atau lebih lambat didaerah yang bersangkutan dari pada tingkat nasional yang disebabkan oleh faktor interen.

(35)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji kebenarannya berdasarkan fakta-fakta yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah dan diterima jika fakta-faktanya benar.

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga terdapat perbedaan sektor basis dan non basis masing-masing sektor di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang sebelum dan sesudah adanya suramadu.

2. Diduga terdapat sektor-sektor yang menghambat atau mendorong pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang sebelum dan sesudah adanya suramadu.

3. Diduga terdapat sekrtor-sektor yang pertumbuhannya tumbuh relatif cepat di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang sebelum dan sesudah adanya suramadu.

(36)

3.1 Devinisi Oper asional dan Pengukuhan Va r iabel

Devinisi oprasional adalah devinisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberi arti, atau menspesifikasikan kegiatan maupuan memberikan sutatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

Adapun variabel yang digunakan dalalm penelitian ini terdiri dari :

a. Pertumbuhan sektor Ekonomi

Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang dan jasa setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB atas dasar harga konstan sebelum adanya Jembatan Suramadu 2005-2012 dan sesudah adanya Jembatan Suramadu 2009-2012 Yang dinyatakan dalam Persen.

b. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB )

(37)

Suramadu 2009-2012 dikelompokkan menjadi 9 (sembilan ) sektor. Yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa dan dinyatakan dalam ( Rp juta ).

c. Sektor-Sektor Ekonomi

Sektor-Sektor ekonomi yaitu sektor pembentukan angka PDRB berperan dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi. Yaitu : Sektor Pertania; Sektor pertambangan dan penggalian; Sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

(38)

3.2.1 Studi Kepustakaan (libr ar y Resear ch)

Data yang diperoleh dengan membaca buku-buku, majalah, browsing internet serta tulisan-tulisan, laporan-laporan yang berkaitan dengan penelitian ini:

3.2.2 Studi La pangan

Studi lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan dalam penulisan skripsi. Data diperoleh dengan mengampil laporan, catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas mengenai pertumbuhan ekonomi, Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto dan sektor basis Ekonomi.

3.3 Teknik Ana lisis Data da n Uji Hipotesis

Teknik dilakukan berdasarkan informasi-informasi yang diperoleh dari berbagai penelitian serta data-data yang dikumpulakan dan diolah kembali. Adapun teknis analisis yang dipergunakan adalah:

1. Analisis Location Quotient

(39)

mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian. Sehingga nilai LQ yang sering digunakan untuk penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ menggunakan metode yang mengacu pada formula yang dikemukakan oleh Bendavid-val dalam Kuncor o (2004:183) sebagai berikut:

LQ ………(3.1)

Dimana:

= PDRB sektor I di Kabupaten Pada tahun tertentu. = Total PDRB di Kabupaten pada tahun tertentu.

= PDRB sektor I di Propinsi Jawa Timur Pada Tahun tertentu. = Total PDRB di Provinsi Jawa Timur Pada Tahun tertentu.

(40)

1. Nilai LQ = 1 ini berarti bahwa tingkat spesiali sektor I di daerah Kabupaten Bangkalan adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur

2. Nilai LQ > 1 ini berarti bahwa tingkat spesiali sektor I di daerah Kabupaten Bangkalan lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur

3. Nilai LQ < 1 ini berarti bahwa tingkat spesiali sektor I di daerah Kabupaten Bangkalan lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur.

Apabila nilai LQ >1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Bangkalan. sebaliknya apabila nilai LQ< 1, maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Bangkalan.

(41)

2 Analisis Shift Share

Analisis ini beransumsi bahwa perubahan perekonomian suatu periode merupakan kumulatif dari perubahan tahun-tahun sebelumnya. Alat ini menganalisa beberapa komponen perubahan regional maupun daerah yang mempengaruhi struktur ekonomi daerah tersebut. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa perubahan perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh variabel kesatuan wilayah yang lebih luas yaitu dalam hal ini Kabupaten atas komponen pertumbuhan perekonomian, Bauran Industri, dan keunggulan kompetitif.

Analisis Shift Share dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh dibawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah diatasnya .

Metode analisis ini dapat digunakan untuk memproyeksikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dan sebagai alat analisis dalam riset pembangunan pedesaan (Taufik, 2007:5)

(42)

1. Provincial share (Sp), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah (Kabupaten/Kota) dengan melihan PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi (Provinsi). Hasil penghitungan tersebut akan menggambarkan peranan wilayah Provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah Kabupaten. Jika pertumbuhan Kabupaten sama dengan pertumbuhan Provonsi maka perananya terhadap Provinsip.

2. Proportional (Industry-Mix ) Share adalah pertumbuhan nilai tambah

bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor ditingkat Provinsi.

3. Differential Share (DS), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi

daerah (Kabupaten) dan nilai tambah bruto sektor yang sama ditingkat Provinsi.

Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat. Teknik analisis ini diawali dengan perubahan PDRB suatu sektor di suatu daerah antara 2 periode, yaitu:

Rumus = Dimana

(43)

PDRB Kabupaten Sektor tahun dasar

Dalam analisis ini dapat di pisahkan menjadi 3 komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah diantara nya adalah:

1. Potensial Regional (PR)

Rumus:

PRij =

{ - 1}

2. pergeseran proporsional atau proportional share (PS) Rumus :

PSij =

{ - }

3. penggeseran yang berbeda (DS) Rumus :

DSij =

{

- }

Dimana :

Y

t = PDRB Propinsi Jatim periode tahun t

Y

0= PDRB Propinsi Jatim periode tahun dasar

= PDRB Propinsi Jatim sektor i pada tahun t

(44)

= PDRB Kabupaten sektor i sampai dengan sektor j pada tahun dasar. Setelah dilakukan perhitungan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1. PS < 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat Kabupaten. 2. PS > 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif cepat di tingkat Kabupaten. 3. DS < 0

Maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan kata lain sektor tersebut tidak mempunya keuntungan lokasional yang baik.

4. DS > 0

Maka sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di daerah lain atau dengan kata lain sektor tersebut mempunya keuntungan lokasional yang baik.

5. PR < ∆Qtij

Maka pertumbuhan produksi didaerah tersebut cenderung mendorong pertumbuhan Kabupaten.

6. PR > ∆Qtij

(45)

Bukan hanya keunggulan dari analisis ini sangat membantu terutama diperlukan dalam analisis ekonomi regional maupun penelitian yang berhubungan dengan perencanaan pembangunan, namun juga analisis ini tidak terlepas dari kekuranganya, diantaranya:

Keunggulan Analisis Shift Share :

a. Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi , walau Analisis Shift Share tergolong sederhana

b. Memungkin seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.

c. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.

Kelemahan Analisis Shift Share:

a. Hanya dapat digunakan analisis ex-post

b. Masalah benchmark berkenaan denga homithetic change, apakah t atau (t+1) tidak dapat dijelaskan dengan baik.

c. Ada data periode waktu tertentu ditengah tahun pengamatan yang tidak terungkap.

d. Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan mengingat bahwa Shift tidak konstan dari suatu periode keperiode lainnya.

(46)

4.1 Dekr ipsi Obyek Penelitian

4.1.1 Ga mbar an Umum Kabupaten Bangka la n

Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu daerah yang terletak di paling barat Pulau Madura Kabupaten Bangkalan secara Geografis luas wilayahnya 1.260,14 km2 terletak pada titik koordinat 112 0 40’06-113 0’04” Bujur Timur serta 60 51’39” lintang selatan.

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Bangkalan sebagai berikut : Disebelah Utara berbatasan dengan laut jawa

Disebelah Timur Berbatasan Wilayah Kabupaten Sampang Disebelah Selatan berbatasan Selat Madura

Disebelah barat berbatasan Selat Madura

(47)

permukaan laut tertinggi adalah Kecamatan Geger dengan ketinggian 100 m di atas permukaan air laut.

Kemampuan tanah-tanah di Kabupaten Bangkalan jika dilihat dari ketinggian maka dan kemiringan 2.-15% yaitu sekitar 50,45% atau 63.002 Ha dan Kemiringan 0-2% sekitar 45,43% atau 56.738 Ha. Apalagi dilihat dari struktur tanahnya maka sebagain besar berstrukur sedang yaitu seluas 116.267 Ha atau sekitar 93,10% sedangkan dan kedalam spektif tanahnya maka prosentasi terbesar adalah tanah yang ≥ 90 cm yaitu sekitar 64.131 Ha atau 51,35%.

4.1.2 Ga mbar an Umum Kabupaten Sampang

(48)

4.2 Deskr ipsi Hasil Penelitian

4.2.1 Per kemba ngan Pr oduk Domestik Regional Br uto

Pada dasarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terdiri dari Sembilan sektor kontribusi yang juga sangat berpengaruh terhadap kenaikan dan penurunan PDRB suatu daerah tertentu. Begitu juga dengan Propinsi Jawa Timur yang memiliki kesembilan sektor unggulan, masing-masing sektor tersebut berperan penting untuk terus mendukung perkembangan PDRB setiap tahunnya. Karena naik atau turunnya angka PDRB tergantung dari kontribusi penerimaan dari sektor-sektor tersebut.

(49)

Tabel 1. Pr oduk Domestik Regional Br uto J awa Timur Atas Dasar Har ga Konstan Tahun 2005-2012 ( Rp. J uta )

Tahun Pr oduk Domestik Regional Br uto Per kemba ngan (% )

2005 256,374,726.78 5.84

2006 271,249,316.68 5.8

2007 288,404,312.28 6.32

2008 305,538,686.62 5.94

2009 320,861,168.91 5.01

2010 342,280,764.89 6.68

2011 366,983,277.46 7.22

2012 393,666,437.39 7.27

Sumber : BPS Jawa Timur ( diolah )

(50)

366,983,277.46 juta atau mengalami peningkatan sebesar 7,22 % Sedangkan pada tahun 2012 naik menjadi Rp 393,666,437.39 juta atau mengalami peningkatan sebesar 7,27%.

Tabel 2. PDRB Ka bupa ten Bangkalan Tahun 2005-2008 (Sebelum Adanya J embatan Sur amadu) Menur ut lapangan usaha Atas Dasar Ha rga Konstan ( Rp. J uta )

Tahun Pr oduk Domestik Regiona l Br uto Per kembangan (% )

2005 2,697,572.26 4.75

2006 2,827,144.75 4.80

2007 2,969,195.88 5.02

2008 3,115,331.21 4.92

Sumber : BPS Jawa Timur ( diolah )

(51)

Tabel 3. PDRB Kabupa ten Sampa ng Tahun 2005-2008 (Sebelum Adanya J embatan Sur amadu) Menur ut lapangan usaha Atas Dasar Ha rga Konstan ( Rp. J uta )

Tahun Pr oduk Domestik Regional Br uto Per kembangan (% )

2005 2,348,490.10 3,01

2006 2,420,135.14 3,49

2007 2,522,087.47 4,21

2008 4,942,222.61 4.58

Sumber : BPS Jawa Timur ( diolah )

(52)

Tabel 4. PDRB Ka bupa ten Bangkalan Tahun 2009-2012 (Sesudah Adanya J embatan Sur amadu) Menur ut lapangan usaha Atas Dasar Ha rga Konstan ( Rp. J uta )

Tahun Pr oduk Domestik Regional Br uto Per kembangan (% )

2009 3,269,709.72 4.96

2010 3,447,581.93 5.44

2011 3,658,621.17 6.12

2012 3,891,566.84 6.37

Sumber : BPS Jawa Timur ( diolah )

(53)

Tabel 5. PDRB Kabupa ten Sampang Tahun 2009-2012 (Sesudah Adanya J embatan Sur amadu) Menur ut lapangan usaha Atas Dasar Ha rga Konstan ( Rp. J uta )

Tahun Pr oduk Domestik Regiona l Br uto Per kemba ngan (% )

2009 2,759,770.35 4,64

2010 2,907,197.05 5,34

2011 19,851,340.64 6,04

2012 37,127,552.14 6,12

Sumber : BPS Jawa Timur ( diolah )

Dari tabel diatas dapat dilihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sampang sesudah adanya Jembatan Suramadu pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 rata-rata mengalami peningkatan sebesar 5,53 %. Pada tahun 2009 Produk Domestik Regional Bruto sebesar Rp 2,759,770.35 juta atau meningkat sebesar 4,64 % pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar Rp 2,907,197.05 juta atau meningkat sebesar 5.34 %. Pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp 19,851,340.64 juta atau meningkat sebesar 6.04 %. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp37,127,552.14 juta atau meningkat sebesar 6.12%.

4.3. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.3.1 Analisis Location Quotient (LQ)

(54)

sektor-dan manakah yang termasuk bukan merupakan sektor basis. Hal tersebut dapat terlihat jika LQ menunjukkan angka lebih dari satu (LQ > 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Kemudian jika hasil menunjukkan angka kurang dari satu (LQ < 1) berarti sektor tersebut berarti bukan sektor basis. Hasil perhitungan Location Quotient Kabupaten Bangkalan selama 4 tahun ( sebelum adanya Jembatan Suramadu selengkapnya dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 6. Index Location Quotient (LQ) Kabupaten Bangka la n Sebelum Adanya J embatan Sur a ma du Tahun 2005-2008

SEKTOR /SUBSEKTOR 2005 2006 2007 2008 LQ

Pertambangan dan Penggalian 0,09

(NB)

Listrik, Gas dan Air Minum 0,04

(NB)

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,42

(B)

Angkutan dan Komunikasi 0,44

(NB)

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,28

(55)

Keterangan :

Bila nilai LQ lebih kecil atau sama dengan 1, menunjukkan bahwa sektor tersebut sektor non basis.

Bila nilai LQ lebih besar dari 1, menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah sektor basis.

Berdasarkan tabel diatas, Kabupaten Bangkalan sebelum adanya Jembatan Suramadu memiliki 2 sektor basis, sektor tersebut yaitu sektor pertanian dengan indeks LQ rata-rata 2,16, sektor basis terbesar kedua perdangangan, hotel dan restoran dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,49.

Sektor yang merupakan sektor bukan basis sebelum adanya jembatan Suramadu selama periode 2005-2008 terdapat 7 sektor, yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan indeks LQ rata-rata 0,10 ; sektor industri pengolahan dengan indeks LQ rata-rata 0,24 ; sektor listrik, gas dan air minum dengan indeks LQ rata-rata 0,05 ; sektor bangunan atau kontruksi dengan indeks LQ rata-rata 0,36 ; sektor angkutan dan komunikasi dengan indeks LQ rata-rata 0,46 ; sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan indeks LQ rata-rata 0,30 ; dan yang terakhir yaitu sektor jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata 0,86

(56)

Bangkalan, sektor non basis juga harus dikembangkan untuk menjadi sektor basis baru yang ditunjukkan dengan adanya sektor basis yang telah ada. Tabel 7. Index Location Quotient (LQ) Ka bupaten Sampang Sebelum

Pertambangan dan Penggalian 0.49

(NB)

Listrik, Gas dan Air Minum 0.02

(NB)

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.20

(B)

Angkutan dan Komunikasi 0.13

(NB)

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.19

(NB)

(57)

pertanian dengan indeks LQ rata-rata 2,90, sektor basis terbesar kedua perdagangan, hotel dan restoran dengan indeks LQ rata-rata sebesar 1,35.

Sektor yang merupakan sektor bukan basis sebelum adanya Jembatan Suramadu selama periode 2005-2008 terdapat 7 sektor, yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan indeks LQ rata-rata 0,52 ; sektor industri pengolahan dengan indeks LQ rata-rata 0,06 ; sektor listrik, gas dan air minum dengan indeks LQ rata-rata 0,02 ; sektor bangunan atau kontruksi dengan indeks LQ rata-rata 0,12 ; sektor angkutan dan komunikasi dengan indeks LQ rata-rata 0,14 ; sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan indeks LQ rata-rata 0,21 ; dan yang terakhir yaitu sektor jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata 0,68

(58)

Tabel 8. Index Location Quotient (LQ) Kabupaten Bangkalan Sesudah Adanya J embatan Sur a ma du Tahun 2009-2012

SEKTOR /SUBSEKTOR 2009 2010 2011 2012 LQ

Angkutan dan Komunikasi 0,47

(NB)

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,30

(NB)

(59)

Sektor yang merupakan sektor bukan basis sebelum adanya Jembatan Suramadu selama periode 2009-2012 terdapat 7 sektor, yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan indeks LQ rata-rata 0,11 ; sektor industri pengolahan dengan indeks LQ rata-rata 0,26 ; sektor listrik, gas dan air minum dengan indeks LQ rata-rata 0,05 ; sektor bangunan atau kontruksi dengan indeks LQ rata-rata 0,46 ; sektor angkutan dan komunikasi dengan indeks LQ rata-rata 0,50 ; sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan indeks LQ rata-rata 0,31 ; dan yang terakhir yaitu sektor jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata 0,96

(60)

Tabel 9. Index Location Quotient (LQ) Kabupaten Sampang Sesudah Adanya J embatan Sur ama du Tahun 2009-2012

SEKTOR /SUBSEKTOR 2009 2010 2011 2012 LQ

Pertambangan dan Penggalian 0.58

(NB)

Listrik, Gas dan Air Minum 0.03

(NB)

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.58

(B)

Angkutan dan Komunikasi 0.16

(NB)

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0.23

(NB)

(61)

Sektor yang merupakan sektor bukan basis sebelum adanya Jembatan Suramadu selama periode 2009-2012 terdapat 7 sektor, yaitu sektor pertambangan dan penggalian dengan indeks LQ rata-rata 0,62 ; sektor industri pengolahan dengan indeks LQ rata-rata 0,07 ; sektor listrik, gas dan air minum dengan indeks LQ rata-rata 0,03 ; sektor bangunan atau kontruksi dengan indeks LQ rata-rata 0,15 ; sektor angkutan dan komunikasi dengan indeks LQ rata-rata 0,17 ; sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan indeks LQ rata-rata 0,25 ; dan yang terakhir yaitu sektor jasa-jasa dengan indeks LQ rata-rata 0,80

Walaupun sektor basis merupakan sektor yang paling potensial untuk dikembangkan dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sampang, sektor non basis juga harus dikembangkan untuk menjadi sektor basis baru yang ditunjukkan dengan adanya sektor basis yang telah ada. 4.3.2 Analisis Shift – Share

Untuk menganalisis beberapa komponen perubahan regional maupun daerah yang mempengaruhi struktur ekonomi daerah digunakan pengujian

shift-share, dengan asumsi bahwa perubahan ekonomi suatu daerah

(62)

Dalam pengujian dengan analisis shift-share teknik analisis di bagi menjadi 3 komponen utama, yaitu Potensi Regional (PR) , Proportional Shift (PS) dan Differential Shift (DS) sebagai berikut.

4.3.2.1 Analisis Shift-share untuk Potensi Regional (PR)

Komponen Potensi Regional (PR) adalah banyaknya pertambahan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertambahan nasional selama periode studi.

Potensi Regional diperoleh dengan perhitungan.

Rumus

PRij =

{ - 1}

Dimana :

PRij = Potensi Regional sektor i sampai dengan sektor j

= PDRB Kabupaten sektor i sampai dengan sektor j pada Tahun dasar.

Y

t = PDRB Propinsi Jatim periode Tahun t

(63)

Tabel 10. Potensi Regional (PR) Kabupaten Bangkalan Sebelum ada nya J embatan Sur ama du Tahun 2005-2008

Sektor

2005-2006 2006-2007 2007-2008

PR </> ∆Q PR </> ∆Q PR </> ∆Q

Pertanian 57,995.96 > 23,408.90 64,699.82 > 10,235.70 61,386.28 < 75,470.73

Pertambangan 2,433.88 < 3,711.38 2,887.81 < 5,256.32 3,025.05 > 646.58

Industri 6,418.15 > 5,093.91 7,318.35 > 2,986.47 7,052.19 > 1,451.96

Listrik 1,227.50 < 2,495.11 1,495.85 > 687.72 1,446.04 > 299.19

Bangunan 8,193.46 < 20,524.44 10,229.45 < 27,496.62 11,243.01 > 7,607.51

Perdagangan 38,733.89 > 22,397.16 43,638.93 < 55,950.51 44,317.91 > 36,984.09

Angkutan 11,953.80 < 15,161.68 13,989.31 < 9,109.97 13,682.60 > 7,409.06

Keuangan 7,646.61 < 9,774.08 8,953.46 < 6,807.08 8,815.18 > 2,806.39

Jasa-jasa 21,907.04 < 27,005.84 25,588.05 > 23,520.75 25,434.47 > 13,459.82

Sumber : Lampiran 1, 2, 3 ( Diolah ) Ketera ngan :

• PR < Δ Q

Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung mendorong pertumbuhan Kabupaten.

• PR >Δ Q

(64)

Berdasarkan pada perhitungan di atas, jika dilihat dari nilai Potensi

Regionalnya pada tahun 2005-2006 sebelum adanya jembataan suramadu

sektor Pertanian, sektor industri pengolahan, sektor Perdagangan, memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti bahwa ke tiga sektor di Kabupaten Bangkalan tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Sedangkan enam sektor yang lain memiliki nilai Potensi Regional yang lebih kecil dari ∆Q , artinya enam sektor lainnya yang ada di Kabupaten Bangkalan cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

Sedangkan pada tahun 2006-2007 empat sektor yang memiliki nilai

Potensi Regional lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti sektor tersebut

pertumbuhannya cenderung menghambat pertumbuhanh PDRB di Jawa Timur. Senangkan lima sektor yang lain memiliki nilai Potensi Regional lebih kecil dari ∆Q, yang artinya sektor tersebut cenderung mempercepat laju pertumbuhan PDRB Jawa Timur.

(65)

pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Sedangkan pertanian sektor yang lain memiliki nilai Potensi Regional yang lebih kecil dari ∆Q , sektor pertanian yang ada di Kabupaten Bangkalan cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

Tabel 11. Potensi Regional (PR) Kabupaten Sampang Sebelum ada nya J embatan Sur a ma du Tahun 2005-2008

Sektor

2005-2006 2006-2007 2007-2008

PR </> ∆Q PR </> ∆Q PR </> ∆Q

Pertanian 68,086.88 > 19,421.96 68,086.88 > 19,421.96 71,110.06 > 25,788.89

Pertambangan 11,637.62 > 7,704.78 11,637.62 > 7,704.78 13,133.01 < 13,546.61

Industri 1,371.64 > 1,043.02 1,371.64 > 1,043.02 1,544.21 > 1,495.66

Listrik 512.38 > 445.98 512.38 > 445.98 579.39 > 557.10

Bangunan 2,720.92 < 1,591.09 2,720.92 < 1,591.09 3,008.34 > 2,485.01

Perdagangan 27,957.16 < 43,858.47 27,957.16 > 43,858.47 34,620.54 < 43,311.86

Angkutan 3,064.09 < 3,760.20 3,064.09 < 3,760.20 3,593.06 > 4,195.76

Keuangan 4,600.06 > 4,554.01 4,600.06 > 4,554.01 5,278.25 > 5,466.64

Jasa-jasa 15,145.78 > 9,265.54 15,145.78 > 9,265.54 16,972.75 < 18,571.03

Sumber : Lampiran 1, 2, 3, ( Diolah ) Ketera ngan :

• PR < Δ Q

(66)

Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan menghambat pertumbuhan Kabupaten.

Berdasarkan pada perhitungan di atas, jika dilihat dari nilai Potensi

Regionalnya tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 sektor Pertanian, Sektor

Pertambangan dan Penggalian, sektor industri pengolahan, sektor Listrik, Gas dan air bersih, sektor Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti bahwa ke enam sektor di Kabupaten Sampang tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Sedangkan tiga sektor yang lain memiliki nilai Potensi Regional yang lebih kecil dari ∆Q , artinya tiga sektor yang ada di Kabupaten Sampang cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

Potensi Regional Pada tahun 2006 sampan dengan tahun 2007 tujuh

sektor yang memiliki nilai lebih besaar dari ∆Q yang artinya sektor tersebut cenderung menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur, sedangkan dua sektor yang lainnya memiliki nilai lebih kecil dari ∆Q artinya sektor tersebut cenderung untuk mempercepat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

Potensi Regional pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 sektor

(67)

Regional yang lebih kecil dari ∆Q , artinya tiga sektor yang ada di Kabupaten

Sampang cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

Tabel 12. Potensi Regional (PR) Kabupaten Bangkalan Sesudah ada nya J embatan Sur ama du Tahun 2009-2012

Sektor

2009-2010 2010-2011 2011-2012

PR </> ∆Q PR </> ∆Q PR </> ∆Q

Pertanian 77,731.01 > 38,334.11 86,801.32 > 26,663.57 89,388.47 > 21,806.61

Pertambangan 3,445.85 > 871.80 3,788.22 < 3,837.52 4,095.54 < 4,708.30

Industri 8,338.49 > 8,130.56 9,601.50 > 8,016.70 10,256.12 > 9,010.19

Listrik 1,690.20 > 921.34 1,893.76 > 1,795.77 2,038.48 > 1,934.29

Bangunan 13,772.18 < 15,309.75 15,993.97 < 31,892.54 18,432.34 < 38,560.96

Perdagangan 56,311.67 < 75,853.72 66,352.74 < 84,482.98 72,991.15 < 98,447.67

Angkutan 15,950.19 > 13,091.72 18,188.53 > 14,023.99 19,344.09 > 14,804.37

Keuangan 10,251.64 > 4,743.24 11,425.34 > 9,629.52 12,210.85 > 10,506.19

Jasa-jasa 30,783.42 > 20,615.96 34,767.71 > 30,696.67 37,259.38 > 33,167.10

Sumber : Lampiran 1, 2, 3 ( Diolah ) Keterangan :

• PR < Δ Q

(68)

Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan menghambat pertumbuhan Kabupaten.

Berdasarkan pada perhitungan di atas, jika dilihat dari nilai Potensi

Regionalnya pada tahun 2009 sampai dengan 2010 sektor Pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa, memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti bahwa ke tujuh sektor di Kabupaten Bangkalan tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Sedangkan dua sektor yang lain memiliki nilai Potensi Regional yang lebih kecil dari ∆Q , artinya dua sektor yang ada di Kabupaten Bangkalan cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

Potensi Regional pada tahuan 2010 sampai dengan 2011 enam sektor

yang memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti bahwa ke enam sektor di Kabupaten Bangkalan tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Tiga sektor yang lain memiliki nilai Potensi Regional yang lebih kecil dari ∆Q , artinya tiga sektor yang ada di Kabupaten Bangkalan cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

(69)

sektor di Kabupaten Bangkalan tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Tiga sektor yang lain memiliki nilai Potensi Regional yang lebih kecil dari ∆Q , artinya tiga sektor yang ada di Kabupaten Bangkalan cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

Tabel 13. Potensi Regional (PR) Kabupaten Sampang Sesudah ada nya J embatan Sur a ma du Tahun 2009-2012

Sektor

2009-2010 2010-2011 2011-2012

PR </> ∆Q PR </> ∆Q PR </> ∆Q

Pertanian 82,988.99 > 27,001.36

91,667.81 > 37,456.66 95,076.07 > 48,678.97

Pertambangan 16,648.53 > 13,931.80

19,004.13 < 20,302.23 20,622.26 > 15,249.53

Perdagangan 45,414.24 < 66,099.37

(70)

Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung mendorong pertumbuhan Kabupaten.

• PR >Δ Q

Maka pertumbuhan produksi di daerah tersebut cenderung akan menghambat pertumbuhan Kabupaten.

Berdasarkan pada perhitungan di atas, jika dilihat dari nilai Potensi

Regionalnya pada tahun 2009 sampai dengan 2010 sektor Pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor Listrik, Gas dan air bersih, sektor jasa-jasa, memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti bahwa ke enam sektor di Kabupaten Sampang tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Sedangkan empat sektor yang lain memiliki nilai Potensi Regional yang lebih kecil dari ∆Q , artinya empat sektor yang ada di Kabupaten Sampang cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

Potensi Regional pada tahun 2010 sampai dengan 2011 lima sektor

memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti bahwa ke lima sektor di Kabupaten sampang tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Keempat sektor yang lain memiliki nilai

(71)

Kabupaten Sampang cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

Potensi Regional pada tahun 2011 sampai dengan 2012 lima sektor

memiliki nilai lebih besar dari ∆Q yang memiliki arti bahwa ke lima sektor di Kabupaten sampang tersebut pertumbuhannya cenderung untuk menghambat pertumbuhan PDRB di Jawa Timur. Keempat sektor yang lain memiliki nilai

Potensi Regional yang lebih kecil dari ∆Q , artinya empat sektor yang ada di

Kabupaten Sampang cenderung untuk mempercepat laju pertumbuhan PDRB di Jawa Timur.

4.3.2.2Uji Analisis Shift-share untuk Proportional Shift (PS)

Proportional Shift adalah komponen yang mengukur besarnya shift

regional netto yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor industri di

daerah yang bersangkutan. Dibawah ini adalah hasil data yang telah dengan

Shift Share, dan hasil perhitungan Proportional Shift diperoleh dengan

perhitungan rumus sebagai berikut. Runus

PSij =

{ - }

(72)

Y

t = PDRB Propinsi Jatim periode Tahun t

Y

0= PDRB Propinsi Jatim periode Tahun dasar

= PDRB Propinsi Jatim sektor i pada Tahun t = PDRB Propinsi Jatim sektor i pada Tahun dasar

= PDRB Kabupaten sektor i sampai dengan sektor j pada Tahun dasar Tabel 14. Proportional Shift Kabupaten Bangkalan Sebelum ada nya

J embatan Sur a ma du Tahun 2005-2008

SEKTOR

2005-2006 2006-2007 2007-2008 PS </> PS </> PS </> Pertanian -34,587.06 < 0 -56,648.99 < 0 14,084.45 > 0 Pertambangan dan Penggalian 1,277.50 > 0 2,334.05 > 0 -2,378.47 < 0 Industri Pengolahan -1,324.24 < 0 414.81 > 0 -5,600.23 < 0 Listrik, Gas dan Air Minum 1,267.61 > 0 -3,998.16 < 0 -1,146.85 < 0 Bangunan 12,330.98 > 0 448.27 > 0 -3,635.50 < 0 Perdagangan, Hotel dan Restoran -16,336.73 < 0 -23,345.04 < 0 -7,333.82 < 0 Angkutan dan Komunikasi 3,207.88 > 0 28,785.46 > 0 -6,273.54 < 0 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 2,127.47 > 0 8,489.86 > 0 -6,008.79 < 0 Jasa-jasa 5,098.80 > 0 49,900.08 > 0 -11,974.65 < 0

Sumber : Lampiran 1, 2, 3 ( Diolah ) Ketera ngan :

• PS < 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat Kabupaten

• PS > 0

(73)

Berdasarkan pada perhitungan tahun 2005 sampai denaga tahun 2008 untuk Kabupaten Bangkalan Sebelum adanya jembatan Suramadu jika dilihat dari nilai Proportional Shiftnya jika dibandingkan dengan nol (0) beberapa sektornya memiliki nilai yang lebih kecil dari nol atau memiliki nilai negatif (-), sedangkan sektor lainnya memiliki nilai lebih besar dari nol atau bernilai positif (+). Pada tahun 2005-2006 Sektor-sektor yang memiliki nilai lebih kecil dari nol atau negatif terdapat tiga sektor yang tergolong lambat pertumbuhannya di tingkat Profinsi Jawa Timur. enam sektor yang lain pada Kabupaten Bangkalan adalah sektor-sektor yang relatif cepat pertumbuhannya dan dapat mendorong PDRB Jawa Timur. Tetapi jika dilihat dari semua sektor yang pertumbuhannya relatif cepat, sektor bangunan lah yang memiliki nilai paling tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di kabupaten Bangkalan sektor bangunan lah yang menjadi sektor yang paling cepat tumbuhnya di propinsi Jawa Timur.

Proportional Shift Pada tahun 2006-2007 Sektor-sektor yang memiliki

nilai lebih kecil dari nol atau negatif terdapat tiga sektor yang tergolong lambat pertumbuhannya di tingkat Profinsi Jawa Timur. enam sektor yang lain pada Kabupaten Bangkalan adalah sektor-sektor yang relatif cepat pertumbuhannya dan dapat mendorong PDRB Jawa Timur.

(74)

lambat pertumbuhannya di tingkat Profinsi Jawa Timur. satu sektor yang lain pada Kabupaten Bangkalan adalah sektor-sektor yang relatif cepat pertumbuhannya dan dapat mendorong PDRB Jawa Timur.

Tabel 15. Proportional Shift Kabupaten Sampang Sebelum adanya J embatan Sur a ma du Tahun 2005-2008

SEKTOR

2005-2006 2007-2008 2007-2008 PS </> PS </> PS </> Pertanian -50,298.49 < 0 -66,059.23 < 0 -45,321.17 < 0 Pertambangan dan Penggalian -4,212.05 < 0 10,647.00 > 0 413.60 > 0 Industri Pengolahan -361.53 < 0 88.49 > 0 -48.55 < 0 Listrik, Gas dan Air Minum -78.69 < 0 -1,568.24 < 0 -22.29 < 0 Bangunan -1,195.11 < 0 134.38 > 0 -523.33 < 0 Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,230.55 > 0 -17,786.81 < 0 8,691.32 > 0 Angkutan dan Komunikasi 622.59 > 0 7,362.09 > 0 602.70 > 0 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan -156.42 < 0 5,027.82 > 0 188.39 > 0 Jasa-jasa -6,243.62 < 0 33,339.20 > 0 1,598.28 > 0

Sumber : Lampiran 1, 2, 3 ( Diolah ) Ketera ngan :

• PS < 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat Kabupaten

• PS > 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif cepat di tingkat Kabupaten

(75)

2005-2006 terdapat tujuh sektor yang tergolong lambat pertumbuhannya di tingkat Propinsi Jawa Timur. Jadi dua sektor yang lain pada Kabupaten Sampang adalah sektor-sektor yang relatif cepat pertumbuhannya dan dapat mendorong PDRB Jawa Timur. Tetapi jika dilihat dari semua sektor yang pertumbuhannya relatif cepat, sektor perdagangan, hotel dan restoran lah yang memiliki nilai paling tinggi.

Proportional Shift Pada tahun 2006-2007 terdapat tiga sektor yang

tergolong lambat pertumbuhannya di tingkat Propinsi Jawa Timur. Jadi keenam sektor yang lain pada Kabupaten Sampang adalah sektor-sektor yang relatif cepat pertumbuhannya dan dapat mendorong PDRB Jawa Timur. Tetapi jika dilihat dari semua sektor yang pertumbuhannya relatif cepat, sektor jasa-jasa lah yang memiliki nilai paling tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di kabupaten Sampang sektor perdagangan, hotel dan restoran lah yang menjadi sektor yang paling cepat tumbuhnya di Propinsi Jawa Timur.

Proportional Shift Pada tahun 2007-2008 terdapat empat sektor yang

(76)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa di kabupaten Sampang sektor perdagangan, hotel dan restoran lah yang menjadi sektor yang paling cepat tumbuhnya di Propinsi Jawa Timur.

Tabel 16. Proportional Shift Kabupaten Bangkalan Sesudah ada nya J embatan Sur ama du Tahun 2009-2012

SEKTOR

2009-2010 2010-2011 2011-2012 PS </> PS </> PS </> Pertanian -51,741.97 < 0 -56,366.50 < 0 -39,192.80 < 0 Pertambangan dan Penggalian 1,294.74 > 0 -599.08 < 0 -2,578.52 < 0 Industri Pengolahan -2,938.93 < 0 -1,532.84 < 0 -470.08 < 0 Listrik, Gas dan Air Minum -61.50 < 0 -254.47 < 0 -130.18 < 0 Bangunan -68.11 < 0 4,211.22 > 0 951.19 < 0 Perdagangan, Hotel dan Restoran 33,726.87 > 0 23,796.46 > 0 33,938.17 > 0 Angkutan dan Komunikasi 8,118.49 > 0 10,643.71 > 0 7,903.04 > 0 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 907.87 > 0 1,526.80 > 0 2,236.34 > 0 Jasa-jasa -10,781.07 < 0 -10,312.35 < 0 -8,234.19 > 0

Sumber : Lampiran 1, 2, 3 ( Diolah ) Ketera ngan :

• PS < 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat Kabupaten

• PS > 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif cepat di tingkat Kabupaten

(77)

2009-2010 terdapat lima sektor yang tergolong lambat pertumbuhannya di tingkat Profinsi Jawa Timur. Jadi empat sektor yang lain pada Kabupaten Bangkalan adalah sektor-sektor yang relatif cepat pertumbuhannya dan dapat mendorong PDRB Jawa Timur. Tetapi jika dilihat dari semua sektor yang pertumbuhannya relatif cepat, sektor perdagangan, hotel dan restoran lah yang memiliki nilai paling tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di kabupaten Bangkalan sektor perdagangan, hotel dan restoran lah yang menjadi sektor yang paling cepat tumbuhnya di propinsi Jawa Timur.

Proportional Shift pada tahun 2010-201 terdapat lima sektor yang

tergolong lambat pertumbuhannya di tingkat Profinsi Jawa Timur. Jadi empat sektor yang lain pada Kabupaten Bangkalan adalah sektor-sektor yang relatif cepat pertumbuhannya dan dapat mendorong PDRB Jawa Timur.

Proportional Shift pada tahun 2011-2012 terdapat lima sektor yang

(78)

itu sendiri. Karena sektor perdagangan, hotel dan restoran tersebut tumbuh relatif di tingkat Kabupaten.

Tabel 17. Proportional Shift Kabupaten Sampang Sesuda h ada nya J embatan Sur ama du Tahun 2009-2012

SEKTOR

2009-2010 2010-2011 2011-2012

PS </> PS </> PS </> Pertanian -55,241.96 < 0 -59,526.67 < 0 -49,470.65 < 0 Pertambangan dan Penggalian 6,255.47 > 0 -3,005.35 < 0 -14,672.02 < 0 Industri Pengolahan -678.77 < 0 -351.30 < 0 -298.22 < 0 Listrik, Gas dan Air Minum -26.58 < 0 -112.51 < 0 -130.55 < 0 Bangunan -18.88 < 0 1,183.29 > 0 -149.57 < 0 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 27,200.05 > 0 19,318.84 > 0 22,857.92 > 0 Angkutan dan Komunikasi 2,328.61 > 0 3,113.44 > 0 1,851.14 > 0 Keuangan, Persewaan dan

Jasa Perusahaan 587.02 > 0 1,024.03 > 0 839.25 > 0 Jasa-jasa -7,530.97 < 0 -7,343.53 < 0 -8,072.29 < 0

Sumber : Lampiran 1, 2, 3 ( Diolah ) Ketera ngan :

• PS < 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif lambat di tingkat Kabupaten

• PS > 0

Maka sektor tersebut tumbuh relatif cepat di tingkat Kabupaten

(79)

2009-2010 terdapat lima sektor yang tergolong lambat pertumbuhannya di tingkat Profinsi Jawa Timur. Jadi empat sektor yang lain pada Kabupaten Sampang adalah sektor-sektor yang relatif cepat pertumbuhannya dan dapat mendorong PDRB Jawa Timur. Tetapi jika dilihat dari semua sektor yang pertumbuhannya relatif cepat, sektor perdagangan, hotel dan restoran lah yang memiliki nilai paling tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa di kabupaten Sampang sektor perdagangan, hotel dan restoran lah yang menjadi sektor yang paling cepat tumbuhnya di propinsi Jawa Timur.

Proportional Shift pada tahun 2010-2011 terdapat lima sektor yang tergolong lambat pertumbuhannya di tingkat Profinsi Jawa Timur. Jadi empat sektor yang lain pada Kabupaten Sampang adalah sektor-sektor yang relatif cepat pertumbuhannya dan dapat mendorong PDRB Jawa Timur. Tetapi jika dilihat dari semua sektor yang pertumbuhannya relatif cepat, sektor perdagangan, hotel dan restoran lah yang memiliki nilai paling tinggi.

Proportional Shift pada tahun 2010-2011 terdapat enam sektor yang

Gambar

Gambar 1. Kerangka konseptual, analisis Dampak Suramadu terhadap
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur Atas Dasar
Tabel 4. PDRB Kabupaten Bangkalan Tahun 2009-2012 (Sesudah
Tabel 6. Index Location Quotient (LQ) Kabupaten Bangkalan Sebelum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian ekstrak kunyit dapat menurunkan inflamasi pada reaksi alergi, ditandai dengan rerata jumlah eosinofil di jaringan peribronkhial paru pada kelompok

In the case of the story of Liang Shanbo 梁山伯 and Zhu Yingtai 祝英台 , where we have seen the publication of large compilations of materials, the projects seems to have had

(n) Jika apa-apa jumlah wang itu hendaklah kena dibayar oleh Pelanggan dan atau mana-mana Pihak Pencagar dan atau mana-mana penjamin (secara kolektif, “Penanggung Obligasi”)

Semakin tinggi kompleksitas lingkungan maka diversifikasi yang dilakukan perbankan se- makin menjauhi (meninggalkan) fungsi utama bank atau kegiatan bisnis bank cenderung

Jumlah Saham yang ditawarkan 412.981.464 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai Nominal Rp.

Berdasarkan pembahasan penelitian, sesuai dengan rumusan masalah, serta tujuan penelitian gaya bahasa kiasan dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dapat disimpulkan

KABUPATEN BULELENG REKAPITULASI KARTU INVENTARIS BARANG (KIB) B. PERALATAN

[r]