• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Valuestream Internasional, Bandung menggunakan Balanced Scorecard)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Perusahaan (Studi Kasus Pada PT. Valuestream Internasional, Bandung menggunakan Balanced Scorecard)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH STRATEGI BISNIS

DAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

(Studi Kasus Pada PT. Valuestream Internasional, Bandung menggunakan Balanced Scorecard)

ANALYSIS OF INFLUENCE BUSINESS STRATEGY AND INFORMATION TECHNOLOGY STRATEGY TO COMPANY PERFORMANCE IN BANDUNG (Case Study Used Balanced Scorecard of PT. Valuestream International, Bandung )

oleh Hendri Mulyadi

61.101.11.049

TESIS

Untuk memenuhi salah satu syarat Guna memperoleh gelar Magister Manajemen

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS PASCA SARJANA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)

vii

ABSTRACT ii

ABSTRAK iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR DIAGRAM xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 11

1.2.1 Identifikasi masalah 11

1.2.2 Rumusan Masalah 12

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 13

1.3.1 Maksud Penelitian 13

1.3.2 Tujuan Penelitian 13

1.4 Kegunaan Penelitian 14

1.4.1 Kegunaan Praktis 14

1.4.2 Kegunaan Akademis 14

1.5 Pembatasan Masalah 15

(3)

viii BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Bisnis 17

2.1.1 Distinctive Competence 18

2.1.2 Competitive Advantage 19

2.2 Strategi Teknologi Informasi 20

2.2.1 Pengertian Strategi Teknologi Informasi 20

2.2.2 IT Balanced Scorecard 22

2.3 Kinerja Perusahaan 24

2.3.1 Pengertian Kinerja 24

2.3.1.1 Metode Pengukuran Kinerja Perusahaan 25

2.3.1.2 Tujuan Pengukuran Kinerja 28

2.3.1.3 Manfaat Pengukuran Kinerja 28

2.3.2 Balanced Scorecard 29

2.3.2.1 Sejarah Balanced Scorecard 29

2.3.2.2 Pengertian Balanced Scorecard 33

2.3.2.3 Proses Penyusunan Balanced Scorecard 35

2.3.2.4 Manfaat Balanced Scorecard 35

2.3.2.5 Komponen-Komponen Balanced Scorecard 36

2.3.2.6 Keunggulan Balanced Scorecard 45

2.4 Hubungan Antar Variabel 45

2.4.1 Hubungan Strategi Bisnis dan Kinerja 46

2.4.2 Hubungan Strategi Teknologi Informasi dan Kinerja 47 2.4.3 Hubungan Strategi Bisnis, Strategi Teknologi Informasi

dan Kinerja 47

(4)

ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Metodologi Penelitian 52

3.2 Operasional Variabel 53

3.3 Sumber Cara Penentuan Data 55

3.3.1 Data Primer 56

3.3.2 Data Sekunder 56

3.4 Cara Menetukan Data 56

3.5 Teknik Pengumpulan Data 57

3.5.1 Teknik Pengujian Penelitian 60

3.5.1.1 Uji Validitas 60

3.5.1.2 Uji Reabilitas 61

3.6 Rancangan Analisis Data 62

3.6.1 Rancangan Analisis Data 62

3.6.2 Pengujian Hipotesis 72

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Perusahaan 80

4.2 Profil Responden 94

4.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 95

4.2.2 Responden Berdasarkan Jenis Usia 95

4.3 Deskripsi Variabel Penelitian 96

4.3.1 Deskriptif Variabel Strategi Bisnis 97

(5)

x

4.3.1.2 Differentiation 102

4.3.1.3 Focus 103

4.3.2 Deskriptif Variabel Strategi Teknologi Informasi 104

4.3.2.1 Kontribusi Bisnis 107

4.3.2.2 Orientasi Pengguna 108

4.3.2.3 Keunggulan Operasi 109

4.3.2.4 Orientasi Masa Depan 110

4.3.3 Deskriptif Variabel Kinerja Perusahaan 110

4.3.3.1 Perspektif Keuangan 113

4.3.3.2 Perspektif Konsumen 114

4.3.3.3 Perspektif Internal Proses 115

4.3.3.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 116

4.3.4 Pengujian Hipotesis 117

4.3.4.1 Uji Kecocokan Model 118

4.3.4.2 Persamaan Struktural dan Diagram Jalur 120

4.3.4.3 Uji Kesesuaian Model 120

4.3.4.4 Uji Kecocokan Model Pengukuran 123

4.3.4.5 Uji Hipotesis 126

4.3.4.6 Hubungan Korelasi Antar Variabel 130

4.3.4.7 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total 131 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 133

(6)
(7)

136

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, R.N & Govindajaran, V. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen buku 1 dan 2. Jakarta: Salemba Empat

Grembergan, W. Van. 1997. Measuring and Improving Corporate Information Technology Through The Balanced Scorecard. Belgium:University of Antwerp

Hunger, J David.2003. Manajemen Strategis.Yogyakarta: Andi

Hutabarat, J dan M.Huseini.2006. Manajemen Straregik Kontemporer. Operasionalisasi Strategi. Jakarta:Elex Media Komputindo

Kaplan, Robert S. & David P. 2004. Strategy Maps: Converting Intangible Assets into Tangible Outcomes. Boston:Harvard Business School Publishing Corp

Keyes, Jessica. 2005. Implementing The IT Balanced Scorecard. Taylor & francis Group. Boca Raton

Mulyadi. 2005. Sistem Manajemen Stratejik Berbasis Balanced Scorecard. Yogyakarta:UPP-AMP YKPN

Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Kedelapan. Liberty: Yogyakarta.

Porter, Michael E. 1990. keunggulan bersaing menciptkan dan mempertahankan kinerja unggul. Jakarta: Erlangga

Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

Sarwono, Jonathan. 2010. Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Yogyakarta:CV.Andi Offset

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung :Alfabeta

(8)

137

Umar, Husein. 2002. Strategic Management In Action. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta

Wahyuni & Tangkilisan . H.N. 2005. Balanced Scorecard Untuk Manajemen Publik. Yogyakarta: YPAPI

Ward, John & Peppard. Joe. 2003. Strategic Planning for Information System. West Sussex: John Wiley & Sons. Ltd.

Wijaya, Rahmadi.2007. Analisis Model IT Menggunakan Balanced Scorecard Untuk Pengembangan Sistem Teknologi Informasi. Jurnal Sistem Informasi. 3-7. Universitas Maranatha Bandung

Yuwono, Sony. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard : Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.

Irawan Afrianto. Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Kantor Direksi PT. X). Majalah Ilmiah Unikom vol 9.

Itami. H.. dan Numagami. T. (1992). Dynamic Interaction Between Strategy and Technology. Strategic Management Journal 13 (Winter. 1992).

Oo Harsono.2010. Pengaruh Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi Terhadap Kinerja Lembaga Pendidikan : Studi Kasus Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu. Jurnal Telematika Mkom. Vol 2 No.1. Maret 2010.

Pulungan P. 2013. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan. Strategi bisnis dan Kebijakan Teknologi terhadap Kinerja perusahaan : Studi Empirik Perusahaan Tekstil dan Garmen Indonesia. Journal of Business and Entrepreunership Vol. 1. No 1. Januari. 2013.

http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/35216-spansion_ikut_ajukan-proteksi_bangkrut

(9)

138

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae

Data Pribadi / Personal Details

Nama / Name : Hendri Mulyadi

Alamat / Address : Jl.Soekarno Hatta no 320 B Kode Post / Postal Code : 40233

Nomor Telepon / Phone : 087822836976

Email : hendri_ghazali@yahoo.co.id

Jenis Kelamin / Gender : Laki-laki

Tgl Kelahiran / Date of Birth : Padang, 04 Juli 1987 Status Marital / Marital Status : Belum Kawin

Warga Negara / Nationality : WNI

Agama / Religion : Islam

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan Educational and Professional Qualification

Jenjang Pendidikan :

Education Information

Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jenjang

1993 - 1999 SDN HALIMUN III BANDUNG 6 TAHUN

1999 - 2002 SLTP NEGERI 34 BANDUNG 3 TAHUN

2002 - 2005 SMA NEGERI 22 BANDUNG 3 TAHUN

2005 - 2009 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA S1 2012 - 2014 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA S2

Pengalaman Organisasi

1. Ketua LDK UMMI UNIKOM 2007 - 2009

2. Ketua Majelis Syura LDK UMMI UNIKOM 2010 - 2011

(10)

139

4. Seminar Jakarta International Conference of Muslim Intellectuals (JICMI) 2013

Riwayat Pengalaman Kerja Summary of Working Experience

Tahun : 2009-2012

Instansi / Perusahaan : PT. Valuestream Internasional

Posisi : Team Leader Management Agent Loket

(11)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang setia membimbing hamba-hamba-Nya. Atas bantuan dan tuntunan-Nya penyusunan tesis dengan judul “ANALISIS PENGARUH STRATEGI BISNIS DAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DI BANDUNG (Studi Kasus Pada PT. Valuestream Internasional Bandung menggunakan Balanced Scorecard)” dapat diselesaikan.

Penyusun telah berusaha menampilkan tesis ini dalam kondisi yang terbaik dan setepat mungkin, namun karena keterbatasan dan kelemahan yang ada, pasti

terbuka kemungkinan kesalahan. Untuk itu penyusun mengharap masukan positif dari semua pihak untuk perbaikan tesis ini.

Dengan penuh kerendahan hati, penyusun menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada kepada orang tua dan keluarga serta semua pihak yang langsung maupun tidak langsung, turut andil dan memotivasi penyelesaian

tesis ini, antara lain kepada :

1. Rektor Universitas Komputer Indonesia Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto

Soegoto yang telah memberi kesempatan kepada penyusun untuk dapat belajar dan menggali ilmu pada almamater yang beliau pimpin.

2. Dekan Fakultas Pascasarjana Universitas Komputer Indonesia Dr. Ir. Herman

S. Soegoto, MBA., yang telah mendorong penyusun dan juga mahasiswa pada umumnya agar mampu mengembangkan keilmuan khususnya tentang

(12)

v

4. Bapak Dr. Ir. Herman S Soegoto, MBA., Selaku Pembimbing yang telah berusaha dengan sabar dan cermat membimbing dan mengarahkan penyusun

untuk menyelesaikan penelitian ini.

5. Ibu Dr. Rahma Wahdiniwaty, Dra., M.Si., selaku penguji pertama 6. Bapak Dr.Ir. H. Iman Santoso, SE., MM.,MBA., selaku penguji kedua

7. Seluruh Dosen Magister Manajemen Universitas Komputer Indonesia.

8. Bapak Zamrudin Solichin, Bapak Baqir Almaliki dan Bapak Slamet Puji

Santuso selaku Pimpinan PT. Valuestream Internasional.

9. Seluruh karyawan PT. Valuestream Internasional yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.

10.Ibunda tercinta, Ayahanda tercinta, kakak-kakak dan seluruh keluarga tercinta yang tak henti-hentinya mendukung penyusun secara materil maupun spirituil

agar segera menyelesaikan tesis ini.

11.Rekan-rekan MM 1 BU maupun MM 2 BU yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini terutama untuk iffan dan agil yang telah banyak

membantu penulis.

12.Rekan-rekan LDK UMMI UNIKOM yang telah membantu dan memotivasi

penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

(13)

vi

Tiada balasan yang dapat penulis berikan selain do’a dan ucapan terima

kasih yang sebanyak-banyaknya. Semoga ALLAH SWT menerima amal baik dan memberi balasan yang setimpal atas segala jerih payahnya.

Akhirnya, semoga tesis ini membawa manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Penyusun

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Bisnis

Ada banyak pendapat mengenai strategi baik dari para ahli, peneliti maupun praktisi. Strategi secara sederhana dapat diartikan sebagai alat mencapai

tujuan. Strategi juga dipandang sebagai arah atau pandangan yang akan dilaksanakan dan pola kerja yang akan diterapkan oleh suatu perusahaan.

Menurut Porter strategi adalah alat untuk mencapai keunggulan bersaing (1990: 6)

Menurut Chandler (2000 : 3) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.

Strategi adalah penentu alat keberhasilan perusahaan, namun pembuatan

keputusan tentang strategi bukanlah hal mudah karena perlu memperhatikan beberapa kondisi lingkungan yang melatarbelakangi. kinerja sebuah strategi tidak

semata-mata ditentukan oleh bagaimana implementasi strategi dilakukan secara terus menerus, tetapi juga ditentukan oleh seberapa baik proses yang menyertai

pengembangan strategi tersebut.

Menurut Porter ada dua jenis dasar competitive advantage yang bisa dimiliki oleh perusahaan yaitu low cost dan differentiation. Atas dasar itu ada tiga

(15)

18

differentiation dan focus. Ditambah dengan dua variasi dari strategi focus yaitu: cost focus dan differentiation focus.

2.1.1 Distinctive Competence

Distinctive Competence, yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan

agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Suatu perusahaan yang memiliki kekuatan yang tidak mudah ditiru oleh perusahaan pesaing dipandang sebagai perusahaan yang memiliki distinctive competence. Distinctive competence menjelaskan kemampuan spesifik suatu organisasi. Menurut Day dan Wensley (Rangkuti, 2000, 5) identifikasi distinctive competence dalam suatu organisasi meliputi:

• Keahlian tenaga kerja • Kemampuan sumber daya

Dua faktor tersebut menyebabkan perusahaan ini dapat lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Keahlian sumber daya manusia yang tinggi muncul dari kemampuan membentuk fungsi khusus yang lebih efektif dibanding

pesaing. Dengan memiliki kemampuan melakukan riset pemasaran yang lebih baik, perusahaan dapat mengetahui secara tepat semua keinginan konsumen

sehingga dapat menyusun strategi-strategi pemasaran yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Semua kekuatan tersebut dapat diciptakan melalui penggunaan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan.

(16)

2.1.2 Competitive Advantage

Dengan kemajuan teknologi yang tidak dapat dibendung maka suatu

produk perusahaan akan tambah berkembang sampai pada suatu titik, dimana produk tersebut nantinya akan sulit dibedakan antara satu dengan lainnya. Agar

menang dalam suatu persaingan, maka dalam memasarkan produk saat ini produsen tidak hanya berdasarkan pada kualitas produk saja, tetapi juga tergantung pada strategi yang umumnya digunakan perusahaan yaitu orientasi

pasar dan inovasi serta orientasi kewirausahaan.

Competitive Advantage, adalah kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. K eunggulan bersaing merupakan hasil dari implementasi strategi yang memanfaatkan berbagai sumberdaya yang diiniliki perusahaan. Pendapat yang

serupa juga dikemukakan oleh Porter ( 1990 : 6 ) menjelaskan bahwa

“keunggulan bersaing adalah jantung kinerja pemasaran untuk menghadapi persaingan. Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam pasarnya. Strategi ini harus didesain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus sehingga perusahaan dapat mendoininasi baik dipasar maupun pasar baru”.

Hal ini didukung oleh pendapat Styagraha ( 1994) menyatakan bahwa : “keunggulan bersaing adalah kemampuan suatu badan usaha untuk memberikan nilai lebih terhadap produknya dibandingkan para pesaingnya dan nilai tersebut memang mendatangkan manfaat bagi pelanggan”.

Keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan

(17)

20

yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing yaitu:

1. Cost leadership, perusahaan dapat lebih memperoleh

keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya jika dapat memberikan harga jual yang lebih murah daripada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai/kualitas

produk yang sama. Harga jual yang lebih rendah dapat dicapai oleh perusahaan tersebut karena memanfaatkan skala ekonomis,

efisiensi produksi, penggunaan teknologi, dan sebagainya.

2. Diferensiasi, perusahaan dapat melakukan strategi diferensiasi dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada

konsumennya.

3. Fokus, strategi fokus juga dapat diterapkan untuk memperoleh

keunggulan bersaing sesuai dengan segmentasi dan pasar sasaran yang diharapkan.

2.2 Strategi Teknologi Informasi

2.2.1 Pengertian Strategi Teknologi informasi

Teknologi informasi merupakan suatu konsep utama yang berhubungan dengan teknologi yang nantinya akan mendukung suatu sistem. teknologi

(18)

Pengertian strategi teknologi informasi menurut Ward dan Peppard (2002:3),

“Teknologi informasi menunjuk pada spesifikasi mengenai teknologi, khususnya hardware, software dan jaringan telekomunikasi yang memfasilitasi dan mendukung proses pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan pertukaran informasi.”

Sedangkan menurut O’Brien (2005:9),

“Teknologi informasi meliputi konsep-konsep utama, pengembangan dan berbagai isu manajemen teknologi informasi yaitu hardware, software, jaringan, manajemen data dan banyak teknologi berbasis internet.”

Sedangkan Menurut Laudon (2004: 91),

“Strategi sistem informasi adalah sistem komputer pada setiap level yang ada pada organisasi yang mengubah tujuan, operasi, produk, pelayanan, atau hubungan antar lingkungan untuk membantu organisasi mengumpulkan keuntungan yang kompetitif.”

Sedangkan menurut Turban (2005:15),

“Strategi sistem informasi adalah sistem yang membantu sebuah organisasi untuk mendapatkan keuntungan kompetitif melalui kontribusinya terhadap strategi tujuan dari organisasi dan atau kemampuan untuk meningkatkan performance dan produktifitas secara signifikan.”

Menurut Ward dan Peppard (2002:44),

“Strategi teknologi informasi adalah strategi yang berfokus pada penetapan visi tentang bagaimana teknologi dapat mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi dan sistem dari sebuah informasi.”

Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi merupakan analisis yang digunakan untuk merumuskan tujuan dan sasaran perusahan serta menentukan

(19)

22

teknologi informasi dalam menunjang strategi bisnis dan memberikan perusahaan suatu keunggulan jangka panjang dalam bersaing dengan perusahaan lain.

2.2.2 IT Balanced Scorecard

Balanced Scorecard bisa diaplikasikan ke dalam fungsi TI dan prosesnya. Van Grembergen dan Van Bruggen telah mengembangkan IT Balanced Scorecard lebih lanjut pada tahun 1997, danVan Grembergen dan Timmerman pada tahun 1998 (Grembergen, 2000).

Gambar 2.1

Perubahan Tradisional BSC ke IT BSC

1. User Orientation Perspective , menjelaskan tentang evaluasi pengguna teknologi informasi dan bagaimana pengguna memandang departemen TI. Menurut Grembergen , perspektif orientasi pengguna memiliki tiga fokus

yang harus diperhatikan, yaitu : menjadi penyedia aplikasi, kerjasama dengan pengguna, kepuasan pengguna

(20)

mengetahui seberapa efektif dan efisien proses TI. Perspektif ini berfokus pada pengukuran dan peningkatan dua proses dasar divisi TI yaitu proses

pengembangan aplikasi TI baru dan operasi komputer.

3. Future Orientation Perspective, menjelaskan sumber daya manusia dan teknologi yang dibutuh TI untuk menyampaikan layanannya, serta seberapa baik posisi TI di kebuthan mendatang. Perspektif orientasi masa depan mengevaluasi kinerja TI dari sudut pandang oragnisasi TI itu

sendiri: proses kepemilikan, praktisi, dan dukungan dari profesional. Perspektif orientasi masa depan meyediakan jawaban bagi para

stakeholder mengenai kesipan TI dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Menurut Grembergen, pengukuran perspektif orientasi masa depan

berkaitan dengan penyiapan staf-staf TI untuk menghadapi tantangan masa depan, meyiapkan sejumlah aplikasi unutk masa depan dan melakukan

usaha penelitian terhadap perkembangan teknologi informasi.

4. Business Contribution Perspective, menjelaskan tentang perolehan nilai bisnis dari investasi teknologi informasi. Perspektif ini mengevaluasi

kinerja TI dari sudut pandang manajer eksekutif, dewan direksi, dan para pemegang saham dan meyediakan jawaban atas pertanyaan kunci dari

pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan (stakeholder) mengenai nilai TI.

Pengukuran pada perspectif ini mencakup dua hal yaitu evaluasi financial

(21)

24

Evaluasi financial jangka pendek meliputi pengendalian biaya TI dan penjualan produk TI, sedangkan untuk jangka panjang meliputi

pengukuran nilai bisnis proyek TI baru dan nilai bisnis fungsi TI. Keuntungan TI dapat diukur dengan menggunakan ukuran financial yang

sederhana seperti ROI atau payback period. ROI adalah rasio perbandingan.

2.3 Kinerja Perusahaan 2.3.1 Pengertian Kinerja

Kinerja adalah wujud dari keberhasilan tim atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran stratejik yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja dipengaruhi oleh strategi perusahaan, baik itu strategi corporate, strategi bisnis maupun strategi fungsional.

Menurut Robbins, S. P. dan Coulter M. (2002:226) mendefinisikan bahwa,

“Kinerja adalah hasil akhirdari suatu kegiatan”.

Menurut Barry Rander, (2001:2030) memberikan penjelasan tentang kinerja yaitu:

“Kinerja manusia merupakan sumbangan yang sangat penting bagi kinerja organisaasi. Suatu organisasi tidak akan berfungsi tanpa manusia. Organisasi tidak akan berfungsi optimal tanpa manusia yang andal. Organisasi tidak akan unggul tanpa orang-orang yang andal dan termotivasi”.

Sedangkan pengertian kinerja menurut kamus bahasa Indonesia (2001:503) adalah

“merupakan kata benda (n) yang artinya; sesuatu yang dicapai; 2.

(22)

Menurut Tika, M. P. (2006:121), mendefinsikan bahwa

“Kinerja adalah sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi didalam periode waktu tertentu”.

Jadi kinerja adalah hasil dari fungsi pekerjaan atau sekelompok dalam organisasi yang yang terencana dalam perencanaan strategis serta bertujuan untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

2.3.1.1 Metode Pengukuran Kinerja Perusahaan

Menurut Tika, M. P. (2006:124) menyatakan bahwa, “Terdapat beberapa metode untuk mengukur kinerja perusahaan baik secara keuangan maupun non keuangan, antara lain:

a) Metode UCLA

Model UCLA membagi evaluasi atas kinerja perusahaan ke dalam lima macam, yaitu:

a. Sistem assessment, adalah evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem.

b. Program planning, adalah evaluasi yang membantu penilaian aktivitas- aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhannya.

c. Program implementation, adalah evaluasi yang menyiapkan informasi

apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan.

(23)

26

informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin

dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.

e. Program ceritification, adalah evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat program. Juga terdapat aspek-aspek bisnis yang perlu dievaluasi di dalam suatu perusahaan, terdiri dari: aspek strategi perusahaan, aspek pemasaran dan pasar,

aspek operasional, aspek sumber daya manusia, dan aspek keuangan. Setiap aspek bisnis yang dievaluasi ini perlu

dilengkapi dengan peralatan evaluasi (2006:124).

b) Metode Tradisional

Menurut Wahyuni, E., HS, T., Tangkilisan, H.N. (2005:124),

menyatakan bahwa pengukuran kinerja tradisional, terdiri dari:

1. Tingkat kembali investasi (Return on investment)

Adalah suatu model yang dikembangkan oleh Dupont. ROI mengintegrasikan laporan operasional dan neraca dalam satu rasio

sederhana yang rumusnya, sebagai berikut:

ROI = Laba Operasi (Laba sebelum bunga dan pajak) Rata-rata aktiva operasional

Laba operasi dimaksudkan untuk pengukuran kinerja dividen. Dengan menggunakan ROI maka mendorong manajer untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh hubungan antara penjualan, biaya, investasi,

(24)

besar pada aktiva operasional

2. Laba Residu

Laba residu adalah selisih antara laba operasi dan tingkat kembalian

minimum yang diisyaratkan atas aktiva operasi perusahaan yang dinyatakan dalam unit moneter. Rumusnya sebagai berikut:

Residual Income = Laba operasi – (Persentase tingkat kembalian minimum x rata-rata aktiva operasi)

3. Nilai tambah ekonomis (Economic Value Added)

Adalah suatu konsep pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang

dikembangkan Sten & Stew art Co. EVA adalah laba setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Apabila EVA positif maka perusahaan telah berhasil menciptakan kemakmuran, tapi bila negatif

maka nilai perusahaan berkurang akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada yang diisyaratkan.

c) Metode Balanced Scorecard

Balanced Scorecard adalah metode untuk mengukur kinerja seseorang atau kelompok atau organisasi dengan menggunakan kartu untuk mencatat

skor hasil-hasil kinerja. Melalui Balanced Scorecard dilakukan pendekatan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan aspek-aspek berikut: bila ditinjau dari segi internal

(25)

28

dan orang (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif pelanggan), dan dari segi proses (perspektif keuangan, perspektif proses

bisnis internal)”.

2.3.1.2 Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Wahyuni, HS, dan Tangkilisan (2005:16) menyatakan

bahwa,

”Tujuan utama pengukuran kinerja, antara lain: untuk memotivasi karyawan dalam mencapai tujuan organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindaka serta hasil yang diinginkan; untuk membantu dalam penetapan standar dan target, sarana untuk kemajuan, memotivasi, mengkomunikasikan strategi, organisasi, dan mempengaruhi perubahan perilaku; untuk dapat mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah dan mengoptimasi aktivitas yang bernilai tambah, sejalan dengan berkambangnya manajemen aktivitas”.

2.3.1.3 Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan (2007) menyatakan bahwa, manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah, sebagai

berikut:

a) Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat dengan pelanggannya serta

membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

b) Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan bagian dari

mata rantai pelanggan dan pemasok internal.

(26)

upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

d) Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kurang jelas atau samar- samar menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

e) Membangun suatu konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut

2.3.2 Balanced Scorecard

2.3.2.1 Konsep, Sejarah, dan Perkembangan Balanced Scorecard

Pertama kali diperkenalkan di USA yang pada awalnya ditujukan untuk

mengatasi problem tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang berfokus pada aspek keuangan. Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG di USA yang diketahui oleh David P. Norton, mensponsori studi tentang : “Pengukuran kinerja dalam organisasi masa depan”

studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan

yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai.

Balanced Scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha para eksekutif ke kinerja keuangan dan non keuangan. Hasil studi tersebut diterbitkan dalam sebuah artikel berjudul :Balanced Scorecard-Measures That Drive

(27)

30

yang akan datang, diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup 4 (empat) perspektif : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, pespektif proses

bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasi konsep tersebut. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata : (1) kartu

skor (scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel di

masa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personel masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Berdasarkan konsep Balanced Scorecard kinerja keuangan sebenarnya merupakan hasil atau akibat dari kinerja non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan). Pada awal implementasi Balanced Scorecard perusahaan yang

ikut serta dalam eksperimen tersebut memperlihatkan pelipatgandaan kinerja keuangan mereka. Keberhasilan ini didasari sebagai akibat dari penggunaan

ukuran kinerja Balanced Scorecard yang komprehensif. Dengan menambah ukuran kinerja non keuangan, eksekutif dipacu untuk memperlihatkan dan melaksanakan usaha-usaha yang merupakan pemacu sesungguhnya (the

realdriver) untuk mewujudkan kinerja keuangan. Itulah sebabnya mengapa Balanced Scorecard disebut “Measure That Driver Performance”.

Dalam tahap implementasi, pelaksanaan rencana dipantau dengan pendekatan Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerja eksekutif dalam empat perspektif : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan

(28)

pendekatan Balanced Scorecard dikomunikasikan kepada eksekutif untuk memberikan umpan balik (feedback) tentang kinerja mereka, sehingga mereka

dapat mengambil keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.

Gambar 2.2

Perkembangan Balanced Scorecard

(29)

32

kedalam perspektif yang lebih luas : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui empat perspektif Balanced Scorecard, manajemen mampu menafsirkan dampak trend perubahan lingkungan bisnis yang kompetitif terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran strategi perusahaan.

2.3.2.2 Pengertian Balanced Scorecard

Pada tahun 1960-an Garrison (2000: 112), Perancis mengembangkan suatu konsep yang sama dengan balance scorecard yang dinamai “Tableau de Bord”

atau “Dashboard”. Di Eropa khusunsya di Perancis, manager telah menggunakan

pendekatan pengukuran kinerja, tableau de Bord, yang sangat mirip dengan Balanced Scorecard. Tableau de Bord mengidentifikasikan pemicu keberhasilan perusahaan dalam 4 bidang : logistic, pemanufacturan, personalia dan administrasi.

Balaced Scorecard pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton di Harvard Business Revue Edisi Januari – Februari 1992 yang merupakan salah satu

alat manajemen strategi yang terdiri dari satu rangkaian pengukuran yang dapat memberikan gambaran non keuangan. Balanced Scorecard cocok satu sama lain activity based responsibility accounting, karena Balanced Scorecard memfokuskan pada proses dan memerlukan penggunaan informasi berbasis aktfifitas untuk menerapakan banyak tujuan dan tolak ukurnya.

(30)

yaitu : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha dan

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Tolak ukur kerja kinerja keuangan dan non keuangan kedua-duanya adalah penting, kadang-kadang akuntan dan manager memfokuskan terlalu banyak

kepada tolak ukur keuangan seperti laba dan variant biaya, karena angka-angka tersebut telah tersedia dari sistem akuntansi. Namun manager juga dapat memperbaiki pengendalian operasional dengan mempertimbangkan tolak kerja

kinerja non keuangan.Tolak ukur demikian dapat lebih tepat waktu dan lebih dekat pengaruhnya terhadap karyawan pada tingkat organisasi yang lebih rendah,

dimana produk atau jasa dibuat atau diberikan.

Untuk mengarahkan dan mengevaluasi kinerja perusahaan dalam penciptaan nilai di masa depan dalam era informasi. Oleh karena itu diperlukan

pengukuran yang dapat menilai factor-faktor non financial yang dimiliki oleh perusahaan. Balanced Scorecard melengkapi pengukuran financial dari kinerja masa lalu dengan pengukuran penggerak kinerja masa depan. Pengukuran menjadi suatu hal vital sebelum melakukan evaluasi atau pengendalian terhadap suatu objek, dalam Balanced Scorecard diturunkan dari visi dan strategi perusahaan. Objek disini bisa berarti suatu entitas bisnis, organisasi atau individu.

(31)

34

Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, serta

proses pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat (cause and effect), perspektif keuangan menjadi tolak ukur utama yang dijelaskan oleh

tolak ukur operasional pada tiga perspektif lainnya sebagai driver (lead indication).

Menurut Umar (2002: 370) megemukakan definisi Balanced Scorecard adalah:

“Penekanan pendekatan pada perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement), bukan hanya sekedar pada pencapaian suatu tujuan yang sempit, seperti laba sekian miliar rupiah. Perbaikan yang berkesinambungan ini penting agar organisasi dapat bersaing.”

Menurut Mulyadi (2001: 5) bahwa Balanced Scorecard:

“seperangkat peralatan manajemen yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan yang mencakup empat perspektif yaitu: keuangan, konsumen, proses bisnis / intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan.”

Selanjutnya Balanced Scorecard menurut Kaplan dan Norton (2000: 117) adalah :

“ukuran kinerja keuangan saja tidaklah cukup untuk menilai kinerja perusahaan yang diharapkan berhasil di masa depan tetapi juga harus memperhatikan empat aspek ukuran kinerja yaitu: perspektif belajar dan tumbuh (learning and growth perspective), perspektif proses internal / bisnis (customer perspective), dan perspektif keuangan (financial perspective). “

(32)

perspektif konsumen, perspektif proses bisnis, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Tujuan dan ukuran untuk keempat perspektif tersebut dihubungkan

dengan serentetan hipotesis sebab dan akibat sehingga menghasilkan testable strategy dan memberikan feedback bagi para manajer.

2.3.2.3 Proses Penyusunan Balanced Scorecard

Menurut Mulyadi (2005 : 7), mengemukakan bahwa bangunan Balanced Scorecard dimulai dari visi perusahaan. Kemudian visi ini diuraikan dalam perspektif-perspektif pengukuran. Pada masing-masing perspektif tersebut ditetapkan tujuan-tujuan strategis yang lebih spesifik yang merupakan penjabaran dari visi perusahaan. Atas dasar tujuan strategis ini, perusahaan kemudian

menetapkan fakor-faktor keberhasilan kritikal agar visi perusahaan bisa diwujudkan. Setelah penetapan fakor-faktor keberhasilan kritikal ini, kemudian

ditentukan ukuran-ukuran strategis yang mencerminkan strategi perusahaan.

Terakhir, perusahaan menyiapkan langkah-langkah spesifik yang akan

dilakukan pada masa mendatang agar tercapai tujuan tujuan strategis yang merupakan syarat bagi pencapaian misi perusahaan.

2.3.2.4 Manfaat Balanced Scorecard

Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan menurut Kaplan dan Norton (2000: 122) adalah sebagai berikut :

(33)

36

2. Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal,

dan belajar dan bertumbuh)

3. Balanced Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan dimasa mendatang.

2.3.2.5 Komponen-Komponen dalam Balanced Scorecard

Balanced Scorecard yang dirancang dengan baik mengkombinasikan antara pengukuran keuangan dari kinerja masa lalu dengan pengukuran dari pemicu kerja masa depan perusahaan. Tujuan spesifik pengukuran Balanced Scorecard perusahaan dijabarkan dari visi dan strategi perusahaan. Adapun berikut ini akan dijelaskan mengenai komponen-komponen penting dalam

Balanced Scorecard.

1. Perspektif Keuangan

Secara tradisional, laporan keuangan merupakan indikator historis agregatif yang merefleksikan akibat dari implementasi dan eksekusi strategi dalam satu periode. Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah

perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran

(34)

Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula.

Adapun tahapan-tahapan tersebut menurut Kaplan & Norton (2000: 136) yaitu :

a. Tahap Pertumbuhan (growth)

Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki

produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Di sini, manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk

atau jasa baru, membangun dan mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina

dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.

Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus

kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Dengan demikian, tolak ukur kinerja yang cocok dengan tahap ini adalah, misalnya tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah

ditargetkan.

b. Tahap Bertahan (sustain)

(35)

38

ini, peusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan

untuk menghilangkan bottleneck, mengembangkan kapasitas, dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran keuangan pada tahap ini

diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan tolak ukur yang kerap digunakan pada tahap ini, misalnya ROI, ROCE, dan EVA.

c. Tahap Panen (harvest)

Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar memanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan

dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagai tolak ukur, adalah memaksimumkan arus kas masuk dan

(36)

Gambar 2.3

Penerapan Strategi Kinerja Keuangan Dalam Perusahaan

2. Perspektif Pelanggan

Dalam perspektif pelanggan Balanced Scorecard, para manajer mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing dengan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam sasaran

masingmasing. Perspekitf ini biasanya terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran ginerik keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan

(37)

40

Ada dua kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan yaitu Core Measurement Group dan Customer Value Proposition (Kaplan & Norton, 2000: 150) :

1. Kelompok yang pertama Core Measurement Group, terdapat lima tolak ukur yang tergabung dalam kelompok dibawah ini :

a. Market Share, yang mengukur seberapa besar proporsi segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh perusahaan.

b. Customer Acquisition, tingkat dimana perusahaan mampu menarik konsumen baru.

c. Customer Retention, tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen lamanya.

d. Customer Satisfaction, tingkat kepuasan konsumen terhadap kriteria kinerja tertentu, seperti tingkat pelayanan.

(38)

Gambar 2.4

Core Measurement Group

2. Kelompok yang kedua disebut Customer Value Proposition atau proporsi nilai pelanggan yang menggambarkan performance’s driver (pemicu kerja)

yang menyangkut pertanyaan apa yang harus disajikan perusahaan untuk

mencapai tingkat kepuasan loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang tinggi. Atribut yang disajikan perusahaan dapat dibedakan dalam tiga

kategori, yaitu:

a. Product or Services Atributes, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitasnya. Dalam hal ini prioritas konsumen bisa

berbeda-beda, ada konsumen yang mengutamakan fungsi dari produk, penyampaian yang tepat waktu dan harga murah.

(39)

42

dan apa yang dirasakan pelanggan saat membeli produk dari perusahaan.

c. Image and Reputation, menggambarkan factor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Ketiga kategori yang mencakupdalam Customer Value

Proposition dapat dilihat dengan jelas dalam model berikut ini :

Gambar 2.5

Costumer Value Proposition 3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam perspektif ini, agar dapat menentukan tolak ukur bagi kinerja ini,

manajemen perusahaan pertama-tama perlu mengidentifikasi proses bsinis internal yang terdapat di dalam perusahaan.

(40)

a. Inovasi (Innovation) Proses inovasi dibagi menjadi dua bagian yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan pasar tersebut.

b. Operasi (Operations) Tahapan ini merupakan tahapan aksi dimana

perusahaan secara nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka.

c. Pelayanan Purna Jual (Postsale Service) Tahapan ini perusahaan berupaya

untuk memberikan manfaat tambahan kepada para pelanggan yang telah memberi produk-produknya dalam berbagai layanan purna transaksi

jual-beli, seperti garansi, aktivitas perbaikan dan pemrosesan pembayaran.

Gambar 2.6

Perspektif Proses Bisnis Internal

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Proses pembelajaran dan pertumbuhan organisasi bersumber dari tiga

prinsip, yaitu people, system, dan organizational procedures. Perspektif financial, pelanggan dan proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari orang (people), sistem dan prosedur

(41)

44

Scorecard menekankan pentingnya investasi untuk kepentingan masa depan, dalam perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan ada tiga fakor yang

diperhatikan, (Kaplan & Norton, 2000: 174), yaitu :

a. Kemampuan Karyawan (Employee Capabilities) Akibat adanya

pergeseran teknologi yang menunjukkan seluruh pekerjaan diotomatisasi, maka pekerjaan yang sama yang dilakukan secara terusmenerus pada tahap efisiensi dan produktivitas yang tidak sama,

tidak lagi cukup bagi tercapainya keberhasila perusahaan, oleh karena itu perusahaan harus melakukan perbaikan terus-menerus.

b. Kemampuan Sistem Informasi (Information System) Motivasi dan keahlian karyawan diperlukan dalam mencapai tujuan pelanggan dan bisnis internal, namun itu saja tidak cukup jika mereka tidak memiliki

informasi yang memadai. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat ini maka diperlukan informasi yang tepat, cepat, dan akurat sebagai

umpan balik. Informasi tersebut dapat berupa informasi tentang pelanggan, proses bisnis internal, keuangan, dan keputusan yang dibuat oleh karyawan.

c. Motivasi, Kekuasaan, dan keselarasan (Motivation, Empowerment, and Alignment) Ukuran dari motivasi karyawan adalah jumlah saran per-pegawai, dimana ukuran ini menangkap partisipasi karyawan yang sedang berlangsung dalam memperbaiki kinerja perusahaan, dan tingkat kualitas partisipasi karyawan dalam memberikan saran untuk

(42)

Gambar 2.7

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

2.3.2.6 Keunggulan Balanced Scorecard

Pengertian keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan starategik menurut Mulyadi (2001: 18) adalah mampu menghasilkan

rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) komprehensif, (2) koheren, (3) seimbang, dan (4) terukur. Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang cocok digunakan dalam manajemen kontemporer yang

memanfaatkan secara teknologi informasi dalam bisnis. Teknologi informasi tidak menentukan apa yang harus dikerjakan pekerja, tetapi teknologi ini menyediakan

(43)

46

mereka. Dalam zaman teknologi informasi ukuran kinerja harus tidak lagi ditujukan untuk mengendalikan tindakan personel, tetapi diarahkan untuk

pemotivasian personel. Konsep Balanced Scorecard adalah satu konsep pengukuran kinerja yang sebenarnya memberikan kerangka komprehensif untuk

menjabarkan visi ke dalam sasaran-sasaran strategik. Sasaran strategik yang komprehensif dapat dirumuskan karena Balanced Scorecard menggunakan empat

perspektif yang satu sama lainnya saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

Di samping itu, sifat Balanced Scorecard yang memperluas perspektif yang dicakup (komprehensif) mewajibkan personel untuk membangun hubungan

sebab akibat (koheren) menyeimbangkan sasaran strategi yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategi (seimbang) dan memudahkan pencapaian sasaran strategi karena sifatnya yang dapat diukur (terukur) menjadikan Balanced Scorecard suatu alat ukur kinerja yang sangat membantu pihak perusahaan dalam memantau seluruh komponennya.

2.4 Hubungan antar variabel

2.4.1 Hubungan Strategi Bisnis dan Kinerja

Strategi adalah penentu alat keberhasilan perusahaan, strategi menciptakan

keunggulan bersaing yang mendayagunakan seluruh kinerja perusahaan. Keunggulan bersaing merupakan hasil dari implementasi strategi yang

memanfaatkan berbagai sumberdaya yang diiniliki perusahaan.

(44)

“keunggulan bersaing adalah jantung kinerja pemasaran untuk menghadapi persaingan. Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam pasarnya. Strategi ini harus didesain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus sehingga perusahaan dapat mendoininasi baik dipasar maupun pasar baru”.

2.4.2 Hubungan Strategi Teknologi Informasi dan Kinerja

Menurut Abdisalam Issa-Salwe, Munir Ahmed, Khalid Aloufi and

Muhammad Kabir (2010),

“Keselarasan antara Perencanaan SI/TI dengan Perencanaan Bisnis adalah merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan kinerja bisnis. Penyelarasan Sistem Informasi Strategi adalah sebuah cara yang effektif untuk mengembangkan dan memelihara sistem SI/TI yang mendukung kegiatan operasional bisnis.”

2.4.3 Hubungan Strategi Bisnis, Strategi Teknologi dan Kinerja

Hasil penelitian Harsono (Pengaruh Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi

Terhadap Kinerja Lembaga Pendidikan : Studi Kasus Perguruan Islam Al-Izhar Pondok Labu. Jurnal Telematika Mkom. Vol 2 No.1. Maret 2010) mengatakan bahwa Strategi Bisnis mempengaruhi perumusan strategi teknologi. Strategi bisnis dan strategi teknologi bersama-sama mempengaruhi kinerja bisnis.

2.5Penelitian Terdahulu

(45)
(46)

2.6Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.8

Kerangka Pemikiran Teoritis Manajemen Strategi

Strategi Bisnis (Porter : 1990)

1. Cost Leadership 2. Differentiation 3. Focus

Strategi Teknologi Informasi Strategi Bisnis

IT Balanced Scorecard

(Grembergen : 2005) 1. Kontribusi Bisnis 2. Orientasi Pengguna 3. Keunggulan Operasi 4. Orientasi Masa Depan

Kinerja Perusahaan Balanced Scorecard (Kaplan & Norton : 2000) 1. Perspektif Financial

2. Perspektif Konsumen 3. Perspektif Internal Proses 4. Perspektif Pembelajaran dan

(47)

50

Strategi bisnis (X1)

Alat untuk mencapai keunggulan bersaing (Porter : 1990)

Cost Leadership

Differentiation

Focus

Strategi teknologi Informasi (X2)

IT Balanced Scorecard

(Grembergen : 2005)  Kontribusi Bisnis

 Orientasi Pengguna  Keunggulan Operasi  Orientasi Masa Depan

Kinerja Perusahaan (Y)

Balanced Scorecard

(Kaplan & Norton : 2000)  Perspektif Internal  Perspektif Konsumen  Perspektif Internal

Proses

 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 2.7Model Penelitian

(48)

2.8Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah

penlitian.

“Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2002) adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.”

“Margono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis.”

“Pengertian hipotesis ini, Nazir (2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.”

Jadi hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin salah, sehingga dapat dianggap atau dipandangsebagai konsklusi atau kesimpulan

yang sifatnya sementara, sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis tersebut tergantung dari hasil penellitian terhadap faktor-faktor yang

dikumpulkan, kemudian diambil suatu kesimpulan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil dugaan sementara atau hipotesis sebagai berikut: “strategi bisnis dan strategi informasi mempunyai

pengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja pada PT.Valuestream

(49)

133

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

strategi bisnis dan strategi teknologi informasi terhadap kinerja perusahaan (studi kasus pada PT. Valuestream Internasional menggunakan Balanced Scorecard),

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian tanggapan responden paling baik adalah indikator strategi teknologi informasi dan kurang baik adalah indikator

kinerja perusahaan. Sedangkan hasil penelitian mengenai sub-sub variabel adalah sebagai berikut:

a. Variabel strategi bisnis indikator yang paling baik adalah focus dan yang terendah adalah cost leadership.

b. Variabel strategi teknologi informasi indikator yang paling baik adalah

orientasi pengguna dan orientasi masa depan sedangkan yang terendah adalah kontribusi bisnis dan keunggulan operasi.

c. Variabel kinerja perusahaan indikator yang paling baik adalah

perspektif konsumen sedangkan yang terendah adalah perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

(50)

3. Berdasarkan analisis bahwa hipotesis strategi teknologi informasi pengaruhnya tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.

4. Berdasarkan uji simultan, strategi bisnis dan strategi teknologi informasi bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

perusahaan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran

kepada perusahaan dan penelitian berikutnya:

1. Perusahaan harus meningkatkan kinerja perusahaan dengan

mengimplementasikan balanced scorecard yang di dukung oleh sistem IT yang dapat mengevaluasi kinerja pada setiap departemen. Sedangkan untuk setiap sub variabel perusahaan dapat menerapkan saran-saran

dibawah ini :

a. Hasil dari kuesioner variabel strategi bisnis menunjukkan bahwa sub

variabel cost leadership memberikan nilai terendah. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha lebih menciptakan biaya yang efisien dengan pengelolaan perusahaan yang efektif dengan pengembangan

sistem informasi pada setiap departemennya.

b. Hasil dari kuesioner variabel strategi teknologi informasi menunjukkan

(51)

135

perusahaan yang lebih memberikan efektifitas dalam operasional perusahaan sehingga cost-cost yang tidak terduga seperti waktu, tenaga

pengerjaan lebih dapat ditekan dengan pengembangan sistem IT. c. Hasil dari kuesioner variabel kinerja menunjukkan bahwa sub variabel

pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth) terendah. Oleh

karena itu PT. Valuestream Internasional harus meningkatkan kapabilitas karyawan dengan memberikan pelatihan dalam mengolah

sistem informasi perusahaan.

2. Pengembangan strategi bisnis perlu difokuskan pada penambahan biller-biller baru terutama biller yang penting seperti PDAM, pembayaran tiket transportasi untuk memberikan kenyamanan pada konsumen.

3. Pengembangan strategi informasi perlu di upayakan dalam dua dimensi

yaitu untuk internal dengan cara otomatisasi sistem IT di setiap departemen dan eksternal dengan cara penambahan fitur-fitur pembayaran

baru dalam setiap program pembayarannya. Untuk penelitian selanjutnya agar hasil yang didapat signifikan peneliti harus menambah konstruk variabel lain misalnya pengaruh lingkungan eksterbal dan internal. Selain

itu peneliti juga harus mengarahkan penelitian pada objek penelitian yang lebih luas terutama responden yang diteliti seperti menambah responden

pelanggan.

(52)

setiap departemen dapat melakukan perencanaan strategis terutama untuk

Gambar

Gambar 2.1 Perubahan Tradisional BSC ke IT BSC
Perkembangan Gambar 2.2 Balanced Scorecard
Gambar 2.3
Gambar 2.4 Core Measurement Group
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Untuk menerjemahkan balanced scorecard pada PTPN XIII, penulis menggunakan enam tahap, yaitu: (a) mengidentifikasi landasan organisasi (visi, misi, dan strategi), (b)

Penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui penerapan Balanced Scorecard sebagai alat ukur kinerja dan strategi manajemen pada PT LEN

Dengan pendekatan Balanced Scorecard manajemen dapat mengambil suatu keputusan setelah melihat hasil dari keempat perspektif yang dapat digunakan sebagai landasan

MEGA MISI yang belum menggunakan Balanced Scorecard (BSC) sebagai suatu alat yang dapat membantu menerjemahkan visi, misi, dan strategi yang telah se- suai dengan visi perusahaan

Balanced Scorecard sebagai suatu sistem yang menerjemahkan strategi perusahaan ke dalam empat perspektif merupakan pengukur pengganti yang dapat digunakan untuk mengukur

Menurut Kaplan dan Norton (2000), Balanced Scorecard adalah suatu system kompherensif yang bermanfaat dalam membantu para menajer untuk menerjemahkan visi dan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini, adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi peta strategi Balanced Scorecard yang sesuai dengan visi, misi dan strategi serta

Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam tujuan operasional dan ukuran kinerja ke dalam empat perspektif, yaitu: perspektif keuangan, perspektif