TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
(Studi Kasus Pada PT. Valuestream Internasional, Bandung menggunakan
Balanced Scorecard)
ANALYSIS OF INFLUENCE BUSINESS STRATEGY AND INFORMATION TECHNOLOGY STRATEGY TO COMPANY PERFORMANCE IN BANDUNG (Case Study Used Balanced Scorecard of PT. Valuestream International, Bandung )
oleh Hendri Mulyadi
61.101.11.049
TESIS
Untuk memenuhi salah satu syarat Guna memperoleh gelar Magister Manajemen
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
vii
ABSTRACT ii
ABSTRAK iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR DIAGRAM xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 11
1.2.1 Identifikasi masalah 11
1.2.2 Rumusan Masalah 12
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 13
1.3.1 Maksud Penelitian 13
1.3.2 Tujuan Penelitian 13
1.4 Kegunaan Penelitian 14
1.4.1 Kegunaan Praktis 14
1.4.2 Kegunaan Akademis 14
1.5 Pembatasan Masalah 15
viii
2.1.2 Competitive Advantage 19
2.2 Strategi Teknologi Informasi 20
2.2.1 Pengertian Strategi Teknologi Informasi 20
2.2.2 IT Balanced Scorecard 22
2.3 Kinerja Perusahaan 24
2.3.1 Pengertian Kinerja 24
2.3.1.1 Metode Pengukuran Kinerja Perusahaan 25
2.3.1.2 Tujuan Pengukuran Kinerja 28
2.3.1.3 Manfaat Pengukuran Kinerja 28
2.3.2 Balanced Scorecard 29
2.3.2.1 Sejarah Balanced Scorecard 29
2.3.2.2 Pengertian Balanced Scorecard 33
2.3.2.3 Proses Penyusunan Balanced Scorecard 35
2.3.2.4 Manfaat Balanced Scorecard 35
2.3.2.5 Komponen-Komponen Balanced Scorecard 36
2.3.2.6 Keunggulan Balanced Scorecard 45
2.4 Hubungan Antar Variabel 45
2.4.1 Hubungan Strategi Bisnis dan Kinerja 46
2.4.2 Hubungan Strategi Teknologi Informasi dan Kinerja 47
2.4.3 Hubungan Strategi Bisnis, Strategi Teknologi Informasi
dan Kinerja 47
ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek dan Metodologi Penelitian 52
3.2 Operasional Variabel 53
3.3 Sumber Cara Penentuan Data 55
3.3.1 Data Primer 56
3.3.2 Data Sekunder 56
3.4 Cara Menetukan Data 56
3.5 Teknik Pengumpulan Data 57
3.5.1 Teknik Pengujian Penelitian 60
3.5.1.1 Uji Validitas 60
3.5.1.2 Uji Reabilitas 61
3.6 Rancangan Analisis Data 62
3.6.1 Rancangan Analisis Data 62
3.6.2 Pengujian Hipotesis 72
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Perusahaan 80
4.2 Profil Responden 94
4.2.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 95
4.2.2 Responden Berdasarkan Jenis Usia 95
4.3 Deskripsi Variabel Penelitian 96
4.3.1 Deskriptif Variabel Strategi Bisnis 97
x
4.3.2.1 Kontribusi Bisnis 107
4.3.2.2 Orientasi Pengguna 108
4.3.2.3 Keunggulan Operasi 109
4.3.2.4 Orientasi Masa Depan 110
4.3.3 Deskriptif Variabel Kinerja Perusahaan 110
4.3.3.1 Perspektif Keuangan 113
4.3.3.2 Perspektif Konsumen 114
4.3.3.3 Perspektif Internal Proses 115
4.3.3.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 116
4.3.4 Pengujian Hipotesis 117
4.3.4.1 Uji Kecocokan Model 118
4.3.4.2 Persamaan Struktural dan Diagram Jalur 120
4.3.4.3 Uji Kesesuaian Model 120
4.3.4.4 Uji Kecocokan Model Pengukuran 123
4.3.4.5 Uji Hipotesis 126
4.3.4.6 Hubungan Korelasi Antar Variabel 130
4.3.4.7 Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total 131
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 133
136
Grembergan, W. Van. 1997. Measuring and Improving Corporate Information Technology Through The Balanced Scorecard. Belgium:University of Antwerp
Hunger, J David.2003. Manajemen Strategis.Yogyakarta: Andi
Hutabarat, J dan M.Huseini.2006. Manajemen Straregik Kontemporer. Operasionalisasi Strategi. Jakarta:Elex Media Komputindo
Kaplan, Robert S. & David P. 2004. Strategy Maps: Converting Intangible Assets into Tangible Outcomes. Boston:Harvard Business School Publishing Corp
Keyes, Jessica. 2005. Implementing The IT Balanced Scorecard. Taylor & francis Group. Boca Raton
Mulyadi. 2005. Sistem Manajemen Stratejik Berbasis Balanced Scorecard. Yogyakarta:UPP-AMP YKPN
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Kedelapan. Liberty: Yogyakarta.
Porter, Michael E. 1990. keunggulan bersaing menciptkan dan mempertahankan kinerja unggul. Jakarta: Erlangga
Rangkuti, Freddy. 1997. Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Sarwono, Jonathan. 2010. Pintar Menulis Karangan Ilmiah. Yogyakarta:CV.Andi Offset
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Bisnis. Bandung :Alfabeta
137
Umar, Husein. 2002. Strategic Management In Action. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta
Wahyuni & Tangkilisan . H.N. 2005. Balanced Scorecard Untuk Manajemen Publik. Yogyakarta: YPAPI
Ward, John & Peppard. Joe. 2003. Strategic Planning for Information System. West Sussex: John Wiley & Sons. Ltd.
Wijaya, Rahmadi.2007. Analisis Model IT Menggunakan Balanced Scorecard Untuk Pengembangan Sistem Teknologi Informasi. Jurnal Sistem Informasi. 3-7. Universitas Maranatha Bandung
Yuwono, Sony. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard : Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Irawan Afrianto. Pendekatan Balanced Scorecard (Studi Kasus Kantor Direksi
PT. X).Majalah Ilmiah Unikom vol 9.
Itami. H.. dan Numagami. T. (1992). Dynamic Interaction Between Strategy and Technology. Strategic Management Journal 13 (Winter. 1992).
Oo Harsono.2010. Pengaruh Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi Terhadap
Kinerja Lembaga Pendidikan : Studi Kasus Perguruan Islam Al-Izhar
Pondok Labu. Jurnal Telematika Mkom. Vol 2 No.1. Maret 2010.
Pulungan P. 2013. Pengaruh Ketidakpastian Lingkungan. Strategi bisnis dan
Kebijakan Teknologi terhadap Kinerja perusahaan : Studi Empirik
Perusahaan Tekstil dan Garmen Indonesia. Journal of Business and Entrepreunership Vol. 1. No 1. Januari. 2013.
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/35216-spansion_ikut_ajukan-proteksi_bangkrut
138 Data Pribadi / Personal Details
Nama / Name : Hendri Mulyadi
Alamat / Address : Jl.Soekarno Hatta no 320 B
Kode Post / Postal Code : 40233
Nomor Telepon / Phone : 087822836976
Email : [email protected]
Jenis Kelamin / Gender : Laki-laki
Tgl Kelahiran / Date of Birth : Padang, 04 Juli 1987 Status Marital / Marital Status : Belum Kawin
Warga Negara / Nationality : WNI
Agama / Religion : Islam
Riwayat Pendidikan dan Pelatihan Educational and Professional Qualification
Jenjang Pendidikan :
Education Information
Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jenjang
1993 - 1999 SDN HALIMUN III BANDUNG 6 TAHUN
1999 - 2002 SLTP NEGERI 34 BANDUNG 3 TAHUN
2002 - 2005 SMA NEGERI 22 BANDUNG 3 TAHUN
2005 - 2009 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA S1
2012 - 2014 UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA S2
Pengalaman Organisasi
1. Ketua LDK UMMI UNIKOM 2007 - 2009
2. Ketua Majelis Syura LDK UMMI UNIKOM 2010 - 2011
139
4. Seminar Jakarta International Conference of Muslim Intellectuals (JICMI) 2013
Riwayat Pengalaman Kerja Summary of Working Experience
Tahun : 2009-2012
Instansi / Perusahaan : PT. Valuestream Internasional
Posisi : Team Leader Management Agent Loket
iv
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang setia
membimbing hamba-hamba-Nya. Atas bantuan dan tuntunan-Nya penyusunan
tesis dengan judul “ANALISIS PENGARUH STRATEGI BISNIS DAN
STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN DI BANDUNG (Studi Kasus Pada PT. Valuestream Internasional Bandung menggunakan Balanced Scorecard)” dapat diselesaikan.
Penyusun telah berusaha menampilkan tesis ini dalam kondisi yang terbaik
dan setepat mungkin, namun karena keterbatasan dan kelemahan yang ada, pasti
terbuka kemungkinan kesalahan. Untuk itu penyusun mengharap masukan positif
dari semua pihak untuk perbaikan tesis ini.
Dengan penuh kerendahan hati, penyusun menyampaikan terima kasih
yang tidak terhingga kepada kepada orang tua dan keluarga serta semua pihak
yang langsung maupun tidak langsung, turut andil dan memotivasi penyelesaian
tesis ini, antara lain kepada :
1. Rektor Universitas Komputer Indonesia Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto
Soegoto yang telah memberi kesempatan kepada penyusun untuk dapat belajar
dan menggali ilmu pada almamater yang beliau pimpin.
2. Dekan Fakultas Pascasarjana Universitas Komputer Indonesia Dr. Ir. Herman
S. Soegoto, MBA., yang telah mendorong penyusun dan juga mahasiswa pada
umumnya agar mampu mengembangkan keilmuan khususnya tentang
v
4. Bapak Dr. Ir. Herman S Soegoto, MBA., Selaku Pembimbing yang telah
berusaha dengan sabar dan cermat membimbing dan mengarahkan penyusun
untuk menyelesaikan penelitian ini.
5. Ibu Dr. Rahma Wahdiniwaty, Dra., M.Si., selaku penguji pertama
6. Bapak Dr.Ir. H. Iman Santoso, SE., MM.,MBA., selaku penguji kedua
7. Seluruh Dosen Magister Manajemen Universitas Komputer Indonesia.
8. Bapak Zamrudin Solichin, Bapak Baqir Almaliki dan Bapak Slamet Puji
Santuso selaku Pimpinan PT. Valuestream Internasional.
9. Seluruh karyawan PT. Valuestream Internasional yang telah membantu
penulis dalam melakukan penelitian.
10.Ibunda tercinta, Ayahanda tercinta, kakak-kakak dan seluruh keluarga tercinta
yang tak henti-hentinya mendukung penyusun secara materil maupun spirituil
agar segera menyelesaikan tesis ini.
11.Rekan-rekan MM 1 BU maupun MM 2 BU yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan tesis ini terutama untuk iffan dan agil yang telah banyak
membantu penulis.
12.Rekan-rekan LDK UMMI UNIKOM yang telah membantu dan memotivasi
penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
13.Ani Hindasah dan keluarga yang telah membantu penulis dalam
vi
Akhirnya, semoga tesis ini membawa manfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Amin.
Penyusun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Strategi Bisnis
Ada banyak pendapat mengenai strategi baik dari para ahli, peneliti
maupun praktisi. Strategi secara sederhana dapat diartikan sebagai alat mencapai
tujuan. Strategi juga dipandang sebagai arah atau pandangan yang akan
dilaksanakan dan pola kerja yang akan diterapkan oleh suatu perusahaan.
Menurut Porter strategi adalah alat untuk mencapai keunggulan bersaing (1990: 6)
Menurut Chandler (2000 : 3) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Strategi adalah penentu alat keberhasilan perusahaan, namun pembuatan
keputusan tentang strategi bukanlah hal mudah karena perlu memperhatikan
beberapa kondisi lingkungan yang melatarbelakangi. kinerja sebuah strategi tidak
semata-mata ditentukan oleh bagaimana implementasi strategi dilakukan secara
terus menerus, tetapi juga ditentukan oleh seberapa baik proses yang menyertai
pengembangan strategi tersebut.
Menurut Porter ada dua jenis dasar competitive advantage yang bisa
dimiliki oleh perusahaan yaitu low cost dan differentiation. Atas dasar itu ada tiga
strategi generik untuk bisa mencapai hasil yang lebih baik dari rata-rata di dalam
differentiation dan focus. Ditambah dengan dua variasi dari strategi focus yaitu: cost focus dan differentiation focus.
2.1.1 Distinctive Competence
Distinctive Competence, yaitu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.
Suatu perusahaan yang memiliki kekuatan yang tidak mudah ditiru oleh
perusahaan pesaing dipandang sebagai perusahaan yang memiliki distinctive competence. Distinctive competence menjelaskan kemampuan spesifik suatu organisasi. Menurut Day dan Wensley (Rangkuti, 2000, 5) identifikasi distinctive competence dalam suatu organisasi meliputi:
• Keahlian tenaga kerja
• Kemampuan sumber daya
Dua faktor tersebut menyebabkan perusahaan ini dapat lebih unggul
dibandingkan dengan pesaingnya. Keahlian sumber daya manusia yang tinggi
muncul dari kemampuan membentuk fungsi khusus yang lebih efektif dibanding
pesaing. Dengan memiliki kemampuan melakukan riset pemasaran yang lebih
baik, perusahaan dapat mengetahui secara tepat semua keinginan konsumen
sehingga dapat menyusun strategi-strategi pemasaran yang lebih baik
dibandingkan dengan pesaingnya. Semua kekuatan tersebut dapat diciptakan
melalui penggunaan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Semua itu merupakan keunggulan-keunggulan yang dapat diciptakan untuk
2.1.2 Competitive Advantage
Dengan kemajuan teknologi yang tidak dapat dibendung maka suatu
produk perusahaan akan tambah berkembang sampai pada suatu titik, dimana
produk tersebut nantinya akan sulit dibedakan antara satu dengan lainnya. Agar
menang dalam suatu persaingan, maka dalam memasarkan produk saat ini
produsen tidak hanya berdasarkan pada kualitas produk saja, tetapi juga
tergantung pada strategi yang umumnya digunakan perusahaan yaitu orientasi
pasar dan inovasi serta orientasi kewirausahaan.
Competitive Advantage, adalah kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
K eunggulan bersaing merupakan hasil dari implementasi strategi yang
memanfaatkan berbagai sumberdaya yang diiniliki perusahaan. Pendapat yang
serupa juga dikemukakan oleh Porter ( 1990 : 6 ) menjelaskan bahwa
“keunggulan bersaing adalah jantung kinerja pemasaran untuk menghadapi persaingan. Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam pasarnya. Strategi ini harus didesain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus sehingga perusahaan dapat mendoininasi baik dipasar maupun pasar baru”.
Hal ini didukung oleh pendapat Styagraha ( 1994) menyatakan bahwa :
“keunggulan bersaing adalah kemampuan suatu badan usaha untuk memberikan nilai lebih terhadap produknya dibandingkan para pesaingnya dan nilai tersebut memang mendatangkan manfaat bagi pelanggan”.
Keunggulan bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan
yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing
yaitu:
1. Cost leadership, perusahaan dapat lebih memperoleh
keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya
jika dapat memberikan harga jual yang lebih murah daripada
harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilai/kualitas
produk yang sama. Harga jual yang lebih rendah dapat dicapai
oleh perusahaan tersebut karena memanfaatkan skala ekonomis,
efisiensi produksi, penggunaan teknologi, dan sebagainya.
2. Diferensiasi, perusahaan dapat melakukan strategi diferensiasi
dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada
konsumennya.
3. Fokus, strategi fokus juga dapat diterapkan untuk memperoleh
keunggulan bersaing sesuai dengan segmentasi dan pasar sasaran
yang diharapkan.
2.2 Strategi Teknologi Informasi
2.2.1 Pengertian Strategi Teknologi informasi
Teknologi informasi merupakan suatu konsep utama yang berhubungan
dengan teknologi yang nantinya akan mendukung suatu sistem. teknologi
informasi meliputi konsep-konsep utama, pengembangan dan berbagai isu
manajemen teknologi informasi yaitu hardware, software, jaringan, manajemen
Pengertian strategi teknologi informasi menurut Ward dan Peppard
(2002:3),
“Teknologi informasi menunjuk pada spesifikasi mengenai teknologi, khususnya hardware, software dan jaringan telekomunikasi yang memfasilitasi dan mendukung proses pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran dan pertukaran informasi.”
Sedangkan menurut O’Brien (2005:9),
“Teknologi informasi meliputi konsep-konsep utama, pengembangan dan berbagai isu manajemen teknologi informasi yaitu hardware, software, jaringan, manajemen data dan banyak teknologi berbasis internet.”
Sedangkan Menurut Laudon (2004: 91),
“Strategi sistem informasi adalah sistem komputer pada setiap level yang ada pada organisasi yang mengubah tujuan, operasi, produk, pelayanan, atau hubungan antar lingkungan untuk membantu organisasi mengumpulkan keuntungan yang kompetitif.”
Sedangkan menurut Turban (2005:15),
“Strategi sistem informasi adalah sistem yang membantu sebuah organisasi untuk mendapatkan keuntungan kompetitif melalui kontribusinya terhadap strategi tujuan dari organisasi dan atau kemampuan untuk meningkatkan performance dan produktifitas secara signifikan.”
Menurut Ward dan Peppard (2002:44),
“Strategi teknologi informasi adalah strategi yang berfokus pada penetapan visi tentang bagaimana teknologi dapat mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi dan sistem dari sebuah informasi.”
Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
perencanaan strategi sistem dan teknologi informasi merupakan analisis yang
digunakan untuk merumuskan tujuan dan sasaran perusahan serta menentukan
teknologi informasi dalam menunjang strategi bisnis dan memberikan perusahaan
suatu keunggulan jangka panjang dalam bersaing dengan perusahaan lain.
2.2.2 IT Balanced Scorecard
Balanced Scorecard bisa diaplikasikan ke dalam fungsi TI dan prosesnya. Van Grembergen dan Van Bruggen telah mengembangkan IT Balanced Scorecard lebih lanjut pada tahun 1997, danVan Grembergen dan Timmerman pada tahun 1998 (Grembergen, 2000).
Gambar 2.1
Perubahan Tradisional BSC ke IT BSC
1. User Orientation Perspective , menjelaskan tentang evaluasi pengguna teknologi informasi dan bagaimana pengguna memandang departemen TI.
Menurut Grembergen , perspektif orientasi pengguna memiliki tiga fokus
yang harus diperhatikan, yaitu : menjadi penyedia aplikasi, kerjasama
dengan pengguna, kepuasan pengguna
2. Operational Excellent perspective, menjelaskan proses pemakaian teknologi informasi untuk mengembangan dan menyampaikan aplikasi,
mengetahui seberapa efektif dan efisien proses TI. Perspektif ini berfokus
pada pengukuran dan peningkatan dua proses dasar divisi TI yaitu proses
pengembangan aplikasi TI baru dan operasi komputer.
3. Future Orientation Perspective, menjelaskan sumber daya manusia dan teknologi yang dibutuh TI untuk menyampaikan layanannya, serta
seberapa baik posisi TI di kebuthan mendatang. Perspektif orientasi masa
depan mengevaluasi kinerja TI dari sudut pandang oragnisasi TI itu
sendiri: proses kepemilikan, praktisi, dan dukungan dari profesional.
Perspektif orientasi masa depan meyediakan jawaban bagi para
stakeholder mengenai kesipan TI dalam menghadapi tantangan di masa
depan.
Menurut Grembergen, pengukuran perspektif orientasi masa depan
berkaitan dengan penyiapan staf-staf TI untuk menghadapi tantangan masa
depan, meyiapkan sejumlah aplikasi unutk masa depan dan melakukan
usaha penelitian terhadap perkembangan teknologi informasi.
4. Business Contribution Perspective, menjelaskan tentang perolehan nilai bisnis dari investasi teknologi informasi. Perspektif ini mengevaluasi
kinerja TI dari sudut pandang manajer eksekutif, dewan direksi, dan para
pemegang saham dan meyediakan jawaban atas pertanyaan kunci dari
pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan (stakeholder) mengenai nilai
TI.
Pengukuran pada perspectif ini mencakup dua hal yaitu evaluasi financial
Evaluasi financial jangka pendek meliputi pengendalian biaya TI dan
penjualan produk TI, sedangkan untuk jangka panjang meliputi
pengukuran nilai bisnis proyek TI baru dan nilai bisnis fungsi TI.
Keuntungan TI dapat diukur dengan menggunakan ukuran financial yang
sederhana seperti ROI atau payback period. ROI adalah rasio perbandingan.
2.3 Kinerja Perusahaan
2.3.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah wujud dari keberhasilan tim atau unit organisasi dalam
mewujudkan sasaran stratejik yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja
dipengaruhi oleh strategi perusahaan, baik itu strategi corporate, strategi bisnis
maupun strategi fungsional.
Menurut Robbins, S. P. dan Coulter M. (2002:226) mendefinisikan
bahwa,
“Kinerja adalah hasil akhirdari suatu kegiatan”.
Menurut Barry Rander, (2001:2030) memberikan penjelasan tentang
kinerja yaitu:
“Kinerja manusia merupakan sumbangan yang sangat penting bagi kinerja organisaasi. Suatu organisasi tidak akan berfungsi tanpa manusia. Organisasi tidak akan berfungsi optimal tanpa manusia yang andal. Organisasi tidak akan unggul tanpa orang-orang yang andal dan termotivasi”.
Sedangkan pengertian kinerja menurut kamus bahasa Indonesia
(2001:503) adalah
“merupakan kata benda (n) yang artinya; sesuatu yang dicapai; 2.
Menurut Tika, M. P. (2006:121), mendefinsikan bahwa
“Kinerja adalah sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi didalam periode waktu tertentu”.
Jadi kinerja adalah hasil dari fungsi pekerjaan atau sekelompok dalam
organisasi yang yang terencana dalam perencanaan strategis serta bertujuan untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
2.3.1.1 Metode Pengukuran Kinerja Perusahaan
Menurut Tika, M. P. (2006:124) menyatakan bahwa, “Terdapat beberapa metode untuk mengukur kinerja perusahaan baik secara keuangan maupun non
keuangan, antara lain:
a) Metode UCLA
Model UCLA membagi evaluasi atas kinerja perusahaan ke dalam
lima macam, yaitu:
a. Sistem assessment, adalah evaluasi yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi suatu sistem.
b. Program planning, adalah evaluasi yang membantu penilaian aktivitas- aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan
berhasil memenuhi kebutuhannya.
c. Program implementation, adalah evaluasi yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu
yang tepat seperti yang direncanakan.
informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program
bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin
dapat mengganggu pelaksanaan kegiatan.
e. Program ceritification, adalah evaluasi yang memberikan informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat program. Juga terdapat
aspek-aspek bisnis yang perlu dievaluasi di dalam suatu perusahaan,
terdiri dari: aspek strategi perusahaan, aspek pemasaran dan pasar,
aspek operasional, aspek sumber daya manusia, dan aspek
keuangan. Setiap aspek bisnis yang dievaluasi ini perlu
dilengkapi dengan peralatan evaluasi (2006:124).
b) Metode Tradisional
Menurut Wahyuni, E., HS, T., Tangkilisan, H.N. (2005:124),
menyatakan bahwa pengukuran kinerja tradisional, terdiri dari:
1. Tingkat kembali investasi (Return on investment)
Adalah suatu model yang dikembangkan oleh Dupont. ROI
mengintegrasikan laporan operasional dan neraca dalam satu rasio
sederhana yang rumusnya, sebagai berikut:
ROI = Laba Operasi (Laba sebelum bunga dan
pajak) Rata-rata aktiva operasional
Laba operasi dimaksudkan untuk pengukuran kinerja dividen. Dengan
menggunakan ROI maka mendorong manajer untuk memperhatikan
dengan sungguh-sungguh hubungan antara penjualan, biaya, investasi,
besar pada aktiva operasional
2. Laba Residu
Laba residu adalah selisih antara laba operasi dan tingkat kembalian
minimum yang diisyaratkan atas aktiva operasi perusahaan yang
dinyatakan dalam unit moneter. Rumusnya sebagai berikut:
Residual Income = Laba operasi – (Persentase tingkat kembalian minimum x rata-rata aktiva operasi)
3. Nilai tambah ekonomis (Economic Value Added)
Adalah suatu konsep pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang
dikembangkan Sten & Stew art Co. EVA adalah laba setelah pajak
dikurangi total biaya modal tahunan. Apabila EVA positif maka
perusahaan telah berhasil menciptakan kemakmuran, tapi bila negatif
maka nilai perusahaan berkurang akibat tingkat pengembalian yang
dihasilkan lebih rendah daripada yang diisyaratkan.
c) Metode Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah metode untuk mengukur kinerja seseorang atau kelompok atau organisasi dengan menggunakan kartu untuk mencatat
skor hasil-hasil kinerja. Melalui Balanced Scorecard dilakukan pendekatan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan
mempertimbangkan aspek-aspek berikut: bila ditinjau dari segi internal
perusahaan (perspektif proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan), ditinjau dari segi eksternal perusahaan (perspektif
dan orang (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif
pelanggan), dan dari segi proses (perspektif keuangan, perspektif proses
bisnis internal)”.
2.3.1.2 Tujuan Pengukuran Kinerja
Menurut Wahyuni, HS, dan Tangkilisan (2005:16) menyatakan
bahwa,
”Tujuan utama pengukuran kinerja, antara lain: untuk memotivasi karyawan dalam mencapai tujuan organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindaka serta hasil yang diinginkan; untuk membantu dalam penetapan standar dan target, sarana untuk kemajuan, memotivasi, mengkomunikasikan strategi, organisasi, dan mempengaruhi perubahan perilaku; untuk dapat mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah dan mengoptimasi aktivitas yang bernilai tambah, sejalan dengan berkambangnya manajemen aktivitas”.
2.3.1.3 Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan (2007) menyatakan
bahwa, manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah, sebagai
berikut:
a) Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan
membawa perusahaan lebih dekat dengan pelanggannya serta
membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya
memberi kepuasan kepada pelanggan.
b) Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan bagian dari
mata rantai pelanggan dan pemasok internal.
upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut
(reduction of waste).
d) Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kurang
jelas atau samar- samar menjadi lebih konkret sehingga
mempercepat proses pembelajaran organisasi.
e) Membangun suatu konsensus untuk melakukan suatu perubahan
dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut 2.3.2 Balanced Scorecard
2.3.2.1 Konsep, Sejarah, dan Perkembangan Balanced Scorecard
Pertama kali diperkenalkan di USA yang pada awalnya ditujukan untuk
mengatasi problem tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang
berfokus pada aspek keuangan. Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian
riset kantor akuntan publik KPMG di USA yang diketahui oleh David P. Norton,
mensponsori studi tentang : “Pengukuran kinerja dalam organisasi masa depan”
studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan
yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak
lagi memadai.
Balanced Scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha para eksekutif ke kinerja keuangan dan non keuangan. Hasil studi tersebut diterbitkan
yang akan datang, diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup 4
(empat) perspektif : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, pespektif proses
bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasi konsep tersebut. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata : (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang
digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel di
masa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personel masa
depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Berdasarkan konsep
Balanced Scorecard kinerja keuangan sebenarnya merupakan hasil atau akibat dari kinerja non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan pertumbuhan). Pada awal implementasi Balanced Scorecard perusahaan yang ikut serta dalam eksperimen tersebut memperlihatkan pelipatgandaan kinerja
keuangan mereka. Keberhasilan ini didasari sebagai akibat dari penggunaan
ukuran kinerja Balanced Scorecard yang komprehensif. Dengan menambah ukuran kinerja non keuangan, eksekutif dipacu untuk memperlihatkan dan
melaksanakan usaha-usaha yang merupakan pemacu sesungguhnya (the
realdriver) untuk mewujudkan kinerja keuangan. Itulah sebabnya mengapa
Balanced Scorecarddisebut “Measure That Driver Performance”.
Dalam tahap implementasi, pelaksanaan rencana dipantau dengan
pendekatan Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerja eksekutif dalam empat perspektif : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pendekatan Balanced Scorecard dikomunikasikan kepada eksekutif untuk memberikan umpan balik (feedback) tentang kinerja mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.
Gambar 2.2
Perkembangan Balanced Scorecard
Pada tahap perkembangannya, Balanced Scorecard dimanfaatkan untuk setiap sistem manajemen strategik, sejak tahap perumusan strategi sampai tahap
kedalam perspektif yang lebih luas : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal,
serta pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui empat perspektif Balanced Scorecard, manajemen mampu menafsirkan dampak trend perubahan lingkungan bisnis yang kompetitif terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran strategi perusahaan.
2.3.2.2 Pengertian Balanced Scorecard
Pada tahun 1960-an Garrison (2000: 112), Perancis mengembangkan suatu
konsep yang sama dengan balance scorecard yang dinamai “Tableau de Bord” atau “Dashboard”. Di Eropa khusunsya di Perancis, manager telah menggunakan
pendekatan pengukuran kinerja, tableau de Bord, yang sangat mirip dengan
Balanced Scorecard. Tableau de Bord mengidentifikasikan pemicu keberhasilan perusahaan dalam 4 bidang : logistic, pemanufacturan, personalia dan
administrasi.
Balaced Scorecard pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton di
Harvard Business Revue Edisi Januari – Februari 1992 yang merupakan salah satu alat manajemen strategi yang terdiri dari satu rangkaian pengukuran yang dapat
memberikan gambaran non keuangan. Balanced Scorecard cocok satu sama lain activity based responsibility accounting, karena Balanced Scorecard memfokuskan pada proses dan memerlukan penggunaan informasi berbasis
aktfifitas untuk menerapakan banyak tujuan dan tolak ukurnya.
Balanced Scorecard merupakan suatu system management strategi yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan
yaitu : perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses usaha dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Tolak ukur kerja kinerja keuangan dan non keuangan kedua-duanya adalah
penting, kadang-kadang akuntan dan manager memfokuskan terlalu banyak
kepada tolak ukur keuangan seperti laba dan variant biaya, karena angka-angka
tersebut telah tersedia dari sistem akuntansi. Namun manager juga dapat
memperbaiki pengendalian operasional dengan mempertimbangkan tolak kerja
kinerja non keuangan.Tolak ukur demikian dapat lebih tepat waktu dan lebih
dekat pengaruhnya terhadap karyawan pada tingkat organisasi yang lebih rendah,
dimana produk atau jasa dibuat atau diberikan.
Untuk mengarahkan dan mengevaluasi kinerja perusahaan dalam
penciptaan nilai di masa depan dalam era informasi. Oleh karena itu diperlukan
pengukuran yang dapat menilai factor-faktor non financial yang dimiliki oleh
perusahaan. Balanced Scorecard melengkapi pengukuran financial dari kinerja masa lalu dengan pengukuran penggerak kinerja masa depan. Pengukuran menjadi
suatu hal vital sebelum melakukan evaluasi atau pengendalian terhadap suatu
objek, dalam Balanced Scorecard diturunkan dari visi dan strategi perusahaan. Objek disini bisa berarti suatu entitas bisnis, organisasi atau individu.
Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif,
yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis dalam perusahaan, serta
proses pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat (cause
and effect), perspektif keuangan menjadi tolak ukur utama yang dijelaskan oleh
tolak ukur operasional pada tiga perspektif lainnya sebagai driver (lead
indication).
Menurut Umar (2002: 370) megemukakan definisi Balanced Scorecard adalah:
“Penekanan pendekatan pada perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement), bukan hanya sekedar pada pencapaian suatu tujuan yang sempit, seperti laba sekian miliar rupiah. Perbaikan yang berkesinambungan ini penting agar organisasi dapat bersaing.”
Menurut Mulyadi (2001: 5) bahwa Balanced Scorecard:
“seperangkat peralatan manajemen yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan yang mencakup empat perspektif yaitu: keuangan, konsumen, proses bisnis / intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan.”
Selanjutnya Balanced Scorecard menurut Kaplan dan Norton (2000: 117) adalah :
“ukuran kinerja keuangan saja tidaklah cukup untuk menilai kinerja perusahaan yang diharapkan berhasil di masa depan tetapi juga harus memperhatikan empat aspek ukuran kinerja yaitu: perspektif belajar dan tumbuh (learning and growth perspective), perspektif proses internal / bisnis (customer perspective), dan perspektif keuangan (financial perspective). “
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
Balanced Scorecard adalah sistem manajemen strategik yang menerjemahkan misi dan strategi suatu organisasi dalam tujuan dan ukuran operasional. Tujuan
perspektif konsumen, perspektif proses bisnis, dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Tujuan dan ukuran untuk keempat perspektif tersebut dihubungkan
dengan serentetan hipotesis sebab dan akibat sehingga menghasilkan testable strategy dan memberikan feedback bagi para manajer.
2.3.2.3 Proses Penyusunan Balanced Scorecard
Menurut Mulyadi (2005 : 7), mengemukakan bahwa bangunan Balanced Scorecard dimulai dari visi perusahaan. Kemudian visi ini diuraikan dalam perspektif-perspektif pengukuran. Pada masing-masing perspektif tersebut
ditetapkan tujuan-tujuan strategis yang lebih spesifik yang merupakan penjabaran
dari visi perusahaan. Atas dasar tujuan strategis ini, perusahaan kemudian
menetapkan fakor-faktor keberhasilan kritikal agar visi perusahaan bisa
diwujudkan. Setelah penetapan fakor-faktor keberhasilan kritikal ini, kemudian
ditentukan ukuran-ukuran strategis yang mencerminkan strategi perusahaan.
Terakhir, perusahaan menyiapkan langkah-langkah spesifik yang akan
dilakukan pada masa mendatang agar tercapai tujuan tujuan strategis yang
merupakan syarat bagi pencapaian misi perusahaan.
2.3.2.4 Manfaat Balanced Scorecard
Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan menurut Kaplan dan Norton (2000: 122) adalah sebagai berikut :
2. Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal,
dan belajar dan bertumbuh)
3. Balanced Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem
dan prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan dimasa mendatang.
2.3.2.5 Komponen-Komponen dalam Balanced Scorecard
Balanced Scorecard yang dirancang dengan baik mengkombinasikan antara pengukuran keuangan dari kinerja masa lalu dengan pengukuran dari
pemicu kerja masa depan perusahaan. Tujuan spesifik pengukuran Balanced Scorecard perusahaan dijabarkan dari visi dan strategi perusahaan. Adapun berikut ini akan dijelaskan mengenai komponen-komponen penting dalam
Balanced Scorecard.
1. Perspektif Keuangan
Secara tradisional, laporan keuangan merupakan indikator historis
agregatif yang merefleksikan akibat dari implementasi dan eksekusi strategi
dalam satu periode. Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah
perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi
keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran
yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari
siklus kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda
pula.
Adapun tahapan-tahapan tersebut menurut Kaplan & Norton (2000: 136) yaitu :
a. Tahap Pertumbuhan (growth)
Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki
produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Di
sini, manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk
atau jasa baru, membangun dan mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas
produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur,
dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina
dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus
kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Dengan
demikian, tolak ukur kinerja yang cocok dengan tahap ini adalah, misalnya tingkat
pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah
ditargetkan.
b. Tahap Bertahan (sustain)
Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan
ini, peusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan
mengembangkannya jika mungkin. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan
untuk menghilangkan bottleneck, mengembangkan kapasitas, dan meningkatkan
perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran keuangan pada tahap ini
diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan tolak
ukur yang kerap digunakan pada tahap ini, misalnya ROI, ROCE, dan EVA.
c. Tahap Panen (harvest)
Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar memanen/menuai hasil
investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi
maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan
dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini, sehingga
diambil sebagai tolak ukur, adalah memaksimumkan arus kas masuk dan
Gambar 2.3
Penerapan Strategi Kinerja Keuangan Dalam Perusahaan
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan Balanced Scorecard, para manajer mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan
bersaing dengan berbagai ukuran kinerja unit bisnis di dalam sasaran
masingmasing. Perspekitf ini biasanya terdiri atas beberapa ukuran utama atau
ukuran ginerik keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan
Ada dua kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan yaitu Core Measurement Group dan Customer Value Proposition (Kaplan & Norton, 2000: 150) :
1. Kelompok yang pertama Core Measurement Group, terdapat lima tolak ukur yang tergabung dalam kelompok dibawah ini :
a. Market Share, yang mengukur seberapa besar proporsi segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh perusahaan.
b. Customer Acquisition, tingkat dimana perusahaan mampu menarik konsumen baru.
c. Customer Retention, tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen lamanya.
d. Customer Satisfaction, tingkat kepuasan konsumen terhadap kriteria kinerja tertentu, seperti tingkat pelayanan.
Gambar 2.4
Core Measurement Group
2. Kelompok yang kedua disebut Customer Value Proposition atau proporsi
nilai pelanggan yang menggambarkan performance’s driver (pemicu kerja)
yang menyangkut pertanyaan apa yang harus disajikan perusahaan untuk
mencapai tingkat kepuasan loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang
tinggi. Atribut yang disajikan perusahaan dapat dibedakan dalam tiga
kategori, yaitu:
a. Product or Services Atributes, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga dan kualitasnya. Dalam hal ini prioritas konsumen bisa
berbeda-beda, ada konsumen yang mengutamakan fungsi dari
produk, penyampaian yang tepat waktu dan harga murah.
dan apa yang dirasakan pelanggan saat membeli produk dari
perusahaan.
c. Image and Reputation, menggambarkan factor-faktor intangible yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan
perusahaan. Ketiga kategori yang mencakupdalam Customer Value Proposition dapat dilihat dengan jelas dalam model berikut ini :
Gambar 2.5
Costumer Value Proposition
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, agar dapat menentukan tolak ukur bagi kinerja ini,
manajemen perusahaan pertama-tama perlu mengidentifikasi proses bsinis
internal yang terdapat di dalam perusahaan.
a. Inovasi (Innovation) Proses inovasi dibagi menjadi dua bagian yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan pasar tersebut.
b. Operasi (Operations) Tahapan ini merupakan tahapan aksi dimana perusahaan secara nyata berupaya untuk memberikan solusi kepada para
pelanggan dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka.
c. Pelayanan Purna Jual (Postsale Service) Tahapan ini perusahaan berupaya untuk memberikan manfaat tambahan kepada para pelanggan yang telah
memberi produk-produknya dalam berbagai layanan purna transaksi
jual-beli, seperti garansi, aktivitas perbaikan dan pemrosesan pembayaran.
Gambar 2.6
Perspektif Proses Bisnis Internal
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Proses pembelajaran dan pertumbuhan organisasi bersumber dari tiga
prinsip, yaitu people, system, dan organizational procedures. Perspektif financial, pelanggan dan proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan yang
Scorecard menekankan pentingnya investasi untuk kepentingan masa depan, dalam perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan ada tiga fakor yang
diperhatikan, (Kaplan & Norton, 2000: 174), yaitu :
a. Kemampuan Karyawan (Employee Capabilities) Akibat adanya pergeseran teknologi yang menunjukkan seluruh pekerjaan
diotomatisasi, maka pekerjaan yang sama yang dilakukan secara
terusmenerus pada tahap efisiensi dan produktivitas yang tidak sama,
tidak lagi cukup bagi tercapainya keberhasila perusahaan, oleh karena
itu perusahaan harus melakukan perbaikan terus-menerus.
b. Kemampuan Sistem Informasi (Information System) Motivasi dan keahlian karyawan diperlukan dalam mencapai tujuan pelanggan dan
bisnis internal, namun itu saja tidak cukup jika mereka tidak memiliki
informasi yang memadai. Dalam persaingan bisnis yang sangat ketat
ini maka diperlukan informasi yang tepat, cepat, dan akurat sebagai
umpan balik. Informasi tersebut dapat berupa informasi tentang
pelanggan, proses bisnis internal, keuangan, dan keputusan yang
dibuat oleh karyawan.
c. Motivasi, Kekuasaan, dan keselarasan (Motivation, Empowerment, and Alignment) Ukuran dari motivasi karyawan adalah jumlah saran per-pegawai, dimana ukuran ini menangkap partisipasi karyawan yang
sedang berlangsung dalam memperbaiki kinerja perusahaan, dan
tingkat kualitas partisipasi karyawan dalam memberikan saran untuk
Gambar 2.7
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
2.3.2.6 Keunggulan Balanced Scorecard
Pengertian keunggulan pendekatan Balanced Scorecard dalam sistem perencanaan starategik menurut Mulyadi (2001: 18) adalah mampu menghasilkan
rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) komprehensif,
(2) koheren, (3) seimbang, dan (4) terukur. Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang cocok digunakan dalam manajemen kontemporer yang
memanfaatkan secara teknologi informasi dalam bisnis. Teknologi informasi tidak
menentukan apa yang harus dikerjakan pekerja, tetapi teknologi ini menyediakan
mereka. Dalam zaman teknologi informasi ukuran kinerja harus tidak lagi
ditujukan untuk mengendalikan tindakan personel, tetapi diarahkan untuk
pemotivasian personel. Konsep Balanced Scorecard adalah satu konsep pengukuran kinerja yang sebenarnya memberikan kerangka komprehensif untuk
menjabarkan visi ke dalam sasaran-sasaran strategik. Sasaran strategik yang
komprehensif dapat dirumuskan karena Balanced Scorecard menggunakan empat perspektif yang satu sama lainnya saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.
Di samping itu, sifat Balanced Scorecard yang memperluas perspektif yang dicakup (komprehensif) mewajibkan personel untuk membangun hubungan
sebab akibat (koheren) menyeimbangkan sasaran strategi yang dihasilkan oleh
sistem perencanaan strategi (seimbang) dan memudahkan pencapaian sasaran
strategi karena sifatnya yang dapat diukur (terukur) menjadikan Balanced Scorecard suatu alat ukur kinerja yang sangat membantu pihak perusahaan dalam memantau seluruh komponennya.
2.4 Hubungan antar variabel
2.4.1 Hubungan Strategi Bisnis dan Kinerja
Strategi adalah penentu alat keberhasilan perusahaan, strategi menciptakan
keunggulan bersaing yang mendayagunakan seluruh kinerja perusahaan.
Keunggulan bersaing merupakan hasil dari implementasi strategi yang
memanfaatkan berbagai sumberdaya yang diiniliki perusahaan.
Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh Porter ( 1990 ) menjelaskan
“keunggulan bersaing adalah jantung kinerja pemasaran untuk menghadapi persaingan. Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam pasarnya. Strategi ini harus didesain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus sehingga perusahaan dapat mendoininasi baik dipasar maupun pasar baru”.
2.4.2 Hubungan Strategi Teknologi Informasi dan Kinerja
Menurut Abdisalam Issa-Salwe, Munir Ahmed, Khalid Aloufi and
Muhammad Kabir (2010),
“Keselarasan antara Perencanaan SI/TI dengan Perencanaan Bisnis adalah merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan kinerja bisnis. Penyelarasan Sistem Informasi Strategi adalah sebuah cara yang effektif untuk mengembangkan dan memelihara sistem SI/TI yang mendukung kegiatan operasional bisnis.”
2.4.3 Hubungan Strategi Bisnis, Strategi Teknologi dan Kinerja
Hasil penelitian Harsono (Pengaruh Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi
Terhadap Kinerja Lembaga Pendidikan : Studi Kasus Perguruan Islam Al-Izhar
Pondok Labu. Jurnal Telematika Mkom. Vol 2 No.1. Maret 2010) mengatakan bahwa Strategi Bisnis mempengaruhi perumusan strategi teknologi. Strategi bisnis
dan strategi teknologi bersama-sama mempengaruhi kinerja bisnis.
2.5Penelitian Terdahulu
Berikut adalah daftar penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Perbedaan
2.6Kerangka Pemikiran Teoritis
Gambar 2.8
Kerangka Pemikiran Teoritis Manajemen Strategi
Strategi Bisnis
(Porter : 1990)
1. Cost Leadership 2. Differentiation 3. Focus
Strategi Teknologi Informasi Strategi Bisnis
IT Balanced Scorecard
(Grembergen : 2005)
1. Kontribusi Bisnis 2. Orientasi Pengguna 3. Keunggulan Operasi 4. Orientasi Masa Depan
Kinerja Perusahaan Balanced Scorecard (Kaplan & Norton : 2000) 1. Perspektif Financial
2. Perspektif Konsumen 3. Perspektif Internal Proses 4. Perspektif Pembelajaran dan
Strategi bisnis (X1)
Alat untuk mencapai keunggulan bersaing (Porter : 1990)
 Cost Leadership  Differentiation  Focus
Strategi teknologi Informasi (X2)
IT Balanced Scorecard
(Grembergen : 2005)
 Kontribusi Bisnis  Orientasi Pengguna  Keunggulan Operasi  Orientasi Masa Depan
Kinerja Perusahaan (Y)
Balanced Scorecard
(Kaplan & Norton : 2000)
 Perspektif Internal  Perspektif Konsumen  Perspektif Internal
Proses
 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 2.7Model Penelitian
Gambar 2.9
2.8Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap rumusan masalah
penlitian.
“Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2002) adalah jawaban sementara terhadap rumusan penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.”
“Margono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis.”
“Pengertian hipotesis ini, Nazir (2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.”
Jadi hipotesis merupakan dugaan sementara yang mungkin benar dan mungkin
salah, sehingga dapat dianggap atau dipandangsebagai konsklusi atau kesimpulan
yang sifatnya sementara, sedangkan penolakan atau penerimaan suatu hipotesis
tersebut tergantung dari hasil penellitian terhadap faktor-faktor yang
dikumpulkan, kemudian diambil suatu kesimpulan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil dugaan sementara
atau hipotesis sebagai berikut: “strategi bisnis dan strategi informasi mempunyai pengaruh secara parsial dan simultan terhadap kinerja pada PT.Valuestream
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh
strategi bisnis dan strategi teknologi informasi terhadap kinerja perusahaan (studi
kasus pada PT. Valuestream Internasional menggunakan Balanced Scorecard),
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian tanggapan responden paling baik adalah
indikator strategi teknologi informasi dan kurang baik adalah indikator
kinerja perusahaan. Sedangkan hasil penelitian mengenai sub-sub variabel
adalah sebagai berikut:
a. Variabel strategi bisnis indikator yang paling baik adalah focus dan yang terendah adalah cost leadership.
b. Variabel strategi teknologi informasi indikator yang paling baik adalah
orientasi pengguna dan orientasi masa depan sedangkan yang terendah
adalah kontribusi bisnis dan keunggulan operasi.
c. Variabel kinerja perusahaan indikator yang paling baik adalah
perspektif konsumen sedangkan yang terendah adalah perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan.
2. Berdasarkan analisis bahwa hipotesis strategi bisnis berpengaruh positif
3. Berdasarkan analisis bahwa hipotesis strategi teknologi informasi
pengaruhnya tidak signifikan terhadap kinerja perusahaan.
4. Berdasarkan uji simultan, strategi bisnis dan strategi teknologi informasi
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran
kepada perusahaan dan penelitian berikutnya:
1. Perusahaan harus meningkatkan kinerja perusahaan dengan
mengimplementasikan balanced scorecard yang di dukung oleh sistem IT
yang dapat mengevaluasi kinerja pada setiap departemen. Sedangkan
untuk setiap sub variabel perusahaan dapat menerapkan saran-saran
dibawah ini :
a. Hasil dari kuesioner variabel strategi bisnis menunjukkan bahwa sub
variabel cost leadership memberikan nilai terendah. Oleh karena itu perusahaan harus berusaha lebih menciptakan biaya yang efisien
dengan pengelolaan perusahaan yang efektif dengan pengembangan
sistem informasi pada setiap departemennya.
b. Hasil dari kuesioner variabel strategi teknologi informasi menunjukkan
bahwa sub variabel kontribusi bisnis dan keunggulan operasi nilai
terendah. Oleh karena itu pengembangan sistem Informasi PT.
perusahaan yang lebih memberikan efektifitas dalam operasional
perusahaan sehingga cost-cost yang tidak terduga seperti waktu, tenaga
pengerjaan lebih dapat ditekan dengan pengembangan sistem IT.
c. Hasil dari kuesioner variabel kinerja menunjukkan bahwa sub variabel
pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth) terendah. Oleh karena itu PT. Valuestream Internasional harus meningkatkan
kapabilitas karyawan dengan memberikan pelatihan dalam mengolah
sistem informasi perusahaan.
2. Pengembangan strategi bisnis perlu difokuskan pada penambahan biller-biller baru terutama biller yang penting seperti PDAM, pembayaran tiket transportasi untuk memberikan kenyamanan pada konsumen.
3. Pengembangan strategi informasi perlu di upayakan dalam dua dimensi
yaitu untuk internal dengan cara otomatisasi sistem IT di setiap
departemen dan eksternal dengan cara penambahan fitur-fitur pembayaran
baru dalam setiap program pembayarannya. Untuk penelitian selanjutnya
agar hasil yang didapat signifikan peneliti harus menambah konstruk
variabel lain misalnya pengaruh lingkungan eksterbal dan internal. Selain
itu peneliti juga harus mengarahkan penelitian pada objek penelitian yang
lebih luas terutama responden yang diteliti seperti menambah responden
pelanggan.
setiap departemen dapat melakukan perencanaan strategis terutama untuk
1 | H a l a m a n
pPerencanaan bisnis (Business Plan)
ANALISIS PENGARUH STRATEGI BISNIS
DAN STRATEGI TEKNOLOGI INFORMASI
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
(studi kasus pada PT. Valuestream Internasional, Bandung menggunakan balanced scorecard)
Hendri Mulyadi
Abstrak
PT. Valuestream Internasional adalah perusahaan IT dalam bidang switching yang sedang berkembang, tetapi dalam beberapa bulan terakhir mengalami penurunan kinerja jumlah
pelanggan. Penurunan disebabkan karena pengaruh dari kebijakan dari PT. PLN yang membatasi bank hanya bekerjasama dengan satu perusahaan switcing. Kebijakan itu berpengaruh pada strategi bisnis dan strategi teknologi informasi PT. Valuestream Internasional.
Penelitian pada PT. Valuestream Internasional bertujuan untuk meneliti sejauh mana implementasi strategi bisnis dan strategi teknologi informasi terhadap kinerja perusahaan. Indikator yang digunakan untuk strategi bisnis adalah analisis porter, Indikator yang digunakan untuk strategi teknologi informasi adalah IT Balanced Scorecard dan Indikator yang digunakan untuk kinerja perusahaan adalah Balanced Scorecard.
Penelitian menggunakan metode survei dengan membagikan kuesioner kepada seluruh karyawan PT.Valuestream Internasional.Pada penelitian ini didapatkan hasil strategi bisnis berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan. Strategi teknologi tidak berpengaruh secara parsial terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan secara simultan strategi bisnis dan strategi teknologi informasi berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Kata Kunci : Manajemen Strategi, Strategi Bisnis, Strategi TeknologiInformasi, Kinerja Perusahaan
Abstract
PT. Valuestream Internasional is developing company in switcing field. However, in the last several months, It experienced performance decrease of customer amount. It is caused by
influence of PT PLN decision that limits the bank to cooperate with one switching company. That decision influences to business strategy and information technology strategy of PT Valuestream Internasional.
The aim of this reseach is to find out the implementation of business strategy and information technology strategy to company performance. The indicator used in the business strategy is proter analysis,the indicator used in information technology strategy is IT balanced Scorecard and the indicator used in company performance is balanced scorecard. This research used survey method by giving questioner to all employee of PT Valuestream Internasional. Based on research can be concluded that result of business strategy influences parsially to company performance. Technology strategy doesn’t have an effect parsially to company performances, while business strategy and information technology strategy simultanly have an effect influences to company performance.
2 | H a l a m a n
1. Pendahuluan
Strategi adalah alat untuk mencapai keunggulan bersaing (Porter:2003). Strategi adalah penentu alat keberhasilan perusahaan, namun pembuatan keputusan tentang strategi bukanlah hal mudah karena perlu memperhatikan beberapa kondisi lingkungan yang melatarbelakangi. kinerja sebuah strategi tidak semata-mata ditentukan oleh bagaimana implementasi strategi dilakukan secara terus menerus, tetapi juga ditentukan oleh seberapa baik proses yang menyertai pengembangan strategi tersebut.
Menurut Porter ada dua jenis dasar competitive advantage yang bisa dimiliki oleh perusahaan yaitu low cost dan differentiation. Atas dasar itu ada tiga strategi generik untuk bisa mencapai hasil yang lebih baik dari rata-rata di dalam suatu industri. Ketiga strategi generik itu terdiri dari: cost leadership, differentiation dan focus. Ditambah dengan dua variasi dari strategi focus yaitu: cost focus dan differentiation focus.
Teknologi informasi merupakan suatu konsep utama yang berhubungan dengan teknologi yang nantinya akan mendukung suatu sistem. teknologi informasi meliputi konsep-konsep utama, pengembangan dan berbagai isu manajemen teknologi informasi yaitu hardware, software, jaringan, manajemen data dan banyak teknologi berbasis internet. Menurut Ward dan Peppard (2002:44) Strategi teknologi informasi adalah strategi yang berfokus pada penetapan visi tentang bagaimana teknologi dapat mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi dan sistem dari sebuah informasi.
Kinerja adalah wujud dari keberhasilan tim atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran stratejik yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja dipengaruhi oleh strategi
perusahaan, baik itu strategi corporate, strategi bisnis maupun strategi fungsional. Tolak ukur kerja kinerja keuangan dan non keuangan kedua-duanya adalah penting, kadang-kadang akuntan dan manager memfokuskan terlalu banyak kepada tolak ukur keuangan seperti laba dan variant biaya, karena angka-angka tersebut telah tersedia dari sistem akuntansi. Namun manager juga dapat memperbaiki pengendalian operasional dengan mempertimbangkan tolak kerja kinerja non keuangan. Tolak ukur demikian dapat lebih tepat waktu dan lebih dekat pengaruhnya terhadap karyawan pada tingkat organisasi yang lebih rendah, dimana produk atau jasa dibuat atau diberikan.
Untuk mengarahkan dan mengevaluasi kinerja perusahaan dalam penciptaan nilai di masa depan dalam era informasi. Oleh karena itu diperlukan pengukuran yang dapat menilai factor-faktor non financial yang dimiliki oleh perusahaan. Balanced Scorecard melengkapi pengukuran financial dari kinerja masa lalu dengan pengukuran penggerak kinerja masa depan. Pengukuran menjadi suatu hal vital sebelum melakukan evaluasi atau pengendalian terhadap suatu objek, dalam Balanced Scorecard diturunkan dari visi dan strategi perusahaan. Objek disini bisa berarti suatu entitas bisnis, organisasi atau individu.
3 | H a l a m a n
tidak berdampak pada melemahnya kinerja, malah sebaliknya meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini terlihat dari meningkatnya pendapatan perusahaan setiap tahunnya.
Penurunan transaksi PT. Valuestream Internasional selama 3 bulan terakhir karena penerapan kebijakan dari PT. PLN dan kurangnya fitur-fitur pembayaran pada PT. Valuestream Internasional sehingga menyebabkan bank-bank yang sebelumnya bekerjasama dengan PT. Valuestream Internasional akhirnya beralih ke switching lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai variabel strategi bisnis, strategi teknologi informasi dan kinerja perusahaan pada PT. Valuestream Internasional. 2)Untuk mengetahui besarnya pengaruh strategi bisnis dan strategi teknologi informasi secara parsial terhadap kinerja perusahaan pada PT. Valuestream Internasional. 3)Untuk mengetahui besarnya pengaruh strategi bisnis dan strategi teknologi informasi secara simultan terhadap kinerja perusahaan pada PT. Valuestream Internasional.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah a) Metoda yang digunakan dalam mememetakan strategi bisnis menggunakan metoda Analisis Porter dan strategi teknologi informasi IT Balanced Scorecard. b) Pengukuran kinerja perusahaan menggunakan konsep Balanced Scorecard.
2. Kajian Pustaka
2.1. Strategi Bisnis
Strategi secara sederhana dapat diartikan sebagai alat mencapai tujuan. Strategi juga dipandang sebagai arah atau pandangan yang akan dilaksanakan dan pola kerja yang akan diterapkan
oleh suatu perusahaan.Menurut Porter strategi adalah alat untuk mencapai keunggulan bersaing (1990: 6).Menurut Chandler (2000 : 3) strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Strategi adalah penentu alat keberhasilan perusahaan, namun pembuatan keputusan tentang strategi bukanlah hal mudah karena perlu memperhatikan beberapa kondisi lingkungan yang melatarbelakangi. kinerja sebuah strategi tidak semata-mata ditentukan oleh bagaimana implementasi strategi dilakukan secara terus menerus, tetapi juga ditentukan oleh seberapa baik proses yang menyertai pengembangan strategi tersebut.
Menurut Porter ada dua jenis dasar competitive advantage yang bisa dimiliki oleh perusahaan yaitu low cost dan differentiation. Atas dasar itu ada tiga strategi generik untuk bisa mencapai hasil yang lebih baik dari rata-rata di dalam suatu industri. Ketiga strategi generik itu terdiri dari: cost leadership, differentiation dan focus. Ditambah dengan dua variasi dari strategi focus yaitu: cost focus dan differentiation focus.
2.2. Strategi Teknologi Informasi
Menurut Ward dan Peppard (2002:44), “Strategi teknologi informasi adalah strategi yang berfokus pada penetapan visi tentang bagaimana teknologi dapat mendukung dalam memenuhi kebutuhan informasi dan sistem dari sebuah informasi.”