• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Analisis Terhadap Desain Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada PT X).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Analisis Terhadap Desain Balanced Scorecard (Studi Kasus Pada PT X)."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Keberhasilan dari penerapan balanced scorecard dipengaruhi oleh banyak hal atau faktor, diantaranya adalah faktor kepemimpinan, budaya, atau bahkan desain dari balanced scorecard itu sendiri. Penelitian ini difokuskan untuk meneliti fak-tor-faktor dalam desain balanced scorecard yang dapat mendukung atau menghambat penerapan balanced scorecard pada sebuah perusahaan. Penulis memilih sebuah perusahaan berskala nasional yang telah menerapkan balanced scorecard selama delapan tahun hingga saat ini.

Penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi setiap elemen dari desain ba-lanced scorecard yang ada, yaitu sasaran strategis, pengukuran kinerja, target kinerja, inisiatif strategi dan termasuk anggarannya. Hasil penelitian menemukan adanya dua faktor pendukung pada sasaran strategis, yaitu (1) hubungan antara sasaran strategis dan strategi yang dijalankan oleh perusahaan, dan (2) hubungan sebab-akibat antara sasaran strategis yang satu dengan yang lainnya. Di dalam sa-saran strategis ini penulis tidak menemukan adanya faktor yang dapat mengham-bat penerapan balanced scorecard.

Berbeda dengan pengukuran kinerja dimana penulis menemukan satu masalah yang dapat menjadi faktor penghambat, yaitu pengukuran kinerja yang tidak mengukur kejadian yang sesungguhnya (isolating the true event). Fakto r yang mendukung pada pengukuran kinerja adalah quantitative, isolating the true event, accessible, frequently updated, mixed-message measures, easily understood, rele-vant, mix of lag and lead, control, dan driving the right behavior.

Sama halnya dengan target kinerja perusahaan, penulis menemukan dua faktor pendukung, yaitu (1) target perusahaan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, dan (2) target kinerja yang up-to-date. Sedangkan faktor yang dapat menghambatnya adalah tidak digunakannya sebuah jangkauan (range) dalam target perusahaan.

Sedangkan pada inisiatif strategi perusahaan, yang mendukung penerapannya adalah perusahaan telah melakukan pemetaan terhadap sasaran strategi perusa-haan, lalu perusahaan juga membuat daftar inisiatif strategi perusahaan dan perusahaan mengeliminasi segala inisiatif yang non-strategis. Faktor penghambatnya adalah tidak adanya prioritas dalam melaksanakan inisiatif strategi.

(2)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR………...ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………..viii

DAFTAR LAMPIRAN……….ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………...1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

1.5 Rerangka Pemikiran ... 5

1.6 Metoda Penelitian ... 7

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Balanced Scorecard ... 9

2.1.1 Empat Perspektif dalam Balanced Scorecard………11

2.2 Meninjau Ulang Balanced Scorecard………..15

2.2.1 Meninjau Ulang Strategy Map………...17

(3)

2.2.3 Target Setting……….28

2.2.4 Strategic Initiatives………30

2.2.5 Anggaran Perusahaan……….31

BAB III OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian………....34

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan……….………34

3.1.2 Ruang Lingkup Divisi-divisi ………..……….35

3.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi………..…………39

3.1.3.1 Tugas Pokok Perusahaan………...39

3.1.3.2 Fungsi Perusahaan………...40

3.1.4 Misi, Visi dan Nilai Dasar Perusahaan………....40

3.1.5 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas……….41

3.1.5.1 Struktur Organisasi………42

3.1.5.2 Uraian Tugas………..42

3.2 Metoda Penelitian………..42

3.2.1 Metoda Pengolahan Data……….44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sasaran Strategi………..46

4.2 Pengukuran Kinerja………53

4.3 Target Kinerja……….64

(4)

4.5Anggaran………..74

4.6 Pembahasan Keseluruhan………...76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan……….78

5.2 Saran………...79

DAFTAR PUSTAKA………..81

(5)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1.1 : Alokasi Waktu Penelitian...8

Tabel 3.1 : Kriteria Evaluasi……….……….45

Tabel 4.1 : Evaluasi Sasaran Strategis……….………..49

Tabel 4.2 : Evaluasi Pengukuran Kinerja………..……….58

Tabel 4.3 : Hubungan Lag dan Lead Indicator………...62

Table 4.4 : Evaluasi Target……….…………...66

Tabel 4.5 : Evaluasi Inisiatif Strategi………..…………...70

Tabel 4.6 : Evaluasi Anggaran………..………….75

Gambar 1.1 : Evaluasi Desain Balanced Scorecard...6

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

(7)

LAMPIRAN

Uraian Tugas

Untuk mencapai sasaran dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pemegang

saham, pegawai, divisi-divisi, regulator, maka diperlukan suatu uraian tugas yang

jelas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan secara efisien dan efektif.

Pengelompokkan sasaran aktivitas di dalam proses bisnis yang dilakukan

berdasarkan kompetisi dan lingkup pekerjaan, membentuk uraian tugas yang

terdiri dari:

1. Dewan Direksi

Dengan anggota dewan, yaitu: Direktur Utama, Direktur Perencanaan dan

Teknologi, Direktur Operasi dan Pemasaran, Direktur SDM dan Direktur

Keuangan.

2. Direktur Perencanaan dan Teknologi

Dibantu oleh beberapa Vice President, yaitu:

a. Vice President Perencanan dan Teknologi:

Bertanggung jawab kepada Direktur Perencanaan dan Teknologi. Mempunyai

tugas utama:

Bertanggung jawab atas penentuan alternatif-alternatif pengembangan strategik

(8)

arah strategik bagi seluruh penanggungjawab proses bisnis dalam pengelolaan dan

pengembangan perusahaan.

Mempunyai kebebasan bertindak:

1. Menjabarkan visi, misi, dan tujuan perusahaan ke dalam konsepsi

pengembangan strategik.

2. Memutuskan alternatif dan strategi pendayagunaan teknologi dalam

mencapai tujuan perusahaan.

3. Menetapkan alternatif strategi pengembangan perusahaan.

4. Menetapkan referensi dan narasumber (internal dan eksternal), baik

nasional maupun global.

5. Menetapkan Strategic Formulation, Strategic Implementation, dan

Responsibility Pengembangan Perusahaan.

6. Menetapkan dan mengembangkan Manajemen Strategik Perusahaan

melalui DIVLAT dan Lembaga Pendidikan lainnya.

7. Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,

dsb) di lingkungan kerjanya.

8. Mengelola sumber daya (keuangan, informasi dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

b. Vice President Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan

Bertanggung jawab kepada Direktur Perencanaan dan Teknologi. Mempunyai

tugas utama:

1. Bertanggung jawab atas konsepsi dan pengembangan perencanaan

(9)

implementasinya agar peran dan fungsi-fungsi pembangunan dalam

mencapai tujuan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif, terpadu

(waktu, lokasi, teknologi, pendanaan, dll) dan terkendali.

2. Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengendalian anggaran

investasi.

Mempunyai kebebasan bertindak:

1. Menetapkan persetujuan atas usulan yang dapat diterima untuk

reprogramming.

2. Memutuskan penjabaran strategi perusahaan ke dalam strategi

perusahaan ke dalam rencana strategi pembangunan.

3. Mengendalikan implementasi Rencana Induk Pembangunan.

4. Merekomendasikan performansi Divisi Pembangunan.

5. Pengendalian hasil evaluasi implementasi strategi pembangunan yang

dilaksanakan oleh pemegang fungsi pembangunan.

6. Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,

dsb) di lingkungan unit kerjanya.

7. Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya

lainnya) untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

c. Asistensi Logistik

Bertanggung jawab atas:

1. Pemberian advisori kepada Direksi, sehingga Direksi memperoleh

informasi dan kajian-kajian yang akurat dan up to date berkenaan

(10)

2. Pengembangan metode dan pengembangan sistem logistik bagi

divisi-divisi perusahaan, sehingga divisi-divisi-divisi-divisi mempunyai panduan atau

pedoman sistem logistik yang sejalan dengan strategi pengembangan

perusahaan.

3. Pelaksanaan negosiasi dan kerjasama dalam rangka pengadaan yang

“terpusat” dan berjangka panjang, sehingga proses logistik dapat

mendukung secara efektif pencapaian sasaran dan tujuan perusahaan.

Mempunyai kebebasan bertindak:

1. Memberikan rekomendasi terbaik kepada Direksi mengenai proses

inbound dan strategi pengadaan.

2. Memberikan advisori kepada manajer lini berkaitan dengan

masalah-masalah logistik.

3. Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,

dsb) di lingkungan unit kerjanya.

4. Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya

lainnya) untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

d. Proyek Bisnis

Direktur Perencanaan dan Teknologi juga membawahi

1. Divisi Pembangunan

2. Divisi Risti

3. Direktur Operasi dan Pemasaran

(11)

a. Vice President Pemasaran

Mempunyai tujuan posisi:

1.Bertanggung jawab atas peumusan Strategi Pemasaran dan penyusunan

kebijakan manajemen produk yang akan dipergunakan sebagai pedoman

bagi divisi-divisi yang menjalankan fungsi pemasaran, sehingga seluruh

rangkaian proses pemasaran mampu membangun “mempertahankan” dan

meningkatkan pertumbuhan pasar (market growth) dan “pangsa pasar”

(market share).

Mempunyai kebebasan memutuskan:

2.Memilih produk baru yang layak direkomendasikan untuk diluncurkan.

3.Memilih produk yang layak direkomendasikan untuk ditarik dari pasar.

4.Merencanakan pengalokasian sumber daya yang diperlukan untuk riset

pemasaran.

5.Menentukan strategi promosi dan pemasaran yang efektif dan efisien.

6.Menentukan kebijakan dan strategi pengelolaan teleponn umum.

7.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,

dsb) di lingkungan unit kerjanya.

8.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

b. Vice President Pelayanan

Mempunyai tujuan posisi:

1.Bertanggung jawab atas strategi perumusan dan pengembangan kebijakan

(12)

Services untuk memenuhi standar pelayanan kelas dunia sehingga

meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan secara optimal.

2.Pengelolaan kegiatan Corporate Customer untuk memberikan solusi total

dalam upaya meningkatkan pendapatan perusahaan dan loyalitas pelanggan.

Mempunyai kebebasan memutuskan, yaitu:

1.Menentukan alternatif sistem dan prosedur serta standar pelayanan.

2.Memberikan peringatan dini dan saran tidak lanjut kepada unit loni

operasional atas implementasi prosedur pelayanan yang tidak standar.

3.Melakukan kerjasama dengan mitra kerja dalam pengembangan sistem dan

prosedur pelayanan serta standar pelayanan.

4.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,

dsb) di lingkungan kerjanya.

5.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

c. Vice President Change Management

Tujuan posisinya adalah:

1.Keberhasilan implementasi program perubahan agar berjalan sesui dengan

rencana yang telah ditetapkan dan mampu mengurangi tantangan terhadap

perubahan (resistance to change), sehingga tujuan dari perubahan tersebut dapat dicapai dengan sukses.

2.Pengendalian dan implementasi Manajemen Mutu perusahaan, dengan

(13)

standarisasi dan pengelolaan pengukuran mutu, sehingga dapat dikendalikan

peningkatan mutu secara komprehensif dan berkesinambungan.

Kebebasan memutuskan:

1.Menyusun standar kinerja untuk setiap program termasuk rinciannya dan

mengintegrasikannya ke dalan kesatuan yang utuh.

2.Berwenang merencanakan, mengorganisasikan dan mengendalikan seluruh

sumer daya yang berada di unit kerjanya untuk mendukung pencapaian

kinerja.menentukan konsultan manajemen yang mampu memberikan

masukan menuju proses perubahan yang sukses.

3.Menentukan metode terbaik dalam implementai manajemen mutu.

4.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,

dsb) di lingkungan kerjanya.

5.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

d. Vice President Performansi

Mempunyai tujuan posisi:

Bertanggung jawab atas pengelolaan Performansi Bisnis dan Performansi

Network bagi Divisi Utama, dengan upaya:

1.Penetapan rancangan metode penilaian dan mengendalikan peningkatan

performansinya, sehingga performansi bisnis dan performansi Network

Divisi Utama dapat ditingkatkan secara sinergis.

2.Penyediaan informasi dan masukan yang berkaitan dengan manajemen

(14)

keputusan manajemen, sehingga manajemen memperoleh informasi yang

akurat mengenai kondisi performansi bisnis (bisnis dan network) guna

mendukung efektivitas keputusan manajemen.

Mempunyai kebebasan untuk memutuskan:

1.Memberikan “warning alarm” dan saran kepada Divisi Utama yang

berkaitan dengan peningkatan performansi bisnis dan network.

2.Mengusulkan kepada DIROPSAR mengenai pengelolaan performansi bisnis

dan network bagi divisi-divisi Utama.

3.Merancang, mengusulkan penetapan dan mengendalikan performansi bisnis

dan network Divisi Utama.

4.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, mutasi, dsb) di

lingkungan unit kerjanya.

5.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

e. VicePresident Tarif dan Interkoneksi

Tujuan posisi:

1.Bertanggungjawab atas perencanaan dan pengendalian proses bisnis

interkoneksi perusahaan secara menyeluruh, sehingga bisnis interkoneksi

dapat terlaksana secara efektif dan memberi nilai tambah terhadap

perusahaan.

2.Bertanggungjawab atas strategi perencanaan dan perhitungan tarif JASTEL

yang kompetitif dan mampu memberikan keuntungan optimal bagi

(15)

Kebebasan memutuskan:

1.Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan penerapan

kebijakan billing, rekonsiliasi, kliring dan penagihan interkoneksi.

2.Merekomendasikan proposal pentarifan, negosiasi tarif, pemilihan metode

costing.

3.Menyelesaikan permasalahan kerjasama interkoneksi dengan penyelenggara

lain (Operator Non PT “X”).

4.Menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan penerapan

kebijakan teknis dan komersial interkoneksi.

5.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,dsb) di lingkungan unit kerjanya.

6.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

Selain Vice President, Direktur Operasi dan Pemasaran juga membawahi:.

a. Kepala Proyek SISKA.

b. Kepala Bagian Sekretariat Direktorat Operasi dan Pemasaran.

c. Probis Enterprise.

d. Divisi Regional.

e. Divisi Network.

f. Divisi Multimedia.

g. Divisi Atelir.

(16)

Dibantu oleh beberapa Vice President:

a. Vice President Anggaran

Mempunyai tugas pokok:.

1.Bertanggung jawab dalam merancang, mengalokasikan, merealokasikan

anggaran dan merumuskan strategi keuangan dan anggaran perusahan untuk

pencapaian target perusahaan baik dalam pengelolaan anggaran maupun

performansi keuangan perusahaan.

2.Bertanggung jawab dalam mengevaluasi penyertaan PT “X” pada anak

perusahaan sehingga penyertaan tersebut menguntungkan perusahaan.

Kebebasan bertindak:

1.Memilih, mengembangkan, merekomendasikan sistem penganggaran dan

pelaporan manajemen.

2.Merekomendasikan strategi pengndalian anggaran dan keuangan.

3.Merekomendasikan Portfolio Investasi anak perusahaan.

4.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,dsb) di lingkungan unit kerjanya.

5.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

b. Vice President Perbendaharaan

Mempunyai tugas pokok:

Bertanggungjawab dalam pengelolaan dan pengendalian seluruh kegiatan

pemilihan dan penyediaan sumber-sumber pendanaan serta alokasi sehingga

(17)

minimal, namun tetap mempertahankan tingkat likuiditas perusahaan yang

optimal.

Kebebasan bertindak:

1.Merumuskan strategi dan kebijakan pendanaan.perusahaan.

2.Menetapkan strategi pengendalian cashflow yang optimal. 3.Merumuskan strategi pengelolaan strategi keuangan.

4.Memiliki kewenangan otorisasi pengeluaran atau penempatan dana sesuai

dengan-kewenangan yang diberikan.

5.Memiliki kewenangan untuk melakukan tranksaksi valas sesuai dengan

kewenangan yang diberikan.

6.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,dsb)

di lingkungan unit kerjanya.

7.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

c. Vice President Akuntansi

Tugas pokok:

1.Bertanggung jawab dalam penyelenggaraan akuntansi dan penyajian laporan

keuangan perusahaan yang wajar, akurat, konsisten dan tepat waktu sehingga

dapat memberikan informasi keuangan yang dapat dipergunakan sebagai

pengambil keputusan bagi manajemen perusahaan dan pihak eksternal.

2.Bertanggung jawab dalam perumusan kebijakan, sistem dan prosedur

(18)

yang berlaku, serta penyelenggaraan perpajakan yang sesuai dengan

undang-undang yang berlaku.

Kebebasan bertindak:

1.Merekomendasikan kebijakan akuntansi PT “X” yang sesuai dengan

prinsip-prinsip yang berlaku.

2.Menetapkan system dan prosedur akuntansi PT “X”.

3.Merekomendasikan kebijakan perpajakao sesuai dengan undang-undang

yang berlaku.

4.Merekomendasikan laporan keuangan perusahaan.

5.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,dsb) di lingkungan unit kerjanya.

6.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

d. Kepala Bagian Sekretariat Direktorat Keuangan

Tugas pokok:

1.Bertanggung jawab dalam kesekretariatan DITKUG, pemberian advisory

kepada Dirkug dan mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas di lingkungan

DITKUG sesuai dengan penugasan dari Dirkug.

2.Bertanggung jawab dalam mengkoordinir laporan-Iaporan manajemen

berikut analisisnya.

3.Bertanggung jawab dalam hal penyusunan dan mengevaluasi RKA di

lingkungan Direktorat Keuangan.

(19)

1. Melakukan otorisasi pengeluaran uang sesuai dengan kewenangan yang

dilimpahkan.

2.Menetapkan kalender kegiatan Direktur Keuangan baik ekstemal maupun

internal.

3.Membuat keputusan tertentu yang dilimpahkan oleh Direktur Keuangan.

4.Merekomendasikan hasil analisis laporan-laporan di lingkungan Direktorat

Keuangan.

Selain itu Direktur Keuangan membawahi:

1. Yayasan

2. Anak Perusahaan

5. Direktorat Sumberdaya Manusia

Dibantu oleh beberapa Vice President:

1. Vice President Pengembangan Sumber Daya Manusia

Tujuan posisi:

1.Bertanggungjawab atas pengelolaan pengembangan sumberdaya manusia

dengan melakukan upaya pengelolaan Perencanaan Strategik SDM,

Pengembangan Kompetensi, Pengembangan Manajemen dan Eksekutif, serta

Pengelolaan Hubungan Kerja dan Konseling. Diharapkan melalui

pengelolaan di atas, Unit Pengembangan SDM dapat memberikan kontribusi

dalam hal penyediaan kader SDM sehingga dapat mendukung pencapaian

tujuan perusahaan.

(20)

1.Menjabarkan visinya di bidang SDM dalam mengarahkan perencanaan.

strategi SDM, pengembangan manajemen dan eksekutif, pengembangan

kompetensi dan pengelolaan hubungan kerja serta konseling.

2.Memilih kandidat potensial untuk eksekutif dan posisi kunci yang diajukan

oleh bawahan untuk direkomendasikan di tingkat eksekutif.

3.Menentukan pilihan strategi pengelolaan SDM perusahaan yang mampu

mendukung pencapaian sasaran bisnis perusahaan.

4.Mengendalikan implementasi dari setiap tahapan strategi dan perencanaan

yang telah disusun dengan jalan memberikan, mengukur, menilai dan

mengajukan usulan untuk peningkatan kinerja kepada manajer lini ataupun

ke tingkat eksekutif.

5.Bertindak dan bertanggung jawab selaku organ LITSUS Perusahaan.

6.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,dsb) di lingkungan unit kerjanya.

7.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

2. Vice President Pengembangan Sistem SDM

Tujuan posisi:

1.Bertanggungjawab atas pengembangan sistem manajemen SDM, dengan

upaya penjabaran pengembangan strategi perusahaan ke dalam

pengembangan operasional, pengembangan sistem kompensasi dan benefit,

pengembangan SISDUR pengelolaan SDM, serta pendayagunaan sistem

(21)

perusahaan selaras dengan pengembangan strategi perusahaan, serta mampu

secara efektif mendukung manajer lini dalam mendayagunakan dan

mengelola produktivitas SDM dalam mewujuclkan misi perusahaan.

Kebebasan memutuskan:

1.Melakukan koreksi atas materi pengemabangan sistem SDM yang diusulkan

oleh manajer lini, dalam rangka penyelarasan dengan master plan SDM dan

tata urutan pengaturan SDM.

2.Mengendalikan implementasi sistem SDM.

3.Menentukan materi yang diperlukan dalam perumusan induk SDM, dalam

rangka penyelarasan dengan visi dan kebijaksanaan Direksi yang berkaitan

dengan sistem manajemen SDM.

4.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,

dsb) di lingkungan unit kerjanya.

5.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

3. Koordinator Divisi Pendukung dan Kekaryaan

Tujuan posisi:

1.Pembinaan hubungan interdependensi antas Divisi Pendukung (DIVLAT,

DIVPERTI, DIVSISFO) dengan Divisi Utama, Divisi lainnya dan kantor

perusahaan sehingga mampu memberikan nilai tambah dan dukungan

(22)

2.Pemberian alternatif-alternatif peningkatan performansi Divisi Pendukung

sehingga dapat dicapai sinergi organisasi dan performansi usaha yang

maksimal.

3.Pemeliharaan iklim. kerja yang harmonis dan merealisasikan tanggungjawab

sosial kemasyarakatan dengan melakukan upaya-upaya pembinaan

kekaryaan serta penyelarasan.

Kebebasan memutuskan:

1.Merancang, mengusulkan penetapan dan mengendalikan performansi

pelayanan Divisi pendukung.

2.Memberikan saran kepada Divisi Pendukung dalam. rangka perbaikan

performansinya.

3.Merekomendasikan hasil kajian mengenal alternatif

kemungkinan-kemungkinan/peluang pengembangan bisnis Divisi Pendukung, berikut

indikator-indikator kinerjanya.

4.Merekomendasikan hasil evaluasi dan memberikan solusi perbaikan kinerja

yang disesuaikan dengan tuntutan customer (Divisi Utama, Divisi lainnya dan kantor perusahaan).

5.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,dsb) di lingkungan unit kerjanya.

6.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

Selain membawahi Vice President tersebut di atas Direktur Sumber Daya

(23)

6. Sekretaris Perusahaan

Bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Mempunyai tujuan posisi:

1.Bertanggungjawab mengelola penyelanggaraan proses eksekutif termasuk

dukungan manajemen dan sekretariat perusahaan, sehingga proses eksekutif

dapat terlaksana secara efektif dengan lindungan hukum yang dinamis,

melalui aktivitas komunikasi dan informasi yang terseleksi (selected

information) untuk memberikan nilai tambah terhadap citra perusahaan, serta mewujudkan tanggung jawab sosial perusahaan.

2.Menjamin pelaksanaan aktivitas administrasi dan pembinaan SDM kantor

perusahaan sesuai dengan kewenangan yang ditetapkan.

Selain tanggung jawab yang tersebut di atas Sekretaris Perusahaan juga

mempunyai kebebasan untuk memutuskan:

1.Menyelesaikan masalah-masalah hukum di dalam maupun di luar

perusahaan.

2.Menetapkan nominasi usulan promosi dan mutasi SDM untuk SIJAB I dan

II.

3.Menetapkan dibidang SDM sesuai dengan kewenangan.

4.Menetapkan dana bantuan kepedulian sosial sesuai dengan kewenangan.

5.Menetapkan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan kewenangan.

6.Merencanakan program-program yang berkaitan dengan PUREL dan

perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan.

(24)

8.Menetapkan hasil analisis laporan manajemen.

9.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,

dsb) di lingkungan unit kerja.

10. Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

7. Ketua Kelompok Pengembangan Bisnis (Business Development

Group/BDG)

Mempunyai kedudukan yang sejajar dengan Sekretaris Perusahaan yang

juga bertanggung jawab kepada Direktur Utama. Mempunyai tujuan posisi:

1.Bertanggungjawab mengatur dan mensupervisi pengembangan portfolio

bisnis PT “X”, aliansi strategik perusahaan sesuai dengan keinginan

pemegang saham PT “X” untuk mencapai posisi strategis dan nilai tambah

bisnis perusahaan.

Mempunyai kewenangan untuk memutuskan:

1.Melakukan negosiasi komposisi dan perubahan jumlah saham perusahaan

pada anak-anak perusahaan dengan para investor.

2.Menetapkan target usaha dan memonitor kinerja usaha anak-anak

perusahaan, serta melakukan intervensi manajemen anak perusahaan

bilamana diperlukan untuk mewujudkan target kinerja usaha yang telah

(25)

3.Melaksanakan penyesuaian manajemen dan distribusi pemegang saham pada

anak perusahaan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan oleh DIRUT PT

“X”.

4.Mengelola alokasi investasi-investasi usaha baru ke dalam bentuk anak

perusahaan PT “X”.

5.Mengembangkan SDM (pelatihan, pendidikan, reward, promosi, mutasi,dsb)

di lingkungan unit kerjanya.

6.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi, dan sumber daya lainnya)

untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.

8. Kepala Auditor Internal

Bertanggungjawab kepada Direktur Utama, dan mempunyai tujuan posisi:

1.Bertanggungjawab atas penyediaan informasi audit yang objektif dan

independen sehingga dapat mengidentifikasi cara-cara perusahaan

meningkatkan atau memperbaiki kinerja bisnisnya serta mampu

mengendalikan resiko atas praktek-praktek bisnis yang dilakukannya.

2.Melakukan pengendalian, pengawasan, evaluasi dan indentifikasi secara

objektif dan independen terhadap seluruh proses dan kegiatan perusahaan

yang mencakup cara-cara atau praktek-praktek yang dilakukan oleh

perusahaan untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam

Prospektus, CSS, T-20001, RKA dan program-program strategis lainnya.

3.Melakukan pengawasan, pengendalian dan evaluasi tehadap pelaksanaan

(26)

memberikan "warning alarm" untuk setiap potensi ketidaktercapaian atau

penyimpangan program.

4.Melakukan pengendalian dan bertindak sebagai internal auditor bagi

divisi-divisi yang tidak memiliki indikator.

Kebebasan memutuskan:

1.Memberikan rekomendasi atas basil audit kepada manajemen perusahaan

dan divisi-divisi yang menjadi lingkup tanggung jawabnya.

2.Memberikan rekomendasi atas hasil pengendalian, evaluasi dan identifikasi

ketercapaian prospectus dan program strategik lainnya .

3.Menetapkan program-program audit rutin.

4.Mengembangkan SDM (pelatiban, pendidikan, reward, mutasi, promosi,

dsb) di lingkungan unit kerjanya.

5.Mengelola sumber daya (keuangan, informasi dan sumber daya lainnya)

(27)

Deskripsi dan Cara Ukur KPI

1. Customer Satisfaction Index adalah prosentase tingkat kepuasan pelanggan yang diperoleh dari hasil survey eksternal menggunakan metode

sampling (outsourcing) dengan kriteria Top Two Boxes. Merupakan

perbandingan antara persepsi dan ekspektasi pelanggan Corporate Custome, Non Corporate Customer dan Flexi. Sumber data adalah hasil survey oleh konsultan eksternal ( outsourcing).

Penilaian prestasi : Realisasi / Target

2. Customer Loyalty Index adalah prosentase tingkat loyalitas pelanggan yang diperoleh dari hasil survey eksternal ( outsourcing ) dengan kriteria

Top Two Boxes, yang merupakan perbandingan antara persepsi dan ekspektasi pelanggan Corporate Customer, non Corporate Customer, dan Flexi. Sumber data adalah hasil survey oleh konsultan eksternal (outsourcing).

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

3. Rasio cabutan adalah prosentase perbandingan antara jumlah cabutan dengaan jumlah hasil pemasaran. Cabutan tersebut dikarenakan atas permintaan sendiri pelanggan (APS), cabutan karena tunggakan selain Reboundary dan Replasment. Dihitung kumulatif sampai dengan periode penilaian. Sumber data SISKA/ RDB.

Cara Pengukuran : Jumlah Cabutan s/d periode penilaian / jumlah pemasaran sampai dengan periode penilaian x 100 %

Penilaian Prestasi : 1 + (target-Realisasi)/Target x 100 %

4. Pemenuhan SLG Jaringan Akses terdiri dari :

a. Pasang Baru adalah perbandingan antara tolok ukur SLG PSB dan realisasi sesuai dengan segmentasinya : Platinum < 24 Jam, Gold < 36 Jam, Silver < 72 Jam, dan Standar < 120 Jam. Pengukuran adalah rata-rata untuk setiap periode penilaian, sumber data adalah RDB.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

(28)

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

c. Frekuensi Gangguan ulang adalah perbadingan tolok ukur SLG Gangguan Berulang dengan realisasinya sesuai dengan segmentasinya : Platinum < 1 kali per bulan, Gold < 2 kali per bulan, Silver < 2 kali per bulan, dan Standar < 3 kali por bulan, dikur berdasarkan rata-rata prestasi setiap periode penilaian. Sumber data SISKA..

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

5. Pemenuhan SLG Layanan POTS terdiri dari :

a. SLG Complain Billing adalah perbandingan antara realisasi SLG

Gangguan Complain Billing dengan tolok ukur sesuai dengan segmentasinya : Platinum 3 x 24 jam, Gold 3 x 24 jam, Silver 4 x 24 jam, dan Standar 5 x 24 jam, diukur berdasarkan rata-rata prestasi setiap periode penilaian. Sumber data SISKA

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

b. SLG Buka Isolir adalah perbandingan antar realisasi SLG Buka Isolir dengan tolok ukur sesuai dengan segmentasinya : Platinum < 12 jam, Gold <12 jam, Silver <12jam, dan Standard <12 jam, diukur berdasarkan rata-rata prestasi setiap periode penilaian. Sumber data SISKA

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

6. Angka Keluhan per 1000 LIS adalah jumlah keluhan pelanggan yang

terdiri dari keluhan gangguan, keluhan PSB/Mutasi, keluhan billing dan keluhan lain-lain yang diterima melalui media cetak, surat, situs web, dan lain-lain yang dilaporkan secara tertulis dihitung setiap 1.000 transaksi. Dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian, sumber data laporan Bidang Niaga.

Penilaian Prestasi : 1 + (Target-Realisasi)/Target x 100 %

7. Angka Penyelesaian Keluhan adalah perbandingan penyelesaian keluhan

sesuai dengan tolok ukur < 3 hari keluhan gangguan, keluhan PSB/Mutasi, keluhan billing dan keluhan lain-lain yang diterima melalui media cetak, surat, situs, dan lain-lain yang dilaporkan secara tertulis, dibandingkan dengan total jumlah keluhan. Dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian, sumber data laporan Bidang Niaga.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

8. Waktu Respon Keluhan (<3 hari) adalah lamanya waktu yang diperlukan

(29)

mutasi, dan keluhan lain-lain), yang diukur sejak keluhan diterima sampai dengan keluhan direspon/ dijawab, per tanggal agenda masuk di Telkom, per tanggal mail, per tanggal penayangan, per tanggal siaran. Dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian, sumber data laporan Bidang Niaga.

Cara Pengukuran :

Jml keluhan yang direspon ssi tolok ukur (< 3 hari)

Realisasi : --- x 100 %

Total keluhan

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

9. ASR Lokal (all day) adalah perbandingan antara jumlah pendudukan (seizure) lokal all day yang menghasilkan answer signal lokal terhadap jumlah pendudukan lokal total selama selang waktu tertentu. Sumber data adalah dari pengukuran Trafik, dihitung rata-rata pada periode penilaian.

Cara Pengukuran :

Answercall antar plg pd kode area yang sama pada jam sibuk

x 100 %

Seizure Call antar pelanggan pada kode area yang sama

Penilaian prestasi = Realisasi / Target

10. Loss Terminating adalah call yang gagal di ruas pelanggan yang dipanggil (ruas terminating) pada jam sibuk yang disebabkan oleh Busy Subscriber dan Ringing No Answer (RNA). Sumber data adalah target dari setting kinerja dan realisasi dari IMS dengan software Telso+. Dihitung rata-rata loss untuk setiap periode penilaian.

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target.

11. Loss Network adalah kegagalan panggil yang terjadi diantara ruas sentral pemanggil terhadap sentral yang dipanggil karena incompleted dial, technical fault, UNAL, dan kongesti all day, diukur berdasarkan rata-rata loss untuk setiap periode penilaian. Sumber data BA hasil pengukuran.

Cara Pengukuran : ( Jumlah Loss Network / Jumlah Call )

(30)

.

b. Reliability Catu Daya adalah tingkat keandalan perangkat catu daya dalam melaksanakan fungsinya sebagai sumber catuan tanpa terputus untuk perangkat network elemen.

12. Penetrasi CCS#7 adalah perbandingan antara jumlah sirkit bothway CCS#7 dengan jumlah total sirkit operasi. Dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian, sumber data ...

Jumlah Sirkit Bothway adalah total sirkit bothway yang digunakan untuk hubungan internal dalam divisi, antar divisi termasuk dengan operator lain.

Cara Pengukuran :

Jumlah Sirkit Bothway CCS #7

Penetrasi CCS#7 = --- x 100 %

Jumlah Sirkit Operasi

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

13. Trafikability adalah tingkat keberhasilan suatu panggilan yang sukses melewati suatu sentral pada jam sibuk. Dihitung angka rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data target adalah KPI / RKMO dan realisasi adalah risalah hasil pengukuran trafik.

Cara Pengukuran :

Jumlah Call Success dapat melewati sentral pada jam sibuk x 100% Jumlah Bid (pendudukan) sentral pada jam sibuk

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

14. Call Abandon 147 adalah jumlah call accept 147 yang tidak terlayani oleh operator setiap bulan dibagi dengan jumlah call yang masuk, dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah ACDS Call Centre.

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

15. Call Abandon 108 adalah jumlah call accept108 yang tidak terlayani oleh operator setiap bulan dibagi dengan jumlah call yang masuk, dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah ACDS Call Centre.

(31)

16. Call Abandon Garuda Call Centre adalah jumlah call accept Garuda Call Center yang tidak terlayani oleh operator setiap bulan dibagi dengan jumlah call yang masuk, dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah ACDS Call Centre.

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

17. ASR SLJJ Internal (all day) adalah perbandingan antara answer signal SLJJ Internal DIVRE II terhadap jumlah pendudukan SLJJ (seizur). Sumber data adalah dari pengukuran trafik, dihitung rata-rata pada periode penilaian.

Cara perhitungan :

Answercall dlm kode area yang berbeda dalam satu DIVRE

x 100 %

Seizure Call pada kode area yang Berbeda dalam satu DIVRE

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

18. Sirkit blok adalah prosentase jumlah sirkit block pada jam sibuk terhadap jumlah sirkit operasi pada jam sibuk. Dihitung angka rata-rata setiap periode penilaian. Sumber data adalah hasil pengukuran Sirkit.

Circuit Block yang dinilai adalah :

Sirkit block yang terjadi antara sirkit sentral satu dengan sentral lainnya. Sirkit Block yang terjadi antara sirkit sentral dengan PABX pelanggan.

Cara pengukuran : Σ (Ni x Ti ) (N x T)

Keterangan :

Ni = Sirkit terganggu jam sibuk N = Jumlah Sirkit Operasi jam sibuk Ti = Lama Gangguan

T = Total waktu dalam satu bulan laporan

Penilaian Prestasi = 1+ ( Target – Realisasi ) / Target

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

(32)

rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah hasil pengukuran ACDS Call Center.

Cara pengukuran :

Call yang masuk antrian dan terlayani oleh Operator untuk setiap tolok ukur waktu x 100%

Jumlah call yang masuk ke sistem Call Center

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

20. Waktu respon Operator 108 adalah prosentase jumlah call 108 yang terjawab oleh operator dalam waktu 5, 10, 15 detik sejak pelanggan menekan digit terakhir sampai diterima oleh Operator. Dihitung waktu rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah hasil pengukuran ACDS Call Center.

Cara pengukuran :

Call yang masuk antrian dan terlayani oleh Operator untuk setiap tolok ukur waktu x 100%

Jumlah call yang masuk ke sistem Call Center

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

21. Waktu Respon Gaaruda Call Centre adalah prosentase jumlah Garuda Call Centre yang terjawab oleh operator dalam waktu 5, 10, 15 detik sejak pelanggan menekan digit terakhir sampai diterima oleh Operator. Dihitung waktu rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah hasil pengukuran ACDS Call Center.

Cara pengukuran :

Call yang masuk antrian dan terlayani oleh Operator untuk setiap tolok ukur waktu x 100%

Jumlah call yang masuk ke sistem Call Center

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

22. Waktu Rata-rata Respon Operator adalah waktu rata-rata respon operator 147 dan 108 dengan waktu < 5 detik, < 10 detik dan < 15 detik. Dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian, sumber data hasil pengukuran ACDS Call Center.

(33)

23. Q Total adalah total gangguan Connected Line termasuk jumlah gangguan tanpa penanganan, dan gangguan tanpa kode selesai yang terjadi dan ditandai dengan kode usai SISKA di bulan bertalian

dibandingkan dengan jumlah Connected Line pada bulan tersebut.

Dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah SISKA pada kode lokasi.

Cara Pengukuran : (Jml Gangguan Total / Connected Line) x 100 %

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

24. Gangguan Berulang adalah gangguan yang terjadi berulang dalam 30 hari untuk nomor yang sama untuk seluruh kode lokasi. Pengukuran adalah rata-rata setiap periode penilaian. Sumber data adalah target dari KPI (RKMO) dan realisasi dari SISKA.

Cara perhitungan:

rata-rata (ggn yg berulang dlm 30 hari kerja) dlm 3 bln periode penilaian x 100%

rata-rata total ggn dalam 3 bln penilaian

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi )/ Target

25. Q Corporate Customer adalah gangguan yang terjadi untuk pelanggan Corporate Customer untuk seluruh kode usai di bulan bertalian dibandingkan dengan jumlah pelanggan korporasi, dihitung rata-rata pada setiap periode penilaian. Sumber data CCIS.

Penilaian Prestasi = 1 ( Target – Realisasi ) / Target

25. Operating Revenue Nominal adalah jumlah pendapatan operasi termasuk imbal jasa, diukur secara kumulatif sampai dengan periode penilaian. Sumber data SAP.

Penilaian prestasi : Realisasi / Target

26. Pengendalian Beban Usaha adalah beban yang timbul berkaitan dengan kegiatan operasional (BODP, BUA, dan Beban Pemasaran). Target berasal dari RKAP sedangkan realisasi berasal dari SAP (audited). Data target dan realisasi dihitung berdasarkan biaya kumulatif yang diserap sampai dengan periode penilaian, sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya.

(34)

27. Pengendalian Beban Total adalah beban yang timbul berkaitan dengan kegiatan operasional total. Target berasal dari RKAP sedangkan realisasi berasal dari SAP (audited). Data target dan realisasi dihitung berdasarkan biaya kumulatif yang diserap sampai dengan periode penilaian, sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangannya.

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

28. EBITDA Nominal adalah nilai (nominal) laba yang dihasilkan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi. Dihitung secara kumulatif sampai dengan periode penilaian, sumber data SAP.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

29. Minimum Net Cash Transfer adalah jumlah uang yang dikirim dari DIVRE II ke Kantor Perusahaan sebagai selisih antara hasil pengumpulan pendapatan dikurangi dengan jumlah uang yang diterima dari Kantor Perusahaan guna membiayai operasional DIVRE II. Dihitung berdasarkan jumlah uang kumulatif sampai dengan periode penilaian. Data realisasi berasal dari SAP (audited), sedangkan target berasal dari RKAP.

Cara pengukuran : Transfer – Dropping

Penilaian prestasi : Realisasi / Target

30. Cash transfer adalah jumlah uang yang dikirim dari DIVRE ke Kantor Perusahaan hasil pengumpulan pendapatan, Dihitung berdasarkan jumlah uang kumulatif sampai dengan periode penilaian. Data realisasi berasal dari SAP (audited), sedangkan target berasal dari RKAP.

Penilaian prestasi : Realisasi / Target

31. Average Collecting Period adalah rata-rata waktu yang diperlukan untuk pengumpulan/ pencairan piutang tagihan jastel dalam satu periode tertentu. Sumber data adalah SAP (audited) dan Tel 8C. Data target dan realisasi dihitung kumulatif sampai dengan periode penilaian, dengan lingkup tanggung jawab mencakup Divisi Regional .

Cara Pengukuran :

( Saldo Awal + Saldo Akhir ) / 2 x ∑ hari periode pengamatan Pendapatan Kredit sampai dengan periode penilaian

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi )

(35)

32. Cash Collection adalah prosentase pencairan piutang usaha dalam negeri semua JASTEL dan semua segmen, dihitung kumulatif sampai dengan periode penilaian, dengan lingkup tanggung jawab Kandatel. Data realisasi dari SIMAK (audited) / Tel 8 C dihitung kumulatif sampai dengan periode penilaian.

Cara Penghitungan :

Total penerimaan kas s/d periode penilaian ( Rp )

X

100 %

So Awal Piutang + Pdpt Kredit s/d periode penilaian ( Rp )

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

33. Penyerapan Capex adalah pengendalian Capital Expenditur bedasarkan realisasi phisik di lapangan yang duktikan dengan Berita Acara Serah terima atau Berita Acara layak operasi. Dihitung kumulatif sampai dengan periode penilaian, sumber data SAP.

Penilaian Prestasi : 1 + (Target – Realisasi )/ target x 100 %

34. Net Add. LIS adalah jumlah penambahan SST yang menghasilkan pendapatan yang terdiri dari Subscriber dan Public Phone, diukur berdasarkan besaran LIS periode penilaian dikurangi dengan LIS posisi 31 Desember 2003. Sumber data LUD/ SISKA.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

35. Net Add LIS Flexi adalah jumlah penambahan SST Flexi yang menghasilkan pendapatan yang terdiri dari Subscriber dan Public Phone, diukur berdasarkan besaran LIS Flexi periode penilaian dikurangi dengan LIS Flexi posisi 31 Desember 2003. Sumber data LUD Flexi/ SISKA.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

36. Pemasaran Fitur adalah pengaktifan fasilitas tambahan baik bagi pelanggan eksisting maupun pelanggan baru. Fitur tersebut adalah fitur klip, lacak, nada sela, dihitung kukulatif sampai dengan periode penilaian. Sumber data SISKA.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

(36)

Phone) yang sudah tersambung dari alokasi Installed Line. Dihitung posisi periode penilaian. Sumber data LUD

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

38. Net Sales Multimedia Produk adalah jumlah produk multimedia yang berhasil dipasarkan sampai dengan periode penilaian dikurangi dengan cabutan multimedia sampai periode penilaian. Produk tersebut untuk Datel adalah Astinet, MMA, LC, dan ISDN BRA, sedangkan produk untuk UCC adalah Astinet, VPN Gold, VPN IP, dan DIN Acses. Sumber data laporan Divisi Multi Media.

Cara Pengukuran : Pemasaran produk multimedia – cabutan multimedia

Penilaian Prestasi : Realisasi / target

39. Jam Akses Teni jumlah durasi akses ke nomor panggil TelkomNet Instan

sampai dengan periode pengukuran. Sumber data RDB DIVRE II.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

40. % SST akses Teni adalah perbandingan antara jumlah SST yang

mengakses ke nomor panggil TelkomNet Instan dengan jumlah Line in Service pada periode pengukuran. Sumber data RDB DIVRE.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

41. Employee Satisfaction Index adalah tingkat kepuasan karyawan terhadap perusahaan yang meliputi cara pengelolaan SDM, gaya

kepemimpinan, budaya dan etos kerja. Diukur berdasarkan People Value

Added ( PVA ) yang merupakan pengukuran kualitatif dengan respondennya adalah karyawan, dan metode yang digunakan adalah survey yang dilaksanakan oleh konsultan dengan menggunakan tehnik sampling.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

42. Working Accident angka kecelakaan kerja yang dialami karyawan (luka s/d meninggal dunia), yang terjadi sejak karyawan masuk kantor/ mulai kerja sampai dengan waktu karyawan keluar kantor/ tempat kerja. Dihitung kumulatif sampai dengan periode penilaian. Sumber data laporan kecelakaan unit SAS, maupun dari YAKES.

(37)

43. Training Efektivness adalah kesesuaian antara pelatihan yang diikuti oleh karyawan dengan implementasi dalam pekerjaan, diukur melalui survey dengan responden adalah atasan langsung karyawan yang mengikuti pelatihan. Dihitung berdasarkan nilai rata-rata survey untuk periode bersangkutan. Sumber data hasil survey Bidang SDM.

Penilaian Prestasi : Realisasi / target

44.Innovation Rate adalah hasil karya karyawan, baik melalui hasil kerja kelompok maupun perorangan yang dilaporkan melalui unit kerja, dan telah diimplementasikan dan distandarisasi oleh GM/SM unit kerja terkait. Innovasi meliputi :

Temuan baru dari sesuatu yang belum ada menjadi ada dan memberikan

nilai manfaat kepada perusahaan (bisa berupa hardware maupun

software).

Rekayasa/modifikasi dari sesuatu yang sudah ada sehingga dapat berfungsi lebih baik dari sebelumnya untuk mendukung kelancaran kerja.

Perbaikan proses/standar kerja (SOP-SMP) sehingga dapat memberikan output yang lebih baik dari sebelumnya.

Sumber data adalah laporan inovasi terstandar/ terimplementasi dari Bidang Performansi.

Cara Pengukuran :

Innovation Rate = ∑ Inovasi yang distandarisasi

∑ ASMAN

PenilaianPrestasi : Realisasi / Target

45.Mandays Pelatihan adalah perbandingan antara jumlah hari pelatihan yang diikuti oleh karyawan dibandingkan dengan jumlah karyawan. Dihitung kumulatif sampai dengan periode penilaian, sumber data laporan training.

Penilaian Prestasi : Realisasi / target

46.MBCfPE Score adalah score yang diperoleh atas audit malcolm.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

47.Efektifitas Proses Bisnis adalah jumlah temuan mayor hasil audit AMI, sumber data hasil audit AMI.

(38)

48.Akurasi Billing adalah prosentase keakurasian billing secara keseluruhan (kuitansi billing, info billing, dan billing interkoneksi), dihitung rata-rata keakurasian untuk setiap periode penilaian.

Cara Pengukuran :

60 % nilai prosentase akurasi billing + 20 % nilai prosentase akurasi Info billing + 20 nilai prosentase keberhasilan rekonsiliasi billing interkoneksi.

Jumlah kuitasi / info/ rekon billing dikurangi dengan jumlah kuitasi/ info/ rekon billing salah dibagi dengan Jumlah Billing.

Penilaian Prestasi = Realisasi / Target

49.Akurasi Data Tekhnis Jaringan adalah tingkat akurasi data teknis jaringan SISKA. Sumber data adalah dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah dari WEB akurasi data jaringan.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

50.Akurasi data Interkoneksi adalah prosentasi deviasi antara nilai (rupiah) hasil rekonsiliasi dengan data interkoneksi TELKOM. Dihitung adalah rata-rata untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah BA Setlement .

Cara Pengukuran :

a. Pendapatan = ( Data transaksi rekon /data TELKOM ) x 100 %

b. Biaya = ( 1 + (Data Telkom - data transaksi rekon / data TELKOM )) x 100 %

Penilaian Prestasi : 60 % x a + 40 % x b

51.ODS Fault Handling adalah prosentase perbandingan antara jumlah gangguan yang dapat diselesaikan dalam waktu maksimum 24 jam dan jumlah gangguan total dalam satu bulan, dihitung sejak registrasi laporan (termasuk hari Sabut,Minggu dan Hari Libur Nasional).

Cara pengukuran = ∑ Gangguan yang diselesaikan ≤ 24 jam ___________________________

∑ Jumlah gangguan total

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

(39)

___________________________

∑ transaksi PSB

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

53.Waktu Proses Billing adalah waktu yang diperlukan untuk penyelesaian proses billing pelanggan seluruh JASTEL di seluruh DATEL, dihitung sejak awal bulan (tanggal 1) jam 00.00 sampai dengan billing siap dijual (data billing siap diakses melalui SOPP).

Sumber data adalah SISKA.

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

54.Nilai Asset yang diselamatkan adalah Nilai buku barang inventaris/alat produksi milik PT. TELKOM yang berhasil diselamatkan petugas USAS di seluruh lokasi yang menjadi lingkup pengawasan Bidang Security & Safety . Realisasi dihitung kumulatif sampai dengan periode penilaian. Sumber data adalah L-6 SAP dan Laporan kejadian/ kasus.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

55.Waktu rata-rata Penyelesaian Kasus Fraud adalah waktu yang diperlukan mulai mendeteksi sampai dengan tindakan pencegahan (eksekusi/koreksi) guna menyelamatkan Perusahaan dari Potensi kerugian. Dihitung waktu rata-rata setiap periode penilaian. Sumber data adalah FRIENDS.

Penilaian Prestasi = 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

56.Penyelamatan Pendapatan karena Fraud adalah pengendalian pengelolaan fraud Telekomunikasi yang mencakup tindakan pencegahan, deteksi, dan koreksi/eksekusi untuk menyelamatkan Perusahaan dari potensi kerugian. Data realisasi dari call data recording, data reject dan laporan Bagian Fraud. Data Pencapaian merupakan data kumulatif yang potensi kerugian yang diselamatkan sampai dengan periode penilaian. .

Cara Pengukuran = Jumlah (Rp) potensi kerugian yang dapat diselamatkan

Jumlah pendapatan usaha.

Penilaian prestasi : Realisasi / Target

(40)

ke KADIVRE. Tanggal diterimanya laporan tersebut oleh SEKDIV merupakan tanggal yang diakui sebagai performansi penyampaian laporan. Dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian, sumber data rekap monitoring Sekdiv.

Penilaian Prestasi : Realisasi / target

58. Employee Productivity Ratio adalah angka yang menunjukan kemampuan

setiap SDM dalam berkontribusi menghasilkan pendapatan usaha. Diukur berdasarkan perbandingan antara rata-rata revenue tiap bulan sampai dengan periode penilaian dibandingkan dengan rata-rata jumlah SDM pada awal periode sampai pada periode penilaian. Sumber data adalah SAP dan INSANI.

Penilaian Prestasi : Realisasi / Target

59. Suplier Performance adalah angka performansi kinerja Supplier (Vendor) yang ditentukan oleh kualitas hasil kerja sesuai kriteria PKS (SPK) dengan lingkup seluruh unit kerja. Dihitung angka rata-rata setiap periode penilaian. Sumber data adalah Vendor Record .

Penilaian Prestasi : Realisasi/Target

60. Downtime Sistem Informasi adalah waktu rata rata Downtime akibat

gangguan tidak terencana pada perangkat server dan network Sistem Informasi. Diukur berdasarkan rata-rata gangguan untuk setiap periode penilaian. Sumber data hasil pengukuran sistem.

Penilaian Prestasi = 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

61. Downtime Server USI adalah waktu rata-rata downtime akibat gangguan tidak terencana pada perangkat server USI yang terdiri dari server Intranet, SISKA, SIMTEL, dan OSS. Diukur berdasarkan rata-rata gangguan untuk setiap periode penilaian. Sumber data hasil pengukuran sistem.

Cara Pengukuran =Average (∑ Waktu downtime server

Intranet,SISKA,SIMTEL,OSS).

Penilaian Prestasi = 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

(41)

Penilaian Prestasi = 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

63.Waktu Pengadaan melalui Tender adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses pelelangan. Dihitung berdasarkan waktu rata-rata (hari kerja) sejak tanggal SPPH sampai dengan kontrak ditandatangani untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah laporan BIDUM .

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

64.Waktu Pengadaan melalui Penunjukan Langsung adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses pengadaan dengan penunjukan langsung, dihitung berdasarkan waktu rata-rata (hari kerja) sejak tanggal SPPH sampai kontrak ditandatangani untuk setiap periode penilaian. Sumber data adalah laporan pengadaan di Bidang Umum.

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

65.Waktu Respon IT adalah rata-rata Waktu respon IT dan dan Waktu respon Info on WEB.

Cara pengukuran = (Waktu Respon SISKA + Waktu Respon Info on

WEB) / 2

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target.

66.Waktu Respon SISKA adalah waktu rata-rata respon sistem ( SISKA ) terhitung mulai menekan <enter> sampai dengan muncul display pada jam sibuk. Sumber data adalah hasil test sampling.

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target.

67.Waktu Respon Info on WEB adalah waktu rata-rata respon sistem (WEB) terhitung mulai menekan <enter> sampai dengan muncul display pada jam sibuk. Sumber data adalah hasil test Sampling.

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

68.Densitas Fastel adalah angka perbandingan antara jumlah penduduk pada area pelayanan unit kerja dengan jumlah Line in Service pada priode pengukuran.

Cara Pengukuran : Jumlah Penduduk di DIVRE Jumlah Line In Service

(42)

69.Pembuatan PKS baru/Amandemen/SLA adalah waktu penyelesaian PKS baru/Amandemen PKS / SLA terhitung sejak tanggal rapat terakhir dengan user atau draft PKS baru/Amandemen PKS/SLA diterima bagian Hukum DIVRE hingga draft PKS baru/Amandemen PKS/SLA selesai dan dikirim bagian Hukum DIVRE ke unit terkait. Dihitung rata-rata untuk setiap periode penilaian, sumber data laporan Bidang Umum.

Penilaian Prestasi : 1 + ( Target – Realisasi ) / Target

70.Q TELUM (TUC, TUK, TUKM) adalah perbandingan jumlah gangguan terminal TELUM yang terganggu terhadap jumlah terminal TELUM.

Cara Pengukuran : Jumlah Gangguan Terminal TELUM x 100 % Jumlah Terminal TELUM

(43)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan saat ini menghadapi berbagai macam permasalahan yang sangat pelik, mulai dari bertambahnya para pesaing, pesatnya perkembangan teknologi, naiknya harga-harga bahan baku, dan lain-lain. Bertambahnya para pesaing saja membuat perusahaan harus siap untuk berperang dalam harga, inovasi, nilai tambah produk, pelayanan yang kesemuanya menuntut perhatian lebih dari perusahaan. Juga yang menambah pelik permasalahan adalah berkembangnya paradigma “customer is a king” yang juga memaksa perusahaan untuk menyediakan apa saja yang pelanggan mereka minta.

(44)

Pada awal dekade 1990an telah ditemukan sebuah alat baru yang membantu perusahaan, tidak hanya dalam melakukan perencanaan strategik melainkan juga dalam pengukuran kinerja, dengan menggunakan empat sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Alat tersebut dinamakan balanced scorecard.

Balanced scorecard adalah alat manajemen kontemporer, yang memiliki empat perspektif yang berbeda yaitu perspektif keuangan (financial), perspektif pelanggan (customer), perspektif proses internal bisnis (internal-business-process) dan terakhir perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and

growth), yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kinerja perusahaan. Dari keempat perspektif yang ada, tiga perspektif non-keuangan yang lain sebenarnya merupakan pemacu kinerja utama sehingga segala tujuan atau target yang ada dalam perspektif keuangan menjadi mungkin untuk dicapai.

Balanced scorecard juga merupakan salah satu sistem pengukuran kinerja yang menerapkan strategi perusahaan, sehingga tercapai keselarasan tujuan dan mendorong karyawan untuk bertindak yang terbaik bagi perusahaan. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Mulyadi (2001,19):

“Balanced scorecard memotivasi personel untuk mengarahkan usahanya ke sasaran-sasaran strategik yang menjadi penyebab utama dihasilkannya kinerja keuangan”.

(45)

manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah. Dengan demikian, penerapan balanced scorecard dalam sebuah perusahaan pun harus dapat dimengerti, atau komprehensif, oleh semua pihak yang terkait dengan perusahaan.

Tetapi dalam pelaksanaannya, balanced scorecard ini tidaklah selalu berhasil adapun yang berhasil memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda-beda. Hal-hal ini dimungkinkan oleh beberapa faktor yang terdapat pada perusahaan, salah satunya adalah kemungkinan gagalnya perusahaan tersebut dalam membuat sebuah desain balanced scorecard yang baik.

Kegagalan perusahaan dalam membuat pengukuran kinerja yang tepat atau dalam menentukan sasaran strategis yang saling berkaitan satu sama lain akan menyebabkan penerapan balanced scorecard dalam perusahaan itu terhambat. Untuk itu pengevaluasian terhadap desain balanced scorecard sangatlah penting karena desain inilah yang nantinya akan menjadi fondasi bagi perusahaan untuk menerapkan balanced scorecard.

PT “X” yang menjadi obyek penelitian penulis di dalam sistem manajemen strategiknya telah menggunakan balanced scorecard sebagai pendekatan utama baik untuk perencanaan strategiknya maupun untuk pengukuran kinerjanya.

(46)

1.2 Identifikasi Masalah

Balanced scorecard menyediakan para eksekutif perusahaan sebuah kerangka kerja yang komprehensif yang menerjemahkan visi dan strategi-strategi perusahaan menjadi sebuah pengukuran kinerja yang koheren. Balanced scorecard ini digunakan karena pengukuran keuangan tidak lagi cukup untuk membawa sebuah perusahaan melalui lingkungan bisnis yang kompetitif.

Walaupun demikian, bukan menjadi jaminan jika dengan penerapan balanced scorecard maka dengan mudah sebuah perusahaan dapat menjadi apa yang

dicita-citakannya atau berhasil menggapai visi mereka. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa faktor yang dapat baik mendukung ataupun menghambat penerapan balanced scorecard. Salah satu dari faktor-faktor tersebut adalah desain balanced scorecard itu sendiri.

Dengan latar belakang tersebut maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang terdapat dalam desain balanced scorecard yang dapat mendukung penerapan balanced scorecard itu sendiri?

2. Faktor-faktor apa saja yang terdapat dalam desain balanced scorecard yang dapat menghambat penerapan balanced scorecard itu sendiri?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

(47)

1. Mengetahui faktor-faktor dalam desain balanced scorecard yang dapat mendukung penerapan balanced scorecard dalam sebuah perusahaan. 2. Mengetahui faktor-faktor dalam desain balanced scorecard yang dapat

menghambat penerapan balanced scorecard dalam sebuah perusahaan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan masukan yang berarti dalam bentuk sumbangan pikiran sebagai pertim-bangan dalam peningkatan kinerja perusahaan.

2. Bagi pihak lain, diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan yang berarti sehubungan dengan masalah yang dibahas .

3. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang yang diteliti serta untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Maranatha.

1.5 Rerangka Pemikiran

(48)

tidak memiliki hubungan sebab-akibat satu sama yang lain, hal ini akan mempengaruhi kinerja dari balanced scorecard itu sendiri.

Mission, Vision, Org. Value Strategic Objectives Performance Measures Targets Budgets

Evaluation of Balanced Scorecard Design

Hubungan sasaran strategi dengan strategi dan hubungan sebab akibat antara sasaran strategi

Kuantitatif , Mengukur kejadian yang sesungguhnya, Dapat diakses, Up to

date, Pengukuran multi-makna, Mudah

dimengerti, Relevan, percampuran, Kendali, Mendorong perilaku yang diinginkan

Sesuai dengan situasi dan kondisi, Pertimbangkan untuk menggunakan jangkauan target, Target yang up-to date

Membuat daftar inisiatif yang sedang berjalan, Memetakan inisiatif ke dalam sasaran strategi, Mengeliminasi inisiatif yang non-strategis dan menambahnya, Memprioritaskan inisiatif

Hubungan dengan program jangka panjang, Melingkupi keempat perspektif

Initiatives

Criteria According to Niven

(49)

perusahaan. Oleh karena itu balanced scorecard harus dibangun di setiap level organisasi atau perusahaan.

Evaluasi yang dilakukan terhadap balanced scorecard ini dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria yang ada yang sesuai dengan obyek yang diteliti. Diantara yang diteliti dalam penelitian ini adalah sasaran strategi, pengukuran kinerja, strategi inisiatif, target-target perusahaan, dan anggaran sebagai perencanaan jangka pendek perusahaan. kesemuanya diteliti untuk mencari faktor-faktor yang dapat menghambat ataupun mendukung keefektifan penerapan balanced scorecard di perusahaan.

1.6 Metoda Penelitian

Metoda penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan metoda deskriptif analitis dengan penekanan metoda studi kasus yang bertujuan untuk memberikan gambaran keadaan perusahaan yang sebenarnya yaitu dengan cara mengumpulkan data dengan melakukan survei lengkap beserta analisisnya agar masalah dapat dimengerti dan dibahas dengan jelas. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah dengan cara:

(50)

a) Observasi, yaitu dengan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan data atau informasi langsung.

b) Wawancara, yaitu mengadakan wawancara langsung dengan pejabat dan staf yang berwenang dalam perusahaan untuk mem-berikan penjelasan mengenai obyek penelitian yang dibahas.

2. Penelitian kepustakaan, untuk memperoleh data sekunder, yaitu penelitian yang dilakukan dengan penelaahan terhadap sumber yang berupa buku-buku wajib, literatur serta sumber data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang hendak diteliti.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi dilakukan pada PT “X”.

Waktu penyelesaian penelitian ditargetkan sebagai berikut:

Maret April Mei Juni Juli Bagian

Penelitian 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Kerangka

(51)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai evaluasi dan analisis terhadap desain balanced scorecard, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Banyak hal yang dapat menjadi faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat dalam sebuah desain balanced scorecard. Pada PT “X”, yang menjadi objek penelitian, faktor-faktor tersebut itu adalah:

1. Dalam hal sasaran strategis, Hasil penelitian menemukan adanya dua faktor pendukung yaitu (1) hubungan antara sasaran strategis dan strategi yang dijalankan oleh perusahaan, dan (2) hubungan sebab-akibat antara sasaran strategis yang satu dengan yang lainnya. Di dalam sasaran strategis ini penulis tidak menemukan adanya faktor yang dapat menghambat penerapan balanced scorecard.

2. Pada pengukuran kinerja, faktor yang dapat mendukung penerapan balanced scorecard pada perusahaan tersebut adalah perusahaan memiliki pengukuran kinerja yang quantitative, isolating the true event, accessible, frequently updated, mixed-message measures, easily understood, relevant, mix of lag and lead, control, dan driving the right behavior. Walau

(52)

3. Dalam target kinerja perusahaan, faktor dalam desain balanced scorecard yang mendukung penerapannya adalah target perusahaan sesuai dengan situasi dan kondisi, selain itu juga perusahaan memiliki target yang up-to-date. Walau demikian, terdapat juga faktor yang dapat menghambat penerapannya yaitu tidak dipergunakannya jangkauan (range) dalam target.

4. Inisiatif strategi, yang menjadi faktor pendukung bagi implementasi balanced scorecard dalam perusahaan adalah perusahaan telah melakukan

pemetaan terhadap sasaran strategi perusahaan, lalu perusahaan juga membuat daftar inisiatif strategi perusahaan dan perusahaan mengeliminasi segala inisiatif yang non-strategis. Lalu yang menjadi faktor penghambatnya adalah tidak adanya prioritas dalam melaksanakan inisiatif strategi.

5. Dalam hal anggaran, anggaran telah melingkupi keseluruh perspektif yang ada dalam perusahaan, akan tetapi yang menjadi faktor penghambat adalah tidak terdapat hubungan antara inisiatif jangka panjang dan jangka pendeknya.

5.2 Saran

(53)

desainnya sudah cukup baik tetapi terdapat beberapa hal yang masih dapat di-improve, seperti:

1. penggunaan jangkauan target untuk lebih memotivasi pegawai, 2. membuat suatu prioritas dalam merencanakan suatu aktivitas,

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Niven, Paul R. (2005), Balanced Scorecard Diagnostic, John Wiley & Sons

Niven, Paul R. (2003), Balanced Scorecard Step By Step for Government and Nonprofit Agencies, John Wiley & Sons

Mulyadi, (2001), Balanced Scorecard, Edisi 1, Jakarta: Salemba Empat

Kaplan, Robert S. And Norton, David P. (1996), The Balanced Scorecard, Translating Strategy Into Action, Boston, Massachusetts: Harvard Business School Press

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 52 ayat (1) UUJN menyatakan bahwa notaris tidak diperkenankan membuat akta untuk diri sendiri, istri/suami, atau orang yang mempunyai hubungan keluarga baik karena

Menyewa Rumah (Studi Kasus di Kampung Joyodiningratan Kratonan Solo), Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.. Skripsi karya Rati Widiastuti yang berjudul

Kurva hasil tangkapan yang dikonversi ke panjang pada ikan butini gabungan, maupun pada ikan jantan dan betina secara terpisah di Danau Towuti dapat dilihat pada Gambar

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi.Teknisanalisis

Kejahatan Antara Norma dan Realita, Raja Grafindo, Jakarta, 2007, hlm 31... beratkan pada keterangan saksi. Tetapi pada kasus yang menimpa penyandang disabilitas di

Dalam penelitian ini Uji F digunakan untuk mengetahui apakah pengaruh diferensiasi dan positioning produk berpengaruh secara simultan terhadap motivasi nasabah

Keselamatan pasien dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang merupakan mitra dalam proses pelayanan. Oleh karena itu, di rumah sakit harus ada

Gaya hidup mahasiswa yang kurang sehat dengan jarang sarapan pagi membuat menurunnya konsentrasi dan kesehatan mereka. Selain itu kegiatan dan tugas-tugas yang