• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membandingkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model Flexible Homework dengan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model Traditional Homework

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Membandingkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model Flexible Homework dengan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model Traditional Homework"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

i

MEMBANDINGKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA YANG DIBERI MODEL FLEXIBLE HOMEWORK DENGAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

FISIKA SISWA YANG DIBERI MODEL TRADITIONAL HOMEWORK PADA POKOK BAHASAN KINEMATIKA GERAK LURUS DAN GERAK PARABOLA DENGAN ANALISIS VEKTOR PADA SISWA KELAS XI IPA SMA

FRATER MAKASSAR TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Silvianus Gole NIM: 081424025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“ A ku memuliakan T uhan dan hatiku bergembira karena A llah, Juruselamatku”

(L ukas 1 : 46)

Ka r ya t u l i s i n i ku per sem ba h ka n u n t u k :

M a r i a Bu n d a t er su ci t el a d a n d a n pen d o a k u , Ko n g g r eg a si Fr a t er H a m ba H a m ba Kr i st u s, sa u d a r a - sa u d a r a k u set a r ek a t fr a t er H a m b a H a m b a Kr i st u s, I b u n d a d a n Aya h a n d a , k a k a k

(5)
(6)

vi ABSTRAK

SILVIANUS GOLE. Membandingkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model flexible homework dengan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model traditional homework pada pokok bahasan kinematika gerak lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor pada siswa kelas XI IPA SMA Frater Makassar. Skripsi, Yogyakarta: Program Sarjana Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan flexible homework sebagai model pembelajaran dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar fisika pada pokok bahasan kinematika gerak lurus dan gerak parabola pada siswa kelas XI IPA SMA Frater Makassar dengan: 1) Membandingkan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model flexible homework dengan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model traditional homework; 2) Membandingkan ketuntasan belajar fisika siswa yang diberi model flexible homework dengan ketuntasan belajar fisika siswa yang diberi model traditional homework; 3) Membandingkan motivasi belajar fisika siswa yang diberi model flexible homework dengan motivasi belajar fisika siswa yang diberi model traditional homework.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimental dengan desain pretest - posttest dengan kelompok non-ekuivalen. Penelitian ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok treatmen dan kelompok kontrol. Populasi penelitian ini mancakup seluruh siswa kelas XI IPA SMA Frater Makassar yang terdiri atas 2 kelas. Jumlah sampel seluruhnya adalah 74 siswa yang terdiri atas 37 siswa kelas XI IPA 1 dan 37 siswa kelas XI IPA 2. Data dikumpulkan dengan menggunakan tes. Untuk membandingkan prestasi belajar fisika siswa, data dianalisis dengan menggunakan statistik Uji-t dengan α = 0,05.

(7)

vii ABSTRACT

SILVIANUS GOLE. Comparing the motivations and achievement of students who studied physics that given flexible homework model with motivation and achievement of students who studied physics given the traditional homework model on the subject kinematics of parabola motion and straight motion with vector analysis on the students of grade XI of natural science SMA Frater Makassar.Thesis, Yogyakarta: Undergraduate Education, Sanata Dharma Yogyakarta. 2012.

The purpose of this research is to describe the flexible homework as a learning model in increasing motivation and learning achievements of Physics on the subject kinematics of parabola motion and straight motion on the students of grade XI natural science Frater Makassar: 1) comparing the achievement of students who studied physics that given flexible homework model with students who studied physics achievement that given traditional homework model; 2) Comparing students who studied physics completeness that given a flexible homework model with students who studied physics that given a traditional homework model; 3) Comparing the motivations of students who studied physics that given flexible homework model with the motivation of students who studied physics that given traditional homework model

This research is quantitative experimental research designed with pretest-posttest with a non-equivalent groups. This research used two groups namely treatment group and the control group. The population of this research covers the whole grade natural science SMA Frater Makassar that consists of two classes. The number of samples is entirely 74 students which consist of 37 grade XI natural science -1 students and 37 grade XI natural science- 2. The data collected using the test. To compare the physics achievement of students, the data analyzed by using statistical t-test with α = 0.05.

(8)
(9)

ix KATA PENGANTAR

Puji dan syukur berlimpah penulis haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha

Pengasih atas segala bimbingan, berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Membandingkan Motivasi dan

Prestasi Belajar Fisika Siswa yangDiberi Model Flexible Homeworkdengan Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Siswa yang Diberi Model Traditional Homework pada Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus dan Gerak Parabola dengan Analisis Vektor pada Siswa Kelas XI IPA SMA Frater Makassar” ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

yang terhormat:

1. Romo Dr. Paulus Wiryono Pryotamtama, SJ selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, Bpk. Robertus Rohandi Ph.D selakuDekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bpk. Alfridus Atmadi M.Si

selaku Kepala Program Studi Pendidikan Fisika yang telah menyediakan

dan memberikan fasilitas yang mendukung kelancaran dalam penyusunan

skripsi ini.

2. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, SJ., M.S.T selaku dosen pembimbing yang

dengan setia dan sabar telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam

seluruh upaya penyelesaian skripsi ini.

3. Para dosen pendidikan fisika: Fr. Kartika Budi, M.Pd., Maslicah Asi’ari,

M.Pd., Rm. Prof. Dr. Paul Suparno, SJ., T. Sarkim, Ph.D., R. Rohandi, Ph.

D., Severianus Domi, M.Si., Aufridus Atmadi, M. Si., Sri Agustini, M. Si.,

(10)

x

4. Dewan Pimpinan Umum (DPU) Kongregasi Frater Hamba Hamba

Kristusperiode 2008-2013, Fr. Kornelius Banin, HHK., Fr. Mario D.,

Kumanireng HHK., Fr. Ignasius K. HHK., dan Fr. Bonifasius Naru, HHK

berserta seluruh rekan-rekan frater anggota Konggregasi Frater Hamba

Hamba Kristus yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis dalam

seluruh upaya menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

5. Fr. Mario Donatus K., HHK selaku ketua Yayasan Taman Tunas, Fr.

Stanislaus L. Podi, HHK selaku kepala sekolah, Ibu Hanna S.Pd selaku

guru fisika kelas XI IPAserta semua guru dan siswa kelas XI IPA SMA

Frater Makassar yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitiandi wilayah lingkungan Yayasan Taman Tunas

khususnya di SMA Frater Makassar.

6. Fr. Arnol Maria, HHK selaku pemimpin komunitas dan para frater anggota

komunitas Taman Tunas Makassar yang memberikan tumpangan selama

penulis melakukan penelitian.

7. Pemimpin komunitas dan rekan-rekan frater anggota komunitas studi van

Roessel Yogyakarta, Fr. Tomas R., HHK(PIKO), Fr. Faustin, HHK, Fr.

Paulus Radja, HHK, Fr. Hilarius B., HHK, Fr. Tino, HHK dan Fr. Rui da

Costa, HHK yang dengan caranya masing-masing mendukung penulis

dalam seluruh upaya menyelesaikan studi.

8. Teman-teman mahasiswa program studi pendidikan fisika angkatan 2008,

(11)

xi

Novy, Th. Enggar, Mikael Lalang, Atma Suganda, Edwin, Efraim, Leo

Richardo),yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis. Secara

khusus terima kasih kepada sdr. Ibe dan sdr. Prian (P. Fis. ’09), yang

membantu penulis mengoreksi pekejaan siswa.

9. Ibunda dan Ayahanda (alm.) tercinta yang senantiasa mendoakan penulis

dan saudara/i semuanya yang telah memberikan dukungan baik moril

maupun materil kepada penulis selama masa perkuliahan.

10.Br. Polikarpus Manaek, FC dan Saudari Patricia Wijaya (Mba Pety) yang

dengan sabar dan tulus membantu penulis dalam seluruh upaya

menyelesaikan skripsi ini, terutama membantu penulis menterjemahkan

bahasa Inggris dari buku acuan, jurnal dan abstrak.

Kiranya Tuhan yang Maha Pemurah membalas segala kebaikan Ibunda dan

saudara/i semua. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat

bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, Januari 2013

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Hipotesis ... 8

G. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi Belajar ... 10

B. Prestasi Belajar Fisika ... 15

C. Pekerjaan Rumah (Homework) ... 18

(13)

xiii

E. Kinematika dengan Analisis Vektor ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 51

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 58

D. Variabel Penelitian ... 59

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 59

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 66

G. Teknik Analisis Data ... 68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan ... 76

B. Deskripsi Data ... 78

C. Analisis Data ... 94

D. Pembahasan ... 105

E. Keterbatasan Penelitian ... 110

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 112

B. Saran ... 113

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Deskripsi pelaksanaan penelitian pada kelas treatmen ... 58

Tabel 3.2. Deskripsi pelaksanaan penelitian pada kelas kontrol ... 58

Tabel 3.3. Deskripsi data pretest pada kelas treatmen ... 62

Tabel 3.4. Deskripsi data pretest pada kelas kontrol ... 62

Tabel 3.5. Deskripsi data posttest pada kelas treatmen ... 63

Tabel 3.6. Deskripsi data posttest pada kelas kontrol... 63

Tabel 3.7. Ratin scale kuisioner motivasi berprestasi belajar fisika ... 69

Tabel 3.8. Deskripsi penskoran kuisioner motivasi berprestasi belajar fisika pada kelas treatmen ... 70

Tabel 3.9. Deskripsi penskoran kuisioner motivasi berprestasi belajar fisika pada kelas korntrol... 70

Tabel 3.13. Frekuensi jumlah siswa yang mengerjakan tiap soal traditional homework ... 73

Tabel 3.14. Jumlah skor yang diperoleh siswa tiap soal flexible homework .... 73

Tabel 3.15. Jumlah skor yang diperoleh siswa tiap soal traditional homework ... 74

Tabel 3.16. Kategori tingkat pemahaman siswa tiap soal pekerjaan rumah .... 74

Tabel 4.1. Deskripsi pelaksanaan penelitian pada kelas treatmen ... 77

Tabel 4.2. Deskripsi pelaksanaan penelitian pada kelas kontrol ... 78

Tabel 4.3. Deskripsi data pretest pada kelas treatmen ... 79

Tabel 4.4. Deskripsi data pretest pada kelas kontrol ... 81

Tabel 4.5. Deskripsi data posttest pada kelas treatmen ... 82

(15)

xv

Tabel 4.7. Deskripsi penskoran kuisioner motivasi berprestasi pada kelas

treatmen... 86

Tabel 4.8. Interval jumlah skor kuisioner motivasi berprestasi belajar fisika siswa pada kelas treatmen dan tingkat motivasinya ... 87

Tabel 4.9. Deskripsi penskoran kuisioner motivasi berprestasi pada kelas kontrol ... 88

Tabel 4.10. Interval jumlah skor kuisioner motivasi berprestasi belajar fisika siswa pada kelas kontrol dan tingkat motivasinya ... 89

Tabel 4.11. Frekuensi jumlah siswa yang mengerjakan tiap soal flexible homework ... 90

Tabel 4.12. Frekuensi jumlah siswa yang mengerjakan tiap soal traditional homework ... 91

Tabel 4.13. Tingkat pemahaman siswa tiap soal flexible homework ... 92

Tabel 4.14. Tingkat pemahaman siswa tiap soal traditional homework ... 93

Tabel 4.15. Paired samples statistics ... 95

Tabel 4.16. Paired samples correlations ... 95

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Grafik vektor satuan pada sumbu X dan Y ... 31

Gambar 2.2. Grafik posisi partikel pada bidang XOY ... 32

Gambar 2.3. Vektor perpindahan partikel pada bidang XOY ... 32

Gambar 2.4. Tampilan geometris kecepatan sesaat ... 35

Gambar 2.5. Perpindahan sebagai luas di bawah grafik v - t ... 38

Gambar 2.6. Tampilan geometris percepatan sesaat ... 40

Gambar 2.7. Kecepatan sebagai luas di bawah grafik a - t... 42

Gambar 2.8. Lintasan parabola ... 45

Gambar 2.9. Sifat simetris grafik parabola ... 49

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat-surat ... 117

LAMPIRAN 2 Silabus... 120

LAMPIRAN 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 121

LAMPIRAN 4 Kisi-kisi tes prestasi belajar (pretest dan posttest) ... 126

LAMPIRAN 5 Kriteria penskoran hasil tes prestasi belajar... 130

LAMPIRAN 6 Soal tes prestasi belajar ... 132

LAMPIRAN 7 Pedoman jawaban tes prestasi belajar ... 133

LAMPIRAN 8 Kisi-kisi soal pekerjaan rumah 1 ... 138

LAMPIRAN 9 Kisi-kisi soal pekerjaan rumah 2 ... 147

LAMPIRAN 10 Kriteria penskoran soal-soal pekerjaan rumah 1 ... 157

LAMPIRAN 11 Kriteria penskoran soal-soal pekerjaan rumah 2 ... 161

LAMPIRAN 12 Soal pekerjaan rumah 1 (flexible homework dan traditional homework) ... 165

LAMPIRAN 13 Soal pekerjaan rumah 2 (flexible homework dan traditional homework) ... 167

LAMPIRAN 14 Pedoman jawaban pekerjaan rumah 1 (flexible homework dan traditional homework) ... 169

LAMPIRAN 15 Pedoman jawaban pekerjaan rumah 2 (flexible homework dan traditional homework) ... 180

LAMPIRAN 16 Kisi-kisi kuesioner motivasi berprestasi belajar fisika ... 194

(18)

xviii

LAMPIRAN 18 Skor hasil pekerjaan rumah(flexible homework dan

traditional homework) ... 199

LAMPIRAN 19 Daftar nama siswa kelas XI IPA 1 ... 203

LAMPIRAN 20 Daftar nama siswa kelas XI IPA 2 ... 204

(19)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pekerjaan Rumah (PR) bagi guru bukanlah sesuatu yang baru. Setiap guru

tentu pernah dan bahkan sering memberikan pekerjaan rumah kepada siswanya.

Pemberian pekerjaan rumah kepada siswa bukan tanpa tujuan. Guru mempunyai

tujuan tertentu, mengapa mereka memberikan pekerjaan rumah kepada siswa.

Pada umumnya guru mengharapkan bahwa pekerjaan rumah yang diberikan

kepada siswa dapat memotivasi siswa untuk belajar dan pada akhirnya dapat

meningkatkan prestasi belajarnya.

Kunandar (2007 : 40) mengemukakan bahwa salah satu faktor utama yang

menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda

terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan

langsung dengan peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Di tangan

gurulah akan dihasilkan perserta didik yang berkualitas, baik secara akademis,

skill (keahlian), kematangan emosional, dan moral serta spiritual. Oleh karena peran guru menjadi faktor utama dalam menentukan kualitas pendidikan, maka

dibutuhkan guru yang memiliki kualifikasi akademik, kompeten, kreatif, inovatif

dan berdedikasi tinggi.

Peserta didik yang berkualitas dihasilkan dari sebuah proses pembelajaran

yang berkualitas pula. Proses pembelajaran yang berkualitas akan tercapai bila

guru memiliki kualifikasi dan kompetensi. Salah satu kompetensi yang harus

dimiliki guru adalah penguasaan metodologi pengajaran. Menurut Suparno (2007

(20)

2

dengan situasi mereka. Menurut teori multiple intelligences, siswa akan mudah mempelajari suatu hal, bila hal itu disampaikan dengan metode yang sesuai

dengan inteligensi siswa yang dominan. Bila inteligensi siswa bermacam-macam,

maka metode pembelajaran pun harus bermacam-macam pula. Dengan demikian,

siswa akan merasakan dan mengalami proses pembelajaran karena metode

pembelajaran yang digunakan guru dapat menjangkau semua inteligensi yang

dimiliki siswa.

Salah satu model pembelajaran yang sering digunakan guru di

sekolah-sekolah, baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), maupun

Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah model pekerjaan rumah. Hampir semua

guru menggunakan pekerjaan rumah. Penggunaan model pembelajaran yang tidak

variatif, mengakibatkan pembelajaran menjadi tidak menarik bagi siswa.

Kondisi serupa terjadi pula pada SMA Frater Makassar. Akhir-akhir ini,

Pekerjaan Rumah menjadi topik yang banyak dibicarakan di kalangan guru,

siswa dan orang tua siswa, karena ternyata pemberian pekerjaan rumah

menimbulkan masalah. Pekerjaan rumah menjadi persoalan bagi siswa, ketika

pekerjaan rumah tersebut tidak lagi memberi motivasi kepada siswa untuk

belajar, tapi sebaliknya justru membuat siswa merasa terbebani dan frustrasi.

Siswa merasa terbebani karena jumlah soal pekerjaan rumah yang diberikan

terlalu banyak. Siswa mengalami frustrasi ketika menemukan kebuntuan saat

mengerjakan pekerjaan rumah. Siswa kesulitan membagi waktu untuk belajar

(21)

3

Kondisi ini mempengaruhi kejiwaan siswa. Sebagian besar waktu siswa

digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Akibatnya, siswa menjadi pribadi

yang tertutup, pendiam dan seringkali murung. Siswa kehilangan kesempatan

untuk berinteraksi dengan keluarga, teman-teman dan lingkungan sekitarnya.

Siswa kehilangan kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakatnya. Siswa

kehilangan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya. Bila kondisi ini dibiarkan

terus, maka tidak menutup kemungkinan siswa akan kehilangan semangat atau

motivasi untuk belajar.

Pekerjaan rumah diberikan kepada siswa dengan maksud agar siswa

memanfaatkan waktunya di rumah untuk belajar dan berlatih menyelesaikan

soal-soal. Karena itu, pekerjaan rumah umumnya berbentuk soal-soal latihan. Soal-soal

tersebut diharapkan dikerjakan dengan baik oleh siswa. Persoalan muncul ketika

pekerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan namun tidak dikerjakan siswa.

Pekerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan di rumah, justru dikerjakan di

sekolah. Perkerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan sendiri malah dikerjakan

oleh orang lain. Pekerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan dengan

sungguh-sungguh malah dikerjakan asal-asalan. Kondisi ini jika dibiarkan akan

berpengaruh buruk pada pembentukan karakter siswa. Siswa menjadi pemalas,

tidak jujur, tidak mandiri, dan tidak bertanggung jawab.

Sebenarnya pekerjaan rumah bermanfaat bagi siswa agar dapat berlatih

mempunyai rasa tanggung jawab, mandiri, dan jujur. Pekerjaan rumah akan

memantapkan konsep siswa tentang pelajaran yang sudah diperolehnya di

(22)

4

pembelajaran, sekolah-sekolah mengakui bahwa juga penting agar siswa

mempunyai waktu untuk bermain dan mengekspresikan dirinya melalui kegiatan

hiburan dan olahraga.

New South Wales Departement of Education and Training ( Departemen Pendidikan dan Pelatihan New South Wales) pernah mengeluarkan kebijakan

mengenai pekerjaan rumah untuk diterapkan di semua sekolah negeri. Inti

kebijakan tersebut adalah penegasan kembali manfaat pekerjaan rumah,

nilai-nilai yang ingin ditanamkan, bagaimana pekerjaan rumah harus diberikan,

jenis-jenis pekerjaan rumah apa saja yang diberikan dan bagaimana peran orang tua

dalam membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah.

Prashnig dalam bukunya The Power of Learning Styles (2007: 283) mengatakan bahwa seorang anak yang dipaksa mengerjakan pekerjaan rumah

dengan cara tertentu bisa sama sekali mati keinginan belajarnya. Anak akan

nyaman dengan gaya belajar yang ditemukannya sendiri. Bila anak menemukan

gaya belajarnya sendiri, maka anak akan mampu menghasilkan pekerjaan yang

jauh lebih baik, mau belajar dengan caranya sendiri, dan benar-benar

mengerjakannya dengan sangat berhasil. Jadi, unsur fleksibilitas menjadi sangat

penting bagi anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya.

Menurut Prashnig (2007:157), dengan menggunakan Working Style Analysis

(analisis gaya belajar) ditemukan bahwa banyak pelajar dewasa yang

membutuhkan rasa nyaman dengan apa yang mereka kerjakan. Pekerjaan itu harus

masuk akal bagi mereka. Jika tidak merasa nyaman dengannya, mereka bahkan

(23)

5

hampir tidak mungkin memotivasi mereka untuk mengerjakan lebih banyak hal

dari pada yang diperlukan. Jadi, siswa akan memiliki motivasi untuk belajar bila

pengalaman belajar yang dialaminya bebas dari segala tekanan.

Mengingat pekerjaan rumah masih diperlukan dalam suatu proses

pembelajaran, maka untuk meningkatkan fungsinya sebagai model pembelajaran

perlu dilakukan suatu penelitian. Dengan mendesain model pekerjaan rumah lama

(traditional homework) menjadi sebuah model pekerjaan rumah baru yang lebih bersifat fleksibel (flexible homework), penulis ingin meningkatkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa. Penulis sangat tertarik dengan model flexible homework ini, karena model flexilbel homework belum banyak dikenal di kalangan guru.

Untuk membuktikan apakah model pekerjaan rumah baru (flexible homework) lebih meningkatkan motivasi dan prestasi belajar fisika siswa, dibandingkan dengan model pekerjaan rumah yang lama (traditional homework)

penulis melakukan penelitian di SMA Frater Makassar. Judul penelitian ini

(24)

6 B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi berbagai masalah dalam

kaitan dengan pekerjaan rumah, antara lain:

1. Penggunaan model pembelajaran yang tidak variatif mengakibatkan

pembelajaran menjadi tidak menarik bagi siswa.

2. Siswa merasa terbebani mengerjakan pekerjaan rumah karena pekerjaan

rumah terlalu banyak.

3. Siswa merasa frustrasi ketika menemukan kebuntuan saat mengerjakan

pekerjaan rumah.

4. Siswa kesulitan membagi waktu untuk belajar hal-hal lain karena sebagian

besar waktunya di rumah digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

5. Siswa kehilangan kesempatan untuk menjalin komunikasi dengan

keluarga, teman-teman dan lingkungannya karena sibuk dengan pekerjaan

rumahnya.

6. Siswa kehilangan kebebasan untuk mengekspresikan dirinya.

7. Siswa mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah bukan di rumah.

8. Siswa tidak mandiri dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

9. Siswa mencontek pekerjaan rumah temannya.

10.Siswa tidak sungguh-sungguh mengerjakan pekerjaan rumahnya.

C. Pembatasan Masalah

Beragam masalah yang telah teridentifikasi menggambarkan betapa luas dan

(25)

7

masalah yang akan diungkapkan dalam penelitian ini dibatasi pada upaya

peningkatan motivasi dan prestasi belajar fisika dengan model flexible homework.

D. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang dan pembatasan masalah yang diteliti, masalah

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah motivasi berprestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan

kinematika gerak lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor, yang

diberi model flexible homework lebih tinggi dari pada motivasi berprestasi belajar fisika siswa yang diberi model traditional homework?

2. Apakah prestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan kinematika gerak

lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor, yang diberi model flexible homework lebih tinggi dari pada prestasi belajar fisika siswa yang diberi model traditional homework?

3. Apakah ketuntasan belajar fisika siswa pada pokok bahasan kinematika

gerak lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor, yang diberi model

flexible homework lebih tinggi dari pada ketuntasan belajar fisika siswa yang diberi model traditional homework?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi berprestasi belajar fisika,

(26)

8

kinematika gerak lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor, pada siswa

kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2, SMA Frater Makassar dengan cara:

1. Membandingkan motivasi berprestasi belajar fisika siswa yang diberi

model flexible homework dengan motivasi berprestasi belajar fisika siswa yang diberi model traditional homework.

2. Membandingkan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model flexible homework dengan prestasi belajar fisika siswa yang diberi model

traditional homework.

3. Membandingkan ketuntasan belajar fisika siswa yang diberi model flexible homework dengan ketuntasan belajar fisika siswa yang diberi model

traditional homework.

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara penggunaan

model flexible homework dengan model traditional homework yaitu:

1. Motivasi berprestasi belajar fisika siswa yang diberi model flexible homework lebih tinggi dari pada motivasi berprestasi belajar fisika siswa yang diberi model traditional homework.

(27)

9

3. Ketuntasan belajar fisika siswa yang diberi model flexible homework lebih tinggi dari pada ketuntasan belajar fisika siswa yang diberi traditional homework.

G. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis penelitian ini dapat membantu perkembangan pengetahuan,

khususnya yang terkait dengan model pembelajaran fisika dengan flexible homework. Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat memberi arah dan acuan bagi guru dalam mendesain model pekerjaan rumah (homework) sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa khususnya dalam pembelajaran fisika.

Di samping itu, temuan-temuan dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan

(28)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian motivasi Belajar

Motivasi merupakan kata bentukan yaitu dari kata dasar motif.

Menurut Sardiman (2006:73), motif diartikan sebagai daya upaya yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dan motivasi

merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Motivasi merupakan

interpretasi dari motif yang dapat dilihat dari perilaku yang ditunjukkan

seseorang.

Hilgard dalam Sanjaya (2008: 250) mengemukakan bahwa motivasi

adalah suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang

menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai

tujuan tertentu. Mulyasa (2007: 195), merumuskan pengertian motivasi

sebagai tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya

perilaku seseorang ke arah suatu tujuan tertentu. Perilaku atau tindakan

yang ditunjukkan seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu, sangat

tergantung dari motif yang dimilikinya.

Hanafiah (2009:26), mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar

(29)

11

perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun

psikomotorik.

Berdasarkan paparan pengertian motivasi di atas, disimpulkan bahwa

motivasi merupakan suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang

berupa daya tarik yang membangun kesediaan dan keinginan sehingga

mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu dalam

upaya mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitan dengan kegiatan belajar,

motivasi merupakan suatu keadaan yang terdapat dalam diri peserta didik

berupa daya tarik yang membangun kesediaan dan keinginan sehingga

mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif, kreatif,

efektif, inovatif dan menyenangkan demi mencapai tujuannya yaitu

adanya perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran fisika, motivasi belajar fisika

merupakan suatu keadaan yang terdapat dalam diri peserta didik, berupa

daya tarik yang membangun kesediaan dan keinginan, sehingga

mendorongnya untuk belajar fisika secara aktif, kreatif, efektif, inovatif,

dan menyenangkan demi mencapai tujuannya yaitu meningkatnya prestasi

belajar fisika (kognitif), semakin matang secara emosional (afektif) dan

semakin terampil dalam melakukan praktikum, eksperimen atau kegiatan

(30)

12 2. Macam-Macam Motivasi

Ada banyak macam motivasi. Macam-macam motivasi ini

tergantung dari sudut pandang mana dilihat. Sardiman (2006:86-90)

menulis ada empat macam motivasi, yaitu: 1) dilihat dari dasar

pembentukannya terdapat dua macam motivasi yakni motif-motif bawaan

dan motif-motif yang dipelajari. 2) Menurut pembagian dari Woodworth

dan Marquis terdapat tiga macam motivasi yakni motif kebutuhan organis,

motif-motif darurat, dan motif-motif objek. 3) motivasi jasmaniah dan

motivasi rohaniah. 4) Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Dari macam-macam motivasi ini yang paling umum dikenal dan yang

ada kaitannya dengan kegiatan belajar adalah motivasi intrinsik dan

motivasi ekstrinsik. Adapun pengertian motivasi intrinsik dan ekstrinsik

adalah sebagai berikut:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam

kaitannya dengan tujuan belajar, maka yang dimaksud dengan

motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri individu untuk

mencapai tujuan belajar yakni semakin bertambahnya pengetahuan,

(kognitif), semakin baik dalam bersikap (afektif), dan semakin

(31)

13 b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Kalau dilihat dari

tujuan kegiatan yang dilakukannya tidak secara langsung berkaitan

dengan ensensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu, motivasi

ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di

dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan

dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas

belajar.

3. Fungsi Motivasi Belajar

Pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam

belajar. Oleh sebab itu, menumbuhkan motivasi belajar siswa, merupakan

salah satu tugas dan tanggung jawab guru. Guru yang baik dalam mengajar

akan selalu berusaha mendorong siswa untuk beraktivitas mencapai tujuan

pembelajaran. Menurut Sardiman (2006:84), hasil belajar akan menjadi

optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan

makin berhasil pula pembelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa

menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, Sardiman (2006: 85) mengemukakan

ada tiga fungsi motivasi yakni:

a. Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan

(32)

14

b. Menentukan arah perubahan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan guna mencapai tujuan.

Hanafiah (2009: 26), mengemukakan tiga fungsi motivasi belajar yaitu;

a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta

didik.

b. Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta

didik.

c. Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih

bermakna.

Selain itu, terdapat pula fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi

sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu

usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan

menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, usaha yang tekun dan

terutama didasari oleh adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan

dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan

(33)

15 B. Prestasi Belajar Fisika

1. Pengertian Belajar

Menurut Woolfolk dan Lorraine (1984) belajar adalah suatu

perubahan internal di dalam diri seseorang, pembentukan asosiasi baru,

atau potensi untuk suatu tanggapan baru. Belajar adalah suatu perubahan

kemampuan seseorang yang relatif permanen. Belajar menyebabkan

seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungannya, memberikan

tanggapan terhadap apa yang terjadi di sekelilingnya, dan membangun

relasi baru dengan sesama serta mengarah pada upaya pembaharuan diri ke

arah yang lebih baik.

Klein (2002) mengatakan bahwa belajar merupakan suatu proses

percobaan yang menghasilkan perubahan sikap yang relatif permanen

yang tidak dapat dijelaskan melalui keadaan sementara, kematangan, atau

kecenderungan respons sebagai pembawaan sejak lahir. Klein,

menekankan terjadinya perubahan sikap sebagai alat ukur seseorang dalam

belajar. Dengan kata lain, seseorang dikatakan belajar apabila ada

perubahan sikap yang terjadi di dalam dirinya. Perubahan sikap itu tidak

dihasilkan dalam waktu yang singkat tetapi melalui proses yang panjang.

Ahmadi dan Supriyono (1990: 121) mendefinisikan belajar sebagai

suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu, menurut

(34)

16

mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui

latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan

peristiwa kebetulan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah

laku dalam diri individu yang relatif menetap sebagai akibat interaksi

dengan lingkungannya, yang dilakukan secara sadar untuk tujuan

peningkatan diri yang meliputi berbagai aspek baik pengertian (kognitif),

keterampilan (keahlian) dan sikap hidup (afektif), yang hasilnya bisa

diamati jika seseorang menampakkan kemampuan yang telah diperolehnya

melalui proses belajar.

2. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Syah (2003 : 213) pada prinsipnya, pengungkapan hasil

belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai

akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian,

pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah

rasa, sangat sulit. Hasil belajar siswa pada ranah rasa/afektif sulit

diidentifikasi karena tak dapat diraba atau dilihat langsung seperti halnya

pada ranah kognitif dan psikomotorik. Guru hanya dapat mengambil

cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan

(35)

17

Dalam dunia pendidikan umumnya dan fisika khususnya, kemampuan

yang diharapkan dari hasil proses belajar lebih banyak berkaitan dengan

aspek kognitif. Hasil belajar pada ranah kognitif ini digambarkan dengan

prestasi belajar dan dikaitkan dengan pencapaian kompetensi yang

ditetapkan. Menurut Djamarah (1997 : 120) salah satu petunjuk suatu

proses belajar mengajar dianggap berhasil yakni apabila daya serap

terhadap bahan pengajaran mencapai prestasi tinggi, baik secara individu

maupun kelompok.

Untuk mengetahui hasil belajar digunakan alat ukur yang disebut tes

hasil belajar. Tes hasil belajar terdiri dari sederetan pertanyaan atau soal

sebagai jabaran dari materi belajar yang telah dipelajari siswa.

Masing-masing soal atau pertanyaan menggambarkan materi belajar sekaligus

mencerminkan kompetensi dasar yang dituntut. Ketepatan siswa dalam

menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal menunjukkan tingkat

penguasaan siswa terhadap materi belajar dan pencapaian kompetensi

dasar yang ditetapkan. Tinggi rendahnya penguasaan materi dan

pencapaian standar kompetensi dasar, tergantung pada persentase jumlah

jawaban yang benar yang selanjutnya disebut prestasi belajar.

Berdasarkan paparan di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar fisika adalah tingkat penguasaan materi dan pencapaian

standar kompetensi fisika setelah siswa mengalami kegiatan belajar yang

diukur dengan menggunakan tes berupa seperangkat soal fisika yang

(36)

18

dituntut. Secara khusus, yang dimaksud dengan prestasi belajar fisika

dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan dan pencapaian standar

kompetensi yang dimiliki siswa kelas XI IPA SMA Frater Makassar

setelah mengikuti pelajaran fisika pada pokok bahasan kinematika gerak

lurus dan gerak parabola dengan analisis vektor, yang diukur dengan

menggunakan tes berupa seperangkat soal yang memuat Kompetensi

Dasar (KD) sebagaimana ditentukan dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP).

C. Pekerjaan Rumah (Homework) 1. Pengertian Pekerjaan Rumah

Beberapa pendapat tentang pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah

merupakan kegiatan di luar kelas yang merupakan perluasan dari tugas di

kelas (Kurniawan, 2008). Pekerjaan rumah merupakan salah satu metode

mengajar yang berguna untuk mengatasi kelemahan metode-metode lain

seperti ceramah dan diskusi (Caray, 2008). Pekerjaan rumah merupakan

salah satu bentuk tugas (Oloan, 2011). Pekerjaan rumah merupakan salah

satu instrumen yang dipergunakan guru dalam pembelajaran (Wibowo,

2011). Jadi, pekerjaan rumah secara umum adalah tugas berupa sejumlah

soal yang diberikan oleh guru dari sekolah kepada siswa untuk dikerjakan

di rumah.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pekerjaan

(37)

19

dalam pembelajaran berupa tugas (soal-soal) yang diberikan kepada siswa

untuk dikerjakan di rumah sebagai latihan lanjutan setelah siswa belajar di

kelas. Jadi, pekerjaan rumah yang dimaksud di sini bukanlah sebagai alat

ukur, tetapi sebagai model pembelajaran atau instrumen pembelajaran.

2. Jenis-jenis Pekerjaan Rumah

Le Conte (1981) dalam Kurniawan (2011) menggolongkan pekerjaan

rumah menjadi tiga macam yaitu:

a. Practice assignments (tugas latihan), yang menguatkan keterampilan atau pengetahuan yang baru saja diterimanya.

b. Preparation assignment (tugas mempersiapkan), yang dimaksud untuk memberikan latar belakang tentang topik tertentu.

c. Extension assignment (tugas perluasan), yang dirancang untuk mempraktekkan bahan yang sudah pernah dipelajari atau memperluas

pengetahuan siswa dengan mendorong mereka untuk melakukan lebih

banyak penelitian tentang subjek yang dimaksud setelah topik

dipelajari di kelas.

Berdasarkan penjelasan jenis-jenis pekerjaan rumah di atas, jenis

pekerjaan rumah yang digunakan pada penelitian ini adalah practice assignments (tugas latihan). Siswa akan diberi soal-soal latihan untuk dikerjakan di rumah. Soal- soal tersebut merupakan kelanjutan dari

(38)

20 3. Model Pekerjaan Rumah

Jenis pekerjaan rumah practice assignments dibedakan menjadi dua model. Pembedaan ini didasarkan pada format penyajiannya. (Bao &

Stonebraker, 2008) menyebutkan ada dua metode pekerjaan rumah yaitu

traditional homework method dan flexible homework method. a. Traditional Homework

Traditional homework diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia artinya pekerjaan rumah tradisional. Pengertian

pekerjaan rumah secara umum adalah tugas berupa sejumlah soal yang

diberikan oleh guru dari sekolah kepada siswa untuk dikerjakan di

rumah. Sedangkan pengertian tradisional menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sikap dan cara berpikir serta

bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan

yang ada secara turun temurun. Jadi, traditional homework dapat diartikan sebagai sikap dan cara berpikir serta tindakkan guru dalam

memberikan tugas kepada siswa berupa sejumlah soal yang tetap

berpegang teguh pada kebiasaan yang ada secara turun temurun.

Karakteristik traditional homework adalah sebagai berikut:

1) Soal-soal dibuat oleh guru atau diambil dari buku teks dalam

jumlah tertentu. Soal-soal tersebut diberikan kepada siswa

untuk dikerjakan di rumah. Siswa diharuskan untuk

(39)

21

2) Tanggal jatuh tempo pengumpulan biasanya satu minggu

setelah soal-soal tersebut diberikan atau bisa kurang dari satu

minggu.

3) Soal-soal tersebut dijadikan sebagai alat ukur untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap kompetensi dasar tertentu

sesuai dengan yang diajarkan.

4) Hasil pekerjaan siswa akan dinilai dan dikembalikan kepada

siswa sesuai dengan waktu yang ditentukan guru sendiri.

5) Nilai pekerjaan rumah yang diperoleh siswa, memberi

sumbangan terhadap nilai akhir (nilai rapor) dengan persentase

jumlah yang ditentukan guru.

6) Bila jumlah siswa dalam kelas terlalu banyak, biasanya hasil

pekerjaan siswa dikoreksi secara bersama-sama dalam kelas.

7) Bila jumlah soal terlalu banyak, guru biasanya mengoreksi

pekerjaan siswa hanya pada nomor-nomor tertentu saja.

Nomor-nomor lain yang belum dikoreksi, dibuatkan pedoman

jawabannya (kunci jawaban) agar siswa dapat mengoreksinya

sendiri.

Tentang traditional homework, Alfi Kohn dalam bukunya The Homework Myth: Why Our Kids Get Too Much of a Bad Thing, menyatakan bahwa traditional homework (pekerjaan rumah yang lama) tidak menunjang dan memperkuat pemahaman yang didapat

(40)

22

dengan prestasi belajar siswa terutama di sekolah dasar. Kalaupun

ada korelasinya, itupun hanya kecil dan hanya di sekolah menengah.

Hasil penelitian yang dilakukannya gagal menunjukkan, bahwa

traditional homework memberikan manfaat bagi siswa. Tidak ditemukan data yang mendukung bahwa traditional homework dapat membangun karakter, meningkatkan prestasi, meningkatkan disiplin

pribadi, mengajarkan kebiasaan belajar yang baik, dan lain-lain. Yang

terjadi justru sebaliknya, dampak dari pekerjaan rumah dapat membuat

siswa frustrasi, kelelahan, dan kehilangan waktu untuk

mengekspresikan dirinya.

Khon menambahkan, ada tiga alasan mengapa traditional homework tetap diberikan kepada siswa. Pertama, guru tidak mempercayai siswa. Apa yang dilakukan siswa di luar jam sekolah

dicurigai. Misalnya, siswa tidak belajar atau siswa hanya bermain

ketika berada di rumahnya. Karena itu harus diberikan pekerjaan

rumah. Kedua, ada nilai simbolik dibalik pemberian pekerjaan rumah.

Bahwa dengan memberikan banyak pekerjaan rumah, seolah-olah

ingin menunjukkan bahwa sekolah tersebut berkualitas, sehingga

terkesan menampilkan kualitas sekolah yang lebih baik. Ketiga,

kurangnya pemahaman mengenai sifat dasar pembelajaran. Sebagian

besar guru masih memiliki pemahaman bahwa makin banyak waktu

yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan rumah akan

(41)

23

siswa cenderung menyelesaikan pekerjaan rumah secepat mungkin

agar terbebas dari tekanan.

Lei Bao dan Stonebraker (2008) dalam artikel A flexible homework method mengungkapkan bahwa sebagian besar pengajar mempertimbangkan pekerjaan rumah menjadi sebuah bagian penting

dari proses pembelajaran. Diharapkan dengan melakukan pekerjaan

rumah para mahasiswa akan mendapatkan praktek dalam

memecahkan masalah, menerapkan pengetahuan mereka pada situasi

yang baru, memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan lebih

kuat akan konsep-konsep penting, dan mungkin mengembangkan skill

yang diperlukan untuk memecahkan persoalan di dunia riil yang

mungkin mereka hadapi di tempat kerja mereka di masa mendatang.

Diharapkan pula bahwa penugasan pekerjaan rumah ini dengan tanggal

jatuh tempo yang teratur membantu para mahasiswa berjalan seiring

dengan instruksi.

Terdapat banyak format untuk menugaskan dan menilai pekerjaan

rumah. Pada pengantar matakuliah fisika, merupakan hal yang biasa

bagi para pengajar untuk menugaskan soal-soal kira-kira sepuluh buku

untuk satu minggu kemudian. Pekerjaan rumah ini dinilai dan

dikembalikan minggu berikutnya. Untuk kelas besar penilai akan

mengevaluasi hanya beberapa soal secara rinci. Pedoman jawaban

untuk semua soal disediakan sehingga mahasiswa dapat mengevaluasi

(42)

24

Stonebraker menyebut model ini sebagai model “tradisional” dalam

penugasan dan penilaian pekerjaan rumah.

b. Flexible Homework

Flexible homework diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia artinya pekerjaan rumah yang fleksibel. Pengertian

fleksibel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

luwes; mudah menyesuaikan diri. Sedangkan pengertian pekerjaan

rumah secara umum adalah tugas berupa sejumlah soal yang

diberikan oleh guru dari sekolah kepada siswa untuk dikerjakan di

rumah. Jadi, flexible homework dapat diartikan sebagai tugas berupa sejumlah soal yang telah disesuaikan dengan keadaan siswa sehingga

siswa mengerjakannya di rumah dengan tanpa tekanan.

Karakteristik model flexible homework adalah sebagai berikut: 1) Soal-soal dibuat oleh guru atau dapat juga diambil dari buku teks

dalam jumlah tertentu, biasanya ≥ 10 nomor. Soal-soal tersebut

dikelompokkan berdasarkan tingkat kesulitannya menurut

taksonomi kognitif Benyamin Bloom (1956) yaitu soal

pengetahuan (knowledge), soal pemahaman (comprehension), soal aplikasi (application), soal analisis (analysis), soal sintesis

(43)

25

2) Flexible homework dipandang bukan sebagai alat ukur tetapi sebagai model atau instrumen pembelajaran.

3) Siswa tidak harus mengerjakan semua soal yang diberikan, tetapi

boleh memilih beberapa soal saja seturut yang hendak

dikerjakannya. Namun demikian, tidak membatasi siswa yang

ingin mencoba mengerjakan semua soal.

4) Sebelum tanggal jatuh tempo pengumpulan, dilakukan pembahasan

beberapa soal seturut yang diminta siswa. Pembahasan soal-soal

tersebut dilakukan pada jam pelajaran bidang studi yang

bersangkutan.

5) Siswa diberi pedoman jawaban (kunci jawaban) dari soal-soal

tersebut. Guru dapat memberi pedoman jawaban untuk semua soal

atau dapat pula hanya pada soal nomor genap atau nomor ganjil

saja.

6) Hasil pekerjaan siswa akan dinilai berdasarkan nomor-nomor soal

yang dikerjakannya. Nilai flexiblehomework yang diperoleh siswa tidak memberi sumbangan secara langsung terhadap nilai akhir

(nilai rapor) tetapi bila siswa mengerjakannya dengan

sungguh-sungguh maka dipastikan akan mendapat nilai akhir yang

maksimal karena soal-soal pada tes akhir akan diambil secara acak

(44)

26

Tentang flexible homework Astuti (2011:17), menulis ada dua unsur dasar yang harus dipenuhi dalam pembelajaran dengan model

flexible homework. Kedua unsur tersebut adalah sebagai berikut: 1) Siswa dalam dirinya harus menyadari bahwa mereka adalah

pribadi yang dewasa dan bertanggung jawab sehingga mereka

mau berusaha untuk memahami materinya dan mendapatkan nilai

yang baik.

2) Siswa harus mempunyai asumsi bahwa pekerjaan rumah bukan

dipandang sebagai alat ukur tetapi sebagai model dan instrumen

pembelajaran.

c. Tujuan Pembelajaran dengan Model Flexible Homework

Tujuan utama dari model pembelajaran dengan flexible homework adalah untuk meningkatkan fungsi pekerjaan rumah sebagai instrumen

pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar siswa.

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Flexible Homework

1) Keunggulan model flexible homework

a) Siswa mengerjakan pekerjaan rumah dengan tidak merasa

dipaksa atau terpaksa. Siswa lebih bebas mengekspresikan

(45)

27

b) Disediakan pedoman jawaban sebagai petunjuk bagi siswa bila

mengalami kebuntuan dalam mengerjakan soal-soal tersebut.

Pendoman jawaban diberikan untuk maksud mengganti peran

tutor atau guru privat.

2) Kelemahan model flexible homework

Siswa dapat dengan begitu saja menyalin semua jawaban

yang diberikan.

e. Hasil Penelitian Sejenis

Penelitian sejenis pernah dilakukan di The Ohio State University. Penelitian pertama dilaksanakan pada musim semi tahun 2002 di kelas fisika modern berbasis kalkulus untuk siswa teknik

tahun pertama (85 mahasiswa). Setiap pekerjaan rumah terdiri dari

30 soal dari buku teks. Mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih

10 soal yang akan dikerjakan dan kemudian dikumpulkan. Skor dari

pekerjaan rumah ini memberikan sumbangan 7% dari nilai siswa.

Setiap soal diberi label A, B atau C yang menunjukkan tingkat

kesulitannya. Mahasiswa diberitahukan bahwa jika mereka dapat

menyelesaikan soal level A dengan usaha mereka sendiri maka

mereka mempunyai kemungkinan untuk mendapat nilai A di

kelasnya. Selain itu, mahasiswa juga diberitahukan bahwa 30% -

40% soal ujian mirip atau bahkan identik dengan soal-soal

(46)

28

meningkatkan motivasi mahasiswa untuk mengerjakan pekerjaan

rumah dan setiap orang yang mengerjakan semua soal (sekitar 360

soal untuk satu mata kuliah) akan sangat berhasil di dalam kelas.

Peneliti mendapatkan bahwa banyak mahasiswa yang mengerjakan

lebih dari yang diminta untuk dikumpulkan.

Penelitian kedua dilaksanakan pada triwulan musim gugur tahun

2002 dalam kelas pengantar mekanika berbasis kalkulus untuk

mahasiswa reguler tahun pertama (sekitar 350 mahasiswa).

Sebagian desain, tujuan dan pemberitahuan pada mahasiswa sama

dengan yang dilakukan pada penelitian pertama.

Pada penelitian ini, setiap pekerjaan rumah terdiri dari 20 soal

dari buku teks yang dibagi sama banyaknya dalam dua grup.

Pedoman jawaban dari soal-soal dalam grup I diberikan tiga sampai

empat hari sebelum tanggal jatuh tempo dikumpulkan. Pedoman

jawaban yang lengkap untuk soal-soal dalam grup II, tidak

diberikan sampai pekerjaan rumah ini diserahkan.

Untuk minggu-minggu genap, peneliti memberikan petunjuk

penyelesaian untuk semua soal grup II. Untuk minggu-minggu

ganjil tidak ada petunjuk yang diberikan. Mahasiswa diminta untuk

menyerahkan sepuluh soal setiap minggu, yang setidaknya lima di

antaranya berasal dari grup II. Seperti dalam penelitian pertama ,

soal-soal juga diberi label A, B atau C. Pembagian soal ke dalam

(47)

29

kedua grup tersebut memiliki hubungan yang dekat dalam isi dan

konteks. Idenya adalah untuk mendorong siswa mempelajari

soal-soal grup I dengan benar dan kemudian menggunakan apa yang

mereka pelajari untuk menyelesaikan soal-soal grup II.

Penelitian ketiga dilakukan pada triwulan pertama musim gugur

tahun 2003, dalam mata kuliah pengantar fisika berbasis kalkulus

untuk mahasiswa teknik (total sekitar 230 mahasiswa).

Penerapannya hampir sama dengan penelitian kedua. Dalam

penelitian ketiga ini, tidak diberikan pedoman jawaban. Peneliti

memasukkan konteks yang kaya soal yang serupa dengan yang

dikembangkan oleh grup penelitian pendidikan fisika di Universitas

Minnesota. Soal-soal yang dikembangkan tersebut memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

Soal-soal tersebut cukup menantang sehingga satu orang siswa

merasa sulit menyelesaikannya tetapi tidak begitu manantang jika

dikerjakan bersama-sama.

1) Soal-soal tersebut terstruktur sehingga dalam kelompok siswa

dapat menentukan arah penyelesaian soal tersebut.

2) Soal-soal tersebut relevan dengan kehidupan siswa.

3) Soal-soal tersebut tidak bergantung pada kemampuan siswa

untuk memikirkan trik-trik tertentu dan juga tidak

(48)

30

Peneliti menggunakan beberapa metode untuk menyelidiki

reaksi mahasiswa terhadap metode pekerjaan rumah fleksibel,

yaitu wawancara, survei melalui web, dan statistik pekerjaan

rumah. Wawancara memberikan banyak informasi mengenai

komentar siswa tentang metode pekerjaan rumah tradisional dan

metode pekerjaan rumah fleksibel. Hasil wawancara ini digunakan

untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan

pada saat survey untuk memperoleh data statistik yang banyak.

Hasil ujian dan survey konseptual juga digunakan sebagai data

dalam analisis, (Bao,L & Stonebraker 2002).

D. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara model flexible homework dengan motivasi berprestasi belajar fisika siswa.

Model flexible homework kiranya dapat memberikan pengaruh yang positif bagi siswa sehingga dapat memberikan pengaruh yang positif pula

terhadap motivasi berprestasi belajar siswa. Dengan adanya pengaruh

yang positif diharapkan siswa memiliki semangat dan motivasi dalam

belajar fisika.

2. Hubungan antara model flexiblel homework dengan prestasi siswa dalam belajar fisika.

(49)

31

tentang flexible homework, berarti model flexible homework ini layak untuk digunakan dalam membantu proses belajar mengajar fisika. Dengan

demikian, kiranya siswa akan semakin tekun belajar fisika, sehingga

prestasi belajar fisikanya juga akan semakin optimal.

E. Kinematika Gerak Lurus dan Gerak Parabola dengan Analisis Vektor

Kinematika adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari gerak suatu benda

tanpa meperhitungkan penyebabnya (Tipler, 1991:22). Besaran-besaran serta

komponen-komponen pada gerak dengan analisis vektor pada penjelasan berikut

ini, diadopsi dari buku pelajaran fisika untuk SMA Kelas XI (Kanginan, 2007:

2-34).

1. Posisi, Kecepatan, dan Percepatan pada Gerak dalam Bidang a. Posisi Partikel pada Suatu Bidang

Posisi partikel pada suatu bidang akan dinyatakan dengan

vektor-vektor satuan, yaitu vektor-vektor satuan pada sumbu X, ditulis i dan pada sumbu Y, ditulis j.

Besar vektor satuan : (1)

O

i = 1 dan j =1

Gambar 2.1 Vektor-vektor satuan pada sumbu X dan Y

X Y

j

i

(50)

32

Ambil titik asal O sebagai titik acuan, maka posisi sebuah partikel yang bergerak pada bidang XOY di mana pada saat t memiliki koordinat (X,Y) ( gambar 2.2) dapat dinyatakan sebagai:

(2)

Menentukan perpindahan partikel pada bidang

Misalkan trayektori (lintasan) yang ditempu sebuah partikel pada

suatu bidang adalah seperti pada gambar 2.3. Pada saat t = t1, partikel

Gambar 2.2 Posisi partikel pada bidang XOY

r

=

x

i

+

y

j

Gambar 2.3. Vektor posisi dan perpindahan partikel pada bidang XOY

(51)

33

saat kemudian t = t2, partikel berada di titik P2 (X2,Y2) dengan vektor

posisi r2 = x2 i + y2 j.

Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan posisi (kedudukan) suatu

partikel dalam suatu selang waktu tertentu. Vektor perpindahan bararah

dari titik awal ke titik akhir. Pada gambar 2.3, titik awal adalah P1 dan titik

akhir adalah P2. Tentu saja vektor perpindahan r adalah segmen garis

berarah P1P2. Pada segi tiga O P1P2, vektor yang menutup adalah r2

sehingga berlaku r2 = r1 + ∆r

(3)

Dalam bentuk komponen diperoleh

r = (x2 i + y2 j) – (x1 i + y1 j) = (x2 – x1)i + (y2 - y1)j

(4)

dengan

(5)

b. Kecepatan Partikel pada Suatu Bidang 1) Kecepatan Rata-Rata

Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil bagi perpindahan

dengan selang waktu tempuhnya. Untuk gerak lurus satu dimensi,

persamaan kecepatan rata-rata adalah sebagai berikut:

Kecepatan rata-rata pada garis lurus:

(52)

34

Dalam gerak pada bidang (dua dimensi) definisinya tetap, hanya ∆x

diganti dengan vektor posisi r.

∆, maka kecepatan rata-rata ̅ searah dengan arah perpindahan r (lihat gambar 2.3).

2) Kecepatan Sesaat sebagai Kemiringan Grafik Komponen X terhadap t

Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata untuk

selang waktu ∆t yang mendekati nol. Secara matematis ditulis:

(53)

35

(54)

36

3) Kecepatan Sesaat Sebagai Turunan Fungsi Posisi

Secara matematis dapat ditulis

(11)

4) Kecepatan Sesaat untuk Gerak dalam Bidang

Mirip dengan kasus gerak satu dimensi (lihat persamaan 11) maka

kecepatan sesaat untuk gerak pada bidang juga merupakan turunan

pertama fungsi posisi r terhadap waktu t.

Bentuk komponen dari kecepatan sesaat v diperoleh dengan mensubsitusi r =x i + y j ke dalam persamaan (11).

= ( + ) = +

(12)

dengan

(13)

Persamaan (13) menunjukkan bahwa jika posisi (koordinat) hosisontal

X dan vertikal Y diberikan dalam fungsi waktu t, maka dapat Kecepatan sesaat untuk gerak lurus adalah turunan pertama

dari fungsi posisi X terhadap waktu t.

=

= +

(55)

37

ditentukan komponen kecepatan sesaat, vx dan vy dengan

menggunakan turunan.

5) Menentukan Posisi dari Fungsi Kecepatan

Jika komponen-komponen kecepatan vx dan vy sebagai fungsi

dari waktu diketahui, maka posisi horisontal X dan posisi vertikal Y

dari partikel dapat ditentukan dengan pengintegralan.

=

=

− =

(14)

=

=

− =

(15)

Untuk gerak partikel pada satu dimensi, cukup digunakan persamaan

(14) untuk lintasan horisontal atau persamaan (15) untuk lintasan

vertikal.

= + ∫

(56)

38

6) Perpindahan Sebagai Luas di Bawah Grafik v – t

Tafsiran geometris dari turunan pertama adalah gradien dari garis

singgung grafik.

Misalkan untuk menentukan perpindahan dan jarak yang ditempuh

partikel dengan grafik v-t seperti pada gambar 2.5, mulai dari t = t1

sampai dengan t = t2 maka:

(16)

(17)

dengan A1 dan A2 adalah luas daerah yang diraster. Perhatikan,

menghitung perpindahan dalam selang ≤ ≤ tidaklah

masalah. Tetapi ketika menghitung jarak dalam selang ≤ ≤ ,

harus hati-hati. haruslah terlebih dahulu menyelidiki apakah grafik

v(t) memotong sumbu t dalam selang ≤ ≤ ataukah tidak. perpindahan = A1 + A2 = ∫ ( )

jarak = A1 + A2 = ∫ ( ) − ∫ ( ) Gambar 2.5. Perpindahan sebagai luas

di bawah grafik v -t

v

t t2

t3

t1

A1

(57)

39 c. Percepatan Partikel pada Bidang

1) Percepatan Rata-Rata

Percepatan rata-rata (lambang ) didefinisikan sebagai perubahan

kecepatan dalam suatu selang waktu tertentu.

(18)

2) Percepatan Sesaat sebagai Kemiringan Grafik v(t)

Percepatan sesaat didefinisikan sebagai percepatan rata-rata

(58)

40

Mirip dengan kecepatan sesaat, kita dapat menyatakan tampilan

geometris dari percepatan sesaat ( gambar 2.6) sebagai berikut.

Tafsiran geometris dapat dinyatakan sebagai berikut:

secara matematis dapat ditulis:

(23)

percepatan sesaat pada t = t1adalah kemiringan garis singgung

dari grafik v – t pada saat t = t2

percepatan sesaat adalah turunan pertama dari fungsi

kecepatan v terhadap waktu t

= ∆ ∆

Gambar 2.6. Tampilan geometris percepatan sesaat pada t = t1 sama dengan kemiringan garis singgung pada P1, yaitu

(59)

41

3) Percepatan Sesaat untuk Gerak pada Bidang

Untuk gerak pada bidang percepatan juga dinyatakan oleh

persamaan (23), hanya saja notasi yang digunakan adalah

notasi vektor.

= (24)

Bentuk komponen dari percepatan sesaat diperoleh dengan

mensubsitusi = ∆ + ∆ ke dalam persamaan (24).

= = + = +

(25)

dengan

(26)

lebih lanjut, karena = dan = , maka

(27)

4) Menentukan Kecepatan dari Grafik

Jika percepatan a sebagai fungsi waktu t diketahui, maka kecepatan v dapat ditentukan dengan teknik integrasi.

= ↔ =

integralkan kedua ruas, maka dapat diperoleh

= +

= dan =

(60)

42

∫ = ∫ ↔ − = ∫

(28)

dengan v0adalah vektor kecepatan awal (kecepatan pada saat t =0 ).

Untuk gerak satu dimensi (pada sumbu X saja atau sumbu Y saja), persamaannya persis seperti persamaan (28), hanya huruf tebal

diganti huruf miring. Ini karena arah vektor kecepatan sudah

diwakili oleh tanda positif atau negatif.

(29)

Dalam matematika nilai integral ∫ sama dengan luas daerah

di bawah grafik a(t) dengan batas bawah t = 0 dan batas atas t = t, dan ini ditunjukkan oleh luas arsir pada gambar 2.7. Jadi, jika

kecepatan awal partikel v0 diketahui, maka kecepatan partikel v

dapat diperoleh dengan teknik menghitung luas daerah di bawah

grafik percepatan terhadap waktu.

= +

= +

a

t

t 0

grafik a(t)

0

Gambar

Gambar 2.1 Vektor-vektor satuan pada sumbu X dan Y
Gambar 2.3. Vektor posisi dan perpindahan partikel  pada bidang XOY
grafik posisi.   x – t  pada saat t = t1.
Gambar 2.5. Perpindahan sebagai luas
+7

Referensi

Dokumen terkait