Kota Bogor dibagi menjadi tiga zona drainase; area ini telah diadopsi dalam zona pengumpulan air limbah.
Berdasarkan metodologi yang telah dijabarkan pada Bab 5, sebagian besar Kelurahan yang diidentifikasi sebagai “sesuai untuk sistem perpipaan off-site” terbagi dalam 2 zona pengumpulan air limbah, yaitu zona Pusat dan Zona Timur. Kedua zona tersebut adalah sebagai berikut:
Zona Pusat terbentang antara Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung dengan total luas wilayah 1200 hektar dan sekitar 70,000 rumah tangga berkepadatan tinggi (>300jiwa/hektar) ditambah dengan wilayah komersial. Pada zona ini direncanakan sekitar 34.000 sambungan rumah tangga dan komersial pada tahun 2030. Usulan lokasi IPAL untuk zona pusat adalah di desa Kayumanis, di lokasi yang sama dengan lokasi pembuangan limbah padat;
Zona Timur terbentang di sebelah timur Sungai Cilieung dengan total luas wilayah 1400 hektar dan sekkitar 79.000 rumah tangga di wilayah berkepadatan tinggi ditambah dengan wilayah komersial. Zona timmur akan memiliki dua area perpipaan air limbah:
− Area pengumpulan Ciluar dengan total sekitar 12.000 rumah tangga dan komersial pada tahun 2030. Usulan lokasi IPAL untuk zona ini terletak di desa Ciluar;
− Area pengumpulan Tegal Gundil dengan total sekitar 3.000 sambungan rumah. Air limbah akan diolah di IPAL eksisting Tegal Gundil.
Elevasi dari zona-zona tersebut sangat bervariasi; dan tidak seluruh wilayah dapat dilayani secara grefitasi: sekitar 50% area pengumpulan air limbah membutuhkan pemompaan ke saluran induk air limbah.
Peletakan saluran induk akan direncanakan sebaik mungkin ahar dapat mengalirkan air limbah secara grafitasi ke IPAL.
Tinggi permukaan air tanah cukup rendah, yaitu lebih dari 4m, sehingga dapat diperkirakan air tanah tidak akan menjadi kendala dalam pemasangan pipa air limbah. Infiltrasi air tanah ke saluran perpipaan pada periode operasional juga diperkirakan dapat diabaikan.
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
1
277184BA01 MMI MMI 12 A
/home/kominfo3/123/7.usulanfasilitas_1.doc 29 March 2011
6. Usulan Fasilitas air limbah di masa
yang akan datang
1.1
Sistem perpipaan konvensional
Detail rencana zona pengumpulan air limbah, pipa induk dan usulan lokasi IPAL terpusat dapat dilihat pada Gambar 6.1. Daftar kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam rencana sistem air limbah ini dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel tersebutu juga menjelaskan kriteria kepadatan penduduk yang digunakan dan keberadaan area komersial.
Seluruh ruas pipa induk pada zona Pusat dan Timur harus diperhitungkan dengan baik agar ukurannya dapat terintegrasi dengan baik pada sistem perpipaan air limbah skala kota pada tahun 2030.
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
Gambar 6-1: Zona pengumpulan air limbah
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
Tabel 6.1: Area yang direncanakan untuk sistem off-site
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
No. ID Kecamatan /Kelurahan Luas (ha) Populasi 2030 0=Tidak ada 2=intermediate, 3 =East
3=offsite
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
No. ID Kecamatan /Kelurahan Luas (ha) Populasi 2030 0=Tidak ada 2=intermediate, 3 =East
3=offsite
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
No. ID Kecamatan /Kelurahan Luas (ha) Populasi 2030 0=Tidak ada 2=intermediate, 3 =East
3=offsite
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
No. ID Kecamatan /Kelurahan Luas (ha) Populasi 2030
Jumlah rumah tangga
Kepadatan 2030
Wilayah komersial
Pemilihan teknologi
Services
Zone Number of Household
Surface area (ha 1=West
1= Ada 1=onsite, 2=Central
Centra
l East
Centra
l East 0=Tidak ada 2=intermediate, 3 =East
3=offsite
6.9 KEL. KAYUMANIS 243 24,358 4,872 100 Rendah - 1 2 0 0 0 0 6.10 KEL. MEKARWANGI 135 22,992 4,598 170 Sedang - 2 2 0 0 0 0 6.11 KEL. KENCANA 214 22,673 4,535 106 Rendah - 1 2 0 0 0 0
TOTAL 11,850 1,778,364 355,671 15 69,944 78,723 1,184 1,396
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
Skema pengembangan sistem perpipaan air limbah akan dilaksanakan secara bertahap; pentahapan yang dimaksud akan dijelaskan pada Bab 6.1.4.
Pengaturan teknologi untuk sistem perpipaan mengikuti pendekatan klasik:
Pipa utama kan diletakkan di sepanjang jalan protokol dan komersial, dengan rute yang memberikan gradien hidrolis terbaik untuk menghindari pemompaan;
Jalur pipa lateral mengumpulkan air limbah dari wilayah di sekitar wilayah komersial dan wilayah berkepadatan tinggi/berpendapatan tinggi;
Jalur penghubung, yang mengumpulkan air limbah dari sistem intermediate: sistem riol skala kecil dan/atausistem perpipaan air limbah yang dangkal (lihat bab 6.4).
Alasan utama menggunakan pendekatan klasik adalah untuk meminimalkan biaya investasim biaya operasi dan biaya pemeliharaan.
Sebagaimana dijelaskan pada Bab 6.1.1., Bogor memiliki dua zona pengumpulan air limbah: Zona Pusat yang terhubung pada IPAL Kayu Manis, Zona Timur yang terhubung pada STP Ciluar dan sub-zona Timur yang terhubung pada IPAL Tegal Gundil.
Untuk periode jangka pendek (2010-2015), dua zona pengumpulan air limbah telah direncanakan:
Perluasan sub-zona eksisting yang terhubung dengan IPAL Tegal Gundil, peningkatan cakupan sambungan hingga 900 rumah tangga pada tahun 2015;
Embrio zona di wilayah komersial Bababkan Pasar dan wilayah berkepadatan tinggi Kelurahan
Gudang, Kelurahan Paledang dan Kelurahan Sukasari yang terletak berdekatan, melayani 4,400 rumah tangga dan 500 perusahaan komersial. Sistem pengumpulan air limbah yang direncanakan adalah sistem perpipaan konvensional dan air limbah yang terkumpul akan diolah di IPAL ‘mini’ di saluran irigasi Cipakancilan (lihat Bab 6.2 untuk detailnya). Ukuran ruas pipa induk zona pengumpulan Pusat yang melalui area embrio akan menyesuaikan dengan kebutuhan sistem skala kota pada masa yang akan datang, Lihat Appendix F.2 untuk detail wilayah embrio.
Desain untuk sistem perpipaan air limbah akan menggunakan kriteria desain sebagai berikut:
Sistem akan sebisa mungkin dipisahkan dari sistem saluran air hujan. Namun, hal ini sering kali tidak mungkin karena masuknya air hujan ke dalam saluran air limbah pada saat hujan lebat tidak dapat dihindari dan dalam perhitungan perlu dialokasikan kapasitas untuk koneksi yang tidak baik/ilegal dan koneksi silang. Sehingga, diperlukan kapasitas lebih dan saluran darurat limpasan air hujan akan perlu ditempatkan di lokasi yang strategis;
Sistem juga akan memperhitungkan grey water yang berasal dari pencucian, kegiatan laundry dan pembersihan. Timbulan air limbah dengan rasio 70% dari air yang bersih yang dipakai akan digunakan untuk menghitung timbulan air limbah. Rata-rata debit air yang digunakan oleh tiap-tiap properti domestik adalah 166 liter/kapita/hari (rata-rata penggunaan air per kapita di Bogor menurut statistik PDAM);
Karena area studi memiliki permukaan air tanah yang rendah, desain tidak akan memperhitungkan infiltrasi air tanah.
Penggelontoran akan dibutuhkan pada tahap awal konstruksi pipa induk. Pada awalnya, tidak seluruh saluran perpipaan akan beroperasi pada kapasitas maksimum. Karena pipa air limbah didesain dengan
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
9
kapasitas maksimum dan dengan kemiringan yang minim, diperkirakan akan terjadi sedimentasi dan penyumbatan, sehingga penggelontoran rutin akan diperlukan;
Setiap bagian dari perpipaan induk air limbah Zona Pusat dan Timur harus dipasang awal dengan ukuran sesuai kebutuhan sistem perpipaan air limbah skala kota di masa yang akan datang.
Tangki Interceptor: untuk koneksi properti baru, penggunaan tangki interseptor harus dihentikan, karena akan menambah biaya bagi penghuninya. Untuk properti sudah mempunyai (tangki interseptor kedap) tangki septik, tangki septik dapat difungsikan sebagai tangki pengendapan awal. Sehingga sistem dapat berfungsi sebagai sistem riol ukuran kecil dan saluran air limbah dapat dipasang dengan gradien yang lebih minim;
Bila rumus Manning digunakan untuk desain saluran air, kami menyarankan penggunaan koefisien kekasaran pipa (n) 0.013. Hal ini memberikan kecepatan 0,9 m / detik pada kondisi riol penuh untuk pipa ber-diameter 900 mm;
Faktor puncak: untuk pipa induk disarankan nilai 2 dan untuk pipa lateral disarankan nilai 3-4;
Untuk memastikan terjadinya self-cleansing, kecepatan aliran minimal 0,7 m / detik pada kondisi aliran akhir dan 0,6 m / detik pada kondisi aliran awal untuk memastikan pembersihan diri;
Kecepatan maksimum: 1.5 m / detik untuk mencegah kerusakan pada pipa karena gesekan;
Mengingat topografi kota Bogor yang berbukit, pompa akan diperlukan untuk memaksimalkan jumlah area yang dapat dilayani oleh sistem perpipaan. Untuk mengurangi biaya operasi dan pemeliharaan, jumlah pompa perlu diminimalkan dengan rancangan yang “cerdas”;
Setiap penyebrangan pipa melalui rel kereta api perlu disiapkan tunnel;
Gradien Minimum: dalam rangka mencapai kecepatan minimal 0,7 m / detik, kemiringan minimum teoritis untuk pipa berdiameter 200 mm adalah 0,0052 m '/ m' dan untuk pipa berdiameter 600mm adalah 0,0012 pipa '/ m'. Kami sarankan untuk menjaga kemiringan minimum 0,001 m '/ m' sebab pemasangan pipa pada gradien yang lebih rendah akan sulit bagi kontraktor yang tidak berpengalaman;
Kedalaman invert minimum pada lubang manhole adalah sekitar 1,5 m mengingat banyak saluran yang harus melewati bagian bawah saluran drainase. Lihat Gambar 6.2;
Gambar 6-2: Penjelasan mengenai kedalaman invert minimum: 1.5 m
0.80
kedalaman invert maksimum adalah 6m, karena pemasangan saluran dengan kedalaman lebih dari 6 m akan sulut terutama di wilayah Bogor yang berbatuan;
Penyeberangan sungai: menggunakan sipon ganda atau jembatan pipa mengingat topografi Bogor yang berbukit;
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
“Grease Trap” adalah elemen yang penting dalam sambungan domestic (lihat Gambar 6.3), mengingat air limbah dari dapur yang kemungkinan besar mengandung lemak dan minyak dalam jumlah yang cukup banyak dapat menyebabkan penyumbatan pada pipa berdiameter kecil.
Gambar 6-3: Potongan melintang “grease trap”
Menggunakan parameter desain diatas, desain akhir dari pipa induk dan pipa lateral air limbah pada wilayah embrio ditampilkan pada Gambar 6.4.
Gambar 6-4: Skema sistem pipa induk dan pipa lateral air limbah
1.1.1.1 Pentahapan
Direncanakan pentahapan sebagai berikut:
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
11
Fase “start up” (2010-2015):
− Pengembangan satu embrio sistem perpipaan air limbah di wilayah komersial Babakan Pasar dan wilayah sekitarnya untuk 4400 sambungan rumah dan 500 sambungan komersial. Air limbah yang terkumpul akan diolah di IPAL ‘mini’ di sepanjang saluran irigasi Cipakancilan (lihat Bab 6.2 untuk detailnya); ruas pipa induk zona Pusat yang melewati area embrio akan dipasang dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan sistem skala kota di masa yang akan datang.
− Perluasan pipa air limbah di zona pengumpulan air limbah IPAL Tegal gundil, untuk memungkinkan penambahan 600 sambungan rumah tangga, sehingga tercapai total 900 sambungan.
Tahap perluasan dan “kerangka” (2015-2020):
− Pemasangan pipa induk di zona pengumpulan Pusat dari Jl. Surya Kencana hingga Kayumanisl sehingga terpasang 12,300 sambungan rumah tangga dan 1400 sambungan komersial ke IPAL Kayumanis;
− Keberhasilan embrio akan digunakan untuk mengamankan pendanaan yang dibutuhkan untuk membangun STP Kayumanis (lihat Bab 6.2);
− Perluasan saluran perpipaan ke zona pengumpulan IPAL Tegal Gundil, sehingga terjadi penambahan 2100 sambungan rumah tangga, dan mencapai jumlah total 3000 sambungan.
Tahap pematangan: (2020-2030):
− Perluasan perpipaan air limbah sehingga terdapay total 34.000 sambungan di zona pengumpulan pusat termasuk sambungan pada embrio sistem perpipaan ke pipa induk zona Pusat untuk diolah di IPAL Kayu Manis;
− Pemasangan pipa induk di zona Timur untuk mendapatkan 12,000 sambungan rumahtangga dan kompersial, untuk diolah di IPAL Ciluar.
1.1.1.2 Estimasi biaya investasi
Biaya investasi sistem perpipaan air limbah terpusat pada Tabel 6.2. Biaya investasi ini didasarkan pada estimasi biaya yang digunakan baru-baru ini di Makassar, Medan dan Yogyakarta. Total biaya investasi adalah Rp 655,500 juta (US$ 73 juta).
1.1.1.3 Biaya operasi dan pemeliharaan
Berdasarkan studi yang didanai oleh USAID 1
, Biaya operasi dan pemeliharaan diperkirakan sebesar Rp 30,000/sambungan/bulan. Nilai ini adalah sekitar 2% dari biaya investasi. Namun, sekkitar 50% aliran di Kota Bogor memerlukan pemompaan, sehingga diperlukan biaya operasi dan pemeliharaan sebanyak 3%. Sehingga diperkirakan diperlukan biaya operasi dan pemeliharaan tahunan sebesar Rp 20 milyar/tahun pada tahun 2030.
Tabel 6.2: Biaya investasi untuk sistem perpipaan konvensional off-site
Biaya investasi sistem off-site 2010-2015 2015-2020 2020-2030 Total
-sambungan off-site baru: sambungan
Sambungan off-site baru untuk pipa induk Rp 5
1 Comparative study Centralized wastewater treatment in Indonesia, ESP, 2004
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 5.1, ada beberapa resiko dalam menerapkan solusi off-site. Pada Tabel 6.3 kami menunjukkan risiko-risiko utama dan tindakan perbaikan yangn diperlukan untuk
meminimalkan risiko tersebut. Tindakan-tindakan tersebut memiliki sifat motivasi (baik intrinsik dan ekstrinsik) dan sifat Kapasitas (fisik, mental, finansial dan sosial / budaya).
Tabel 6.3: Resiko dan kegiatan motivasional dan peningkatan kapasitas
Risiko Kegaitan motivasional dan peningkatan kapasitas
• Kampanye (media massa, pendekatan individu) untuk menjelaskan manfaat • Peraturan yang 100% dari properti harus terhubung;
• Semua properti membayar biaya apakah mereka tersambung atau tidak; • koneksi properti Instal bersama dengan selokan kolektor;
• Subsidi rumah tangga yang tidak mampu membayar atau subsidi silang;
Risiko: Bahan debit orang yang tidak diinginkan (lemak, lemak, klor, dll) ke dalam selokan
• Jelaskan bagaimana sistem pembuangan bekerja dan apa yang dibutuhkan dari sudut pandang perilaku melalui media massa;
• perangkap gemuk Instal di semua sambungan properti Kontraktor tidak membangun pipa
dengan benar.
• Pembayaran kontraktor hanya setelah seluruh sistem diperiksa; • pengawasan ketat selama masa konstruksi;
• hanya menyewa kontraktor yang memiliki pengalaman dengan saluran pembuangan, jika memungkinkan
Tidak cukup aliran dalam sistem • Seluruh properti tersambung harus memiliki sambungan rumah air bersih; • Memasang alat gelontor pada pipa air limbah.
Terlalu banyak aliran dalam
• Memasang pipa limpasan darurat dan limpasan gelontor pada jarak tertentu
Sebagaimana dijelaskan pada Bab 6.1, direncanakan investasi atas IPAL-IPAL berikut:
IPAL Tegal Gundil eksisting, saat ini melayani 300 sambungan dan akan melayani 3000 sambungan;
Usulan IPAL Paledang yang melayani wilayah embrio off-site sebanyak 4900 sambungan;
Usulan IPAL Kayumanis, yang akan melayani 34,000 sambungan;
Usulan IPAL Ciluar yang akan melayani 12,300 sambungan. 1.1.1.4 STP Tegal Gundil
STP Tegal Gundil eksisting terletak debawah jalan raya dengan luas wilayah 1,4 hektar dan saat ini melayani 300 rumah tangga di wilayah Indraprasta. Jumlah sambungan dapat ditingkatkan hingga 3000
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
13
1.1.5 Memastikan program yang berkelanjutan dari sistem off-site
1.2
Instalasi pengolahan air limbah terpusat (off-site)
sambungan rumah di Kelurahan Tanah Baru, Bantarjati dan Tegal Gundil, lihat Gambar 6.5. Kinerja IPAL saat ini kurang baik, praktik operasi dan pemeliharaan perlu ditingkatkan sehingga performa pengolahan dapat mencapai performa desain. Lihat Bab 3.4 untuk komentar mengenai konsidi operasional IPAL saat ini.
Gambar 6-5: Lokasi IPAL Tegal Gundil
1.1.1.5 IPAL Paledang untuk wilayah embrioa
Diusulkan IPAL Paledang untuk mengolah air limbah dari embrio sistem perpipaan air limbah off-site sebanyak 4400 sambungan rumah dan 500 sambungan komersial di wilayah berkepadatan tinggi. Lokasi IPAL berada di dekat Penjara Bogor
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
14
STP TEGAL GUNDIL EXISTING STP TEGAL GUNDIL EXISTING
STP TEGAL GUNDIL EXISTING, Land Area 1,4 Ha
Gambar 6-6: Lokasi IPAL Paledang
1.1.1.6 IPAL Kayumanis
Diusulkan IPAL Kayumanis untuk mengolah air limbah berikut:
Hingga tahun 2020: 12.300 sambungan rumah dan 1400 sambungan komersial
Pada tahun 2030: total melayani 30,000 sambungan rumah dan 3.400 sambungan komersial
Dengan mengguankan teknolohi Facultative Aerated Lagoon (lihat 6.2.2), luas lahan yang tersedia di lokasi pembuangan limbah padat hanya cukup untuk kapasitas IPAL hingga tahun 2020. Diasumsikan bahwa lahan tambahan seluas 4 hektar dapat ditemukan di sekitar IPAL untuk perluasan. Lihat Gambar 6.7 dan Gambar 6.8.
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
15
STP Embryo
Paledang
main trunk
sewer
Gambar 6-7:Lokasi IPAL Kayumanis 2020
Gambar 6-8: Lokasi perluasan IPAL Kayumanis 2020-2030
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
1.1.1.7 IPAL Ciluar
Diusulkan IPAL Ciluar untuk mengolah air limbah dari 11.000 sambungan rumah da 1300 sambungan komersial. Lahan seluas 1,7 hektar telah diidentifikasi di desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, lihat Gambar 6.9.
Gambar 6-9: Lokasi IPAL Ciluar
1.1.1.8 Pemilihan teknologi untuk IPAL Tegal Gundil
Sebagaimana dijelaskan di Bab 3.4.3, sistem Waste Stabilization Pond (WSO) yang ada di IPAL Tegal Gundil memiliki kapasitas yang cukup untuk mengolah air limbah dari 2400 rumah tangga. Salah satu alasannya adalah rendahnya beban kualitas air limbah yang diterima IPAL: 200mg BOD/l dibandingkan nilai desain sebesar 400mg BOD//l. Jumlah sambungan dapat ditingkatkan hingga 3000 sambungan rumah jika dipasang surface aerator pada kolam stabilisasi eksisting, sehingga mengalihkan proses WSP
eksisting menjadi sistem kolam aerasi. Kajian desain proses dapat dilihat pada Tabel 6.5.
1.1.1.9 Selection of technology for ‘embryo’ STP Paledang
Luas wilayah yang tersedia untuk IPAL sementara ini sangat terbatas. Sehingga teknologi yang digunakan terbatas pada anaerobik atau highrate aerobic. Penguraian anaerobik membutuhkan volume yang lebih kecil dibandingkan dengan sistem highrate aerobic. Pada sistem aerobik, seperti halnya pengolahan lumpur aktif, juga diperlukan operator dengan keahlian yang baik. Sajauh pengamatan kami, hanya sektor
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
17
swasta di Bogor yang memiliki pengalaman dalam operasi dan pemeliharaan jenis teknologi ini (misal, staf teknis Botani Square Mall). Untuk saat ini, diasumsikan bahwa outsource operasi dan pemeliharaan pengolahan air limbah umum kepada pihak swasta tidak dapat dilakukan secara kelembagaan, sehingga hanya badan pemerintah yang dapat bertanggung jawab atas IPAL. Bogor telah memiliki pengalaman dalam hal pengoperasian kolam stabilisasi di Tegal Gundil, meskipun menghadapi banyak kendala operasional dan institusional. Sehingga diusulkan untuk memilih sistem anaerobik dengan bagian yang lebih sederhana dan kebutuhan listrik yang lebih sedikit. Sistem anaerobik yang sesuai adalah Imhoff Tank atau Upflow Anaerobic Sludge Blanket Reactor. Pengaplikasian Anaerobic Baffle Reactor (ABR) yanag umum digunakan hanya sesuai untuk sistem yang lebih kecil dan tidak sesuai untuk IPAL ini.
Tangki Imhoff
Tangki dua tingkat ini (lihat Gambar 6.10) dalam unit struktural tunggal, mampu melakukan fungsi ganda yaitu sedimentasi dan penguraian. Kedua fungsi tersebut digunakan khusunya dalam kelompok
masyarakat kecil di mana pemeliharaan dan pengoperasian oleh tenaga kerja terampil mungkin menjadi masalah. Namun biaya konstruksi terbilang cukup tinggi karena bentuk pekerjaan beton yang agak rumit. Kelemahan lain adalah beberapa orang sebagai teknologi 'kuno'; namun teknologi ini adalah teknologi sederhana yang bekerja secara konsisten di lokasi dimana alat tersebut telah terpasang.
Gambar 6-10: Tangki Imhoff
Upflow Blanket Sludge Anaerobik Reactor
Dalam Upflow Anaerobic Sludge BlanketReactor (UASBR), lihat Gambar 6.11 untuk lebih detailnya, air limbah mengalir ke atas melalui selimut biomassa terflokulasi yang berada di dalam reaktor vertikal yang mengandung bakteri anaerob, bakteri ini mengurai materi organik berbahan karbon. UASBR ini paling cocok untuk air limbah dengan beban lebih tinggi: seperti ‘black water’ dan limbah industri, tetapi juga dapat mengolah air limbah domestik yang memiliki beban lebih rendah. Hal ini sesuai untuk instalasi
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
pengolahan air limbah menengah. UASBRs memerlukan lahan yang lebih kecil dari sistem aerobik, namun memerlukan pengolahan lanjutan untuk mencapai kinerja yang sebanding dalam hal mengurangi COD dan BOD. Gerakan gelembung gas yang keatas yang dihasilkan selama pencernaan anaerob menyebabkan turbulensi yang memungkinkan pencampuran tanpa bantuan mekanikal. Sekat di bagian atas reaktor memungkinkan gas untuk keluar namun mencegah arus outfloe dari dari selimut lumpur. Tidak ada kebutuhan energi eksternal dalam reaktor, sehingga proses ini tidak rentan terhadap pemadaman listrik. UASBR bisa menurunkan BOD air limbah domestik menjadi 70 to100 mg / l dan memberikan padatan tersuspensi serendah 50 to100 mg / l, tetapi penghapusan nitrogen dan bakteri buruk. Penerapannya untuk pengolahan limbah di tempat negeri dimulai pada tahun 1988 di Cali, Columbia dan telah dipelajari dengan seksama di Rumah Sakit Borromeus di Bandung. Kota Medan telah memasang sebuah UASBR, dan kadar BOD yang dihilangkan sangat rendah, hanya 4-9%, menunjukkan bahwa Instalasi ini mempunyai masalah operasional dan pemeliharaan.
Gambar 6-11: Reaktor UASB
Kesimpulan
Diperkirakan dukungan untuk pemilihan Imhoff tank, yang kemungkinan adalah pilihan yang paling tepat, akan sulit untuk didapatkan. Sehingga, pilihan terbaik nomor dua, yaitu reaktor UASB digunakan sebagai pilihan awal. Pada tahap studi kelayakan, UASB di Medan perlu dikunjungi untuk memastikan bahwa kendala operasional yang dihadapi bersifat sementara dan juga untuk meyakinkan bahwa reaktor UASB adalah pilihan teknologi yang paling tepat untuk Kota Bogor.
Buangan efluen ke saluran irigasi Cipakancilan
Efisiensi pengolahan yang dapat dicapai adalah sekitar 55% hingga 80%. Efluen dari reaktor UASB biasanya masih membutuhkan pengolahan lanjutan sebelum dapat dilepaskan ke badan air. Namun, menginat kondisi saluran yang tercemar, beban polutan tambahan dari efluen reaktor UASB diperkirakan tidak signifikan dan dapat diterima untuk saat ini hingga sustem embrio tersambung ke saluran induk zona
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
Pusat dan pengoperasian IPAL. Isu ini akan dipelajari lebih lanjut pada studi kelayakan proyek embrio yang akan dilaksanakan dibawah TG3 proyek ini.
1.1.1.10 Pemilihan teknologi IPAL Kayumanis dan IPAL Ciluar
Mengingat terbatasnya keterampilan operasional dan pemeliharaan di wilayah tersebut, maka sistem Facultative Anaerobic Pond (FAP) dipilih. Penerapan sistem ini memiliki rekam jejak terbaik di Indonesia (lihat Studi Banding Instalasi Pengolahan Air Limbah Terpusat di Indonesia). FAP adalah kolam stabilisasi limbah, menggunakan aerator mekanik untuk mendapatkan transfer oksigen yang lebih tinggi ke dalam air limbah. Dengan transfer oksigen yang lebih tinggi kolam tersebut dapat dirancang dengan waktu retensi hidrolik yang lebih kecil dan karena itu memiliki volume yang lebih kecil dan memerlukan area IPAL yang lebih kecil. Namun energi listrik sangat diperlukan, yang akan meningkatkan biaya operasional. Teknologi ini banyak digunakan di Indonesia. Yogyakarta memiliki sistem berbasis pada teknologi ini yang sangat baik, lihat Gambar 6.12. Lokasi lain yang menggunakan FAP adalah, Tangerang dengan tiga sistem kolam aerasi yang lebih kecil dan Cirebon, Parapat, Solo (Mojosongo), Jakarta, dan Medan Industrial Park KIM. Catatan - Istilah fakultatif menunjukkan bahwa terdapat kondisi aerobik di atas kolam dan kondisi
anaerobik di bagian bawah.
Gambar 6-12: Facultative Aerated Pond - Yogyakarta
1.1.1.11 Perhitungan komposisi air limbah
Komposisi dan kekuatan air limbah bervariasi antara satu daerah dan daerah lainnya di Bogor dan sangat bergantung pada taraf hidup penduduknya. Di satu sisi: semakin tinggi taraf hidup, semakin baik jenis makanan, maka semakin tinggi beban BOD per orang. Di sisi yang lain: semakin tinggi taraf hidup, semakin banyak volume air yang digunakan, semakin rendah beban BOD per liter. Rata-rata bebanBOD per penduduk di Bogor adalah 28 gram BOD/orang/hari. Tabel 6.4 menunjukkan komposisi keseluruhan air limbah di Kota Bogor.
277184BA01/MMI/MMI/12/A 29 March 2011
P:\Jakarta\MIN\Project\277184BA01 - IndII Wastewater MP\Deliverables\03. Draft Master Plan\Bogor\DMP Bogor 1.04.11_Bahasa.doc
20