• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH (STUDI KASUS SMA NEGERI 1 KISARAN, SUMATERA UTARA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH (STUDI KASUS SMA NEGERI 1 KISARAN, SUMATERA UTARA)."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH

(STUDI KASUS SMANEGERI 1 KISARAN, SUMATERA UTARA)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Science

Program Studi Antropologi Sosial

Oleh :

MUHAMAD YAKUB NIM : 81061520210

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)

iii ABSTRAK

YAKUB, Muhamad, Budaya Organisasi Sekolah (Studi Kasus SMA Negeri 1 Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara). Tesis. Program Studi Antropologi Sosial. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Pendidikan formal maupun informal sebagai ujung tombak membangun pemimpin-pemimpin berkarakter masa depan. Untuk itu pendidikan merupakan kebijakan publik dimana penyelenggaraan, aksesibiltas, ketersediaan fasilitas dan kualitas layanan merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam rangka meningkatkan kemajuan pendidikan formal dan informal di Indonesia, DPR telah menetapkan kewajiban pemerintah untuk mengalokasikan dana pendidikan sebesar 20% dari APBN maupun APBD.

Sekolah merupakan instrumen terkecil dimana pendidikan diselenggarakan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Dalam sistem pendidikan banyak pihak menyebutkan bahwa budaya organisasi menjadi kunci keberhasilan organisasi pendidikan, namun sedikit sekali yang melihat bagaimana peran budaya sekolah dalam mendorong pencapaian tujuan pendidikan.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana peneliti mengumpulkan data-data lapangan melalui dokumen-dokumen cetak, visual dan audio visual, melakukan wawancara dan observasi lapangan. Dari data-data tersebut penulis melakukan kontrol, pengkategorian dan mengontrol perkembangan data. Data kemudian dianalisis dengan membandingkan data satu sama lain. Kemudian dari data yang telah dikategorikan tersebut, penulis menarik kesimpulan.

Penelitian ini menemukan bahwa terdapat budaya organisasi SMA Negeri 1 Kisaran yang mengakar kuat selama 44 tahun sejak berdirinya sekolah, meskipun pimpinan organisasi berganti-ganti. Terdapat stratifikasi, sistem religi, dan kekerabatan didalam budaya sekolah SMA Negeri 1 Kisaran. Simbolik di budaya sekolah SMA Negeri 1 Kisaran memberikan motivasi dan semangat berprestasi untuk tidak mengenal lelah dan putus asa, serta selalu berupaya mengejar prestasi. Penulis menemukan wajah pendidikan kita yang masih menyelenggarakan bisnis buku disekolah karena tidak mampu dan tidak efektifnya Kementrian Pendidikan Nasional menjawab persoalan lama didalam pendidikan Indonesia. Disamping itu, UN sebagai sistem ujian akhir pendidikan, ditelisik ternyata telah melakukan pelanggaran atas hak anak sebagai subjek pendidikan. Terlihat juga melalui UN bahwa secara nasional ternyata sistem pendidikan Indonesia tidak visioner. Konon lagi sekolah masih menjadi mesin ATM bagi wartawan bodrek dan LSM plat merah yang menakut-nakuti kepala sekolah apabila tidak memberikan uang kepada pihak-pihak tersebut. Hal ini tentunya merusak kewibawaan sekolah, guru dan penyelenggara pendidikan.

(5)

iv ABSTRACT

Yakub, Muhammad, Coorporation of Culture School (Case Studi of SMA Negeri 1 Kisaran, Asahan District, North Sumatra). Thesis. Study Program of Social Anthropology. Postgraduate School of State University of Medan, 2013.

Formal and informal education as the spearhead of character build leaders of the future. For that, education is a public policy in which the organization, accessibility, availability of facilities and quality of service are the responsibility of the government. In order to improve the progress of formal and informal education in Indonesia, the House of Representative or DPR has set the obligation of the government to allocate funds for education by 20 % of the APBN and the APBD .

School is the smallest instrument in which education was held in the national education goals. In many education systems mentions that organizational culture is key to success of educational organizations, but little has been seen how the role of school culture in encouraging the achievement of educational goals .

This study used a qualitative method in which researchers are trying to do research on documents printed, visual and audio - visual equipment, as well as browse the literature, conduct interviews and field observations. From these data the authors do control, data of category, control the development of the data. Data were analyzed by comparing the data with each other. Then from the data that has been categorized, the authors draw conclusions.

This study found that there is a culture of SMA organization with deep roots 1 range during the 44 years since the founding of the school, despite changing organizational leadership. There stratification, religion, culture and kinship in school SMA Negeri 1 range. Symbolic culture school in SMAN 1 range provides the motivation and spirit of achievement for the tireless and desperate, and always seek to pursue achievement .

The authors found that face our educational school books still conduct business as incapable and ineffective Ministry of Education answered the old question of education in Indonesia. In addition, the UN system as a final exam education, examined turned out to have committed a violation of children's rights as a subject of education. Visible also through the UN that the national education system was not a visionary Indonesia. It is said that no school is still a cash machine for journalists bodrek” and NGOs with red label scare if the principal does not give money to these parties. This is certainly damage the authority of the school, teachers and education providers.

(6)

KATA PENGANTAR

Ketertarikan peneliti didalam riset ini berawal dari keprihatinan penulis terhadap sistem pendidikan Indonesia yang masih carut marut. Sedikitnya kepedulian pemerintah mengenai pentingnya budaya organisasi sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan nasional menjadi satu dilemma tersendiri. Konon lagi peneliti adalah orang dalam yang melakukan kerja-kerja praktisi sebagai pendidik.

Melalui penulisan ini, penulis mempelajari sistem budaya dimana penulis pernah bekerja, meskipun tidak lagi menjadi orang dalam disekolah tersebut, namun penulis banyak mengalami hambatan dalam mengidentifikasi bentuk-bentuk budaya sekolah serta menuliskan pengalaman tersebut didalam data-data tertulis. Akhirnya, penulis dapat mengidentifikasi serangkaian sistem kekerabatan, stratifikasi sosial, sistem religi, dan lain-lain didalam budaya sekolah di SMA Negeri 1 Kisaran. Disamping itu banyak persoalan didalam sistem pendidikan nasional Indonesia yang bisa ditarik generalisasinya dari kasus SMA Negeri 1 Kisaran. Penulis juga berupaya merekomendasikan hal-hal realistis yang mungkin bisa dilakukan sekolah serta hal-hal strategis yang harus segera di ubah dan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terkait sistem pendidikan Indonesia.

Karenanya, penghargaan yang sangat dalam kepada SMA Negeri 1 Kisaran dan seluruh informan yang telah sudi kiranya berbagi banyak hal kepada penulis selama penulisan tesis ini. Melayani pertanyaan-pertanyaan penulis yang kadang berulang-ulang, untuk bisa memahami makna yang sesungguhnya dari pemilik asli budaya tersebut.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan banyak pihak, penulisan tesis ini tidak akan diselesaikan. Untuk itu penulis juga mengucapkan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1. H. Bambang Gulyanto SH.M.Pd sebagi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Asahan,

yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti kuliah pada Pascasarjana UNIMED melalui program bea siswa dari Kabupaten Asahan.

2. Prof.Dr. H, Abdul Muin Sibuea, M.Pd. sebagai Direktur Program Studi Pasca Sarjana UNIMED, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menggali ilmu di Program Pascasarjana UNIMED.

3. Dr.phil Ichwan Azhari, MS, sebagai Ketua Program Studi Antropologi yang telah memberikan arahan dan masukkan kepada penulis .

4. Prof.Dr.Usman Pelly MA. sebagai Pembimbing I selalu memberi motivasi, arahan dan bimbingan yang sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

(7)

6. Jumadi S.Pd, M M. Sebagai Kepala sekolah SMA Negeri 1 Kisaran yang telah memberikan data-data serta mengizinkan penulis melaksanakan penelitian berupa rangkaian observasi dan wawancara pada sekolah yang beliau pimpin.

7. Para Informan yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu dengan penuh kerelaan memberi informasi secara lengkap dan mendalam sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

8. Rekan–rekan seangkatan yang telah banyak memotivasi serta membantu dalam menyelesaikan tesis ini

9. Istri, serta keluarga yang dengan setia mendampingi memberi dukungan dari awal perkuliahan sampai pada selesainya tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan terkait budaya organisasi sekolah ini masih banyak keterbatasan, maka penulis terbuka terhadap masukan-masukan yang membangun dan mungkin dapat ditindak lanjuti didalam penelitian berikutnya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi banyak pihak yang terkait dengan budaya organisasi, khususnya bagi sekolah SMA Negeri 1 Kisaran, Dinas Pendidikan Kabupaten Asahan, serta Pemerintah Daerah Asahan, serta secara khusus kepada Kementrian Pendidikan Nasional agar rekomendasi yang diberikan penulis bisa digunakan untuk memperbaiki sistem pendidikan nasional di Indonesia yang lebih baik kedepannya.

Terimakasih.

Medan, 20 Desember 2013 Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...

iii

ABSTRAK...

v

KATA PENGANTAR...

ix

DAFTAR ISI...

xi

DAFTAR TABEL DAN SKEMA...

xiv

DAFTAR GAMBAR...

xvi

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...

6

2.1. Budaya Organisasi... 6

2.2. Budaya Organisasi Sekolah... 14

2.2.1. Fungsi Budaya Organisasi Sekolah... 19

2.2.2. Proses Pembentukan Budaya Organisasi... 22

2.2.3. Penerapan Budaya Organisasi di Sekolah... 26

2.2.4. Arti Penting Membangun Budaya Organisasi di Sekolah... 28

2.3. Kerangka Teori Budaya Organisasi Sekolah SMA Neegri 1 Kisaran... 29

BAB III. METODE PENELITIAN...

32

3.1. Tipe Penelitian... 32

3.2. Metode Pengumpulan Data... 32

3.3. Analisis Data... 33

3.4. Refleksi Metode Penelitian... 34

BAB IV. BUDAYA ORGANISASI SMA NEGERI 1 KISARAN

36

4.1. Setting Lokasi : Kabupaten Asahan...………... 36

4.1.1. Demografi dan Kependudukan Kab. Asahan, Sumatera Utara... 36

4.1.2. Kondisi Ekonomi, Politik dan Sosial Budaya Kab. Asahan, Sumatera Utara... 38 4.1.3. Pendidikan dan Ketenaga Kerjaan di Kab. Asahan, Sumatera Utara... 39 4.2. Profile SMA Negeri 1 Kisaran...………... 44

4.2.1. Sejarah SMA Negeri 1 Kisaran... 44

4.2.2. Denah Spasial SMA Negeri 1 Kisaran... 45

4.2.3. Sejarah Kepemimpinan Organisasi SMA Negeri 1 Kisaran... 48

(9)

4.2.5. Sarana dan Prasarana di SMA Negeri 1 Kisaran... 51

4.2.6. Data Kesiswaan SMA Negeri 1 Kisaran... 53

4.2.7. System Tekhnologi dan Sarana Prasarana SMA Negeri 1 Kisaran... 55 4.3. Hubungan Antar Aspek Penyelengara Pendidikan... 56

4.3.1. Hubungan Siswa dengan Guru... 56

4.3.1.1.Peranan Guru Dalam Mendidik Siswa... 56

4.3.1.2. Kurikulum di SMA Negeri 1 Kisaran... 62

4.3.1.3. Kegiatan Belajar Mengajar (KMB) di SMA Negeri 1 Kisaran. 63 4.3.1.4. Kegiatan Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Kisaran... 64

4.3.2. Hubungan Siswa dengan Sekolah... 69

4.3.2.1. Sistem Penerimaan Siswa Baru di SMA Negeri 1 Kisaran... 69

4.3.2.2. Kelompok Mentoring PHBI AL-Luqman SMA Negeri 1 Kisaran... 70 4.3.2.3. KSK / Bansos SMA Negeri 1 Kisaran... 72

4.3.2.4. Kelas Kami Menuju Cita-Cita Masa Depan... 72

4.3.2.5. Semangat Berprestasi (N-Ach) Siswa-Siswi SMA Negeri 1 Kisaran 74 4.3.3. Hubungan Siswa dengan BP... 75

4.3.3.1. Ruang BP : Kelola Konflik Siswa dan Kebijakan Sekolah... 75

4.3.3.2. Cabut dan Nge-Gank... 81

4.3.4. Hubungan Guru dengan Guru... 83

4.3.4.1. Ruang Guru : Sharing Informasi Antar Guru... 83

4.3.5. Hubungan Kepala Sekolah dengan Luar Sekolah... 84

4.3.5.1. Bisnis Buku Sekolah : Siapa Di Untungkan... 84

4.3.5.2. UN : Bencana Sentralisasi Sistem Ujian Akhir Pendidikan... 87

4.3.5.3. Sekolah : Mesin ATM Wartawan Bodrek dan LSM Plat Merah 95 4.4. Kekerabatan, Stratifikasi Sosial dan Religi dalam Budaya Organisasi SMA Negeri 1 Kisaran... 98 4.4.1. Pranata Kekerabatan dan Kekuasaan...……... 98

4.4.1.1. Arisan Pengajian Guru SMA Negeri 1 Kisaran...……... 98

4.4.1.2. Bahasa, Kebiasaan-kebiasaan Dalam Lingkaran Hidup... 100

4.4.1.3. Norma-Norma Yang Ada : Standard Norma dan Nilai... 102

4.4.1.4. Ekspoused Nilai Melalui Majalah Buss One... 103

4.4.1.5. Menelisik Sumber Keuangan Sekolah... 104

4.4.1.6. Peran Komite Sekolah Dalam Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Komite Sekolah... 106 4.4.1.7. Pendidikan Indonesia Sebagai Pelayanan Publik Masih Mahal. 111

4.4.2. Stratifikasi Sosial Dalam Kebudayaan Sekolah...………... 113

(10)

4.4.3.2. Bahasa Simbol dan Motivasi... 129

4.4.3.3. Ritus-Ritus SMA Negeri 1 Kisaran... 130

4.4.3.4. Seragam Sekolah Sebagai Simbolisme Kekerabatan dan Kuasa Bagi Siswa dan Guru... 138

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

………..

144

5.1. Kesimpulan Faktual…... 144

5.2. Kesimpulan Teoritis... 151

5.3. Rekomendasi…………... 152

5.4. Hipotesis Penelitian.…... 153

DAFTAR PUSTAKA

155

(11)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Tabel 2.1. Performa Budaya dalam Organisasi 11

Bagan 2.2 Budaya dalam Sebuah Organisasi 19

Bagan 2.3. Proses Pembentukan Budaya 23

Tabel 2.2. Jenis Nilai dan Perilaku Dasarnya menurut Spranger 27 Skema 2.4. Budaya Budaya Organisasi SMA Negeri 1 Kisaran 30 Skema 2.5. Dampak Budaya Organisasi Terhadap Kinerja dan Kepuasan 30 Tabel 4.1. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Kabupaten Asahan

Tahun 2011

37

Tabel 4.2. % Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Tahun 2010 - 2011

39

Tabel 4.3. Jumlah Fasilitas Pendidikan, Murid dan Guru Kabupaten Asahan Tahun 2011

40

Tabel 4.4 Pendidikan Guru di Kabupaten Asahan Tahun 2011 41 Tabel 4.5 Angka Partisipasi Sekolah Di Kabupaten Asahan Tahun

2010/2011 Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.8 Data Sarana dan Prasarana Bulan Agustus 2013 SMAN I Kisaran

51

Tabel 4.9 Data Siswa Angkatan 2013/2014 Bulan Agustus 2013 SMAN I Kisaran

53

Tabel 4.10 Jadwal Kegiatan Belajar mengajar (KMB) SMA Negeri 1 Kisaran

63

Tabel 4.11 Kegiatan Pengembangan Diri dan Ekstrakurikuler SMA Negeri 1 Kisaran

64

Tabel 4.12 Distribusi Guru BP/BK dan Jumlah Siswa / Jam Pelajaran SMA Negeri 1 Kisaran

(12)

Tabel 4.13 Klasifikasi Pelanggaran dan Sanksi Siswa SMA Negeri 1 Kisaran

79

Tabel 4.14 Sejarah Perjalanan UN 89

Tabel 4.15 Stratifikasi Berdasarkan Golongan dan Kepangkatan SMA Negeri 1 Kisaran

114

Tabel 4.16 Data Pendidikan Terakhir Guru dan Sertifikasi Guru Bulan Agustus 2013 SMA Negeri 1 Kisaran

124

Tabel 4.17 Data Pendidikan Terakhir Pegawai Dan Tenaga Tata Usaha Bulan Agustus 2013 SMA Negeri 1 Kisaran

125

Grafik 4.1 Komposisi siswa berdasarkan Agama di SMA Negeri 1 Kisaran

54

Grafik 4.2 Komposisi siswa berdasarkan Kelas di SMA Negeri 1 Kisaran

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar MY 01 Maskot Kabupaten Asahan. Sumber, Website Depdagri

36

Gambar MY 02 Peta Kabupaten Asahan. Sumber, Website Depdagri

38

Gambar MY 03 Denah Spasial SMA Negeri 1 Kisaran, Sumber : Data Lapangan, Kisaran, September 2013

47

Gambar MY 04 Siswa-siswi SMA Negeri I Kisaran sedang serius mengikuti jam pelajaran Matematika. Sumber, Data Lapangan, Kisaran, September 2013

58

Gambar MY 05 Kelas XII IPA1, sedang mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Sumber : Data Lapangan, Kisaran, September 2013

59

Gambar MY 06 Mentoring PHBI disalah satu rumah siswa kelas X. Sumber, Data Lapangan. September 2013

65

Gambar MY 07 PKS pada saat akan pelantikan di Senin Pagi,. Gambar Bawah, PKS bergantian piket mengatur kenderaan siswa maupunsiswa yang masuk ke sekolah di pagi hari. Sumber, Data Lapangan. September 2013

65

Gambar MY 08 Siswa-siswi sedang latihan menari di SMA Negeri 1 Kisaran. Sumber, Data Lapangan. September 2013

65

Gambar MY 09 Kegiatan ekstrakurikuler karate di SMA Negeri 1 Kisaran sedang berlatih bersama guru pembimbing. Sumber, Data Lapangan. September 2013

66

Gambar MY 10 Tim PMR sedang menangani siswi yang pingsan atau lemas saat upacara karena tidak sempat sarapan pagi. Sumber, Data Lapangan. September 2013

65

Gambar MY 11 Ekstrakurikuler Paskibraka sedang berlatih bersama guru pembimbing. Sumber, Data Lapangan.

September 2013

66

Gambar MY 12 Ekstrakurikuler Pramuka sedang berlatih. Sumber, Data Lapangan. September 2013

(14)

Gambar MY 13 KSK Bansos SMA Negeri 1 Kisaran sedang mempersiapkan pita-pita untuk pelantikan

pengurus KSK Bansos seklaigus perayaan Paskah. Sumber, Data Lapangan. September 2013

66

Gambar MY 14 Gambar Ekstrakurikuler PMR sedang berlatih. Sumber, Data Lapangan. September 2013

66

Gambar MY 15 Siswa-siswa mengerjakan muatan local Wirausaha di Mushola Al-Luqman. Sumber, Data Lapangan. September 2013

67

Gambar MY 16 Pinsil berbalut kain flaner bermahkota spong bob buah karya sendiri. Sumber, Data Lapangan. September 2013

67

Gambar MY 17 Siswi melakukan kegiatan komposting dalam program adiwiyata. Sumber, Di Repro dari SMA Negeri 1 Kisaran, September 2013

68

Gambar MY 18 Beragam ketrampilan siswa dalam kegiatan adiwiyata memanfaatkan sampah daur ulang. Sumber, Data Lapangan. September 2013

68

Gambar MY 19 Skema Organisasi Sekolah 2013. Sumber : Data Lapangan, Kisaran, September 2013

116

Gambar MY 20 Salah satu lokasi visi misi dan jargon sekolah terpampang, SMA Negeri 1 Kisaran, Sumber, Data Lapangan, September 2013

128

Gambar MY 21 Paskibraka SMA Negeri 1 Kisaran mengibarkan bendera merah putih pada upacara Senin Pagi. Sumber, Data Lapangan, Kisaran, September 2013

132

Gambar MY 22 Pimpinan Upacara di podium bersama guru-guru dan pegawai sekolah SMA Negeri 1 Kisaran. Sumber, Data Lapangan, Kisaran, 23 September 2013

133

Gambar MY 23 Siswa-siswi SMA Negeri 1 Kisaran sedang berbaris mengikuti upacara bendera Senini Pagi. Sumber, Data Lapangan, Kisaran, 23 September 2013

134

Gambar MY 24 Seragam Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran untuk hari senin – selasa, Kisaran. Sumber, Data Lapangan. 23 September 2013

139

(15)

rabu-kamis, Kisaran. Sumber, Data Lapangan. 26 September 2013

Gambar MY 26 Seragam Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran untuk hari

untuk Jum’at khusus siswa putri untuk Muslim dan

Kristen. Sumber, Data Lapangan. 27 September 2013

139

Gambar MY 27 Seragam Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran untuk

Jum’at khusus siswa putra, Kisaran. Sumber, Data Lapangan. 27 September 2013

140

Gambar MY 28 Seragam Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran untuk kegiatan olah raga, Kisaran. Sumber, Data Lapangan. September 2013.

140

Gambar MY 29 Seragam Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran untuk hari untuk Sabtu. Sumber, Data Lapangan. 28

September 2013

140

Gambar MY 30 Seragam Guru Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran untuk hari Senin-Kamis. Sumber, Data Lapangan. September 2013

141

Gambar MY 31 Seragam Sekolah PMR SMA Negeri 1 Kisaran, Kisaran. Sumber, Data Lapangan. September 2013

141

Gambar MY 32 Seragam Guru Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran

untuk hari Jum’at. Sumber, Data Lapangan. September 2013

142

Gambar MY 33 Seragam Sekolah PKS SMA Negeri 1 Kisaran. Sumber, Data Lapangan. September 2013

142

Gambar MY 34 Seragam Batik Guru Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran untuk hari Sabtu. Sumber, Data Lapangan. September 2013

(16)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Laporan Pertanggung Jawaban Iuran Rutin Komite dan Iuran Insidental Komite, Bulan Oktober 2013

159

Lampiran 2 SK Kepala SMA Negeri 1 Kisaran No. 800/218/2013 tentang Pembagian Tugas Guru / Beban Kerja Dalam Kegiatan Proses Mengajar dan Bimbingan Semester Ganjil TA 2013 / 2014

(17)

DAFTAR DOKUMEN

Dok _01 Asahan Dalam Angka Tahun 2012, BPS Kabupaten Asahan Dok _02 Asahan Dalam Angka Tahun 2013, BPS Kabupaten Asahan Dok _03 Buku Komunikasi Sekolah dengan Orang Tua Wali SMA

Negeri 1 Kisaran

Dok _04 Majalah Buss One Edisi Juli Tahun 2013 Dok _05 Majalah Buss One Edisi Juni Tahun 2007 Dok _06 Permendiknas no 11/2005

Dok _07 Laporan Bulanan SMAN I Kisaran, Bulan Agustus 2013 Dok _08 Laporan Pertanggung Jawaban Iuran Rutin Komite dan Iuran

Insidental Komite, Bulan Oktober 2013

Dok _09 SK Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kisaran, Juli 2013

(18)

1 | P a g e

Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Budaya organisasi sekolah merupakan sesuatu hal yang menarik bagi penulis untuk bisa menelaah dalam perspektif antropologi. Ketertarikan ini di dasari oleh tiga alasah yang sangat personal bagi penulis. Pertama penulis merupakan seorang guru yang mengamati bahwa terdapat pola tertentu didalam organisasi sekolah. Penulis mengamati bahwa sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih carut marut dengan beragam persoalan. Kedua penulis merupakan orang tua siswa yang mengamati bahwa budaya organisasi mempengaruhi proses belajar mengajar didalam sekolah. Ketiga, penulis pernah menjadi salah seorang tenaga pengajar dimana riset ini dilakukan, sehingga harapannya keterbatasan waktu dan tenaga dapat diatasi oleh penulis mengingat penulis bisa mengidentifikasi diri sebagai orang dalam (going to native) lebih mudah di lokasi penelitian.

Beragam referensi menyebutkan bahwa pendidikan merupakan kunci dalam membuka cakrawala pemikiran dan pengetahuan, dalam konteks kehidupan masa kini, pendidikan tidak hanya berbentuk proses secara formal melainkan juga turut memasukkan proses informal sebagai bagian dari pendidikan. Bentuk pendidikan secara formal dan dikelola secara institusi dikenal dengan istilah sekolah yang mengadaptasi dari bahasa asing, yaitu school. Secara definitif, sekolah merupakan tempat bertemunya pengajar dan yang diajar atau pertemuan antara guru dan murid dalam rangka menyampaikan informasi mengenai pengetahuan1.

Umumnya, pendidikan memiliki bentuk kelembagaan atau berdiri secara institusi, pendidikan memiliki organisasi dalam mengelola hal itu. Lingkungan pendidikan memiliki jenjang dari tingkat terendah hingga tingkat tinggi yang diwakilkan pada bentuk sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP),

1

(19)

2 | P a g e

Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

sekolah menengah atas (SMA) dan perguruan tinggi (PT). Tingkat atau jenjang tersebut memberi gambaran bahwa pendidikan berperan penting dalam kehidupan manusia.

Pada tiap tingkat pendidikan bentuk organisasi digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam organisasi pendidikan tersebut, jamaknya terdiri dari murid, guru, kepala sekolah dan lingkungan sekolah. Tiap aspek dalam organisasi sekolah tersebut turut menentukan arah pengembangan pendidikan di institusi pendidikan. Banyak ahli menyebutkan bahwa budaya organisasi dapat menjadi basis adaptasi dan kunci keberhasilan organisasi sehingga banyak penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai atau norma-norma perilaku yang bisa memberikan kontribusi besar bagi keberhasilan organisasi.

Kebudayaan sendiri didefinisikan oleh Koentjaraningrat (1996:72) sebagai keseluruhan kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur dalam tata kelakuan, yang harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Kata culture (bahasa Inggris) berasal dari kata colore (Yunani), yang berarti mengubah, mengerjakan, terutama dalam hal mengolah tanah atau bertani, berkembang menjadi culture yang berarti segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Kajian mengenai budaya sekolah sudah cukup banyak di lakukan. Diantaranya adalah oleh Deal dan Peterson (1999), yang menyebutkan bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Sehingga budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas2.

Budaya sekolah yang terjadi dewasa ini, sebenarnya telah membudaya beberapa puluh tahun sebelumnya. Bisa kita lihat bahwa model budaya organisasi sekolah yang di bangun 25-50 tahun yang lalu, produknya bisa dilihat saat ini. Penulis menganalisis bahwa pemimpin-pemimpin bangsa saat ini, merupakan produk dari sistem pendidikan sebelumnya. Maka kalau kita melihat bahwa saat

2 Anonim, 2007. “Menciptakan Budaya Sekolah yang Tetap Eksis Suatu Upaya untuk

(20)

3 | P a g e

Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

ini pemimpin maupun aparat pemerintahan tidak peka terhadap masalah, lebih senang tutup mulut, senang korupsi, senang mengurus hal-hal yang kecil. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang instant, namun merupakan hasil dari budaya organisasi sekolah yang berkembang sebelumnya. Budaya sekolah dewasa ini lebih menekankan hal-hal yang terlihat daripada peningkatan mutu sekolah. Seperti peraturan harus memakai seragam, sepatu harus hitam, harus memakai ikat pinggang, bahkan beberapa sekolah sampai menjual ikat pinggang agar siswanya memiliki ikat pinggang yang seragam. Kita juga bisa melihat beragam aturan-aturan yang tidak penting serta tidak memiliki substansi namun dilegitimasi oleh sekolah maupun komite sekolah berkembang subur dalam praktek sehari-hari di sekolah.

Sementara itu, di sisi lain pihak sekolah sangat sulit untuk diminta bantuan dananya ketika ada siswa yang berniat mengembangkan kreativitasnya. Misalnya berniat membuat film, atau mengadakan pameran robotik. Alasan pihak sekolah bermacam-macam, dari tidak tersedianya dana, sampai dananya sudah habis terpakai untuk hal-hal lainnya. Dari sinilah siswa-siswa mencontoh perilaku pihak sekolah, pada saatnya nanti, siswa-siswa yang telah dewasa yang telah menduduki kursi pemerintahan akan bersikap sama seperti apa yang telah dilihatnya di sekolah dulu3.

Beban kurikulum yang besar dan berat baik bagi siswa di tenggarai pada akhirnya menjadikan siswa-siswa lebih sebagai penghapal saja, namun tidak memiliki pengertian dan konsepsi yang jelas atas apa yang di pelajarinya. Beban kurikulum dan muatan lokal rata-rata 11 – 15 pelajaran bisa di bilang cukup banyak, dan tidak mungkin bisa di kuasai oleh seluruh siswa. Sementara bagi guru, beban kurikulum ini menjadikan guru berkejaran dengan target-target capaian kurikulum dan akhirnya abai memberikan ruang bagi siswanya untuk berkembang.

Budaya organisasi sekolah menjadi penting untuk dapat menyinkronkan hubungan antar aspek dalam kehidupan sekolah, seperti variasi hubungan antara murid dan guru, guru dan kepala sekolah, kepala sekolah dan murid hingga pada

3

(21)

4 | P a g e

Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

hubungan manusia (murid, guru, kepala sekolah) dengan lingkungan sekolah, seperti kelas, perlengkapan dalam mengajar dan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul tersebut dapat diatasi dengan keberadaan budaya organisasi sekolah yang baik dan mencakup tata kelola intstitusi pendidikan yang baik pula. Konon lagi, dampak budaya sekolah yang di bangun dan dikembangkan saat ini, akan menentukan karakter calon-calon pemimpin masa depan di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang diajukan adalah bagaimana budaya organisasi sekolah dapat menjadi aspek yang mendasar dalam membentuk hubungan untuk mencapai proses pendidikan yang baik, untuk hal itu dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimana hubungan yang tercipta antara aspek dalam penyelenggaraan pendidikan ?

2. Mendeskripsikan budaya organisasi sekolah untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai jalannya organisasi sekolah ?

1.3. Lokasi Penelitian

(22)

5 | P a g e

Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara) 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana budaya organisasi sekolah dalam mengelola proses pendidikan dalam institusi sekolah. Secara khusus, penelitian ini mendeskripsikan bagaimana hubungan antara aspek organisasi sekolah dalam mengelola pendidikan.

(23)

144 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan Substantif

Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan. Dengan luas wilayah 3.702,21 Km2 , Asahan di huni oleh 879.904 jiwa penduduk. Secara administrasi, Kabupaten Asahan terdiri dari 25 Kecamatan dimana ada 27 Kelurahan dan 175 Desa didalamnya. Terdapat 4 buah sekolah SMA Negeri di Kota Kisaran. Saat ini APK SD sebesar 99,38 persen. Terdapat penduduk usia 7 – 12 tahun yang tidak bersekolah sebesar 0,62%. Untuk APK SLTP, terdapat 91,47% penduduk yang bersekolah. Artinya masih ada penduduk Asahan yang tidak sekolah pada usia SLTP atau putus sekolah sebesar 8,53%.

Potret Asahan tersebut menunjukkan bahwa terdapat 8,53% yang masih belum lulus dari pendidikan dasar. Untuk penduduk usia 16 – 18 tahun menunjukkan bahwa hanya 67,88% saja penduduk yang berpartisipasi dalam pendidikan setingkat SLTA. Pendidikan yang mahal menunjukkan bahwa angka partisipasi ini pada level ini relatif rendah, karena masih terdapat 33,12% yang tidak berkesempatan melanjutkan pendidikannya setingkat SLTA di Kabupaten Asahan. Hanya 9,79% saja yang berkesempatan melanjutkan hingga universitas maupun diploma.

Indek Prestasi Manusia (IPM) dalam tiga tahun meningkat di Asahan yaitu 71,57% pada tahun 2008, 72,16% pada tahun 2009, dan 72,54% pada tahun 2010. Angka itu tentunya masih dibawah IPM Sumatera Utara yaitu 73,29% pada tahun 2008, 73,80% pada tahun 2009, dan 74,19% pada tahun 2010. SMA NEGERI 1 KISARAN dimana penelitian ini dilakukan merupakan 1 dari 41 SMA yang ada di Kisaran. Berstatus sekolah Negeri, SMA Negeri I Kisaran Beralamat di Jl. Madong Lubis No. 5 Kisaran telah berdiri selama 44 tahun, memiliki jenjang akreditasi A pada tahun 2009.

(24)

145 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

buah ruang guru, 1 buah ruang MPGP, 1 buah ruang OSIS, 1 buah ruang BP, 1 buah ruang UKS, 1 buah ruang perpustakaan, 1 buah aula terbuka, 20 buah kamar mandi, 1 buah ruang pramuka, 7 buah kantin, 1 buah kantin guru, 1 buah koperasi, 2 buah lapangan fisik, dan lapangan olah raga fisik.

Hingga saat ini, SMA Negeri 1 Kisaran telah dipimpin oleh 9 orang Kepala Sekolah yang mengembangkan model kepemimpinan dengan karakteristik beragam didalam memajukan dan mencapai tujuan visi misi sekolah. Pimpinan terakhir saat ini memperkuat visi misi sekolah dengan unsur agama sehingga memperkuat visi misi tersebut.

Kepala sekolah saat ini berupaya membangun disiplin dan budaya kerja, mendorong partisipasi semua elemen. Arah pengembangan sekolah saat ini melalui pengembangan dan kualitas sarana prasarana, kualitas pendidikan, pengembangan ekstrakurikuler dan sekolah wiyatamandala untuk mencapai tujuan sekolah. Terdapat 1.167 siswa untuk tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 31 kelas kelompok belajar saat ini. Terdeiri dari kelas X sebanyak 333, siswa kelas XI sebanyak 384 siswa, dan siswa kelas XII sebesar 450 siswa. Dan terdapat 70 orang guru yang terdiri dari 61 guru PNS dan 9 orang guru honor komite. Terdapat 55 orang guru bersertifikasi dan 5 orang guru dengan pendidikan S2.

Guru-guru di SMA Negeri 1 Kisaran memiliki kewajiban membuat KTSP dan RPP untuk bisa masuk ke kelas memberikan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KMB). Secara umum, guru-guru melakukan KMB mendorong partisipasi, moving, memberikan motivasi, dan mendidik dengan kasih sayang. SMA Negeri 1 Kisaran menggunakan Kurikulum KTSP 2006. Kurikulum ini mulai diberlakukan di SMA Negeri 1 Kisaran sejak tahun 2008. Didalamnya muatan agama bertambah menjadi 3 jam dan terdapat muatan lokal. Saat ini muatan lokal yang dikenakan di SMA Negeri 1 Kisaran adalah pertanian dan wira usaha. Kegiatan belajar mengajar di mulai pukul 07.15 – 13.45 setiap harinya.

(25)

146 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

positif bagi siswa-siswi sehingga terhindar dari aktifitas negatif dan terjebak dengan narkotika dan zat adiktif lainnya. Disamping itu, memberikan dampak positif dengan memicu semangat dan motivasi berprestasi siswa-siswi.

System penerimaan mahasiswa baru dibuat terbuka dan transparan berdasarkan rangking. Disamping itu penerimaan siswa baru juga berdasarkan prestasi seni, olah raga dan lain-lain yang dibuktikan dengan sertifikat. Siswa-siswa SMA Negeri 1 Kisaran secara umum sangat memiliki semangat, energik, serta memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk berprestasi disegala bidang. Hal ini dibuktikan dari banyaknya prestasi sekolah. Disamping itu motivasi yang selalu diberikan adalah lulus PTN, ini sudah ditanamkan sejak kelas X. Pada tahun 2013, terdapat 108 siswa yang lulus PTN tanpa testing, dan ini kenaikan 100 % dari tahun sebelumnya. Motivasi tersebut berasal dari budaya sekolah yang cukup kuat dan tersosialisasikan melalui beragam ritus yang ada disekolah, seperti ritus peralihan, ritus penguatan dan lain-lain.

Sense of belonging siswa terhadap sekolah dan secara khusus terhadap kelasnya sangat kuat sekali. Masing-masing memiliki nama khusus terhadap kelasnya. Fungsi-fungsi adanya petugas untuk menjalankan 7 K, mading kelas, lomba-lomba kebersihan kelas setiap tahun, dan kaos bernama teman sekelas memperkuat sense tersebut. Reward terhadap kelas bersih juga diberikan turut memperkuat sense tersebut.

(26)

147 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

Ruang guru merupakan tempat guru saling bersosialisasi, memecahkan kebekuan, sharing informasi, pemecah konflik sekaligus mengatasi kelelahan dengan saling bercanda sesama guru. Diruangan ini siswa juga bisa berkonsultasi terkait pelajaran, namun peminatnya tampaknya sedikit.

Bisnis buku masih dilaksanakan disekolah untuk mendukung proses KMB. Peraturan Mendiknas No 11/2005 mengenai Buku Teks Pelajaran bisa dibilang gagal meski sudah 1 windu berjalan. Hal ini terjadi karena tidak ada tidak ada upaya Mendiknas mendorong Pemda terkait unttuk bisa mencetak buku digital yang telah dibeli hak ciptanya oleh Mendiknas. Disamping itu, tidak tersedia juga IT disekolah-sekolah terutama sekolah didaerah untuk bisa diakses siswa. Sementara bila dicetak manual biayanya lebih besar. Situs yang disediakan juga tidak mudah untuk diakses dan mendownload buku tersebut. Maka bisnis buku saat ini bermetamorforis menjadi bisnis sekolah. Beban yang harus dibayarkan orang tua cukup besar rata-rata Rp.750.000,-/tahun.

UN, merupakan bencana dalam sistem ujian akhir pendidikan. UN telah melucuti otoritas sekolah didalam melakukan menentukan kelulusan siswa. Sistem ujian yang menyeragamkan kemampuan siswa disemua daerah dengan aksesibilitas, kualitas, perbedaan fasilitas yang dimiliki sekolah yang beragam merupakan pelanggaran hak azasi. Disamping itu, penilaian tersebut tidak fair karena menjadi satu-satunya penentu kelulusan, padahal pendidikan harus dilihat banyak aspek yaitu aspek kognitif, afeksi dan psikomotorik. Ujian akhir tertulis tidak bisa menjadi satu-satunya penilaian tapi harusnya menjadi komplementer - pelengkap sistem evaluasi. UN menunjukkan ketidak matangan sistem evaluasi akhir dari sistem pendidikan Indonesia yang telah berjalan selama sejak kemerdekaan Indonesia. Bila melihat filsafat pendidikan, bisa dibilang pendidikan Indonesia saat ini tidak memiliki masa depan dan arah yang jelas.

(27)

148 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

pendidikan dasar. Pragmatisme dan uang menutupi pelanggaran tersebut. Maka bisa dibilang pemimpin-pemimpin pragmatis yang akan dilahirkan, kondisi ekonomi politik Indonesia bisa lebih parah dari saat ini dengan sistem pendidikan yang merusak mentalitas siswa didiknya secara sistematis.

Sekolah masih menjadi mesin ATM bagi wartawan bodrek dan LSM plat merah yang menakut-nakuti kepala sekolah apabila tidak memberikan uang kepada pihak-pihak tersebut. Sebaiknya yang dilakukan kepala sekolah dan komite sekolah adalah mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan sekolah. Dengan semikian sekolah manapun tidak perlu takut dan menjadi korban dari pihak-pihak yang selalu berupaya memeras sekolah. Namun tampaknya saat ini, kepala sekolah masih membangun hubungan simbiosis mutualisme dengan pihak-pihak tersebut.

Kelompok guru terklasifikasi berdasarkan kelompok usia, berdasarkan kelompok agama, berdasarkan mata pelajaran di MGMP maupun berdasarkan fokus kerja guru maupun unit yang merupakan pembangun dinamika hubungan-hubungan sosial antar individu di SMA Negeri 1 Kisaran. Dari segi etnis, Guru-guru maupun tenaga tata usaha yang ada sangat heterogen sekali, terdiri dari beragam etnis yang ada di Sumatera Utara, antara lain Jawa, Melayu, Batak Toba, Batak Mandailing, dan Batak Simalungun.

Secara budaya, kekerabatan di SMA Negeri 1 Kisaran sangat kuat sekali, semangat korps tersebut termanifestasikan dalam partisipasi seluruh elemen sekolah dalam rangkaian lingkaran hidup (life cycle) anggota organisasi baik guru-guru maupun tenaga tata usaha. Dalam rangkaian lingkaran hidup mulai kelahiran, sunat rasul, menikah, kematian, naik haji, dan pensiun, dukungan sumbangan uang dan tenaga, serta partisipasi kehadiran diberikan oleh sesama guru dan tata usaha.

(28)

149 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

saling kenal mengenal. Sedangkan untuk guru yang kristen juga terdapat persatuan guru kristen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa standar nilai dan norma yang tertanam adalah solidaritas kekeluargaan yang kental, semangat korps untuk berprestasi yang tinggi, dan penghormatan terhadap yang lebih tua atau senior. Selain pada guru-guru dan tata usaha, hal ini juga di interlisasikan kepada siswa-siswi sehingga meskipun siswa-siswa-siswi terus berganti, namun budaya tersebut tetap terus tertanam kuat menjadi budaya sekolah. Kepala sekolah, struktur didalam sekolah dan guru-guru merupakan penjaga dari sistem budaya tersebut.

Melalui Majalah Buss One, nilai-nilai jargon, visi misi, dan kesukesesan-kesuksesan dan beragam prestasi kependidikan, kesehatan, siswa-siswa yang lulus PTN melalui jalur undangan, kepramukaan, iptek, keagamaan, dan lain sebagainya. Semua disosialisasikan kepada seluruh anggota SMA Negeri 1 Kisaran, orang tua siswa maupun pihak-pihak lain dinas pendidikan Asahan dan sebagainya. Majalah ini juga menjadi ajang kreatifitas menulis feature, opini, puisi, cerpen, bagi siswa-siswi dan guru-guru SMA Negeri 1 Kisaran. Juga tentunya tempat curhat, dan ajang Kepala Sekolah mengucapkan selamat atas prestasi sekolah guru-guru dan siswanya. Disamping itu, majalah ini juga memberikan latihan-latihan soal psikotes bagi siswa-siswinya yang bisa dipelajari secara mandiri.

Terdapat pola struktur organisasi di SMA Negeri 1 Kisaran yang mempengaruhi pola interaksi formal dan informal pada perilaku semua elemen yang ada disekolah. Hubungan formal bisa dilihat dari tata hubungan berupa susunan tata kerja dan semua kewajiban yang menjadi tugas dan telah ditentukan secara resmi. Sedangkan hubungan informal bisa dilihat dari tingkah laku dan hubungan pribadi yang hangat antara atasan maupun bawahan, maupun hubungan pribadi anggota di tingkat bawah yang cukup baik, penuh solidaritas dan kepedulian, serta saling mengingatkan.

(29)

150 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

reward (gaji, sertifikasi, pelatihan) yang diterima berdasarkan stratifikasi tersebut. Yang paling penting adalah sekolah telah menjadi seperti rumah bagi guru-guru SMA Negeri 1 Kisaran.

Sistem religi sekolah bisa dilihat dari adanya philosofi formal SMA Negeri 1 Kisaran tercantum dalam visi “Unggul Dalam Prestasi Yang Dilandasi

Iman dan Taqwa”.Visi tersebut diturunkan didalam misi sekolah. Sedangkan jargon sekolah yang dianut adalah “Unggul Dalam Akademik, Jaya Dalam

Prestasi”. Target sekolah adalah mendoorng sebanyak mungkin siswa-siswinya bisa lulus PTN setiap tahunnya, serta mendorong dan memfasilitasi agar memiliki prestasi diberbagai bidang.

Simbolik di budaya sekolah SMA Negeri 1 Kisaran memberikan motivasi dan semangat berprestasi untuk tidak mengenal lelah dan putus asa, serta selalu berupaya mengejar prestasi. Hal ini tersebar disegenap penjuru sekolah, tertulis di dinding, dan papan-papan yang tergantung di koridor sekolah.

Terdapat beragam ritual dan ceremoni dalam sistem religi sekolah, antara lain (1) Ritus peralihan berupa MOS, LDKK, Upacara Bendera Senin Pagi untuk memberikan ideologisasi kebangsaan, (3) Ritus kenaikan jabatan, (4) Ritus untuk mengurangi konflik, (5) Ritus untuk penyatuan kondisi berupa rapat-rapat rutin sekolah seperti rapat komite, rapat rutin wakil kepala sekolah, rapat rutin tata usaha, rapat gabungan, rapat OSIS, rapat rutin guru dengan kepala sekolah, rapat guru MGMP, rapat khusus dewan guru untuk sekolah adiwiyata, serta rapat kerja dan piknik, (6) Ritus pembaharuan berupa upacara peringatan hari besar nasional, peringatan hari guru, peringatan hari besar keagamaan, serta berkurban setiap idul adha.

(30)

151 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

5.2. Kesimpulan Teotiris

1. Secara teoritis, Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana dan tersistematis dalam memanusiakan manusia, namun nampaknya sistem pendidikan di Indonesia menjadi tidak manusiawi dengan adanya sistem UN yang menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran, dievaluasi secara tidak fair, serta menempakan siswa sebagai makhluk seragam. Hal ini bertentangan langsung dengan kebijakan pendidikan nasional dan prinsip Hak Azasi Manusia.

2. Penulis setuju dengan teori Leslie J. Fyans, Jr. dan Martin L. Maehr tentang pengaruh dari lima dimensi budaya organisasi di sekolah yaitu : tantangan akademik, prestasi komparatif, penghargaan terhadap prestasi, komunitas sekolah, dan persepsi tentang tujuan sekolah menyebabkan siswa lebih termotivasi dalam belajarnya dengan melalui budaya organisasi di sekolah yang kuat.

3. Penulis setuju dibutuhkan media komunikasi lebih intensif dan terbuka sehingga saluran-saluran komunikasi bisa lebih efektif. Disamping itu sistem

reward and punishment di tataran tata usaha juga harus diperbaiki agar tidak ada lagi yang bicara dibelakang tetapi diam didepan, menyebutkan persetujuan atau iya didepan pemimpin namun lalukan di belakang. Juga adanya transparansi dan akuntabilitas keuangan di sekolah. Dengan demikian maka visi sekolah akan lebih dicapai dengan baik.

4. Penulis setuju dengan Edgar Schein terkait unsur-unsur pembentuk budaya organisasi.

(31)

152 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

sosialisasi baik MOS, LDKK, dan upacara senin pagi. Transmisi nilai ke guru dan tata usaha maupun siswa dilakukan dengan penceritaan kisah, ritual, simbol-simbol material, dan bahasa dari yang lebih senior kepada yang lebih junior disetiap level elemen yang ada di sekolah.

6. Faktor-faktor obyektif seperti inovasi dan pengambilan resiko yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sebagai Ketua MKKS, perhatian Kepala Sekolah pada detail, orientasi pada hasil yaitu kelulusan UN dan kelulusan masuk seleksi PTN, orientasi pada orang dengan penguatan kapasitas guru dan sertifikasi, orientasi pada tim, keagresipan, kemantapan, dipersepsikan sebagai budaya organisasi sekolah yang dipercaya memiliki kekuatan dalam mendorong tingginya upaya membangun kinerja guru, tata usaha dan siswa dan kepuasan guru-guru maupun siswa terhadap SMA Negeri 1 Kisaran.

5.3. Rekomendasi

1. Hapuskan UN sebagai sistem evaluasi yang berorientasi pada pendekatan program / proyek. Negara harus menyiapkan sistem evaluasi akhir dengan pendekatan berbasis hak, berorientasi pada masa depan dan terintegrasi dengan sistem evaluasi yang lainnya, tanpa menghapuskan otoritas sekolah dan guru untuk menentukan kelulusan siswa. Dengan dimikian maka sistem pendidikan kita akan memiliki visi yang jelas didalam 50 tahun kedepan.

2. Penulis merekomendasikan media komunikasi lebih intensif dan terbuka sehingga saluran-saluran komunikasi bisa lebih efektif. Disamping itu sistem

reward and punishment di tataran tata usaha juga harus diperbaiki.

3. Hasil komunikasi tersebut sebaiknya disusun dalam SOP (Standard Operational Prosedure) sehingga sistem evaluasi yang dilakukan akan lebih mudah dan lebih objektif sehingga Kepala Sekolah tidak perlu menghabiskan energi untuk marah-marah terhadap bawahannya.

(32)

153 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

dengan harga jauh lebih murah. Dengan demikian bisnis buku disekolah bisa dihentikan, dan guru bisa lebih fokus melakukan proses KMB.

5. Mendorong transparansi dan akuntabilitas keuangan sekolah baik dana komite sekolah maupun dana publik lainnya sehingga sekolah tidak perlu menjadi sapi perah bagi wartawan bodrek dan LSM plat merah. Biaya-biaya yang sudah ada di alokasi bantuan pemerintah hendaknya tidak boleh dikeluarkan lagi dananya dari pemasukan lain. Karena hal ini akan jadi temuan korupsi bisa ditemukan. 6. Dalam rangka transparansi dan akuntabilitas keuangan, sangat penting juga

mendorong / menyediakan ruang partisipasi perwakilan elemen sekolah mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, implementasi kegiatan dan monitoring kegiatan sekolah. Ada baiknya negara melakukan asistensi sistem keuangan ke sekolah dengan menggunakan standar PSAK 45 yaitu sistem pembukuan dan pelaporan keuangan untuk organisasi nirlaba.

7. Rekomendasi didalam penganggaran keuangan hendaknya dicantumkan berapa persentase yang boleh diambil oleh Kepala Sekolah maupun pengelola lainnya dalam mengkelola program-program yang ada. Karena tanggung jawab yang lebih berat harus di iringi reward yang lebih baik agar potensi-potensi korupsi bisa dihapuskan di sekolah dimanapun di Indonesia.

8. Memperkuat budaya organisasi yang telah berjalan baik didalam mencapai

tujuan sekolah “Unggul dalam Akademik, Jaya dalam Prestasi”.

5.4. Hipotesis Penelitian

1. Selama budaya sekolah melegalkan UN berbasis project maka kebocoran soal sekawasan yang dilakukan MKKS akan terus terjadi secara massif dan sistematis. Tidak di milikinya visi pendidikan oleh kementrian pendidikan secara jangka panjang akan menghasilkan calon-calon pemimpin masa depan yang pragmatis, tanpa visi juga dan mungkin menjadi calon koruptor masa depan.

(33)

154 | P a g e Budaya Organisasi Sekolah

(Studi Kasus di SMAN I Kisaran, Kab. Asahan, Sumatera Utara)

“kontrol dan monitoring masyarakat masih bisa di kendalikan, siapa yang

bayar, maka akan aman saja dan akan terus didukung”.

3. Faktor-faktor distribusi status dan logistik komite sekolah tanpa distrubusi peran (role) dimotivasi upaya untuk mediasi konflik internal dan upaya mempertahankan kekuasaan.

4. Komunitas pendidikan harus mampu menekan pemerintah untuk mengeluarkan regulasi pendidikan yang berpihak pada rakyat.

(34)

DaftarPustaka

Anderas, Loko, 2004, Kepemimpinandankinerjaorganisasiisuteoridansolusi, Yogyakarta, amara books.

Ahmad, Setiawan, 1998, PrilakuDemokrasidalamPengaruhPahamKebiasaanJawa,

PustakaPelajar, Yokyakarta.

Brown, Andrew D, 1998, Organizational Culture, Financial Times Management, London.

Barnard, Alan, 2004, History and Theory in Anthropology, Cambridge University Press, Australia.

Bohannan, Paul, 1988, High Point in Anthropology, Pan American University, New York.

Craib, Ian, 1986, Teori-teoriSosial Modern, Rajawali, Jakarta.

Darsono, P, 2009, BudayaOrganisasi :KajianOrganisasiBisnis, Ekonomi, Sosial, Pendidikan,

danPolitik, Nusantara Consulting, Jakarta.

Dahlaniskan.wordpress.com; http://dahlaniskan.wordpress.com/2011/12/12/kursi-feodal-bertabur-puntung-rokok/

Deal, Teerence. 1982, Corporate Culture, Canada, Wesley Publising Company Inc.

Deal, Teerence. 2000, The New Corporate Cultures, Cambridge, Purseus Publishing.

Geertz, Clifford. 1992, TafsirKebudayaan, Yogyakarta, Kanisius.

Geertz, Clifford. 1985. Ikatan-ikatan primordial danpolitikkebangsaan di

negara-negarabaru. dalamJuwonoSudarsono (Ed) Pembangunan

politikdanperubahanpolitik. Jakarta: Gramedia.

Geertz, Clifford. 1989. Abangan, Santri, PriyayidalamMasyarakatJawa. Pustaka Jaya, Jakarta.

Hamada, Tomoko. 1990, Cross-Cultural Management and Organizational Culture, Williamsburg, Studies in Third World Societies.

Haris, Marvin. 1968, The Rise of Anthrology Theory, New York, Crowell.

Hasibuan, Malayu, 2002, ManagemenSumberDayaManusia. EdisiRevisiCetakankeenam,

PT.BumiAksara, Jakarta.

Ihromi, T.O, 2006, Pokok-pokokAntropologiBudaya, YayasanObor Indonesia, Jakarta.

Kurniawan, Agung, 2005, TransformasiPelayananPublik, Pembaharuan, Yogyakarta.

(35)

136

Kotter, P. John danheskett, L, James, 1997. DampakBudaya Perusahaan terhadapKinerja

(Corporate Culture and Performance), PT.Prenhallido, Jakarta.

KompasTanggal 23 Februari 2011, RisetICW:Sumatera Utara Paling Banyakkorupsi, http://nasional.kompas.com/read/2011/02/23/19332394/Sumatera.Utara.Paling.Bany ak.Korupsi, di download padatanggal 18 Januari 2012.

KompasTanggal 9 April 2010, Remunerasi Ujung ReformasiBirokrasi,

http://nasional.kompas.com/read/2010/04/09/16005933/function.simplexml-load-file, didownloadpadatanggal 17 Januari 2012.

KompasTanggal 24 Desember 2008, KinerjaBirokrasiMemprihatinkan, Dunia Usaha

Terhambat,http://nasional.kompas.com/read/2008/12/24/1346573/kinerja.birokrasi.m

emprihatinkan.dunia.usaha.terhambat, didownloadpadatanggal 17 Januari 2012

KompasTanggal 21 Juli2009 ,ReformasiBirokrasi Indonesia,

http://www.kompas.com/lipsus112009/kpkread/2009/07/21/16244271/Reformasi.Bir okrasi.Indonesia...quot.Alon.alon.Asal.Kelakon.quot, di download padatanggal 17 Januari 2012.

KompasTanggal 1 Juli 2009, EmpatSumberPenyakitBirokrasi,

http://www.kompas.com/lipsus112009/kpkread/2009/07/01/19345991/Empat.Sumbe r.Penyakit.Birokrasi, di download padatanggal 17 Januari 2012.

KompasTanggal 22 Agustus 2008, Inilah 18 Modus Operandi Korupsi di Daerah,

http://nasional.kompas.com/read/2008/08/22/19465330/inilah.18.modus.operandi.kor upsi.di.daerah, didownloadpadatanggal 17 Januari 2012.

KompasTanggal 9 Desember 2008, IndeksPersepsiKorupsiDitentukanOlehLayananPublik, http://nasional.kompas.com/read/2008/12/09/13292427/Indeks.Persepsi.Korupsi.Dite ntukan.Oleh.Layanan.Publik, didownloadpadatanggal 17 Januari 2012.

Layn, SafrusdinBustam. 2008. DimanikaIkatan Patron Klien (SuatuTinjauanSosiologis), dalamJurnalPopulisVol 3 no 1. September 2008.

Marzali, Amri, 2007, Antropologidan Pembangunan Indonesia, Kecana, Jakarta.

Muschan, 1982, PengangkatandalamPangkatPegawaiNegeriSipil, Liberti, Yogyakarta.

Saifuddin, ahmadFedyani, 2006, AntropologiKontemporer,

SuatuPengantarKritisMengenaiParadigma, KencanaPrenada Media Group, Jakarta.

Selat, Norazit, 1993, KonsepAsasAntropologi, DewanBahasadanPustaka, Kuala Lumpur.

Siagian, Sondang, P. 1994, PatologiBirokrasi: AnalisisIdentifikasidanTerapinya, Jakarta, Ghalia Indonesia.

(36)

137

Supartono, 2004, IlmuBudayaDasar, Bogor, Ghalia Indonesia

Tjandra, W.Riawan, dkk, 2005, PeningkatanKapasitasPemerintah Daerah

danPelayananPublik, Pembaharuan, Yogyakarta.

Tika, Moh. Pabundu, 2006, BudayaOrganisasidanPeningkatanKerja Perusahaan,

BumiAksara, Jakarta.

The United States Agency for International Development (USAID) and Millenium

Challenge, MateriPresentasihasilsurveipengukurankorupsi TI-Indonesia di 50 kota di seluruh Indonesia, Corporation (MCC), http://www.scribd.com/doc/58785278/Materi-Presentasi-Ipk-Indonesia-2008-Dan-Indeks-Suap, di download padatanggal 18 Januari 2012.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 TentangOtonomi Daerah.

Weber, Max, 2009, Sosiologi, PustakaPelajar, Yokyakarta.

Wright, Susan. 1994, Anthropology of Organizations, London, Routledge.

Winarto, Yunita T, 2001, PengayaanPengetahuanLokal, Pembangunan PranataSosial: PengelolaanSumberdayaAlamdalamKemitraan, dalamJurnalAntropologi Indonesia XXV, 64, JurasanAntropologi Indonesia, Jakarta.

Waspada Online, PPATK: Sumatera Utara Korup 3 Besar, 28 Desember 2011,

Gambar

Tabel 4.13
Gambar MY 26

Referensi

Dokumen terkait

Kerajaan Kedah dilihat berperanan penting untuk membangunkan kemudahan bekalan air bersih bagi kegunaan domestik kepada para penduduk dari tahun 1960 sehingga tahun 1965

Praktik Pengalaman lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Berdasarkan Pasal 295 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

Kelangkaan air pada dataran tinggi dan pada saat musim kemarau serta potensi kabut pada wilayah Sentul yang dapat dimanfaatkan, mendorong penulis untuk membuat kajian

Dari hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa variabel harga diri memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif dengan nilai R sebesar

Except for the 3 Star Semi-Custom Sheepskin Seat Cover, semi-custom fit seat covers do not leave access to lumbar controls, and they should not be used if you have side-impact

Alhamdulillahi robbil „ alamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Resiliensi

Sebelum pelaksanaan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), mahasiswa mendapat pembekalan dari Lembaga Pendidikan UPPL UNY. Lembaga pendidikan UPPL UNY memberikan