• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI GURU SAINS MADRASAH TSANAWIYAH (M.TS) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS IMTAQ PADA MATERI EKOSISTEM DI KABUPATEN KUNINGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPETENSI GURU SAINS MADRASAH TSANAWIYAH (M.TS) DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS IMTAQ PADA MATERI EKOSISTEM DI KABUPATEN KUNINGAN."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

(2)

E. Pembelajaran Berbasis Imtaq Pada Konsep Ekosistem……….. F. Kandungan Nilai Pembelajaran Ekosistem………….. G. Hasil Penelitian Terdahulu………

56 61 64

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ………

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ………. C. Instrumen Penelitian ……….. D. Prosedur Penelitian ……….

E. Alur Peneltian ………

F. Teknik Analisis Data ……… G. Definisi Operasional ……….. BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Peneltian ……….

B. Pembahasan ……….

87 96 BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

(3)
(4)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan penting dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut maka pemerintah pada saat ini sangat serius pada bidang pendidikan, sebab dengan system pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi-generasi yang dapat menjadikan pendidikan ini menjadi berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Setiap guru diharapkan untuk melengkapi pembelajaran dengan menerapkan keterampilan dalam menyikapi problematika pembelajaran di sekolah, karena adanya kesenjangan yang begitu jauh antara pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dengan sikap dan perilakunya (Sanusi, 1999). Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap tuntutan global untuk mampu mengembangkan sumber daya manusia yang memenuhi tuntutan zaman yang berkembang.

(5)

2

menghubungkan suatu konsep dengan konsep yang lainnya (Wahyudi, 2002). Menurut Bernal (Suroso, 2006) bahwa : “Sains sebagai suatu faktor utama yang mempengaruhi kepercayaan dan sikap manusia terhadap alam semesta dan manusia, dan bukan hanya sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang sistematis dan logis, metode ilmiah dan faktor utama mengembangkan produksi”.

Banyak konsep biologi yang dapat kita kaitkan dengan sejumlah kejadian atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Dengan demikian apabila gurunya tidak mengetahui banyak tentang materinya dan cara mengajar yang kurang menarik menjadikan ini suatu kendala dalam pembelajaran sains karena dapat menurunkan minat siswa terhadap pelajaran biologi (Suryanigrum, dalam Redjeki 2006).

(6)

3

Nilai-nilai yang dimaksud adalah, nilai perseorangan (al-akhlak al Fardhiyah), nilai kekeluargaan (al akhlak al ijtimaiyah), nilai kenegaraan dan nilai keagamaan (al akhlak al diniyah)”.

Ketika seorang guru tidak memiliki penguasaan penuh terhadap suatu konsep dan menyakini konsep mereka benar, hal ini dapat menyebabkan siswa mempunyai konsepsi alternatif (Muammer dan Alipasa, 2005). Jika seorang guru mempunyai konsepsi alternatif tentang suatu suatu konsep, maka mereka akan mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki konsepsi-konsepsi alternatif yang dimiliki siswanya. Untuk mengatasi hal tersebut, mengingat konsep-konsep biologi penting karena berkaitan dengan kehidupan dan kesejahteraan manusia, perlu dilakukan penelitian mengenai kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru dalam memahami konsep-konsep biologi terutama ekosistem untuk mengetahui pemahaman mereka.

(7)

4

Dalam Kurikulum 2006 (KTSP) standar kompetensi dan kompetensi dasar merupakan landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif. Selain hal tersebut, hal yang penting untuk dikembangkan pada diri siswa adalah kemampuan strategi dalam merumuskan, menafsirkan dan menyelesaikan masalah. Hal tersebut sesuai dengan tuntutan dalam pembelajaran Biologi. “Pelajaran biologi di MTs berfungsi untuk membantu siswa memahami konsep biologi, mengembangkan sikap ilmiah, mengembangkan keterampilan proses, menerapkan konsep biologi dalam teknologi dan memahami keteraturan kehidupan mahluk hidup. Dengan memahami biologi diharapakan dapat menimbulkan rasa kagum dan cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pemahaman biologi secara umum dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup”.

Dalam KTSP dapat digambarkan bahwa pembelajaran sains berkaitan dengan

cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Sains

di sekolah menengah pertama diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa

(8)

5 diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk

memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Olehkarena itu,

pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran Sains adalah

memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam

bentuk pengalaman langsung. Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan

mental siswa SMP yang masih berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan

sangat memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar

merumuskan konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan.

Secara tertulis, dalam Standar Isi (BSNP, 2006) mata pelajaran Sains

bertujuan:

1. Menanamkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, prinsip dan

konsep sains serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

3. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam merencanakan dan melakukan

kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah.

4. Meningkatkan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan lingkungan serta

sumber daya alam.

5. Memberikan bekal pengetahuan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang

(9)

6

Menurut Darajat (1995) pembelajaran terpadu yang menghubungkan antara ilmu pengetahuan umum dengan agama memiliki keuntungan, seperti tanggapan siswa tentang ilmu pengetahuan lebih utuh, dapat menyatukan pengertian tentang agama dan bahan pelajaran, dapat dirasakan manfaatnya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai lembaga pendidikan berciri khas Islam, MTs tentunya menghendaki lingkungan yang bernuansa islam, maka pembelajarannnya pun akan melibatkan faktor agama Islam. Ciri khas madrasah lebih dari hanya sekedar penyajian mata pelajaran agama. Artinya, ciri khas tersebut bukan hanya sekedar menyajikan mata pelajaran agama Islam di dalam lembaga madrasah tetapi yang lebih penting ialah perwujudan dari nilai-nilai keislaman di dalam totalitas kehidupan madrasah. Suasana lembaga madrasah yang melahirkan ciri khas tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut: (1) Perwujudan nilai-nilai keislaman di dalam keseluruhan kehidupan lembaga madrasah; (2) Kedidupan moral yang beraktuaisasi, dan (3) Manajemen yang profesional, terbuka, dan berperan aktif dalam masyarakat (Tilaar, 2004).

(10)

7

Pembelajaran yang dilakukan dengan mengkaitkan antara pengetahuan agama dan pengetahuan umum akan memberi dampak yang positif dalam arti lebih bermakna, bahkan akan lebih utuh diterima oleh siswa. Tafsir A (1999) menyatakan anggapan guru yang hanya berkepentingan pada bidang studinya, seperti guru IPA hanya bertanggungjawab pada kemampuan berpikir, sementara guru agama bertanggungjawab pada masalah keimanan menyebabkan kepribadian siswa terkotak-kotak. Proses belajar mengajar akan lebih berhasil bila siswa memiliki keingintahuan dan perhatian yang tinggi untuk mengetahui konsep dalam pembelajaran (Syamsuddin A, 1999). Di samping itu, situasi belajar yang diciptakan guru juga berperan sangat penting.

Menurut Piaget (Dahar, 1996) “struktur intelektual terbentuk pada waktu individu berinteraksi dengan lingkungannnya”. Siswa Madrasah yang berada dalam lingkungan masyarakat Islam tentunya memiliki pengetahuan tentang ajaran Islam yang memadai sesuai lingkungannnya. Pengetahuan agama banyak pula yang sejalan dengan konsep ekosistem, sehingga pengetahuan yang diperoleh dari interaksi sosial ini dapat dianggap sebagai pengetahuan awal siswa (Suroso, 2006)

(11)

8

antara materi yang disampaikan dengan tindakan sehari-hari/tingkah laku. Guru Madrasah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran pendidikan di Madrasah. Menurut Gage (Sumakdinata, 1997) perilaku guru dipandang sebagai “sumber pengaruh” sedangkan tingkah laku yang belajar sebagai “efek” dari berbagai proses, tingkah laku dan kegiatan interaktif. Para pakar menyatakan bahwa, “betapapun bagusnya kurikulum (official), hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan oleh guru dalam kelas “curriculum actual” (Sukmadinata, 1997). Kreatifitas guru dalam memilih dan melaksanakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran, berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Jarolimek (Djahiri, 1995) bahwa “model pembelajaran yang digunakan guru berpengaruh terhadap kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan”.

(12)

9

masyarakat umumnya maupun oleh guru sendiri dalam mencapai profesionalisme guru.

Pelatihan adalah serangkaian kegiatan pendidikan yang mengutamakan perubahan pengetahuan, keterampilan dan peningkatan sikap seseorang dalam melaksanakan tugasnya (Depag, 1995). Disamping itu juga merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk dapat menguasai, mencari dan memiliki proses jenis informasi termasuk ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh dengan mudah, kapan dan dimana saja.

Sejalan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 14 tahun 2006 tentang Guru dan Dosen semakin mengisyaratkan akan pentingnya tuntutan profesionalisme guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Morant (Sukmadinata ,1997) menyatakan kebutuhan profesional guru meliputi: kebutuhan induksi, kebutuhan ekstensi, kebutuhan penyegaran, dan kebutuhan konversi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sliming bersama dengan Litbang Depdiknas tahun 1998 terhadap guru biologi, siswa, instruktur dan pengawas menunjukkan bahwa sekitar 51% perilaku guru dalam pembelajaran didominasi dengan ceramah dan aktifitas lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran. Perilaku guru juga dalam pembelajaran dilaporkan 36% hanya pada belajar menerima (reception learning) serta 15% perilaku guru yang tidak dalam konteks pembelajaran (Wardiman, 1995)

(13)

10

konsep oleh siswa (Wallace & Mintzes, 1990; Lawson & Lawson, 1993;Kwen, 2006). Namun begitu, penelitian tentang pemahaman konsep oleh guru seakan-akan terlupakan, padahal seperti halnya siswa, guru dan calon guru juga memiliki konsepsi yang mungkin saja bertentangan dengan konsepsi para ilmuwan (Rustaman & Widodo, 2001). Kajian terhadap guru dalam pemahaman konsep sains juga perlu diberi perhatian mengingat pengajaran sains memerlukan guru yang mempunyai penguasaan konsep serta mampu mengajarkan penyelesaian masalah kepada siswa dalam belajar sains.

Pembelajaran Sains-Biologi bernuansa Pendidikan Nilai sangat penting dilksanakan di sekolah guna mencapai Tujuan Pendidikan Nasional dan mengatasi dekadensi moral yang terjadi pada masyarakat sekarang ini. Ini sumbangan pembelajaran bidang studi Sains-Biologi dalam pembangunan bangsa. Oleh karena Sains-Biologi merupakan ayat-ayat Allah yang tersebar di alam (Ayat Kauniah) yang ditemukan oleh manusia, maka perlu dilegalitaskan oleh ayat-ayat Allah dalam Kitab Suci (Ayat Kauliyah) sehingga kebenaran Sains tetap terpelihara (Suroso, 2009).

(14)

11

keseimbangan lingkungan sehingga mampu memperlihatkan sikap dan tindakan yang sesuai dengan nilai iman dan taqwa.

Keterlibatan manusia dalam mempengaruhi suatu Ekosistem dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang tak terkendali bisa menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem itu. Ketidakbijaksanaan manusia melibatkan diri dalam kancah kehidupan suatu ekosistem menimbulkan berbagai bencana alam, seperti : pencemaran lingkungan, berlubangnya lapisan ozon yang mengakibatkan kenaikan suhu global bumi, erosi dan ladang kritis/tandus, dan berbagai kerugian yang menimpa kehidupan manusia sendiri, karena semakin berkurangnya sumber daya alam dan menurunnya kualitas lingkungan (Suroso, 2008).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu : “Bagaimana kompetensi guru sains Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) dalam pembelajaran berbasis Imtaq pada konsep Ekosistem?”.

Selanjutnya masalah utama ini diuraikan secara lebih khusus sebagai berikut : 1. Bagaimana kompetensi Profesional guru-guru sains (biologi) dalam pembelajaran

berbasis Imtaq pada konsep Ekosistem?

2. Bagaimana Kompetensi Paedagogi Guru dalam hal:

(15)

12

b) Melakukan uji microteaching dalam pembelajaran berbasis imtaq pada konsep Ekosistem bagi perkembangan Sains dan Teknologi serta Perubahan pada Lingkungan dan Masyarakat?

c) Melaksanakan pembelajaran berbasis Imtaq yang dilakukan oleh guru-guru sains (biologi) mengenai konsep Ekosistem?

3. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab kesulitan guru dalam pembelajaran berbasis Imtaq pada konsep Ekosistem?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan dalam berbagai hal dan untuk menghindari meluasnya masalah maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut : 1. Kompetensi professional dalam penelitian ini adalah hasil tes penguasaan konsep

ekosistem

2. Kompetensi pedagogik meliputi :

a. Perencanaan pembelajaran, dilihat dari silabus dan RPP yang dibuat oleh guru b. Pelaksanaan pembelajaran yang dilihat dari bagaimana guru melaksanakan

KBM yang dilaksanakan pada saat microteaching.

(16)

13

Dasar (KD) yang harus dicapai meliputi : Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem, Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman mahluk hidup dalam pelestarian ekosistem, Memprediksi pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan dan Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

4. Subyek penelitian adalah guru-guru sains MTs di Kabupaten Kuningan Jawa Barat sebanyak 30 orang, yang mengikuti Diklat Di Tempat Kerja (DDTK) pada bulan Agustus tahun 2009.

5. Pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran berbasis imtaq pada konsep ekosistem yang bertujuan menjaga, mengatasi dan melestarikan lingkungan untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kompetensi guru-guru sains (biologi) Sekolah Madrasah Tsanawiyah dalam pembelajaran berbasis imtaq pada konsep Ekosistem yang meliputi kompetensi professional dan pedagogik. Secara rinci tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan :

(17)

14

2. Kemampuan guru-guru sains (biologi) Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) dalam;

a) merencanakan pembelajaran berbasis Imtaq pada konsep Ekosistem atau penyusunan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran)

b)pelaksanaan pembelajaran berbasis Imtaq pada konsep Ekosistem yang dilihat dan diobservasi pada saat microteaching

3. Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab kesulitan guru dalam pembelajaran berbasis imtaq pada konsep ekosistem.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi guru-guru di MTs, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu proses

refleksi dan menilai kompetensi mereka sendiri dalam rangka pengembangan tenaga kependidikan yang lebih professional.

(18)

66 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Dalam penelitian ini data yang terkumpul dianalisis dan

diinterpretasikan, kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan kondisi yang

terjadi pada subjek penelitian. Menurut Azwar (1997) penelitian deskriptif

bertujuan menggambarkan secara sistematis dan akurat, fakta dan karakteristik

mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha

menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang dikumpulkan semata-mata

bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji

hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasi. Dalam penelitian

deskriptif tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan karena tujuan

penelitian ini melukiskan variabel atau kondisi “apa yang ada” dalam suatu situasi

(Furhan, 2005).

B.Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Kuningan dengan uji coba

instrument dilaksanakan di Balai Diklat Keagamaan pada saat Diklat Guru Sains

yang dilakukan terhadap 58 orang guru M.Ts. Sedangkan subjek penelitian pada

penelitian ini adalah 30 (tiga puluh ) orang guru yang berada di kabupaten

Kuningan, guru MTSN ada 25 orang dan guru MTsSnya ada 5 orang, tapi kalau

(19)

67 Tabel 3.1. Profil MTs di Propinsi Jawa Barat tahun 2008

No. Kabupaten/Kota Status Sekolah Jumlah Sekolah

Negeri Swasta

1. Kota Bogor 5 201 206

2. Kota Depok 1 60 61

3. Kota Sukabumi 1 17 18

4. Kab. Sukabumi 3 153 156

5. Kab. Cianjur 5 83 88

6. Kota Cirebon 2 9 11

7. Kab. Cirebon 11 75 86

8. Kab. Indramayu 12 54 66

9. Kab. Majalengka 14 52 66

10. Kab. Kuningan 11 37 48

11. Kab. Subang 4 53 57

12. Kab. Purwakarta 3 29 32

13. Kab. Karawang 5 45 50

14. Kota. Bekasi 3 72 75

15. Kab. Bekasi 4 112 116

16. Kab.Ciamis 16 101 117

17. Kab. Tasikmalaya 11 128 139

18. Kota Tasikmalaya 2 32 34

18. Kab. Garut 5 159 164

19. Kab. Sumedang 5 34 39

20. Kota Bandung 2 36 38

21. Kab. Bandung 8 176 184

22. Kota Cimahi 1 10 11

23. Kota Banjar 2 7 9

(20)

68 Tabel 3.2. Rekapitulasi Data dilihat dari Status Guru dan Masa Kerja

Guru Sains Madrasah Tsanawiyah di Kabupaten Kuningan

Status Guru Masa Kerja (Tahun) PNS Masa Kerja (Tahun)

Non PNS

guru non PNS 30 % atau 9 orang, banyak guru PNS yang mengajar di sekolah

negeri dibandingkan mengajar di sekolah swasta. Masa kerja guru PNS

sebanyak 7 orang atau 33,3 % sudah lebih dari 10 tahun sedangkan guru

Non PNS yang lebih dari 10 tahun ada 2 orang atau 22,2 %, dengan demikian

bahwa pengalaman mengajar juga dapat mempengaruhi bagaimana kualitas

dan cara mengajar yang baik.

C.Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrument. Data

yang dibutuhkan adalah data yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian, sehingga instrumennya adalah:

(21)

69

Langkah penyusunan soal penguasaan konsep diawali dengan penyusunan

kisi-kisi, konsultasi dengan pembimbing dan uji coba. Kisi-kisi yang

disusun mencakup sub konsep, indikator dan sub indikator.

2. Rubrik penilaian untuk menilai RPP dan lembar observasi untuk menilai

pelaksanaan KBM materi ekosistem berbasis Imtaq.Rubrik penilaian

digunakan untuk menjaring informasi secara langsung mengenai

kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran berdasarkan

penyusunan RPP dan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran

melalui KBM di microteaching.

3. Angket

Digunakan untuk mengetahui profil guru dan data individu guru tersebut.

4. Studi Dokumentasi

Digunakan untuk menambahkan informasi yang didapatkan di lapangan.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan instrument,

yaitu :

(1)Tes Kompetensi Profesional pada Pembelajaran berbasis Imtaq pada konsep

ekosistem

Kisi-kisi yang disusun mencakup sub konsep, indikator, sub indikator

dan jenjang kognisi. Aspek yang telah ditelaah meliputi kesesuaian indikator

dengan butir soal, aspek bahasa dan materi.Instrumen yang akan digunakan untuk

penelitian, sebelumnya dikonsultasikan kepada pembimbing dan beberapa dosen

yang lain. Sebelum digunakan dalam penelitian seperangkat soal diuji coba

(22)

70

pembeda dan tingkat kesukaran soal. Pada tabel 3.4. disajikan kisi-kisi soal hasil

uji coba. Pada penelitian ini penulis membuat 97 butir soal untuk diuji.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Objektif Sebelum Uji Validasi dan Uji Reliabitas

No Kompetensi Dasar No. Soal Jumlah

Mengaplikasikan peran

(23)

71 Tabel 3.4. Kisi-kisi Soal Tes Objektif Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas

1

2

3

4 6

8

! 9

" 11

# $ 13

% 14

15

16

18

19

31

32

! 33

" 34

(24)

72

% 36

& 39

41

' 43

48

50

53

! 55

" 56

# % 62

67 70

71

72

73

76

78

! 83

" # 84

94

% 95

96

(25)

73 a. Validitas Butir Soal

Sebuah alat ukur yang baik harus memiliki kesahihan yang baik. Soal

tersebut dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang besar terhadap skor

total, karena akan menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah

(Arikunto, 2003). Jadi, suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat tersebut

mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengukuran validitas butir soal pada

penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka

kasar, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

rxy =

X : Nilai suatu butir soal (skor tiap butir soal)

Y : Nilai soal (skor total)

Adapun koefisien dari validitas butir soal dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5. KOEFISIEN VALIDITAS BUTIR SOAL

(26)

74

Hasil Uji Validasi; Soal yang Valid:

Tabel 3.6. HASIL VALIDITAS BUTIR SOAL

Rentang Keterangan Jumlah Soal Pesentase (%)

0,6 < rxy < 0,80 Tinggi 1 2,38

0,4 < rxy < 0,60 Cukup 20 47,62

0,2 < rxy < 0,40 Rendah 21 50,00

Jumlah 42 100

Sumber : Lampiran 2

Kesimpulannya pada tabel 3.7. ini dapat dilihat bahwa distribusi soal

yang valid dan digunakan untuk uji kompetensi pada guru adalah 1 (satu) soal

memiliki validitas tinggi, 20 (dua puluh) soal memiliki validitas cukup dan 21

(dua puluh satu) soal memiliki validitas rendah. Distribusi soal seperti ini masih

layak digunakan untuk uji kompetensi.

b). Reliabilitas

Reliabilitas adalah taraf kepercayaan suatu soal, apakah soal

memberikan hasil yang tetap atau berubah-ubah (Arikunto, 2003). Jadi

reliabilitas harus mampu menghasilkan informasi yang sebenarnya. Untuk

mengukur reliabilitas digunakan rumus:

r11

=

n S2 - ∑pq

n - 1 S2

(27)

75

Keterangan:

r11 : Reliabilitas tes secara keseluruhan

p : Proposisi subjek yang menjawab item dengan benar q : Proposisi subjek yang menjawab dengan salah (q=1-1)

∑pq: jumlah hasil perkalian antara p dan q

n : Jumlah item

S : standar deviasi dari tes

Nilai Reliabilitas yang diperoleh adalah 0.91 (r11), hal tersebut

menunjukkan bahwa soal tersebut sangat tinggi realibilitasnya sehingga layak

digunakan untuk penelitian.

c). Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan siswa

yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan

rendah (Arikunto, 2001). Rumus yang digunakan untuk melihat daya pembeda

adalah:

Keterangan:

D : indeks daya pembeda

JA : jumlah peserta kelompok atas

JB : jumlah peserta kelompok bawah

BA : jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

BB : jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar

D =

BA

_ BB

(28)

76

Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.7. KLASIFIKASI DAYA PEMBEDA

Rentang Keterangan

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali.

(Sumber: Arikunto, 2003)

Tabel 3.8. HASIL KLASIFIKASI DAYA PEMBEDA

Rentang Keterangan Jumlah Soal Pesentase (%)

0,20 – 0,40 Cukup 22 52,38

0,40 – 0,70 Baik 18 42,46

0,70 – 1,00 Baik sekali. 2 4,76

Jumlah 42 100

Sumber : Lampiran 3

Kesimpulannya pada tabel 3.9. ini dapat dilihat bahwa klasifikasi daya

pembeda soal yang dapat digunakan untuk uji kompetensi pada guru adalah 2

(dua) soal memiliki daya pembeda baik sekali atau 4,76 %, ada 18 (delapan

belas) soal memiliki daya pembeda baik atau 42,46% dan 22 (dua puluh dua)

soal memiliki daya pembeda cukup atau 52,38 %. Distribusi soal seperti ini

(29)

77 d). Tingkat Kesukaran

Tujuan dari pengujian tingkat kesukaran adalah untuk mengetahui

apakah soal tersebut termasuk kategori mudah dan tidak terlalu sukar

(Arikunto, 2003). Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat kesukaran

soal adalah sebagai berikut:

P : Indeks tingkat kesukaran

B : Banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Indeks yang digunakan pada tingkat kesukaran ini dapat dilihat pada

Tabel 3.10. HASIL INDEKS TINGKAT KESUKARAN

Rentang Keterangan Jumlah Soal Presentase

(30)

78

Kesimpulannya pada tabel 3.11. ini dapat dilihat bahwa hasil indeks

tingkat kesukaran soal dapat digunakan untuk uji kompetensi pada guru adalah 11

(sebelas) soal memiliki tingkat kesukaran mudah atau 26,19 %, ada 25 (dua pulh

lima) soal memiliki tingkat kesukaran sedang atau 59,52 % dan 6 (enam) soal

memiliki tingkat kesukaran sukar. Distribusi soal seperti ini masih layak

digunakan untuk uji kompetensi.

(2) Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk menjaring informasi mengenai

penelitian ini. Informasi yang dijaring adalah:

• Perencanaan Pembelajaran, dalam hal ini peneliti mengobservasi bagaimana

guru menurunkan Silabus dan RPP serta menelaah hasil penyusunan tersebut

(dokumen Silabus dan RPP)

• Pelaksanaan Pembelajaran, dalam hal ini peneliti mengobservasi bagaimana

pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan didasarkan pada RPP yang telah

dibuat. Pelaksanaan Pembelajaran yang diobservasi dari mikroteaching dan

pembelajaran di kelas.

• Evaluasi pembelajaran, dalam hal ini peneliti mengobservasi cara penyusunan

instrumen evaluasi pembelajaran dan menelaahan dokumennya.

(3) Angket

Angket digunakan untuk mengetahui profil dan data individu guru yang

(31)

79

konsep-konsep pada mata pelajaran biologi. Data yang berhasil dikumpulkan dari

angket tersebut selanjutnya dianalisis dengan harapan dapat melengkapi dan

memperkuat analisis data yang berasal dari jawaban soal-soal pemahaman konsep.

(4) Studi Dokumentasi

Informasi, data yang diperlukan dalam penelitian ini juga kami peroleh

dari studi dokumentasi. Sebelum penelitian lapangan, peneliti telah melakukan

telaah terhadap buku /literatur, majalah, jurnal, hasil seminar, artikel baik yang

tersedia dalam media on-line (internet) maupun yang ada dalam perpustakaan.

D.Prosedur Penelitian

a. Fase Desain Penelitian

Pada fase ini peneliti merancang dan menyusun instrumen yang

diperlukan untuk menjaring data yang diperlukan.

b. Fase Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data menggunakan berbagai

bentuk intrumen yang telah disiapkan sebelumnya. Instrumen yang

digunakan disesuaikan dengan bentuk informasi yang diperlukan.

Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

(32)

80 test di uji validiras dan reliabilitas- nya)

Test tertulis pada 30 orang guru Sains yang dipilih di

Kabupaten Kuningan

Angket Tanggapan guru tentang

konsep-konsep pada mata pelajaran Biologi

Soal untuk uji kompetensi profesional disusun berdasarkan kisi-kisi.

Semula soal bejumlah 104 soal, setela uji validitas, reliabilitas, daya beda

dan tingkat kesukaran, maka diperoleh 97 soal yang siap untuk uji

kompetensi profesional guru pada konsep Ekosistem di Kabupaten

Kuningan.

30 orang Guru menyusun RPP dengan pembelajaran berbasis Imtaq pada konsep Ekosistem, selanjutnya RPP dinilai.

Pengujian KBM pada microteaching

(33)

81

c. Fase Analisis Data

Data hasil penelitian yang berupa data penguasaan konsep guru pada

konsep ekosistem, lembar observasi, dan hasil wawancara kemudian

dianalisis dan diinterpretasikan.

d. Fase Perbandingan Literatur

Pada tahap ini peneliti melakukan kajian terhadap berbagai literatur

yang terkait. Hasil pengkajian dari tiap literatur yang terkait diharapkan

dapat memberikan penjelasan lebih mendalam terhadap pembahasan yang

(34)

82

E.Alur Penelitian

Identifikasi jumlah populasi guru IPA di Propinsi Jawa Barat Kabupaten Kuningan

Analisis Standar Isi Mata Pelajaran SMP/MTs yang mengandung SK dan KD konsep ekosistem

Analisis Konsep Bahan Kajian Tahap Persiapan

Penyusunan instrumen Penelitian : tes, angket dan lembar observasi & lubrik penilaian RPP

Uji coba instrumen

Analisis hasil Uji coba instrumen

Revisi Instrumen

Tahap Pengumpulan Data

Instrumen jadi

Pelaksanaan Tes

Angket Lembar Observasi

Analisis Data

Temuan dan Pembahasan

(35)

83

F. Teknik Analisis data

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a) Data Test Penguasaan Konsep

Melalui soal tes objektif konsep ekosistem didapatkan skor

penguasaan konsep guru. Dari skor yang diperoleh tersebut, dilakukan

pengelompokan guru dalam tiga kelompok yaitu kelompok atas, tengah dan

bawah. Pengelompokan dikemukakan oleh Arikunto (2003), penentuan

kelompok tersesbut:

Tabel 3.11. SKOR PENGUASAAN KONSEP

Kualifikasi Skor (y)

Kelompok Atas y≥X+S

Kelompok Tengah X-S≥y≥X+S

Kelompok Bawah y≤X-S

(Arikunto, 2003)

Keterangan :

1. X Rerata skor kelompok

2. S Simpangan baku

b) Analisis Data Kompetensi Pedagogik

Penilaian penguasaan wawasan pada kompetensi pedagogik, yang

meliputi penguasaan terhadap tugas perkembangan pembelajaran pada siswa

(36)

84

Kriteria Penilaian Wawasan Kompetensi Pedagogik adalah:

Tabel 3.12. Penilaian Wawasan Kompetensi Pedagogik

Skor yang didapat Penafsiran

81-100 Baik sekali

66-80 Baik

56-65 Cukup

41-55 Kurang

0-40 Gagal

(Daryanto, 2001 :211)

c) Analisis Data Lembar Observasi

Penilaian kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran

berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kemampuan guru

dalam melaksanakan pembelajaran melalui kinerja guru di dalam kelas

diberikan berdasarkan indikator yang telah ditentukan pada instrument

penilaian, setiap indikator yang terpenuhi memiliki skor dengan skala 1-4. Skor

yang terkumpul dari setiap responden diambil rata-rata nya dan ditentukan

persentasenya kemudian diinterpretasikan kedalam suatu kategori.

Acuan yang digunakan untuk menginterpretasikan skor guru tersebut

adalah untuk menilai kriteria Penilaian Silabus dan RPP serta Kriteria

Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran, dengan adanya penilaian ini dapat

(37)

85

yang dari mulai merencanakan sampai pada pelaksanaan pembelajaran tersebut

maka skor tafsiran tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3.13. Tafsiran Jumlah Skor pada Kriteria Penilaian Silabus dan RPP

Skor yang didapat Penafsiran

81-100 Baik sekali

66-80 Baik

56-65 Cukup

41-55 Kurang

0-40 Gagal

(Daryanto, 2001 :211)

d) Analisis Data Angket dan Dokumentasi

Angket ini digunakan untuk mengetahui profil dan data individu guru

yang berkenaan dengan tugas mengajar sehari-hari, serta tanggapan guru

terhadap pembelajaran berbasis imtaq pada materi ekosistem. Dokumentasi

untuk dapat memberikan gambaran yang nyata pada penelitian ini. Data yang

diperoleh dari angket dan dokumentasi dianalisis sebagai informasi pendukung

yang dapat menggambarkan kompetensi guru Sains, karena dalam penelitian

ini uji yang diteliti adalah uji profesional dan pedagogi. Data tersebut

melengkapi dan memperkuat data-data yang diperoleh dari instrument lain,

(38)

86 G. Definisi Operasional

1. Kompetensi profesional guru merupakan kemampuan guru dalam

menguasai konsep ekosistem (penguasaan konsep) yang diperoleh melalui

tes obyektif pilihan ganda.

2. Kompetensi pedagogik berdasarkan kemampuan guru dalam:

a) pengelolaan pembelajaran melalui penyusunan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan,

b) melaksanakan pembelajaran berbasis Imtaq pada konsep Ekosistem

dengan cara pengamatan kinerja guru dalam KBM melalui

microteaching.

3. Pembelajaran berbasis imtaq, merupakan pembelajaran yang

(39)

109 BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya. maka dapat disimpulkan bahwa:

Pertama, kompetensi profesional guru biologi di kabupaten Kuningan

dalam pembelajaran berbasis Imtaq pada konsep Ekosistem secara umum berada

pada kemampuan rata-rata baik . Untuk hal tersebut ada indikasi bahwa

disebabkan faktor pengalaman yang tinggi ditunjang dengan faktor pemahaman

yang tinggi, sehingga khusus untuk pokok bahasan ekosistem kemampuan

profesional guru cukup mengusai untuk diberikan pada siswa. Latar belakang

pendidikan, masa kerja dan pengalaman mengajar mempunyai pengaruh cukup

besar untuk kompetensi profesional. Dilihat dari rata-rata nilai yang diperoleh

dari hasil uji kompetensi , dengan nilai rata-rata lebih dari 65. Hal tersebut

menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan, masa kerja dan pengalaman

mengajar Biologi memberikan kontribusi pada penguasaan materi.Hanya dapat

diidentifikasi bahwa penguasaan materi pada pembelajaran berbasis imtaq untuk

konsep ekosistem masih terbatas, terutama jika materi dikaitkan dengan nilai-nilai

Imtaq.

Kedua, berdasarkan hasil kompetensi pedagogik guru biologi di kabupaten

Kuningan dalam pembelajaran ekosistem berbasis Imtaq, berupa nilai kemampuan

merencanakan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran, berdasarkan lembar

(40)

110 pembelajaran, dapat juga diketahui guru mempunyai kemampuan cukup baik

dalam hal penulisan kolom identitas pada RPP. Selanjutnya Guru mempunyai

kemampuan baik dalam hal merumuskan tujuan pembelajaran. Tetapi guru

mempunyai kemampuan yang kurang dalam hal mengidentifikasi materi ajar.

Merencanakan itu dibuat berulang setiap tahun sehingga perbaikan mereka

peroleh dari pengalaman yang berulang. Tuntutan akreditasi sekolah dan

sertifikasi menuntut mereka membuat perencanaan sesuai standar dan juga

menuntut mereka memahami tentang esensi pemuatan perencanaan pembelajaran.

Beberapa aspek yang dinilai perlu ditingkatkan dalam hal kemampuan

guru merencanakan pembelajaran, yaitu kemampuan mengidentifikasi standar isi,

kemampuan merumuskan langkah-langkah pembelajaran dan kemampuan

menyusun kriteria penilaian. Selanjutnya dalam kemampuan melaksanakan

pembelajaran, hasil observasi di microteaching cukup memadai, cukup memadai

dalam melaksanakan pembelajaran. Kompetensi paedagogi yang diuraikan

tersebut menunjukkan bahwa kompetensi paedagogi yang dimiliki guru-guru

kabupaten Kuningan pada pembelajaran berbasis Imtaq konsep Ekosistem

rata-rata cukup menguasai. Hal tersebut ditunjang oleh pengalaman mengajar yang

cukup lama, pelatihan yang diperoleh banyak terkait dengan kemampuan

paedagogi dan profesional serta adanya dorongan internal dari guru cukup tinggi

untuk mengembangkan dirinya. Hasil observasi pada mikroteaching dan

pelaksanaan pembelajaran diperoleh gambaran bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kompetensi profesional dan kompetensi paedagogi guru, yaitu;

(41)

111 berbasis imtaq dan keterampilan guru dalam merencanakan pembelajaran yang

sesuai dengan kebutuhan siswa yang dikaitkan dengan nilai-nilai Imtaq-nya.

Ketiga, faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi guru adalah:

a. Penguasaan materi berbasis Imtaq

b. Pemahaman guru terhadap siswa dikaitkan dengan nilai-nilai Imtaq yang harus

dimiliki siswa

c. Pemahaman dan keterampilan guru dalam menuangkan perencanaan

pembelajaran berbasis Imtaq

d. Penguasaan guru dalam pengelolaan kelas

e. Penguasaan guru terhadap berbagai metode dan media pembelajaran

f. Penguasaan guru dalam merencanakan dan membuat penilaian hasil belajar

siswa

B. Keterbatasan

Peneliti menyadari penelitian ini belum sempurna, sebab walaupun

penelitian ini telah dilakukan secara optimal dengan menekan seminimal mungkin

bias yang terjadi namun faktor kesalahan manusia tidak dapat dihindari.

Ketidaksempumaan penelitian mi nampak dan beberapa hal yaitu:

1. Sikap Responden. Kejujuran, keseriusan dan keterbukaan responden dalarn

mengisi kuesioner dan menjawab soal tidak dapat dihindari bias dan kesalahan

manusiawi. Hal ini disebabkan adanya anggapan dari responden bahwa

kinerjanya sedang dinilai sehingga mereka cenderung menampilkan sisi baik

(42)

112

2. Jumlah subjek penelitian. Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian

hanya benjumlah 30 responden dan ini sangat terbatas. Kendati pun jumlah ini

telah memenuhi persyaratan dalam melakukan penelitian, namun subjek dalam

jumlah kecil tidak bisa memberikan suatu gambaran lengkap tentang kondisi

sebenarnya.

C. Saran

Sejalan dengan temuan dalam penelitian mi, beberapa hal yang

direkomendasikan kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut :

1. Kepada Guru-guru Biologi

Hendaknya dapat lebih aktif meningkatkan kompetensi dalam rangka

pengembangan tenaga kependidikan yang lebih profesional, khususnya dalam

penguasaan materi berbasis Imtaq.

a. Hendaknya menerapkan pola pengajaran pada kelas yang berbeda-beda

untuk memaksimalkan kompetensi yang dimilikinya serta dapat lebih

memahami karakteristik anak didik dikaitkan dengan nilai-nilai Imtaq yang

harus dimilikinya.

b. Dapat memaksimalkan sarana pendidikan yang terdapat di sekolah maupun

di daerah (Balai Diklat Keagamaan, LPMP. MGMP) untuk perbaikan

kualitas pembelajaran.

c. Hendaknya mewaspadai konsepsi-konsepsi yang mereka miliki, dimana

penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu proses refleksi diri.

(43)

113

a. Peningkatan penguasaan materi ajar berbasis Imtaq melalui

kegiatan-kegiatan seminar,pelatihan dan kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai suatu bahan kajian dalam

menetapkan program materi pelatihan dan pengajaran berbasis Imtaq yang

berdasar pada kebutuhan guru di lapangan.

3. Kepada Dinas Pendidikan dan Lembaga terkait

Kualifikasi dan latar belakang pendidikan seorang guru hendaknya

menjadi perhatian pihak Dinas Pendidikan dan lembaga terkait untuk lebih

meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di kabupaten kuningan.

4. Kepala Kanwil Kementrian Agama

Pendidikan seorang guru hendaknya menjadi perhatian pihak kantor

wilayah kementrian agama untuk lebih meningkatkan mutu dan kualitas

pendidikan khususnya di kabupaten kuningan dan umumnya di wilayah kerja

kementrian agama Propinsi Jawa Barat, karena dengan adanya guru yang

sesuai dengan mata pelajarannya dan mempunyai kemampuan dalam imtaq

akan lebih baik dalam memberikan pembelajaran di madrasah.

Penguasaan materi berbasis Imtaq hendaknya menjadi perhatian

bersama, terlebih bagi guru madrasah/guru yang ada dalam pembinaan

departemen Agama. Penguasaan materi berbasis Imtaq akan memberikan

dampak yang baik bagi perkembangan moral siswa di madrasah, selain

kecerdasan Intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spritual dapat

(44)

114

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching

and Assesing. New York : Addison Wesley longman, Inc.

Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Akhwan,M. (2008). Pengembangan Madrasah Sebagai Pendidikan Untuk Semua. Jurnal Pendidikan Islam El Tarbawi. Jogyakarta.

Azizoglu, N., Alkan, M & Geban, O. (2006). Undergraduate Pre-Service

Teachers’ Understanding and Misconception of Phase Equilibrium.

Journal of Chemical Education, 83.(6).947-953.

Berg, v.d.E. (1991). Miskonsepsi Siswa dan Remediasi. Salatiga. Universitas Kristen Satya Wacana.

Budiastra. (2007). Hasil evaluasi sebagai bahan untuk menyusunan

Pembelajaran. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depertemen Pendidikan Republik Indonesia.

Dahar,RW. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta. Erlangga.

Darajat Zakiah, (1995). Metode Khusus Pengajaran Agama slam. Jakarta. Bumi Aksara.

Daryanto. (2001). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta

Depag….., (1989). Al Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya. Mahkota.

Depag….., (1995). Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta. Departemen Agama Repubrik Indonesia.

Darajat. (1995). Pembinaan Akhlak Siswa-siswi Madrasah, Jurusan Pendidikan

Agama. Islam Fakultas tarbiyah UIN Sunan kalijaga. Yogyakarta.

Djahiri, A. Kosasih. (1995). Dasar-dasar Umum Metodologi dan Pengajaran

Nilai-Moral PVCT. Bandung: Laboratorium Pengajaran PMP IKIP

(45)

115

Fitriyani. (2007). Peningkatan Kualitas Pembelajaran MIPA pada Pendidikan

Khusus dalam Asian Physics Symposium (APS). Bandung

Furhan, A.(2005). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hamalik,O. (2000). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hasan, S. et al. (1999). Misconception and the Certainty of Response Index (CRI).

Journal Physics Education, 34(5):294-299.

Hasan Langgulung.(1998). Strategi Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan

Kualitas Sumber Daya .Bandung: Grafindo Media Pratama.

Harahap, B.(1983). Supervisi Pendidikan Yang Dilaksanakan Oleh Guru, Kepala

Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta. Damai Jaya.

Husni Rahim.(2007). Belajar tiada henti : Karakteristik Madrasah

http://husnirahim.blogspot.com/2007/12/karakteristik-madrasah-husni-rahim.html

Ibayati.(2000).Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Univ. Pendidikan Indonesia.

Bandung

Idris, Z. (1981). Dasar-dasar Kependidikan. Padang : Angkasa Raya.

Kam-Wah & Lee, L. (1999). A.Comparison of University Lecturers’ and

Perservice Teachers Understanding af a Chemical Reaction at the Particulat Level. Journal of Chemical Education, 76 (7).1008-1012.

Kikas, E. (2004). Teachers Conception and Misconception Concerning Three

Natural Phenomena. Journal of Reseeach in Science

Teaching.41(5).432-448.

Kurniawati, L (2000). Konsepsi Siswa Madrasah Aliyah Tentang Sistem

Reproduksi Manusia. Tesis. PPS UPI Bandung.

Kruse dan Reohrig. (2005). Kontrol Mutu Hasil

(46)

116

Kwen (2006). COOPERATIVE LEARNING: Studi Deskriptif pada Mata Kuliah

Strategi Belajar Mengajar di Jurusan PMPKN.UPI. Bandung

Maemunah, S & Lewin, K.M. (1993). Insight Into Science Education : Planning andPolicy Priorities In Malaysia. Laporan Kajian Bersama Kemetrian

Pendidikan Malaysia dan Internasional Institute for Educational Planning, UNESCO.Paris: IIPP’s Printshop.

Makmun, SA. (1999). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran

Modul. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Muammer, C. & Alipasa, A. (2005). A Comparison of Level of Understanding of Eight-Grade Students and Science Student Teachers Related to Selected Chemistr Concepts. Journal of Research in Science Teaching, 42. (6). 638-667.

Muhibbin Syah, (1999). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Nurhasanah. (1993).Makalah Hasil Penelitian dalam Karya Ilmiah Pada Guru

Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta.

Purnamasari, (2001). Identifikasi Kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMU Kelas III Pada Konsep Sel Serta Pengaruhnya Terhadap Pemahaman Siswa. Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Redjeki, S. (2006). Tuntutan Profesionalisme Guru Sains Berkaitan dengan

Pemberlakuan Kurikulum 2006. Makalah diseminarkan pada Seminar

Nasional Pendidikan IPA III. SPS UPI. Bandung.

Rustaman, N.Y. & Widodo, A. (2001). Konsepsi Calon Guru Biologi Tentang IPA, Belajar dan Mengajar. Jurnal Pengajaran MIPA. FPMIPA-UPI

Sanusi, A.(1999). Pemikiran Ulang Mengembangkan Pendidikan Nilai

berdasarkan Imtaq. Makalah Sosialisasi Kurikulum 1994 untuk Kepala

Madrasah se Jawa Barat. FKIP UNINUS. Maret 1999.

Sitompul,A. (2007). Kompetensi Guru Biologi Sekolah Menengah Atas Dalam

(47)

117

Suderajat, H. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung : CV. Cipta Cekas Grafika.

Sudjana, Nana dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sukmadinata, N.Sy. (1997). Pengembagan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung. Rosdakarya.

Sunaryo. (2006). Penelitian dan Pengembangan serta Menerapkan Hasil

Pembelajaran. Bandung. Angkasa

Suryadi, A & Mulyana, W. (1993). Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan dan

Pembinaan Kemampuan Profesional Guru. Jakarta : Cardimas Metropole.

Sutisna,O.(1985). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis Untuk Praktek

Profesional. Bandung: Angkasa.

Shulman. (1987).Pendekatan Expertise dlm Bantek.Pusat Kurikulum - Balitbang

Depdiknas / www.puskur.net.

Tafsir, A. (1999b). Pengembangan Wawasan Pendidikan Agama Islam di

Madrasah Aliyah. Makalah disampaikan pada Workshop dan Sosialisasi

Kurikulum Madrasah Aliyah 1994 Bagi Kepala Madrasah di Jawa Barat. Tanggal 20 Maret 1999.

Tilaar. 2004. Pradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tn (1998). Menuju Sains Prenatal : Majalah Inovasi Edukatif. Volume VI.1998.

Wahyudi. (2002). Tinjauan Aspek Budaya pada Pembelajaran IPA : Pentingnya

kurikulum IPA Berbasis Kebudayaan Lokal. Tersedia : http//www.depdiknas.go.id/jurnal/43/wahyudi.html

Wallace, J.D & Mintzes, J.J. (1990). The Concept Map As A Research Tool: Exploring Coceptual In Biology. Journal of Research In Science. 27 (10): 1033-1052

Wardiman D., (1995). Nilai-nilai Agama dalam Pendidikan; Tinjauan

Implementasi Inovasi Edukatif. Majalah Mahasiswa IKIP Bandung. Edisi

(48)

118

Widodo, A (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI.

Yudianto, S.A. (2006). Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung: Mughni Sejahtera.

Yudianto, S.A. (2009). Dimensi Pendidikan Nilai Dalam Model-model Sains –

Biologi Untuk Pembelajaran Manusia. Jurusan Pendidikan Biologi

Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Yudianto, S.A.,Y. Saeful Hidayat dan Dwi Kustianti (1998). Biologi Bernuansa

Islam Dengan Pendekatan Keterampilan Proses. Buku Pegangan Guru

Gambar

Tabel 3.1. Profil MTs di Propinsi Jawa Barat tahun 2008
Tabel 3.2. Rekapitulasi Data dilihat dari Status Guru dan Masa Kerja
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Objektif Sebelum Uji Validasi dan Uji Reliabitas
Tabel 3.4.  Kisi-kisi Soal Tes Objektif Hasil Uji Validasi dan Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

205 Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian yaitu untuk menguji kontribusi pembelajaran dengan pendekatan guided discovery learning dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antiinflamasi infusa daun sirih pada tikus putih jantan secara oral. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran soal-soal pada buku teks matematika SMP kelas VII ditinjau dari aspek kognitif..

Musthofa Bisri, “AL-BISRI KAMUS INDONESIA - ARAB”, cet.1 Pustaka

Berdasarkan paradigma standar program stokastik dua tahap, variabel keputusan dari sebuah problema optimasi oleh ketidakpastian dibagi menjadi dua himpunan, yaitu

Iya mbak, untuk tahfidz Al-Qur’an ini dilaksanakan setiap hari setelah mengaji Yanbu’a, yakni sekitar pukul 08.30-09.30 wib. Kegiatan tahfidz ini dibimbing oleh 1

kaki diabetik yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2014-2015.. 1.2

Matahari terbit sekitar pukul 5 pagi. Matahari tampak terbit di timur saat fajar. Matahari mula-mula tampak sebagian, akhirnya matahari tampak seluruhnya membentuk