PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH,
BUDAYA ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, DAN
MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU
SMK NEGERI DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
MUHAMMAD ARDANSYAH NIM. 8106132039
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH,
BUDAYA ORGANISASI, KEPUASAN KERJA, DAN
MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU
SMK NEGERI DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
MUHAMMAD ARDANSYAH NIM. 8106132039
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRACT
MUHAMMAD ARDANSYAH. NIM. 8106132039.Effect of Principal Leadership, Organizational Culture, Job Satisfaction and Work Motivation to Performance SMK Teachers in Medan.Thesis. Graduate Program in Medan State University.
ii ABSTRAK
MUHAMMAD ARDANSYAH. NIM. 8106132039. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru Guru SMK Negeri di Kota Medan. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis kelapangan waktu dan kemampuan berpikir sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik, dan tak lupa selawat beriringkan salam kepada Nabi Muhammad SAW semoga kita mendapatkan safaatnya diyaumil mahsyar kelak. Amin ya robbal alamin.
Tesis ini disusun untuk melengkapi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan di Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Dalam tesis ini penulis dibimbing oleh dosen pembimbing memilih judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja, dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Medan”.
Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak mengalami hambatan dan rintangan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penyelesaiannya yang kesemuanya itu disebabkan minimnya pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian dan
penulisan karya ilmiah. Namun demikian, berkat bantuan dan bimbingan dari Dosen Pembimbing: Bapak Prof. Dr. Zainuddin, M.Pd. dan Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd.,
serta saran dan masukan dari Narasumber: Bapak Prof. Dr. Harun Sitompul, M.Pd., Prof. Dr. Sumarno, M.Pd., dan Dr. Saut Purba, M.Pd., penulis dapat menyelesaikan tesis ini sesempurna mungkin.
Pada kesempatan yang baik ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. Syaiful Sagala, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Administrasi
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
iv
4. Para Dosen Pengajar Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman belajar kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.
5. Bang Chan, Munzhir, dan staf adminsitrasi Pascasarjana Universitas Negeri Medan lainnya atas bantuan administrasi kepada penulis selama mengikuti perkuliahan S2.
6. Teristimewa kepada ayahanda Achmad Gurning, ibunda Nur Azimah Nasution, dan mertua Alm. Chaidir Lubis dan Hj. Asniah Pulungan atas do’anya, didikan, dan bantuan moril/ materil selama penulis mengikuti perkuliahan S2.
7. Teristimewa isteri tercinta Fauziah Noor Lubis, dan kedua anak kami Nayla Ardana dan Muhammad Hafizh Ardana, atas do’a dan dukungan sepenuhnya mulai penulis selesai kuliah.
8. Saudara-saudaraku: Rita/Arman, M. Syafi’i, M. Erwin, Misnawati/Herman, M. Irsan/Uli, M. Zulham Effendi, Fitriyani, serta ponakanku: Mira/Heri, Desi, Putri, Nabila, Keisya, dan Nazwa.
9. Rekan-rekan mahasiswa S2 Prodi Adminsitrasi Pendidikan Angkatan XIX kelas
B: Asrul, Zelfriyan, Zulkifli, Ratna, Yetti, Mariana, Juhum, Jumakir, Mael, Indra, Mariatik, Antalilis, Samsuddin, Debora, Baruddin, Posma, Artaida, Muara, Edison, Tio, Kumala, Hendrianto, Bakhtiar. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya kepada penulis selama perkuliahan.
Untuk semua itu penulis mendo’akan, semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada Bapak/Ibu dan Saudara/i. Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini memberikan manfaat bagi peningkatan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.
Medan, Februari 2013 Penulis
v
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 12
C. Pembatasan Masalah ... 13
D. Perumusan Masalah ... 13
E. Tujuan Penelitian ... 14
F. Manfaat Penelitian ... 15
BAB II. KERANGKA TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 17
A. Kerangka Teoritis ... 17
1. Kinerja Guru ... 17
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 25
3. Budaya Organisasi ... 31
4. Kepuasan Kerja... 36
5. Motivasi Kerja ... 41
6. Penelitian yang Relevan ... 47
B. Kerangka Konseptual... 50
1. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kepuasan Kerja... 50
2. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja ... 51
3. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Motivasi Kerja ... 51
4. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Motivasi Kerja ... 52
5. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru ... 53
6. Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru ... 54
7. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Guru... 55
8. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru ... 55
vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 58
A. Tempat dan Waktu Penelitian... 58
B. Metode Penelitian ... 58
C. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian... 58
D. Populasi dan Sampel ... 60
E. Teknik Pengumpulan Data... 63
F. Teknik Analisis Data Penelitian ... 76
G. Hipotesis Statistik ... 82
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 84
A. Deskripsi Data Penelitian... 84
B. Identifikasi Tingkat Kecenderungan Variabel Penelitian ... 91
C. Uji Persyaratan Analisis... 94
1. Uji Kelinieran dan Keberartian Regresi ... 94
2. Uji Normalitas Variabel Penelitian ... 110
3. Uji Homogenitas ... 112
4. Uji Korelasi Antar Variabel ... 114
D. Uji Hipotesis Penelitian ... 119
E. Pembahasan Penelitian ... 127
F. Keterbatasan Penelitian... 136
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 138
A. Kesimpulan ... 138
B. Implikasi ... 139
C. Saran ... 146
vii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
3.1 Populasi Penelitian... 61
3.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 63
3.3 Kisi-kisi Instrumen Angket Kinerja Guru ... 65
3.4 Kisi-kisi Instrumen Angket Kepemimpinan Kepala Sekolah... 66
3.5 Kisi-kisi Instrumen Angket Budaya Organisasi ... 67
3.6 Kisi-kisi Instrumen Angket Kepuasan Kerja ... 68
3.7 Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Kerja ... 68
4.1 Distribusi Frekuensi Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 84
4.2 Distribusi Frekuensi Skor Budaya Organisasi ... 86
4.3 Distribusi Frekuensi Skor Kepuasan Kerja ... 87
4.4 Distribusi Frekuensi Skor Motivasi Kerja ... 88
4.5 Distribusi Frekuensi Skor Kinerja Guru ... 90
4.6 Tingkat Kecenderungan Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 91
4.7 Tingkat Kecenderungan Variabel Budaya Organisasi... 92
4.8 Tingkat Kecenderungan Variabel Kepuasan Kerja ... 92
4.9 Tingkat Kecenderungan Variabel Motivasi Kerja ... 93
4.10 Tingkat Kecenderungan Variabel Kinerja Guru... 94
4.11 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X3Atas X1... 95
4.12 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X3Atas X2... 97
4.13 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4Atas X1... 99
4.14 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X4Atas X2... 101
4.15 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X5Atas X1... 103
4.16 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X5Atas X2... 105
4.17 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X5Atas X3... 107
4.18 Ringkasan Analisis Varians Untuk Persamaan X5Atas X4... 109
4.19 Ringkasan Hasil Analisis Normalitas Setiap Variabel Penelitian ... 111
4.20 Ringkasan Hasil Analisis Homogenitas Setiap Variabel Penelitian... 112
4.21 Rangkuman Hasil Analisis Keberartian Koefisien Jalur antara Variabel Eksogenus dengan Variabel Endogenus ... 120
4.22 Hasil Perhitungan Pengaruh Langsung Terhadap Variabel Kepuasan Kerja ... 123
4.23 Hasil Perhitungan Pengaruh Langsung Terhadap Variabel Kepuasan Kerja ... 124
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
2.1 Diagram Kinerja Menurut Teori Colquitt... 18
2.2 Paradigma Penelitian ... 57
3.1 Penentuan Jumlah Sampel ... 62
3.2 Kerangka Hubungan Kausal Penelitian ... 81
4.1 Histogram Skor Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 85
4.2 Histogram Skor Budaya Organisasi ... 86
4.3 Histogram Skor Kepuasan Kerja ... 88
4.4 Histogram Skor Motivasi Kerja... 89
4.5 Histogram Skor Kinerja Guru... 90
4.6 Gambar Regresi Linier Sederhana antara X1dengan X3... 96
4.7 Gambar Regresi Linier Sederhana antara X2dengan X3... 98
4.8 Gambar Regresi Linier Sederhana antara X1dengan X4... 100
4.9 Gambar Regresi Linier Sederhana antara X2dengan X4... 102
4.10 Gambar Regresi Linier Sederhana antara X1dengan X5... 104
4.11 Gambar Regresi Linier Sederhana antara X2dengan X5... 106
4.12 Gambar Regresi Linier Sederhana antara X3dengan X5... 108
4.13 Gambar Regresi Linier Sederhana antara X4dengan X5... 110
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang
amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena
pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju
pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama
berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Pendidikan
merupakan unsur terpenting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak
ada satu bangsa atau negara yang bisa maju tanpa terlebih dahulu memajukan
dunia pendidikan. Kemajuan dunia pendidikan akan berdampak positif dalam
upaya peningkatan sumber daya manusia. Mulyasa (2011:3) mengemukakan:
Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu. Pendidikan berurusan langsung dengan pembentukan manusianya. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya.
Dari uraian di atas, dapat ditarik benang merah bahwa salah satu upaya
meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia pendidiknya, dalam hal ini guru. Sehubungan dengan
mutu guru dan lulusan sekolah, banyak media massa mulai mengkritik
ketimpangan berkaitan dengan pendidikan terutama menyangkut tingkat
pengangguran dari berbagai lulusan sekolah menengah dikarenakan mutu
2
Pada Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas) tahun 2004 – 2009, salah satu target yang telah dicapai dalam
jenjang pendidikan menengah adalah reposisi rasio Sekolah Menengah Atas
(SMA) terhadap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Di tahun 2009, rasio
jumlah unit sekolah dan siswa SMA:SMK menjadi 40:60, sedang pada tahun
2015 rasio SMA:SMK ditargetkan menjadi 30:70. Hal ini dimaksudkan untuk
mendorong lulusan pendidikan agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar
kerja.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 15 menjabarkan tujuan
pendidikan kejuruan yaitu mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu, maka pengembangan SMK harus selalu
mengacu pada kebutuhan pasar kerja. Pengembangan SMK bukan sekedar
pada memperbesar jumlah unit SMK dan jumlah siswa, tetapi bagaimana
menciptakan lulusan SMK yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
sesuai program studinya. Sejalan dengan itu, Schippers dan Ratriana
(1994:19) menyatakan tujuan pendidikan kejuruan adalah membekali siswa
agar memiliki kompetensi perilaku dalam bidang kejuruan tertentu sehingga
yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki kinerja) demi masa depan dan
untuk kesejahteraan bangsa. Untuk itu siswa harus dibekali pengetahuan dan
keterampilan praktis. Sudah menjadi masalah klasik bagi dunia pendidikan
SMK di Indonesia pada umumnya, bahwa link and match antara lulusan
pendidikan SMK dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) sebagai
pengguna lulusan pendidikan SMK belum tercapai. Salah satu masalahnya
terletak pada kualitas lulusan SMK yang belum sesuai dengan standar
3
Pada tahun 2012, di Medan terdapat 200 unit SMA (Negeri dan
Swasta), dengan jumlah siswa 62.290 orang. Sementara jumlah SMK (Swasta
dan Negeri) ada 134 unit, dengan jumlah siswa 41.769 orang. Sehingga jika
mengacu pada Renstra Depdiknas 2004-2009, maka pada tahun 2010 rasio
jumlah sekolah/siswa SMA dan SMK sudah mencapai target SMA 60% dan
SMK 40%. Diharapkan melalui pengembangan SMK, tingkat pengangguran
dapat ditekan. Karena berbeda dengan pendidikan SMA, pendidikan SMK
didasarkan pada kurikulum yang membekali lulusannya dengan keterampilan
tertentu untuk mengisi lapangan kerja atau membuka lapangan usaha sesuai
program studi yang ditekuninya.
Pelaksanaan pembelajaran di SMK adalah realisasi pembelajaran
program produktif yang ditekankan pada penguasaan dasar-dasar keahlian
yang luas, kuat serta penguasaan alat dan teknik bekerja yang tepat dengan
alokasi untuk pembelajaran mata diklat produktif adalah 30% teori dan 70%
praktek di lapangan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru, karena
mereka harus memahami aspek teoretis dan praktis mengenai apa yang
dibutuhkan di masyarakat, sekaligus dituntut kemampuan personal untuk
bekerjasama dengan pihak-pihak terkait dengan dunia usaha/ industri. Guru
adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan di dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar dan guru memegang posisi yang sangat strategis
dalam upaya menciptakan lulusan yang profesional dan berkualitas sehingga
dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang profesional.
Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya komponen yang
mendukung yakni kinerja guru yang profesional. Kinerja guru merupakan
4
terhadap semua sumber daya pendidikan yang ada. Berbagai sumber daya
pendidikan seperti, sarana dan prasarana, biaya, teknologi, dan informasi
dapat berfungsi dengan baik apabila guru memiliki kemampuan yang baik
dalam menggunakan semua sumber daya yang ada.
Peran serta guru dalam pendidikan sebagaimana tertuang dalam
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 bahwa: “Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”. Dalam upaya menciptakan guru yang profesional di
bidangnya, pemerintah telah melakukan program sertifikasi guru mulai tahun
2008. Dengan program sertifikasi, pemerintah mengharapkan akan hadir
guru-guru yang profesional yang dapat menciptakan peserta didik yang handal di
bidangnya.
Berbicara tentang guru profesional, saat ini Pemerintah Kota Medan
memiliki 29.493 guru yang tersebar di sekolah-sekolah negeri dan swasta,
dengan 3.998 orang di antaranya guru bersertifikasi. Dari jumlah tersebut 760
orang merupakan guru SMK Negeri di kota Medan. Guru profesional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal (Usman, 2005:15). Sedangkan menurut Rice dan
Bishoprick dalam Bafadal (2003:5), guru profesional adalah guru yang
mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
5
kompetensi intelektul, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi
sosial dan kompetensi spiritual (Tilaar, 2002:338).
Syaukani (2002:51) mengemukakan secara ideal guru yang diharapkan
adalah guru yang memiliki keberdayaan untuk mampu mewujudkan kinerja
dalam melaksanakan fungsi dan perannya secara profesional. Perwujudan
tersebut terutama tercermin melalui kinerjanya dalam mengajar, hubungan
dengan siswa, hubungan dengan sesama guru, hubungan dengan pihak lain,
sikap dan keterampilan profesionalnya. Hikman dalam Husaini (2009:487)
menyatakan kinerja selalu merupakan tanda keberhasilan suatu organisasi dan
orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bila yang dimaksud adalah
kinerja guru dalam mengajar, maka kinerja itu tampak pada hasil kerja guru
yang terefleksi dalam cara merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses
belajar mengajar (PBM) yang intensitasnya dilandasi etos kerja, serta disiplin
professional guru dalam proses pembelajaran (Whitmore dalam Uno,
2009:86).
Kualitas pendidikan akan terwujud jika proses belajar mengajar di kelas
berlangsung dengan baik, dalam arti guru yang melaksanakan proses belajar
mengajar telah melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran sampai evaluasi pembelajaran secara terpadu. Akan tetapi
harapan akan guru berkualitas masih jauh dari keinginan masyarakat. Kepala
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan
Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Syawal
Gultom menyatakan: “Uji kompetensi guru bertujuan untuk pemetaan
kompetensi dan sebagai titik awal penilaian kinerja guru. Secara nasional,
6
SMK 50,02, dan pengawas 32,58” (Koran Kompas, Kamis 26 Juli 2012
Halaman 12). Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru belum
optimal baik guru bersertifikat maupun yang belum bersertifikat. Hal ini
membuktikan persoalan kinerja guru tetap harus mendapat perhatian yang
serius dari pemerintah baik daerah maupun nasional.
Mengenai kualitas guru di kota Medan, Kepala Dinas Pendidikan Kota
Medan, Dr. M. Rajab Lubis, MS. mengemukakan bahwa memiliki sertifikasi
belum bisa menjamin guru memiliki kompetensi sebagai pendidik yang baik,
yang dibuktikan dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% sekolah memiliki
guru yang kompetensinya kurang (Tribun Kamis tanggal 26 Januari 2012
Halaman 9). Dari hasil ini, Dinas Pendidikan Kota Medan berencana
melakukan evaluasi untuk membuktikan sejauhmana tenaga pendidik
menguasai praktek mengajar dan mendidik yang baik dan benar.
Berdasarkan informasi dari pengawas SMK kota Medan, diperoleh
informasi tentang kinerja guru SMK Negeri di kota Medan. Beberapa
informasi itu merujuk kepada kurangnya kinerja guru di sekolah, di antaranya:
(1) Masih banyak guru yang belum dapat menciptakan kondisi belajar yang
baik di dalam kelas, sehingga siswa terlihat kurang aktif dalam pembelajaran.
Dari 20 guru yang diamati, pengawas melihat bahwa hanya 5 orang guru yang
mampu membangun kondisi belajar yang kondusif/ mendukung pembelajaran
di kelas, selebihnya langsung memberikan materi tanpa berusaha menciptakan
kondisi belajar yang mendukung pembelajaran; (2) Banyak guru yang hanya
menggunakan metode ceramah dan mencatat di depan kelas. Dari 20 orang
yang diamati hanya 8 yang terlihat melakukan metode bervariasi serta
7
tidak ada dari 20 orang guru yang diamati yang melakukan umpan balik
terhadap hasil tugas rumah yang telah diselesaikan siswa. Guru hanya
memeriksa lalu memberikan nilai tanpa bertanya dan menjelaskan kelemahan
siswa dalam menyelesaikan tugas rumahnya. Kondisi ini mengindikasikan
guru tidak bekerja dengan baik dalam pembelajaran di kelas.
Sehubungan dengan hal di atas, perlu dilakukan perbaikan dalam upaya
meningkatkan kinerja guru di sekolah. Salah satunya dengan mengkaji
berbagai faktor yang dimungkinkan mempengaruhi kinerja guru di sekolah.
Banyak teori yang mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
guru di sekolah, salah satunya teori yang dikemukakan Colquitt, dkk
(2009:27) :
A number of factors affect performance and commitment, including individual mechanisms (job satisfaction, stress, motivation, trust, justice and etics, learning and decision making), individual characteristics (personality and cultures values, ability), group mechanisms (team characteristics, team processes, leader power and influence, leader style and behaviours), and organizational mechanisms (organizational structure, organizational culture).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sejumlah faktor yang
mempengaruhi kinerja adalah mekanisme individual (motivasi kerja, stres,
motivasi, kepercayaan, keadilan dan etika, pembelajaran dan pengambilan
keputusan); karakteristik individu (kepribadian dan nilai-nilai budaya,
kemampuan); kelompok mekanisme (tim karakteristik, tim proses, kekuasaaan
dan pengaruh pemimpin, gaya kepemimpinan dan perilaku); dan mekanisme
organisasi (struktur organisasi, iklim kerja). Didasarkan pada teori ini, kinerja
(job performance) dapat ditentukan oleh faktor kepuasan kerja (job
8
istilah kinerja juga dikenal sebagai human output yang bisa diukur melalui:
productivity,absence, turnover,citizhenship, dan satisfaction. Berarti apabila
tingkat produksi, tingkat absensi, tingkat loyalitas, dan tingkat kepuasan tinggi
maka dapat dijadikan penilaian bahwa kinerja seorang karyawan bisa baik
atau bahkan sebaliknya.
Peningkatkan kinerja guru dapat dilakukan dengan meningkatkan
kepuasan kerja pada guru. Sering kali kita temui di sekolah, guru-guru
berkumpul membahas perlakuan administrasi sekolah yang tidak sesuai
keinginan mereka, yang menyebabkan para guru kecewa. Beberapa orang guru
yang peneliti temui pada observasi awal, sering mengeluhkan perlakuan pihak
sekolah yang tidak mengenakan. Sekolah terkesan memerlukan guru pada saat
mengajar di kelas, di luar dari itu para guru sering diindahkan. Banyak
kegiatan sekolah yang memiliki anggaran diberikan kepada beberapa orang
guru yang dinilai loyal kepada kepala sekolah, sedang bagi guru lain tidak
diikutsertakan. Hasil penelitian yang dipaparkan Djumadi (2006) dan Tobing
(2009) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja mempengaruhi kinerja
seseorang. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat
meningkatkan kinerja seseorang dalam bekerja. Gibson, dkk (2000:150)
menyatakan kepuasan kerja adalah suatu sikap positif dan juga bisa negatif
yang dipunyai individu terhadap berbagai segi pekerjaan, tempat kerja dan
hubungan dengan teman sekerja. Secara umum orang menyatakan puas
bekerja apabila ia senang melakukan pekerjaan yang dihadapi dan
dilaksanakan setiap hari. Menurut Handoko (1997:193) kepuasan kerja adalah
9
mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Dengan demikian, guru
yang memiliki kepuasan dalam bekerja akan meningkat kinerjanya.
Peningkatan kinerja guru juga dipengaruhi oleh motivasi yang ada pada
guru tersebut. Motivasi seorang guru akan terwujud pada perilaku yang
diarahkan pada pencapaian tujuannya dalam bekerja. Keinginan guru untuk
bekerja dengan baik di sekolah memberikan pencapaian hasil kerja yang
maksimal. Pada beberapa SMK Negeri di Kota Medan, peneliti menemukan
kenyataan bahwa guru masih sering berkumpul di ruang guru saat pelajaran
masih berlangsung. Kebiasaan ini dibenarkan beberapa PKS Kurikulum yang
menyatakan bahwa guru berkumpul setelah memberikan bahan catatan di
kelas, ketika ditegur guru beralasan mencari bahan yang tertinggal di meja
kerjanya. Hal lain yang diinformasikan kepada peneliti, guru kurang
bersemangat dalam mengajar, baik guru PNS maupun honorer dikarenakan
beberapa hal, seperti: fasilitas belajar yang masih terbatas, tidak ada teguran
bagi guru yang malas, dan sebagainya. Hasil penelitian Samson (2006) dan
Siwantara (2009) menyatakan bahwa motivasi kerja mempengaruhi kinerja
seseorang. Winardi (2002:6) mengemukakan motivasi kerja adalah suatu
kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang manusia, yang dapat
dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar
imbalan moneter, dan imbalan non moneter yang dapat mempengaruhi hasil
kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal mana tergantung pada situasi
dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Dengan demikian
motivasi kerja dapat mempengaruhi peningkatkan kinerja guru.
Dalam lingkungan sekolah, pelaksanaan mengajar guru tidak terlepas
10
pemimpin harus dapat mengarahkan dan membimbing setiap guru untuk
bekerja dengan baik. Seringnya kepala sekolah meninggalkan sekolah dengan
alasan ke Dinas Pendidikan, mengikuti pelatihan/workshop, dan sebagainya
dapat memberikan hasil negatif bagi kinerja guru-gurunya di sekolah. Selain
itu, masih ada terjadi seorang kepala sekolah terlihat kejam dan angkuh dalam
memberikan tugas kepada guru tanpa melihat guru tersebut senang atau tidak.
Hasil penelitian Carudin (2011), Irawati dan Bambang (2010) memberikan
gambaran bahwa kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh yang
positif terhadap peningkatan kinerja guru. Selain itu hasil penelitian
Yogaswara (2010) menyimpulkan bahwa aplikasi kepemimpinan perlu
penyesuaian dengan kondisi kemampuan dan kemauan bawahan. Artinya,
apabila guru telah mampu dan mau bekerja dalam penyelesaian tugas secara
efektif maka disarankan kepemimpinan yang diperlukan adalah
mempertahankan orientasi tugas dan memperbesar orientasi hubungan. Dari
hasil penelitian di atas, jelas terlihat bahwa kinerja guru sangat dipengaruhi
oleh kepemimpinan kepala sekolah. Sagala (2009:172) mengemukakan sifat
kepemimpinan kepala sekolah terhadap usaha pengajaran membawa pengaruh
positif dan negatif terhadap guru, konselor, dan profesi kependidikan lainnya.
Berbagai upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah selaku pimpinan adalah
dengan memberikan dukungan (motivasi) dan meningkatkan kepuasan guru
dalam bekerja. Dengan memberikan dukungan, guru akan merasa setiap
tugasnya menjadi penting dan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Hal
ini menggambarkan bahwa kinerja guru erat sekali kaitannya dengan tanggung
11
Dalam melaksanakan tugasnya di sekolah, guru selalu berinterasi
dengan seluruh civitas sekolah. Sudah menjadi pemandangan umum guru
harus mengikut tradisi yang ada di sekolah, baik dalam bergaul maupun
bekerja (mengajar di kelas). Informasi yang diberikan pengawas SMK
sehubungan dengan kondisi ini, banyak kelalaian yang dikerjakan guru
(seperti: terus berbicara dengan rekan guru walaupun waktu sudah masuk,
mampir sebentar di kantin sekolah saat mengajar, berbicara dengan guru lain
di luar kelas) sudah menjadi budaya sekolah tersebut. Hal ini mengindikasikan
kinerja guru sulit untuk dimaksimalkan bila budaya di sekolah tersebut tidak
mendukung atau mencerminkan sebagai organisasi tempat belajar. Hasil
penelitian yang dilakukan Brahmasari (2009) dan Widodo (2011)
mengemukakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi kinerja guru.
Dengan demikian budaya organisasi dapat meningkatkan kinerja guru di
sekolah. McShane dan Von Glinow (2008:460) mengatakan budaya organisasi
yang kuat memiliki potensi meningkatkan kinerja, dan sebaliknya bila budaya
organisasinya lemah mengakibatkan kinerja menurun. Budaya organisasi
adalah sistem makna dan keyakinan bersama yang dianut oleh para anggota
organisasi yang menentukan, sebagian besar, bagaimana karyawan bersikap.
Budaya juga menyangkut bagaimana anggota itu mempersepsikan organisasi
tersebut, bukan menyangkut apakah mereka menyukainya (Robbins, 2003:62).
Dari uraian di atas dapat dipahami banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja guru untuk dapat bekerja sesuai tuntutan tugasnya di
sekolah. Dalam kesempatan ini, peneliti merasa penting untuk mengkaji
12
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap Kepuasan
Kerja, Motivasi Kerja, dan Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Medan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru, di antaranya:
kepemimpinan kepala sekolah, supervisi kepala sekolah, budaya organisasi,
kepribadian guru, kemampuan mengajar guru, loyalitas guru, kepuasan kerja,
dan motivasi kerja guru.
Oleh sebab itu perlu dipertanyakan hal-hal berikut: kepemimpinan
kepala sekolah berpengaruh terhadap kinerja guru; kepemimpinan kepala
sekolah berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru; kepemimpinan kepala
sekolah berpengaruh terhadap motivasi kerja guru; supervisi kepala sekolah
berpengaruh terhadap kinerja guru; supervisi kepala sekolah berpengaruh
terhadap kepuasan kerja guru; supervisi kepala sekolah berpengaruh terhadap
motivasi kerja guru; budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja guru;
budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru; budaya
organisasi berpengaruh terhadap motivasi kerja guru; kepribadian guru
berpengaruh terhadap kinerja guru; kepribadian guru berpengaruh terhadap
kepuasan kerja guru; kepribadian guru berpengaruh terhadap motivasi kerja
guru; kemampuan mengajar guru berpengaruh terhadap kinerja guru;
kemampuan mengajar guru berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru;
kemampuan mengajar guru berpengaruh terhadap motivasi kerja guru;
loyalitas guru berpengaruh terhadap kinerja guru; loyalitas guru berpengaruh
13
kerja guru; kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja guru; dan motivasi
kerja berpengaruh terhadap kinerja guru.
C. Pembatasan Masalah
Kinerja guru dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, namun dalam
penelitian ini dibatasi hanya pada kepemimpinan kepala sekolah dan budaya
kerja terhadap kepuasan kerja, motivasi kerja, dan kinerja guru SMK Negeri
di Kota Medan. SMK Negeri di Kota Medan yang dimaksud adalah SMK
Negeri Program Keahlian Teknologi dan Rekayasa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kepuasan kerja guru SMK Negeri di Kota Medan?
2. Apakah terdapat pengaruh langsung budaya kerja terhadap kepuasan kerja
guru SMK Negeri di Kota Medan?
3. Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan kepala sekolah
terhadap motivasi kerja guru SMK Negeri di Kota Medan?
4. Apakah terdapat pengaruh langsung budaya kerja terhadap motivasi kerja
guru SMK Negeri di Kota Medan?
5. Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan kepala sekolah
terhadap kinerja guru SMK Negeri di Kota Medan?
6. Apakah terdapat pengaruh langsung budaya kerja terhadap kinerja guru
14
7. Apakah terdapat pengaruh langsung kepuasan kerja terhadap kinerja guru
SMK Negeri di Kota Medan?
8. Apakah terdapat pengaruh langsung motivasi kerja terhadap kinerja guru
SMK Negeri di Kota Medan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh langsung kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja
guru SMK Negeri di Kota Medan.
2. Pengaruh langsung budaya kerja terhadap kepuasan kerja guru SMK
Negeri di Kota Medan.
3. Pengaruh langsung kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja
guru SMK Negeri di Kota Medan.
4. Pengaruh langsung budaya kerja terhadap motivasi kerja guru SMK
Negeri di Kota Medan.
5. Pengaruh langsung kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
SMK Negeri di Kota Medan.
6. Pengaruh langsung budaya kerja terhadap kinerja guru SMK Negeri di
Kota Medan.
7. Pengaruh langsung kepuasan kerja terhadap kinerja guru SMK Negeri di
Kota Medan.
8. Pengaruh langsung motivasi kerja terhadap kinerja guru SMK Negeri di
15
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoretis dalam penelitian ini adalah dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan atau mengembangkan wawasan baru dalam
peningkatan kinerja guru dan sebagai masukan atau informasi bagi instansi
dalam peningkatan kepemimpinan kepala sekolah, budaya kerja, kepuasan
kerja, dan motivasi kerja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dinas Pendidikan
1) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kinerja guru SMK
Negeri di Kota Medan.
2) Sebagai bahan masukan dalam upaya terus meningkatkan peran
kepemimpinan kepala sekolah, budaya organisasi, kepuasan kerja
dan motivasi kerja untuk mendukung kinerja guru di sekolah.
b. Bagi Kepala Sekolah
1) Sebagai bahan masukan dalam mendukung dan meningkatkan
budaya organisasi, kepuasan kerja, dan motivasi kerja dalam
peningkatan kinerja guru.
2) Sebagai bahan masukan dalam upaya meningkatkan peran
kepemimpinannya sebagai kepala sekolah.
c. Bagi Guru
1) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kinerja guru dalam
16
2) Sebagai bahan masukan dalam melihat pengaruh faktor
kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja terhadap kepuasan
kerja dan motivasi kerja dalam upaya peningkatan kinerja guru.
d. Bagi Peneliti Lain
Sebagai referensi untuk penelitian ke depan yang relevan di kemudian
138 BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka
dapat disimpulkan:
1. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung positif terhadap
kepuasan kerja pada SMK Negeri di Kota Medan, artinya semakin baik
kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik juga kepuasan kerja
pada SMK Negeri di Kota Medan.
2. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kepuasan kerja
pada SMK Negeri di Kota Medan, artinya semakin baik budaya
organisasi maka semakin baik juga kepuasan kerja pada SMK Negeri di
Kota Medan.
3. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung positif terhadap
motivasi kerja pada SMK Negeri di Kota Medan, artinya semakin baik
kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik juga motivasi kerja
pada SMK Negeri di Kota Medan.
4. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap motivasi kerja
pada SMK Negeri di Kota Medan, artinya semakin baik budaya
organisasi maka semakin baik juga motivasi kerja pada SMK Negeri di
139
5. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh langsung positif terhadap
kinerja guru pada SMK Negeri di Kota Medan, artinya semakin baik
kepemimpinan kepala sekolah maka semakin baik juga kinerja guru pada
SMK Negeri di Kota Medan.
6. Budaya organisasi berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru
pada SMK Negeri di Kota Medan, artinya semakin baik budaya
organisasi maka semakin baik juga kinerja guru pada SMK Negeri di
Kota Medan.
7. Kepuasan kerja berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru pada
SMK Negeri di Kota Medan, artinya semakin baik kepuasan kerja maka
semakin baik juga kinerja guru pada SMK Negeri di Kota Medan.
8. Motivasi kerja berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru pada
SMK Negeri di Kota Medan, artinya semakin baik motivasi kerja maka
semakin baik juga kinerja guru pada SMK Negeri di Kota Medan.
B. Implikasi
Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan
memberi dapat diberikan implikasi sebagai berikut:
1. Dengan diterimanya hipotesis penelitian pertama yakni terdapat pengaruh
yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan
kerja pada SMK Negeri di Kota Medan, maka perlu ditingkatkan
kepemimpinan kepala sekolah untuk mengoptimalkan kepuasan kerja guru
140
merupakan kemampuan kepala sekolah mempengaruhi, mendorong dan
menggerakkan guru-guru untuk bertugas dengan sebaik mungkin dalam
mencapai tujuan sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah harus melakukan
upaya-upaya tertentu dalam meningkatkan kepuasan kerja guru. Upaya
yang dapat dilakukan kepala sekolah di antaranya menciptakan iklim kerja
yang kondusif dan memberikan kesempatan guru untuk tampil dalam setiap
kegiatan sekolah. Dengan adanya iklim kerja yang kondusif, guru dapat
merasa puas dengan lingkungan sekolahnya. Kepuasan ini terlihat dengan
kehadiran guru yang tepat waktu di sekolah serta keinginan guru untuk
mendukung setiap program sekolah. Hal lain yang perlu dilakukan kepala
sekolah adalah dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk
berprestasi sesuai bidang keahliannya baik di dalam maupun di luar
sekolah. Dengan adanya kesempatan untuk berprestasi guru akan merasa
puas dengan kepemimpinan kepala sekolah dan mendukung ini guru hadir
dakepala sekolah akan membantu guru dalam menjaga kepuasan guru.
Upaya dari kepala sekolah ini diharapkan dapat meningkatkan
kepemimpinannya dalam mendukung peningkatan kepuasan kerja guru.
2. Dengan diterimanya hipotesis penelitian kedua yakni terdapat pengaruh
yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kepuasan kerja pada
SMK Negeri di Kota Medan, maka perlu ditingkatkan budaya organisasi
untuk mengoptimalkan kepuasan kerja guru SMK Negeri di Kota Medan.
Budaya organisasi adalah merupakan keyakinan, sikap, dan perilaku
141
peraturan sekolah. Dalam hal ini perlu ditingkatkan budaya organisasi di
sekolah melalui upaya-upaya tertentu dalam meningkatkan kepuasan kerja
guru. Upaya yang dapat dilakukan di antaranya memfokuskan budaya di
sekolah pada orientasi hasil kerja seseorang. Seorang guru yang telah
memperoleh prestasi kerja baik, tidak harus ditinggalkan karena
ketidakmampuan guru lain mengikuti prestasinya. Guru yang telah berhasil
membantu guru lain yang belum berhasil, agar hubungan antar guru dapat
ditingkatkan. Selain itu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mengiatkan pekerjaan di sekolah pada orientasi tim kerja. Dalam hal ini
budaya organisasi di sekolah ditingkatkan melalui peran kerja tim guru.
Hasil kerja tim guru menjadi milik bersama yang digunakan untuk
meningkatkan budaya dalam berorganisasi di sekolah. Upaya ini diharapkan
dapat meningkatkan perkembangan budaya organisasi sekolah ke arah yang
lebih baik dalam mendukung peningkatan kepuasan kerja guru.
3. Dengan diterimanya hipotesis penelitian ketiga yakni terdapat pengaruh
yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi
kerja pada SMK Negeri di Kota Medan, maka perlu ditingkatkan
kepemimpinan kepala sekolah untuk mengoptimalkan motivasi kerja guru
SMK Negeri di Kota Medan. Kepemimpinan kepala sekolah adalah
merupakan kemampuan kepala sekolah mempengaruhi, mendorong dan
menggerakkan guru-guru untuk bertugas dengan sebaik mungkin dalam
mencapai tujuan sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah harus melakukan
142
dapat dilakukan di antaranya dengan mengikutsertakan guru dalam
pembuatan keputusan di sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah mengundang
setiap guru untuk hadir dalam rapat kerja program setiap awal semester
untuk mendapat masukan dalam peningkatan mutu sekolah. Hal lain yang
dapat dilakukan kepala sekolah adalah dengan memberikan tanggung jawab
sepenuhnya kepada guru untuk mengatur dan menyelenggarakan kegiatan
sekolah. Dengan adanya kepercayaan ini, motivasi guru untuk terus terlibat/
bekerja di sekolah menjadi semakin baik. Upaya dari kepala sekolah ini
diharapkan dapat meningkatkan kepemimpinannya dalam mendukung
peningkatan motivasi kerja guru.
4. Dengan diterimanya hipotesis penelitian keempat yakni terdapat pengaruh
yang signifikan antara budaya organisasi terhadap motivasi kerja pada SMK
Negeri di Kota Medan, maka perlu ditingkatkan budaya organisasi untuk
mengoptimalkan motivasi kerja guru SMK Negeri di Kota Medan. Budaya
organisasi adalah merupakan keyakinan, sikap, dan perilaku keseharian
setiap guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah sesuai peraturan
sekolah. Untuk meningkatkan budaya organisasi, upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan kesempatan kepada semua guru
untuk melakukan inovasi dalam bekerja. Dengan kesempatan yang
diberikan seluruh guru terhadap guru lain dalam bekerja dapat memotivasi
guru untuk terus bekerja dengan baik. Selain itu hal lain yang perlu
ditingkatkan dalam menumbuhkan motivasi kerja adalah dengan
143
(bersama-sama) setiap guru akan termotivasi untuk memberikan yang
terbaik bagi sekolah. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan
perkembangan budaya organisasi sekolah ke arah yang lebih baik dalam
mendukung peningkatan motivasi kerja guru.
5. Dengan diterimanya hipotesis penelitian kelima yakni terdapat pengaruh
yang signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru
pada SMK Negeri di Kota Medan, maka perlu ditingkatkan kepemimpinan
kepala sekolah maka semakin baik juga kinerja guru SMK Negeri di Kota
Medan. Kepemimpinan kepala sekolah adalah merupakan kemampuan
kepala sekolah mempengaruhi, mendorong dan menggerakkan guru-guru
untuk bertugas dengan sebaik mungkin dalam mencapai tujuan sekolah.
Dalam hal ini kepala sekolah harus melakukan upaya-upaya tertentu dalam
meningkatkan kinerja mengajar guru. Upaya yang dapat dilakukan kepala
sekolah di antaranya menciptakan iklim kerja yang kondusif bagi guru di
sekolah. Dengan adanya iklim kerja yang kondusif di sekolah, setiap guru
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Keterlaksanaan pekerjaan
dengan baik akan meningkatkan kinerja guru di sekolah. Upaya lain yang
dapat dilakukan kepala sekolah adalah dengan melakukan mendorong guru
untuk berkreativitas dalam melaksanakan tugas-tugasnya di sekolah.
Dengan adanya kesempatan dan dorongan dari kepala sekolah, guru akan
termotivasi untuk terus bekerja dengan baik di sekolah. Selain itu akan
144
Upaya dari kepala sekolah ini diharapkan dapat meningkatkan
kepemimpinannya dalam mendukung peningkatan kinerja mengajar guru.
6. Dengan diterimanya hipotesis penelitian keenam yakni terdapat pengaruh
yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja guru pada SMK
Negeri di Kota Medan, maka perlu ditingkatkan budaya organisasi untuk
mengoptimalkan kinerja guru SMK Negeri di Kota Medan. Budaya
organisasi adalah meruapakan keyakinan, sikap, dan perilaku keseharian
setiap guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah sesuai peraturan
sekolah. Dalam hal ini peningkatan budaya organisasi di sekolah dapat
ditingkatkan dengan memberikan kesempatan kepada guru untuk
melakukan inovasi dan siap dalam setiap resiko yang dihadapi saat bekerja.
Dengan adanya kesempatan bagi setiap guru untuk berinovasi di sekolah,
guru akan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi ini tentu
memberikan pengaruh yang baik terhadap kinerja mengajar guru. Selain itu
upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggembangkan tim kerja
di sekolah. Pembentukan tim kerja yang sesuai dengan tujuan sekolah serta
didasarkan pada kemampuan setiap guru, memberikan guru kesempatan
untuk unjuk kerja di dalam tim kerjanya. Upaya ini diharapkan dapat
meningkatkan perkembangan budaya organisasi sekolah ke arah yang lebih
baik dalam mendukung peningkatan kinerja mengajar guru.
7. Dengan diterimanya hipotesis penelitian ketujuh yakni terdapat pengaruh
yang signifikan antara kepuasan kerja terhadap kinerja guru pada SMK
145
mengoptimalkan kinerja guru SMK Negeri di Kota Medan. Kepuasan kerja
adalah merupakan keadaan emosional guru terhadap pelaksanaan
tugas-tugasnya dan balasan jasa yang diperolehnya selama melaksanakan tugas di
sekolah. Dalam hal ini peningkatan kepuasan kerja guru si di sekolah dapat
ditingkatkan dengan memberikan menciptakan kondisi sekolah yang
mendukung setiap pekerjaan guru. Dukungan dari sekolah kepada guru
akan memberikan kemudahan kepada guru untuk melakukan pekerjaan
dengan baik sesuai tanggung jawabnya. Selain itu upaya lain yang dapat
dilakukan adalah dengan meningkatkan sifat kerjasama di antara guru di
sekolah. Dukungan rekan guru dalam bekerja mutlak diperlukan setiap guru
untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik di sekolah. Upaya ini
diharapkan dapat meningkatkan motivasi kerja ke arah yang lebih baik
dalam mendukung peningkatan kinerja mengajar guru.
8. Dengan diterimanya hipotesis penelitian kedelapan yakni terdapat pengaruh
yang signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja guru pada SMK
Negeri di Kota Medan, maka perlu ditingkatkan motivasi kerja untuk
mengoptimalkan kinerja guru SMK Negeri di Kota Medan. Motivasi kerja
adalah merupakan dorongan guru baik yang berasal dari dalam maupun dari
luar dirinya untuk terus bekerja sebaik mungkin untuk mencapai tujuannya
dalam bekerja. Dalam hal ini peningkatan kepuasan kerja guru si di sekolah
dapat ditingkatkan dengan memberikan apresiasi/ penghargaan kepada
setiap guru yang telah menunjukkan prestasi kerjanya. Penghargaan yang
146
berprestasi dengan baik di sekolah. Selain itu upaya lain yang dapat
dilakukan adalah dengan memberikan kebebasan guru untuk
mengaktualisasi diri dalam bekerja. Kebebasan dalam mengaktualisasikan
diri, guru dapat memberikan segenap kemampuannya mengajarnya di
sekolah. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja ke arah
yang lebih baik dalam mendukung peningkatan kinerja mengajar guru.
C. Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan kajian implikasi seperti yang
telah diuraikan di atas, diajukan saran untuk meningkatkan kinerja guru SMK
Negeri di Kota Medan sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pendidikan
Untuk meningkatkan kinerja guru, perlu menjadi perhatian Dinas
Pendidikan Kota Medan untuk memilih dan menempatkan kepala sekolah
yang berkompeten di SMK Negeri di Kota Medan. Hal ini harus dilakukan
mengingat tugas dan tanggung jawab kepala sekolah yang sangat besar.
Selain itu Dinas Pendidikan Kota Medan perlu menumbuhkan budaya
organisasi yang baik di setiap SMK, seperti mengadakan seminar-seminar
tentang pentingnya budaya sekolah dalam mendukung tugas guru. hal lain
yang tidak boleh dikesampingkan adalah melakukan upaya perbaikan dalam
peningkatan kepuasan kerja dan motivasi kerja guru di sekolah. Dengan
147
organisasi, kepuasan kerja, dan motivasi kerja, diharapkan kinerja guru di
sekolah dapat dioptimalkan.
2. Bagi Kepala Sekolah
Perlu ditumbuhkan keinginan kepala sekolah untuk meningkatkan
kepemimpinannya di sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah dapat
menerapkan kebijakan-kebijakan yang mendukung seluruh aktivitas di
sekolah, baik yang melibatkan guru dan pegawai sekolah. Selain itu
diharapkan kepala sekolah bersedia melakukan berbagai upaya yang dapat
meningkatkan kepuasan dan motivasi guru dalam bekerja di sekolah.
Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan kinerja guru dapat
dioptimalkan.
3. Bagi Guru
Untuk meningkatkan kinerjanya, guru harus bersedia mendukung setiap
keputusan kepala sekolah yang berhubungan dengan beban kerjanya di
sekolah. Hal lain yang harus dilakukan guru adalah dengan bersedia ikut
serta dalam membangun budaya sekolah yang kondusif, yang dapat
mendukung pelaksanaan tugas-tugasnya di sekolah. Selain itu, guru
berkeinginan untuk meningkatkan kepuasan dan motivasinya dalam bekerja
sebagai guru di sekolah. Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan
148
DAFTAR PUSTAKA
“Guru Bersetifikasi Segera Dievaluasi”. Rubrik Kesawan Square, Tribun Medan Kamis tanggal 26 Januari 2012 Halaman 9
“Kompetensi Kepala Sekolah Masih Rendah”.Rubrik Pendidikan & Kebudayaan, Koran Kompas, Selasa 24 Juli 2012 Halaman 12
“Uji Kompetensi Guru Dilakukan Rutin”. Rubrik Pendidikan & Kebudayaan, Koran Kompas, Selasa 26 Juli 2012 Halaman 12
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
As’ad, Mohammad. 2004.Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.
Bafadal, Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta. Rineka Cipta
Brahmasari, Ida Ayu. dan Peniel Siregar. 2009. “Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan Situasional dan Pola Komunikasi terhadap Disiplin Kerja dan Kinerja Karyawan pada PT. Central Proteinaprima Tbk”. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 7, Nomor 1, Februari 2009
Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara.
Carudin. 2011. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Sekolah terhadap Kinerja Guru”. INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 131–144
Colquitt, Jason A., Jeffery A. LePine., Michael J. Wesson. 2009. Organizational
Behaviour. New York: McGraw-Hill International Companies
Danim, Sudarwan. 2000.Menjadi Komunitas Pembelajar. Jakarta: Bumi Aksara
Darna, Nana. 2010. “Pengaruh Penilaian Kinerja Terhadap Motivasi Berprestasi dan Kinerja Karyawan”.Cakrawala Galuh, Vol. I, No. 3, Desember 2010
Depdikbud. 2012. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru, Buku 2 –
Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
149
Gibson, Ivanicevich, dan Donnely. 2000. Organisasi: Perilaku, Struktur, dan
Proses. Jakarta: Erlangga
Hamalik Oemar. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara
Handoko, T. Hani. 1997. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE UGM
Hofstede, Geert. 1986. Culture’s Consequences, International Differences in
Work – Related Values. London: Sage Publications
Husaini, Usman. 2009.Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Irawati, Anugrahini dan Bambang Sudarsono. 2010. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja, Produktivitas Kerja dan Kinerja Organisasi”.Jurnal Studi Manajemen, Vol. 4, No. 1, April 2010
Kartono, Kartini. 1996. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Koesmono, Teman. 2005. “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah di Jawa Timur”.Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7, No. 2, September 2005
Luthans, Fred. 2006.Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Andi
Marno. 2006.Kepemimpinan dan Profil Manajer Pendidikan Islam. Malang: UIN
Martoyo, Susilo. 2000.Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE
Mathis, Robert L dan Jackson, John H. 2002. Manajemen SDM. Jakarta: Salemba Empat
McShane, Steven L., Von Glinow dan Mary Ann. 2008.Organizational Behavior. USA: McGraw Hill-International
Miner, John. B. 1990. Organizational Behavior: Performance and Productivity. New York: Random House
Moekijat. 2002.Dasar-Dasar Motivasi. Bandung: Pionir Jaya
Mulyasa. 2004.Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Rosdakarya
150
Purwanto Ngalim. 1995. Administrasi Pendidikan. Bandung: Mutiara Sumber Widia
Robbin, Stephen P. 2003. Organization Behavior, Concept Controversies,
Application. Jakarta: Prehenlindo
Robbins, Stephen P. dan Judge, Timothy A. 2008. Organizational Behaviour. Jakarta: Salemba Empat
Sagala, Syaiful. 2009.Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Samson, L. ”Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Berprestasi terhadap Kinerja Karyawan PDAM di Kota Ambon”. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 4, Nomor 2, Agustus 2006
Schippers, Uwe dan Ratriana, S. 1994. Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Bandung: Angkasa
Sedarmayanti. 2001.SDM dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju
Siagian, Sondang P. 1999. Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Perilaku
Organisasional. Jakarta: Haji Mas Agung
Siwantara, I Wayan. 2009. “Pengaruh Kompetensi Profesional dan Motivasi Kerja Serta Iklim Organisasi terhadap Disiplin Kerja dan Kinerja Dosen Politeknik Negeri Bali”.Ragam, Vol. 9, No. 2, Agustus 2009
Soedjono. 2005. “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Karyawan Pada Terminal Penumpang Umum di Surabaya”. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7, No. 1, Maret 2005
Sopiah. 2008. “Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional Pimpinan dan Pengaruhnya Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Bank”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 2, Mei 2008
Sriwidodo, Untung dan Bangun Sugito. 2007. “Pengaruh Kepemimpinan, Kepercayaan, dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan”. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia, Vol. 2 No. 1 Desember 2007
Sudjana. 2002.Metode Statistika.Bandung: Tarsito
______.Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito
Sutrisno, Edy. 2010.Budaya Organisasi. Jakarta: Kencana
151
Tilaar, H A R. 2002. Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: Grasindo
Tobing, Diana Sulianti KL. 2009. “Pengaruh Komitmen Organisasional dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan PT. Perkebunan Nusantara III di Sumatera Utara”. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 11 No. 1, Maret 2009
Uno, Hamzah B. 2009. Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Uzer, Moh. Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik dan
Permasalahannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Wahyudi. 2009.Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajaran
(Learning Organization). Bandung: Alfabeta
Wau, Yasaratodo. 2012. “Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif, Kemampuan Pribadi, Iklim Kerja, dan Motivasi Berprestasi terhadap Komitmen Afektif Kepala Sekolah (Studi Empiris pada Sekolah Menengah Pertama di Pulau Nias)”.Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Widodo. 2011. “Pengaruh Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru”. Jurnal Pendidikan Penabur – No. 16, Tahun ke-10, Juni 2011
Winardi. J. 2007. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Wirawan. 2008. Budaya dan Iklim Organisasi: Teori Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat