• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model KTSP SMP Versi 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Model KTSP SMP Versi 2017"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

DOKUMEN KURIKULUM K-13

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SMP ... KOTA BOGOR

Dokumen Disusun Sebagai Panduan

Pemangku Kewenangan Dalam Pelaksanaan Kurikulum 2013

DINAS PENDIDIKAN ...

TAHUN 2017/2018

(2)

KATA PENGANTAR

Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 jo PP 32 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap sekolah/madrasah wajib mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan berdasarkan kebutuhan khas satuan pendidikan dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.

KTSP disusun dengan berpedoman pada panduan implementasi Kurikulum 2013 yang terintegrasi dengan bahan pelatihan pelaksanaan kurikulum, Peraturan Menteri Pedidikan dan Kebudayaan yang relevan, acuan regulasi daerah, dan aturan yang relavan pada tingkat satuan pendidikan.

Di samping memperhatian karakter pelaksanaan kurikulum 2013, sekolah mempertimbangkan segenap sumber daya yang sekolah miliki untuk mewujudkan keunggulan sekolah yang berporos pada usaha mewujudkan visi dan misi. Poros utama pertimbangan adalah bagaimana merumuskan mutu lulusan yang sekolah harapkan yang kemabangkan dalam bentuk indikator mutu lulusan seagai basis bagi pengembangan standar yang lainnya.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini tersusun berkat kerjasama dari berbagai pihak. Kepala sekolah mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan KTSP ini, dan secara khusus kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada tim pengembang kurikulum tingkat satuan pendidikan yang telah berjuang sehingga dapat menyelesaikan dokumen tepat pada waktu yang diperlukan.

……….., Juli 2017 Kepala Sekolah Saintifik,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mendapat pertimbangan Komite Sekolah dan Dinas Pendidikan ………, selanjutnya para pihak menyatakan bahwa dokumen ini berlaku mulai tanggal yang ditetapkan pada tahun pelajaran 2013 -2014.

Ditetapkan di : ……… Tanggal : 1 juli 2017

Komite Sekolah, Kepala Sekolah,

………. ………

Kepala Dinas Pendidikan Mengetahui, ……….., Pengawas Pembina

(4)

DAFTAR ISI

A. Pengertian dan Prinsip Pengembangan

...5

B. Rasional

...5

C. Perubahan Mindset (Pola Pikir)

...6

D. Strategi Implementasi

...7

BAB III. VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH...9

A. Analisis Konteks Sekolah

...9

B. Visi Sekolah

...9

C. Misi Sekolah

...9

D. Tujuan Sekolah

...10

E. Indikator Kompetensi Lulus

...13

BAB IV. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

...16

A. Karakteristik Kurikulum

...16

C. Struktur Kurikulum Paket Semester seperti yang dimuat dalam

...18

1. Kompetensi inti SMP KELAS X-XII

...18

2. Mata Pelajaran

...19

D. Peminatan dan Lintas Minat

...21

1. Peminatan

...21

3. Sembilan Prinsip Penumbuhan Karaker

...31

(5)

I.

Struktur Program

...38

J. Instrumen Evaluasi

...39

BAB V. KALENDER PENDIDIKAN

...41

A. Permulaan Tahun Ajaran

...41

B. Pengaturan Waktu Belajar Efektif

...41

C. Pengaturan Waktu Libur

...41

BAB VI. PANDUAN AKADEMIK...43

A. Pembelajaran

...43

B. Program Tahunan dan Program Semester

...44

C. Silabus

...45

BAB VII. BIMBINGAN KONSELING (BK)

...65

A. Konsep

...65

G. Bentuk layanan BK dalam kelas meliputi

...67

H. Bentuk layanan BK di luar kelas:

...68

BAB VIII. EKSTRAKURIKULER

...69

C. Pengelolaan Layanan Peningakatan Keterampilan TIK

...77

BAB IX. PENILAIAN PROSES DAN HASIL BELAJAR...80

A. Prinsip Penilaian Hasil Belajar...80

B. Tujuan Penilaian...81

C. Ruang Lingkup Penilaian...81

1. Penilaian Proses

...81

(6)

D. Nilai Ketuntasan...82

E. KKM dan Interval Predikat...85

F. Teknik dan Instrumen Penilaian...86

1. Penilaian Sikap

...86

2. Penilaian Pengetahuan

...91

3. Penilaian Keterampilan

...100

BAB X. SUPERVISI PEMBELAJARAN

...110

A. Pengertian Supervisi

...110

B. Perencanaan Supervisi atau Pengawasan

...111

C. Tujuan Supevisi

...112

D. Strategi Supervisi

...112

E. Tugas Kepala Sekolah dalam Kegiatan Supervisi

...113

F. Tim Penjaminan Program Supervisi

...113

G. Instrumen Supervisi

...114

H. Laporan Kegiatan Supervisi Individual

...114

LAMPIRAN-LAMPIRAN...116

(Dokumen yang harus sekolah lampirkan)...116

1. SK Kepala Sekolah No. ... Tahun...Tentang Pembentukan Tim Penjaminan Mutu

Tingkat Satuan Pedididikan...116

2. SK Kepala Sekolah No... Tahun... Tentang Pembentukan Tim Pelaksana Supervisi

dan Penilai Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan tingkat Satuan Pendidikan

...116

3. SK Kepala Sekolah No.... Tahun... Tentang Pembentukan Tim Pengembang

Kurikulum Satuan Penddikan...116

4. SK Kepala Sekolah No .... Tahun... Tentang Kalender Pendidikan...116

5. Format Program Tahunan Per Mata Pelajaran...116

6. Format Program Semester Per Mata Pelajaran...116

7. Format Silabus...116

(7)

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(Deskripsikan secara singkat posisi penting satuan pendidikan dalam pelaksaan tugas untuk mewujudkan keunggulan mutu lulusan yang berahlak, berilmu, dan berketerampilan... sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dengan menggunakan K13)

Pelaksanaan K-13 berfokus pada mewujudkan kompetensi yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional. Amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib menyusun dokumen KTSP sebagai acuan untuk mewujudkan target kompetensi siswa yang menjadi targetnya.

Dokumen KTSP diharapkan dapat berfungsi sebagai acuan yang mengarahkan seluruh pemangku kewenangan melaksanakan kurikulum 2013. Dengan berfusinya KTSP sebagai acuan maka semua pihak dapat fokus pada pencapaian tujuan, menerapkan aturan main dalam menerapkan prosedur program, serta proses kegiatan dapat memenuhi kebutuhan siswa mengembangkan kompetensi dirinya dalam perubahan kehidupan pada abad 21. Di samping itu, diharapkan pula seluruh pergerakan para pemangku kewenangan lebih fokus dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan baik pendidikan dan pembelajaran terutama dalam mengelola program peminatan; menata struktur kurikulum, memetakan beban belajar siswa, dan menyusuan pedoman pelaksanaan kegiatan intra dan ekstrakurikuler, pedoman akademik, dan instrumen evaluasi penyelenggaraan kurikulum.

(8)

B. Acuan Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan, ditetapkan, dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan. Pernyataan ini menegaskan tentang besarnya kewenangan satuan pendidikan untuk menentukan keunggulan mutu lulusan masing-masing dalam kerangka sistem pendidikan nasonal.

Pengembangan KTSP paling sedikit memperhatikan 1) Acuan konseptual

2) Prinsip pengembangan, dan 3) Prosedur operasional.

Acuan konseptual paling sedikti meliputi

1) Peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia; 2) Toleransi dan kerukunan umat beragama; 3) Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

4) Peningkatan potensi, kecerdasan, bakat, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik;

5) Kesetaraan warga negara memperoleh pendidikan bermuu; 6) Kebutuhan kompetensi masa depan;

7) Tuntutan dunia kerja;

8) Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

9) Keragaman potensi dan karakteristik daerah serta lingkungan; 10) Tuntutan perkembangan daerah dan nasional;

11) Dinamika perkembangan global, dan 12) Karakteristik satuan pendidan.

Prinsip pengngembangan KTSP paling sedikit meliputi;

1) Berpusat pada petensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya pada masa kini dan yang akan datang.

2) Belajar sepanjang hayat;

3) Menyeluruh dan berkesinambungan.

Prosedur operasional meliputi 1) Analisis

(9)

Analisis mencakup kegiatan sebagai berikut:

1) Analisis ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kurikulum; 2) Analisis kebutuhan peserta didik, aturan pendidikan, dan lingkungan; 3) Analisis ketersediaan sumber daya pendidikan;

Penyusunan mencakup kegiatan berikut;

1) Perumusan visi, misi, dan tujuan pendidikan;

2) Pengorganisasian muatan kurikuler satuan pendidikan;

3) Pengaturan beban belajar peserta didik dan beban kerja pendidik tingkat kelas; 4) Penyusunan kalender pendidikan satuan pendidikan;

5) Penyusunan silabus, muatan, atau mata pelajaran muatan lokal, dan

6) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan pebelajaran. Penetapan dilakukan oleh kepala sekolah berdasarkan hasil rapat dewan pendidik satuan pendidikan dengan melibatkan komite sekolah. Pengesahan dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.

C. Landasan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan;

3. PP No. 19 tahun 2017 tentang Guru;

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah/madrasah.

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Konselor.

8. Permendiknas Nomor 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

9. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelanggaraan Pendidikan.

(10)

11. Permendikbud 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikukulum 2013.

13. Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti 14. Permendikbud Nomor 20 tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan

Pendidikan Dasar dan Menengah

15. Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

16. Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

17. Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah

18. Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pada K13 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

19. Panduan Kerja Kepala Sekolah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidkan Dan Menengah 2017

D. Tujuan Perumusan KTSP Tujuan perumusan KTSP adalah:

1. Menyediakan acuan kepala sekolah dan segenap warga sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi program pelaksanaan kurikulum 2013 dengan tujuan yang terukur.

2. Menyediakan dokumen acuan operasional bagi dinas pendidikan dalam melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan kurikulum di setiap satuan Pendidikan

3. Meningkatkan sistem penjaminan pelaksanaan kurikulum dengan menyediakan rumusan latar belakang, konsep, model implementasi, dan perangkat evaluasi program.

4. Menyediakan acuan untuk menyusun instrumen pengeukuran ketercapaian program.

(11)

BAB II. KURIKULUM 2013

A. Pengertian dan Prinsip Pengembangan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi.

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan isu-isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif serta budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Tantangan global yang dihadapi bangsa sperti dalam forum World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade Area (AFTA).

Demikian pula dalam capaian pada hasil pengujian TIMMS (The Trends in International Mathematics and Science Study), dalam kurun waktu 2007 hingga tahun 20011 Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara hampir 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan Lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu sampai level menengah, sementara hampir 50% siswa Taiwan mampu mencapai level tinggi dan advance.

Dalam pengembangan KTSP sekolah memperhatikan enam prinsip utama, yaitu: 1) Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan.

2) Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran.

3) Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

4) Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. 5) Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti.

6) Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian.

B. Rasional

(12)

penguatan jati diri bangsa dalam konteks nasional, dan penguatan daya saing pada konteks global.

Kebutuhan siswa berdasarkan kerangka kompetensi dalam pengembangan hidup dan karir, belajar dan berinovasi, serta melek informasi dan teknologi informasi.

Kompensi pengembangan hidup dan karir meliputi lima keterampilan utama yang dibutuhkan pada abadke 21, yaitu;

1) Keterampilan berpikir kritis 2) Keterampilan berkomunikasi; 3) Keterampilan berkolaborasi; 4) Keterampilan berkreasi;

5) Keterampilan merumuskan dan memecahkan masalah.

Pembelajaran membutuhkan proses yang terintegrasi dengan lingkungan terdekat siswa untuk membangun kesadaran lingkungan tingkat local, nasional, dan global untuk mendukung tumbuhnya karakter manusia Indonesia yang berbudi pekerti luhur.

C. Tujuan Kurikulum

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negera yang beriman, produktif, kreatif, innovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, bangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

D. Perubahan Mindset (Pola Pikir)

Pergeseran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumya harus responsip tantangan dalam persaingan pada kawasan karena generasi muda Indonesia memperebutkan peluang yang sama. Perubahan terpenting adalah semangat pemangku kewenangan untuk memandang perlu dan harus melakukan hal yagn berbeda dari aktivitas professional sebelumnya. Seluruh pemangku kewenangan perlu beradaptasi dalam mengawal perubahan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan diperlukan proses perubahan terencana, bertahap, dan berkelanjutan.

Sikap dasar mencoba menjalankan, menghargai, mengahayati, dan mengamalkan perubahan secara bertahap. Sikap tersebut dihadapi dengan sabar menanggung untuk menanggung konsekuensi atas pelaksanaan perubahan terutama dalam proses pembelajaran dan penilaian untuk meningkatkan pengetahuan baru, penguasaan strategi baru, penguasaan kebiasaan-kebiaasaan baru sehingga memerlukan proses dan waktu belajar lebih banyak.

(13)

1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya);

3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet);

4) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains);

5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim);

6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis multimedia; 7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users)

dengan memperkuat pengembangan potensi setiap peserta didik;

8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines); dan

9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis

E. Strategi Implementasi

Pelaksanaan kurikulum 2013 berproses untuk menjawab tantang lokal maupun global. Karena itu, proses perubahan memerlukan motif yang kuat, keyakinan tinggi, serta usaha bersama dalam meningkatkan berbagai aspek di bawah ini.

1) Meningkatkan komitmen pendidik untuk beradaptasi dengan perubahan lokal, nasional, dan global.

2) Meningkatkan kompetensi pendidik dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran saintifik, dan melaksanakan penilaian autentik melalui proses belajar berkelanjatan.

3) Meningkatkan kompetensi pendidik dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sumber dan media pembelajaran.

4) Meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan siswa dalam memberdayakan lingkungan sebagai konteks pembelajaran.

5) Meningkatkan daya kolaborasi multi level dalam menggerakan kerja sama yang harmonis dan produktif.

(14)

7) Meningkatkan motivasi dan daya belajar siswa dengan meningkatkan daya kolaborasi dan kompetisi.

8) Meningakatkan penguasaan fakta, konsep, prosedur, dan metakognitif melalui pembelajaran kolaboratif dan kontekstual.

9) Meningkatkan partisipasi dan daya dukung orangtua siswa.

10) Mengembangkan budaya belajar dalam mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajar.

11) Mengembangkan kepemimpinan pembelajaran dengan menitikberatkan pada pentingnya supervise pembelajaran.

12) Menerapkan manajemen perubahan yang terencana dan terealisasikan . 13) Mengembangkan efektivitas kepemimpinan pembelajaran yang efektif.

Strategi utama dalam pembaharuan penenerapan kurikulum sebagai berikut:

1) Menetapkan kompetensi lulusan sesuai dengan kebutuhan jaman sebagai poros pengembangan strategi perubahan.

2) Menggerakan sistem perubahan dengan dengan fokus utama mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah.

3) Mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan siswa dengan mempertimbangkan sumber daya yang sekolah miliki dan yang mungkin sekolah miliki.

4) Mengembangkan budaya mutu dengan proses pelaksanaan mengacu keterampilan berpikir model Krathwhol yang meliputi tahap menerima,menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.

5) Pengembangan keterampilan berpikir merujuk pada teori Dyers yang meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. 6) Pengembangan pengetahuan merujuk pada teori Bloom yang menggambarkan

tahapan kecakapan berpikir, meliputi tingkatan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.

7) Meningkatkan mutu sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan melalui pembaharuan sekolah sebagai organisasi pembelajar.

8) Meningkatkan penggunaan teknologi informasi secara bertahap dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran.

9) Meningkatkan pengetahuan siswa ditandai dengan penguasaan fakta, konsep, prosedur, dan metakognitif.

(15)

11) Meningkatkan kolaborasi guru dalam meningkatkan kemampuan professional pada tingkat satuan pendidikan.

(16)

BAB III. VISI, MISI, DAN TUJUAN SEKOLAH (uraian berikut merupakan model)

A.

Analisis Konteks Sekolah

Dalam menentukan strategi pelayanan sekolah memperhatikan konteks yang menjadi pertimbangan strategis, yaitu;

1) Menganalisis kebutuhan pelayanan pembelajaran agar strategi pelayanan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam meningkatkan kompetensi dalam membangun daya saing lokal, nasonal, dan global yang direalisasikan dalam berbagai program berikut:

a) Peningkatan karakter yang berkepribadian Indonesia. b) Peningkatkan kemampuan berkomunikasi.

c) Pengusaaan teknologi informasi dan komunikasi yang diintegrasikan dengan keterampilang pengelolaan informasi.

d) Penguasaan keterampilan kolaborasi pada jejaring lokal, nasional, bahkan jejaring internasional terutama melalui jejaring teknologi.

e) Meningkatkan tanggung jawab pengebangan individu dalam kolaborasi siswa antar sekolah dalam ruang lingkup lokal, nasional, maupun global.

2) Meningkatkan pemanfaatan sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan, media belajar dengan meningkatkan pemanfaatan muli media, menggunakan sumber kepustakaan manual dan elektronik, menggunakan sumber daya lingkungan alam dan sosial untuk meningkatkan penguasaan fakta, konsep, prosedur dan metakognitif.

3) Meningkatkan efektivitas sumber daya lokal untuk penguatan jati diri kedaerahan dalam rangka meningkatkan keunggulan budaya pada konteks nasional dan global. 4) Memberdayakan sumber daya yang sekolah miliki dan lingkungan sekitar untuk

mendukung efektivitas kegiatan intra, ko, dan ekstrakurikuler.

B. Visi Sekolah

Berdasarkan analisis konteks, sekolah menetapkan visi berikut:

Menjadi sekolah yang unggul dalam mewujudkan mutu lulusan yang berdisiplin, ber- IMTAQ, IPTEKS, dan beradaptasi dalam interaksi global.

(17)

1) Mengembangkan keyakinan warga sekolah bahwa sekolah dalam berprestasi dan kompetitif.

2) Menciptakan kehidupan sekolah yang berbudaya religius dan bermartabat 3) Mememenuhi Standar Kompetensi Lulusan sesuai standar nasional

4) Memenuhi standar kompetensi lulusan yang sesuai dengan kebutuhan hidup siswa pada konteks global.

5) Memenuhi standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2013 yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi siswa.

6) Mengembangkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal

7) Memberdayakan sistem penilaian autentik untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

8) Menerapkan manajemen perubahan sebagai strategi percepatan pembaharuan sekolah.

9) Meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui peningkatan keprofesian berkelanjutan.

10) Memenuhi standar sarana dan prasarana secara bertahap dan terukur. 11) Menggunakan lingkungan sekolah sebagai media dan sumber belajar.

12) Memberdayakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai pendukung keunggulan pembelajaran.

13) Mengembangkan kultur sekolah yang menjaga keamanan fisik, psikologis, social yang sehat, dinamis, dan kompetitif.

14) Menciptakan lingkungan dan budaya yang kondusif untuk indah, nyaman, dan damai sebagai tempat belajar untuk guru, siswa, dan seluruh warga sekolah.

15) Menerapkan sistem pembiayaan sekolah yang transparan dan akuntabel.

D. Tujuan Sekolah

Tujuan Satuan Pendidikan:

a) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan); dalam hal ini digambarkan kompetensi yang akan sekolah wujudkan.

b) Penentuan indikator kompetensi mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;

c) Penentuan indikator kompetensi mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah;

d) Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan guru yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;

(18)

Tujuan Umum

Sesuai dengan tujuan sekolah menengah sekolah ini menetapkan tujuan umum yaitu meningkatkan keunggulan potensi dan prestasi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan Khusus

1) Mewujudkan mutu lulusan tingkat satuan pendidikan yang meliputi dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagaimana terurai pada tabel di berikut:

No. Standar Nasional Target Kompetensi Satuan Pendidikan

(19)

No. Standar Nasional Target Kompetensi Satuan Pendidikan

Sumber Daya Utama prosedural, dan

(20)

E. Indikator Kompetensi Lulus

Indikator kompetensi lulusan tingkat satuan pendidikan dijabarkan dari dalam berbagai inidator berikut:

No. Kompetensi Spiritual Indikator Pencapaian Sikap Spiritual

A. Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1. Menerima kehidupan sebagai anugrah.

2. Mesyukuri nikmat kehidupan sebagai bentuk kasih sayang Allah.

No. Kompetensi Sosial Indikator Pencapaian Sikap Sosial B. Menghayati dan mengamalkan

perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam 4. Bekerja sama untuk kebaikan umum 5. Menghormati hak orang lain. 10. Antisiatif untuk mencegah timbulnya

resiko buruk 11. Giat bekerja sama

(21)

C. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

1. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan metakonitif) tentang iptek, seni, budaya dan humaniora serta peradaban

2. Menganalisis pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, dan metakonitif) tentang

7. Berpikir kritis, ilmiah, kreatif, inovatif, produktf, kolaboratif.

No. Kompetensi Keterampilan Indikator Pencapaian Keterampilan D. Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

1. Mengolah fakta, data, dan informasi 2. Mengintegrasikan fakta, data, dan

informasi dalam merumuskan kesimpulan.

3. Mengembangkan keterampilan berpikir dengan menggunakan pengetahuan yang dipelajarinya di sekolah.

4. Mengembangkan karya secara mandiri dengan modal pengetahuan yang dipelajarinya.

(22)

6. Menerapkan motode atau prosedur sesuai dengan kaidah keilmuan.

7. Menggunakan pikiran pada ranah abstrak menjadi karya cipta yang bermanfaat.

8. Mengkomunikasi hasil karya secara efektif

9. Mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi

10. Menggunakan bahasa asing...

BAB IV. STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM

A. Karakteristik Kurikulum

Kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan dengan karakteristik sebagai berikut.

1) Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;

2) Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; 3) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,

pengetahuan, dan keterampilan;

4) Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;

(23)

Mengacu pada enam karakteristik tersebut maka seluruh aktivitas penerapan kurikulum berpusat pada usaha mewujudkan kompetensi inti yang diwujudkan dengan menempatkan sekolah sebagaian bagian dari sistem masyarakat.

B. Landasan Kurikulum 1. Filosofis

Kurikulum 2013 dikembangkan menggunakan filosofi sebagai berikut.

1) Pendidikan yang dilaksanakan berakar pada budaya bangsa maupun kearifan lokal untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang.

2) Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.

3) Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecemerlangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu.

4) Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik daripada masa lalu melalui peningkatan kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian, dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik (experimentalism and social reconstructivism).

2. Landasan Sosiologis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar adanya kebutuhan akan perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi dinamika kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagaimana termaktub dalam tujuan pendidikan nasional. Perkembangan bangasa Indonesia tidak mungkin lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Perubahan ini dimungkinkan karena berkembangnya tuntutan baru dalam masyarakat, dunia kerja, dan dunia ilmu pengetahuan yang berimplikasi pada tuntutan perubahan kurikulum secara terus menerus.

3. Landasan Pedagogis

(24)

Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran selain mencerminkan muatan pengetahuan sebagai bagian dari peradaban manusia, juga mewujudkan proses pembudayaan peserta didik sepanjang hayat.

4. Landasan Teoritis

Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.

Kurikulum 2013 menganut: (1) pembelajaran yang dilakukan guru (taught curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2) pengalaman belajar langsung peserta didik (learned-curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil kurikulum.

C. Struktur Kurikulum Paket Semester seperti yang dimuat dalam 1. Kompetensi inti SMP KELAS X-XII

KOMPETENSI INTI DESKRIPSI KOMPETENSI

Sikap Spiritual 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Sikap Sosial 2. Menghargai dan menghayati perilaku: a. Jujur

b. Disiplin c. Santun d. Percaya diri e. Peduli, dan

f. Bertanggung jawab

Dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

(25)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang: a. Ilmu pengetahuan,

b. Teknologi, c. Seni, d. Budaya

Dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

Keterampilan 4. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara:

a. Kreatif, b. Produktif, c. Kritis, d. Mandiri,

e. Kolaboratif, dan f. Komunikatif

Dalam ranah konkret dan ranah abstrak sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang teori.

2. Mata Pelajaran

Berdasarkan kompetensi inti disusun matapelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan. Susunan matapelajaran dan alokasi waktu untuk Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah sebagaimana tabel berikut.

Beban belajar di SMP untuk Tahun VII, VIII, dan IX masing-masing 38 jam

per minggu. Jam belajar SMP adalah 40 menit.

Struktur Kurikulum SMP terdiri atas kelompok A sebagai berikut:

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PERMINGGU

VII

VIII

IX

Kelompok A

1.

Pendidikan Agama dan

Budi Pekerti

3

3

3

2.

Pendidikan Pancasila

(26)

3.

Bahasa Indonesia

6

6

6

4.

Matematika

5

5

5

5.

Ilmu Pengetahuan

Alam

5

5

5

6.

Ilmu Pengetahuan

Sosial

4

4

4

7.

Bahasa Inggirs

4

4

4

Kelompok B

1.

Seni Budaya

3

3

3

2.

Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan

Kesehatan

3

3

3

3.

Prakarya

2

2

2

JUMLAH ALOKASI WAKTU

PER MINGGU

38

38

38

Keterangan:

Mata pelajran Seni Budaya dapat memuat Bahasa Daerah

Selain kegiatan intrakurikuler seperti yang tercantum di struktur

kurikulum di atas, terdapat pula kegiatan ekstrakurikuler Sekolah

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah antara lain Pramuka

(Wajib), Unit Kesehatan Sekolah, dan Palang Merah Remaja.

Kegiatan ekstrakurikuler seperti Pramuka, Unit Kesehatan

Sekolah, Palang Merah Remaja, dan yang lainnya adalah dalam

rangka mendukung pembentukan kompetensi sikap sosial peserta

didik, terutama adalah sikap peduli. Di samping itu juga dapat

dipergunakan sebagai wadah dalam usaha memperkuat

kompetensi keterampilan dalam ranah konkrit. Dengan demikian

kegiatan ekstrakurikuler ini dapat dirancang sebagi pendukung

kegiatan kurikuler.

(27)

Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan

adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan

oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang

dikembangkan oleh pemerintah daerah.

Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara

terintegrasi dengan mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya

atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk

memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam

pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan

tersebut.

Sebagai pembelajaran tematik terpadu, angka jumlah jam

pelajaran per minggu untuk tiap mata pelajaran adalah relatif.

Guru dapat menyesuaikannya sesuai kebutuhan peserta didik

dalam pencapaian kompetensi yang diharapkan.

Jumlah alokasi waktu jam pelajaran setiap kelas merupakan

jumlah minimal yang dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan

peserta didik.

Khusus

untuk mata pelajaran Pendidikan Agama di Madrasah

Tsanawiyah dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang

ditetapkan oleh Kementrian Agama.

D.

Pengaturan Beban Belajar

Pengaturan beban belajar peserta didik dapat dihitung dalam satu minggu,

satu semester, dan satu tahun pembelajaran.

1.

Beban belajar di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

dinyatakan dalam jam pembelajaran per minggu. Beban belajar satu

minggu Kelas VII, VIII, dan IX adalah 38 jam pembelajaran. Durasi setiap

satu jam pembelajaran adalah 40 menit.

(28)

3.

Beban belajar di kelas IX pada semester ganjil paling sedikit 18 minggu dan

paling banyak 20 minggu.

4.

Beban belajar di kelas IX pada semester genap paling sedikit 14 minggu

dan paling banyak 16 minggu.

5.

Beban belajar dalam satu tahun pelajaran paling sedikit 36 minggu dan

paling banyak 40 minggu.

Cara menetapkan beban belajar dengan sistem satuan semester untuk SMP

meliputi meliputi 40 menit tatap muka, 50% dari waktu tatap muka untuk kegiatan

terstruktur maupuan kegiatan mandiri seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Kegiatan

Sistem Paket

Tatap muka

40 menit

Penugasan terstruktur

50% x 40 menit =

20 menit

Kegiatan mandiri

Jumlah 60 menit

Pengaturan minggu efektif dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

NO KEGIATAN ALOKASI

WAKTU KETERANGAN 1. Minggu efektif belajar

reguler setiap tahun

4. Jeda tengah semester Maksimal 2 minggu

Satu minggu setiap semester

5. Jeda antarsemester Maksimal 2 minggu

Antara semester I dan II

6. Libur akhir tahun ajaran Maksimal 3 minggu

Digunakan untuk penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun ajaran

7. Hari libur keagamaan Maksimal 4 minggu

Daerah khusus yang

(29)

NO KEGIATAN ALOKASI 8. Hari libur umum/nasional Maksimal 2

minggu

Disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah

9. Hari libur khusus Maksimal 1 minggu

Muatan pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pada konsep-konsep terpadu dari berbagai disiplin ilmu untuk tujuan pendidikan adalah matapelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada hakikatnya IPA dan IPS dikembangkan sebagai mata pelajaran dalam bentuk integrated sciences dan integrated social studies. Muatan IPA berasal dari disiplin biologi, fisika, dan kimia, sedangkan muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Kedua matapelajaran tersebut merupakan program pendidikan yang berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial dan alam.

(30)

pendekatan trans-disciplinarity di mana batas-batas disiplin ilmu tidak lagi tampak secara tegas dan jelas, karena konsepkonsep disiplin ilmu berbaur dan/atau terkait dengan permasalahanpermasalahan yang dijumpai di sekitarnya.

Kondisi tersebut memudahkan pembelajaran IPA dan IPS menjadi pembelajaran yang kontekstual. Pembelajaran IPS diintegrasikan melalui konsep ruang, koneksi antar ruang, dan waktu. Ruang adalah tempat di mana manusia beraktivitas, koneksi antar ruang menggambarkan mobilitas manusia antara satu tempat ke tempat lain, dan waktu menggambarkan masa di mana kehidupan manusia itu terjadi.

Pembelajaran IPA diintegrasikan melalui konten biologi, fisika, dan kimia. Pengintegrasian dapat dilakukan dengan cara connected, yakni pembelajaran dilakukan pada konten bidang tertentu (misalnya fisika), kemudian konten bidang lain yang relevan ikut dibahas. Misalnya saat mempelajari suhu (konten fisika), pembahasannya dikaitkan dengan upaya makhluk hidup berdarah panas mempertahankan suhu tubuh (konten biologi), serta senyawa yang digunakan di dalam sistem AC (konten kimia).

F. Muatan Lokal

Kurikulum muatan adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan sekitar sekolah yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Muatan lokal dapat berupa kurikulum yang memuat materi tentang karakteristik daerah atau karakteristik satuan pendidikan.

Muatan lokal dapat dikembangkan oleh pemerintah kabupaten/kota, atau satuan pendidikan. Tujuan penyelenggaraan pembelajaran muatan lokal adalah untuk membentuk pemahaman atau penguasaan potensi daerah tempat tinggal siswa sehingga bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ruang lingkup kegiatan pembelajaran muatan lokal meliputi;

1) mengenal dan mencintai lingkungan alam, sosial, budaya dan spiritual di daerahnya atau satuan pendidikan dan

2) melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah atau satuan pendidikan yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional

(31)

1) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik. 2) Keutuhan Dalam Pengembangan Semua Kompetensi.

3) Substansi kurikulum muatan lokal mencakup keseluruhan dimensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).

4) Fleksibilitas dalam Jenis, Bentuk, dan Pengaturan Waktu.

5) Jenis muatan lokal yang dipilih oleh satuan pendidikan dan pengaturan waktunya bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan karakteristik satuan pendidikan.

6) Kebermanfaatan.

7) Penetapan muatan lokal berorientasi pada upaya pengenalan, pelestarian, dan pengembangan potensi daerah untuk kepentingan nasional dan menghadap tantangan global.

Jenis muatan lokal berupa potensi dan keunikan lokal yang terkait dengan seni budaya; prakarya; pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan; bahasa; dan/atau teknologi. Jenisnya materi berupa bahasa daerah, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi dan kebutuhan daerah yang bersangkutan.

Dokumen pendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran muatan lokal mengacu pada struktur silabus yang dikembangkan oleh pemerintah dengan memenuhi standar berikut:

1) kompetensi dasar yang mengacu pada kompetensi inti,

2) silabus yang memuat pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penilaian otentik, dan

3) buku teks pelajaran (buku siswa dan buku guru) berbasis aktivitas dan karya. 4) Perangkat administrasi pembelajaran.

Mekanisme pengembangan muatal lokal pada Kurikulum 2013 di satuan pendidikan dengan prosedur sebagai berikut:

1) analisis konteks lingkungan alam, sosial dan/atau budaya daerah satau satuan pendidikan.

2) identifikasi kompetensi yang menjadi keunggulan lokal; 3) perumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar;

4) penentuan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar; 5) penetapan muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi

muatan pembelajaran.

(32)

7) penyusunan buku teks pelajaran.

Mekanisme pelaksanaan program muatan lokal memperhatikan rambu-rambu berikut. 1) Muatan lokal diselenggarakan oleh satuan pendidikan dengan

memperhatikan sumber daya pendidikan yang tersedia.

2) Setiap satuan pendidikan dapat menambah beban belajar maksimal 2 (dua) jam/minggu untuk muatan lokal yang ditetapkan sebagai muatan pembelajaran yang berdiri sendiri.

3) Kebutuhan sumber daya pendidikan sebagai implikasi penambahan beban belajar muatan lokal ditanggung oleh pemerintah daerah yang menetapkan.

Daya dukung minimal yang perlu mendapat perhatian adalah: 1) Kebijakan Muatan Lokal berupa dasar kebijakan.

2) Sumber Daya Pendidikan perlu dipenuhi sesuai dengan kemampuan satuan pendidikan.

3) Tenaga Pendidik Tenaga pendidik yang pengampu muatan lokal yang memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi tenaga pendidik sesuai dengan mata pelajaran muatan lokal yang diampunya.

4) Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan muatan lokal yang ditetapkan oleh pemerintah daerah harus dipenuhi oleh pemerintah daerah, sedangkan yang ditetapkan oleh satuan pendidikan harus dipenuhi oleh satuan pendidikan.

Atas dasar panduan tersebut, maka sekolah menetapkan muatan lokal yang berdiri sendiri adalah sebagai berikut:

1. Bahasa Daerah….. 2. ………

G. Penumbuhan Karakter 1. Rasional

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelec) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Demikian dinyatakan oleh Kihajar Dewantara.

(33)

Dengan karakter yang kuat-tangguh beserta kompetensi yang tinggi, yang dihasilkan oleh pendidikan yang baik, pelbagai kebutuhan, tantangan, dan tuntutan baru dapat dipenuhi atau diatasi. Oleh karena itu, selain pengembangan intelektualitas, pengembangan karakter peserta didik sangatlah penting menempatan potensi-potensi intelektual dan karakter peserta didik sebagai tujuan.

Demikian juga laporan Delors untuk pendidikan abad XXI, sebagaimana tercantum dalam buku Pembelajaran: Harta Karun di Dalamnya, menegaskan bahwa pendidikan abad XXI bersandar pada lima tiang pembelajaran sejagat (five pillar of learning), yaitu learning to know, learning to do, learning to live together, dan learning to beserta learning to transform for oneself and society.

Selain itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Lima nilai utama

Lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Religius Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). 2) Nasionalis; Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan

(34)

sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku,dan agama.

3) Mandiri, Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4) Gotong Royong; Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/ pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolongmenolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan.

5) Integritas Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai.

3. Sembilan Prinsip Penumbuhan Karaker

Penumbuhan karakter di sekolah menerapakan sembilan prinsip berikut;

1)

Nilai-nilai Moral Universal, penumbuhan karakter berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya.

2)

Holistik Gerakan PPK, penumbuhan dilaksanakan secara holistik, dalam arti pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

(35)

4)

Partisipasi; penumbuhan karakter dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai gerakan. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangakan, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan.

5)

Kearifan Lokal, gerakan bertumpu dan responsif pada kearifan lokal

nusantara yang beragam dan majemuk agar pergerakan menjadi kontekstual dan membumi.

6)

Kecakapan Abad XXI; gerakan penumbuhan karakter merupakan usaha mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).

7)

Adil dan Inklusif; penumbuhan dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.

8)

Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik; Gerakan dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis, maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan maksimal.

9)

Terukur; gerakan dikembangkan dan dilaksanakan agar dapat dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif; mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah; dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

4. Struktur Kurikulum Penumbuhan Karakter

Struktur Kurikulum penumbuhan melalui tiga cara, yaitu:

(36)

kokurikuler. Sebagai kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan pembelajaran berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama penumbuhan karakter diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya,mata pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung konservasi energi pada materi tentang energi.

2)

Mengimplementasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh satuan pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler, satuan pendidikan melakukan penguatan kembali nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan.

3)

Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses

kegiatan rutin, spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan situasi, kondisi, ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan. Struktur pendukung lain yang terdiri atas: (a). Ekosistem dan budaya sekolah; mewujudkan tata kelola yang sehat, hubungan antarwarga sekolah yang harmonis dan saling menghargai, lingkungan sekolah yang bersih, ramah, sehat, aman, dan damai. (b) Pendidikan keluarga dan masyarakat; menjalin keselarasan antara pendidikan di sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat.

5. Penilaian

Penilaian dilakukan pada tingkat pendidik dan evaluasi dilakukan pada tingkat satuan pendidikan dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian sikap dan keterampilan.

H. Pengembangan Literasi

1. Pengertian

(37)

GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk

menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat

sepanjang hayat melalui pelibatan publik.menyeluruh untuk menjadikan

2. Tujuan

Tujuan Umum

Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembuda- yaan ekosistem

literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka

menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Tujuan Khusus

1)

Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.

2)

Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.

3)

Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah

anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

4)

Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku

bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

3. Kompetensi Literasi

Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan bahwa komponen literasi informasi yang terdiri atas literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan literasi visual. Komponen literasi tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1) Literasi Dasar (Basic Literacy) Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan

untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.

(38)

memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah. 3) Literasi Media (Media Literacy) Literasi Media (Media Literacy), yaitu

kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya.

4) Literasi Teknologi (Technology Literacy) Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, kemampuan dalam memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta mengoperasikan program perangkat lunak. Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.

5) Literasi Visual (Visual Literacy) Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audiovisual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang tidak terbendung, baik dalam bentuk cetak, auditori, maupun digital (perpaduan ketiganya disebut teks multimodal), perlu dikelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasarkan etika dan kepatutan.

4. Model Program Literasi

(39)

5. Pentahapan Kegiatan

Kegaitan pengembangan literasi, sesuai panduan, sebagai gerakan berkelanjutan dikelompokan dalam tiga tahap.

1) Kegiatan Meningkatkan Pembiasaan

Melalui kegiatan yang difasilitasi guru yang diintegrasikan dalam pembelajaran.

Contoh,

 guru memberikan peluang membaca di awal pembelajaran

 guru memberi tugas siswa belajar di perpustakaan.

 siswa mencari bahan bacaan sendiri.

 guru menugaskan siswa menganalisis dan merumuskan resume

 meningkatkan daya baca siswa dengan dukungan buku, e book, dan teknologi digital

2) Kegiatan Pengembangan

Tahap pengembangan merupakan kelanjutan dari tahap pembliasaan. Sekolah mengagedakan berbagai kegiatan seperti pada contoh berikut:

a) mengasah kemampuan peserta didik dalam menanggapi buku pengayaan secara lisan dan tulisan dalam diskusi

(40)

c) mengasah kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, analitis, kreatif, dan inovatif; seperti lomba menulis risensi atau menyajikan kritik buku.

d) mendorong peserta didik untuk selalu mencari keterkaitan antara buku dalam kegiatan pengenalan alam sekitarnya.

e) Lomba menyajikan jurnal membaca buku.

3) Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan literasi pembelajaran adalah mengembangkan pengalaman belajar siswa baik yang dilakukan dalam proses pembelajaran maupun kegiatan mandiri. Kegiatan ini bertujuan:

a) mengembangkan kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi sehingga terbentuk pribadi pembelajar sepanjang hayat;

b) mengembangkan kemampuan berpikir kritis; dan

c) mengolah dan mengelola kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital) melalui kegiatan menanggapi teks buku bacaan dan buku pelajaran.

Contoh kegiatan literasi yang diintegrasikan dalam pemepelajaran

a) Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu diikuti kegiatan lain dengan tagihan non-akademik atau akademik.

b) Kegiatan literasi dalam pembelajaran dengan tagihan akademik c) Melaksanakan berbagai strategi untuk memahami teks dalam

semua mata pelajaran (misalnya, dengan menggunakan graphic organizers ).

d) Menggunakan lingkungan fisik, sosial dan afektif, dan akademik disertai beragam bacaan (cetak, visual, auditori, digital) yang kaya literasi di luar buku teks pelajaran untuk memperkaya pengetahuan dalam mata pelajaran.

e) Penulisan biografi siswa-siswa dalam satu kelas sebagai proyek kelas.

f) Aplikasi teknologi dalam pembelajaran.

(41)

I.

Struktur Program

Kegiatan-kegiatan yang dipersyaratkan dilengkapi program dalam

pengelolaannya, sekolah menyiapkan program dengan struktur sebagai

berikut:

MODEL PRORAM LITERASI

NO.

KOMPONEN

URAIAN

1) Perencanaan

1.

Program

: Gerakan Literasi

2.

Kondisi Nyata

:

3.

Kondisi Ideal

4.

Masalah Utama

:

5.

Kegiatan (Solusi)

:

7.

Tujuan

:

8.

Indikator

Pencapaian

:

9.

Strategi

Pelaksanaan

:

10.

Tim Pelaksana/

Uraian Tugas

:

2) Pelaksanaan

No.

Komponen Kegiatan

Pelaksanaan

Tanggal

1.

Pelaksana Kegiatan

dan Jadwal

:

1. Rapat pembahasan

Program tgl.

2. Implementasi Kegiatan

Pembiasan tgl

3. Implementaasi

Pembelajaran

4. Evaluasi Kegiatan

(42)

Diisi dengan catatan dan bukti fisik

kegiatan

3) Evaluasi Kegiatan

6.

Evaluasi

pelaksanaan

: Pelakasnaan Evaluas dilakukan secara

berkala dan disampakan ke forum dewan

guru dalam rapat evaluasi program.

7.

Evaluasi

Pencapaian

Terlampir.

J.

Instrumen Evaluasi

Evaluasi kegiatan literasi mencakup keterlaksanaan program dan keberhasilan program. Indikator pencapian tujuan yang terukur menjadi dasar perumusan instrumen. Target program pada tiap satuan pendidikan mencerminkan karakteristik keunggulan satuan pendidikan. Contoh Instrumen:

No. Indikator

2. Sekolah menyedaiakan akses internet pendukung pembelajaran

8. Siswa merumuskan resume materi yang dibaca di perpustakaan.

(43)

dilaksanakan.

10. Lima % siswa yang menunjukan kompetensi yang berkunggulan sehingga dapat berkompetisi dengan siswa dari sekolah lain.

(44)

BAB V. KALENDER PENDIDIKAN

Kalender pendidikan merupakan pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Bagian penting yang perlu diperhatikan dalam perumusan kalender pendidikan adalah:

A. Permulaan Tahun Ajaran

Permulaan tahun ajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan.

B. Pengaturan Waktu Belajar Efektif

1) Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun ajaran pada setiap satuan pendidikan,

2) Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu yang meliputi jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah jumlah jam untuk kegiatan lain yang dianggap penting oleh satuan pendidikan, yang pengaturannya disesuaikan dengan keadaan dan kondisi daerah.

C. Pengaturan Waktu Libur

Penetapan waktu libur dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku tentang hari libur, baik nasional maupun daerah. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun ajaran, hari libur keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.

Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur, dan kegiatan lainnya tertera pada Tabel berikut ini.

Tabel 1: Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan

NO KEGIATAN ALOKASI

WAKTU KETERANGAN Minggu efektif belajar

reguler setiap tahun (Kelas I-V, VII-VIII, X-XI)

Minimal 36 minggu

(45)

NO KEGIATAN ALOKASI

Jeda tengah semester Maksimal 2 minggu

Hari libur keagamaan Maksimal 4 minggu

(46)

BAB VI. PANDUAN PEMBELAJARAN

A. Pembelajaran

Fokus utama pengelolaan kurikulum adalah menjamin siswa belajar dan guru mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Penjaminan utama adalah terwujudnya proses belajar yang didukung dengan suasana belajar yang kondusif. Pengelolaan pembelajaran merupakan serangkaian tindakan perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan evaluasi pembelajaran dalam menjamin terwujudnya keunggulan mutu lulusan pada tingkat satuan pendidikan sesuai dengan target yang sekolah tetapkan.

Dalam sistem pengelolaan pembelajaran kepala sekolah berperan sebagai pemimpin pembelajaran. Tugas pemimpin pembelajaran adalah memngerahkan sumber daya yang tersedia dan yang mungkin dapat disedikan untuk menunjang terwujudnya berlangsungnya proses belajar sebagaimana yang direncanakan demi terealisasi keunggulan kompetensi mutu lulusan. Untuk mewujudkan itu, pimpinan pembelajaran perlu memperhatikan tindakan :

 Memimpin musyawarah dewan pendidik menentukan indikator pencapaian kompetensi tingkat satuan pendidikan.

 Merumuskan target atau kriteria keberhasilan pada setiap indikator mutu keunggulan lulusan tingkat satuan pendidikan

 Mengembangkan suasana sekolah sebagai lingkungan belajar yang kondusif.

 Meningkatkan penjaminan keterlaksanaan dan keberhasilan proses pembelajaran

 Mensupervisi ketercapaian target mutu hasil belajar siswa.

 Memimpin rapat dewan pendidik mengevaluasi keberhasil pelaksanaan kurikulum.

Arah pengelolaan dampak terhadap penguatan sikap, pengetehuan dan keterampilan yang menjadi target sekolah. Pengembangan ketiga ramah itu memiliki jalur pengembangan yang berbeda-beda. Karena itu diperlukan strategi yang berbeda pula.dalam mengembangkannya. . Sikap siswa tidak secara serta merta berkembang manakala pengetahuan siswa berkembang. Begitu juga keterampilan siswa tidak serta merta bertumbuh saat pengetahuan siswa berkembang. Hal ini menegaskan bahwa dalam proses

Berdasarkan deskripsi di atas tim pengembang kurikulum berusaha untuk memenuhi kriteria sesuai dengan prinsip pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum 2013 pada tingkat satuan pendidikan sebagai berikut:

(47)

1) Peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu; 2) Peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3) Proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah; 4) Pembelajaran berbasis kompetensi;

5) Pembelajaran yang menekankan pada jawaban divergen yang memiliki kebenaran multi dimensi;

6) Pembelajaran berbasis keterampilan aplikatif;

7) Peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan keterkaitan antara hard-skills dan soft-skills;

8) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;

9) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

10) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;

11) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik; dan

12) Suasana belajar menyenangkan dan menantang.

B. Program Tahunan dan Program Semester

Program tahunan merupakan serangkat kegiatan yang terintegrasi dengan penetapan alokasi waktu satu tahun agar seluruh kompetensi dasar dalam kurikulum dapat siswa kuasai. Program tahunan wajib guru persiapkan sebelum tahun palajaran dimulai dengan mengidentifikasi KD yang harus disampaikan dengan jumlah waktu efektif yang tersedia sehingga dapat digunakan sebagai dasar penetapan program semester.

Program semester adalah turunan dari program tahunan yang memuat rencana kegiatan pelaksanaan kurikulum dalam rentang satu semester. Dengan tugas guru yang selalu terintegrasi dengan program tahunan adalah merumuskan pengaturan kegiatan tiap semester yang mengundung komponen yang sama dengan program tahunan.

Gambar

tabel berikut.
Tabel 1: Alokasi Waktu pada Kalender Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

We prove that if the particle hopping rates of this process are in a particular relation with the densities of the initial measure then the distribution of this process at any time t

Apakah petugas kesehatan selalu memberikan dorongan dan motivasi kepada saudara untuk minum obat sampai selesai Apakah petugas kesehatan selalu mengingatkan saudara untuk

H MODEL PEMBELAJARAN GUIDED EDIA PAPAN CACAH GORI TERHAD. ATEMATIKA MATERI SEGIEMPA I MTs NEGERI

Pemerintah daerah sendiri telah berupaya untuk meningkatkan kualitas anak, dengan menerapkan Pengarusutamaan Hak Anak (yang selanjutnya disebut PUHA), yaitu suatu

Dari hasil penelitian Turbin Aliran Silang dengan busur sudu 90 0 ini, dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain bahwa pada variasi tinggi nozzle 4 mm daya keluaran paling

[r]

Hasilnya dari pengujian ini menunjukkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return Saham, sedangkan Reurn On Asset, Earning Per

Segala puji bagi Allah SWT, yang jikalau seluruh pohon di atas muka bumi ini dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta untuk menuliskan ilmu Allah, maka tiada habis