• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Menyelesaikan Sengketa Kepegawaian.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Menyelesaikan Sengketa Kepegawaian."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

KOMPETENSI PENGADILAN TATA USAHA

NEGARA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA

KEPEGAWAIAN

I GEDE YASA CATUR ADNYANA NIM. 1203005207

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ii

KOMPETENSI PENGADILAN TATA USAHA

NEGARA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA

KEPEGAWAIAN

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

I GEDE YASA CATUR ADNYANA NIM. 1203005207

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir/skripsi yang berjudul “Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Menyelesaikan

Sengketa Kepegawaian” dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana. Penulis menyadari

bahwa penyusunan dan penyelesaian skripsi ini dapat berhasil dengan baik berkat

bimbingan, arahan, saran, motivasi dan dukungan baik moril maupun materiil dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. I Made Arya Utama S.H., M.Hum., Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, S.H., M.H., Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

3. Ibu Dr. Ni Ketut Sri Utari, S.H., M.H., Pembantu Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak Dr. I Gede Yusa, S.H., M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

5. Bapak I Ketut Artadi, S.H., S.U., sebagai Dosen Pembimbing I yang telah

(6)

vi

6. Bapak Nyoman A. Martana, S.H., M.H., sebagai Ketua Bagian Hukum

Acara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang dengan sangat sabar

memberikan bimbingannya berupa arahan, kritik dan saran dalam

penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Prof. I Wayan Parsa, S.H., M.Hum., sebagai Pembimbing

Akademik yang senantiasa membimbing penulis dari awal kuliah hingga

akhir di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

8. Bapak Nyoman Satyayudha Dananjaya, S.H., M.H., sebagai Dosen dalam

Program Kekhususan Peradilan yang telah membimbing penulis baik di

dalam maupun di luar kelas.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas

Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan bekal ilmu dan

bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan

skripsi ini.

10.Orang Tua penulis I Made Sukerana, S.H dan Ni Ketut Sumawati, S.E.

serta Saudara kandung penulis I Made Aditya Setiawan dan I Nyoman

Dewangga Adi Suarnata atas doa, perhatian serta dukungan materiil

maupun moril kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

11.Sahabat – sahabat seperjuangan penulis Dewa Arie, Sabo, Ardi, Anom,

Bima, dan Ninda yang berperan baik langsung maupun tidak langsung

(7)

vii

12.Sahabat – sahabat sepermainan penulis dari Sekolah Menengah Atas

sampai sekarang Galant, Krisna, dan Steven yang selalu memberikan

semangat dalam penyusunan skripsi ini.

13.Sahabat – sahabat penulis di Fakultas Hukum Universitas Udayana

khususnya kawan – kawan satu Pembimbing Akademik, kawan – kawan

Udayana Moot Court Community (UMCC), kawan – kawan Tim Liga

Hukum Reguler Angkatan 2012 serta kawan – kawan kelas D yang

senantiasa memberikan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

14.Sahabat – sahabat penulis saat Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tianyar

Barat, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem atas pengalaman dan

dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan. Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 27 Agustus 2016

(8)
(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... viii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 12

1.3Ruang Lingkup Masalah ... 12

1.4Orisinalitas Penelitian ... 13

1.5Tujuan Penelitian ... 15

a. Tujuan Umum ... 15

b. Tujuan Khusus ... 16

1.6Manfaat Penelitian ... 16

a. Manfaat Teoritis... 17

b. Manfaat Praktis ... 17

(10)

x

1.8Metode Penelitian ... 22

a. Jenis Penelitian ... 24

b. Jenis Pendekatan ... 24

c. Bahan Hukum ... 26

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 28

e. Teknik Analisis ... 29

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KOMPETENSI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DAN SENGKETA KEPEGAWAIAN ... 30

2.1 Pengertian Kompetensi Pengadilan ... 30

2.2 Jenis – Jenis Kompetensi Pengadilan ... 32

2.3 Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara... 34

2.4 Asas – Asas Yang Berlaku Dalam Pengadilan Tata Usaha Negara ... 42

2.5 Aspek – Aspek Kepegawaian ... 45

2.6 Sengketa Kepegawaian ... 51

BAB III KOMPETENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA KEPEGAWAIAN ... 59

3.1 Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Menyelesaikan Sengketa Kepegawaian... 59

3.2 Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Sengketa Kepegawaian ... 68

BAB IV AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGADILAN TATA USAHA NEGARA YANG MENERIMA GUGATAN MENGENAI SENGKETA KEPEGAWAIAN ... 76

(11)

xi

4. 2 Akibat Hukum Terhadap Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Berkaitan

Dengan Sengketa Kepegawaian ... 79

BAB V PENUTUP ... 84

5.1Simpulan ... 84

5.2Saran ... 86

(12)

xii ABSTRAK

Indonesia sebagai negara hukum dipertegas di dalam ketentuan Pasal 1 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Sebagai negara hukum Indonesia dalam menjalankan pemerintahannya harus berdasarkan peraturan hukum yang berlaku (rechtmatig). Konsekuensi lain dari negara hukum adalah perlu adanya peradilan administrasi guna mengontrol jalannya pemerintahan tersebut yang di Indonesia dikenal dengan nama Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Salah satu kompetensi dari PTUN adalah menyelesaikan sengketa kepegawaian. Namun pasca dikeluarkannya UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, terdapat perbedaan dalam menangani sengketa kepegawaian dikarenakan Pasal 129 ayat (1) UU ASN menyatakan bahwa sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Konsekuensinya adalah pihak yang tidak puas tidak dapat mengajukan gugatan ke PTUN namun harus langsung mengajukan gugatannya ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PTTUN) yang disebabkan oleh ketentuan Pasal 48 jo. Pasal 51 ayat (3) UU No. 5 Tahun 1986. Namun faktanya masih banyak sengketa kepegawaian yang diajukan langsung ke PTUN sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kompetensi PTUN dalam menyelesaikan sengketa kepegawaian serta bagaimana akibat hukum terhadap PTUN yang menerima gugatan mengenai sengketa kepegawaian.

Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian hukum normatif dengan mengutamakan pengkajian terhadap norma – norma hukum dan asas – asas hukum terkait. Norma – norma hukum dalam hal ini adalah peraturan perundang – undangan mulai dengan yang terendah sampai dengan yang tertinggi sesuai dengan hierarki peraturan perundang – undangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PTUN tetap memiliki kewenangan dalam menyelesaikan sengketa kepegawaian namun diluar dari sengketa kepegawaian berdasarkan Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) tentang disiplin dan pemberhentian. Namun kenyataannya masih terdapat PTUN yang memeriksa perkara tersebut sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum. Kemudian akibat hukum terhadap PTUN yang bersangkutan akan diberikan sanksi berupa teguran dan peringatan yang dipandang perlu oleh PTTUN dan Mahkamah Agung (MA) berdasarkan Asas Peradilan Berjenjang. Guna menghindari terjadinya kejadian serupa, fungsi pengawasan yang dimiliki oleh PTTUN dan MA harus lebih ditingkatkan lagi sehingga tercipta suasana peradilan yang dapat memberikan kepastian hukum bagi rakyat pencari keadilan.

(13)

xiii ABSTRACT

Indonesia as a state of law is reinforced in Article 1 paragraph (3) the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945. Indonesia as a legal state in running his government should be based on applicable legislation (rechtmatig). Another consequence of the law of the country is the need for the administration of justice in order to control the running of the government that in Indonesia known as the Administrative Court. One of the competence of the Administrative Court is to resolve the employment dispute. But after the issuance of Article 5 of 2014 on the Civil State Apparatus, there is a difference in handling employment disputes because Article 129 paragraph (1) CSA Article states that CSA Employee disputes resolved through administrative effort.The consequence is that those who are not satisfied can not file a lawsuit to the Administrative Court, but must immediately file a lawsuit to the High Administrative Court caused by the provisions of Article 48 jo. Article 51 paragraph (3) of Article 5 of 1986. But in fact there are many employment disputes submitted directly to the Administrative Court, causing legal uncertainty. This study aims to determine how the competence of the Administrative Court in resolving employment disputes and how the legal consequences of the Administrative Court that received the lawsuit regarding the employment dispute.

This type of research is a normative law research with emphasis on the assessment of legal norms and the relevant legal principles. Legal norms in this regard is the legislation start with the lowest to the highest according to the hierarchy of the legislation.

The results showed that the Administrative Court retains the authority to resolve employment dispute but employment disputes based on an administrative decision on discipline and dismissal. But in reality there are still administrative court examining the case giving rise to legal uncertainty. Then the legal consequences of the administrative court concerned will be given in the form of reprimand and warning sanctions are deemed necessary by the State High Administrative Court and the Supreme Court based on the principle of Tiered Justice. In order to avoid the occurrence of similar incidents, oversight functions possessed by the Hight Administrative Court and the Supreme Court should be further enhanced so as to create an atmosphere of justice to provide legal certainty for the people seeking justice.

Referensi

Dokumen terkait

Negara sebagai pihak pemilik budaya tradisional (dalam hal ini pemerintah daerah setempat) memiliki kewajiban dalam rangka pemeliharaan dan pengelolaan budaya tersebut,

Secara keselutuhan, tes printing dilakukan sampai 6x untuk mendapatkan sample akhir yang dapat digunakan untuk eksperimen dengan 2 jenis material yang berbeda ,

Diharapkan isi buku ini, secara metaforis, dapat mendo- rong Anda menjadi Coach yang mampu berperan seba- gaimana jamu beras kencur : menghibur, menyembuhkan dan/atau

Grafik specific fuel consumption dan efisiensi termal terhadap waktu operasi Nilai rata-rata SFC yang lebih tinggi pada mesin berbahan bakar B100 dikarenakan bahan

Untuk mengetahui adanya pengaruh peningkatan kadar VCO yang digunakan pa da sediaan, maka dilakukan analisis statistika One-Way Anova dengan derajat kepercayaan α=0,05

Pada persiapan ini tim pelaksana kegiatan sosialisasi melakukan beberapa persiapan yaitu persiapan alat dan bahan sebagai penunjang kegiatan, persiapan pembuatan produk

Perbedaan yang menjadikan penelitian penulis orisinil yakni menekankan pada faktor-faktor yang memengaruhi sikap abstain Amerika Serikat dalam Sidang DK PBB pada

Keinginan Suriah mewujudkan Suriah Raya dengan menjadikan Lebanon masuk dalam wilayah Suriah dengan tidak membuka hubungan diplomatik dengan Lebanon dan putusnya