• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Penderita Diabetes Melitus di Yayasan "X" Rumah Sakit "Y" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Explanatory Style Pada Penderita Diabetes Melitus di Yayasan "X" Rumah Sakit "Y" Bandung."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran explanatory style

penderita diabetes mellitus di yayasan “X” rumah sakit “Y” Bandung. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Populasi sasaran adalah anggota yayasan “X” rumah sakit “Y” yang menderita diabetes mellitus dengan jumlah anggota 30 orang yang menjadi responden dalam penelitian ini.

Alat ukur yang digunakan adalah Attributional Style Questionnaire (ASQ) yang disusun oleh Martin E. P. Seligman (1990) yang diterjemahkan dan diadaptasi oleh peneliti sesuai dengan judul penelitian skripsi. Validitas alat ukur menggunakan Content Validity yang melibatkan penilaian yang sistematis tentang content alat ukur dengan meminta expert menilai kembali spesifikasi alat ukur dan pilihan item yang digunakan.

Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa 80% penderita diabetes

yang menjadi anggota aktif di yayasan “X” rumah sakit “Y” Bandung memiliki

optimistic explanatory style dan 20% lainnya memiliki pessimistic explanatory style. Penderita diabetes yang optimistic explanatory style memandang keadaan baik (good situation) sebagai keadaan yang menetap, universal dan internal sedangkan keadaan buruk (bad situation) sebagai keadaan yang temporer, spesifik dan eksternal. Penderita diabetes yang memiliki pessimistic explanatory style memandang keadaan buruk (bad situation) sebagai keadaan yang menetap, universal dan internal sedangkan keadaan baik (good situation) sebagai keadaan yang temporer, spesifik dan eksternal.

(2)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACK

The purpose of this research is to know the explanatory style of the sufferers

diabetic mellitus in “X” organization “Y” hospital Bandung. The research used descriptive method by using survey technique. The target population is the people who diagnostic by doctor are suffer diabetic mellitus who active as a member of in

“X” organization “Y” hospital Bandung, usually present in organization activity.

The measurement tool used is Attributional Style Questionare (ASQ which is arranged by Martin E. P. Seligman (1990), translated and adapted by the researcher focusing on Explanatory Style. The validity of measurement tool is tested by using content validity, who asked expert to recheck the value specifications item to used. The data was processed by using Descriptive Analyse Technique and presented in Frequency Distribution.

From the research result, the researcher found 80% of the sufferer’s diabetic mellitus are optimistic explanatory style. The optimistic explanatory style diabetic considers the good situation as a permanent, universal and internal situation. And when they face the bad situation, they consider it as a temporary, specific and external situation. The other hand, 20% diabetic in this organization is the pessimistic explanatory style. The pessimistic explanatory style diabetic considers the good situation as a temporary, specific and external situation. And when they face the bad situation, they consider it as a permanent, universal and internal situation.

Based on this research result, researcher proposes suggestion to the doctors,

nurses, employee of “X” organization “Y” hospital, family and friends of the diabetic

as a significant person can accept their condition, to give positive and constructive comments to all diabetic, and accompany to search new information about diabetic

mellitus whether the diabetic sufferer’s face the good situation or when they struggle

the bad situation. The employee of employee of “X” organization “Y” hospital and

the other health helper to give motivation to diabetic sufferer’s to control their

(3)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR………..i

DAFTAR ISI……….………..iv DAFTAR TABEL DAN SKEMA………..………..………vii

DAFTAR LAMPIRAN……….………..……….viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….…….……...1

1.2 Identifikasi Masalah……….……….………..……..7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian………..7

1.3.1 Maksud Penelitian………7

1.3.2 Tujuan Penelitian……….………...…8

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis………....8

(4)

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran………...……….…….9

1.6 Asumsi………....………19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Explanatory Style 2.1.1 Pengertian Explanatory Style...21

2.1.2 Dimensi-dimensi Explanatory Style...22

2.1.3 Faktor yang berpengaruh terhadap Explanatory Style...25

2.1.4 Keuntungan dari Optimistic Explanatory Style...27

2.1.5 Belief...29

2.2 Diabetes Melitus 2.2.1 Pemahaman tentang Diabetes Melitus………..….………..……29

2.2.2 Penyebab Diabetes Melitus………..……….….…..32

2.2.3 Diagnosa……….…….………..………….….…32

2.2.4 Komplikasi Jangka Panjang dari Diabetes Melitus…….….…...33

2.2.5 Pengobatan Diabetes Melitus……….……….………35

2.3 Psikologi Kesehatan (Ogden, Jand) 2.3.1 Psikologi Kesehatan……….….………40

(5)

Universitas Kristen Maranatha BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian……….….………...47

3.2 Bagan Prosedur Penelitian……….….…….……...………47

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1 Variabel Penelitian……….…….………48

3.3.2 Definisi Konseptual ……….……….……….………….48

3.3.3 Defenisi Operasional……….………..48

3.4 Alat Ukur 3.4.1 Attributional Style Questionare (ASQ)..………….…..…..…………...52

3.4.2 Prosedur Pengisian Kuesioner……….……..…..……….….54

3.4.3 Sistem Penilaian Alat Ukur ………....…………..………54

3.4.4 Data Pribadi dan Penunjang………….………..………56

3.4.5 Validitas Alat Ukur………56

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel 3.5.1 Populasi Sasaran………...…….……….57

3.5.2 Karakteristik Populasi………...….………57

(6)

Universitas Kristen Maranatha

3.5.4 Ukuran Sampel……….………..58

3.6 Teknik Analisis Data……….……….………..58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil………...……..60

4.1.1 Gambaran Responden Penelitian……….………..60

4.1.2 Hasil Pengolahan Data Utama……….………..63

4.2 Pembahasan……….………....65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….……….………73

5.2 Saran……….…………74

5.2.1 Saran Metodologi………..……….…….74

5.2.2 Saran Praktis………..………..75

DAFTAR PUSTAKA……….………..77

DAFTAR RUJUKAN……….……..78

(7)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL DAN SKEMA

Skema 1.1 Kerangka Pikir………..18

Skema 3.2 Rancangan Prosedur Penelitian……….………...48

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur………...………..52

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...……60

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan………...61

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan………….……61

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pekerjaan………..62

Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Diagnosa………...63

Tabel 4.6 Total Score………...……..63

(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ALAT UKUR UTAMA

LAMPIRAN 2 DATA PENUNJANG

LAMPIRAN 3 DATA MENTAH ALAT UKUR UTAMA

LAMPIRAN 4 PENGOLAHAN DATA UTAMA

LAMPIRAN 5 GAMBARAN RESPONDEN

LAMPIRAN 6 CROSS TAB

(9)
(10)

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit degeneratif semakin sering terdengar dan dialami oleh masyarakat

Indonesia. Bahkan penyakit degeneratif telah menjadi pembicaraan hangat di berbagai

kalangan bukan hanya di kalangan medis. Pesatnya perkembangan penyakit generatif

telah mendorong masyarakat luas untuk memahami dampak yang ditimbulkannya.

Penyakit degeneratif adalah istilah medis untuk menjelaskan suatu penyakit yang

muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi

lebih buruk (http://www.majalah-farmacia.com/rubric/one_news).

Penyakit yang masuk dalam kelompok ini antara lain diabetes melitus, stroke,

jantung koroner, kardiovaskular, obesitas, dislipidemia dan sebagainya. Dari berbagai

hasil penelitian modern diketahui bahwa munculnya penyakit degeneratif memiliki

korelasi yang cukup kuat dengan proses penuaan. Meskipun faktor keturunan juga

berperan cukup besar (http://www.majalah-farmacia.com).

Salah satu penyakit degeneratif yang banyak menimpa adalah diabetes

mellitus atau masyarakat awam biasa menyebutnya diabetes atau kencing manis.

Penyakit ini merupakan penyakit degeneratif non infeksi yang bersifat menahun

akibat tingginya kadar glukosa dalam darah. Diabetes juga dapat menimbulkan

penyakit lain dengan beragam keluhan karena diabetes melitus menyerang berbagai

macam organ fisik seperti mata, jantung, lambung, hati, ginjal, kulit hingga kaki. Oleh

sebab itu diabetes disebut juga ibu dari segala penyakit “mother of desease

(11)

Universitas Kristen Maranatha Penyakit diabetes akan semakin sulit bila telah terjadi komplikasi.

Manisfestasi dari diabetes dapat berupa komplikasi mikrovaskular dan

makrovaskular. Komplikasi mikrovaskular berupa retinopati yaitu kerusakan pada

mata, neuropati yaitu kerusakan pada neuron saraf. Pada makrovaskular

komplikasinya berkembang menjadi penyakit jantung, hipertensi, stroke, disfungsi

ginjal. Komplikasi pada jantung, hipertensi dan stroke kerap berakhir dengan

kematian (Buku Ajar FK, Ilmu Penyakit Dalam).

Di Indonesia jumlah penderita diabetes bertambah setiap tahunnya dan

menempati peringkat ke-4 terbanyak di dunia (data: Perkeni, 2005). Penderita

diabetes di Indonesia mencapai angka 8,4 juta dan diproyeksikan akan meningkat

pada 2030 menjadi 21,3 juta penderita. Perubahan gaya hidup dan pola makan

masyarakat Indonesia akibat urbanisasi dan modernisasi yang menjadi penyebab

melonjaknya angka penderita diabetes di Indonesia (http://www.kapanlagi.com)

Biaya perawatan minimal untuk rawat jalan seluruh penderita diabetes di

Indonesia diperhitungkan sebesar Rp 1.5 milyar per hari dan menurut beberapa

laporan tentang diabetes dari berbagai tempat di Indonesia menunjukkan angka

penyebaran dan komplikasi diabetes yang tidak banyak berbeda, sehingga masalah

diabetes tidak dapat dianggap sebagai masalah regional, melainkan sudah menjadi

masalah nasional. Untuk itu, perlu dibentuk organisasi bagi penderita diabetes pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai penyakit diabetes. Organisasi ini

merupakan suatu langkah menuju pelayanan terpadu dalam pengelolaan diabetes

termasuk penyuluhan kesehatan sehingga diharapkan dapat memberikan hasil yang

lebih baik dan dengan sendirinya dapat membantu menurunkan biaya perawatan yang

begitu tinggi. Salah satu organisasi sosial tingkat nasional tersebut adalah yayasan

(12)

Universitas Kristen Maranatha untuk meningkatkan kesejahteraan penderita diabetes di Indonesia (Tjokroprawiro,

2001:1)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Pembina yayasan “X”, secara

keseluruhan yayasan ini membantu para penderita untuk dapat tetap sehat meski

mengidap penyakit diabetes dengan menerapkan empat cara dalam usaha mengontrol

gula darah agar tidak terjadi komplikasi. Caranya adalah dengan mengontrol pola

makan atau biasa disebut diet sehat diabetes, berolahraga yang dilakukan dengan

melakukan kegiatan senam bersama, penggunaan obat anti diabetes, dan pemberian

informasi yaitu dengan melakukan berbagai bentuk penyuluhan edukatif untuk

menambah wawasan mengenai penyakit diabetes.

Psikologi kesehatan menyatakan bahwa manusia harus dilihat sebagai sistem

yang kompleks yaitu penyakit yang dialami disebabkan oleh beberapa faktor baik

fisik, psikologis dan sosial. (Ogden, 2007). Penderita diabetes pun mengalami

perubahan-perubahan fisik dan psikologis. Perubahan fisik yang dialami penderita

diabetes yang dirasakan yaitu, nafsu makan bertambah namun berat badan cenderung

menurun (meskipun makan dalam jumlah besar namun tidak mengalami obesitas),

kesemutan, susah menggerakkan badan, penglihatan mata kabur, banyak minum

karena sering haus, sering buang air kecil terutama pada malam hari, lemas, lesu,

mudah lelah, terkadang disertai gangguan pencernaan, sakit kepala, hipertensi,

terjadinya infeksi atau peradangan yang berulang-ulang, gatal dan kulit kering serta

luka sulit untuk disembuhkan (http://abidinblog.blogspot.com).

Berdasarkan survey awal terhadap 10 orang penderita diabetes di yayasan “X”

rumah sakit “Y” Bandung, pada saat dinyatakan menderita diabetes oleh dokter, 8

orang penderita diabetes merasa kaget, dan 6 orang diantaranya disertai perasaan

(13)

Universitas Kristen Maranatha dan 1 orang merasa kecewa dan takut menghadapi penyakit diabetes. Sebagian besar

penderita diabetes juga merasa bingung bagaimana mereka bisa menghadapi penyakit

diabetes. Semua hal yang dirasakan tersebut merupakan efek psikologis ketika

penderita diabetes mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit diabetes. Ini

merupakan reaksi yang sering terjadi pada individu yang divonis diabetes, mengingat

hingga saat ini pandangan masyarakat awam yang masih menganggap penyakit

diabetes sebagai penyakit yang sulit disembuhkan dan masyarakat juga kurang

memperoleh informasi menyeluruh mengenai diabetes. Selain itu, meskipun tidak

menular, namun penyakit ini merupakan penyakit turun-temurun.

Penderita diabetes memiliki tantangan untuk dapat mengontrol gula darahnya

setiap hari sehingga diperlukan cara pandang yang optimis. Sebagian besar penderita

diabetes memiliki belief bahwa penyakit diabetes merupakan penyakit seumur hidup

yang tidak dapat disembuhkan. Belief ini diperoleh dari informasi yang diterima dari

lingkungan, proses belajar pengalaman orang lain di sekitar mereka yang mengalami

efek samping fisik dan psikis dari pengobatan dan dari pengalaman saat mereka

mengalami sendiri efek samping fisik dan psikis akibat penyakit diabetes dan upaya

agar tetap dapat mengontrol gula darah. Belief ini akan mempengaruhi explanatory

style mereka terhadap berbagai peristiwa yang dialami baik situasi buruk maupun baik

saat mengontrol gula darah.

Penderita diabetes yang telah divonis mengidap penyakit oleh dokter berusaha

mencari penjelasan mengenai penyakitnya. Penjelasan tentang penyakit terhadap

dirinya sendiri disebut dengan explanatory style. Explanatory style adalah bagaimana

individu mempunyai kebiasaan untuk menerangkan kepada diri mereka mengapa

sesuatu terjadi. Explanatory style dibagi menjadi dua yaitu optimistic explanatory

(14)

Universitas Kristen Maranatha

optimistic explanatory style ketika berhadapan dengan suatu situasi baik antara lain

dapat berolah raga. minum obat, mengikuti penyuluhan atau informasi terkait diabetes

dengan teratur, dapat mengontrol asupan makanan sesuai anjuran dokter sehingga

gula darah terkontrol merupakan hal yang berlangsung menetap, mempengaruhi

sebagian besar aspek kehidupan mereka dan merupakan hal yang dapat dikendalikan

oleh diri sendiri. Sementara itu, individu yang pessimistic explanatory style pada

kejadian buruk seperti kadar gula darah yang meningkat akibat pola makan, olah raga

dan minum obat yang tidak teratur merupakan hal yang permanen, mempengaruhi

seluruh aspek kehidupan mereka dan dikarenakan masih dalam kemampuan untuk

mengendalikan.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang penderita

diabetes, sebanyak 2 orang merasa tidak yakin bahwa upaya pengendalian gula darah

yang dijalani dapat membuat individu bugar dan beraktivitas seperti biasanya.

Sebanyak 2 orang merasa kurang yakin dan cenderung pesimis dengan berbagai

upaya yang dilakukan sekarang dapat menjaga gula darah normal tetapi harus disertai

niat yang kuat dari dalam diri untuk dapat mengontrol nafsu makan dan

membutuhkan dorongan dari kerabat terdekat dalam menjalani pengobatan,

mengingatkan perilaku hidup sehat untuk penderita diabetes. Sebanyak 6 orang

lainnya merasa sangat yakin bahwa dengan berbagai upaya pengendalian gula darah

yang dijalankan saat ini dapat mengontrol gula darah mereka sehingga tidak terjadi

komplikasi bahkan dapat hidup bugar tanpa keluhan berarti akibat penyakit diabetes

yang diderita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang perawat yang bekerja di

yayasan “X” rumah sakit “Y” Bandung, diperoleh informasi bahwa pada awalnya

(15)

Universitas Kristen Maranatha diabetes namun dengan memberitahukan adanya yayasan tersebut sebagai wadah

untuk para diabetesi dan mereka diberikan informasi yang tepat mengenai diabetes

maka kecemasan penderita diabetes berkurang dan mereka lebih optimis dalam

mengontrol gula darahnya sehingga tetap dapat hidup sehat dan menjalani

aktivitasnya sehari-hari. Para penderita diabetes yang mengikuti program yang

diberikan yayasan “X” rumah sakit “Y” juga terlihat lebih sehat dibandingkan dengan

mereka yang tidak mengikuti program. Para penderita yang rutin mengikuti program

seperti diet, olah raga teratur, mengecek kadar gula darah dan menerima informasi

yang tepat mengenai penyakit jarang mengalami komplikasi akibat diabetes.

Berdasarkan penjelasan di atas, penderita diabetes memiliki penghayatan yang

berbeda-beda atas penyakit yang diderita yang selanjutnya mempengaruhi perbedaan

explanatory style pada setiap penderita diabetes. Padahal explanatory style yang

dimiliki tersebut mempunyai peranan yang besar bagi para penderita diabetes untuk

dapat mempengaruhi keberhasilan pengobatan yang dijalani sehinga membantu

mengontrol gula darah dan mencegah komplikasi. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk mengetahui bagaimana explanatory style pada penderita diabetes di yayasan

“X” rumah sakit “Y” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan

yang akan diteliti adalah bagaimana gambaran explanatory style penderita diabetes di

yayasan “X” rumah sakit “Y” Bandung.

(16)

Universitas Kristen Maranatha Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui explanatory style pada

penderita diabetes di yayasan “X” rumah sakit “Y” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

explanatory style pada penderita diabetes di yayasan “X” rumah sakit “Y” Bandung

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

 Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi ilmu psikologi

khususnya dalam bidang psikologi kesehatan mengenai explanatory style pada

penderita diabetes di yayasan “X” rumah sakit “Y” Bandung.

 Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain yang tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai explanatory style dan mendorong

dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik

tersebut.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberikan informasi kepada penderita diabetes mengenai explanatory style

sehingga penderita diabetes tersebut memperoleh pengetahuan tentang

kegunaan optimisme terkait pengaruhnya terhadap kesehatan.

 Memberikan informasi kepada keluarga atau pihak yang mendampingi

penderita diabetes di yayasan “X” rumah sakit “Y” Bandung mengenai

(17)

Universitas Kristen Maranatha memberikan dukungan untuk penderita diabetes agar dapat terus melakukan

upaya untuk mengontrol gula darah.

 Memberi informasi kepada dokter, perawat, konselor dan para ahli lainnya

dalam menghadapi dan memberi dukungan pada penderita diabetes di yayasan

“X” rumah sakit “Y” Bandung dan dapat menjadi suatu pertimbangan dalam

memberikan intervensi.

 Memberi informasi tambahan kepada masyarakat tentang penyakit diabetes

dan mengenai perlunya cara pandang yang optimis dalam upaya mengontrol

kadar gula.

1.5 Kerangka Pemikiran

Diabetes merupakan keadaan hyperglikemia (kadar gula darah tinggi) yang

kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dimana kadar

glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan

atau menggunakan insulin secara adekuat. Insulin adalah hormon yang dilepaskan

oleh pankreas, merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan

kadar gula darah yang tepat. Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel

sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi (Buku

Ajar FK).

Gejala yang diderita secara fisik antara lain adalah polyuria (banyak kencing),

polydipsia (banyak minum) dan polyphagia (banyak makan). Ginjal menghasilkan air

kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah

yang banyak (polyuria). Akibat polyuria maka penderita merasakan haus yang

berlebihan sehingga banyak minum (polydipsia). Sejumlah besar kalori hilang ke

(18)

Universitas Kristen Maranatha mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa

sehingga banyak makan namun berat badan cenderung menurun meskipun makan

dalam jumlah besar namun tidak mengalami obesitas, kesemutan, susah

menggerakkan badan, penglihatan mata kabur, banyak minum karena sering haus,

sering buang air kecil terutama pada malam hari, lemas, lesu, mudah lelah, terkadang

disertai gangguan pencernaan, sakit kepala, hipertensi, terjadinya infeksi atau

peradangan yang berulang-ulang, gatal dan kulit kering serta luka sulit untuk

disembuhkan (http://abidinblog.blogspot.com).

Selain mengalami perubahan fisik, seorang penderita diabetes juga dapat

mengalami efek psikologis. Penderita diabetes harus ditangani, bukan hanya

perubahan fisik yang terjadi tetapi dapat pula terjadi perubahan perilaku sehingga

perlu mendorong perubahan dalam keyakinan dan strategi menghadapi penyakit

sesuai dengan rekomendasi medis (Ogden, Jand. 2007). Dalam hal ini rekomendasi

medis untuk penderita diabetes yaitu usaha mengontrol gula darah dilakukan empat

cara yaitu dengan berolah raga secara teratur, melakukan diet sehat, minum obat dan

pemberian informasi oleh pihak kesehatan seperti dokter, perawat, Pembina yayasan

dan pelatih senam.

Penderita penyakit kronis seperti diabetes dapat muncul reaksi emosional.

Individu yang didiagnosis diabetes oleh dokter merasa kaget, sedih, cemas, takut,

kecewa dan putus asa. Individu yang sehat kemudian mendapat diagnosa penyakit

kronis dan tengah berjuang menghadapi penyakit kronis yang dideritanya dapat

berada dalam kondisi yakin dan tidak yakin. Mereka tampak bersemangat dan

melakukan apapun demi kesembuhannya namun di saat lain orang tersebut dapat

berada pada puncak keputusasaannya menghadapi penyakit yang dideritanya (Yarsi,

(19)

Universitas Kristen Maranatha Penderita diabetes memiliki tantangan untuk dapat mengontrol gula darahnya

setiap hari sehingga diperlukan cara pandang yang optimis. Sebagian besar penderita

diabetes memiliki belief bahwa penyakit diabetes akan diderita seumur hidup, tidak

dapat disembuhkan meskipun menjalani upaya pengontrolan gula darah. Belief ini

akan mempengaruhi explanatory style mereka terhadap berbagai peristiwa yang

dialami baik situasi buruk maupun situasi baik dalam upaya mengontrol gula darah.

Bagaimana penderita diabetes menghayati mengenai situasi yang dialami

akibat penyakit yang diderita dalam upaya mengontrol gula darah merupakan bentuk

dari explanatory style. Explanatory style adalah kebiasaan individu untuk

menerangkan kepada diri mereka mengapa sesuatu peristiwa terjadi (Seligman, 1990).

Explanatory style tidak diturunkan melainkan dipelajari seiring dengan pengalaman

kehidupan. Dalam explanatory style tercakup tiga dimensi utama yaitu permanence,

pervasiveness, dan personalization. Dimensi pertama adalah Permanence (waktu),

yaitu apakah peristiwa yang terjadi bersifat menetap atau hanya sementara. Bila

penderita diabetes berpikir tentang dimensi permanence pada keadaan buruk disebut

permanence bad (PmB), sedangkan pada keadaan baik disebut permanence good

(PmG). Keadaan baik antara lain dapat berolah raga, minum obat, mengikuti

penyuluhan atau informasi terkait diabetes dengan teratur, dapat mengontrol asupan

makanan sesuai anjuran dokter sehingga gula darah terkontrol merupakan hal yang

berlangsung menetap atau sementara.

Dimensi kedua adalah Pervasiveness berbicara mengenai ruang lingkup dari

peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya sebagai sesuatu yang

menyeluruh atau khusus. Penderita diabetes berpikir tentang dimensi pervasiveness

pada keadaan buruk disebut pervasiveness bad (PvB), sedangkan pada keadaan baik

(20)

Universitas Kristen Maranatha yang dideritanya akan berpengaruh buruk terhadap seluruh aspek di dalam

kehidupannya maka disebut pervasiveness bad (PvB) universal, sedangkan bila

penderita diabetes memiliki cara pandang bahwa diabetes tidak akan berpengaruh

buruk terhadap seluruh kehidupannya maka disebut PvB spesifik. Demikian

sebaliknya pada situasi baik apakah mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya

disebut PvG universal atau hanya pada aspek tertentu saja disebut PvG spesifik.

Situasi baik antara lain dapat berolah raga, minum obat, mengikuti penyuluhan atau

informasi terkait diabetes dengan teratur, dapat mengontrol asupan makanan sesuai

anjuran dokter sehingga gula darah terkontrol merupakan hal yang dapat

mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya atau hanya mempengaruhi sebagian kecil

aspek kehidupannya.

Dimensi ketiga yaitu Personalization (diri), membicarakan mengenai pihak

yang menjadi penyebab peristiwa dalam kehidupan seseorang, yaitu diri atau di luar

diri. Apabila penderita diabetes berpikir mengenai siapa penyebab dari peristiwa yang

dialaminya dalam keadaan buruk disebut Personalization bad (PvB), sebaliknya bila

penderita diabetes berpikir mengenai siapa penyebab dari peristiwa yang dialaminya

dalam keadaan baik disebut personalization good (PsG). Situasi baik antara lain dapat

berolah raga, minum obat, mengikuti penyuluhan atau informasi terkait diabetes

dengan teratur, dapat mengontrol asupan makanan sesuai anjuran dokter sehingga

gula darah terkontrol merupakan hal yang masih dalam kemampuan penderita

diabetes atau orang lain untuk mengendalikan kadar gula darahnya.

Ada empat faktor yang mempengaruhi explanatory style pada seseorang.

Faktor pertama yaitu explanatory style ibu, optimisme dipelajari oleh seorang

penderita diabetes sejak ia masih anak-anak ketika berkomunikasi dengan orang tua

(21)

Universitas Kristen Maranatha mempelajari optimisme. Anak akan memperhatikan seluruh perkataan ibu dengan

teliti, bukan hanya kata-katanya melainkan juga sifat-sifat tertentu dari isi perkataan

ibu. Segala hal yang ditunjukkan ibu akan didengar setiap hari dan terus berulang

sehingga mempengaruhi explanatory style (Seligman, 1990). Namun pada penderita

diabetes bukan hanya explanatory style ibu saja yang dapat mempengaruhi penderita

diabetes, ada pula significant person yang lain seperti pasangan hidup yaitu suami

atau isteri, anak dan peer group. Pengalaman yang dialami oleh significant person

yaitu individu penting dalam lingkungan sehari-hari yang dapat dilihat secara

langsung ataupun seseorang tokoh masyarakat yang dikagumi. Pengalaman yang

dialami oleh significant person sedikit banyak akan mempengaruhi cara pandang

penderita diabetes untuk menjalankan pengobatan. Apabila penderita diabetes merasa

tidak yakin mengenai kemampuan ataupun hanya mempunyai pengalaman yang

terbatas mengenai diabetes, maka penderita diabetes akan lebih sensitif untuk

melakukan suatu tindakan berdasarkan peranan informasi dan pengalaman significant

person tersebut.

Faktor kedua yaitu kritik dari orang tua, orang tua akan memberikan kritik

terhadap penderita diabetes. Kritik dari orang tua tersebut akan mempengaruhi

explanatory style penderita diabetes. Penderita diabetes akan mendengarkan seluruh

kritik dengan cermat dan lebih mudah percaya terhadap kritik tersebut serta

menggunakan kritik-kritik dari lingkungan dan orang tua untuk membentuk

explanatory style (Seligman, 1990). Namun dalam hal ini, ternyata bukan hanya kritik

dari orang tua, melainkan persuasi verbal yaitu feedback yang diterima meliputi

nasihat atau anjuran, dukungan, pujian, peringatan, komentar yang dilakukan oleh

orang lain seperti dokter, anak, pasangan, orang tua dan teman juga dapat

(22)

Universitas Kristen Maranatha disampaikan orang lain terhadap seorang penderita diabetes memainkan peranan yang

penting agar tidak mudah menyerah, melihat peristiwa buruk sebagai sesuatu yang

sementara dan peristiwa buruk bukan disebabkan oleh kesalahannya.

Faktor yang ketiga yaitu masa krisis anak, jika pada masa kanak-kanak

individu penderita diabetes mengalami trauma seperti kehilangan seseorang yang

dekat maka trauma tersebut menjadi sesuatu yang dirasakan berat oleh individu

sebagai suatu pukulan yang mendalam dan akan membekas dalam waktu yang lama.

Jika trauma tersebut tidak segera ditangani anak tidak dapat menerima kenyataan

yang ada dalam waktu lama, mempengaruhi kemungkinan terbentuknya cara pikir

anak dalam melihat sebab dari kehilangan tersebut. Anak cenderung akan

menginterpretasikan bahwa orang tuanya tidak akan kembali dan dirinya tidak dapat

mempertahankan keberadaan orang tuanya untuk tetap bersamanya, sehingga anak

merasa tidak memiliki harapan (hopelesness) (Seligman, 1990). Selain masa krisis

anak, ada pula pengalaman keberhasilan diri yang dapat mempengaruhi explanatory

style pada penderita diabetes. Pengalaman keberhasilan tersebut merupakan hasil dari

pengalaman pribadi seseorang dalam bertindak menghadapi suatu hal, baik yang

merupakan keberhasilan ataupun yang merupakan kegagalan yang dialaminya. Dalam

hal ini, hasil yang pernah dicapai penderita diabetes adalah sumber yang paling dapat

diandalkan karena didasarkan pada pengalaman pribadi penderita diabetes sendiri.

Penderita diabetes akan dapat mengukur dampak dari tindakan mereka, dan akan

disimpulkan. Semua tindakan penderita diabetes dalam usaha untuk mengontrol gula

darah dan mencegah terjadinya komplikasi akibat diabetes, akan membantu

menciptakan cara pandang mereka. Kesuksesan akan meningkatkan keyakinan diri

(23)

Universitas Kristen Maranatha Faktor yang keempat yaitu faktor genetik, explanatory style dipengaruhi oleh

pengalaman individu dalam menghadapi berbagai keadaan, pengalaman tersebut

dipengaruhi oleh faktor kesamaan genetik (Seligman, 1990). Dalam hal ini juga

terkait dengan bentuk-bentuk reaksi emosional dan fisiologis seperti: keputusasaan,

ketenangan, kepuasan, kekecewaan, tertawa, menangis, keletihan secara fisik maupun

emosional akan memberikan informasi mengenai keyakinan diri penderita diabetes.

Dari dimensi Permanence, Pervasiveness dan Personalization dan adanya

faktor lain yang mempengaruhi dapat dilihat explanatory style seseorang terkait

situasi yang dihadapinya. Explanatory style terbagi dua yaitu optimistic explanatory

style dan pessimistic explanatory style (Seligman, 1990). Individu yang memiliki

optimistic explanatory style merupakan individu yang tidak mudah menyerah, melihat

peristiwa buruk sebagai sesuatu yang sementara, berpengaruh pada sebagian kecil

aspek kehidupannya yaitu aspek kesehatan dan mereka juga percaya bahwa peristiwa

buruk tersebut bukanlah kesalahannya, sehingga mereka tidak akan menyalahkan diri

sendiri. Dengan demikian orang optimis akan berusaha mencari jalan keluar untuk

memecahkan masalahnya. Sebaliknya, individu yang memiliki pessimistic

explanatory style percaya bahwa peristiwa buruk akan berlangsung lama bahkan

selamanya, peristiwa buruk akan menghancurkan segala sesuatu yang mereka

lakukan, dan cenderung menyalahkan diri sendiri, mereka juga cenderung akan

memandang penyebab dari peristiwa buruk yang dialaminya sebagai sesuatu yang

bersifat permanen, universal dan internal. Sejumlah penelitian juga menunjukkan

bahwa individu pesimis lebih mudah menyerah dan lebih mudah mengalami depresi

(Seligman, 1990).

Pada penderita diabetes yang tergolong optimistic explanatory style akan

(24)

Universitas Kristen Maranatha gagal mengontrol kadar gula darah stabil sebagai hal yang bersifat sementara, spesifik

terjadi pada sebagian kecil aspek kehidupan dan mereka juga percaya bahwa penyakit

diabetes yang diderita bukanlah kesalahannya sehingga mereka tidak akan

menyalahkan diri sendiri. Sedangkan penderita diabetes yang tergolong pessimistic

explanatory style akan memandang bahwa situasi buruk yang dialami akibat penyakit

diabetes yang dideritanya yaitu gagal mengontrol kadar gula darah stabil sebagai hal

yang berlangsung lama, penyakit diabetes yang diderita tidak dapat disembuhkan

bahkan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan mereka dan mereka juga akan

menyalahkan diri sendiri atas penyakit diabetes yang diderita. Adapun bagan

(25)

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir

Dimensi Explanatory style:

Permanence

Pervasiveness

Personalization

Optimistic Explanatory Style

Belief penderita

Diabetes

Explanatory style Penderita

Diabetes

Pessimistic Explanatory Style Faktor yang mempengaruhi:

1. Explanatory style ibu

2. Kritik dari orang lain

3. Masa krisis anak

(26)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

 Penderita diabetes yang sedang menjalani pengobatan di yayasan “X” rumah

sakit “Y” Bandung memiliki explanatory style atau cara pandang setiap pasien

diabetes menjelaskan dan menghayati suatu keadaan, baik keadaan yang baik

(good situation) ataupun keadaan buruk (bad situation) dapat berbeda-beda,

yaitu optimistic explanatory style atau pessimistic explanatory style.

Explanatory style penderita diabetes terdiri dari 3 dimensi yaitu Permanence,

Pervasiveness dan Personalization.

Optimistic explanatory style ditinjau dari dimensi Permanence artinya

penderita diabetes memiliki cara pandang bahwa situasi baik yang dialaminya

dalam mengontrol gula darah akan berlangsung menetap, sedangkan situasi

buruk akan berlangsung sementara dan sebaliknya pada individu yang

pessimistic explanatory style memandang bahwa situasi baik akan berlangsung

sementara dan situasi buruk akan menetap. Situasi baik antara lain dapat

berolah raga, minum obat, mengikuti penyuluhan atau informasi terkait

diabetes dengan teratur, dapat mengontrol asupan makanan sesuai anjuran

dokter sehingga gula darah terkontrol merupakan hal yang berlangsung

menetap dan situasi buruk merupakan hal sebaliknya.

Optimistic explanatory style ditinjau dari dimensi Pervasiveness artinya

penderita diabetes memiliki cara pandang bahwa situasi baik yang dialaminya

dalam mengontrol gula darah mempengaruhi seluruh aspek kehidupan,

sedangkan situasi buruk berpengaruh pada sebagian kecil aspek kehidupan dan

sebaliknya pada individu yang pessimistic explanatory style memandang

(27)

Universitas Kristen Maranatha situasi buruk mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Situasi baik antara lain

dapat berolah raga, minum obat, mengikuti penyuluhan atau informasi terkait

diabetes dengan teratur, dapat mengontrol asupan makanan sesuai anjuran

dokter sehingga gula darah terkontrol merupakan hal yang dapat

mempengaruhi seluruh atau sebagian kecil dari aspek kehidupannya.

Optimistic explanatory style ditinjau dari dimensi Personalization artinya

penderita diabetes memiliki cara pandang bahwa situasi baik merupakan hal

yang masih dapat dikendalikan dikendalikan oleh kemampuannya sendiri

sedangkan keadaan buruk disebabkan faktor lingkungan dan sebaliknya pada

individu yang pessimistic explanatory style memandang bahwa situasi baik

merupakan faktor internal dan situasi buruk disebabkan oleh faktor eksternal.

Situasi baik antara lain dapat berolah raga, minum obat, mengikuti penyuluhan

atau informasi terkait diabetes dengan teratur, dapat mengontrol asupan

makanan sesuai anjuran dokter sehingga gula darah terkontrol merupakan hal

masih mampu atau tidak mampu dikendalikan oleh diri.

Explanatory style penderita diabetes dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

Explanatory style ibu juga dipengaruhi oleh explanatory style figur signikan,

kritik dari orang dewasa juga dipengaruhi oleh persuasi verbal berupa

feedback dari orang lain mengenai penyakit yang dideritanya, masa krisis anak

juga pengalaman keberhasilan sebagai sumber terpercaya bagi diri sendiri

(28)

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada penderita diabetes

yayasan “X” rumah sakit “Y” Bandung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Jumlah penderita diabetes yang optimistic explanatory style lebih banyak yaitu

sebesar 80% dibandingkan penderita diabetes yang memiliki pessimistic

explanatory style sebesar 20%.

2. Penderita diabetes yang tergolong optimistic explanatory style memiliki cara

pandang bahwa situasi baik yang dialaminya bersifat permanen, universal dan

masih dalam kemampuan penderita diabetes untuk mengendalikan kadar gula

darahnya (internal) sedangkan situasi buruk yang dialaminya bersifat

sementara, spesifik dan eksternal. Hal ini sesuai dengan teori Seligman

(1990).

3. Penderita diabetes yang tergolong pessimistic explanatory style memiliki cara

pandang bahwa situasi baik yang dialaminya bersifat sementara, spesifik dan

di luar kemampuan penderita diabetes untuk mengendalikan situasi yang

dialaminya, disebabkan faktor lain di luar dirinya sedangkan situasi buruk

yang dialaminya bersifat permanen, universal dan eksternal. Hal ini sesuai

dengan teori Seligman (1990).

4. Faktor explanatory style ibu, kritik dari orang dewasa, masa krisis anak dan

genetik memiliki kecenderungan keterkaitan terhadap explanatory style

(29)

Universitas Kristen Maranatha 5. Dukungan dari berbagai pihak juga memiliki kecenderungan keterkaitan

terhadap explanatory style penderita diabetes, bukan hanya explanatory style

ibu tetapi juga figur signifikan, feedback dari orang lain seperti dokter,

Pembina yayasan, peergroup dan pengalaman keberhasilan yang diperoleh

dalam mengontrol gula darah juga berpengaruh terhadap explanatory style

penderita diabetes.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disarankan

beberapa hal yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi para penderita diabetes

dan pihak yang berkepentingan:

5.2.1 Saran Metodologi

1. Untuk penelitian selanjutnya: meneliti lebih lanjut dan mendalam seperti studi

kasus mengenai explanatory style penderita diabetes dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya, agar penghayatan dapat lebih tergali.

2. Dilakukan penelitian mengenai intervensi yang tepat bagi penderita diabetes

sehingga lebih optimis bahwa komplikasi diabetes bisa dicegah dan dapat tetap

menjalankan aktivitas dengan mengontrol kadar gula darah.

5.2.2 Saran Praktis

1. Penderita diabetes hendaknya lebih dapat memiliki cara pandang yang optimis

terhadap penyakitnya bahwa dirinya dapat mengontrol gula darah dan penyakit

(30)

Universitas Kristen Maranatha 2. Penderita diabetes juga baik dalam berbagi pengalaman baik dengan sesama

penderita diabetes dengan melakukan group counseling maupun dengan orang

lain di sekitarnya untuk membantu meningkatkan keyakinan bahwa penderita

diabetes juga dapat beraktivitas normal walaupun menderita diabetes juga

saling berbagi informasi dan berbagi pengalaman keberhasilan dalam

mengontrol gula darah untuk saling memotivasi.

3. Dokter dan pembina yayasan “X” lebih memotivasi, mengingatkan dan

memberi kritik yang membangun bagi penderita diabetes terutama ketika

kadar gula penderita diabetes meningkat seperti mengingatkan secara personal

ketika penderita diabetes mengecek kesehatannya.

4. Anggota keluarga atau kerabat dekat lainnya diharapkan dapat lebih menerima

dengan baik penderita diabetes, ikut membantu memperoleh informasi

mengenai penyakit diabetes dan menyadari bahwa penderita diabetes juga

membutuhkan dukungan untuk terus dapat mengontrol gula darahnya agar

tidak terjadi komplikasi.

5. Untuk masyarakat pada umumnya diharapkan bahwa penyakit diabetes

merupakan penyakit yang dapat dikendalikan sehingga dapat lebih tenang,

tidak terlalu cemas berkepanjangan bila ada anggota keluarga atau suatu saat

diri sendiri mengidap diabetes tetapi dapat segera mengambil tindakan dengan

mencari informasi yang tepat dan mengikuti program kesehatan yang

(31)

1

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Lanywati, Endang. 2006. Diabetes Mellitus. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Mangape, Dominggus, dkk. 2007. Sistem Endokrin Kapita Selekta. Bandung: DSU Grafika.

Nazir, Moh, Ph. D. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ogden, Jand. 2007. Health Psychology, A Textbook Fourth Edition. Two

Ten plaza, New York, USA.

Seligman, Martin E. P. 1990. Learned Optimism. New York: Pocket Books.

Santrock, Jhon W. 2002. Perkembangan Masa Hidup, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Tjokronegoro, Arjatmo, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran, Jilid Satu, Edisi ketiga. Jakarta: Gaya Baru.

Tjokroprawiro, Askandar. 2001. Diabetes Mellitus (Klasifikasi,

Diagnosis, dan Terapi), Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

(32)

2

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Abidin. 2008. Serba-serbi diabetes. (http://abidinblog.blogspot.com), diakses 10 April 2010.

(http://kesehatan.kompas.com), diakses 9 September 2009.

http://www.kapanlagi.com/html, diakses 9 September 2009.

Haryoto, R.S., 2006. Persadia. http://persadiaharyoto.blogspot.com, diakses 9 September 2009.

http://www.majalah-farmacia.com/rubric/one_news, diakses 23 Agustus 2009.

http://www.pdpersi.co.id, diakses 23 Agustus 2009.

http://www.wikipedia_diabetes.com, diakses 23 Agustus 2009. Diabetes Melitus.

Psikologi Kesehatan. http://yarsi.blogspot.co.id, diakses 10 April 2010.

Octavariani, Mita. 2008. Studi Deskriptif mengenai Explanatory Style

pada Penderita Kanker yang sedang Menjalani Kemoterapi di Rumah

Sakit ‘X’ Kota Bandung. Metodologi Penelitian Lanjutan. Bandung:

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis uji statistik One Way Anova dan Pearson Product Moment dengan tingkat signifikansi 95% didapatkan jenis pekerjaan (p-value 0,079) dan

dengan segala aktifitas yang terdapat pada Bank BNI Bukittinggi dalam. memberikan pelayanan

Karya sastra (baca : novel) adalah pengungkapan dan penghayalan manusia yang paling dalam. Perjalanan hidup di zaman dan tempat di dunia ini, sastra dan masyarakat adalah.. dua

Seperti yang diungkapkan oleh Marwan Asri (1991: 30) dapat diartikan bahwa strategi pemasaran mengandung dua faktor yang terpisah tetapi berhubungan erat yaitu target pasar

[r]

Aktivitas siswa di kelas VII-B SMP Negeri 1 Kertasemaya dalam pembelajaran Sejarah dengan menggunakan metode foxfire, dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas

Sahabat MQ/ Kondisi pengeluaran keuangan rumah tangga para perokok/ cukup memprihatinkan// karena lebih banyak dihabiskan untuk konsumsi rokok/ apabila dibandingkan

[r]