ABSTRAK
PENATALAKSANAAN
MOLA HIDATIDOSA
Rita Arrianty, 2005. Pembimbing : Sri Nadya Saanin, dr., MKes
Mola hidatidosa adalah keadaan patologi dari korion, bersifat jinak dan ditandai oleh adanya; degenerasi kistik viIi dan perubahan hidrofik, tidak ada pembuluh darah janin, dan proIiferasi trofoblas. Penyakit ini memiliki agresivitas yang tinggi menuju keganasan. Tercatat sebanyak :~ - 3% keganasan yang berawal dari kasus mola hidatidosa, sehingga bila penanganannya tidak intensif penderita bisa kehilangan fungsi reproduksinya.
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar dapat ditegakkan diagnosa secara dini sehingga mendukung penatalaksanaan yang tepat yang mencegah terjadinya kompIikasi, maka pada akhirnya angka mortaIitas dapat ditekan.
Gejala kIinik mola hidatidosa terjadi pada waktu kehamilan 18 minggu pertama oleh karena pada minggu-minggu tersebut umumnya terjadi perdarahan pervaginam yang tidak disertai rasa nyeri, dan diagnosa pasti mulai dapat ditegakkan bila gelembung-gelembung mola telah lahir.
Melalui pembahasan mengenai mola hidatidosa ini, diharapkan masyarakat lebih mengenal dan dapat melakukan upaya preventif dengan cara melakukan pemeriksaan dini, sehingga kompIikasi yang berakibat buruk terhadap penderita dapat dicegah.
ABSTRACT
THE PROTOCOL
OF HYDATIDIFORM
MOLE
Rita Arrianty, 2005. Pembimbing :Sri Nadya Saanin, dr., MKes
HydatidUorm mole is a common benign chorionic pathology, which is shown by villi degenerative cysts and hydropic d(f{erentiatioll, there is no fetal vessel and a trophoblastic pro l(jera tion. This is an aggressive disease and it can turn into malignant condition. About 2 - 3%from hydatid({orm mole become malignant. So ({ the patient don't intensively treated they will loss their reproductive function.
The aim of this paper is to get an early diagnose of hydatid({orm mole so that we can give the absolute treatment of the patient which can prevent the possibility of the complications to happen. Finally the rate of mortality can be reduced.
The symptom of hydatid(fhrm mole occurs in the .first 18 weeks of pregnancy because in the early weeks painless vaginal bleeding usually happens and the .final diagnose can be reached ({the bubble ofmole has been delivered.
Through the explanation of this hydatidUonn mole, it is expected that the community will understand much about this, so the fatal eI{ect of the complication can be prevented by an early examined.
DAFT AR ISI
Halaman
JUDUL .. I
LEMBAR PERSETUJUAN ii
SURAT PERNY ATAAN
...iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT
.vKAT A PENGANT AR vi
DAFT AR ISI viii
DAFT AR T ABEL x
DAFT AR GAMBAR Xl
BAB IPENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi Masalah 1
1.3. Maksud dan Tujuan 2
1.4. Manfaat Penelitian 2
BAB II TINJAUAN PUS TAKA
2.1 Anatomi-Fisiologi Uterus ... ... 3
2.1.1. Anatomi-Histologi... ... 3
2.1.2. Fisiologi 6
2.1.3. Keadaan Patologi 8
2.2 Mola hidatidosa 9
2.2.1 Klasifikasi 9
2.2.2 Patogenesis ... ... ... 12
2.2.3. Insidensi 13
2.2.4. Etiologi 14
2.2.5. Morfologi ... ... 14
2.2.6. Gejala Klinis 18
2.2.7. Komplikasi 24
2.2.8. Prognosis ... 27
2.2.9. Diagnosis 27
2.2.10. Diagnosis Banding 32
2.2.11. Penatalaksanaan ... 33
BAB III PEMBAHASAN ... ... ... 38
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 43
4.1. Kesimpulan 43
4.2. Saran 44
DAFT AR PUST AKA 45
RIW A Y AT HIDUP 47
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel2.2. Gambaran Perbedaan Mala Hidatidosa Komplit dan Mala
Hidatidosa Parsial (Cunningham dkk, 1997) ... ., . .., ... .. ... ... ... ... 11
DAFT AR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Uterus dan Bagian-Bagiannya (Rustam, 1998) 3
Gambar 2.2. Vaskularisasi Uterus (Gray & Henry, 2000) 5 Gambar 2.3 Diagram Perubahan Dam Endometrium (Sandritter & Thomas, 1988) 6 Gambar 2.4. Skema Genetika Mola Hidatidosa (Moore & Lissa, 2004) 12 Gambar 2.5. Gross Mola Hidatidosa (Evans & Jill, 2(02) 16 Gambar 2.6. Histologi Mola Hidatidosa (Sandritter & Thomas, 1988) 17 Gambar 2.7. Mola Hidatidosa Komplet dan Mola Hidatidosa Parsial
(David & Pillai, 1996) ... 18
Gambar 2.8. Uterus yang Membesar (17 minggu) dan Perubahannya Setelah
Dilakukan Pengosongan Mola Lewat Suction (Cunningham dkk, 1995) 20 Gambar 2.9. Histologi Koriokarsinoma Villosum (kiri) & Mola Hidatidosa
Koriokarsinoma Non-Villosum (kanan) (Keiser dkk, 2004) 27 Gambar 2.10. Gambaran Snow Flake Pattern Pad a Penderita Mola Hidatidosa
(Ward dkk, 1994) ... . 30
Gambar 2.11. Gambaran Arteriogram Pelvis (Keiser dkk, 2004) 31 Gambar 2.12. Potongan Transversal (kiri) dan Potongan Sagital (kanan),
MRl pada Uterus Penderita Mola Hidatidosa (Keiser dkk, 2004) 32
47
RIWAYATHIDUP
Data Pribadi
Nama
: Rita Arrianty
Tempat, TanggaIIahir
: Bandung, 16 Mei 1982
Alamat
: JIn. Leuwi Panjang, Komp. Leuwi Anyar H-7
Bandung 40234
Riwayat Pendidikan
1994, Lulus SDN. Babakan Tarogong IIIBandung 1997 , Lulus SMPN 3 Bandung
2000
,Lulus SMUN 5 Bandung
1
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mola hidatidosa didefinisikan sebagai suatu tumor jinak (benigna) dari korion. Penyakit ini biasanya dikaitkan dengan; sosioekonomi rendah, letak geografis berbeda (Asia Tenggara dan Mexico dengan insidensi yang banyak), malnutrisi (konsumsi protein rendah, asam folat rendah, dan karoten rendah), dan usia <20 tahun atau >40 tahun.
Prevalensi mola hidatidosa 1/1500 di USA dan 1/25 terdistribusi di Mexico. Kejadian pada wanita Asia lebih tinggi (1 kasus dari 120 kehamilan) daripada wanita di negara-negara barat (1 kasus dari 2000 kehamilan). (Benson & Pemoll's, 1994; Hanifa W, 1999).
Banyaknya penyulit pada kasus mola hidatidosa, memperburuk prognosis dari penyakit ini, seperti: preeklampsia, tirotoksikosis, anemia, dan hipotensi (Anna dkk, 2001). Apabila penanganan pada penyakit ini kurang baik tidak jarang menimbukan kematian.
Dengan adanya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, mola hidatidosa beserta pola penyakitnya dapat diketahui dan diharapkan masyarakat mengetahui juga lebih waspada terhadap gejala-gejala yang menyertainya dan melaksanakan pemeriksaan rutin terhadap kandungannya. Dengan deteksi dini maka angka kematian dapat ditekan semaksimal mungkin.
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana patogenesis mola hidatidosa?
2
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui patogenesis serta komplikasi mola hidatidosa secara lebih mendalam, dengan tujuan agar mengetahui progresifitas dari penyakit mola hidatidosa itu sendiri.
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah agar dapat ditegakkan diagnosis secara dint dan penatalaksanaan yang tepat sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan dapat menurunkan angka mortalitas dari kasus mola hidatidosa.
1.4. Manfaat
Khusus: untuk kalangan medis diharapkan dengan adanya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini pengetahuan mengenai etiologi, patogenesis, gejala klinis, dan faktor predisposisi terhadap kasus mola hidatidosa dapat dipahami, sehingga dapat ditegakkan diagnosis secara dini.
43
BABIV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
.
Patogenesis dari mola hidatidosa dapat berhubungan dengan genetika.Dimana pada mola hidatidosa komplet, ovum dibuahi oleh sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya sendiri setelah terjadinya proses miosis. Kromosom ini dapat tidak terlihat atau tampak tidak aktif. Semua mola hidatidosa komplet tidak begitu khas, dan kadang-kadang
pola kromosom
padamola hidatidosa komplet bisa 46 XV, keadaan ini terjadi
apabila dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung kromosom. Sedangkan pada mola hidatidosa parsial pada dasarnya prosesnya mirip dengan mola hidatidosa komplet, akan tetapi kariotipe yang dihasilkannya khas, yaitu berupa triploid, bisa 69 XXV, atau 69 XYY, dengan komplemen satu maternal tapi bisa juga dengan dua komponen haploid paternal.
. Faktor-faktor penyulit pada kehamilan mola hidatidosa dapat berupa: Anemia
Pre-ekl amp siaJekl am psi a
Disfungsi kelenjar tiroid
Emboli
Ekspulsi spontan
.
Penatalaksanaan mola hidatidosa adalah sebagai berikut:
Langkah awal penanganan mola hidatidosa adalah dengan memperbaiki
keadaan
umum
paslen,
apabila
pasien
mengalami
anemIa
atau
tirotoksikosis, maka keadaan ini harus ditanggulangi terlebih dahulu.
Pengeluaran jaringan mola, tindakan evakuasi ini bisa dengan tindakan
vakum kuretase ataupun histerektomi.
Pemberian preparat sitostatika. Gbat pilihan pada kemoterapi ini biasanya
menggunakan
preparat
methotrexate
atau
actinomycin
D.
Lama
44
umum pasien baik, akan tetapi bila kondisi umum pasien buruk lebih baik dirujuk ke dokter spesialis onkologi.
Tahap akhir penanganan kasus mola hidatidosa adalah pemeriksaan tindak lanjut, yang memiliki tujuan untuk mendeteksi dini setiap perubahan yang menunjukkan kemungkinan ke arah malignansi. Pemeriksaan tindak lanjut ini meliputi pencegahan kehamilan minimal I tahun setelah pasien menderita penyakit mola hidatidosa, pemeriksaan kadar hCG setiap dua minggu sekali. Apabila kadar hCG sudah normal, dilakukan pemeriksaan rutin setiap bulan selama 6 bulan dan dua bulan sekali pada 6 bulan berikutnya, sehingga total 1 tahun kadar hCG pasien normal, maka pengobatan dapat dihentikan dan pasien boleh hamil kembali.
4.2. Saran
45
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul,B.S.,Hendra,U,.
2000.Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi
(Bagian I). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Anna,F.,Djamheor,M.,Supriadi,G. 2001. Gambaran Epidemiologi Klinis Pada Kasus Mola Hidatidosa Komplit dan Mola Hidatidosa Parsialis Yang Dirawat
di RSUP Hasan Sadikin Bandung Periode 1Januari 1993 - 31 Desember 1997. Volume 33 No.1. Bandung: MKB. 24,26,43,45.
Bagian Obstetri & Ginekologi Universitas Pajajaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi. Bandung: Elstar.38.
Benson,R.C.,Pernoll,M.L.
1994.Handbook
of Obstetrics
and Gynecology.
United States: McGraw-Hill. 553-555.
Chalik,TMA.
1998.Hemoragi Utama Obstetri
&
Ginekologi.
Jakarta: Widya
Medika. 39.Christopher,S.,Beverly,J. 1992. Segi Praktis, Ilmu Kebidanan dan Kandungan untuk Pemula. Jakarta: Binarupa Aksara. 70,71.
Cunningham, MacDonald, Gant. 1995. Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta: EGC. 636-638,642-646.
David .K.,Pillai.
1996.Atlas Bantu Obstetri
&
Ginekologi.
Jakarta: Hipokrates.
Evans, Jill. 2002. Gross of Hydatidiform Mole. Http://brisbio..ac.uk/ROADS/subi ect -Iisting/hydatidiformmo Ie. html.
Gray, Henry.
2000.Gray's Anatomy On-line. Edisi 20.
Http://education.yahoo
.com.Heller, Luz. 1997. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakarta: EGC. 22.
Jonathan,S.B.,Eli, Y.A.,Paula,A.
1996.Novak's,
Gynecology.
Edisi
12.
Pennsylvania: Rose Tree Corporate Center. 1264-1267.
Keiser, Vincent., & Herbender, Thomas. 2004. Diagnose of Hydatid?form Mole. Http://www.uhrad.com/mamarc/mam028.htm.
46
Leeson,C.R.,Leeson,T.S.,Paparo,A.A. 1992.
Buku Ajar Histologi.
Edisi 5.
Jakarta: EGC. 491,492,493.
Martaadisoebrata, Djamhoer. 1997. Penyakit serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin. Dalam: Hanifa,W., Abdul,B.S.,Trijatmo,R., editor: Ilmu Kehidanan Edisi 4. Jakarta: Gramedia. 342-348.
Mochtar, Rustam. 1998. Sino psis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC. 5,8,9,13,35,36. Moore, Lissa. 2004. Hydatidtform Mole. Http://www.emedieine.eom.
Muzayyanah. 2002. Mola Hidatidosa. Volume 2 nO.l. Y ogyakarta: Mutiara Medika. 53,55-57.
Sandritter,W.,Thomas,C. 1988. Histopatologi, Buku Teks dan Atlas untuk Pelajaran Patologi Umum dan Khusus. Edisi 10. Jakarta: EGC. 224,225.
Sarwono,P.,Hanifa,W.
1999.Gangguan Bersangkutan dengan Konsepsi. Dalam:
Hanifa,W., Abdul,RS.,Trijatmo,R., editor: Ilmu Kandungan. Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 262-266.
Stern , Jeffrey.
2004.Trophoblastic Disease.
http://womanseaneereenter.eom
/info / types/ mole.htmlSylvia,A.,Lorraine,M. 1995. Pat~fisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC. 1138.
Rein, Daniel. 2003. Hydatidtform Mole Symptoms. Http://health.allrefer.eom/ health! hydatidiform-mole-symptoms. html.
Robbins,S. T.,Kumar, V. 1995. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC. 399,400,401.