• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi keterlaksanaan dan hambatan pendidikan karakter di SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten tahun ajaran 2013/2014).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi keterlaksanaan dan hambatan pendidikan karakter di SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten tahun ajaran 2013/2014)."

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)

Sandy Adityo Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pedidikan karakter di SMP yang meliputi: (1) Perencanaan Pendidikan Karakter, (2) Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (3) Evaluasi Pendidikan Karakter, (4) Hambatan Pendidikan Karakter, (5) Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter.

Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan analisis data digunakan triangulasi sumber.

(2)

EVALUATION OF IMPLEMENTATION AND OBSTACLES ON CHARACTER EDUCATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL

(Evaluation Study of Implementation and Obstacles on Character Education in Stella Maris Junior High School, Tangerang, Banten, Academic Year 2013/2014)

Sandy Adityo Sanata Dharma University

2015

This was a descriptive research with qualitative approach. The goal of this research was to know the implementation and obstacles on character education in junior high school including: (1) Character Education Plan, (2) Character Education Implementation, (3) Character Education Evaluation, (4) Character Education Obstacles, (5) The School’s Efforts to Overcome Character Education Obstacles.

The subject in this research were four teachers, counselor, and headmaster. The use of instrument was interview. Data collected by using interviews and The source triangulation was used to check the data validity.

The result of this research showed that character education plan and implementation done by four teachers, counselor, and headmaster have done well. Before doing the learning activity, the four teachers had set a character education conception of learning equipment through adapting the teaching material with the character value that would be delivered. In setting character education, the school

combined the government rule and the school’s visions to know and answer the

school’s need. Before giving learning material, the teachers set a syllabus and lesson plan that had the character values based on Stella Maris’ 12 excellent

character values. Character education implementation did through collaboration between teacher and students; students and students. Character education

evaluation did by observing students’ behavior, applying behavior modification point system and testimony point system, and seeing students’ habit in the school.

Character education obstacles related to the parents’ habit that let their child behave

disordered, supported the wrong child’s behavior, and tend to humiliate his/her

friend who had weakness in cognitive aspect. The efforts to overcome the obstacles were giving direct notice to students towards the behavior they should have done. In order to avoid confusing information what the teacher and the parents said, the school applied point system, give punishment, and the most important was the school gave preventive action.

(3)

i

EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN

PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di

SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

Sandy Adityo

NIM: 111114034

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul

tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya

(Kahlil Gibran)

“Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam,

kemajuan adalah bergerak maju menuju masa depan”

(Kahlil Gibran)

“Tujuan tanpa perencanaan hanyalah sebuah harapan”

(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hasil Karya ini Sandy persembahkan bagi...

Sang Teladan Kehidupan, Cinta, dan Kebijaksanaan

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membawa pada titik pengenalan diri seutuhnya

atas kerja keras dan kesadaran terhadap berbagai kepedulian.

Bagi semua orang terdekat yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian,

semangat dari awal hingga akhir proses perjalanan pendidikan ini

Orang tua tercinta,

Ibu Veronika Krismayati,

Kakek dan Nenek

Petrus Soehardi, Rosa Delima Mentasir

Anggota keluarga besarku

Cik Wat, Wak Yus, Wak Titin, Irene, Geral, Della, Aldo

Bagi pasanganku yang senantiasa bersama membantu dan setia mendampingi

dalam serangkaian ceritera hidup saat ini

Elisabet Rubiningsih

Beserta para sahabat dan teman-teman dekatku dimanapun mereka berada yang mendoakan

(8)

vi

HALAMAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Juni 2015

Penulis

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Sandy Adityo

Nomor Mahasiswa : 111114034

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 Juni 2015

Yang menyatakan

(10)

viii

ABSTRAK

EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP

(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)

Sandy Adityo Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pedidikan karakter di SMP yang meliputi: (1) Perencanaan Pendidikan Karakter, (2) Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (3) Evaluasi Pendidikan Karakter, (4) Hambatan Pendidikan Karakter, (5) Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter.

Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan analisis data digunakan triangulasi sumber.

(11)

ix

ABSTRACT

EVALUATION OF IMPLEMENTATION AND OBSTACLES ON CHARACTER EDUCATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL

(Evaluation Study of Implementation and Obstacles on Character Education in Stella Maris Junior High School, Tangerang, Banten, Academic Year 2013/2014)

Sandy Adityo Sanata Dharma University

2015

This was a descriptive research with qualitative approach. The goal of this research was to know the implementation and obstacles on character education in junior high school including: (1) Character Education Plan, (2) Character Education Implementation, (3) Character Education Evaluation, (4) Character Education Obstacles, (5) The School’s Efforts to Overcome Character Education Obstacles.

The subject in this research were four teachers, counselor, and headmaster. The use of instrument was interview. Data collected by using interviews and The source triangulation was used to check the data validity.

The result of this research showed that character education plan and implementation done by four teachers, counselor, and headmaster have done well. Before doing the learning activity, the four teachers had set a character education conception of learning equipment through adapting the teaching material with the character value that would be delivered. In setting character education, the school combined the government rule and the school’s visions to know and answer the school’s need. Before giving learning material, the teachers set a syllabus and lesson plan that had the character values based on Stella Maris’ 12 excellent character values. Character education implementation did through collaboration between teacher and students; students and students. Character education evaluation did by observing students’ behavior, applying behavior modification point system and testimony point system, and seeing students’ habit in the school. Character education obstacles related to the parents’ habit that let their child behave disordered, supported the wrong child’s behavior, and tend to humiliate his/her friend who had weakness in cognitive aspect. The efforts to overcome the obstacles were giving direct notice to students towards the behavior they should have done. In order to avoid confusing information what the teacher and the parents said, the school applied point system, give punishment, and the most important was the school gave preventive action.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan

naungan kasih-Nya, Penulis tugas akhir dengan judul “Evaluasi Keterlaksanaan dan

Hambatan Pendidikan Karakter di SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan

Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun

Ajaran 2013/2014)” dapat terselesaikan dengan baik.

Selama proses penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari sungguh begitu

banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung,

setiap proses yang penulis jalani. Oleh karena itu, Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi

Bimbingan dan Konseling, sekaligus sebagai dosen pendamping skripsi.

4. Segenap bapak/ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas

bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh Studi.

5. Petugas sekretariat Mas Moko yang memberikan pelayanan selama penulis

menempuh pendidikan.

6. Ibu Veronika Krismayati selaku orang tua yang memberikan dukungan, doa

dan nasehat kepada penulis selama ini.

7. Kakek, nenek, acik, dan uwak yang telah memberikan dukungan dan saran

(13)

xi

8. Sahabatku yang telah dengan sabar mengingatkan dan mendukung aku dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman BK angkatan 2011, terima kasih atas kebersamaan kita selama

perkuliahan.

10. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses awal

pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang

penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis

memohon maaf kapada semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya bagi mereka

yang memerlukan.

Yogyakarta, 18 Juni 2015

Penulis

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Batasan Istilah ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Karakter ... 12

(15)

xiii

2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP ... 19

3. Nilai-Nilai Karakter di SMP ... 20

4. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP ... 25

5. Peran Guru BK/ Konselor dalam Pendidikan Karakter ... 28

6. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter ... 32

7. Implementasi Pendidikan Karakter ... 34

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 37

9. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 38

B. Hakikat Evaluasi Hasil Program Pendidikan ... 41

1. Definisi Evaluasi Program ... 41

2. Ciri-ciri Persyaratan Evaluasi Program ... 42

3. Tujuan Evaluasi Program ... 43

4. Manfaat Evaluasi Program ... 43

5. Langkah-Langkah Evaluasi Program ... 45

6. Evaluasi Hasil Program... 45

C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 53

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54

C. Subjek Penelitian dan Sumber Data ... 55

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 56

E. Validitas Data ... 61

F. Teknik Analisis Data ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63

1. Deskripsi data secara umum ... 63

a. Profil sekolah ... 63

b. Kurikulum sekolah ... 64

(16)

xiv

3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang .. 79

4. Evaluasi Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ... 85

5. Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ... 92

6. Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ... 98

B. Pembahasan ... 107

1. Perencanaan Pendidikan Karakter ... 107

2. Hambatan Pendidikan Karakter ... 111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara

Indonesia harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian,

Pemerintah diwajibkan untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional bagi seluruh warga negara Indonesia.

Tahun 2010 ini boleh dikatakan sebagai tahun pendidikan karakter.

Pasalnya sejak awal tahun 2010, tepatnya pada tanggal 14 Januari 2010,

pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan

program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan

nasional. Misi pertama pembangunan nasional adalah terwujudnya karakter

bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan

Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat

Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berbudi

(18)

dan berorientasi IPTEK (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2007).

Proses pembelajaran peserta didik seperti yang telah dicanangkan

pemerintah pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik

untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013

tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19). Dalam proses penentuan

tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan-perhitungan yang matang,

cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh

karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral

sebagai dasar yang sangat penting dalam setiap peradaban bangsa, yaitu

melalui adanya pendidikan karakter siswa. Para remaja yang memiliki

karakter yang rendah akan menemukan atau menghadapi suatu

masalah-masalah seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan

sebagainya.

Mengutip data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) hingga 2014 ini menunjukkan, setengah dari jumlah

gadis muda perkotaan dan 62,7 persen pelajar putri SMP tidak perawan.

KOMNAS-PA juga menunjukan 97 persen remaja SMP mengaku pernah

menonton film porno, dan 93,7 persen remaja itu mengaku pernah melakukan

(19)

Selain pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba juga menjadi dampak dari

penyimpangan pergaulan pelajar. Berdasarkan hasil penelitian Badan

Nasional Narkoba (BNN) dan pusat kesehatan Universitas Indonesia (UI),

selalu ada peningkatan pengguna narkoba di Indonesia setiap tahunnya. Pada

tahun 2004, pengguna narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai 3,2 juta

jiwa. Pada tahun 2008 pengguna narkoba tersebut meningkat menjadi sekitar

3,6 juta jiwa dan pada tahun 2011 meningkat mencapai angka 3,8 juta jiwa.

Tahun 2011 hingga Agustus 2014, Komisi Perlindungan Anak Indonesia

(KPAI) mencatat 369 pengaduan terkait masalah bullying. Jumlah itu sekitar

25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus.

Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, tawuran

pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (Republika,

Rabu 15 Oktober 2014)

Berdasarkan fenomena di atas mengenai lemahnya karakter hidup

peserta didik cukup mengkhawatirkan, maka diperlukan suatu rancangan atau

model pendidikan karakter guna mengatasi permasalahan dan menjadi

alternatif-alternatif solusi pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP.

Krisis pendidikan karakter telah mencapai puncaknya, perlu adanya

pembaruan yang konsisten guna membangun mental peserta didik.

Pendidikan karakter yang implementasinya belum optimal tampak pada

esensi pendidikan karakter sendiri yang membutuhkan pembiasaan, bukan

(20)

Terlepas dari pembahasan mengenai esensi pendidikan karakter,

perkembangan peserta didik di usia SMP, hal lain yang patut menjadi sorotan

utama adalah siswa SMP berada pada masa peralihan atau pencarian jati diri.

Rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengelola emosi,

ketidakmampuan mengontrol diri, kegagalan bersosialisasi, rendahnya

motivasi dan ketidak mampuan bekerja sama akan menjadi pertanda

gagalnya peserta didik dalam mengembangkan kemampuan pribadi

berkarakter. Perlu diadakan pembaruan dalam pembelajaran peserta didik di

SMP guna mengembangkan kemampuan pribadi berkarakter, langkah

tersebut dapat berupa pembaruan kurikulum.

Mulai tahun ajaran 2014/2015 Kementrian Pendidikan Republik

Indonesia resmi menggunakan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013. Esensi

Kurikulum 2013 adalah keseimbangan antara sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Dalam hal ini sikap harus menjadi dasar utama yang

menyelimuti keterampilan dan pengetahuan dalam arti, sikap harus dapat

memandu keterampilan dan pengetahuan. Mulyasa (2014:7) mengemukakan

bahwa pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk

meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada

pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu

dan seimbang, sesuai dengan standard kompetensi lulusan pada setiap satuan

pendidikan. Tentunya kurikulum 2013 lebih mengaktifkan siswa dan guru

hanya sebagai fasilitator yang menggunakan pendekatan experential learning.

(21)

belajar langsung, baik di kelas ataupun diluar kelas sehingga akhirnya

pengalaman tersebut mampu meresap menjadi karakter siswa.

Harapan diberlakukannya revisi kurikulum mampu menciptakan

suasana atau iklim belajar yang lebih baik bagi siswa, begitu pula dengan

implementasi kurikulum 2013 yang saat ini digunakan. Akan tetapi dalam

praktek dilapangan banyak keluhan dari para guru yang mengalami kesulitan,

baik dari buku-buku yang belum terdistribusikan, penyusunan RPP yang

nilai-nilai karakter sebatas tertulis tanpa adanya proses penerapannya dalam

kegiatan belajar mengajar, penekanan pada aspek kognitif saja dan muatan

pembelajaran yang begitu banyak.

Pengkajian yang dilakukan mengenai terlaksananya pendidikan

karakter tidak lepas dari peranan guru BK yang memiliki pemahaman

mengenai karakteristik perkembagan peserta didik usia SMP. Adapun

kendala yang ditemui oleh guru BK dalam berproses di lapangan dapat

menjadi hambatan dalam terlaksananya pendidikan karakter. Kompotensi

profesional guru BK yang rendah, baik dalam pemberian layanan bimbingan

dan kemampuan memberikan layanan konseling akan menambah guratan

gagalnya pembangunan karakter bangsa.

SMP Stella Maris, Tangerang ini menjadi salah satu sekolah yang

menjadi contoh penelitian nasional pendidikan karakter di Indonesia. SMP

Stella Maris, Tangerang memililiki Visi: Menjadi sekolah terbaik di

Indonesia yang mempersiapkan lulusan bermutu tinggi berlandaskan iman

(22)

suasana yang mendorong pengembangan intelektualitas, bakat, kreatifitas,

dan kedisiplinan, (2) Mendorong siswa menerapkan nilai-nilai moral dan

etika yang dilandasi iman Kristiani agar menjadi berkat bagi sesama, (3)

Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan siswa, guru, dan karyawan,

(4) Mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran aktif yang dapat

mengoptimalkan proses belajar.

Adapun ciri khas pendidikan yang diangkat oleh SMP Stella Maris

ialah (1) Penerapan metode Joyful Learning dan Active Learning, (2)

Pengembangan aspek intelektual siswa secara berimbang dengan aspek

emosional dan spiritual, (3) Penanaman dan pelatihan kemampuan berpikir

kritis, (4) Pembentukan kepribadian siswa yang disiplin dan mandiri

berdasarkan nilai-nilai Kristiani, (5) Pengintensifan pelajaran Bahasa Inggris

dan Mandarin.

Maka, peneliti tertarik untuk mengetahui keterlaksanaan dan

hambatan yang dicapai oleh sekolah SMP Stella Maris, Tangerang. Setelah

melihat hal diatas peneliti mengangkat judul “Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP” dalam skripsi ini. Kajian ini juga dimaksudkan agar design pendidikan karakter mampu mengembangkan

potensi individu manusia yang mampu mentukan nasib bangsa di kemudian

(23)

B. Identifikasi Masalah

Melihat dari latar belakang masalah yang terkait dengan pendidikan

karakter pada siswa SMP. Maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter diformulasikan menjadi pelajaran-pelajaran tertentu,

seperti agama, bahasa, dan kewarganegaraan.

2. Pendidikan karakter diberi batasan sampai pada pemahaman pada

nilai-nilai secara kognitif semata.

3. Sekolah-sekolah SMP belum mengerti apa maksud dan tujuan

pendidikan karakter.

4. Sekolah-sekolah SMP lebih menekankan pengajaran dari segi kognitif

sedangkan pada sisi lain diabaikan.

5. Guru-guru tidak memberi muatan pendidikan karakter dalam mata

pelajaran yang diajarkan disekolah.

6. Belum adanya penelitian yang secara langung mengevalusi sistem

pembelajaran yang memuat tentang pendidikan karakter di SMP Stella

Maris, Tangerang.

C. Pembatasan Masalah

Melihat berbagai bentuk permasalahan yang muncul dalam latar

belakang, perlu dilakukannya revisi sistem pendidikan yang terus menerus

demi perkembangan pendidikan nasional, seperti tinjauan terhadap penerapan

kurikulum 2013. Peneliti turut andil melakukan sebuah penelitian yang terkait

(24)

dan hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Stella Maris

Tangerang. Sebuah penelitian studi evaluatif mengenai sistem baru yang

diberlakukan oleh pemerintah.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka

peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran pelaksanaan penanaman nilai-nilai melalui

pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang?

2. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemukan SMP Stella Maris

Tangerang dalam pelaksanaan pendidikan karakter?

E. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan gambaran pelaksanaan penanaman nilai-nilai melalui

pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang.

2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dialami SMP Stella Maris,

Tangerang dalam pelaksanaan pendidikan karakter.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan,

khususnya dalam bidang penerapan bimbingan dan konseling terkait peran

(25)

sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama

tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan

bahan evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan

pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu, dan

tepat sasaran.

b. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata pelajaran) di

SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi

mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat

mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna

mencerdaskan peserta didik.

c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

membantu menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi

semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi

program pendidikan karakter yang reintegrasi dengan pembelajaran.

d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil

penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

alternatif untuk mengembangkan konsep bimbingan dan konseling

karakter, pengembangan kurikulum program studi BK, kajian

pendidikan karakter, dan terapan ilmu bimbingan dan konseling dalam

(26)

e. Bagi penulis

1) Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai

pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan

klasikal kolaborasi dengan pendekatan experiential learning di

SMP Stella Maris Tangerang.

2) Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pengalaman dan

keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji

permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu

mengembangkan secara ilmiah di kemudian hari.

3) Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami

praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan

pengembangan secara ilmiah.

G. Batasan Istilah

1. Evaluasi Pendidikan Karakter

Evaluasi pendidikan karakter dalam penelitian ini merupakan

suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala,

berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari

perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan

peserta didik melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan

yang bertujuan untuk menjamin capaian kerja agar sesuai dengan

rencana dan tujuan yang ditetapkan dalam proses penyelenggaraan

penanaman nilai-nilai karakter.

(27)

2. Keterlaksanaan Pendidikan Karakter

Ketelaksanaan pendidikan karakter dalam penelitian ini

adalah upaya untuk mengetahui cara menjalankan rencana, praktek

penyelenggaraan, dan proses penyelenggaraan penanaman

nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga

menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.

3. Hambatan-Hambatan Pendidikan karakter

Hambatan-hambatan pendidikan karakter dalam penelitian

ini adalah segala sesuatu yang menjadi kendala dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian terselenggaranya penanaman

nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga

(28)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan tentang kajian teori pendidikan karakter dan kajian

penelitian yang relevan.

A. Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

Menurut Peraturan Pemerintah Tahun 2010 tentang Kebijakan

Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 disebutkan

bahwa Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan,

mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik

terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam

perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah

hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok

orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang

yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran

dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.

Menurut Michael Novak (dalam Lickona, 2013: 81) karakter

merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang

diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan

kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.” Prayitno (2011:

47) mendefinisikan karakter sebagai sifat pribadi yang relatif stabil pada

(29)

standar nilai dan norma yang tinggi. Definisi karakter menurut Gunawan

(2012: 3-4):

“Karakter adalah perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.”

Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik,

menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik-kebiasaan

dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan

(Lickona, 2013: 82). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

karakter adalah kecenderungan individu dalam berpikir, berperasan, dan

bertindak yang didasari oleh nilai-nilai luhur.

Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah

etika, akhlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral,

berkonotasi positif bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak

atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan

demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam

diri dan terjawantahkan dalam perilaku.

Proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh

banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang

juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana

orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh

(30)

mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang

berada pada jangkauan masyarakat dan individu. Jadi usaha

pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh

masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui

rekayasa faktor lingkungan.

Berbicara mengenai karakter terkadang tidak bisa kita lepaskan

dari pemahaman mengenai etika, norma, moral, budi pekerti dan nilai.

Bertens (Adisusilo, 2012: 54) etika mengandung multi arti. Etika dalam

arti seperangkat nilai atau norma yang menjadi pegangan hidup

seseorang atau sekolompok orang dalam dalam bertingkah laku.

Sastrapratedja (Adisusilo, 2012: 54) Moral merupakan sistem nilai

tentang bagaimana seseorang seharusnya hidup secara baik sebagai

manusia. Budi pekerti berarti tingkah laku atau perbuatan yang sesuai

dengan akal sehat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal

itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat

orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.

Pendidikan karakter adalah segala usaha yang dilakukan secara

sunguh-sungguh untuk membantu orang lain untuk memahami, peduli

dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika. Menurut Samani &

Hariyanto (2012: 45):

(31)

Definisi lainnya dikemukakan oleh Gaffar (Kesuma, 2012: 5)

yaitu semua proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi

satu dalam prilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga

ide pemikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2)

ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam

perilaku.

Kemendiknas (2010: 15) mengungkapkan bahwa pendidikan

karakter sebagai usaha yang dirancang dan dilaksanakan secara

sistematis untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan pada peserta didik

yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan, pendidikan karakter sebagai upaya yang dilakukan

dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good

character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang

secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan kemendiknas (2010),

secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu

merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif,

konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam

keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.

Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan

(32)

emotional), Olah Pikir (Intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik

(Physical and kinesthetic development), dan Olah Rasa Karsa (Affective and

Creativity development) yang secara diagramatik dapat di lukiskan seperti pada

gambar 1.

Gambar 1. Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa

pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan

dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku

peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud

dalam pikiran, sikap, perasaaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan

norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan karakter tentunya memiliki makna yang lebih tinggi

dari pada pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya

berkaitan dengan masalah benar ataupun salah, tetapi bagaimana

(33)

kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman

yang tinggi untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Fokus utama pendidikan karakter terletak pada penerapan pada nilai-nilai

luhur dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh Sebab itu

Apabila ada seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang dan kejam

maka akan dikatakan sebagai orang yang memiliki karaktrer yang buruk,

sedangkan orang yang berperilaku baik, jujur, dan suka mengasihi orang

lain dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang baik.

Tidak dapat kita pungkiri bahwa manusia itu unik sehingga

memiliki karakter yang unik pula. Tentunya istilah karakter berkaitan

erat dengan kepribadian (Personality) seseorang, sehingga orang tersebut

dapat dikatakan orang yang berkarakter jika perilakunya sesuai dengan

etika dan moral. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang

memahami secara sadar pentingnya nilai-nilai karakater. Bisa jadi

perbuatan baik sebelumnya dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah,

bukan karena betapa tingginya penghargaan pribadi tersebut terhadap

nilai-nilai karakter.

Dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Tahun

2010 ditegaskan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada

prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

(34)

3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.

4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan

perilaku yang baik.

6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang

yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka,

dan membantu mereka untuk sukses.

7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

8. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai

dasar yang sama.

9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter.

10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam

usaha membangun karakter.

11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta

(35)

2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada

pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara

utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui

pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara

mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak

mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010).

Jika dicermati secara jeli, terdapat tautan yang saling mutual antara

tujuan-tujuan pendidikan karakter dengan tujuan-tujuan pelayanan

bimbingan dan konseling di sekolah. Mengingat bimbingan merupakan

bagian integral dalam pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan

merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan tingkat

nasional maupun tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP). Tujuan

pelayanan bimbingan dan konseling berfokus pada pengembangan

nilai-nilai kehidupan (karakter) peserta didik sebagai pribadi,

sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: (1) memperkuat dasar keimanan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) membiasakan diri untuk

berperilaku yang baik, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan

dasar, (4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, (5) menanamkan

kesadaran berbudaya belajar dan melatih kemampuan untuk terampil

(36)

Pengembangan sebagai anggota masyarakat mencakup upaya untuk: (1)

memperkuat kesadaran hidup beragama dan toleransi keberagamaan

dalam masyarakat, (2) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam

lingkungan hidup, dan (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan

dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan

bermasyarakat. Pengembangan sebagai warga negara mencakup upaya

untuk: (1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan menyangkut hak

dan kewajiban sebagai warga negara RI, (2) menanamkan rasa ikut

bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara, (3)

memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk

berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pengembangan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk: (1)

meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, (2)

meningkatkan kesadaran tentang HAM, (3) memberi pengertian tentang

ketertiban dunia, (4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya

persahabatan antar bangsa, dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk

menguasai isi kurikulum (Ahman, 1998).

3. Nilai-Nilai Karakter di SMP

Pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan

dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas no. 23 tahun 2006)

dan SK/KD (Permen Diknas no. 22 tahun 2006). Berikut ini adalah daftar

(37)

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius). Pikiran,

perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu

berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

1) Jujur

Perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan

budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada

(38)

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar

atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

6) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan

tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku mandiri dan pandai atau berbakat mengenali

produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi

untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur

permodalan operasinya.

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika

untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa

yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

(39)

10)Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

11)Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi

milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau

kewajiban diri sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan

masyarakat dan kepentingan umum.

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan

menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun

(40)

5) Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu

ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

1) Nasionalis

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam

hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan

(41)

4. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

Berdasarkan pedoman Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Pertama Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan karakter

terintegrasi di SMP dilaksanakan melalui proses pembelajaran,

manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan.

a. Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran

Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran adalah

pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan

pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam

tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran,

baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua

mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk

menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang

ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik

mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai,

serta menjadikannya sebagai perilaku.

Pada struktur kurikulum SMP, dasar setiap mata pelajaran

memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara

subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait

langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia,

yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

(42)

secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai

taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan

menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada

mata-mata pelajaran di SMP mengarah pada internalisasi nilai-nilai

di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari

tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.

b. Pendidikan karakter terintegrasi melalui manajemen sekolah

Pada konteks dunia pendidikan, yang dimaksud dengan

manajemen pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk

menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan

pendidikan itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan karakter

memerlukan pengelolaan yang memadai. Pengelolaan yang

dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan karakter dalam

pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan secara

memadai. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan

direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain

meliputi: (1) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (2) muatan

kurikulum nilai-nilai karakter, (3) nilai-nilai karakter dalam

pembelajaran, (4) nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga

kependidikan, dan (5) nilai-nilai karakter pembinaan

(43)

Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang

terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (1) pelanggaran

tata tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan

hukuman/pembinaan, (2) penyediaan tempat-tempat pembuangan

sampah, (3) penyelenggaraan kantin kejujuran, (4) penyediaan

kotak saran, (5) penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah,

misalnya: shalat dzuhur berjamaah, (6) salim-taklim (jabat tangan)

setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, (7) pengelolaan

dan kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan bentuk-bentuk kegiatan

lainnya.

c. Pendidikan karakter terintegrasi melalui kegiatan pembinaan

kesiswaan

Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di

luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu

pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,

bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus

diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang

berkemampuan dan berwenang di sekolah.

Visi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya

potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya

kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk

diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi kegiatan pembinaan

(44)

dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,

dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang

memberikan kesempatan peserta didik mengeskpresikan diri secara

bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.

5. Peran Guru BK/Konselor dalam Pendidikan Karakter

Guru setidaknya diidentikkan dengan dua definisi berikut. Pertama,

dipandang dari sudut etimologis, guru berasal dari Bahasa Sansekerta

(gu) yang berarti kegelapan dan (ru) yang berarti membebaskan atau

menyingkirkan. Jadi, dilihat dari makna asalinya guru bermakna

menyingkirkan atau menghalau kegelapan. Kedua, guru juga sering

dianggap sebagai akronim dari seseorang yang digugu dan ditiru. Guru

adalah pribadi yang diteladani karena ia menunjukkan

keutamaan-keutamaan (virtues) dalam praktek laku hidupnya. Guru hormat pada

kejujuran, setia dalam ketekunan (persistence), luwes dalam bergaul

dengan berbagai kalangan, memegang teguh kedisiplinan, dan mencintai

anak didiknya. Karakteristik guru yang seperti inilah yang hendaknya

dimiliki, terutama oleh guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan

dan konseling atau yang akrab disapa guru BK mengembangkan suatu

program atau layanan bimbingan dan konseling guna membantu tumbuh

dan kembang peserta didik.

Program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian inti

(45)

pelayanan dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk

mencapai kemandirian, dengan memiliki karakter yang dibutuhkan saat

ini dan masa depan. Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan

berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai.

Seorang konselor perlu memahami betul hakekat manusia dan

perkembangannya sebagai makhluk sadar nilai dan perkembangannya ke

arah normatif-etis. Seorang konselor harus memahami perkembangan

nilai, namun seorang konselor tidak boleh memaksakan nilai yang

dianutnya kepada konseli (peserta didik yang dilayani), dan tidak boleh

meneladankan diri untuk ditiru konselinya, melainkan memfasilitasi

konseli untuk menemukan makna nilai kehidupannya (Sunaryo, 2006)

a. Peran konselor dalam pendidikan karakter

Peran dan keterlibatan konselor/guru BK sangat tegas disebutkan

dalam kutipan berikut:

“Professional school counselors need to take an active role in initiating, facilitating and promoting character education programs in the school curriculum. The professional school counselor, as a part of the school community and as a highly resourceful person, takes an active role by working cooperatively with the teachers and administration in providing character education in the schools as an integral part of the school curriculum and activities”

(ASCA dalam Nur Wangid, 2010).

(46)

aktif dengan bekerja secara kooperatif dengan para guru dan bagian administrasi dalam memberikan layanan pendidikan karakter di sekolah-sekolah sebagai bagian integral dari kurikulum dan kegiatan sekolah.”

(ASCA dalam Nur Wangid, 2010; Terjemahan).

Konselor atau guru BK adalah sosok yang memiliki peran

besar dalam memulai, memfasilitasi dan mempromosikan program

pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Guru BK memiliki

inisiatif dalam mengembangankan potensi peserta didik dalam

pengembangan kehidupan sehari-hari dan pendidik yang

mengarahkan peserta didik ke arah aktualiasasi diri sebagai seorang

pribadi. Tugas yang diemban oleh guru BK tentunya perlu

dikolaborasikan dengan sekolah sebagai suatu lembaga formal yang

mendidik para peserta didik. Sekolah memiliki tanggungjawab

mendidik dari segi kognitif, afeksi dan konasi anak. Guru BK turut

ambil bagian dalam pendidikan tersebut dengan mengintegrasikan

pendidikan karakter dengan kurikulum sekolah. Perlu dipahami

bahwa guru BK yang mengambil bagian dalam pendidikan karakter

tidak bekerja sendiri sebagai guru yang mengembangkan karakter

peserta didik, perlu adanya kerjasama antara guru BK dan guru mata

pelajaran dalam mengakomodasi program pendidikan karakter yang

seyogyanya membantu perkembangan peserta didik dengan

(47)

b. Materi pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling

Materi Pendidikan Karakter dalam Layanan Bimbingan, antara

lain dapat mencakup: (1) Perilaku seksual sehat; (2) Pengetahuan

tentang karakter; (3) Pemahaman tentang moral sosial;(4)

Keterampilan pemecahan masalah; (5) Kompetensi Emosional; (6)

Hubungan dengan orang lain; (7) Perasaan keterikatan dengan

sekolah; (8) Prestasi akademis; (9) Kompetensi berkomunikasi; (10)

sikap kepada guru (Berkowitz, Battistich, dan Bier dalam

Muhammad Nur Wangid, 2010).

c. Strategi penyampaian pendidikan karakter melalui layanan

bimbingan dan konseling

Strategi pendidikan karakter melalui pelayanan bimbingan dan

konseling dapat dilakukan melalui: (1) Layanan Dasar; (2) Layanan

Responsif; (3) Perencanaan Individual; dan (4) Dukungan Sistem.

Strategi layanan dasar bimbingan merupakan pintu masuk bagi

penyaluran pendidikan karakter melalui proses dan aktivitas

bimbingan klasikal untuk membantu pemenuhan kebutuhan semua

siswa terhadap penanaman nilai-nilai karakter. Perjumpaan interaktif

di kelas antara konselor/guru BK dengan peserta didik secara

rutin/terjadual sangat dibutuhkan dalam mana kesempatan itu sangat

berguna untuk memberikan layanan preventif dan pengembangan

diri. Kehadiran konselor tidak dapat direduksi hanya sekedar untuk

(48)

(Gysbers, 2004; Gysbers dan Henderson, 2000; Sink dan Stroh,

2003; Lapan, 2001; Rowley, 2005).

6. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter

Pembelajaran pendidikan karakter perlu dibuat punyusunan silabus

dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Baik silabus dan RPP

dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi

atau berwawasan pendidikan karakter. Cara yang mudah untuk membuat

silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter adalah dengan

mengadaptasi silabus dan RPP yang telah dibuat dengan menambahkan

kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai,

disadarinya pentingnya nilai-nilai, dan diinternalisasinya nilai-nilai.

Berikut adalah contoh model silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah

mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalamnya.

a. Silabus

Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi

(Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat Standar

Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi

waktu, dan sumber belajar. Materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan

sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya

ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD. Agar

(49)

didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya perlu dilakukan

perubahan pada tiga komponen silabus berikut:

1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga

ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter.

2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga

ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam

hal karakter.

3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada

teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur

perkembangan karakter.

Penambahan dan/atau adaptasi kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian, dan teknik penilaian harus memperhatikan

kesesuaiannya dengan SK dan KD yang harus dicapai oleh peserta

didik. Kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik

penilaian yang ditambahkan dan/atau hasil modifikasi tersebut harus

bersifat lebih memperkuat pencapaian SK dan KD tetapi sekaligus

mengembangkan karakter.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun

berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP

secara umum tersusun atas SK dan KD, tujuan pembelajaran, materi

pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,

(50)

tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,

langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian yang

dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan

proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD. Oleh karena itu,

agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam menciptakan

pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan karakter, RPP

tersebut perlu diadaptasi. Seperti pada adaptasi terhadap silabus,

adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi:

1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga

ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter

2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga

ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam

hal karakter

3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada

teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur

perkembangan karakter

7. Implementasi Pendidikan Karakter

Berbicara mengenai pendidikan karakter di sekolah tidak pernah

lepas dari kata implementasi pendidikan karakter itu sendiri.

Implementasi pendidikan karakter garis besarnya menyangkut tiga fungsi

(51)

a. Fungsi perencanaan

Fungsi perencanaan meliputi perencanaan yang menyangkut

perumusan kompetensi dasar, penetapan jenis karakter dan

memperkirakan cara pembentukannya. Perencanaan di sini

dipandang sebagai fungsi sentral dari manajemen pendidikan

karakter dan harus berorientasi ke masa depan. Pengimplementasian

pendidikan karakter di sekolah, perencanaan pendidikan karakter

dituangkan dalam program pendidikan yang berkaitan dengan

strategi pembelajaran di sekolah guna mencapai tujuan secara efektif

dan efisien.

Dalam mencapai tujuan tersebut tentu saja akan berkaitan

dengan pembuatan dan pengambilan keputusan yang harus memberi

gambaran tentang proses pembelajaran yang diinginkan. Guru

sebagai pengelola sistem pendidikan dan proses pembelajaran harus

mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai

sumber daya pembelajaran dan sumber daya manusia yang ada untuk

membentuk kompetensi dan karakter peserta didik serta mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

b. Fungsi pelaksanaan

Fungsi pelaksanaan bisa juga disebut dengan implementasi.

Implementasi merupakan proses yang memberikan kepastian bahwa

program pembelajaran memiliki alternatif sumber daya manusia dan

(52)

dapat membantu kompetensi dan karakter yang diinginkan. Fungsi

pelaksanaan ini mencakup adanya pola kerjasama, pengorganisasian

dan kepemimpinan guna pengaplikasian setiap kegiatan. Contohnya,

pembagian pekerjaan seperti apa yang harus dilakukan oleh guru dan

peserta didik dalam pembelajaran di kelas.

c. Fungsi pengendalian

Fungsi pengendalian sering juga disebut penilaian dan

pengendalian/ kontrol. Fungsi pengendalian bertujuan untuk

menjamin kinerja yang dicapai agar sesuai dengan rencana dan tujuan

yang telah ditetapkan. Dalam pola penilaian dan pengendalian

diperlukan langkah membandingkan kinerja pengimplementasian

yang telah dilakukan atau yang lebih dikenal dengan kinerja aktual

dengan kinerja standar atau pedoman yang telah direncanakan sejak

awal sebagai sebuah program.

Guru memegang kendali utama dalam program pembelajaran.

Guru dapat mengambil alih strategi dan tindakan perbaikan apabila

terjadi kesenjangan antara proses pembelajaran yang telah terjadi

secara aktual dengan yang telah direncanakan dalam program

pembelajaran. Penilaian dan pengendalian merupakan salah satu

aspek penting dalam proses pendidikan karakter, agar sebagian besar

peserta didik dapat membentuk kompetensi dan karakter yang

(53)

banyak peserta didik yang mendapat nilai rendah, di bawah standar

atau berperilaku yang tidak sesuai dengan norma kehidupan akan

mempengaruhi efektifitas pendidikan karakter secara keseluruhan.

Implementasi pendidikan karakter di sekolah, penilaian dan

pengendalian harus dilakukan secara terus-menerus dan

berkesinambungan untuk mengetahui dan memantau perubahan serta

kemajuan peserta didik maupun untuk memberi nilai yang biasa

dikonversi dalam penilaian hasil belajar.

8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter

Menurut Zubaedi (2012) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:

a. Insting (naluri)

Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia

dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri

seseorang.

b. Adat atau kebiasaan

Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara

berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi

kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain

(54)

c. Keturunan

Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat

mempengaruhi pembentukan karakter seseorang.

d. Lingkungan

Salah satu aspek yang turut memberikan pengaruh dalam

terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor

lingkungan di mana seseorang berada.

9. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Karakter

Kualitas pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilalui

oleh peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasilnya. Pertama

dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan karakter dikatakan

berhasil dan berkualitas apabila setidaknya 85% peserta didik terlibat

secara aktif, khususnya dalam aspek mental dan sosial dalam proses

pembelajaran. Selain itu semangat belajar yang besar dan rasa percaya

pada diri sendiri juga menjadi faktor penentunya. Kedua, dari segi hasil

pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang

positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya 80%.

Segi proses dan segi hasil merupakan pemenuhan tuntutan yang

perlu dikembangkan sebagai pengalaman belajar yang kondusif untuk

membentuk manusia yang berkarakter. Hal ini berarti tidak cukup hanya

(55)

afektif psikomotorik adalah langkah yang perlu dicapai sebagai bentuk

penghayatan mewujudnyatakannya ke dalam perilaku.

Mulyasa, (2013:16) memaparkan keberhasilan implementasi

pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka

menengah, jangka panjang dengan kriteria atau indikator sebagai berikut.

a. Kriteria Jangka Pendek

1) Sekurang-kurangnya 85% isi dan prinsip-prinsip pendidikan

karakter dapat dipahami, diterima, dan diterapkan oleh para peserta

didik dan guru.

2) Sekurang-kurangnya 85% peserta didik merasa mendapat

kemudahan, senang, dan memiliki kemauan belajar yang tinggi.

3) Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses

pembelajaran.

4) Karakter yang ditanamkan sesuai dengan perkembangan peserta

didik dan mereka memandang bahwa hal tersebut akan sangat

berguna bagi kehidupannya kelak.

5) Pendidikan karakter yang dikembangkan dapat menumbuhkan

minat belajar para peserta didik untuk belajar lebih lanjut

(continuing)

b. Kriteria Jangka Menengah

1) Adanya umpan balik terhadap para guru tentang pendidikan

Gambar

gambar 1.
Tabel perencanaan evaluasi terdiri atas empat kolom, yaitu:
Tabel 1  Jadwal Penelitian
Tabel 2.  Daftar Jumlah Subjek Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait