EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP
(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)
Sandy Adityo Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pedidikan karakter di SMP yang meliputi: (1) Perencanaan Pendidikan Karakter, (2) Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (3) Evaluasi Pendidikan Karakter, (4) Hambatan Pendidikan Karakter, (5) Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter.
Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan analisis data digunakan triangulasi sumber.
EVALUATION OF IMPLEMENTATION AND OBSTACLES ON CHARACTER EDUCATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL
(Evaluation Study of Implementation and Obstacles on Character Education in Stella Maris Junior High School, Tangerang, Banten, Academic Year 2013/2014)
Sandy Adityo Sanata Dharma University
2015
This was a descriptive research with qualitative approach. The goal of this research was to know the implementation and obstacles on character education in junior high school including: (1) Character Education Plan, (2) Character Education Implementation, (3) Character Education Evaluation, (4) Character Education Obstacles, (5) The School’s Efforts to Overcome Character Education Obstacles.
The subject in this research were four teachers, counselor, and headmaster. The use of instrument was interview. Data collected by using interviews and The source triangulation was used to check the data validity.
The result of this research showed that character education plan and implementation done by four teachers, counselor, and headmaster have done well. Before doing the learning activity, the four teachers had set a character education conception of learning equipment through adapting the teaching material with the character value that would be delivered. In setting character education, the school
combined the government rule and the school’s visions to know and answer the
school’s need. Before giving learning material, the teachers set a syllabus and lesson plan that had the character values based on Stella Maris’ 12 excellent
character values. Character education implementation did through collaboration between teacher and students; students and students. Character education
evaluation did by observing students’ behavior, applying behavior modification point system and testimony point system, and seeing students’ habit in the school.
Character education obstacles related to the parents’ habit that let their child behave
disordered, supported the wrong child’s behavior, and tend to humiliate his/her
friend who had weakness in cognitive aspect. The efforts to overcome the obstacles were giving direct notice to students towards the behavior they should have done. In order to avoid confusing information what the teacher and the parents said, the school applied point system, give punishment, and the most important was the school gave preventive action.
i
EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN
PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP
(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di
SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Sandy Adityo
NIM: 111114034
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
“
Nilai dari seseorang itu di tentukan dari keberaniannya memikul
tanggungjawab, mencintai hidup dan pekerjaannya
”
(Kahlil Gibran)
“Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam,
kemajuan adalah bergerak maju menuju masa depan”
(Kahlil Gibran)
“Tujuan tanpa perencanaan hanyalah sebuah harapan”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hasil Karya ini Sandy persembahkan bagi...
Sang Teladan Kehidupan, Cinta, dan Kebijaksanaan
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membawa pada titik pengenalan diri seutuhnya
atas kerja keras dan kesadaran terhadap berbagai kepedulian.
Bagi semua orang terdekat yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian,
semangat dari awal hingga akhir proses perjalanan pendidikan ini
Orang tua tercinta,
Ibu Veronika Krismayati,
Kakek dan Nenek
Petrus Soehardi, Rosa Delima Mentasir
Anggota keluarga besarku
Cik Wat, Wak Yus, Wak Titin, Irene, Geral, Della, Aldo
Bagi pasanganku yang senantiasa bersama membantu dan setia mendampingi
dalam serangkaian ceritera hidup saat ini
Elisabet Rubiningsih
Beserta para sahabat dan teman-teman dekatku dimanapun mereka berada yang mendoakan
vi
HALAMAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Juni 2015
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Sandy Adityo
Nomor Mahasiswa : 111114034
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP
(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 Juni 2015
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
EVALUASI KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP
(Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun Ajaran 2013/2014)
Sandy Adityo Universitas Sanata Dharma
2015
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan dan hambatan pedidikan karakter di SMP yang meliputi: (1) Perencanaan Pendidikan Karakter, (2) Pelaksanaan Pendidikan Karakter, (3) Evaluasi Pendidikan Karakter, (4) Hambatan Pendidikan Karakter, (5) Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter.
Subjek dalam penelitian ini adalah empat orang guru mata pelajaran, satu orang guru BK dan kepala sekolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara dan analisis data digunakan triangulasi sumber.
ix
ABSTRACT
EVALUATION OF IMPLEMENTATION AND OBSTACLES ON CHARACTER EDUCATION IN JUNIOR HIGH SCHOOL
(Evaluation Study of Implementation and Obstacles on Character Education in Stella Maris Junior High School, Tangerang, Banten, Academic Year 2013/2014)
Sandy Adityo Sanata Dharma University
2015
This was a descriptive research with qualitative approach. The goal of this research was to know the implementation and obstacles on character education in junior high school including: (1) Character Education Plan, (2) Character Education Implementation, (3) Character Education Evaluation, (4) Character Education Obstacles, (5) The School’s Efforts to Overcome Character Education Obstacles.
The subject in this research were four teachers, counselor, and headmaster. The use of instrument was interview. Data collected by using interviews and The source triangulation was used to check the data validity.
The result of this research showed that character education plan and implementation done by four teachers, counselor, and headmaster have done well. Before doing the learning activity, the four teachers had set a character education conception of learning equipment through adapting the teaching material with the character value that would be delivered. In setting character education, the school combined the government rule and the school’s visions to know and answer the school’s need. Before giving learning material, the teachers set a syllabus and lesson plan that had the character values based on Stella Maris’ 12 excellent character values. Character education implementation did through collaboration between teacher and students; students and students. Character education evaluation did by observing students’ behavior, applying behavior modification point system and testimony point system, and seeing students’ habit in the school. Character education obstacles related to the parents’ habit that let their child behave disordered, supported the wrong child’s behavior, and tend to humiliate his/her friend who had weakness in cognitive aspect. The efforts to overcome the obstacles were giving direct notice to students towards the behavior they should have done. In order to avoid confusing information what the teacher and the parents said, the school applied point system, give punishment, and the most important was the school gave preventive action.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
naungan kasih-Nya, Penulis tugas akhir dengan judul “Evaluasi Keterlaksanaan dan
Hambatan Pendidikan Karakter di SMP (Studi Evaluasi Keterlaksanaan dan
Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang Banten Tahun
Ajaran 2013/2014)” dapat terselesaikan dengan baik.
Selama proses penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari sungguh begitu
banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung,
setiap proses yang penulis jalani. Oleh karena itu, Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling, sekaligus sebagai dosen pendamping skripsi.
4. Segenap bapak/ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh Studi.
5. Petugas sekretariat Mas Moko yang memberikan pelayanan selama penulis
menempuh pendidikan.
6. Ibu Veronika Krismayati selaku orang tua yang memberikan dukungan, doa
dan nasehat kepada penulis selama ini.
7. Kakek, nenek, acik, dan uwak yang telah memberikan dukungan dan saran
xi
8. Sahabatku yang telah dengan sabar mengingatkan dan mendukung aku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman BK angkatan 2011, terima kasih atas kebersamaan kita selama
perkuliahan.
10. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses awal
pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis
memohon maaf kapada semua pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya bagi mereka
yang memerlukan.
Yogyakarta, 18 Juni 2015
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Batasan Istilah ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan Karakter ... 12
xiii
2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP ... 19
3. Nilai-Nilai Karakter di SMP ... 20
4. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP ... 25
5. Peran Guru BK/ Konselor dalam Pendidikan Karakter ... 28
6. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter ... 32
7. Implementasi Pendidikan Karakter ... 34
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 37
9. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Karakter ... 38
B. Hakikat Evaluasi Hasil Program Pendidikan ... 41
1. Definisi Evaluasi Program ... 41
2. Ciri-ciri Persyaratan Evaluasi Program ... 42
3. Tujuan Evaluasi Program ... 43
4. Manfaat Evaluasi Program ... 43
5. Langkah-Langkah Evaluasi Program ... 45
6. Evaluasi Hasil Program... 45
C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 49
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 53
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 54
C. Subjek Penelitian dan Sumber Data ... 55
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 56
E. Validitas Data ... 61
F. Teknik Analisis Data ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 63
1. Deskripsi data secara umum ... 63
a. Profil sekolah ... 63
b. Kurikulum sekolah ... 64
xiv
3. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang .. 79
4. Evaluasi Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ... 85
5. Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ... 92
6. Usaha-Usaha Sekolah Mengatasi Hambatan Pendidikan Karakter di SMP Stella Maris Tangerang ... 98
B. Pembahasan ... 107
1. Perencanaan Pendidikan Karakter ... 107
2. Hambatan Pendidikan Karakter ... 111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 114
B. Saran ... 116
DAFTAR PUSTAKA ... 118
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 (UUD 1945) mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara
Indonesia harus melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dengan demikian,
Pemerintah diwajibkan untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional bagi seluruh warga negara Indonesia.
Tahun 2010 ini boleh dikatakan sebagai tahun pendidikan karakter.
Pasalnya sejak awal tahun 2010, tepatnya pada tanggal 14 Januari 2010,
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan
program “Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” sebagai gerakan
nasional. Misi pertama pembangunan nasional adalah terwujudnya karakter
bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral berdasarkan
Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat
Indonesia yang beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berbudi
dan berorientasi IPTEK (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2007).
Proses pembelajaran peserta didik seperti yang telah dicanangkan
pemerintah pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19). Dalam proses penentuan
tujuan pendidikan dibutuhkan suatu perhitungan-perhitungan yang matang,
cermat, dan teliti agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Oleh
karena itu perlu dirumuskan suatu tujuan pendidikan yang menjadikan moral
sebagai dasar yang sangat penting dalam setiap peradaban bangsa, yaitu
melalui adanya pendidikan karakter siswa. Para remaja yang memiliki
karakter yang rendah akan menemukan atau menghadapi suatu
masalah-masalah seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan
sebagainya.
Mengutip data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) hingga 2014 ini menunjukkan, setengah dari jumlah
gadis muda perkotaan dan 62,7 persen pelajar putri SMP tidak perawan.
KOMNAS-PA juga menunjukan 97 persen remaja SMP mengaku pernah
menonton film porno, dan 93,7 persen remaja itu mengaku pernah melakukan
Selain pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba juga menjadi dampak dari
penyimpangan pergaulan pelajar. Berdasarkan hasil penelitian Badan
Nasional Narkoba (BNN) dan pusat kesehatan Universitas Indonesia (UI),
selalu ada peningkatan pengguna narkoba di Indonesia setiap tahunnya. Pada
tahun 2004, pengguna narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai 3,2 juta
jiwa. Pada tahun 2008 pengguna narkoba tersebut meningkat menjadi sekitar
3,6 juta jiwa dan pada tahun 2011 meningkat mencapai angka 3,8 juta jiwa.
Tahun 2011 hingga Agustus 2014, Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) mencatat 369 pengaduan terkait masalah bullying. Jumlah itu sekitar
25% dari total pengaduan di bidang pendidikan sebanyak 1.480 kasus.
Bullying yang disebut KPAI sebagai bentuk kekerasan di sekolah, tawuran
pelajar, diskriminasi pendidikan, ataupun aduan pungutan liar (Republika,
Rabu 15 Oktober 2014)
Berdasarkan fenomena di atas mengenai lemahnya karakter hidup
peserta didik cukup mengkhawatirkan, maka diperlukan suatu rancangan atau
model pendidikan karakter guna mengatasi permasalahan dan menjadi
alternatif-alternatif solusi pendidikan karakter yang selama ini ada di SMP.
Krisis pendidikan karakter telah mencapai puncaknya, perlu adanya
pembaruan yang konsisten guna membangun mental peserta didik.
Pendidikan karakter yang implementasinya belum optimal tampak pada
esensi pendidikan karakter sendiri yang membutuhkan pembiasaan, bukan
Terlepas dari pembahasan mengenai esensi pendidikan karakter,
perkembangan peserta didik di usia SMP, hal lain yang patut menjadi sorotan
utama adalah siswa SMP berada pada masa peralihan atau pencarian jati diri.
Rendahnya kemampuan peserta didik dalam mengelola emosi,
ketidakmampuan mengontrol diri, kegagalan bersosialisasi, rendahnya
motivasi dan ketidak mampuan bekerja sama akan menjadi pertanda
gagalnya peserta didik dalam mengembangkan kemampuan pribadi
berkarakter. Perlu diadakan pembaruan dalam pembelajaran peserta didik di
SMP guna mengembangkan kemampuan pribadi berkarakter, langkah
tersebut dapat berupa pembaruan kurikulum.
Mulai tahun ajaran 2014/2015 Kementrian Pendidikan Republik
Indonesia resmi menggunakan kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2013. Esensi
Kurikulum 2013 adalah keseimbangan antara sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Dalam hal ini sikap harus menjadi dasar utama yang
menyelimuti keterampilan dan pengetahuan dalam arti, sikap harus dapat
memandu keterampilan dan pengetahuan. Mulyasa (2014:7) mengemukakan
bahwa pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu
dan seimbang, sesuai dengan standard kompetensi lulusan pada setiap satuan
pendidikan. Tentunya kurikulum 2013 lebih mengaktifkan siswa dan guru
hanya sebagai fasilitator yang menggunakan pendekatan experential learning.
belajar langsung, baik di kelas ataupun diluar kelas sehingga akhirnya
pengalaman tersebut mampu meresap menjadi karakter siswa.
Harapan diberlakukannya revisi kurikulum mampu menciptakan
suasana atau iklim belajar yang lebih baik bagi siswa, begitu pula dengan
implementasi kurikulum 2013 yang saat ini digunakan. Akan tetapi dalam
praktek dilapangan banyak keluhan dari para guru yang mengalami kesulitan,
baik dari buku-buku yang belum terdistribusikan, penyusunan RPP yang
nilai-nilai karakter sebatas tertulis tanpa adanya proses penerapannya dalam
kegiatan belajar mengajar, penekanan pada aspek kognitif saja dan muatan
pembelajaran yang begitu banyak.
Pengkajian yang dilakukan mengenai terlaksananya pendidikan
karakter tidak lepas dari peranan guru BK yang memiliki pemahaman
mengenai karakteristik perkembagan peserta didik usia SMP. Adapun
kendala yang ditemui oleh guru BK dalam berproses di lapangan dapat
menjadi hambatan dalam terlaksananya pendidikan karakter. Kompotensi
profesional guru BK yang rendah, baik dalam pemberian layanan bimbingan
dan kemampuan memberikan layanan konseling akan menambah guratan
gagalnya pembangunan karakter bangsa.
SMP Stella Maris, Tangerang ini menjadi salah satu sekolah yang
menjadi contoh penelitian nasional pendidikan karakter di Indonesia. SMP
Stella Maris, Tangerang memililiki Visi: Menjadi sekolah terbaik di
Indonesia yang mempersiapkan lulusan bermutu tinggi berlandaskan iman
suasana yang mendorong pengembangan intelektualitas, bakat, kreatifitas,
dan kedisiplinan, (2) Mendorong siswa menerapkan nilai-nilai moral dan
etika yang dilandasi iman Kristiani agar menjadi berkat bagi sesama, (3)
Mengembangkan kompetensi dan kesejahteraan siswa, guru, dan karyawan,
(4) Mengembangkan kurikulum dan metode pembelajaran aktif yang dapat
mengoptimalkan proses belajar.
Adapun ciri khas pendidikan yang diangkat oleh SMP Stella Maris
ialah (1) Penerapan metode Joyful Learning dan Active Learning, (2)
Pengembangan aspek intelektual siswa secara berimbang dengan aspek
emosional dan spiritual, (3) Penanaman dan pelatihan kemampuan berpikir
kritis, (4) Pembentukan kepribadian siswa yang disiplin dan mandiri
berdasarkan nilai-nilai Kristiani, (5) Pengintensifan pelajaran Bahasa Inggris
dan Mandarin.
Maka, peneliti tertarik untuk mengetahui keterlaksanaan dan
hambatan yang dicapai oleh sekolah SMP Stella Maris, Tangerang. Setelah
melihat hal diatas peneliti mengangkat judul “Evaluasi Keterlaksanaan dan Hambatan Pendidikan Karakter di SMP” dalam skripsi ini. Kajian ini juga dimaksudkan agar design pendidikan karakter mampu mengembangkan
potensi individu manusia yang mampu mentukan nasib bangsa di kemudian
B. Identifikasi Masalah
Melihat dari latar belakang masalah yang terkait dengan pendidikan
karakter pada siswa SMP. Maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pendidikan karakter diformulasikan menjadi pelajaran-pelajaran tertentu,
seperti agama, bahasa, dan kewarganegaraan.
2. Pendidikan karakter diberi batasan sampai pada pemahaman pada
nilai-nilai secara kognitif semata.
3. Sekolah-sekolah SMP belum mengerti apa maksud dan tujuan
pendidikan karakter.
4. Sekolah-sekolah SMP lebih menekankan pengajaran dari segi kognitif
sedangkan pada sisi lain diabaikan.
5. Guru-guru tidak memberi muatan pendidikan karakter dalam mata
pelajaran yang diajarkan disekolah.
6. Belum adanya penelitian yang secara langung mengevalusi sistem
pembelajaran yang memuat tentang pendidikan karakter di SMP Stella
Maris, Tangerang.
C. Pembatasan Masalah
Melihat berbagai bentuk permasalahan yang muncul dalam latar
belakang, perlu dilakukannya revisi sistem pendidikan yang terus menerus
demi perkembangan pendidikan nasional, seperti tinjauan terhadap penerapan
kurikulum 2013. Peneliti turut andil melakukan sebuah penelitian yang terkait
dan hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Stella Maris
Tangerang. Sebuah penelitian studi evaluatif mengenai sistem baru yang
diberlakukan oleh pemerintah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka
peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran pelaksanaan penanaman nilai-nilai melalui
pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemukan SMP Stella Maris
Tangerang dalam pelaksanaan pendidikan karakter?
E. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan gambaran pelaksanaan penanaman nilai-nilai melalui
pendidikan karakter di SMP Stella Maris, Tangerang.
2. Mendeskripsikan hambatan-hambatan yang dialami SMP Stella Maris,
Tangerang dalam pelaksanaan pendidikan karakter.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan,
khususnya dalam bidang penerapan bimbingan dan konseling terkait peran
sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama
tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.
2. Manfaat praktis
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan
bahan evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan
pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu, dan
tepat sasaran.
b. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata pelajaran) di
SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi
mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat
mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna
mencerdaskan peserta didik.
c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
membantu menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi
semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi
program pendidikan karakter yang reintegrasi dengan pembelajaran.
d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil
penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
alternatif untuk mengembangkan konsep bimbingan dan konseling
karakter, pengembangan kurikulum program studi BK, kajian
pendidikan karakter, dan terapan ilmu bimbingan dan konseling dalam
e. Bagi penulis
1) Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai
pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan
klasikal kolaborasi dengan pendekatan experiential learning di
SMP Stella Maris Tangerang.
2) Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pengalaman dan
keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji
permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu
mengembangkan secara ilmiah di kemudian hari.
3) Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami
praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan
pengembangan secara ilmiah.
G. Batasan Istilah
1. Evaluasi Pendidikan Karakter
Evaluasi pendidikan karakter dalam penelitian ini merupakan
suatu usaha untuk mendapatkan berbagai informasi secara berkala,
berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
perkembangan sikap dan perilaku atau tugas-tugas perkembangan
peserta didik melalui program kegiatan yang telah dilaksanakan
yang bertujuan untuk menjamin capaian kerja agar sesuai dengan
rencana dan tujuan yang ditetapkan dalam proses penyelenggaraan
penanaman nilai-nilai karakter.
2. Keterlaksanaan Pendidikan Karakter
Ketelaksanaan pendidikan karakter dalam penelitian ini
adalah upaya untuk mengetahui cara menjalankan rencana, praktek
penyelenggaraan, dan proses penyelenggaraan penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.
3. Hambatan-Hambatan Pendidikan karakter
Hambatan-hambatan pendidikan karakter dalam penelitian
ini adalah segala sesuatu yang menjadi kendala dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian terselenggaranya penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan tentang kajian teori pendidikan karakter dan kajian
penelitian yang relevan.
A. Hakikat Pendidikan Karakter
1. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter
Menurut Peraturan Pemerintah Tahun 2010 tentang Kebijakan
Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 disebutkan
bahwa Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan,
mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik
terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam
perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah
hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok
orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang
yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran
dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Menurut Michael Novak (dalam Lickona, 2013: 81) karakter
merupakan “campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang
diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan
kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.” Prayitno (2011:
47) mendefinisikan karakter sebagai sifat pribadi yang relatif stabil pada
standar nilai dan norma yang tinggi. Definisi karakter menurut Gunawan
(2012: 3-4):
“Karakter adalah perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.”
Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik,
menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik-kebiasaan
dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan
(Lickona, 2013: 82). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
karakter adalah kecenderungan individu dalam berpikir, berperasan, dan
bertindak yang didasari oleh nilai-nilai luhur.
Istilah karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah
etika, akhlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral,
berkonotasi positif bukan netral. Sedangkan Karakter menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak
atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan
demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam
diri dan terjawantahkan dalam perilaku.
Proses perkembangan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh
banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang
juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana
orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh
mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang
berada pada jangkauan masyarakat dan individu. Jadi usaha
pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh
masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui
rekayasa faktor lingkungan.
Berbicara mengenai karakter terkadang tidak bisa kita lepaskan
dari pemahaman mengenai etika, norma, moral, budi pekerti dan nilai.
Bertens (Adisusilo, 2012: 54) etika mengandung multi arti. Etika dalam
arti seperangkat nilai atau norma yang menjadi pegangan hidup
seseorang atau sekolompok orang dalam dalam bertingkah laku.
Sastrapratedja (Adisusilo, 2012: 54) Moral merupakan sistem nilai
tentang bagaimana seseorang seharusnya hidup secara baik sebagai
manusia. Budi pekerti berarti tingkah laku atau perbuatan yang sesuai
dengan akal sehat. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal
itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat
orang yang menghayatinya menjadi bermartabat.
Pendidikan karakter adalah segala usaha yang dilakukan secara
sunguh-sungguh untuk membantu orang lain untuk memahami, peduli
dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai etika. Menurut Samani &
Hariyanto (2012: 45):
Definisi lainnya dikemukakan oleh Gaffar (Kesuma, 2012: 5)
yaitu semua proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi
satu dalam prilaku kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga
ide pemikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi nilai-nilai, 2)
ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3) menjadi satu dalam
perilaku.
Kemendiknas (2010: 15) mengungkapkan bahwa pendidikan
karakter sebagai usaha yang dirancang dan dilaksanakan secara
sistematis untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan pada peserta didik
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, pendidikan karakter sebagai upaya yang dilakukan
dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good
character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang
secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan kemendiknas (2010),
secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu
merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif,
konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam
keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan
emotional), Olah Pikir (Intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik
(Physical and kinesthetic development), dan Olah Rasa Karsa (Affective and
Creativity development) yang secara diagramatik dapat di lukiskan seperti pada
gambar 1.
Gambar 1. Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa
pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku
peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pendidikan karakter tentunya memiliki makna yang lebih tinggi
dari pada pendidikan moral, karena pendidikan karakter tidak hanya
berkaitan dengan masalah benar ataupun salah, tetapi bagaimana
kehidupan, sehingga peserta didik memiliki kesadaran dan pemahaman
yang tinggi untuk menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Fokus utama pendidikan karakter terletak pada penerapan pada nilai-nilai
luhur dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Oleh Sebab itu
Apabila ada seseorang yang berperilaku tidak jujur, curang dan kejam
maka akan dikatakan sebagai orang yang memiliki karaktrer yang buruk,
sedangkan orang yang berperilaku baik, jujur, dan suka mengasihi orang
lain dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter yang baik.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa manusia itu unik sehingga
memiliki karakter yang unik pula. Tentunya istilah karakter berkaitan
erat dengan kepribadian (Personality) seseorang, sehingga orang tersebut
dapat dikatakan orang yang berkarakter jika perilakunya sesuai dengan
etika dan moral. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin seseorang
memahami secara sadar pentingnya nilai-nilai karakater. Bisa jadi
perbuatan baik sebelumnya dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah,
bukan karena betapa tingginya penghargaan pribadi tersebut terhadap
nilai-nilai karakter.
Dalam Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP Tahun
2010 ditegaskan bahwa pendidikan karakter harus didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan
perilaku yang baik.
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka,
dan membantu mereka untuk sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
8. Memfungsikan seluruh staff sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama.
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta
2. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010).
Jika dicermati secara jeli, terdapat tautan yang saling mutual antara
tujuan-tujuan pendidikan karakter dengan tujuan-tujuan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Mengingat bimbingan merupakan
bagian integral dalam pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan
merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan tingkat
nasional maupun tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP). Tujuan
pelayanan bimbingan dan konseling berfokus pada pengembangan
nilai-nilai kehidupan (karakter) peserta didik sebagai pribadi,
sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: (1) memperkuat dasar keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) membiasakan diri untuk
berperilaku yang baik, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan
dasar, (4) memelihara kesehatan jasmani dan rohani, (5) menanamkan
kesadaran berbudaya belajar dan melatih kemampuan untuk terampil
Pengembangan sebagai anggota masyarakat mencakup upaya untuk: (1)
memperkuat kesadaran hidup beragama dan toleransi keberagamaan
dalam masyarakat, (2) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam
lingkungan hidup, dan (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan
dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat. Pengembangan sebagai warga negara mencakup upaya
untuk: (1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan menyangkut hak
dan kewajiban sebagai warga negara RI, (2) menanamkan rasa ikut
bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara, (3)
memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk
berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengembangan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk: (1)
meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, (2)
meningkatkan kesadaran tentang HAM, (3) memberi pengertian tentang
ketertiban dunia, (4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
persahabatan antar bangsa, dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk
menguasai isi kurikulum (Ahman, 1998).
3. Nilai-Nilai Karakter di SMP
Pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan
dari butir-butir SKL SMP (Permen Diknas no. 23 tahun 2006)
dan SK/KD (Permen Diknas no. 22 tahun 2006). Berikut ini adalah daftar
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius). Pikiran,
perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
1) Jujur
Perilaku yang di dasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
2) Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
3) Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan
buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4) Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
5) Kerja keras
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar
atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
6) Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku mandiri dan pandai atau berbakat mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
permodalan operasinya.
8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa
yang telah dimiliki.
9) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
10)Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
11)Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau
kewajiban diri sendiri serta orang lain.
2) Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
masyarakat dan kepentingan umum.
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan
menghormati keberhasilan orang lain.
4) Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
5) Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu
ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
e. Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
1) Nasionalis
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
2) Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam
hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan
4. Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP
Berdasarkan pedoman Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan karakter
terintegrasi di SMP dilaksanakan melalui proses pembelajaran,
manajemen sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan.
a. Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran
Pendidikan karakter terintegrasi dalam pembelajaran adalah
pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan
pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam
tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran,
baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua
mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk
menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik
mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai,
serta menjadikannya sebagai perilaku.
Pada struktur kurikulum SMP, dasar setiap mata pelajaran
memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara
subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait
langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia,
yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai
taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan
menginternalisasi nilai-nilai. Integrasi pendidikan karakter pada
mata-mata pelajaran di SMP mengarah pada internalisasi nilai-nilai
di dalam tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran dari
tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian.
b. Pendidikan karakter terintegrasi melalui manajemen sekolah
Pada konteks dunia pendidikan, yang dimaksud dengan
manajemen pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk
menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan itu sendiri. Penyelenggaraan pendidikan karakter
memerlukan pengelolaan yang memadai. Pengelolaan yang
dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan karakter dalam
pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan secara
memadai. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan
direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain
meliputi: (1) nilai-nilai karakter kompetensi lulusan, (2) muatan
kurikulum nilai-nilai karakter, (3) nilai-nilai karakter dalam
pembelajaran, (4) nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga
kependidikan, dan (5) nilai-nilai karakter pembinaan
Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang
terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (1) pelanggaran
tata tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan
hukuman/pembinaan, (2) penyediaan tempat-tempat pembuangan
sampah, (3) penyelenggaraan kantin kejujuran, (4) penyediaan
kotak saran, (5) penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah,
misalnya: shalat dzuhur berjamaah, (6) salim-taklim (jabat tangan)
setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, (7) pengelolaan
dan kebersihan ruang kelas oleh siswa, dan bentuk-bentuk kegiatan
lainnya.
c. Pendidikan karakter terintegrasi melalui kegiatan pembinaan
kesiswaan
Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di
luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berwenang di sekolah.
Visi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya
potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya
kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk
diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Misi kegiatan pembinaan
dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang
memberikan kesempatan peserta didik mengeskpresikan diri secara
bebas melalui kegiatan mandiri dan atau kelompok.
5. Peran Guru BK/Konselor dalam Pendidikan Karakter
Guru setidaknya diidentikkan dengan dua definisi berikut. Pertama,
dipandang dari sudut etimologis, guru berasal dari Bahasa Sansekerta
(gu) yang berarti kegelapan dan (ru) yang berarti membebaskan atau
menyingkirkan. Jadi, dilihat dari makna asalinya guru bermakna
menyingkirkan atau menghalau kegelapan. Kedua, guru juga sering
dianggap sebagai akronim dari seseorang yang digugu dan ditiru. Guru
adalah pribadi yang diteladani karena ia menunjukkan
keutamaan-keutamaan (virtues) dalam praktek laku hidupnya. Guru hormat pada
kejujuran, setia dalam ketekunan (persistence), luwes dalam bergaul
dengan berbagai kalangan, memegang teguh kedisiplinan, dan mencintai
anak didiknya. Karakteristik guru yang seperti inilah yang hendaknya
dimiliki, terutama oleh guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan
dan konseling atau yang akrab disapa guru BK mengembangkan suatu
program atau layanan bimbingan dan konseling guna membantu tumbuh
dan kembang peserta didik.
Program bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian inti
pelayanan dalam upaya mengembangkan potensi peserta didik untuk
mencapai kemandirian, dengan memiliki karakter yang dibutuhkan saat
ini dan masa depan. Pekerjaan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan
berbasis nilai, layanan etis normatif, dan bukan layanan bebas nilai.
Seorang konselor perlu memahami betul hakekat manusia dan
perkembangannya sebagai makhluk sadar nilai dan perkembangannya ke
arah normatif-etis. Seorang konselor harus memahami perkembangan
nilai, namun seorang konselor tidak boleh memaksakan nilai yang
dianutnya kepada konseli (peserta didik yang dilayani), dan tidak boleh
meneladankan diri untuk ditiru konselinya, melainkan memfasilitasi
konseli untuk menemukan makna nilai kehidupannya (Sunaryo, 2006)
a. Peran konselor dalam pendidikan karakter
Peran dan keterlibatan konselor/guru BK sangat tegas disebutkan
dalam kutipan berikut:
“Professional school counselors need to take an active role in initiating, facilitating and promoting character education programs in the school curriculum. The professional school counselor, as a part of the school community and as a highly resourceful person, takes an active role by working cooperatively with the teachers and administration in providing character education in the schools as an integral part of the school curriculum and activities”
(ASCA dalam Nur Wangid, 2010).
aktif dengan bekerja secara kooperatif dengan para guru dan bagian administrasi dalam memberikan layanan pendidikan karakter di sekolah-sekolah sebagai bagian integral dari kurikulum dan kegiatan sekolah.”
(ASCA dalam Nur Wangid, 2010; Terjemahan).
Konselor atau guru BK adalah sosok yang memiliki peran
besar dalam memulai, memfasilitasi dan mempromosikan program
pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Guru BK memiliki
inisiatif dalam mengembangankan potensi peserta didik dalam
pengembangan kehidupan sehari-hari dan pendidik yang
mengarahkan peserta didik ke arah aktualiasasi diri sebagai seorang
pribadi. Tugas yang diemban oleh guru BK tentunya perlu
dikolaborasikan dengan sekolah sebagai suatu lembaga formal yang
mendidik para peserta didik. Sekolah memiliki tanggungjawab
mendidik dari segi kognitif, afeksi dan konasi anak. Guru BK turut
ambil bagian dalam pendidikan tersebut dengan mengintegrasikan
pendidikan karakter dengan kurikulum sekolah. Perlu dipahami
bahwa guru BK yang mengambil bagian dalam pendidikan karakter
tidak bekerja sendiri sebagai guru yang mengembangkan karakter
peserta didik, perlu adanya kerjasama antara guru BK dan guru mata
pelajaran dalam mengakomodasi program pendidikan karakter yang
seyogyanya membantu perkembangan peserta didik dengan
b. Materi pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling
Materi Pendidikan Karakter dalam Layanan Bimbingan, antara
lain dapat mencakup: (1) Perilaku seksual sehat; (2) Pengetahuan
tentang karakter; (3) Pemahaman tentang moral sosial;(4)
Keterampilan pemecahan masalah; (5) Kompetensi Emosional; (6)
Hubungan dengan orang lain; (7) Perasaan keterikatan dengan
sekolah; (8) Prestasi akademis; (9) Kompetensi berkomunikasi; (10)
sikap kepada guru (Berkowitz, Battistich, dan Bier dalam
Muhammad Nur Wangid, 2010).
c. Strategi penyampaian pendidikan karakter melalui layanan
bimbingan dan konseling
Strategi pendidikan karakter melalui pelayanan bimbingan dan
konseling dapat dilakukan melalui: (1) Layanan Dasar; (2) Layanan
Responsif; (3) Perencanaan Individual; dan (4) Dukungan Sistem.
Strategi layanan dasar bimbingan merupakan pintu masuk bagi
penyaluran pendidikan karakter melalui proses dan aktivitas
bimbingan klasikal untuk membantu pemenuhan kebutuhan semua
siswa terhadap penanaman nilai-nilai karakter. Perjumpaan interaktif
di kelas antara konselor/guru BK dengan peserta didik secara
rutin/terjadual sangat dibutuhkan dalam mana kesempatan itu sangat
berguna untuk memberikan layanan preventif dan pengembangan
diri. Kehadiran konselor tidak dapat direduksi hanya sekedar untuk
(Gysbers, 2004; Gysbers dan Henderson, 2000; Sink dan Stroh,
2003; Lapan, 2001; Rowley, 2005).
6. Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Karakter
Pembelajaran pendidikan karakter perlu dibuat punyusunan silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Baik silabus dan RPP
dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi
atau berwawasan pendidikan karakter. Cara yang mudah untuk membuat
silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter adalah dengan
mengadaptasi silabus dan RPP yang telah dibuat dengan menambahkan
kegiatan pembelajaran yang bersifat memfasilitasi dikenalnya nilai-nilai,
disadarinya pentingnya nilai-nilai, dan diinternalisasinya nilai-nilai.
Berikut adalah contoh model silabus, RPP, dan bahan ajar yang telah
mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalamnya.
a. Silabus
Silabus dikembangkan dengan rujukan utama Standar Isi
(Permen Diknas nomor 22 tahun 2006). Silabus memuat Standar
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar yang dirumuskan di dalam silabus pada dasarnya
ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik menguasai SK/KD. Agar
didik mengembangkan karakter, setidak-tidaknya perlu dilakukan
perubahan pada tiga komponen silabus berikut:
1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga
ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter.
2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga
ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam
hal karakter.
3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada
teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur
perkembangan karakter.
Penambahan dan/atau adaptasi kegiatan pembelajaran,
indikator pencapaian, dan teknik penilaian harus memperhatikan
kesesuaiannya dengan SK dan KD yang harus dicapai oleh peserta
didik. Kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian, dan teknik
penilaian yang ditambahkan dan/atau hasil modifikasi tersebut harus
bersifat lebih memperkuat pencapaian SK dan KD tetapi sekaligus
mengembangkan karakter.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun
berdasarkan silabus yang telah dikembangkan oleh sekolah. RPP
secara umum tersusun atas SK dan KD, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran,
langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian yang
dikembangkan di dalam RPP pada dasarnya dipilih untuk menciptakan
proses pembelajaran untuk mencapai SK dan KD. Oleh karena itu,
agar RPP memberi petunjuk pada guru dalam menciptakan
pembelajaran yang berwawasan pada pengembangan karakter, RPP
tersebut perlu diadaptasi. Seperti pada adaptasi terhadap silabus,
adaptasi yang dimaksud antara lain meliputi:
1) Penambahan dan/atau modifikasi kegiatan pembelajaran sehingga
ada kegiatan pembelajaran yang mengembangkan karakter
2) Penambahan dan/atau modifikasi indikator pencapaian sehingga
ada indikator yang terkait dengan pencapaian peserta didik dalam
hal karakter
3) Penambahan dan/atau modifikasi teknik penilaian sehingga ada
teknik penilaian yang dapat mengembangkan dan/atau mengukur
perkembangan karakter
7. Implementasi Pendidikan Karakter
Berbicara mengenai pendidikan karakter di sekolah tidak pernah
lepas dari kata implementasi pendidikan karakter itu sendiri.
Implementasi pendidikan karakter garis besarnya menyangkut tiga fungsi
a. Fungsi perencanaan
Fungsi perencanaan meliputi perencanaan yang menyangkut
perumusan kompetensi dasar, penetapan jenis karakter dan
memperkirakan cara pembentukannya. Perencanaan di sini
dipandang sebagai fungsi sentral dari manajemen pendidikan
karakter dan harus berorientasi ke masa depan. Pengimplementasian
pendidikan karakter di sekolah, perencanaan pendidikan karakter
dituangkan dalam program pendidikan yang berkaitan dengan
strategi pembelajaran di sekolah guna mencapai tujuan secara efektif
dan efisien.
Dalam mencapai tujuan tersebut tentu saja akan berkaitan
dengan pembuatan dan pengambilan keputusan yang harus memberi
gambaran tentang proses pembelajaran yang diinginkan. Guru
sebagai pengelola sistem pendidikan dan proses pembelajaran harus
mampu mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola berbagai
sumber daya pembelajaran dan sumber daya manusia yang ada untuk
membentuk kompetensi dan karakter peserta didik serta mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Fungsi pelaksanaan
Fungsi pelaksanaan bisa juga disebut dengan implementasi.
Implementasi merupakan proses yang memberikan kepastian bahwa
program pembelajaran memiliki alternatif sumber daya manusia dan
dapat membantu kompetensi dan karakter yang diinginkan. Fungsi
pelaksanaan ini mencakup adanya pola kerjasama, pengorganisasian
dan kepemimpinan guna pengaplikasian setiap kegiatan. Contohnya,
pembagian pekerjaan seperti apa yang harus dilakukan oleh guru dan
peserta didik dalam pembelajaran di kelas.
c. Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian sering juga disebut penilaian dan
pengendalian/ kontrol. Fungsi pengendalian bertujuan untuk
menjamin kinerja yang dicapai agar sesuai dengan rencana dan tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam pola penilaian dan pengendalian
diperlukan langkah membandingkan kinerja pengimplementasian
yang telah dilakukan atau yang lebih dikenal dengan kinerja aktual
dengan kinerja standar atau pedoman yang telah direncanakan sejak
awal sebagai sebuah program.
Guru memegang kendali utama dalam program pembelajaran.
Guru dapat mengambil alih strategi dan tindakan perbaikan apabila
terjadi kesenjangan antara proses pembelajaran yang telah terjadi
secara aktual dengan yang telah direncanakan dalam program
pembelajaran. Penilaian dan pengendalian merupakan salah satu
aspek penting dalam proses pendidikan karakter, agar sebagian besar
peserta didik dapat membentuk kompetensi dan karakter yang
banyak peserta didik yang mendapat nilai rendah, di bawah standar
atau berperilaku yang tidak sesuai dengan norma kehidupan akan
mempengaruhi efektifitas pendidikan karakter secara keseluruhan.
Implementasi pendidikan karakter di sekolah, penilaian dan
pengendalian harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan untuk mengetahui dan memantau perubahan serta
kemajuan peserta didik maupun untuk memberi nilai yang biasa
dikonversi dalam penilaian hasil belajar.
8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter
Menurut Zubaedi (2012) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter, yaitu:
a. Insting (naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan manusia
dimotivasi oleh potensi kehendak yang dimotori oleh naluri
seseorang.
b. Adat atau kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah tindakan yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan, seperti berpakaian, makan, tidur, berolahraga, dan lain
c. Keturunan
Secara langsung atau tidak langsung keturunan sangat
mempengaruhi pembentukan karakter seseorang.
d. Lingkungan
Salah satu aspek yang turut memberikan pengaruh dalam
terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor
lingkungan di mana seseorang berada.
9. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Karakter
Kualitas pembelajaran dan pembentukan karakter yang dilalui
oleh peserta didik dapat dilihat dari segi proses dan hasilnya. Pertama
dari segi proses, pembelajaran dan pembentukan karakter dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila setidaknya 85% peserta didik terlibat
secara aktif, khususnya dalam aspek mental dan sosial dalam proses
pembelajaran. Selain itu semangat belajar yang besar dan rasa percaya
pada diri sendiri juga menjadi faktor penentunya. Kedua, dari segi hasil
pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang
positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya 80%.
Segi proses dan segi hasil merupakan pemenuhan tuntutan yang
perlu dikembangkan sebagai pengalaman belajar yang kondusif untuk
membentuk manusia yang berkarakter. Hal ini berarti tidak cukup hanya
afektif psikomotorik adalah langkah yang perlu dicapai sebagai bentuk
penghayatan mewujudnyatakannya ke dalam perilaku.
Mulyasa, (2013:16) memaparkan keberhasilan implementasi
pendidikan karakter di sekolah dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka
menengah, jangka panjang dengan kriteria atau indikator sebagai berikut.
a. Kriteria Jangka Pendek
1) Sekurang-kurangnya 85% isi dan prinsip-prinsip pendidikan
karakter dapat dipahami, diterima, dan diterapkan oleh para peserta
didik dan guru.
2) Sekurang-kurangnya 85% peserta didik merasa mendapat
kemudahan, senang, dan memiliki kemauan belajar yang tinggi.
3) Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses
pembelajaran.
4) Karakter yang ditanamkan sesuai dengan perkembangan peserta
didik dan mereka memandang bahwa hal tersebut akan sangat
berguna bagi kehidupannya kelak.
5) Pendidikan karakter yang dikembangkan dapat menumbuhkan
minat belajar para peserta didik untuk belajar lebih lanjut
(continuing)
b. Kriteria Jangka Menengah
1) Adanya umpan balik terhadap para guru tentang pendidikan