ABSTRAK
KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI
(Studi Evaluatif Keterlaksanaan dan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015)
St. Saturninus Adven Yora Dinata Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum menunjukan hasil yang memuaskan. Sebagian besar guru masih memusatkan perhatian pada tataran kognitif, sedangkan muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan pada berbagai mata pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Tidak hanya itu, sebagian guru mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pendidikan karakter memiliki keterbatasan kemampuan mendeskripsikan, mengaktualisasikan, dan mensosialisasikan tugas ini. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih komprehensif mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi, khususnya di SMP.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Tempat penelitian adalah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah, dan guru mata pelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokomentasi, dan angket. Teknik analisis data kualitatif adalah dengan mencari dan menyusun data yang diperoleh secara sistematis, mereduksi, melakukan coding, dan membuat perbandingan antardata. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke bagian-bagian yang lebih kecil, melakukan sintesa, menyususun ke dalam pola, memilah dan mempelajari, serta membuat kesimpulan data penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan beberapa hal mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yaitu: 1) perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP tersebut baik diawali dengan penyusunan RKS dan RKAS, 2) pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran dilakukan mulai dari tahap perkenalan, pelaksanaan, dan evaluasi melalui silabus, RPP, dan bahan ajar, 3) pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi juga dilakukan pada manajemen sekolah, pembelajaran di kelas, dan kegiatan pengembangan diri, 4) kesesuaian pelaksanaan pendidikan karakter dengan silabus dan RPP belum berjalan secara optimal, 5) ada beberapa hambatan pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu sistem penilaian yang dirasa masih sulit, tenaga dan waktu mengajar yang semakin tinggi, terbatasnya buku ajar, dan tuntutan kurikulum yang tinggi.
ABSTRACT
IMPLEMENTATION AND CONSTRAINTS CHARACTER EDUCATION INTEGRATED
(The Evaluative Study of Implementation and Constraints Character Education Integrated In Pangudi Luhur 1 Junior High School, Yogyakarta
Academic Year 2014/2015)
St. Saturninus Adven Yora Dinata Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
Implementation of character education in junior high school has yet to show satisfactory results. Most teachers are still focused on the cognitive level, while charge character values that are integrated on a variety of subjects it is only "patch" alone. Not only that, some teachers of subjects who had a role in character education has limited competence to describe, actualize, and disseminating this task. Therefore, the purpose of this study was to determine more comprehensively about the feasibility and constraints integrated character education, especialy in junior high school.
This type of research is qualitative research. The place of this research is Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school. Source of data in this study is the principal and teachers. Data collection methods used were interviews, observation, documentation study, and questionnaires. Qualitative data analysis technique is to find and collate data obtained systematically, reducing, coding, and make comparisons each of the data. Data analysis was performed by organizing the data, describe the parts into smaller, synthesize, compiled into a pattern, sorting and learn, and make conclusions of research data.
Based on the results of the study, the researchers conclude several things about the feasibility and constraints integrated character education in Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school, namely: 1) planning the integrated character education in school is good begins with the preparation of RKS and RKAS, 2) the integration of character education in learning is done starting from the introduction, implementation, and evaluation through the syllabus, lesson plans and teaching materials, 3) implementation of the integrated character education was also carried out on school management, classroom learning and self-development activities, 4) the suitability of the implementation of character education in the syllabus and RPP has not run optimally, 5) there are some obstacles implementation of character education, which is a rating system that it is still difficult, effort and time that the higher teaching, lack of textbooks, and the high demands of the curriculum.
i
KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN
PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI
(Studi Evaluatif Keterlaksanaan dan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
St. Saturninus Adven Yora Dinata NIM: 111114060
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Seorang pelajar bertanya kepada saya,”Mau jadi apa kak kelak?”, jawab saya,”Ingin menjadi orang baik dek ”. Menjadi orang baik adalah visi hidup saya, baik dalam berbuat baik, baik dalam kematangan pribadi, baik menjalin relasi, baik dalam mengambil keputusan, baik
dalam pilihan cita, cinta, dan karir, serta baik dalam memperjuangkan segala sesuatu yang ingin saya capai”
Suatu waktu, dalam sebuah kegiatan pelatihanGnC-M seorang mahasiswa menuliskan pesan kepada saya, “Supel adalah dirimu, cerdas dan humanis adalah bentuk kepribadianmu, setia
kawan itulah caramu menunjukan kesetiaanmu, berwibawa dan berjiwa seorang pemimpin yang baik adalah wujud nyata matang kepribadianmu”
Dan terakhir, saya yakin dan percaya bahwa ketika Tuhan menempatkan saya di awal perjalanan ini, Dia jugalah yang akan menuntun saya hingga ke akhirnya. Saya yakin bahwa
Dia tidak akan membawa saya sejauh ini hanya untuk kegagalan”
Karya ini saya persembahkan kepada:
vii ABSTRAK
KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI
(Studi Evaluatif Keterlaksanaan dan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015)
St. Saturninus Adven Yora Dinata Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2015
Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum menunjukan hasil yang memuaskan. Sebagian besar guru masih memusatkan perhatian pada tataran kognitif, sedangkan muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan pada berbagai mata pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Tidak hanya itu, sebagian guru mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pendidikan karakter memiliki keterbatasan kemampuan mendeskripsikan, mengaktualisasikan, dan mensosialisasikan tugas ini. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih komprehensif mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi, khususnya di SMP.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Tempat penelitian adalah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah, dan guru mata pelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokomentasi, dan angket. Teknik analisis data kualitatif adalah dengan mencari dan menyusun data yang diperoleh secara sistematis, mereduksi, melakukan coding, dan membuat perbandingan antardata. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke bagian-bagian yang lebih kecil, melakukan sintesa, menyususun ke dalam pola, memilah dan mempelajari, serta membuat kesimpulan data penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan beberapa hal mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yaitu: 1) perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP tersebut baik diawali dengan penyusunan RKS dan RKAS, 2) pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran dilakukan mulai dari tahap perkenalan, pelaksanaan, dan evaluasi melalui silabus, RPP, dan bahan ajar, 3) pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi juga dilakukan pada manajemen sekolah, pembelajaran di kelas, dan kegiatan pengembangan diri, 4) kesesuaian pelaksanaan pendidikan karakter dengan silabus dan RPP belum berjalan secara optimal, 5) ada beberapa hambatan pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu sistem penilaian yang dirasa masih sulit, tenaga dan waktu mengajar yang semakin tinggi, terbatasnya buku ajar, dan tuntutan kurikulum yang tinggi.
viii
ABSTRACT
IMPLEMENTATION AND CONSTRAINTS CHARACTER EDUCATION INTEGRATED
(The Evaluative Study of Implementation and Constraints Character Education Integrated In Pangudi Luhur 1 Junior High School, Yogyakarta
Academic Year 2014/2015)
St. Saturninus Adven Yora Dinata Sanata Dharma University
Yogyakarta 2015
Implementation of character education in junior high school has yet to show satisfactory results. Most teachers are still focused on the cognitive level, while charge character values that are integrated on a variety of subjects it is only "patch" alone. Not only that, some teachers of subjects who had a role in character education has limited competence to describe, actualize, and disseminating this task. Therefore, the purpose of this study was to determine more comprehensively about the feasibility and constraints integrated character education, especialy in junior high school.
This type of research is qualitative research. The place of this research is Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school. Source of data in this study is the principal and teachers. Data collection methods used were interviews, observation, documentation study, and questionnaires. Qualitative data analysis technique is to find and collate data obtained systematically, reducing, coding, and make comparisons each of the data. Data analysis was performed by organizing the data, describe the parts into smaller, synthesize, compiled into a pattern, sorting and learn, and make conclusions of research data.
Based on the results of the study, the researchers conclude several things about the feasibility and constraints integrated character education in Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school, namely: 1) planning the integrated character education in school is good begins with the preparation of RKS and RKAS, 2) the integration of character education in learning is done starting from the introduction, implementation, and evaluation through the syllabus, lesson plans and teaching materials, 3) implementation of the integrated character education was also carried out on school management, classroom learning and self-development activities, 4) the suitability of the implementation of character education in the syllabus and RPP has not run optimally, 5) there are some obstacles implementation of character education, which is a rating system that it is still difficult, effort and time that the higher teaching, lack of textbooks, and the high demands of the curriculum.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas segala berkat dan karya mengagumkan yang diperbuat dalam penyelesaian
tugas akhir skripsi ini. Sebuah karya ilmiah yang memberikan pengalaman baru
dan berharga bagi penulis untuk terus berkarya dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, khususnya dalam pendampingan karakter bangsa, mencerdaskan,
dan memanusiakan manusia.
Karya ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Jurusan Ilmu Pendididkan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak akan terlaksana dengan
baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi
penulis. Oleh karena itu, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi, yang
merupakan salah satu dosen hebat, penuh kesabaran, senantiasa
memberikan semangat, dan menjadi sumber inspirasi bagi penulis.
2. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling yang senantiasa membantu, memberikan
arahan yang positif, dan memberikan semangat tersendiri kepada
x
3. Br. Yoseph Anton Utamiyadi, FIC. S.s. selaku Kepala Sekolah SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang berkenan menerima dan
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah.
4. Bapak/ibu guru SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yang telah bersedia
menyediakan waktu menjadi responden di sela-sela kesibukan sebagai
seorang guru dan berkenan memberikan informasi sebagai data yang
mendukung penelitian ini.
5. Bapak/ibu dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan
Konseling yang senantiasa mendukung, penuh kesabaran, memberikan
semangat, dan membagikan ilmunya dalam penyelesaian penelitian ini.
6. Ibu Ceacilia Satirah dan EpyVanny Yori Yudis Tiara, keluarga penulis
yang senantiasa menjadi kekuatan terbesar dan memberikan dukungan
serta motivasi lahir dan batin.
7. Keluarga Bpk Joni Ong dan Ibu Frensisca, atas segala dukungan dan
kebaikan, dan kepercayaan yang diberikan selalu kepada penulis
hingga saat ini.
8. Fransisca Ratna Widiasih, yang senatiasa memberikan semangat yang
besar, menemani, mendampingi, dan menjadi partner dalam berbagi
banyak hal, terkhusus dalam penyelesaian laporan skripsi.
9. Keluarga besar penulis, yang selalu menjadi sumber kekuatan dan
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
DAFTAR DIAGRAM ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Fokus Penelitian ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 10
xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP
1. Pengertian Karakter ... 13
2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 15
3. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP ... 17
4. Dasar Hukum Pembinaan Pendidikan Karakter ... 18
5. Nilai-nilai Karakter untuk SMP ... 19
6. Urgenitas Pendidikan Karakter di SMP ... 23
7. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 25
8. Kebutuhan Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP ... 26
9. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP ... 27
B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP 1. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP ... 29
2. Langkah Pendidikan Karakter di SMP ... 33
3. Perencanaan Pembelajaran Terintegrasi Pendidikan Karakter di SMP ... 38
4. Kegiatan Pengembangan Diri Terintegrasi Pendidikan Karakter .... 45
5. Prinsip Pembelajaran Pendidikan Karakter di SMP... 65
6. Pendekatan Experiential Learning ... 72
7. Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 74
C. Konsep Kurikulum 2013, Manajemen dan Proses Manajemen 1. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013 ... 75
2. Manajemen dan Proses Manajemen ... 76
D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 80
xiv BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 88
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 89
C. Subyek Penelitian ... 91
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 91
1. Wawancara ... 91
2. Observasi ... 94
3. Dokumentasi ... 100
4. Angket ... 100
5. Alat perekam ... 101
E. Keabsahan Data ... 101
F. Teknik Analisis Data ... 102
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Terkait Pendidikan Karakter ... 107
1. Letak dan Keadaan Geografis ... 108
2. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya ... 108
3. Visi dan Misi ... 113
4. Struktur Organisasi ... 114
5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa ... 116
6. Sarana dan Prasarana ... 117
7. Kurikulum ... 119
xv
C. Pelaksanaan Integrasi Pendidikan Karakter SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta ... 132
1. Pengintegrasian dalam Pembelajaran ... 133
2. Pengintegrasian dalam Muatan Lokal ... 139
3. Pengintegrasian melalui Kegiatan Pengembangan Diri ... 140
4. Pengintegrasian dalam Seluruh Aktivitas Pembiasaan di Sekolah 145
D. Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 154
E. Teknik dan Instrumen Penilaian Pendidik Karakter ... 157
F. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1Yogyakarta ... 16O G. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1Yogyakarta ... 167
H. Usaha-usaha Sekolah untuk Mengatasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 170
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 173
B. Saran-saran ... 179
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian Pendidikan Karakter ... 90
Tabel 2. Subyek Wawancara dan Angket Penelitian ... 91
Tabel 3. Panduan Wawancara Terstruktur ... 92
Tabel 4. Panduan Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter dalam Mata
Pelajaran dan Pembelajaran ... 95
Tabel 5. Panduan Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui
Kegiatan Pengembangan Diri ... 95
Tabel 6 Panduan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui Kegiatan
Rutin ... 96
Tabel 7. Panduan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui Kegiatan
Spontan ... 97
Tabel 8. Panduan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui Kegiatan
Keteladanan ... 98
Tabel 9. Panduan Penilaian Keberhasilan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter
Melalui Evaluasi dan Monitoring ... 99
Tabel 10. Panduan Penilaian Keberhasilan Sarana dan Prasarana Penunjang
Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 99
Tabel 11. Interpretasi Hasil Wawancara Perencanaan Pendidikan Karakter . 122
Tabel 12. Interpretasi Hasil Wawancara Pengertian Pendidikan Karakter ... 123
Tabel 13. Interpretasi Hasil Wawancara Perencanaan Silabus, RPP, dan Bahan
Ajar ... 124
xvii
Kelas ... 134
Tabel 15. Interpretasi Hasil Wawancara Kesesuaian Pelaksanaan Pendidikan
Karakter ... 135
Tabel 16. Hasil Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter dalam Mata
Pelajaran dan Pembelajaran ... 136
Tabel 17. Interpretasi Hasil Wawancara Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam
Kegiatan Pengembangan Diri ... 141
Tabel 18. Hasil Pelaksanaan Pengintegrasian Pendidikan Karakter Melalui
Kegiatan Pengembangan Diri ... 143
Tabel 19. Pengintegrasian Nilai Karakter Melalui Kegiatan Rutin ... 146
Tabel 20. Pengintegrasian Nilai Karakter Melalui Kegiatan Spontan ... 150
Tabel 21. Pengintegrasian Nilai Karakter Melalui Kegiatan Keteladanan ... 152
Tabel 22. Interpretasi Hasil Wawancara Metode Ajar Guru ... 156
Tabel 23. Interpretasi Hasil Wawancara Pengukuran Keterlaksanaan Pendidikan
Karakter ... 159
Tabel 24. Interpretasi Hasil Wawancara Indikasi Perubahan Karakter ... 160
Tabel 25. Interpretasi Hasil Wawancara Hambatan Pendidikan Karakter .... 168
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Mendikbud Anies untuk Guru ... 184
Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 187
Lampiran 3. Panduan Observasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 194
Lampiran 4. Angket Pelaksanaan Pendidikan Karekter ... 201
Lampiran 5. Verbatim Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 205
Lampiran 6. Interpretasi Hasil Wawancara Antarguru ... 215
Lampiran 7. Analisis Butir Aspek Wawancara ... 223
Lampiran 8. Hasil Observasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 231
Lampiran 9. Analisis Hasil Angket Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 241
xix
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Model Pembelajaran Kontekstual Guru ... 154
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan
istilah. Ketujuh sub-bagian tersebut merupakan bagian-bagian dari pendahuluan
yang menggambarkan sebuah penelitian yang bersifat komprehensif.
Masing-masing sub-bagian akan dijabarkan secara singkat, padat, dan jelas.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan tuntutan Pasal 3
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SPN). Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, saleh, sabar, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah menjadi
lembaga formal yang menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk
didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Sekolah menjadi tempat
berlangsungnya pendidikan karakter, dimana peserta didik belajar dan
berkembang menjadi pribadi yang memiliki nilai-nilai karakter positif.
Dalam perkembangan pendidikan Indonesia, pendidikan karakter
hilang dari kurikulum sekolah dan digantikan oleh mata pelajaran lainnya,
seperti PPKn, budi pekerti, dan yang tetap ada dari dulu yaitu pendidikan
agama. Beberapa mata pelajaran tersebut memuat nilai-nilai karakter, namun
fokus utamanya adalah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata.
Meskipun sampai ke penghayatan nilai-nilai secara afektif, namun tidak dalam
pengaplikasiannya.
Krisis karakter dan nilai bangsa saat ini terkait erat dengan semakin
tidak adanya harmoni di dalam sekolah. Banyak sekolah mengalami
disorientasi. Fokus pembelajaran sekolah berhenti pada tataran kognitif, tanpa
mengindahkan nilai-nilai karakter dan perkembangan pada potensi peserta
didik.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan karakter di sekolah
khususnya SMP, baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau
nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam
kehidupan sehari-hari (Suyanto, 2011). Perlu dilakukan evaluasi komprehensif
tentang keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter yang
Melihat permasalahan yang dialami remaja dalam praktik pendidikan
di SMP, tampaknya perlu adanya pendampingan dan perhatian serius.
Meskipun ada jam mata pelajaran agama, hal itu hanyalah sebagai
pengetahuan bukan untuk diamalkan dengan baik. Padahal pendidikan
karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan secara kognitif,
penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman nilai secara
nyata.
Hal tersebut terkait dengan karakteristik perkembangan peserta didik
di usia SMP yang merupakan masa yang rentan bagi remaja. Usia remaja
merupakan masa peralihan. Masa yang sulit dan banyak masalah terjadi di
dalamnya, masa dimana remaja mencari jati dirinya. Remaja akan melakukan
berbagai macam bentuk pemberontakan dan mencari kesenangan sesuai yang
diinginkan.
Pada tahun 2013, kementrian pendidikan memberlakukan kurikulum
baru yaitu kurikulum 2013. Muatan dalam kurikulum ini nampaknya lebih
komprehensif, mengharuskan setiap mata pelajaran memuat nilai-nilai
karakter yang mengarah pada tindakan nyata peserta didik. Guru perlu
menggunakan pendekatan experiential learning, sehingga peserta didik
memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajarannya di kelas, dan
akhirnya menjadi karakter yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui kurikulum 2013 diharapkan perkembangan sistem pendidikan
hilang. Namun nampaknya harapan ini belum terlaksana dengan baik. Hampir
setiap pergantian menteri, kurikulum pun ikut berganti. Namun pergantian ini
tidak menunjukkan perubahan yang signifikan bagi pendidikan di Indonesia,
khususnya di SMP.
Diberlakukannya kurikulum baru 2013 yang kembali mengarahkan
sistem pendidikan pada pengembangan nilai karakter peserta didik,
nampaknya perlu perjuangan yang keras. Sekolah perlu mengintegrasikan nilai
karakter pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Guru perlu
menyusun sedemikian rupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
memuat nilai karakter melalui pendekatan experiential learning. Nampaknya
semua ini masih sulit dalam pengaplikasiannya. Guru masih mengalami
kesulitan dalam memberikan penilaian para peserta didik. Nilai-nilai karakter
yang terdapat di RPP hanya sekedar menjadi paparan belaka dan sulit
diintegrasikan dalam proses pembelajaran.
Hal ini juga dialami oleh tenaga pembimbing sekolah. Guru BK
mengalami banyak kesulitan mengimplementasikan muatan karakter di
sekolah. Padahal, peran guru BK terkait penanaman nilai karakter ke peserta
didik sangat besar. Guru BK mengalami kesulitan dalam penyusunan
perencanaan Satuan Layanan Bimbingan (SLB). Layanan bimbingan klasikal
di kelas pun belum dapat digunakan secara efektif. Guru BK masih
menggunakan pendekatan lama, yang memaksakan anak untuk menyerap
Dari berbagai permasalahan yang timbul dengan diberlakukannya
sistem baru ini, maka perlu dikaji lebih mendalam mengenai keterlaksanaan
dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP. Hal ini
penting dilakukan untuk memperbaiki pendidikan karakter di sekolah.
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan karakter, saat ini dan untuk beberapa tahun ke depan akan
booming. Itu tidak lepas dari gencarnya sosialisasi yang dilakukan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta “Revolusi Mental” yang baru
-baru ini disampaikan oleh Presiden -baru terpilih sebagai upaya perbaikan
sistem pendidikan dan karakater generasi muda. Pemerintah berusaha mencari
solusi dari situasi dan kondisi bangsa saat ini, seperti tawuran antarpelajar,
putus sekolah, praktik-praktik korupsi, kekerasan orang tua terhadap anak,
perilaku bullying, membolos, kabur saat pelajaran berlangsung, geng motor,
bahkan penyimpangan-penyimpangan seksualitas yang dilakukan oleh pelajar
SMP. Hal semacam ini nampaknya masih marak mewarnai sistem pendidikan
bangsa ini, dan ini hanya sebagian kecil cerminan moralitas dan karakter
generasi muda yang rapuh.
Mochtar Buchori (2007) menegaskan,
pemimpin organisasi pendidikan, ungkapan ini tidak meninggalkan bekas apa-apa”. (http://www.kompas.co.id/)
Mochtar Buchori (2007) melanjutkan,
“Jadi apa yang salah dengan pendidikan karakter kita? Banyak sekali! “Pendidikan watak” diformulasikan menjadi pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang program utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Paling-paling mendalam sedikit sampai ke penghayatan nilai secara afektif. Padahal pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata”.
Pelaksaanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Selain hanya berhenti dalam tataran
kognitif, muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan ke berbagai mata
pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Nilai-nilai karakter sekedar di
tulis di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tanpa menampakkan
konkritisasinya dalam proses pembelajaran. Pada kenyataannya, sebagian
besar guru mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pendidikan karakter
memiliki keterbatasan kemampuan mendeskripsikan, mengaktualisasikan, dan
mensosialisasikan tugas ini. Kesulitan-kesulitan seperti ini tentu menjadi
masalah tersendiri dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
Pada sisi lain, kehadiran dan peran Guru BK yang secara khusus
dibekali keterampilan menginternalisasikan nilai-nilai karakter, kurang
menunjukkan keterlibatan yang besar. Hal ini nampak pada sebagian besar
SMP yang belum mendapatkan jam layanan klasikal. Guru BK mengalami
C. Fokus Penelitian
Melihat berbagai bentuk permasalahan yang ditampilkan pada latar
belakang dan identifikasi masalah diatas, menjadi penting bahwa sistem
pendidikan karakter perlu terus-menerus dikaji secara lebih mendalam,
khususnya dalam penerapan kurikulum 2013. Oleh karena itu, penelitian ini
memfokuskan kajian evaluatif pada keterlaksanaan dan hambatan-hambatan
pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Sebuah
studi evaluasi mengenai kebijakan pelaksanaan pendidikan karakter
terintegrasi yang diberlakukan oleh pemerintah untuk SMP.
D. Rumusan Masalah
Masalah utama yang diharapkan terpecahkan melalui penelitian ini,
diformulasikan secara spesifik menjadi beberapa pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran umum keadaan SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
terkait dengan pendidikan karakter terintegrasi?
2. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter terntegrasi di SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta?
3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta?
4. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam mata
5. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam
manajemen sekolah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?
6. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam muatan
lokal di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?
7. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter melalui
kegiatan pengembangan diri di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?
8. Bagaimana pelaksanaan supervisi, monitoring, dan evaluasi keberhasilan
pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?
9. Metode pembelajaran apa sajakah yang digunakan para guru dalam
pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?
10.Teknik dan instrumen penilaian apa sajakah yang digunkan para guru
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta?
11.Faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter
pada kurikulum 2013 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?
12.Usaha-usaha apa sajakah yang dilakukan sekolah untuk mengatasi
hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter?
E. Tujuan Penelitian
Berikut ini merupakan beberapa tujuan yang didasarkan pada masalah
yang ingin peneliti pecahkan, yaitu:
1. Memperoleh gambaran umum keadaan SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta
2. Mengetahui perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta.
3. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pendidikan karakter
terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
4. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian
nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran dan pembelajaran di SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta.
5. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian
nilai-nilai karakter dalam manajemen sekolah di SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta.
6. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian
nilai-nilai karakter dalam muatan lokal di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
7. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian
nilai-nilai karakter melalui kegiatan pengembangan diri di SMP Pangudi Luhur
1 Yogyakarta.
8. Mengetahui pelaksanaan supervisi, monitoring, dan evaluasi keberhasilan
pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
9. Mengetahui metode-metode pembelajaran yang digunakan para guru
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta.
10.Mengetahui teknik dan instrumen penilaian yang digunkan para guru
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1
11.Mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan
karakter pada kurikulum 2013 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
12.Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi
hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi
Luhur 1 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya
dalam bidang penerapan bimbingan dan konseling terkait peran guru BK
dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga dapat dijadikan sebagai
bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada
ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan
bahan evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan
pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu, dan
tepat sasaran.
b. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata pelajaran) di
SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi
mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat
mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna
c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
membantu menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi
semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi
program pendidikan karakter yang reintegrasi dengan pembelajaran.
d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil
penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
alternatif untuk mengembangkan konsep bimbingan dan konseling
karakter, pengembangan kurikulum program studi BK, kajian
pendidikan karakter, dan terapan ilmu bimbingan dan konseling dalam
optimalisasi pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP
Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
e. Bagi Penulis
1) Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai
pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan
klasikal kolaborasi dengan model pembelajaran kontekstual,
mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari di
SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.
2) Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pengalaman dan
keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji
permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu
3) Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami
praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan
pengembangan secara ilmiah.
G. Batasan Istilah
1. Karakter
Karakter dalam penelitian ini merupakan nilai-nilai perilaku manusia
yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,
sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
2. Pendidikan karakter
Pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan
sehingga menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.
3. Pendidikan Karakter Terintegrasi
Pendidikan karakter terintegrasi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah penanaman nilai-nilai karakter dalam tiga hal pokok, yaitu
kegiatan pembelajaran siswa, manajemen sekolah, dan kegiatan
4. Keterlaksanaan Pendidikan Karakter
Keterlaksanaan pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah sistem pelaksanaan penanaman nilai-nilai karakter kepada
seluruh warga sekolah melalui kegiatan pembelajaran siswa,
manajemen sekolah, dan kegiatan pengembangan diri siswa.
5. Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi
Hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah hambatan-hambatan yang dialami oleh para
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan
kerangka pikir. Ketiga sub-bagian tersebut merupakan bagian-bagian dari kajian
pustaka yang berisikan teori-teori pendukung dan penelitan relevan yang
diperoleh dari berbagai sumber dan jurnal ilmah. Setiap pengertian dan
penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat
dipertanggung-jawabkan. Masing-masing sub-bagian akan dijabarkan secara singkat, padat, dan
komprehensif. Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing sub-bagian.
A. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP
1. Pengertian Karakter
Menurut Thomas Lickona (1992:22), karakter merupakan sifat
alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu
dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,
jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia
lainnya. Pengertian yang dikemukakan Lickona ini, mirip dengan apa
yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya
dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.
Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berfikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan
yang dibuatnya.
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (dalam Suyanto, 2010),
karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,
personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Berkarakter adalah
berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Individu
yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha
melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya,
sesama, lingkungan, bangsa dan negara, serta dunia internasional pada
umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan
disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya).
Menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Karakter
ini akan menjadikan seseorang memiliki kekhasan yang berbeda dengan
yang lainnya.
Dari berbagai definisi yang diuraikan di atas, karakter merupakan
sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral; cara
berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak, tabiat,
akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Beberapa
definisi sebagaimana diuraikan memang memiliki sudut pandang yang
berbeda pula. Meski demikian, dari berbagai definisi itu terdapat
kesamaan bahwa karakter itu mengenai sesuatu yang ada dalam diri
seseorang yang menyebabkan orang tersebut disifati.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Thomas Lickona (1992), pendidikan karakter
merupakan pendidikan yang menekankan tiga hal dalam mendidik, yaitu
knowing, loving, and acting the good. Menurutnya keberhasilan
pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman karakter yang baik,
mencintainya, dan pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.
Menurut Suyanto (2010), Pendidikan karakter adalah pendidikan
budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),
perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif.
Menurut Kemendiknas (2010), pendidikan karakter adalah
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada
peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius,
nasionalis, produktif, dan kreatif.
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas
(2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam
diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia
(kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi
sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan
berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks
totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat
dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional), Olah Pikir
(Intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and
kinesthetic development), dan Olah Rasa Karsa (Affective and Creativity
development) yang secara diagramatik dapat di gambarkan sebagai
berikut.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa
pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan
dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku
OLAH PIKIR
Cerdas
OLAH HATI
Jujur Bertanggung JawabOLAH RAGA
(KINESTETIK)
Bersih, Sehat, Menarik
peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangasaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
3. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP
Suyanto (2010; 9), menegaskan bahwa keberhasilan program
pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian
butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang meliputi
sebagai berikut: (1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai
dengan tahap perkembangan remaja; (2) Memahami kekurangan dan
kelebihan diri sendiri; (3) Menunjukkan sikap percaya diri; (4) Mematuhi
aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; (5)
Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional; (6) Mencari dan menerapkan informasi
dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan
kreatif; (7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif; (8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai
dengan potensi yang dimilikinya; (9) Menunjukkan kemampuan
menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (10)
Mendeskripsikan gejala alam dan sosial; (11) Memanfaatkan lingkungan
secara bertanggung jawab; (12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi
Menghargai karya seni dan budaya nasional; (14) Menghargai tugas
pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; (15) Menerapkan
hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan
baik; (16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun; (17)
Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat; (18) Menunjukkan
kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; (19)
Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; (20) Menguasai
pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah; (21)
Memiliki jiwa kewirausahaan.
Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter
adalah terbentuknya budaya sekolah. Budaya sekolah yang dimaksud yaitu
perilaku keseharian, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah
yang harus berlandaskan pada nilai-nilai tersebut.
4. Dasar Hukum Pembinaan Pendidikan Karakter
Suyanto (2010; 10), menunjukkan bahwa dasar hukum dalam
pembinaan pendidikan karakter antara lain: (1) Undang-Undang Dasar
1945 Amandemen; (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan; (4) Peraturan Pemerintah
Pendidikan; (5) Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan
Kesiswaan; (6) Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
(7) Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi
Lulusan; (8) Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional 2010-2014;
(9) Renstra Kemendiknas Tahun 2010-2014; (10) Renstra Direktorat
Pembinaan SMP Tahun 2010 – 2014.
5. Nilai-nilai Karakter untuk SMP
Pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan
dari butir-butir SKL SMP (Permendiknas no. 23 tahun 2006)
dan SK/KD (Permendiknas no. 22 tahun 2006). Berikut ini adalah daftar
20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi singkatnya.
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius). Pikiran,
perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
1) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
2) Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.
3) Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan
buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
4) Disiplin
Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras
Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar
atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
6) Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku mandiri dan pandai atau berbakat mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur
8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa
yang telah dimiliki.
9) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
10)Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
11)Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
pengetahuan.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau
kewajiban diri sendiri serta orang lain.
2) Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan
menghormati keberhasilan orang lain.
4) Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.
5) Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu
ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
e. Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
1) Nasionalis
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
2) Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam
hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan
agama.
6. Urgenitas Pendidikan Karakter di SMP
Trend global yang menyeruak di penghujung abad 20 dan perlu
disikapi oleh kalangan pendidik adalah menguatnya isu atau gerakan
demokratisasi, hak asasi manusia, kesadaran ekologi, pluralisme agama
dan budaya, globalisasi dan pasar bebas, serta ancaman bahaya-bahaya
pola pikir-sikap-tindak, liberalistik-kapitalistik-materialistik, dan
konsumtif-hedonistik yang mendikte kehidupan bermasyarakat (Waras
Kamdi, 2005). Sementara itu, pada awal abad 21 ini muncul kesadaran
reflektif berbagai pihak untuk melakukan koreksi terhadap
kesalahan-kesalahan dalam dunia pendidikan. Munculnya kesadaran ini telah
menandai babak baru kebangkitan pendidikan yang lebih manusiawi dan
berkarakter. Pendidikan karakter menjadi sebuah kebutuhan dan pilihan
untuk mengantarkan bangsa ini ke arah kehidupan yang nyaman dan
Saat ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional
tengah menggalakkan kembali pembangunan karakter bangsa.
Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
Pasal 3, sejatinya telah mengamanatkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa (Suyanto, 2010). Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab (UU No.20, 2003). Berdasarkan
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap
jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.
Pengembangan manusia sebagaimana diamanatkan dalam tujuan
pendidikan nasional tersebut menunjuk pada pembentukan karakter
peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan
santun, menghargai nilai-nilai kemanusiaan, dan mampu berinteraksi
dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University
Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan
seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan
sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia
bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill
daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
7. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Suyanto (2010; 23), menegaskan bahwa pendidikan karakter harus
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Mempromosikan
nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter; (2) Mengidentifikasi karakter
secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku;
(3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter; (4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki
kepedulian; (5) Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk
menunjukkan perilaku yang baik; (6) Memiliki cakupan terhadap
kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta
didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;
(7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik; (8)
Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi
tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang
sama; (9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas
dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; (10) Memfungsikan
karakter; (11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai
guru-guru karakter, dan manifestasi
8. Kebutuhan Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa
pendidikan dasar, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan
membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu,
cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d)
toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggungjawab. Berdasarkan hal
tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang, termasuk SMP
sangat berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik.
Menyadari pentingnya karakter, dewasa ini banyak pihak
menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan
karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan
pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan
remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal, premanisme,
tindak kekerasan, penipuan, pencurian, dan berbagai kasus dekadensi
moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah
sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda
kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas
pendidikan karakter.
9. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010).
Jika dicermati secara jeli, terdapat tautan yang saling mutual
antara tujuan-tujuan pendidikan karakter dengan tujuan-tujuan pelayanan
bimbingan (dan konseling) di sekolah. Mengingat bimbingan merupakan
bagian integral dalam pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan
merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan tingkat
nasional maupun tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP). Tujuan
pelayanan bimbingan dan konseling berfokus pada pengembangan
nilai-nilai kehidupan (karakter) peserta didik sebagai pribadi,
sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: (1) memperkuat dasar keimanan dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) membiasakan diri untuk
berperilaku yang baik, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan
kesadaran berbudaya belajar dan melatih kemampuan untuk terampil
belajar, dan (6) membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri
(Suyanto, 2010).
Pengembangan sebagai anggota masyarakat mencakup upaya
untuk: (1) memperkuat kesadaran hidup beragama dan toleransi
keberagamaan dalam masyarakat, (2) menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam lingkungan hidup, dan (3) memberikan pengetahuan dan
keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam
kehidupan bermasyarakat. Pengembangan sebagai warga negara
mencakup upaya untuk: (1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan
menyangkut hak dan kewajiban sebagai warga negara RI, (2)
menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan
negara, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Pengembangan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk:
(1) meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,
(2) meningkatkan kesadaran tentang HAM, (3) memberi pengertian
tentang ketertiban dunia, (4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya
persahabatan antarbangsa, dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk
B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP 1. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP
Suyanto (2010; 24) menegaskan bahwa pendidikan karakter secara
terpadu di SMP dilaksanakan melalui proses pembelajaran, manajemen
sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. Berikut merupakan uraian
dari tiga hal tersebut.
a) Pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran
Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran
adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan
pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam
tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran,
baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua
mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk
menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang
ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal,
menyadari/peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai dan
menjadikannya perilaku.
Dalam struktur kurikulum SMP, pada dasarnya setiap mata
pelajaran memuat mater-materi yang berkaitan dengan karakter.
Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait
langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu
mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara
langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu
menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai.
Integrasi pendidikan karakter pada mata mata-mata pelajaran di SMP
mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku
sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian.
b) Pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah
Menurut H. Koontz & O’Donnel (Suyanto, 2010), manajemen
berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui
dan dengan orang lain. Hampior senada dengan pendapat Siregar 1987
(dalam Panduan Pendidikan Karakter di SMP, 2010), menyatakan
bahwa manajemen adalah proses yang membeda-bedakan atas
perencanaan, pengorganisasian, penggerkan pelaksanaan dan
pengendalian, dengan memanfaatkan ilmu dan seni, agar tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai. Manajemen juga didefinisikan sebagai
sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam manajemen terkandung pengertian pemanfaatan
sumberdaya untuk tercapainya tujuan. Sumberdaya adalah
unsur-unsur dalam mnajemen, yaitu manusia (man), bahan (materials),
(money), informasi (information). Sumberdaya bersifat terbatas,
sehingga tugas manajer adalah mengelola keterbatasan sumber daya
secara efesien dan efektif agar tujuan tercapai.
Proses manajemen adalah proses yang berlangsung terus
menerus, dimulai dari membuat perencanaan dan pembuatan
keputusan (planning), mengorganisasikan sumberdaya yang dimiliki
(organizing), menerapkan kepemimpinan untuk menggerakan
sumberdaya (actuating), melaksanakan pengendalian (controlling).
Proses diatas sering disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling). Dalam konteks dunia pendidikan yang dimaksud dengan
manajemen pendidikan/sekolah adalah suatu proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk
menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
pendidikan itu sendiri.
Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan
karakter juga terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya
akan dikelola melalui bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan
dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (a) nilai-nilai karakter
kompetensi lulusan, (b) muatan kurikulum nilai-nilai karkakter, (c)
nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, (d) nilai-nilai karakter
pendidik dan tenaga kependidikan, (e) nilai-nilai karakter pembinaan
Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang
terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (a) pelanggaran tata
tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan
hukuman/pembinaan, (b) penyedian tempat-tempat pembuangan
sampah, (c) penyelenggaraan katin kejujuran, (d) penyediaan kotak
saran, (e) penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah, (f) jabat
tangan setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, dan
bentuk-bentuk kegiatan lainnya.
c) Pendidikan karakter secara terpadu melalui kegiatan pembinaan
kesiswaan
Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di
luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu
pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidikan dan atau tenaga kependidikan yang
berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.
Visi kegitan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya
potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian
dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri,
keluarga, dan masyarakat. Misi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah
(1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta