• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi : studi evaluatif keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi : studi evaluatif keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015."

Copied!
267
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI

(Studi Evaluatif Keterlaksanaan dan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015)

St. Saturninus Adven Yora Dinata Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum menunjukan hasil yang memuaskan. Sebagian besar guru masih memusatkan perhatian pada tataran kognitif, sedangkan muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan pada berbagai mata pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Tidak hanya itu, sebagian guru mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pendidikan karakter memiliki keterbatasan kemampuan mendeskripsikan, mengaktualisasikan, dan mensosialisasikan tugas ini. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih komprehensif mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi, khususnya di SMP.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Tempat penelitian adalah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah, dan guru mata pelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokomentasi, dan angket. Teknik analisis data kualitatif adalah dengan mencari dan menyusun data yang diperoleh secara sistematis, mereduksi, melakukan coding, dan membuat perbandingan antardata. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke bagian-bagian yang lebih kecil, melakukan sintesa, menyususun ke dalam pola, memilah dan mempelajari, serta membuat kesimpulan data penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan beberapa hal mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yaitu: 1) perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP tersebut baik diawali dengan penyusunan RKS dan RKAS, 2) pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran dilakukan mulai dari tahap perkenalan, pelaksanaan, dan evaluasi melalui silabus, RPP, dan bahan ajar, 3) pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi juga dilakukan pada manajemen sekolah, pembelajaran di kelas, dan kegiatan pengembangan diri, 4) kesesuaian pelaksanaan pendidikan karakter dengan silabus dan RPP belum berjalan secara optimal, 5) ada beberapa hambatan pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu sistem penilaian yang dirasa masih sulit, tenaga dan waktu mengajar yang semakin tinggi, terbatasnya buku ajar, dan tuntutan kurikulum yang tinggi.

(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION AND CONSTRAINTS CHARACTER EDUCATION INTEGRATED

(The Evaluative Study of Implementation and Constraints Character Education Integrated In Pangudi Luhur 1 Junior High School, Yogyakarta

Academic Year 2014/2015)

St. Saturninus Adven Yora Dinata Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

Implementation of character education in junior high school has yet to show satisfactory results. Most teachers are still focused on the cognitive level, while charge character values that are integrated on a variety of subjects it is only "patch" alone. Not only that, some teachers of subjects who had a role in character education has limited competence to describe, actualize, and disseminating this task. Therefore, the purpose of this study was to determine more comprehensively about the feasibility and constraints integrated character education, especialy in junior high school.

This type of research is qualitative research. The place of this research is Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school. Source of data in this study is the principal and teachers. Data collection methods used were interviews, observation, documentation study, and questionnaires. Qualitative data analysis technique is to find and collate data obtained systematically, reducing, coding, and make comparisons each of the data. Data analysis was performed by organizing the data, describe the parts into smaller, synthesize, compiled into a pattern, sorting and learn, and make conclusions of research data.

Based on the results of the study, the researchers conclude several things about the feasibility and constraints integrated character education in Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school, namely: 1) planning the integrated character education in school is good begins with the preparation of RKS and RKAS, 2) the integration of character education in learning is done starting from the introduction, implementation, and evaluation through the syllabus, lesson plans and teaching materials, 3) implementation of the integrated character education was also carried out on school management, classroom learning and self-development activities, 4) the suitability of the implementation of character education in the syllabus and RPP has not run optimally, 5) there are some obstacles implementation of character education, which is a rating system that it is still difficult, effort and time that the higher teaching, lack of textbooks, and the high demands of the curriculum.

(3)

i

KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN

PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI

(Studi Evaluatif Keterlaksanaan dan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh:

St. Saturninus Adven Yora Dinata NIM: 111114060

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Seorang pelajar bertanya kepada saya,”Mau jadi apa kak kelak?”, jawab saya,”Ingin menjadi orang baik dek ”. Menjadi orang baik adalah visi hidup saya, baik dalam berbuat baik, baik dalam kematangan pribadi, baik menjalin relasi, baik dalam mengambil keputusan, baik

dalam pilihan cita, cinta, dan karir, serta baik dalam memperjuangkan segala sesuatu yang ingin saya capai”

Suatu waktu, dalam sebuah kegiatan pelatihanGnC-M seorang mahasiswa menuliskan pesan kepada saya, “Supel adalah dirimu, cerdas dan humanis adalah bentuk kepribadianmu, setia

kawan itulah caramu menunjukan kesetiaanmu, berwibawa dan berjiwa seorang pemimpin yang baik adalah wujud nyata matang kepribadianmu”

Dan terakhir, saya yakin dan percaya bahwa ketika Tuhan menempatkan saya di awal perjalanan ini, Dia jugalah yang akan menuntun saya hingga ke akhirnya. Saya yakin bahwa

Dia tidak akan membawa saya sejauh ini hanya untuk kegagalan”

Karya ini saya persembahkan kepada:

(7)
(8)
(9)

vii ABSTRAK

KETERLAKSANAAN DAN HAMBATAN-HAMBATAN PENDIDIKAN KARAKTER TERINTEGRASI

(Studi Evaluatif Keterlaksanaan dan Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2014/2015)

St. Saturninus Adven Yora Dinata Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum menunjukan hasil yang memuaskan. Sebagian besar guru masih memusatkan perhatian pada tataran kognitif, sedangkan muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan pada berbagai mata pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Tidak hanya itu, sebagian guru mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pendidikan karakter memiliki keterbatasan kemampuan mendeskripsikan, mengaktualisasikan, dan mensosialisasikan tugas ini. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara lebih komprehensif mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi, khususnya di SMP.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Tempat penelitian adalah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Sumber data dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah, dan guru mata pelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokomentasi, dan angket. Teknik analisis data kualitatif adalah dengan mencari dan menyusun data yang diperoleh secara sistematis, mereduksi, melakukan coding, dan membuat perbandingan antardata. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke bagian-bagian yang lebih kecil, melakukan sintesa, menyususun ke dalam pola, memilah dan mempelajari, serta membuat kesimpulan data penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan beberapa hal mengenai keterlaksanaan dan hambatan-hamabatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yaitu: 1) perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP tersebut baik diawali dengan penyusunan RKS dan RKAS, 2) pengintegrasian pendidikan karakter di dalam pembelajaran dilakukan mulai dari tahap perkenalan, pelaksanaan, dan evaluasi melalui silabus, RPP, dan bahan ajar, 3) pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi juga dilakukan pada manajemen sekolah, pembelajaran di kelas, dan kegiatan pengembangan diri, 4) kesesuaian pelaksanaan pendidikan karakter dengan silabus dan RPP belum berjalan secara optimal, 5) ada beberapa hambatan pelaksanaan pendidikan karakter, yaitu sistem penilaian yang dirasa masih sulit, tenaga dan waktu mengajar yang semakin tinggi, terbatasnya buku ajar, dan tuntutan kurikulum yang tinggi.

(10)

viii

ABSTRACT

IMPLEMENTATION AND CONSTRAINTS CHARACTER EDUCATION INTEGRATED

(The Evaluative Study of Implementation and Constraints Character Education Integrated In Pangudi Luhur 1 Junior High School, Yogyakarta

Academic Year 2014/2015)

St. Saturninus Adven Yora Dinata Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

Implementation of character education in junior high school has yet to show satisfactory results. Most teachers are still focused on the cognitive level, while charge character values that are integrated on a variety of subjects it is only "patch" alone. Not only that, some teachers of subjects who had a role in character education has limited competence to describe, actualize, and disseminating this task. Therefore, the purpose of this study was to determine more comprehensively about the feasibility and constraints integrated character education, especialy in junior high school.

This type of research is qualitative research. The place of this research is Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school. Source of data in this study is the principal and teachers. Data collection methods used were interviews, observation, documentation study, and questionnaires. Qualitative data analysis technique is to find and collate data obtained systematically, reducing, coding, and make comparisons each of the data. Data analysis was performed by organizing the data, describe the parts into smaller, synthesize, compiled into a pattern, sorting and learn, and make conclusions of research data.

Based on the results of the study, the researchers conclude several things about the feasibility and constraints integrated character education in Pangudi Luhur 1 Yogyakarta junior high school, namely: 1) planning the integrated character education in school is good begins with the preparation of RKS and RKAS, 2) the integration of character education in learning is done starting from the introduction, implementation, and evaluation through the syllabus, lesson plans and teaching materials, 3) implementation of the integrated character education was also carried out on school management, classroom learning and self-development activities, 4) the suitability of the implementation of character education in the syllabus and RPP has not run optimally, 5) there are some obstacles implementation of character education, which is a rating system that it is still difficult, effort and time that the higher teaching, lack of textbooks, and the high demands of the curriculum.

(11)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

atas segala berkat dan karya mengagumkan yang diperbuat dalam penyelesaian

tugas akhir skripsi ini. Sebuah karya ilmiah yang memberikan pengalaman baru

dan berharga bagi penulis untuk terus berkarya dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, khususnya dalam pendampingan karakter bangsa, mencerdaskan,

dan memanusiakan manusia.

Karya ilmiah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Jurusan Ilmu Pendididkan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak akan terlaksana dengan

baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi

penulis. Oleh karena itu, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling sekaligus dosen pembimbing penulisan skripsi, yang

merupakan salah satu dosen hebat, penuh kesabaran, senantiasa

memberikan semangat, dan menjadi sumber inspirasi bagi penulis.

2. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi

Bimbingan dan Konseling yang senantiasa membantu, memberikan

arahan yang positif, dan memberikan semangat tersendiri kepada

(12)

x

3. Br. Yoseph Anton Utamiyadi, FIC. S.s. selaku Kepala Sekolah SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta yang berkenan menerima dan

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di

sekolah.

4. Bapak/ibu guru SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta, yang telah bersedia

menyediakan waktu menjadi responden di sela-sela kesibukan sebagai

seorang guru dan berkenan memberikan informasi sebagai data yang

mendukung penelitian ini.

5. Bapak/ibu dosen dan karyawan Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang senantiasa mendukung, penuh kesabaran, memberikan

semangat, dan membagikan ilmunya dalam penyelesaian penelitian ini.

6. Ibu Ceacilia Satirah dan EpyVanny Yori Yudis Tiara, keluarga penulis

yang senantiasa menjadi kekuatan terbesar dan memberikan dukungan

serta motivasi lahir dan batin.

7. Keluarga Bpk Joni Ong dan Ibu Frensisca, atas segala dukungan dan

kebaikan, dan kepercayaan yang diberikan selalu kepada penulis

hingga saat ini.

8. Fransisca Ratna Widiasih, yang senatiasa memberikan semangat yang

besar, menemani, mendampingi, dan menjadi partner dalam berbagi

banyak hal, terkhusus dalam penyelesaian laporan skripsi.

9. Keluarga besar penulis, yang selalu menjadi sumber kekuatan dan

(13)
(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSTUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR DIAGRAM ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Fokus Penelitian ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 10

(15)

xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

1. Pengertian Karakter ... 13

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 15

3. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP ... 17

4. Dasar Hukum Pembinaan Pendidikan Karakter ... 18

5. Nilai-nilai Karakter untuk SMP ... 19

6. Urgenitas Pendidikan Karakter di SMP ... 23

7. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 25

8. Kebutuhan Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP ... 26

9. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP ... 27

B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP 1. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP ... 29

2. Langkah Pendidikan Karakter di SMP ... 33

3. Perencanaan Pembelajaran Terintegrasi Pendidikan Karakter di SMP ... 38

4. Kegiatan Pengembangan Diri Terintegrasi Pendidikan Karakter .... 45

5. Prinsip Pembelajaran Pendidikan Karakter di SMP... 65

6. Pendekatan Experiential Learning ... 72

7. Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 74

C. Konsep Kurikulum 2013, Manajemen dan Proses Manajemen 1. Konsep Pengembangan Kurikulum 2013 ... 75

2. Manajemen dan Proses Manajemen ... 76

D. Kajian Penelitian yang Relevan ... 80

(16)

xiv BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 88

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 89

C. Subyek Penelitian ... 91

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 91

1. Wawancara ... 91

2. Observasi ... 94

3. Dokumentasi ... 100

4. Angket ... 100

5. Alat perekam ... 101

E. Keabsahan Data ... 101

F. Teknik Analisis Data ... 102

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Terkait Pendidikan Karakter ... 107

1. Letak dan Keadaan Geografis ... 108

2. Sejarah Berdiri dan Perkembangannya ... 108

3. Visi dan Misi ... 113

4. Struktur Organisasi ... 114

5. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa ... 116

6. Sarana dan Prasarana ... 117

7. Kurikulum ... 119

(17)

xv

C. Pelaksanaan Integrasi Pendidikan Karakter SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta ... 132

1. Pengintegrasian dalam Pembelajaran ... 133

2. Pengintegrasian dalam Muatan Lokal ... 139

3. Pengintegrasian melalui Kegiatan Pengembangan Diri ... 140

4. Pengintegrasian dalam Seluruh Aktivitas Pembiasaan di Sekolah 145

D. Model Pembelajaran Pendidikan Karakter Terintegrasi ... 154

E. Teknik dan Instrumen Penilaian Pendidik Karakter ... 157

F. Supervisi, Monitoring dan Evaluasi Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1Yogyakarta ... 16O G. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1Yogyakarta ... 167

H. Usaha-usaha Sekolah untuk Mengatasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 170

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 173

B. Saran-saran ... 179

DAFTAR PUSTAKA

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian Pendidikan Karakter ... 90

Tabel 2. Subyek Wawancara dan Angket Penelitian ... 91

Tabel 3. Panduan Wawancara Terstruktur ... 92

Tabel 4. Panduan Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter dalam Mata

Pelajaran dan Pembelajaran ... 95

Tabel 5. Panduan Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui

Kegiatan Pengembangan Diri ... 95

Tabel 6 Panduan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui Kegiatan

Rutin ... 96

Tabel 7. Panduan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui Kegiatan

Spontan ... 97

Tabel 8. Panduan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter Melalui Kegiatan

Keteladanan ... 98

Tabel 9. Panduan Penilaian Keberhasilan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter

Melalui Evaluasi dan Monitoring ... 99

Tabel 10. Panduan Penilaian Keberhasilan Sarana dan Prasarana Penunjang

Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 99

Tabel 11. Interpretasi Hasil Wawancara Perencanaan Pendidikan Karakter . 122

Tabel 12. Interpretasi Hasil Wawancara Pengertian Pendidikan Karakter ... 123

Tabel 13. Interpretasi Hasil Wawancara Perencanaan Silabus, RPP, dan Bahan

Ajar ... 124

(19)

xvii

Kelas ... 134

Tabel 15. Interpretasi Hasil Wawancara Kesesuaian Pelaksanaan Pendidikan

Karakter ... 135

Tabel 16. Hasil Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter dalam Mata

Pelajaran dan Pembelajaran ... 136

Tabel 17. Interpretasi Hasil Wawancara Pelaksanaan Pendidikan Karakter dalam

Kegiatan Pengembangan Diri ... 141

Tabel 18. Hasil Pelaksanaan Pengintegrasian Pendidikan Karakter Melalui

Kegiatan Pengembangan Diri ... 143

Tabel 19. Pengintegrasian Nilai Karakter Melalui Kegiatan Rutin ... 146

Tabel 20. Pengintegrasian Nilai Karakter Melalui Kegiatan Spontan ... 150

Tabel 21. Pengintegrasian Nilai Karakter Melalui Kegiatan Keteladanan ... 152

Tabel 22. Interpretasi Hasil Wawancara Metode Ajar Guru ... 156

Tabel 23. Interpretasi Hasil Wawancara Pengukuran Keterlaksanaan Pendidikan

Karakter ... 159

Tabel 24. Interpretasi Hasil Wawancara Indikasi Perubahan Karakter ... 160

Tabel 25. Interpretasi Hasil Wawancara Hambatan Pendidikan Karakter .... 168

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Mendikbud Anies untuk Guru ... 184

Lampiran 2. Pedoman Wawancara Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 187

Lampiran 3. Panduan Observasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 194

Lampiran 4. Angket Pelaksanaan Pendidikan Karekter ... 201

Lampiran 5. Verbatim Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 205

Lampiran 6. Interpretasi Hasil Wawancara Antarguru ... 215

Lampiran 7. Analisis Butir Aspek Wawancara ... 223

Lampiran 8. Hasil Observasi Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 231

Lampiran 9. Analisis Hasil Angket Pelaksanaan Pendidikan Karakter ... 241

(21)

xix

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Model Pembelajaran Kontekstual Guru ... 154

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, fokus

penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan

istilah. Ketujuh sub-bagian tersebut merupakan bagian-bagian dari pendahuluan

yang menggambarkan sebuah penelitian yang bersifat komprehensif.

Masing-masing sub-bagian akan dijabarkan secara singkat, padat, dan jelas.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk karakter serta peradaban yang bermanfaat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan tuntutan Pasal 3

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(SPN). Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, saleh, sabar, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah menjadi

lembaga formal yang menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk

(23)

didik dalam mencapai tujuan pendidikan. Sekolah menjadi tempat

berlangsungnya pendidikan karakter, dimana peserta didik belajar dan

berkembang menjadi pribadi yang memiliki nilai-nilai karakter positif.

Dalam perkembangan pendidikan Indonesia, pendidikan karakter

hilang dari kurikulum sekolah dan digantikan oleh mata pelajaran lainnya,

seperti PPKn, budi pekerti, dan yang tetap ada dari dulu yaitu pendidikan

agama. Beberapa mata pelajaran tersebut memuat nilai-nilai karakter, namun

fokus utamanya adalah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata.

Meskipun sampai ke penghayatan nilai-nilai secara afektif, namun tidak dalam

pengaplikasiannya.

Krisis karakter dan nilai bangsa saat ini terkait erat dengan semakin

tidak adanya harmoni di dalam sekolah. Banyak sekolah mengalami

disorientasi. Fokus pembelajaran sekolah berhenti pada tataran kognitif, tanpa

mengindahkan nilai-nilai karakter dan perkembangan pada potensi peserta

didik.

Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan karakter di sekolah

khususnya SMP, baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau

nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam

kehidupan sehari-hari (Suyanto, 2011). Perlu dilakukan evaluasi komprehensif

tentang keterlaksanaan dan hambatan-hambatan pendidikan karakter yang

(24)

Melihat permasalahan yang dialami remaja dalam praktik pendidikan

di SMP, tampaknya perlu adanya pendampingan dan perhatian serius.

Meskipun ada jam mata pelajaran agama, hal itu hanyalah sebagai

pengetahuan bukan untuk diamalkan dengan baik. Padahal pendidikan

karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan secara kognitif,

penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman nilai secara

nyata.

Hal tersebut terkait dengan karakteristik perkembangan peserta didik

di usia SMP yang merupakan masa yang rentan bagi remaja. Usia remaja

merupakan masa peralihan. Masa yang sulit dan banyak masalah terjadi di

dalamnya, masa dimana remaja mencari jati dirinya. Remaja akan melakukan

berbagai macam bentuk pemberontakan dan mencari kesenangan sesuai yang

diinginkan.

Pada tahun 2013, kementrian pendidikan memberlakukan kurikulum

baru yaitu kurikulum 2013. Muatan dalam kurikulum ini nampaknya lebih

komprehensif, mengharuskan setiap mata pelajaran memuat nilai-nilai

karakter yang mengarah pada tindakan nyata peserta didik. Guru perlu

menggunakan pendekatan experiential learning, sehingga peserta didik

memperoleh pengalaman langsung dalam pembelajarannya di kelas, dan

akhirnya menjadi karakter yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui kurikulum 2013 diharapkan perkembangan sistem pendidikan

(25)

hilang. Namun nampaknya harapan ini belum terlaksana dengan baik. Hampir

setiap pergantian menteri, kurikulum pun ikut berganti. Namun pergantian ini

tidak menunjukkan perubahan yang signifikan bagi pendidikan di Indonesia,

khususnya di SMP.

Diberlakukannya kurikulum baru 2013 yang kembali mengarahkan

sistem pendidikan pada pengembangan nilai karakter peserta didik,

nampaknya perlu perjuangan yang keras. Sekolah perlu mengintegrasikan nilai

karakter pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Guru perlu

menyusun sedemikian rupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

memuat nilai karakter melalui pendekatan experiential learning. Nampaknya

semua ini masih sulit dalam pengaplikasiannya. Guru masih mengalami

kesulitan dalam memberikan penilaian para peserta didik. Nilai-nilai karakter

yang terdapat di RPP hanya sekedar menjadi paparan belaka dan sulit

diintegrasikan dalam proses pembelajaran.

Hal ini juga dialami oleh tenaga pembimbing sekolah. Guru BK

mengalami banyak kesulitan mengimplementasikan muatan karakter di

sekolah. Padahal, peran guru BK terkait penanaman nilai karakter ke peserta

didik sangat besar. Guru BK mengalami kesulitan dalam penyusunan

perencanaan Satuan Layanan Bimbingan (SLB). Layanan bimbingan klasikal

di kelas pun belum dapat digunakan secara efektif. Guru BK masih

menggunakan pendekatan lama, yang memaksakan anak untuk menyerap

(26)

Dari berbagai permasalahan yang timbul dengan diberlakukannya

sistem baru ini, maka perlu dikaji lebih mendalam mengenai keterlaksanaan

dan hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi di SMP. Hal ini

penting dilakukan untuk memperbaiki pendidikan karakter di sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan karakter, saat ini dan untuk beberapa tahun ke depan akan

booming. Itu tidak lepas dari gencarnya sosialisasi yang dilakukan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta “Revolusi Mental” yang baru

-baru ini disampaikan oleh Presiden -baru terpilih sebagai upaya perbaikan

sistem pendidikan dan karakater generasi muda. Pemerintah berusaha mencari

solusi dari situasi dan kondisi bangsa saat ini, seperti tawuran antarpelajar,

putus sekolah, praktik-praktik korupsi, kekerasan orang tua terhadap anak,

perilaku bullying, membolos, kabur saat pelajaran berlangsung, geng motor,

bahkan penyimpangan-penyimpangan seksualitas yang dilakukan oleh pelajar

SMP. Hal semacam ini nampaknya masih marak mewarnai sistem pendidikan

bangsa ini, dan ini hanya sebagian kecil cerminan moralitas dan karakter

generasi muda yang rapuh.

Mochtar Buchori (2007) menegaskan,

(27)

pemimpin organisasi pendidikan, ungkapan ini tidak meninggalkan bekas apa-apa”. (http://www.kompas.co.id/)

Mochtar Buchori (2007) melanjutkan,

“Jadi apa yang salah dengan pendidikan karakter kita? Banyak sekali! “Pendidikan watak” diformulasikan menjadi pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang program utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Paling-paling mendalam sedikit sampai ke penghayatan nilai secara afektif. Padahal pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata”.

Pelaksaanaan pendidikan karakter di SMP saat ini belum

menunjukkan hasil yang memuaskan. Selain hanya berhenti dalam tataran

kognitif, muatan nilai-nilai karakter yang diintegrasikan ke berbagai mata

pelajaran sifatnya hanya “tempelan” semata. Nilai-nilai karakter sekedar di

tulis di Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), tanpa menampakkan

konkritisasinya dalam proses pembelajaran. Pada kenyataannya, sebagian

besar guru mata pelajaran yang memiliki peranan dalam pendidikan karakter

memiliki keterbatasan kemampuan mendeskripsikan, mengaktualisasikan, dan

mensosialisasikan tugas ini. Kesulitan-kesulitan seperti ini tentu menjadi

masalah tersendiri dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.

Pada sisi lain, kehadiran dan peran Guru BK yang secara khusus

dibekali keterampilan menginternalisasikan nilai-nilai karakter, kurang

menunjukkan keterlibatan yang besar. Hal ini nampak pada sebagian besar

SMP yang belum mendapatkan jam layanan klasikal. Guru BK mengalami

(28)

C. Fokus Penelitian

Melihat berbagai bentuk permasalahan yang ditampilkan pada latar

belakang dan identifikasi masalah diatas, menjadi penting bahwa sistem

pendidikan karakter perlu terus-menerus dikaji secara lebih mendalam,

khususnya dalam penerapan kurikulum 2013. Oleh karena itu, penelitian ini

memfokuskan kajian evaluatif pada keterlaksanaan dan hambatan-hambatan

pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta. Sebuah

studi evaluasi mengenai kebijakan pelaksanaan pendidikan karakter

terintegrasi yang diberlakukan oleh pemerintah untuk SMP.

D. Rumusan Masalah

Masalah utama yang diharapkan terpecahkan melalui penelitian ini,

diformulasikan secara spesifik menjadi beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum keadaan SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

terkait dengan pendidikan karakter terintegrasi?

2. Bagaimana perencanaan pendidikan karakter terntegrasi di SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta?

3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta?

4. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam mata

(29)

5. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam

manajemen sekolah di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

6. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam muatan

lokal di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

7. Bagaimana pelaksanaan pengintegrasian nilai-nilai karakter melalui

kegiatan pengembangan diri di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

8. Bagaimana pelaksanaan supervisi, monitoring, dan evaluasi keberhasilan

pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

9. Metode pembelajaran apa sajakah yang digunakan para guru dalam

pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

10.Teknik dan instrumen penilaian apa sajakah yang digunkan para guru

dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta?

11.Faktor apa sajakah yang menghambat pelaksanaan pendidikan karakter

pada kurikulum 2013 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta?

12.Usaha-usaha apa sajakah yang dilakukan sekolah untuk mengatasi

hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter?

E. Tujuan Penelitian

Berikut ini merupakan beberapa tujuan yang didasarkan pada masalah

yang ingin peneliti pecahkan, yaitu:

1. Memperoleh gambaran umum keadaan SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta

(30)

2. Mengetahui perencanaan pendidikan karakter terintegrasi di SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta.

3. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pendidikan karakter

terintegrasi di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

4. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian

nilai-nilai karakter dalam mata pelajaran dan pembelajaran di SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta.

5. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian

nilai-nilai karakter dalam manajemen sekolah di SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta.

6. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian

nilai-nilai karakter dalam muatan lokal di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

7. Diperolehnya data kualitatif mengenai pelaksanaan pengintegrasian

nilai-nilai karakter melalui kegiatan pengembangan diri di SMP Pangudi Luhur

1 Yogyakarta.

8. Mengetahui pelaksanaan supervisi, monitoring, dan evaluasi keberhasilan

pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

9. Mengetahui metode-metode pembelajaran yang digunakan para guru

dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta.

10.Mengetahui teknik dan instrumen penilaian yang digunkan para guru

dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi Luhur 1

(31)

11.Mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan

karakter pada kurikulum 2013 di SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

12.Mengetahui usaha-usaha yang dilakukan sekolah untuk mengatasi

hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan karakter di SMP Pangudi

Luhur 1 Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan, khususnya

dalam bidang penerapan bimbingan dan konseling terkait peran guru BK

dalam pelaksanaan pendidikan karakter, sehingga dapat dijadikan sebagai

bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada

ruang lingkup yang lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi dan

bahan evaluatif untuk membenahi atau menata ulang kebijakan

pelaksanaan pendidikan karakter secara komprehensif, terpadu, dan

tepat sasaran.

b. Bagi guru pendidik karakter (Guru BK dan guru mata pelajaran) di

SMP, hasil penelitian ini dapat menjadi pemahaman baru dan refleksi

mendalam bagi sekolah, agar seluruh anggota sekolah dapat

mengaplikasikan pendidikan karakter secara tepat dan berdaya guna

(32)

c. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

membantu menumbuhkan kerja sama kemitraan profesional kolaborasi

semua guru dalam mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi

program pendidikan karakter yang reintegrasi dengan pembelajaran.

d. Bagi lembaga pendidikan konselor sekolah, prosedur dan hasil

penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi

alternatif untuk mengembangkan konsep bimbingan dan konseling

karakter, pengembangan kurikulum program studi BK, kajian

pendidikan karakter, dan terapan ilmu bimbingan dan konseling dalam

optimalisasi pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP

Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

e. Bagi Penulis

1) Penulis memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru mengenai

pelaksanaan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan

klasikal kolaborasi dengan model pembelajaran kontekstual,

mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari di

SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta.

2) Sebagai calon guru BK, penulis mendapat pengalaman dan

keterampilan baru untuk semakin peka melihat dan mengkaji

permasalahan konkrit yang sedang terjadi di sekitar dan mampu

(33)

3) Penulis mendapat kesempatan pembelajaran dan mengalami

praktik langsung melakukan prosedur penelitian dan

pengembangan secara ilmiah.

G. Batasan Istilah

1. Karakter

Karakter dalam penelitian ini merupakan nilai-nilai perilaku manusia

yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran,

sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

2. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu

sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang

meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan

tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan

sehingga menjadi pribadi yang utuh dan berdaya guna.

3. Pendidikan Karakter Terintegrasi

Pendidikan karakter terintegrasi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah penanaman nilai-nilai karakter dalam tiga hal pokok, yaitu

kegiatan pembelajaran siswa, manajemen sekolah, dan kegiatan

(34)

4. Keterlaksanaan Pendidikan Karakter

Keterlaksanaan pendidikan karakter yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah sistem pelaksanaan penanaman nilai-nilai karakter kepada

seluruh warga sekolah melalui kegiatan pembelajaran siswa,

manajemen sekolah, dan kegiatan pengembangan diri siswa.

5. Hambatan-hambatan Pendidikan Karakter Terintegrasi

Hambatan-hambatan pendidikan karakter terintegrasi yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah hambatan-hambatan yang dialami oleh para

(35)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan kajian teori, kajian penelitian yang relevan, dan

kerangka pikir. Ketiga sub-bagian tersebut merupakan bagian-bagian dari kajian

pustaka yang berisikan teori-teori pendukung dan penelitan relevan yang

diperoleh dari berbagai sumber dan jurnal ilmah. Setiap pengertian dan

penjabaran didasarkan pada pemahaman logis, ilmiah, dan dapat

dipertanggung-jawabkan. Masing-masing sub-bagian akan dijabarkan secara singkat, padat, dan

komprehensif. Berikut merupakan penjabaran dari masing-masing sub-bagian.

A. Hakikat Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP

1. Pengertian Karakter

Menurut Thomas Lickona (1992:22), karakter merupakan sifat

alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral. Sifat alami itu

dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,

jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia

lainnya. Pengertian yang dikemukakan Lickona ini, mirip dengan apa

yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya

dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.

Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berfikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja

sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

(36)

keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan

yang dibuatnya.

Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (dalam Suyanto, 2010),

karakter adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku,

personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Berkarakter adalah

berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Individu

yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha

melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya,

sesama, lingkungan, bangsa dan negara, serta dunia internasional pada

umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan

disertai dengan kesadaran, emosi, dan motivasinya (perasaannya).

Menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat,

akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Karakter

ini akan menjadikan seseorang memiliki kekhasan yang berbeda dengan

yang lainnya.

Dari berbagai definisi yang diuraikan di atas, karakter merupakan

sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral; cara

berfikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup

dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan

(37)

pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak, tabiat,

akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Beberapa

definisi sebagaimana diuraikan memang memiliki sudut pandang yang

berbeda pula. Meski demikian, dari berbagai definisi itu terdapat

kesamaan bahwa karakter itu mengenai sesuatu yang ada dalam diri

seseorang yang menyebabkan orang tersebut disifati.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Thomas Lickona (1992), pendidikan karakter

merupakan pendidikan yang menekankan tiga hal dalam mendidik, yaitu

knowing, loving, and acting the good. Menurutnya keberhasilan

pendidikan karakter dimulai dengan pemahaman karakter yang baik,

mencintainya, dan pelaksanaan atau peneladanan atas karakter baik itu.

Menurut Suyanto (2010), Pendidikan karakter adalah pendidikan

budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),

perasaan (feeling), dan tindakan (action). Tanpa ketiga aspek ini, maka

pendidikan karakter tidak akan efektif.

Menurut Kemendiknas (2010), pendidikan karakter adalah

pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada

peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai

(38)

dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius,

nasionalis, produktif, dan kreatif.

Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas

(2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam

diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia

(kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi

sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan

berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks

totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat

dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional), Olah Pikir

(Intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and

kinesthetic development), dan Olah Rasa Karsa (Affective and Creativity

development) yang secara diagramatik dapat di gambarkan sebagai

berikut.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa

pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan

dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku

OLAH PIKIR

Cerdas

OLAH HATI

Jujur Bertanggung Jawab

OLAH RAGA

(KINESTETIK)

Bersih, Sehat, Menarik

(39)

peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangasaan yang terwujud

dalam pikiran, sikap, perasaaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan

norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

3. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP

Suyanto (2010; 9), menegaskan bahwa keberhasilan program

pendidikan karakter dapat diketahui terutama melalui pencapaian

butir-butir Standar Kompetensi Lulusan oleh peserta didik yang meliputi

sebagai berikut: (1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai

dengan tahap perkembangan remaja; (2) Memahami kekurangan dan

kelebihan diri sendiri; (3) Menunjukkan sikap percaya diri; (4) Mematuhi

aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; (5)

Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial

ekonomi dalam lingkup nasional; (6) Mencari dan menerapkan informasi

dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan

kreatif; (7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan

inovatif; (8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai

dengan potensi yang dimilikinya; (9) Menunjukkan kemampuan

menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (10)

Mendeskripsikan gejala alam dan sosial; (11) Memanfaatkan lingkungan

secara bertanggung jawab; (12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi

(40)

Menghargai karya seni dan budaya nasional; (14) Menghargai tugas

pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; (15) Menerapkan

hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan

baik; (16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun; (17)

Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di

masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat; (18) Menunjukkan

kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; (19)

Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis

dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; (20) Menguasai

pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah; (21)

Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter

adalah terbentuknya budaya sekolah. Budaya sekolah yang dimaksud yaitu

perilaku keseharian, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang

dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah

yang harus berlandaskan pada nilai-nilai tersebut.

4. Dasar Hukum Pembinaan Pendidikan Karakter

Suyanto (2010; 10), menunjukkan bahwa dasar hukum dalam

pembinaan pendidikan karakter antara lain: (1) Undang-Undang Dasar

1945 Amandemen; (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan; (4) Peraturan Pemerintah

(41)

Pendidikan; (5) Permendiknas No 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan

Kesiswaan; (6) Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

(7) Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi

Lulusan; (8) Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional 2010-2014;

(9) Renstra Kemendiknas Tahun 2010-2014; (10) Renstra Direktorat

Pembinaan SMP Tahun 2010 – 2014.

5. Nilai-nilai Karakter untuk SMP

Pada tingkat SMP dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan

dari butir-butir SKL SMP (Permendiknas no. 23 tahun 2006)

dan SK/KD (Permendiknas no. 22 tahun 2006). Berikut ini adalah daftar

20 nilai utama yang dimaksud dan diskripsi singkatnya.

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (religius). Pikiran,

perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu

berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

1) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,

dan pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.

2) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

(42)

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan

budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan

buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar

atau pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

6) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan

tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku mandiri dan pandai atau berbakat mengenali

produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi

untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur

(43)

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika

untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa

yang telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10)Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

11)Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap

pengetahuan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi

milik atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas atau

kewajiban diri sendiri serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan

(44)

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, dan

menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun

tata perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

d. Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu

ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

e. Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

(45)

1) Nasionalis

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

2) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek atau hormat terhadap berbagai macam

hal, baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan

agama.

6. Urgenitas Pendidikan Karakter di SMP

Trend global yang menyeruak di penghujung abad 20 dan perlu

disikapi oleh kalangan pendidik adalah menguatnya isu atau gerakan

demokratisasi, hak asasi manusia, kesadaran ekologi, pluralisme agama

dan budaya, globalisasi dan pasar bebas, serta ancaman bahaya-bahaya

pola pikir-sikap-tindak, liberalistik-kapitalistik-materialistik, dan

konsumtif-hedonistik yang mendikte kehidupan bermasyarakat (Waras

Kamdi, 2005). Sementara itu, pada awal abad 21 ini muncul kesadaran

reflektif berbagai pihak untuk melakukan koreksi terhadap

kesalahan-kesalahan dalam dunia pendidikan. Munculnya kesadaran ini telah

menandai babak baru kebangkitan pendidikan yang lebih manusiawi dan

berkarakter. Pendidikan karakter menjadi sebuah kebutuhan dan pilihan

untuk mengantarkan bangsa ini ke arah kehidupan yang nyaman dan

(46)

Saat ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional

tengah menggalakkan kembali pembangunan karakter bangsa.

Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

Pasal 3, sejatinya telah mengamanatkan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa (Suyanto, 2010). Pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (UU No.20, 2003). Berdasarkan

fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap

jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus

diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut.

Pengembangan manusia sebagaimana diamanatkan dalam tujuan

pendidikan nasional tersebut menunjuk pada pembentukan karakter

peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan

santun, menghargai nilai-nilai kemanusiaan, dan mampu berinteraksi

dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University

Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan

seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan

kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan

(47)

kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan

sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia

bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill

daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan

karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

7. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Suyanto (2010; 23), menegaskan bahwa pendidikan karakter harus

didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Mempromosikan

nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter; (2) Mengidentifikasi karakter

secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku;

(3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter; (4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki

kepedulian; (5) Memberi kesempatan kpeada peserta didik untuk

menunjukkan perilaku yang baik; (6) Memiliki cakupan terhadap

kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta

didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses;

(7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik; (8)

Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi

tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang

sama; (9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas

dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; (10) Memfungsikan

(48)

karakter; (11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai

guru-guru karakter, dan manifestasi

8. Kebutuhan Pengembangan Pendidikan Karakter di SMP

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan

Penyelenggaraan Pendidikan pada Pasal 17 Ayat (3) menyebutkan bahwa

pendidikan dasar, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan

membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu,

cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d)

toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggungjawab. Berdasarkan hal

tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang, termasuk SMP

sangat berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik.

Menyadari pentingnya karakter, dewasa ini banyak pihak

menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan

karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan

pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan

remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal, premanisme,

tindak kekerasan, penipuan, pencurian, dan berbagai kasus dekadensi

moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah

sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga

pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda

(49)

kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas

pendidikan karakter.

9. Tujuan Pendidikan Karakter di SMP

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu

penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada

pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara

utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui

pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara

mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak

mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Suyanto, 2010).

Jika dicermati secara jeli, terdapat tautan yang saling mutual

antara tujuan-tujuan pendidikan karakter dengan tujuan-tujuan pelayanan

bimbingan (dan konseling) di sekolah. Mengingat bimbingan merupakan

bagian integral dalam pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan

merupakan bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan tingkat

nasional maupun tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP). Tujuan

pelayanan bimbingan dan konseling berfokus pada pengembangan

nilai-nilai kehidupan (karakter) peserta didik sebagai pribadi,

sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk: (1) memperkuat dasar keimanan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) membiasakan diri untuk

berperilaku yang baik, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan

(50)

kesadaran berbudaya belajar dan melatih kemampuan untuk terampil

belajar, dan (6) membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri

(Suyanto, 2010).

Pengembangan sebagai anggota masyarakat mencakup upaya

untuk: (1) memperkuat kesadaran hidup beragama dan toleransi

keberagamaan dalam masyarakat, (2) menumbuhkan rasa tanggung

jawab dalam lingkungan hidup, dan (3) memberikan pengetahuan dan

keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam

kehidupan bermasyarakat. Pengembangan sebagai warga negara

mencakup upaya untuk: (1) mengembangkan perhatian dan pengetahuan

menyangkut hak dan kewajiban sebagai warga negara RI, (2)

menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan

negara, (3) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang

diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Pengembangan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk:

(1) meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat,

(2) meningkatkan kesadaran tentang HAM, (3) memberi pengertian

tentang ketertiban dunia, (4) meningkatkan kesadaran tentang pentingnya

persahabatan antarbangsa, dan (5) mempersiapkan peserta didik untuk

(51)

B. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP 1. Pendidikan Karakter Secara Terpadu di SMP

Suyanto (2010; 24) menegaskan bahwa pendidikan karakter secara

terpadu di SMP dilaksanakan melalui proses pembelajaran, manajemen

sekolah, dan kegiatan pembinaan kesiswaan. Berikut merupakan uraian

dari tiga hal tersebut.

a) Pendidikan karakter secara terpadu dalam pembelajaran

Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran

adalah pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran akan

pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam

tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran,

baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua

mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk

menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang

ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal,

menyadari/peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai dan

menjadikannya perilaku.

Dalam struktur kurikulum SMP, pada dasarnya setiap mata

pelajaran memuat mater-materi yang berkaitan dengan karakter.

Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait

langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu

(52)

mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara

langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu

menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai.

Integrasi pendidikan karakter pada mata mata-mata pelajaran di SMP

mengarah pada internalisasi nilai-nilai di dalam tingkah laku

sehari-hari melalui proses pembelajaran dari tahapan perencanaan,

pelaksanaan, dan penilaian.

b) Pendidikan karakter secara terpadu melalui manajemen sekolah

Menurut H. Koontz & O’Donnel (Suyanto, 2010), manajemen

berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan melalui

dan dengan orang lain. Hampior senada dengan pendapat Siregar 1987

(dalam Panduan Pendidikan Karakter di SMP, 2010), menyatakan

bahwa manajemen adalah proses yang membeda-bedakan atas

perencanaan, pengorganisasian, penggerkan pelaksanaan dan

pengendalian, dengan memanfaatkan ilmu dan seni, agar tujuan yang

telah ditetapkan dapat tercapai. Manajemen juga didefinisikan sebagai

sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama dan bekerja sama

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam manajemen terkandung pengertian pemanfaatan

sumberdaya untuk tercapainya tujuan. Sumberdaya adalah

unsur-unsur dalam mnajemen, yaitu manusia (man), bahan (materials),

(53)

(money), informasi (information). Sumberdaya bersifat terbatas,

sehingga tugas manajer adalah mengelola keterbatasan sumber daya

secara efesien dan efektif agar tujuan tercapai.

Proses manajemen adalah proses yang berlangsung terus

menerus, dimulai dari membuat perencanaan dan pembuatan

keputusan (planning), mengorganisasikan sumberdaya yang dimiliki

(organizing), menerapkan kepemimpinan untuk menggerakan

sumberdaya (actuating), melaksanakan pengendalian (controlling).

Proses diatas sering disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating,

Controlling). Dalam konteks dunia pendidikan yang dimaksud dengan

manajemen pendidikan/sekolah adalah suatu proses perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dalam upaya untuk

menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi, dan tujuan

pendidikan itu sendiri.

Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan

karakter juga terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya

akan dikelola melalui bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan

dikendalikan tersebut antara lain meliputi: (a) nilai-nilai karakter

kompetensi lulusan, (b) muatan kurikulum nilai-nilai karkakter, (c)

nilai-nilai karakter dalam pembelajaran, (d) nilai-nilai karakter

pendidik dan tenaga kependidikan, (e) nilai-nilai karakter pembinaan

(54)

Beberapa contoh bentuk kegiatan pendidikan karakter yang

terpadu dengan manajemen sekolah antara lain: (a) pelanggaran tata

tertib yang berimplikasi pada pengurangan nilai dan

hukuman/pembinaan, (b) penyedian tempat-tempat pembuangan

sampah, (c) penyelenggaraan katin kejujuran, (d) penyediaan kotak

saran, (e) penyediaan sarana ibadah dan pelaksanaan ibadah, (f) jabat

tangan setiap pagi saat siswa memasuki gerbang sekolah, dan

bentuk-bentuk kegiatan lainnya.

c) Pendidikan karakter secara terpadu melalui kegiatan pembinaan

kesiswaan

Kegiatan pembinaan kesiswaan adalah kegiatan pendidikan di

luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu

pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,

dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus

diselenggarakan oleh pendidikan dan atau tenaga kependidikan yang

berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.

Visi kegitan pembinaan kesiswaan adalah berkembangnya

potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya kemandirian

dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri,

keluarga, dan masyarakat. Misi kegiatan pembinaan kesiswaan adalah

(1) menyediakan sejumlah kegiatan yang dapat dipilih oleh peserta

Gambar

Tabel 1.  Jadwal Penelitian Pendidikan Karakter
Tabel 2.  Subyek Wawancara dan Angket Penelitian
Tabel 3.  Panduan Wawancara Terstruktur
Tabel 4.  Panduan Pelaksanaan Pengintegrasian Nilai-nilai Karakter dalam
+7

Referensi

Dokumen terkait

8 Target Untuk pendampingan ekstra, dapat melatih perkembangan motorik anak-anak, melatih baca tulis Iqro, melatih kesesuaian gerak tubuh dengan irama musik,

'ekioros r0% drbedhsku rhsohli:i n{F, $e sar sq n{j:d ddam d. rfrhiiui tbih r.in i6smi

Halaman diagnosa merupakan halaman inti dari sistem pakar diagnosa penyakit pada ayam ini terdapat pertanyaan bagi pengguna yang ingin melakukan proses diagnosa penyakit ayam

Yang menarik adalah bahwa tingkat pendidikan bukan menjadi faktor penentu dalam pengambilan keputusan berasuransi jiwa seorang individu.Hal ini bisa disebabkan karena saat

Posisi instalasi farmasi dari hasil analisis SWOT berada pada posisi kuadran I, strategi yang dapat diterapkan oleh instalasi farmasi RSUD Dr.Moewardi Surakarta dalam

Penelitian ini mengacu kepada kebijakan stock split yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia pada priode 2013-2015, terutama

Berbagai metoda telah dikembangkan untuk mencari metode yang sebaik-baiknya dalam pengujian kesehatan benih yaitu cara deteksi yang relatif cepat, mudah (sederhana),

Hasil dari penelitian ini dengan menunjukkan bahwa pola spasial sebaran kejadian TB paru BTA positif cenderung terjadi pola pada tingkat kepadatan penduduk yang sangat padat,