TINGKAT GEJALA KECEMASAN SISWA SMPN 2 CEPU SEBELUM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik Bimbingan Belajar)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
Leonardus Finadhi Adventiawan NIM: 131114016
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
TINGKAT GEJALA KECEMASAN SISWA SMPN 2 CEPU SEBELUM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik Bimbingan Belajar)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
Leonardus Finadhi Adventiawan NIM: 131114016
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Jika Tuhanmu membiarkanmu melakukan apa saja yang engkau
kehendaki, maka Tuhanmu itu adalah engkau. Engkau adalah Tuhan atas dirimu sendiri.”
(St. Yohanes Krisostomus)
Puji dan syukur atas berkat dan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa,
yang selalu membimbing, mendengarkan doaku maupun keluh kesahku,
memberikan aku motivasi dan semangat untuk senantiasa berusaha lebih, dan
menuntunku disaat aku mulai kehilangan arah sehingga aku dapat kembali lagi ke
jalan yang benar untuk menyelesaikan skripsi ini. Puji Tuhan pada akhirnya aku
bisa melalui dan menyelesaikan skripsiku dengan baik. Skripsiku ini akan aku
persembahkan untuk orang-orang yang sudah membantu, mendukung,
memberikan semangat, dan mendoakanku, yaitu:
Kedua orangtuaku Yacobus Sumaryanto dan Yuliana Soes Endah R. Kakakku Valentinus Fajar Grastiawan dan Adikku Angela Asseta P.
ABSTRAK
TINGKAT GEJALA KECEMASAN SISWA SMPN 2 CEPU SEBELUM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik Bimbingan Belajar)
Leonardus Finadhi Adventiawan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat gejala kecemasan pada siswa kelas IX SMPN 2 Cepu tahun ajaran 2016/2017 sebelum menghadapi ujian nasional dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan belajar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 2 Cepu tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 141 siswa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Kuesioner gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional yang disusun berdasarkan 2 gejala kecemasan menurut Jeffrey (2005), yaitu: (1) Fisik, dan (2) Psikis. Teknik analisis data yang digunakan mengacu pada konsep kategorisasi menurut Azwar (2007). Tingkat kecemasan digolongkan menjadi 5 kategori, yaitu: “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang”, “rendah”, dan “sangat rendah”. Perhitungan indeks reliabilitas Kuesioner Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian
Nasional ini menggunakan pendekatan Alpha Cronbach (α). Peneliti
menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows, diperoleh perhintungan
koefisien reliabilitas instrumen alpha (α) yaitu 0,913.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 15 (10,6%) siswa yang
mengalami gejala kecemasan “sangat tinggi” sebelum menghadapi ujian nasional,
67 (47,5%) siswa yang mengalami kecemasan dalam kategori “tinggi”, 48
(34,1%) siswa yang mengalami kecemasan dalam kategori “sedang”, 10 (7,1%)
siswa yang mengalami kecemasan dalam kategori “rendah”, dan 1 (0,7%) siswa
yang mengalami kecemasan dalam kategori “sangat rendah”. Hasil penelitian
untuk skor terdapat 1 (2,3%) item yang masuk dalam kategori “sangat tinggi”, 3
(7%) item yang masuk dalam kategori “tinggi”, 23 (53,5%) item yang masuk
dalam kategori “sedang”, 11 (25,6%) item yang masuk dalam kategori “rendah”,
dan 5 (11,6%) item yang masuk dalam kategori “sangat rendah”. Berdasarkan
ABSTRACT
LEVEL OF ANXIETY SYMPTOMS OF STUDENTS OF STATE JUNIOR HIGH SCHOOL (SMPN) 2 CEPU BEFORE FACING NATIONAL
EXAMINATIONS
(Descriptive Study on IX Graders of SMPN 2 Cepu Class of 2016/2017 and its Implication for Study Guidance Topics Proposal)
Leonardus Finadhi Adventiawan
examinations and its implication for study guidance topics proposal. Subjects of
this research were 141 of IX graders of SMPN 2 Cepu Class of 2016/2017.
This research was a descriptive quantitative research with a survey method. Data collectiong used was the questionnaire of Anxiety Symptoms Before Facing National Examinations compiled based on 2 anxiety symptoms according to Jeffrey (2005), i.e.: (1) Body, and (2) Psyche. Data analysis technique used referred to categorization concepts according to Azwar (2007). Anxiety levels were categorized into 5 categories i.e.: very high, high, medium, low, and very low. Reliability index calculation of this questionnaire of Anxiety Symptoms Before Facing National Examinations used Alpha Cronbach (α) approach, which was 0.913.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
anugerah dan kasihNya yang begitu besar sehingga penyusunan skripsi ini
berjalan dengan lancar dan terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk
melengkapi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sanata
Dharma.
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, kesempatan,
bimbingan, tenaga, dan waktu yang telah diberikan oleh berbagai pihak dalam
memperlancar skripsi ini. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Baik secara langsung maupun tidak langsung yang
telah terlibat dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. sebagai Kepala Program Studi Bimbingan Konseling
Universitas Sanata Dharma.
3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. sebagai Wakil Ketua Program Studi Bimbingan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Drs. R. Budi Sarwono, M.A sebagai dosen pembimbing yang telah
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMIBING ...Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN...Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN PERSETUJUAN ...Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vii
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 7
A. Hakekat Gejala Kecemasan ... 11
1. Definisi Gejala Kecemasan Secara Umum ... 11
2. Gejala-gejala Kecemasan ... 14
4. Faktor-faktor Penyebab Gejala Kecemasan ... 17
5. Jenis-jenis Gejala Kecemasan ... 20
6. Gangguan Gejala Kecemasan ... 22
7. Dampak Gejala Kecemasan ... 24
B. Remaja ... 27
1. Definisi Masa Remaja ... 27
3. Aspek-Aspek Perkembangan Siswa SMP Sebagai Remaja ... 28
4. Faktor-Faktor Penyebab Siswa SMP Mengalami Gejala Kecemasan ... 29
C. Ujian Nasional ... 30
1. Pengertian Ujian Nasional ... 30
2. Tujuan Ujian Nasional ... 31
3. Penyebab Gejala Kecemasan Siswa Sebelum Menghadapi Ujian Nasional ... 32
4. Upaya-Upaya Mengatasi Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional ... 33
BAB III ... 37
A. Jenis Penelitian ... 37
B. Subjek Penelitian ... 37
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 38
D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 41
1. Validitas ... 41
2. Reliabilitas ... 43
E. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV ... 50
A. Hasil Penelitian ... 50
1. Tingkat Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017. ... 50
2. Analisis Capaian Skor Butir Gejala Kecemasan dan Usulan Program Bimbingan yang Sesuai ... 51
B. Pembahasan ... 54
1. Tingkat Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 ... 54
2. Indikasi Gejala Kecemasan yang Intens Dialami oleh Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum Menghadapi Ujian Nasional ...55
3. Usulan Topik Bimbingan Belajar Berdasarkan Item-item Gejala Kecemasan yang Memiliki Skor Tinggi ... 60
BAB V ... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Keterbatasan Penelitian ... 70
C. Saran ... 70
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Norma Skoring Inventori Gejala Kecemasan ... 39
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Gejala Kecemasan sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...40
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Gejala Kecemasan sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...42
Tabel 4 Koefisien Reliabilitas Kuesioner Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional...44
Tabel 5 Kriteria Gulford...44
Tabel 6 Norma Kategorisasi...46
Tabel 7 Norma Kategorisasi Tingkat Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...47
Tabel 8 Norma Kategorisasi Item...48
Tabel 9 Norma Kategorisasi Skor Item Skala Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...49
Tabel 10 Penggolongan Tingkat Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...50
Tabel 11 Penggolongan Total Skor Item Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...52
Tabel 12 Item-item yang Memiliki Skor Tinggi...53
Tabel 13 Usulan Topik Bimbingan Belajar...61
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian...75
Lampiran 2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian...76
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian...77
Lampiran 4. Contoh Jawaban Kuesioner Penelitian...82
Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian...86
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas...91
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah penentu perkembangan kemajuan suatu bangsa karena
melalui pendidikan dapat dicetak sumber daya manusia yang berkompeten dan
berkualitas. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan
pembelajaran yang selama ini diberikan guru terhadap siswanya. Untuk
menilai dan mengukur hasil pembelajaran yang diberikan guru terhadap siswa
diperlukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk menilai dan mengukur seberapa
baik keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil evaluasi
tersebut dapat dilihat melalui capaian ujian nasional yang biasanya
dilaksanakan pada tingkat akhir dalam jenjang pendidikan.
Siswa yang duduk di kelas IX masuk dalam masa remaja. Pada masa ini
siswa dituntut untuk belajar dengan lebih keras dan giat lagi dibandingkan
dengan teman-teman mereka yang masih duduk di kelas VII dan VIII. Siswa
kelas IX mendapatkan perlakuan yang khusus dari guru-guru di sekolah
karena siswa kelas IX memiliki tanggung jawab yang lebih besar bagi dirinya
diharapkan bisa memuaskan bagi dirinya sendiri, orang tua, dan sekolah. Nilai
Ujian Nasional ini bisa menjadi pemacu semangat belajar siswa sekaligus bisa
menjadi beban yang menghambat siswa karena dihantui target nilai Ujian
Nasional yang dianggap terlalu tinggi, bisa membuat pikiran siswa
dikendalikan oleh gejala kecemasan karena rasa takut tidak mampu memenuhi
target nilai Ujian Nasional.
Anna Freud (Jahja, 2011) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan orang tua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita
merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Masa remaja awal dan
akhir dibedakan oleh Hurlock (Jahja, 2011) karena pada masa remaja akhir
individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa
dewasa. Hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga
16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun).
Freud (Feist, 2010) menjelaskan bahwa gejala kecemasan merupakan
situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik
yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Perasaan
tidak menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi
selalu terasa. Gejala kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum,
dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang
tidak jelas asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2005).
Ujian nasional adalah ujian atau evaluasi belajar yang diadakan oleh
nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian nasional
dilakukan secara objektif, berkeadilan, dan akuntabel. Hasil ujian nasional
digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program dan
satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,
penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan,
dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan (Wibowo, 2012). Ujian nasional ini memiliki
nilai standar rata-rata yang ditetapkan oleh pemerintah dan selalu mengalami
perubahan. Nilai kelulusan ini menentukan kelulusan siswa agar dapat
melanjutkan ke SMA/SMK yang diinginkan.
Fenomena tentang ujian nasional ini masih saja membuat siswa
mengalami gejala kecemasan, karena siswa takut kalau dirinya tidak bisa
mengerjakan soal-soal ujian nasional dengan baik dan lancar. Para siswa
mengaku sangat kecewa karena ditetapkannya standar kelulusan untuk nilai
ujian nasional. Padahal ada diantara siswa yang berprestasi, namun
mempunyai hasil ujian nasional yang kurang sesuai dengan target yang
diinginkan, sehingga siswa tersebut tidak bisa diterima di SMA/SMK yang
diinginkan. Setiap menjelang ujian nasional (UN), sebagian besar siswa sibuk
mempersiapkan diri dalam menghadapi Ujian Nasional. Siswa-siswi terkadang
mengalami rasa cemas karena mereka akan menghadapi bermacam-macam
ujian, mulai dari ujian tertulis, ujian praktek, sampai ujian nasional. Gejala
kecemasan tersebut timbul, karena mereka merasa takut dan terlalu
kecemasan dapat memecah belah pemikiran seseorang, membagi dua pikiran
seseorang menjadi niat yang baik dan pemikiran-pemikiran yang buruk.
Terkadang seseorang dapat merasa pesimis karena gejala kecemasan. Hal
yang paling mereka takutkan adalah kegagalan (Feriana, 2013).
Banyak siswa yang cerdas, pintar dalam berbagai mata pelajaran, dan
sukses dalam ujian nasional. Namun ada pula siswa yang cerdas dan pintar
dalam mata pelajaran, tetapi merasa pesimis ketika menjelang ujian seperti
mencari bocoran soal, membeli kunci jawaban, dan menerima kunci jawaban
dari sms yang belum tentu benar jawabannya. Sebagian siswa yang lain tidak
tahu dan pasrah dalam kondisi tertekan, menurun daya ingatan, berpikir tidak
terstruktur, dan kusut ingatan pada materi ujian, bayang-bayang akan
kegagalan ujian, pikiran kacau, rasa malu yang berkecambuk, dan takut tidak
dapat menjawab soal ujian dengan benar. Ada pula siswa yang sedih,
menangis, takut, jengkel, tegang, marah, dan kesal karena diberlakukannya
standar dalam ujian yang berubah-ubah. Kondisi psikologis siswa seperti ini
penting untuk mendapatkan pelayanan bimbingan agar dapat sukses dalam
Ujian Nasional (Wibowo, 2012).
Menurut Kemendikbud (2014), peserta UN SMP tahun ajaran 2012/2013
sebanyak 3.667.241 siswa. Sekitar 99.55% siswa dinyatakan lulus dan 16.616
siswa lainnya dinyatakan tidak lulus. Kelulusan tersebut diperoleh dari
penggabungan antara nilai UN murni dengan nilai yang dikirim dari sekolah.
Tingkat kelulusan tahun 2013 ini menurun 0,02% dibanding tahun lalu, yaitu
ketidaklulusan mencapai di atas 40%. Hasil tersebut tentu kurang memuaskan
karena masih banyak siswa yang tidak lulus UN dan mengalami penyesalan
bagi siswa dan orang tua.
Kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional juga dialami siswa-siswi
di SMP Negeri 2 Cepu. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa
kelas IX di SMP Negeri 2 Cepu yang bernama AL, AL mengalami kecemasan
ketika ujian nasional akan tiba. Gejala kecemasan yang dialami AL
menunjukkan gejala yang bersifat psikis dari kecemasan dengan ciri-ciri, sulit
untuk konsentrasi ketika belajar di rumah maupun di sekolah karena rasa
ketakutan yang begitu besar sehingga dapat menghambat AL untuk fokus
mempersiapkan ujian nasional. AL juga mengatakan bahwa tingginya tuntutan
nilai ujian nasional dari orang tua AL maupun dari tempat AL bersekolah
membuat gejala kecemasan AL semakin bertambah besar. AL mengatakan
bahwa banyak siswa yang berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai ujian
nasional yang tinggi dengan harapan bisa masuk di SMA Negeri 1 Cepu yang
merupakan sekolah favorit di Cepu. SMA ini diperebutkan oleh siswa-siswi
dari 5 SMP yang terdapat di Cepu, bagi siswa yang nilainya pas-pasan tentu
tidak bisa masuk di SMA 1 Cepu karena kuota untuk masuk di SMA ini
sangat terbatas.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMP Negeri 2 Cepu,
siswa-siswi SMP Negeri 2 Cepu juga mengalami kegelisahan apabila nantinya
dalam ujian tidak bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan benar dan ketika
mengerjakan ujian nasional bisa terjadi, karena siswa selalu dihantui dengan
kegagalan. Ketika siswa-siswi mengalami gejala kecemasan yang tinggi saat
ujian nasional tiba, kemungkinan siswa-siswi belum siap untuk mengerjakan
soal-soal ujian nasional. Hal ini dapat berpengaruh pada ujian nasional dan
hasil ujian nasional juga akan berpengaruh bagi mereka untuk masuk ke
SMA/SMK yang diinginkan.
Gejala kecemasan yang dialami oleh siswa kelas IX SMP Negeri 2 Cepu
semakin bertambah ketika mereka mendapatkan kesempatan untuk
melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang baru tahun
2017 ini dilaksanakan di sekolah mereka, dengan kata lain siswa kelas IX
angkatan 2016/2017 menjadi generasi pertama yang melaksanakan Ujian
Nasional Berbasis Komputer di SMP Negeri 2 Cepu. Siswa merasa fasilitas
komputer yang tersedia di sekolah ini masih kurang jika dibandingkan dengan
jumlah peserta UNBK. Untuk mengatasi masalah komputer yang masih
kurang, pihak sekolah meminta ketersediaan dari sebagian siswa untuk
membawa laptop sendiri untuk digunakan dalam pelaksanaan Ujian Nasional
Berbasis Komputer. Selain masalah kurangnya komputer yang akan digunakan
untuk pelaksanaan UNBK, siswa juga mengalami gejala kecemasan yang
disebabkan oleh kekhawatiran siswa mengenai ketersediaan jaringan dalam
UNBK. Siswa takut apabila sedang mengerjakan soal ujian nasional, tiba-tiba
ketersediaan jaringan mengalami masalah atau terputus.
Gejala Kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional yang dialami oleh
ingin dicapai oleh siswa. Saat ini masih banyak siswa kelas IX SMP Negeri 2
Cepu yang mengalami gejala kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional.
Banyak juga siswa yang mengalami kesulitan untuk fokus terhadap
bahan-bahan yang akan dipakai dalam ujian, sulit untuk konsentrasi, memiliki
perasaan khawatir, gelisah, takut menghadapi ujian, dan mengalami gangguan
pada anggota tubuh (jantung sering berdebar, keringat dingin, mual, pusing,
dan sakit perut).
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat kecemasan dapat didefinisikan berbagai masalah sebagai berikut:
1. Ada indikasi sebagian siswa kelas IX di SMP 2 Cepu mengalami gejala
kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional.
2. Ada indikasi terlalu tingginya tuntutan nilai Ujian Nasional pada siswa.
3. Adanya siswa-siswi yang mengalami kesulitan dalam belajar sebelum
menghadapi ujian nasional.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari luasnya permasalahan yang akan timbul juga untuk
mempermudah pelaksanaan, pengamatan, dan pembahasan, maka dibatasi
permasalahan sebagai berikut: Fokus masalah dalam penelitian ini diarahkan
pada tingkat gejala kecemasan siswa kelas IX SMP 2 Cepu tahun ajaran
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat gejala kecemasan siswa kelas IX SMP 2 Cepu
tahun ajaran 2016/2017 sebelum menghadapi Ujian Nasional?
2. Berdasarkan tingkat gejala kecemasan siswa kelas IX SMP 2 Cepu, usulan
program apa yang dapat membantu mengurangi tingkat gejala kecemasan
siswa kelas IX SMP 2 Cepu sebelum menghadapi Ujian Nasional?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan tingkat gejala kecemasan yang dimiliki siswa kelas IX
SMP 2 Cepu tahun ajaran 2016/2017 sebelum menghadapi Ujian Nasional.
2. Membuat usulan program yang sesuai untuk mengurangi tingkat gejala
kecemasan siswa kelas IX SMP 2 Cepu sebelum menghadapi Ujian
Nasional.
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap muncul beberapa manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
pengembangan pengetahuan mengenai tingkat gejala kecemasan yang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru BK di kelas IX SMP 2 Cepu.
Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan
oleh guru BK untuk melihat seberapa tinggi tingkat gejala kecemasan
yang ada dalam diri siswa kelas IX. Guru BK dapat mengetahui
faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya tingkat kecemasan siswa
kelas IX. Selain itu, Guru BK juga dapat menentukan program
kegiatan bimbingan yang dapat diberikan kepada siswa kelas IX untuk
dapat mengurangi gejala kecemasan dalam diri siswa.
b. Bagi siswa kelas IX SMP 2 Cepu.
Para siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat
seberapa tinggi tingkat gejala kecemasan yang ada dalam diri mereka,
faktor-faktor yang menyebabkan gejala kecemasan, dan memikirkan
kiat-kiat untuk mengatasinya.
c. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui dan memahami bagaimana tingkat gejala
kecemasan remaja pada siswa kelas IX SMP 2 Cepu tahun ajaran
2016/2017 sebelum menghadapi Ujian Nasional, dan dapat
mengusulkan program bimbingan yang sesuai untuk membantu siswa
kelas IX mengurangi gejala kecemasan yang dimilikinya.
G. Batasan Istilah
Adapun batasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal
maupun wujudnya.
2. Masa Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis,
kognitif, dan sosio-emosional.
3. Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar pendidikan secara nasional
dan persamaan mutu pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat
Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKABab ini membahas hasil kajian pustaka mengenai gejala kecemasan
dan remaja yang dapat memperjelas topik penelitian.
A. Hakekat Gejala Kecemasan
1. Definisi Gejala Kecemasan Secara Umum
Gejala kecemasan dalam Bahasa Inggris “anxiety” berasal dari
Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti
mencekik. Pada dasarnya, gejala kecemasan merupakan hal wajar yang
pernah dialami oleh setiap manusia. Gejala kecemasan sudah dianggap
sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Gejala kecemasan adalah suatu
perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau
kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya
(Wiramihardja, 2005).
Hilgard menjelaskan bahwa gejala kecemasan adalah emosi yang
tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti
kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang kita alami dalam
tingkat yang berbeda-beda (Sarastika, 2014). Sedangkan Freud
menjelaskan bahwa gejala kecemasan merupakan situasi afektif yang
dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang
menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi selalu
terasa (Feist, 2010).
Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fauziah & Widuri, 2007)
gejala kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Gejala
kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun gejala
kecemasan yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan
menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.
Gejala kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai
ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari
ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.
Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan
yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan
psikologis (Rochman, 2010).
Lubis (2009) menjelaskan bahwa gejala kecemasan adalah
tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami
gejala kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang.
Kecemasan dialami ketika berpikir tentang sesuatu tidak menyenangkan
yang akan terjadi. Sedangkan Sundari (2004) memahami gejala kecemasan
sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman
Jeffrey (2005) memberikan pengertian tentang gejala kecemasan
sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan
fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Gejala kecemasan adalah rasa
khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Gejala kecemasan juga
merupakan kekuatan yang besar dalam mengerakkan tingkah laku yang
menyimpang ataupun yang mengganggu. Kedua-duanya merupakan
pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap gejala
kecemasan tersebut (Gunarsa, 2008). Sedangkan menurut peneliti, gejala
kecemasan merupakan kekuatan yang menghambat pribadi untuk bisa
melangkah maju, karena besarnya kekuatan pikiran yang mengendalikan
rasa takut sehingga pribadi lebih dominan untuk memilih di zona nyaman,
daripada mencoba untuk melawan rasa takut dan menghilangkan gejala
kecemasan yang dimiliki.
Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala
kecemasan adalah respon psikologis terhadap campuran perasaan dan
emosi yang disebabkan karena kekhawatiran yang tidak jelas dan menekan
kehidupan seseorang. Gejala kecemasan bisa terjadi kepada siapa saja
karena gejala kecemasan merupakan keadaan yang dapat mengganggu
seseorang akibat dari tekanan maupun keadaan yang mengakibatkan
2. Gejala-gejala Kecemasan
Gejala kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan
karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang
tergolong normal sering mengalami gejala kecemasan yang nampak,
sehingga dapat dilihat dari gejala-gejala fisik maupun mental. Lebih
terlihat jelas lagi pada individu yang mengidap penyakit mental yang
parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah: jari tangan
dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing,
nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang
bersifat mental adalah: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat
memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Sundari,
2004).
Gejala kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya
perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan
tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda
pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fauziah & Widuri,
2007) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang
berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika
terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak
menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan gejala kecemasan muncul
jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik
Gejala kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada di
dalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang
nyata. Rochman (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari
kecemasan antara lain:
a. Ada saja hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Gejala kecemasan tersebut
merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah
dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, akan tetapi
sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of
persecution (delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,
banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan
tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Jeffrey (2005) mengklarifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam
dua jenis gejala, diantaranya yaitu:
a. Gejala fisik dari gejala kecemasan yaitu: kegelisahan, angota tubuh
bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
b. Gejala psikis dari gejala kecemasan yaitu: khawatir tentang sesuatu,
dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera
terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
pikiran terasa bercampur aduk atau kebinggungan, dan sulit
berkonsentrasi.
3. Proses Terjadinya Gejala Kecemasan
Menurut Stuart (2007), gejala kecemasan dialami secara subjektif
dan dikomunikasikan secara interpersonal. Gejala kecemasan berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya,
gejala kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian
tersebut. Gejala kecemasan diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
gejala kecemasan yang berat dapat tidak sejalan dengan kehidupan dan
dapat menyebabkan kelemahan. Gejala kecemasan pada individu dapat
memberikan motivasi untuk mencapai suatu tujuan dan merupakan sumber
penting dalam usaha untuk memelihara keseimbangan hidup.
Respon fight or flight adalah peringatan atau alarm sebagai
mekanisme pertahanan, maksudnya tubuh akan menghadapi tekanan
tersebut atau akan melarikan diri. Misalnya ketika akan menghadapi ujian
nasional, tubuh akan mengalami reaksi alamiah yang ditandai oleh
keluarnya keringat dingin, rasa takut atau rasa gelisah. Pada beberapa
orang, kondisi ini malah akan mempertajam pikiran sehingga dapat
mencari jalan keluar secara cepat, ini merupakan mekanisme fight.
Sedangkan mekanisme flight adalah suatu perasaan depresi ketika individu
menghindari atau melarikan diri dari masalah. Mekanisme fight or flight
ini banyak memakan energi, yang diikuti terjadinya kelelahan.
Saat kelelahan dan kehabisan energi individu merasa kurang maksimal
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak heran bila individu
yang sedang mengalami gejala kecemasan dan stres akan mengalami
gejala nyeri otot dan sendi, sakit kepala, depresi, cemas, dan mudah
tersinggung.
4. Faktor-faktor Penyebab Gejala Kecemasan
Gejala kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu
dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.
Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya
serangan gejala kecemasan. Ramaiah (2003) ada beberapa faktor yang
menunjukkan reaksi gejala kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan
Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan
karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu
dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga
individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan
Gejala kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka
waktu yang sangat lama.
c. Sebab-sebab fisik
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya gejala kecemasan. Hal ini terlihat dalam
kondisi seperti misalnya kehamilan semasa remaja, dan sewaktu pulih
dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini,
perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan
timbulnya gejala kecemasan.
Zakiah Daradjat (Rochman, 2010) mengemukakan beberapa penyebab
dari gejala kecemasan yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang
mengancam dirinya. Gejala kecemasan ini lebih dekat dengan rasa
takut, karena sumbernya terlihat jelas di dalam pikiran.
b. Rasa cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan
hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Gejala
kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental,
yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
c. Gejala kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa
bentuk. Gejala kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan
tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan
perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian
Gejala kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan.
Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya,
baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Az-Zahrani
(2005) menyebutkan faktor yang mempengaruhi gejala kecemasan yaitu:
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau
penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orang tua
terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta
gejala kecemasan pada anak saat berada di dalam rumah.
b. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
gejala kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada
lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu
perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai
penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan
munculnya gejala kecemasan.
Rufaidah (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
gejala kecemasan adalah:
a. Faktor fisik
Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
b. Trauma atau konflik
Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu,
dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik
mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya
gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik
Lingkungan adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi gejala
kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik, maka akan
menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala
kecemasan.
5. Jenis-jenis Gejala Kecemasan
Gejala kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati,
perubahan di dalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya
rangsangan dari luar. Pedak (2009) membagi gejala kecemasan menjadi
tiga jenis gejala kecemasan yaitu:
a. Gejala kecemasan rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian nasional.
Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari
mekanisme pertahanan dasar kita.
b. Gejala kecemasan irasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi di bawah
c. Gejala kecemasan fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa
dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Gejala kecemasan ini disebut sebagai gejala kecemasan
eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan
manusia.
Sedangkan Kartono (2006) membagi gejala kecemasan menjadi dua
jenis gejala kecemasan, yaitu:
a. Gejala kecemasan ringan
Gejala kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan
sebentar dan ringan lama. Gejala kecemasan ini sangat bermanfaat
bagi perkembangan kepribadian seseorang karena gejala kecemasan ini
dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk
mengatasinya. Gejala kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah
suatu gejala kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat
situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat
mengatasinya, sehingga timbul gejala kecemasan. Gejala kecemasan
ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebih berhati-hati dalam
menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari. Gejala
kecemasan ringan yang lama adalah gejala kecemasan yang dapat
diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi penyebab
munculnya gejala kecemasan, maka gejala kecemasan tersebut akan
b. Gejala kecemasan berat
Gejala kecemasan berat adalah gejala kecemasan yang terlalu berat dan
berakar secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang
mengalami gejala kecemasan semacam ini maka biasanya individu
tidak dapat mengatasinya. Gejala kecemasan ini mempunyai akibat
menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian seseorang.
Gejala kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu: gejala kecemasan berat
yang sebentar dan lama. Gejala kecemasan yang berat tetapi
munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis pada individu jika
menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya
gejala kecemasan. Sedangkan gejala kecemasan yang berat tetapi
munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan
berlangsung secara terus-menerus selama bertahun-tahun dan dapat
merusak proses pemikiran individu. Gejala kecemasan yang berat dan
lama akan menimbulkan penyakit darah tinggi.
6. Gangguan Gejala Kecemasan
Gangguan gejala kecemasan merupakan suatu gangguan yang
memiliki ciri gejala kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga
irasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dengan cara-cara
yang jelas. Fauziah & Widuri (2007) membagi gangguan gejala
a. Fobia spesifik
Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau
antisipasi terhadap objek atau situasi yang spesifik.
b. Fobia sosial
Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya
berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari
situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik yang membuatnya
merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda
gejala kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.
c. Gangguan panik
Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang
spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada
gangguan panik antara lain: sulit bernafas, jantung berdetak kencang,
mual, rasa sakit di dada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang
penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu merasa
setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya kematian atau
kecacatan.
d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)
Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang
berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom
somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan
sosial atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres yang
Sedangkan Wiramihardja (2005) membagi gangguan gejala
kecemasan yang terdiri dari:
a. Panic disorder
Panic disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan
panik yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi
orang lain bukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom
yang menandakan kondisi panik tersebut, yaitu: nafas yang pendek,
palpilasi (mulut yang kering) atau justru kerongkongan yang tidak bisa
menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.
b. Agrophobia
Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi di mana
ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik
maupun psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki
agrophobia takut pada kerumunan dan tempat-tempat umum.
7. Dampak Gejala Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun
situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini
tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya,
emosi ini menjadi tidak adaptif. Gejala kecemasan yang berlebihan dapat
mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh, bahkan
dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Howard, 2004).
Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari gejala kecemasan
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami gejala kecemasan memiliki perasaan akan
adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber
tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami gejala
kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan
sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Gejala kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan
pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang
mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan
masalah-masalah nyata yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau
belajar secara efektif, dan pada akhirnya individu merasa lebih cemas.
c. Simtom motorik
Orang-orang yang mengalami gejala kecemasan sering merasa tidak
tenang, gugup, kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan,
misalnya: jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap
suara yang muncul secara tiba-tiba. Simtom motorik merupakan
gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan
merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang
dirasanya mengancam. Gejala kecemasan akan dirasakan oleh semua
orang, terutama jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.
Menurut Ramaiah (2005) gejala kecemasan biasanya dapat
a. Kepanikan yang amat sangat yang menyebabkan kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan situasi.
b. Tidak bisa menghindari resiko yang akan diterima dan tidak memiliki
kemampuan untuk mencegah resiko yang akan diterima dari tindakan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala
kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat
mengancam karena adanya ketidakpastian di masa mendatang serta
ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Gejala kecemasan
tersebut ditandai dengan adanya beberapa gejala yang muncul seperti
kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
merasa tidak aman, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak
mampu untuk mengatasi masalah. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah: gejala kecemasan timbul karena individu
melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya, gejala kecemasan
juga terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah karena
melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati
nurani.
Dari beberapa gejala, faktor, dan definisi di atas, gejala kecemasan
ini termasuk dalam jenis gejala kecemasan rasional, karena gejala
kecemasan rasional merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek
yang memang mengancam. Adanya berbagai macam gejala kecemasan
yang dialami individu dapat menyebabkan adanya gangguan-gangguan
suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi
terhadap objek atau situasi yang spesifik. Sehingga dapat
menyebabkan adanya dampak dari gejala kecemasan yang berupa
simtom kognitif, yaitu gejala kecemasan dapat menyebabkan
kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang
tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak
memperhatikan masalah-masalah nyata yang ada, sehingga individu
sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan pada akhirnya
individu merasa lebih cemas.
B. Remaja
1. Definisi Masa Remaja
Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang masa remaja, seperti
DeBrun mendefinisikan masa remaja sebagai periode pertumbuhan antara
masa kanak-kanak dan dewasa (Jahja, 2011).
Menurut Papalia dan Olds masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan
tahun atau awal dua puluhan tahun (Jahja, 2011).
2. Tugas Perkembangan Siswa SMP Sebagai Remaja
Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu ialah masa
remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus
William Kay (Jahja, 2011) mengemukakan tugas-tugas perkembangan
remaja itu sebagai berikut:
a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas.
c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan
belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara
individual maupun kelompok.
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas
dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.
3. Aspek-Aspek Perkembangan Siswa SMP Sebagai Remaja
a. Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,
kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh
ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan
tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi
(Papalia dan Olds, dalam Jahja, 2011).
b. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi
dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang
semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk
berpikir abstrak. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang
dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan
konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang
dapat membahayakan dirinya (Jahja, 2011).
c. Perkembangan kepribadian dan sosial menurut Conger dan Papalia dan
Olds mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan
sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang
berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi
sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang
menarik, musik, atau film apa yang bagus (Jahja, 2011).
4. Faktor-Faktor Penyebab Siswa SMP Mengalami Gejala Kecemasan Yuniati (2009) mengatakan bahwa faktor gejala kecemasan
sebelum menghadapi ujian nasional bisa disebabkan oleh kondisi dan
situasi ujian saat itu, meskipun materi pelajaran yang akan diujikan telah
dikuasai. Selain itu juga bisa disebabkan karena waktu yang terbatas,
tingkat kesulitan materi ujian, instruksi tes, bentuk pertanyaan dan hal-hal
teknis lainnya. Gejala kecemasan ini juga akan semakin meningkat melihat
banyaknya siswa dan siswi yang tidak lulus dalam ujian nasional atau
Faktor lain yang menyebabkan timbulnya perasaan cemas adalah
kurangnya kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan yang ia miliki.
Karena itu, banyak siswa yang merasa pesimis. Sebenarnya siswa mampu
mengerjakan soal dan mendapatkan nilai yang memuaskan, namun karena
kurangnya kepercayaan diri, sehingga mereka malah menyontek dan
melakukan hal-hal curang lainnya yang terkadang membuat mereka gagal.
Seharusnya siswa tidak perlu merasa cemas menghadapi ujian nasional.
Sebab dengan belajar tekun dan giat, berlatih mengerjakan soal-soal ujian
nasional tahun sebelumnya dan berdoa, siswa akan mampu menyelesaikan
soal-soal ujian nasional dengan baik dan mendapatkan hasil yang
memuaskan.
C. Ujian Nasional
1. Pengertian Ujian Nasional
Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar pendidikan secara
nasional dan persamaan mutu pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh
Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Ujian Nasional
menurut Wibowo (2012) adalah evaluasi belajar yang diadakan oleh
Kemendiknas untuk mengukur dan menilai kompetensi peserta didik
secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan
pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah
sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional
sebagai pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan
pendidikan nasional.
2. Tujuan Ujian Nasional
Pelaksanaan UN Tahun 2016 mengacu pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2015
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah Melalui Ujian Nasional,
dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan Melalui Ujian
Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada SMP/MTs atau yang
sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang sederajat dan Peraturan Badan
Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0034/P/BSNP/XII/2015 tentang
Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Tahun
Pelajaran 2015/2016.
Adapun tujuan pelaksanaan ujian nasional yaitu:
1. UN merupakan amanah Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan amanah PP 19/2005 yang
direvisi menjadi PP 32/2013 dan PP 13/2015 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
2. UN sebagai sub-sistem penilaian dalam Standar Nasional Pendidikan
(SNP) menjadi salah satu tolak ukur pencapaian SNP dalam rangka
3. Penyebab Gejala Kecemasan Siswa Sebelum Menghadapi Ujian Nasional
Wibowo (2012) mengemukakan penyebab gejala kecemasan siswa
sebelum menghadapi ujian nasional, yaitu:
a. Tidak menguasai materi pembelajaran yang akan digunakan dalam
Ujian Nasional. Siswa merasa kesulitan dalam mempelajari mata
pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional.
b. Tidak percaya diri, tidak siap, dan tidak bisa menghadapi kenyataan.
Akibat dari kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran yang diujikan
dalam ujian nasional siswa menjadi tidak percaya diri, tidak siap, dan
tidak bisa menghadapi kenyataan bahwa siap atau tidak siap siswa
harus menempuh ujian nasional sebagai syarat kelulusan.
c. Tidak memiliki kesiapan mental dan fisik dalam menghadapi ujian
nasional. Siswa merasa bahwa dirinya tidak siap dalam mengikuti
ujian nasional, sehingga ketika mendengar kata ujian siswa langsung
stres dan mengakibatkan kepalanya pusing atau perutnya menjadi
sakit.
d. Menganggap bahwa ujian nasional adalah merupakan hal yang
menakutkan. Siswa menjadi takut dengan ujian nasional karena cara
berpikir siswa yang salah dengan menganggap bahwa ujian nasional
itu menakutkan. Akibatnya siswa menjadi menjauh karena rasa takut
yang dimiliki.
e. Pembelajaran di sekolah dianggap belum mencukupi untuk membekali
untuk membekali dirinya dengan mengikuti bimbingan belajar di luar
jam sekolah dengan harapan bisa semakin menguasai materi dalam
ujian nasional.
f. Hasil ujian nasional akan menentukan kualitas sekolah lanjutan siswa.
Siswa dituntut untuk memiliki nilai ujian nasional yang tinggi,
sehingga siswa bisa mendapatkan sekolah favorit di daerahnya. Selain
itu, hasil ujian nasional yang tinggi dapat memacu semangat belajar
siswa untuk terus berprestasi sehingga siswa mampu bersaing dengan
siswa yang lain dalam memperebutkan kursi di sekolah lanjutan favorit
yang menjadi pilihannya.
4. Upaya-Upaya Mengatasi Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional
Upaya-upaya mengatasi gejala kecemasan sebelum menghadapi ujian
nasional pada siswa yaitu dengan pendekatan sosial, pendekatan
psikologis, dan pendekatan edukatif.
a. Pendekatan sosial (peran orang tua)
Menurut Feriana (2013), untuk membantu anak-anak mengelola
kondisi psikologisnya ketika sebelum menghadapi ujian nasional,
orang tua dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
1) Tidak berlebihan menekan anak saat belajar. Hal ini dapat
dilakukan agar anak tidak semakin takut dan tegang ketika
mempersiapkan ujian.
3) Membantu anak untuk berpikir bahwa ujian adalah hal yang
terpenting tapi bukan tidak mungkin dapat dilewati. Pemikiran
anak yang berlebihan terhadap ujian adalah salah satu penyebab
anak merasa tegang sehingga pelajaran yang semula dipahami
hilang secara tiba-tiba saat berada di ruang ujian.
4) Berikan dukungan sosial pada anak dan tanamkan pemikiran
positif pada anak bahwa ia dapat menghadapi ujian dengan baik
tanpa harus merasa khawatir berlebihan.
5) Mengajak anak untuk beribadah dan berdoa bersama agar semakin
tenang ketika sebelum menghadapi ujian. Ketika waktu belajar
pun, orang tua dapat mengajarkan dan melantumkan doa sebelum
belajar bersama dengan anak.
b. Pendekatan psikologis (siswa)
Menurut Feriana (2013), ada 10 upaya-upaya sebelum menghadapi
ujian nasional:
1) Penguasaan materi pembelajaran.
2) Meningkatkan rasa percaya diri.
3) Meningkatkan konsentrasi belajar.
4) Mengembangkan disiplin diri dalam belajar.
5) Hidup teratur agar berhasil dalam menghadapi ujian nasional.
6) Mengelola waktu belajar secara efektif dan efisien.
7) Meningkatkan produktivitas belajar sebelum menghadapi ujian
8) Ketekunan dalam belajar.
9) Motivasi diri untuk berhasil dalam ujian nasional.
10) Bersikap positif terhadap ujian nasional.
c. Pendekatan edukatif (peran guru)
Menurut Feriana (2013), upaya-upaya mengatasi gejala kecemasan
sebelum menghadapi ujian nasional yaitu:
1) Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.
2) Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai kegiatan “game”
atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana
kelas sedang tidak kondusif.
3) Sewaktu-waktu mengajak siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran di luar kelas, sehingga siswa tidak merasa bosan.
4) Memberikan materi dan tugas-tugas, khususnya untuk persiapan
ujian nasional.
5) Menggunakan pendekatan humanistik dalam mengelola kelas.
Guru dan siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang baik.
6) Guru menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan sosok
yang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati, dan dapat
diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.
7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian
diri (self assessment) atas tugas dan pekerjaan yang telah
8) Pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
kepentingan pembelajaran siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini membahas metodologi penelitian, yaitu: jenis penelitian, subyek
penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas
instrumen, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan metode survey. Metode survey digunakan untuk mendapatkan
data dari siswa kelas IX SMP Negeri 2 Cepu secara alamiah dengan bantuan
kuesioner (Sugiyono, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan memberikan
kuesioner tentang gejala kecemasan siswa kelas IX sebelum menghadapi ujian
nasional ke 4 kelas, yaitu kelas IX B, IX C, IX D, dan IX E sejumlah 141
siswa untuk memperoleh data tentang tingkat gejala kecemasan siswa kelas IX
SMP 2 Cepu sebelum menghadapi Ujian Nasional tahun ajaran 2016/2017
sehingga dapat ditentukan pula program yang dapat membantu mengurangi
gejala kecemasan siswa yang sesuai.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP 2 Cepu yang terdiri
dari 4 kelas, yaitu kelas IX B, IX C, IX D, dan IX E sejumlah 141 siswa dari
total jumlah siswa kelas IX SMP 2 Cepu sejumlah 252 siswa. Pemilihan 141
siswa sebagai subjek penelitian menggunakan teknik simple random sampling
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang
disusun oleh peneliti menggunakan teknik penyusunan skala likert. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya
(Sugiyono, 2013).
Item-item dalam kuesioner ini dibuat berdasarkan 2 gejala kecemasan
yaitu fisik, dan psikis menurut Jeffrey (2005) yang dibagi ke dalam 2
pernyataan, yaitu: pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif
(unfavourable) yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan
reliabel tentang variabel yang diukur (Sugiyono, 2013). Pernyataan positif
(favourable) merupakan konsep perilaku yang sesuai atau menggambarkan
suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa sebelum menghadapi ujian
nasional. Sedangkan pernyataan negatif (unfavourable) yaitu konsep perilaku
yang tidak sesuai/tidak menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan
siswa sebelum menghadapi ujian nasional.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk model
skala likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering
(SR), Kadang-kadang (KDG), dan Tidak Pernah (TP). Bila banyak jawaban
Selalu (SL) artinya gejala kecemasan yang dialami sangat tinggi. Bila banyak
jawaban Sering (SR) artinya gejala kecemasan yang dialami tinggi. Bila
banyak jawaban Kadang-kadang (KDG) artinya gejala kecemasan yang
kecemasan yang dialami rendah. Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Norma skoring yang dikenakan dalam
pengolahan data yang dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut:
Tabel 1
Norma Skoring Inventori Gejala Kecemasan
Alternatif Jawaban Skor Favourable Skor Unfavourable
Selalu (SL) 4 1
Sering (SR) 3 2
Kadang-kadang (KDG) 2 3
Tidak Pernah (TP) 1 4
Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat
pada kuesioner/inventori gejala kecemasan dengan memilih salah satu
alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang
(√). Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada
masing-masing item. Dengan demikian dapat diketahui tingkat gejala
kecemasan pada subjek penelitian ini. Semakin tinggi jumlah skor yang
diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat gejala kecemasan. Sebaliknya,
semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula
Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017
No Gejala Indikator
buang air besar dan kecil.
4, 9, 12, 44, 47 8
c. Nafsu makan menurun, dan mudah lelah. 7, 10
2. Psikis a. Perasaan akan adanya bahaya, pikiran
b. Perasaan khawatir, rendah diri, tegang,
tidak bisa konsentrasi, ketakutan,
kegelisahan.
nyenyak, terancam, dan kebingungan.
25, 26, 43 30
d. Sering mengalami kesulitan, dan mudah
lupa
27, 28, 42 31
e. Menyontek, dan menyalahkan soalnya
sulit.
33, 34 29
D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.
Data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang
dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek
penelitian (Sugiyono, 2013).
Jenis validitas yang digunakan peneliti adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan validitas yang mengukur relevansi item kuesioner
dengan indikator keperilakuan dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2007).
Untuk menguji validitas instrumen secara empirik digunakan
korelasi Product-Moment dari Pearson, Adapun rumus yang digunakan
sebagai berikut:
Keterangan:
Rxy : korelasi skor-skor butir kuesioner dan total
N : jumlah subjek
X : skor butir kuesioner
XY : hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS
(Statistic Programme for Social Science) versi 16.0. Kriteria perhitungan
koefisien korelasinya ≥ 0,30 maka item yang bersangkutan dinyatakan
valid. Sedangkan jika koefisien korelasinya < 0,30 maka item yang
bersangkutan dinyatakan tidak valid.
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu
Tahun Ajaran 2016/2017
No Gejala Indikator Item
b. Kepala pusing, sakit
perut, sering buang air besar dan kecil
4, 9, 12, 44, 47
8 4, 8, 44 9, 12, 47
c. Nafsu makan menurun,
dan mudah lelah
c. Sering berkeluh kesah,