• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat gejala kecemasan siswa SMPN 2 Cepu sebelum menghadapi ujian nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat gejala kecemasan siswa SMPN 2 Cepu sebelum menghadapi ujian nasional"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT GEJALA KECEMASAN SISWA SMPN 2 CEPU SEBELUM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik Bimbingan Belajar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :

Leonardus Finadhi Adventiawan NIM: 131114016

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

TINGKAT GEJALA KECEMASAN SISWA SMPN 2 CEPU SEBELUM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik Bimbingan Belajar)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :

Leonardus Finadhi Adventiawan NIM: 131114016

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jika Tuhanmu membiarkanmu melakukan apa saja yang engkau

kehendaki, maka Tuhanmu itu adalah engkau. Engkau adalah Tuhan atas dirimu sendiri.”

(St. Yohanes Krisostomus)

Puji dan syukur atas berkat dan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Kuasa,

yang selalu membimbing, mendengarkan doaku maupun keluh kesahku,

memberikan aku motivasi dan semangat untuk senantiasa berusaha lebih, dan

menuntunku disaat aku mulai kehilangan arah sehingga aku dapat kembali lagi ke

jalan yang benar untuk menyelesaikan skripsi ini. Puji Tuhan pada akhirnya aku

bisa melalui dan menyelesaikan skripsiku dengan baik. Skripsiku ini akan aku

persembahkan untuk orang-orang yang sudah membantu, mendukung,

memberikan semangat, dan mendoakanku, yaitu:

Kedua orangtuaku Yacobus Sumaryanto dan Yuliana Soes Endah R. Kakakku Valentinus Fajar Grastiawan dan Adikku Angela Asseta P.

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

TINGKAT GEJALA KECEMASAN SISWA SMPN 2 CEPU SEBELUM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas IX SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik Bimbingan Belajar)

Leonardus Finadhi Adventiawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat gejala kecemasan pada siswa kelas IX SMPN 2 Cepu tahun ajaran 2016/2017 sebelum menghadapi ujian nasional dan implikasinya terhadap usulan topik bimbingan belajar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPN 2 Cepu tahun ajaran 2016/2017 berjumlah 141 siswa.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan metode survey. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Kuesioner gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional yang disusun berdasarkan 2 gejala kecemasan menurut Jeffrey (2005), yaitu: (1) Fisik, dan (2) Psikis. Teknik analisis data yang digunakan mengacu pada konsep kategorisasi menurut Azwar (2007). Tingkat kecemasan digolongkan menjadi 5 kategori, yaitu: “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang”, “rendah”, dan “sangat rendah”. Perhitungan indeks reliabilitas Kuesioner Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian

Nasional ini menggunakan pendekatan Alpha Cronbach (α). Peneliti

menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for Windows, diperoleh perhintungan

koefisien reliabilitas instrumen alpha (α) yaitu 0,913.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 15 (10,6%) siswa yang

mengalami gejala kecemasan “sangat tinggi” sebelum menghadapi ujian nasional,

67 (47,5%) siswa yang mengalami kecemasan dalam kategori “tinggi”, 48

(34,1%) siswa yang mengalami kecemasan dalam kategori “sedang”, 10 (7,1%)

siswa yang mengalami kecemasan dalam kategori “rendah”, dan 1 (0,7%) siswa

yang mengalami kecemasan dalam kategori “sangat rendah”. Hasil penelitian

untuk skor terdapat 1 (2,3%) item yang masuk dalam kategori “sangat tinggi”, 3

(7%) item yang masuk dalam kategori “tinggi”, 23 (53,5%) item yang masuk

dalam kategori “sedang”, 11 (25,6%) item yang masuk dalam kategori “rendah”,

dan 5 (11,6%) item yang masuk dalam kategori “sangat rendah”. Berdasarkan

(9)

ABSTRACT

LEVEL OF ANXIETY SYMPTOMS OF STUDENTS OF STATE JUNIOR HIGH SCHOOL (SMPN) 2 CEPU BEFORE FACING NATIONAL

EXAMINATIONS

(Descriptive Study on IX Graders of SMPN 2 Cepu Class of 2016/2017 and its Implication for Study Guidance Topics Proposal)

Leonardus Finadhi Adventiawan

examinations and its implication for study guidance topics proposal. Subjects of

this research were 141 of IX graders of SMPN 2 Cepu Class of 2016/2017.

This research was a descriptive quantitative research with a survey method. Data collectiong used was the questionnaire of Anxiety Symptoms Before Facing National Examinations compiled based on 2 anxiety symptoms according to Jeffrey (2005), i.e.: (1) Body, and (2) Psyche. Data analysis technique used referred to categorization concepts according to Azwar (2007). Anxiety levels were categorized into 5 categories i.e.: very high, high, medium, low, and very low. Reliability index calculation of this questionnaire of Anxiety Symptoms Before Facing National Examinations used Alpha Cronbach (α) approach, which was 0.913.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

anugerah dan kasihNya yang begitu besar sehingga penyusunan skripsi ini

berjalan dengan lancar dan terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk

melengkapi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Bimbingan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sanata

Dharma.

Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, kesempatan,

bimbingan, tenaga, dan waktu yang telah diberikan oleh berbagai pihak dalam

memperlancar skripsi ini. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Baik secara langsung maupun tidak langsung yang

telah terlibat dalam proses penyusunan karya ilmiah ini. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. sebagai Kepala Program Studi Bimbingan Konseling

Universitas Sanata Dharma.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. sebagai Wakil Ketua Program Studi Bimbingan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Drs. R. Budi Sarwono, M.A sebagai dosen pembimbing yang telah

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMIBING ...Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN...Error! Bookmark not defined. MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN PERSETUJUAN ...Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... vii

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

A. Hakekat Gejala Kecemasan ... 11

1. Definisi Gejala Kecemasan Secara Umum ... 11

2. Gejala-gejala Kecemasan ... 14

4. Faktor-faktor Penyebab Gejala Kecemasan ... 17

5. Jenis-jenis Gejala Kecemasan ... 20

6. Gangguan Gejala Kecemasan ... 22

7. Dampak Gejala Kecemasan ... 24

B. Remaja ... 27

1. Definisi Masa Remaja ... 27

(13)

3. Aspek-Aspek Perkembangan Siswa SMP Sebagai Remaja ... 28

4. Faktor-Faktor Penyebab Siswa SMP Mengalami Gejala Kecemasan ... 29

C. Ujian Nasional ... 30

1. Pengertian Ujian Nasional ... 30

2. Tujuan Ujian Nasional ... 31

3. Penyebab Gejala Kecemasan Siswa Sebelum Menghadapi Ujian Nasional ... 32

4. Upaya-Upaya Mengatasi Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional ... 33

BAB III ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subjek Penelitian ... 37

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 38

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 41

1. Validitas ... 41

2. Reliabilitas ... 43

E. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV ... 50

A. Hasil Penelitian ... 50

1. Tingkat Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017. ... 50

2. Analisis Capaian Skor Butir Gejala Kecemasan dan Usulan Program Bimbingan yang Sesuai ... 51

B. Pembahasan ... 54

1. Tingkat Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 ... 54

2. Indikasi Gejala Kecemasan yang Intens Dialami oleh Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum Menghadapi Ujian Nasional ...55

3. Usulan Topik Bimbingan Belajar Berdasarkan Item-item Gejala Kecemasan yang Memiliki Skor Tinggi ... 60

BAB V ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Keterbatasan Penelitian ... 70

C. Saran ... 70

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Norma Skoring Inventori Gejala Kecemasan ... 39

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Gejala Kecemasan sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...40

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Gejala Kecemasan sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMPN 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...42

Tabel 4 Koefisien Reliabilitas Kuesioner Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional...44

Tabel 5 Kriteria Gulford...44

Tabel 6 Norma Kategorisasi...46

Tabel 7 Norma Kategorisasi Tingkat Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...47

Tabel 8 Norma Kategorisasi Item...48

Tabel 9 Norma Kategorisasi Skor Item Skala Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...49

Tabel 10 Penggolongan Tingkat Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...50

Tabel 11 Penggolongan Total Skor Item Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017...52

Tabel 12 Item-item yang Memiliki Skor Tinggi...53

Tabel 13 Usulan Topik Bimbingan Belajar...61

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian...75

Lampiran 2. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian...76

Lampiran 3. Kuesioner Penelitian...77

Lampiran 4. Contoh Jawaban Kuesioner Penelitian...82

Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian...86

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas...91

(17)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah penentu perkembangan kemajuan suatu bangsa karena

melalui pendidikan dapat dicetak sumber daya manusia yang berkompeten dan

berkualitas. Keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari keberhasilan

pembelajaran yang selama ini diberikan guru terhadap siswanya. Untuk

menilai dan mengukur hasil pembelajaran yang diberikan guru terhadap siswa

diperlukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk menilai dan mengukur seberapa

baik keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil evaluasi

tersebut dapat dilihat melalui capaian ujian nasional yang biasanya

dilaksanakan pada tingkat akhir dalam jenjang pendidikan.

Siswa yang duduk di kelas IX masuk dalam masa remaja. Pada masa ini

siswa dituntut untuk belajar dengan lebih keras dan giat lagi dibandingkan

dengan teman-teman mereka yang masih duduk di kelas VII dan VIII. Siswa

kelas IX mendapatkan perlakuan yang khusus dari guru-guru di sekolah

karena siswa kelas IX memiliki tanggung jawab yang lebih besar bagi dirinya

(18)

diharapkan bisa memuaskan bagi dirinya sendiri, orang tua, dan sekolah. Nilai

Ujian Nasional ini bisa menjadi pemacu semangat belajar siswa sekaligus bisa

menjadi beban yang menghambat siswa karena dihantui target nilai Ujian

Nasional yang dianggap terlalu tinggi, bisa membuat pikiran siswa

dikendalikan oleh gejala kecemasan karena rasa takut tidak mampu memenuhi

target nilai Ujian Nasional.

Anna Freud (Jahja, 2011) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi

proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan

dengan orang tua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita

merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Masa remaja awal dan

akhir dibedakan oleh Hurlock (Jahja, 2011) karena pada masa remaja akhir

individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa

dewasa. Hurlock membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga

16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun).

Freud (Feist, 2010) menjelaskan bahwa gejala kecemasan merupakan

situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik

yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Perasaan

tidak menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi

selalu terasa. Gejala kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum,

dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang

tidak jelas asal maupun wujudnya (Wiramihardja, 2005).

Ujian nasional adalah ujian atau evaluasi belajar yang diadakan oleh

(19)

nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Ujian nasional

dilakukan secara objektif, berkeadilan, dan akuntabel. Hasil ujian nasional

digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu program dan

satuan pendidikan, dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya,

penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan,

dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan (Wibowo, 2012). Ujian nasional ini memiliki

nilai standar rata-rata yang ditetapkan oleh pemerintah dan selalu mengalami

perubahan. Nilai kelulusan ini menentukan kelulusan siswa agar dapat

melanjutkan ke SMA/SMK yang diinginkan.

Fenomena tentang ujian nasional ini masih saja membuat siswa

mengalami gejala kecemasan, karena siswa takut kalau dirinya tidak bisa

mengerjakan soal-soal ujian nasional dengan baik dan lancar. Para siswa

mengaku sangat kecewa karena ditetapkannya standar kelulusan untuk nilai

ujian nasional. Padahal ada diantara siswa yang berprestasi, namun

mempunyai hasil ujian nasional yang kurang sesuai dengan target yang

diinginkan, sehingga siswa tersebut tidak bisa diterima di SMA/SMK yang

diinginkan. Setiap menjelang ujian nasional (UN), sebagian besar siswa sibuk

mempersiapkan diri dalam menghadapi Ujian Nasional. Siswa-siswi terkadang

mengalami rasa cemas karena mereka akan menghadapi bermacam-macam

ujian, mulai dari ujian tertulis, ujian praktek, sampai ujian nasional. Gejala

kecemasan tersebut timbul, karena mereka merasa takut dan terlalu

(20)

kecemasan dapat memecah belah pemikiran seseorang, membagi dua pikiran

seseorang menjadi niat yang baik dan pemikiran-pemikiran yang buruk.

Terkadang seseorang dapat merasa pesimis karena gejala kecemasan. Hal

yang paling mereka takutkan adalah kegagalan (Feriana, 2013).

Banyak siswa yang cerdas, pintar dalam berbagai mata pelajaran, dan

sukses dalam ujian nasional. Namun ada pula siswa yang cerdas dan pintar

dalam mata pelajaran, tetapi merasa pesimis ketika menjelang ujian seperti

mencari bocoran soal, membeli kunci jawaban, dan menerima kunci jawaban

dari sms yang belum tentu benar jawabannya. Sebagian siswa yang lain tidak

tahu dan pasrah dalam kondisi tertekan, menurun daya ingatan, berpikir tidak

terstruktur, dan kusut ingatan pada materi ujian, bayang-bayang akan

kegagalan ujian, pikiran kacau, rasa malu yang berkecambuk, dan takut tidak

dapat menjawab soal ujian dengan benar. Ada pula siswa yang sedih,

menangis, takut, jengkel, tegang, marah, dan kesal karena diberlakukannya

standar dalam ujian yang berubah-ubah. Kondisi psikologis siswa seperti ini

penting untuk mendapatkan pelayanan bimbingan agar dapat sukses dalam

Ujian Nasional (Wibowo, 2012).

Menurut Kemendikbud (2014), peserta UN SMP tahun ajaran 2012/2013

sebanyak 3.667.241 siswa. Sekitar 99.55% siswa dinyatakan lulus dan 16.616

siswa lainnya dinyatakan tidak lulus. Kelulusan tersebut diperoleh dari

penggabungan antara nilai UN murni dengan nilai yang dikirim dari sekolah.

Tingkat kelulusan tahun 2013 ini menurun 0,02% dibanding tahun lalu, yaitu

(21)

ketidaklulusan mencapai di atas 40%. Hasil tersebut tentu kurang memuaskan

karena masih banyak siswa yang tidak lulus UN dan mengalami penyesalan

bagi siswa dan orang tua.

Kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional juga dialami siswa-siswi

di SMP Negeri 2 Cepu. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan siswa

kelas IX di SMP Negeri 2 Cepu yang bernama AL, AL mengalami kecemasan

ketika ujian nasional akan tiba. Gejala kecemasan yang dialami AL

menunjukkan gejala yang bersifat psikis dari kecemasan dengan ciri-ciri, sulit

untuk konsentrasi ketika belajar di rumah maupun di sekolah karena rasa

ketakutan yang begitu besar sehingga dapat menghambat AL untuk fokus

mempersiapkan ujian nasional. AL juga mengatakan bahwa tingginya tuntutan

nilai ujian nasional dari orang tua AL maupun dari tempat AL bersekolah

membuat gejala kecemasan AL semakin bertambah besar. AL mengatakan

bahwa banyak siswa yang berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai ujian

nasional yang tinggi dengan harapan bisa masuk di SMA Negeri 1 Cepu yang

merupakan sekolah favorit di Cepu. SMA ini diperebutkan oleh siswa-siswi

dari 5 SMP yang terdapat di Cepu, bagi siswa yang nilainya pas-pasan tentu

tidak bisa masuk di SMA 1 Cepu karena kuota untuk masuk di SMA ini

sangat terbatas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMP Negeri 2 Cepu,

siswa-siswi SMP Negeri 2 Cepu juga mengalami kegelisahan apabila nantinya

dalam ujian tidak bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan benar dan ketika

(22)

mengerjakan ujian nasional bisa terjadi, karena siswa selalu dihantui dengan

kegagalan. Ketika siswa-siswi mengalami gejala kecemasan yang tinggi saat

ujian nasional tiba, kemungkinan siswa-siswi belum siap untuk mengerjakan

soal-soal ujian nasional. Hal ini dapat berpengaruh pada ujian nasional dan

hasil ujian nasional juga akan berpengaruh bagi mereka untuk masuk ke

SMA/SMK yang diinginkan.

Gejala kecemasan yang dialami oleh siswa kelas IX SMP Negeri 2 Cepu

semakin bertambah ketika mereka mendapatkan kesempatan untuk

melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang baru tahun

2017 ini dilaksanakan di sekolah mereka, dengan kata lain siswa kelas IX

angkatan 2016/2017 menjadi generasi pertama yang melaksanakan Ujian

Nasional Berbasis Komputer di SMP Negeri 2 Cepu. Siswa merasa fasilitas

komputer yang tersedia di sekolah ini masih kurang jika dibandingkan dengan

jumlah peserta UNBK. Untuk mengatasi masalah komputer yang masih

kurang, pihak sekolah meminta ketersediaan dari sebagian siswa untuk

membawa laptop sendiri untuk digunakan dalam pelaksanaan Ujian Nasional

Berbasis Komputer. Selain masalah kurangnya komputer yang akan digunakan

untuk pelaksanaan UNBK, siswa juga mengalami gejala kecemasan yang

disebabkan oleh kekhawatiran siswa mengenai ketersediaan jaringan dalam

UNBK. Siswa takut apabila sedang mengerjakan soal ujian nasional, tiba-tiba

ketersediaan jaringan mengalami masalah atau terputus.

Gejala Kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional yang dialami oleh

(23)

ingin dicapai oleh siswa. Saat ini masih banyak siswa kelas IX SMP Negeri 2

Cepu yang mengalami gejala kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional.

Banyak juga siswa yang mengalami kesulitan untuk fokus terhadap

bahan-bahan yang akan dipakai dalam ujian, sulit untuk konsentrasi, memiliki

perasaan khawatir, gelisah, takut menghadapi ujian, dan mengalami gangguan

pada anggota tubuh (jantung sering berdebar, keringat dingin, mual, pusing,

dan sakit perut).

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, terkait dengan tingkat kecemasan dapat didefinisikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Ada indikasi sebagian siswa kelas IX di SMP 2 Cepu mengalami gejala

kecemasan sebelum menghadapi ujian nasional.

2. Ada indikasi terlalu tingginya tuntutan nilai Ujian Nasional pada siswa.

3. Adanya siswa-siswi yang mengalami kesulitan dalam belajar sebelum

menghadapi ujian nasional.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari luasnya permasalahan yang akan timbul juga untuk

mempermudah pelaksanaan, pengamatan, dan pembahasan, maka dibatasi

permasalahan sebagai berikut: Fokus masalah dalam penelitian ini diarahkan

pada tingkat gejala kecemasan siswa kelas IX SMP 2 Cepu tahun ajaran

(24)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat gejala kecemasan siswa kelas IX SMP 2 Cepu

tahun ajaran 2016/2017 sebelum menghadapi Ujian Nasional?

2. Berdasarkan tingkat gejala kecemasan siswa kelas IX SMP 2 Cepu, usulan

program apa yang dapat membantu mengurangi tingkat gejala kecemasan

siswa kelas IX SMP 2 Cepu sebelum menghadapi Ujian Nasional?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tingkat gejala kecemasan yang dimiliki siswa kelas IX

SMP 2 Cepu tahun ajaran 2016/2017 sebelum menghadapi Ujian Nasional.

2. Membuat usulan program yang sesuai untuk mengurangi tingkat gejala

kecemasan siswa kelas IX SMP 2 Cepu sebelum menghadapi Ujian

Nasional.

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap muncul beberapa manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap

pengembangan pengetahuan mengenai tingkat gejala kecemasan yang

(25)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru BK di kelas IX SMP 2 Cepu.

Hasil penelitian ini dapat menjadi tolak ukur yang dapat digunakan

oleh guru BK untuk melihat seberapa tinggi tingkat gejala kecemasan

yang ada dalam diri siswa kelas IX. Guru BK dapat mengetahui

faktor-faktor yang menjadi penyebab tingginya tingkat kecemasan siswa

kelas IX. Selain itu, Guru BK juga dapat menentukan program

kegiatan bimbingan yang dapat diberikan kepada siswa kelas IX untuk

dapat mengurangi gejala kecemasan dalam diri siswa.

b. Bagi siswa kelas IX SMP 2 Cepu.

Para siswa dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk melihat

seberapa tinggi tingkat gejala kecemasan yang ada dalam diri mereka,

faktor-faktor yang menyebabkan gejala kecemasan, dan memikirkan

kiat-kiat untuk mengatasinya.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan memahami bagaimana tingkat gejala

kecemasan remaja pada siswa kelas IX SMP 2 Cepu tahun ajaran

2016/2017 sebelum menghadapi Ujian Nasional, dan dapat

mengusulkan program bimbingan yang sesuai untuk membantu siswa

kelas IX mengurangi gejala kecemasan yang dimilikinya.

(26)

G. Batasan Istilah

Adapun batasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang

merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal

maupun wujudnya.

2. Masa Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa

kanak-kanak dan dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis,

kognitif, dan sosio-emosional.

3. Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar pendidikan secara nasional

dan persamaan mutu pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat

Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas hasil kajian pustaka mengenai gejala kecemasan

dan remaja yang dapat memperjelas topik penelitian.

A. Hakekat Gejala Kecemasan

1. Definisi Gejala Kecemasan Secara Umum

Gejala kecemasan dalam Bahasa Inggris “anxiety” berasal dari

Bahasa Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti

mencekik. Pada dasarnya, gejala kecemasan merupakan hal wajar yang

pernah dialami oleh setiap manusia. Gejala kecemasan sudah dianggap

sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Gejala kecemasan adalah suatu

perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau

kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya

(Wiramihardja, 2005).

Hilgard menjelaskan bahwa gejala kecemasan adalah emosi yang

tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti

kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang kadang kita alami dalam

tingkat yang berbeda-beda (Sarastika, 2014). Sedangkan Freud

menjelaskan bahwa gejala kecemasan merupakan situasi afektif yang

dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang

(28)

menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit dipastikan, tetapi selalu

terasa (Feist, 2010).

Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fauziah & Widuri, 2007)

gejala kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang

mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai

perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah

dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Gejala

kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun gejala

kecemasan yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan

menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya.

Gejala kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai

ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari

ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman.

Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan

yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan

psikologis (Rochman, 2010).

Lubis (2009) menjelaskan bahwa gejala kecemasan adalah

tanggapan dari sebuah ancaman nyata ataupun khayal. Individu mengalami

gejala kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang.

Kecemasan dialami ketika berpikir tentang sesuatu tidak menyenangkan

yang akan terjadi. Sedangkan Sundari (2004) memahami gejala kecemasan

sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman

(29)

Jeffrey (2005) memberikan pengertian tentang gejala kecemasan

sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan

fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan kekhawatiran

bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Gejala kecemasan adalah rasa

khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Gejala kecemasan juga

merupakan kekuatan yang besar dalam mengerakkan tingkah laku yang

menyimpang ataupun yang mengganggu. Kedua-duanya merupakan

pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap gejala

kecemasan tersebut (Gunarsa, 2008). Sedangkan menurut peneliti, gejala

kecemasan merupakan kekuatan yang menghambat pribadi untuk bisa

melangkah maju, karena besarnya kekuatan pikiran yang mengendalikan

rasa takut sehingga pribadi lebih dominan untuk memilih di zona nyaman,

daripada mencoba untuk melawan rasa takut dan menghilangkan gejala

kecemasan yang dimiliki.

Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala

kecemasan adalah respon psikologis terhadap campuran perasaan dan

emosi yang disebabkan karena kekhawatiran yang tidak jelas dan menekan

kehidupan seseorang. Gejala kecemasan bisa terjadi kepada siapa saja

karena gejala kecemasan merupakan keadaan yang dapat mengganggu

seseorang akibat dari tekanan maupun keadaan yang mengakibatkan

(30)

2. Gejala-gejala Kecemasan

Gejala kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan

karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Individu-individu yang

tergolong normal sering mengalami gejala kecemasan yang nampak,

sehingga dapat dilihat dari gejala-gejala fisik maupun mental. Lebih

terlihat jelas lagi pada individu yang mengidap penyakit mental yang

parah.

Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah: jari tangan

dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing,

nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang

bersifat mental adalah: ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat

memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Sundari,

2004).

Gejala kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya

perasaan takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan

tidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda

pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fauziah & Widuri,

2007) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua emosi yang

berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika

terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak

menimbulkan konflik bagi individu. Sedangkan gejala kecemasan muncul

jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas, atau menyebabkan konflik

(31)

Gejala kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada di

dalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang

nyata. Rochman (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari

kecemasan antara lain:

a. Ada saja hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian

menimbulkan rasa takut dan cemas. Gejala kecemasan tersebut

merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.

b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah

dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, akan tetapi

sering juga dihinggapi depresi.

c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of

persecution (delusi yang dikejar-kejar).

d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah,

banyak berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.

e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan

tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.

Jeffrey (2005) mengklarifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam

dua jenis gejala, diantaranya yaitu:

a. Gejala fisik dari gejala kecemasan yaitu: kegelisahan, angota tubuh

bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang,

merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.

b. Gejala psikis dari gejala kecemasan yaitu: khawatir tentang sesuatu,

(32)

dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera

terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,

pikiran terasa bercampur aduk atau kebinggungan, dan sulit

berkonsentrasi.

3. Proses Terjadinya Gejala Kecemasan

Menurut Stuart (2007), gejala kecemasan dialami secara subjektif

dan dikomunikasikan secara interpersonal. Gejala kecemasan berbeda

dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya,

gejala kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian

tersebut. Gejala kecemasan diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat

gejala kecemasan yang berat dapat tidak sejalan dengan kehidupan dan

dapat menyebabkan kelemahan. Gejala kecemasan pada individu dapat

memberikan motivasi untuk mencapai suatu tujuan dan merupakan sumber

penting dalam usaha untuk memelihara keseimbangan hidup.

Respon fight or flight adalah peringatan atau alarm sebagai

mekanisme pertahanan, maksudnya tubuh akan menghadapi tekanan

tersebut atau akan melarikan diri. Misalnya ketika akan menghadapi ujian

nasional, tubuh akan mengalami reaksi alamiah yang ditandai oleh

keluarnya keringat dingin, rasa takut atau rasa gelisah. Pada beberapa

orang, kondisi ini malah akan mempertajam pikiran sehingga dapat

mencari jalan keluar secara cepat, ini merupakan mekanisme fight.

Sedangkan mekanisme flight adalah suatu perasaan depresi ketika individu

(33)

menghindari atau melarikan diri dari masalah. Mekanisme fight or flight

ini banyak memakan energi, yang diikuti terjadinya kelelahan.

Saat kelelahan dan kehabisan energi individu merasa kurang maksimal

dalam melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga tidak heran bila individu

yang sedang mengalami gejala kecemasan dan stres akan mengalami

gejala nyeri otot dan sendi, sakit kepala, depresi, cemas, dan mudah

tersinggung.

4. Faktor-faktor Penyebab Gejala Kecemasan

Gejala kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu

dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang.

Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya

serangan gejala kecemasan. Ramaiah (2003) ada beberapa faktor yang

menunjukkan reaksi gejala kecemasan, diantaranya yaitu:

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berpikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan

karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu

dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga

individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Gejala kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan

(34)

terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka

waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat

menyebabkan timbulnya gejala kecemasan. Hal ini terlihat dalam

kondisi seperti misalnya kehamilan semasa remaja, dan sewaktu pulih

dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini,

perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan

timbulnya gejala kecemasan.

Zakiah Daradjat (Rochman, 2010) mengemukakan beberapa penyebab

dari gejala kecemasan yaitu:

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang

mengancam dirinya. Gejala kecemasan ini lebih dekat dengan rasa

takut, karena sumbernya terlihat jelas di dalam pikiran.

b. Rasa cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan

hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Gejala

kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental,

yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.

c. Gejala kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa

bentuk. Gejala kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan

tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan

perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian

(35)

Gejala kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan.

Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya,

baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Az-Zahrani

(2005) menyebutkan faktor yang mempengaruhi gejala kecemasan yaitu:

a. Lingkungan keluarga

Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau

penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orang tua

terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta

gejala kecemasan pada anak saat berada di dalam rumah.

b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

gejala kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada

lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu

perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai

penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan

munculnya gejala kecemasan.

Rufaidah (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

gejala kecemasan adalah:

a. Faktor fisik

Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga

(36)

b. Trauma atau konflik

Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu,

dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik

mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya

gejala-gejala kecemasan.

c. Lingkungan awal yang tidak baik

Lingkungan adalah faktor utama yang dapat mempengaruhi gejala

kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik, maka akan

menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala

kecemasan.

5. Jenis-jenis Gejala Kecemasan

Gejala kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati,

perubahan di dalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya

rangsangan dari luar. Pedak (2009) membagi gejala kecemasan menjadi

tiga jenis gejala kecemasan yaitu:

a. Gejala kecemasan rasional

Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang

mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian nasional.

Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari

mekanisme pertahanan dasar kita.

b. Gejala kecemasan irasional

Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi di bawah

(37)

c. Gejala kecemasan fundamental

Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa

dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya

berlanjut. Gejala kecemasan ini disebut sebagai gejala kecemasan

eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan

manusia.

Sedangkan Kartono (2006) membagi gejala kecemasan menjadi dua

jenis gejala kecemasan, yaitu:

a. Gejala kecemasan ringan

Gejala kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan

sebentar dan ringan lama. Gejala kecemasan ini sangat bermanfaat

bagi perkembangan kepribadian seseorang karena gejala kecemasan ini

dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk

mengatasinya. Gejala kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah

suatu gejala kecemasan yang wajar terjadi pada individu akibat

situasi-situasi yang mengancam dan individu tersebut tidak dapat

mengatasinya, sehingga timbul gejala kecemasan. Gejala kecemasan

ini akan bermanfaat bagi individu untuk lebih berhati-hati dalam

menghadapi situasi-situasi yang sama di kemudian hari. Gejala

kecemasan ringan yang lama adalah gejala kecemasan yang dapat

diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi penyebab

munculnya gejala kecemasan, maka gejala kecemasan tersebut akan

(38)

b. Gejala kecemasan berat

Gejala kecemasan berat adalah gejala kecemasan yang terlalu berat dan

berakar secara mendalam dalam diri seseorang. Apabila seseorang

mengalami gejala kecemasan semacam ini maka biasanya individu

tidak dapat mengatasinya. Gejala kecemasan ini mempunyai akibat

menghambat atau merugikan perkembangan kepribadian seseorang.

Gejala kecemasan ini dibagi menjadi dua yaitu: gejala kecemasan berat

yang sebentar dan lama. Gejala kecemasan yang berat tetapi

munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis pada individu jika

menghadapi situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya

gejala kecemasan. Sedangkan gejala kecemasan yang berat tetapi

munculnya lama akan merusak kepribadian individu. Hal ini akan

berlangsung secara terus-menerus selama bertahun-tahun dan dapat

merusak proses pemikiran individu. Gejala kecemasan yang berat dan

lama akan menimbulkan penyakit darah tinggi.

6. Gangguan Gejala Kecemasan

Gangguan gejala kecemasan merupakan suatu gangguan yang

memiliki ciri gejala kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga

irasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dengan cara-cara

yang jelas. Fauziah & Widuri (2007) membagi gangguan gejala

(39)

a. Fobia spesifik

Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau

antisipasi terhadap objek atau situasi yang spesifik.

b. Fobia sosial

Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya

berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari

situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik yang membuatnya

merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda

gejala kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.

c. Gangguan panik

Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang

spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada

gangguan panik antara lain: sulit bernafas, jantung berdetak kencang,

mual, rasa sakit di dada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang

penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu merasa

setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya kematian atau

kecacatan.

d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)

Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang

berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom

somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan

sosial atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres yang

(40)

Sedangkan Wiramihardja (2005) membagi gangguan gejala

kecemasan yang terdiri dari:

a. Panic disorder

Panic disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan

panik yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi

orang lain bukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom

yang menandakan kondisi panik tersebut, yaitu: nafas yang pendek,

palpilasi (mulut yang kering) atau justru kerongkongan yang tidak bisa

menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.

b. Agrophobia

Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi di mana

ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik

maupun psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki

agrophobia takut pada kerumunan dan tempat-tempat umum.

7. Dampak Gejala Kecemasan

Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun

situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini

tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya,

emosi ini menjadi tidak adaptif. Gejala kecemasan yang berlebihan dapat

mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh, bahkan

dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Howard, 2004).

Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari gejala kecemasan

(41)

a. Simtom suasana hati

Individu yang mengalami gejala kecemasan memiliki perasaan akan

adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber

tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami gejala

kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan

sifat mudah marah.

b. Simtom kognitif

Gejala kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan

pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang

mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan

masalah-masalah nyata yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau

belajar secara efektif, dan pada akhirnya individu merasa lebih cemas.

c. Simtom motorik

Orang-orang yang mengalami gejala kecemasan sering merasa tidak

tenang, gugup, kegiatan motorik menjadi tanpa arti dan tujuan,

misalnya: jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap

suara yang muncul secara tiba-tiba. Simtom motorik merupakan

gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan

merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang

dirasanya mengancam. Gejala kecemasan akan dirasakan oleh semua

orang, terutama jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.

Menurut Ramaiah (2005) gejala kecemasan biasanya dapat

(42)

a. Kepanikan yang amat sangat yang menyebabkan kesulitan dalam

menyesuaikan diri dengan situasi.

b. Tidak bisa menghindari resiko yang akan diterima dan tidak memiliki

kemampuan untuk mencegah resiko yang akan diterima dari tindakan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa gejala

kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi yang sangat

mengancam karena adanya ketidakpastian di masa mendatang serta

ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Gejala kecemasan

tersebut ditandai dengan adanya beberapa gejala yang muncul seperti

kegelisahan, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,

merasa tidak aman, sulit untuk berkonsentrasi, dan merasa tidak

mampu untuk mengatasi masalah. Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah: gejala kecemasan timbul karena individu

melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya, gejala kecemasan

juga terjadi karena individu merasa berdosa atau bersalah karena

melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati

nurani.

Dari beberapa gejala, faktor, dan definisi di atas, gejala kecemasan

ini termasuk dalam jenis gejala kecemasan rasional, karena gejala

kecemasan rasional merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek

yang memang mengancam. Adanya berbagai macam gejala kecemasan

yang dialami individu dapat menyebabkan adanya gangguan-gangguan

(43)

suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi

terhadap objek atau situasi yang spesifik. Sehingga dapat

menyebabkan adanya dampak dari gejala kecemasan yang berupa

simtom kognitif, yaitu gejala kecemasan dapat menyebabkan

kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang

tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak

memperhatikan masalah-masalah nyata yang ada, sehingga individu

sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan pada akhirnya

individu merasa lebih cemas.

B. Remaja

1. Definisi Masa Remaja

Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang masa remaja, seperti

DeBrun mendefinisikan masa remaja sebagai periode pertumbuhan antara

masa kanak-kanak dan dewasa (Jahja, 2011).

Menurut Papalia dan Olds masa remaja adalah masa transisi

perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya

dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan

tahun atau awal dua puluhan tahun (Jahja, 2011).

2. Tugas Perkembangan Siswa SMP Sebagai Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu ialah masa

remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

(44)

William Kay (Jahja, 2011) mengemukakan tugas-tugas perkembangan

remaja itu sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur

yang mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan

belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara

individual maupun kelompok.

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas

dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup.

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

3. Aspek-Aspek Perkembangan Siswa SMP Sebagai Remaja

a. Perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak,

kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Perubahan pada tubuh

ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan

tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi

(Papalia dan Olds, dalam Jahja, 2011).

b. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti

(45)

bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi

dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang

semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk

berpikir abstrak. Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang

dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan

datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan

konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang

dapat membahayakan dirinya (Jahja, 2011).

c. Perkembangan kepribadian dan sosial menurut Conger dan Papalia dan

Olds mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan

sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang

berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi

sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang

menarik, musik, atau film apa yang bagus (Jahja, 2011).

4. Faktor-Faktor Penyebab Siswa SMP Mengalami Gejala Kecemasan Yuniati (2009) mengatakan bahwa faktor gejala kecemasan

sebelum menghadapi ujian nasional bisa disebabkan oleh kondisi dan

situasi ujian saat itu, meskipun materi pelajaran yang akan diujikan telah

dikuasai. Selain itu juga bisa disebabkan karena waktu yang terbatas,

tingkat kesulitan materi ujian, instruksi tes, bentuk pertanyaan dan hal-hal

teknis lainnya. Gejala kecemasan ini juga akan semakin meningkat melihat

banyaknya siswa dan siswi yang tidak lulus dalam ujian nasional atau

(46)

Faktor lain yang menyebabkan timbulnya perasaan cemas adalah

kurangnya kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan yang ia miliki.

Karena itu, banyak siswa yang merasa pesimis. Sebenarnya siswa mampu

mengerjakan soal dan mendapatkan nilai yang memuaskan, namun karena

kurangnya kepercayaan diri, sehingga mereka malah menyontek dan

melakukan hal-hal curang lainnya yang terkadang membuat mereka gagal.

Seharusnya siswa tidak perlu merasa cemas menghadapi ujian nasional.

Sebab dengan belajar tekun dan giat, berlatih mengerjakan soal-soal ujian

nasional tahun sebelumnya dan berdoa, siswa akan mampu menyelesaikan

soal-soal ujian nasional dengan baik dan mendapatkan hasil yang

memuaskan.

C. Ujian Nasional

1. Pengertian Ujian Nasional

Ujian Nasional adalah sistem evaluasi standar pendidikan secara

nasional dan persamaan mutu pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh

Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Ujian Nasional

menurut Wibowo (2012) adalah evaluasi belajar yang diadakan oleh

Kemendiknas untuk mengukur dan menilai kompetensi peserta didik

secara nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan

pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Ujian Nasional adalah

sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional

(47)

sebagai pemetaan masalah pendidikan dalam rangka menyusun kebijakan

pendidikan nasional.

2. Tujuan Ujian Nasional

Pelaksanaan UN Tahun 2016 mengacu pada Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2015

tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah Melalui Ujian Nasional,

dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan Melalui Ujian

Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan pada SMP/MTs atau yang

sederajat dan SMA/MA/SMK atau yang sederajat dan Peraturan Badan

Standar Nasional Pendidikan Nomor: 0034/P/BSNP/XII/2015 tentang

Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Ujian Nasional Tahun

Pelajaran 2015/2016.

Adapun tujuan pelaksanaan ujian nasional yaitu:

1. UN merupakan amanah Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional dan amanah PP 19/2005 yang

direvisi menjadi PP 32/2013 dan PP 13/2015 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

2. UN sebagai sub-sistem penilaian dalam Standar Nasional Pendidikan

(SNP) menjadi salah satu tolak ukur pencapaian SNP dalam rangka

(48)

3. Penyebab Gejala Kecemasan Siswa Sebelum Menghadapi Ujian Nasional

Wibowo (2012) mengemukakan penyebab gejala kecemasan siswa

sebelum menghadapi ujian nasional, yaitu:

a. Tidak menguasai materi pembelajaran yang akan digunakan dalam

Ujian Nasional. Siswa merasa kesulitan dalam mempelajari mata

pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional.

b. Tidak percaya diri, tidak siap, dan tidak bisa menghadapi kenyataan.

Akibat dari kesulitan dalam mempelajari mata pelajaran yang diujikan

dalam ujian nasional siswa menjadi tidak percaya diri, tidak siap, dan

tidak bisa menghadapi kenyataan bahwa siap atau tidak siap siswa

harus menempuh ujian nasional sebagai syarat kelulusan.

c. Tidak memiliki kesiapan mental dan fisik dalam menghadapi ujian

nasional. Siswa merasa bahwa dirinya tidak siap dalam mengikuti

ujian nasional, sehingga ketika mendengar kata ujian siswa langsung

stres dan mengakibatkan kepalanya pusing atau perutnya menjadi

sakit.

d. Menganggap bahwa ujian nasional adalah merupakan hal yang

menakutkan. Siswa menjadi takut dengan ujian nasional karena cara

berpikir siswa yang salah dengan menganggap bahwa ujian nasional

itu menakutkan. Akibatnya siswa menjadi menjauh karena rasa takut

yang dimiliki.

e. Pembelajaran di sekolah dianggap belum mencukupi untuk membekali

(49)

untuk membekali dirinya dengan mengikuti bimbingan belajar di luar

jam sekolah dengan harapan bisa semakin menguasai materi dalam

ujian nasional.

f. Hasil ujian nasional akan menentukan kualitas sekolah lanjutan siswa.

Siswa dituntut untuk memiliki nilai ujian nasional yang tinggi,

sehingga siswa bisa mendapatkan sekolah favorit di daerahnya. Selain

itu, hasil ujian nasional yang tinggi dapat memacu semangat belajar

siswa untuk terus berprestasi sehingga siswa mampu bersaing dengan

siswa yang lain dalam memperebutkan kursi di sekolah lanjutan favorit

yang menjadi pilihannya.

4. Upaya-Upaya Mengatasi Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional

Upaya-upaya mengatasi gejala kecemasan sebelum menghadapi ujian

nasional pada siswa yaitu dengan pendekatan sosial, pendekatan

psikologis, dan pendekatan edukatif.

a. Pendekatan sosial (peran orang tua)

Menurut Feriana (2013), untuk membantu anak-anak mengelola

kondisi psikologisnya ketika sebelum menghadapi ujian nasional,

orang tua dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:

1) Tidak berlebihan menekan anak saat belajar. Hal ini dapat

dilakukan agar anak tidak semakin takut dan tegang ketika

mempersiapkan ujian.

(50)

3) Membantu anak untuk berpikir bahwa ujian adalah hal yang

terpenting tapi bukan tidak mungkin dapat dilewati. Pemikiran

anak yang berlebihan terhadap ujian adalah salah satu penyebab

anak merasa tegang sehingga pelajaran yang semula dipahami

hilang secara tiba-tiba saat berada di ruang ujian.

4) Berikan dukungan sosial pada anak dan tanamkan pemikiran

positif pada anak bahwa ia dapat menghadapi ujian dengan baik

tanpa harus merasa khawatir berlebihan.

5) Mengajak anak untuk beribadah dan berdoa bersama agar semakin

tenang ketika sebelum menghadapi ujian. Ketika waktu belajar

pun, orang tua dapat mengajarkan dan melantumkan doa sebelum

belajar bersama dengan anak.

b. Pendekatan psikologis (siswa)

Menurut Feriana (2013), ada 10 upaya-upaya sebelum menghadapi

ujian nasional:

1) Penguasaan materi pembelajaran.

2) Meningkatkan rasa percaya diri.

3) Meningkatkan konsentrasi belajar.

4) Mengembangkan disiplin diri dalam belajar.

5) Hidup teratur agar berhasil dalam menghadapi ujian nasional.

6) Mengelola waktu belajar secara efektif dan efisien.

7) Meningkatkan produktivitas belajar sebelum menghadapi ujian

(51)

8) Ketekunan dalam belajar.

9) Motivasi diri untuk berhasil dalam ujian nasional.

10) Bersikap positif terhadap ujian nasional.

c. Pendekatan edukatif (peran guru)

Menurut Feriana (2013), upaya-upaya mengatasi gejala kecemasan

sebelum menghadapi ujian nasional yaitu:

1) Menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

2) Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai kegiatan “game”

atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana

kelas sedang tidak kondusif.

3) Sewaktu-waktu mengajak siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran di luar kelas, sehingga siswa tidak merasa bosan.

4) Memberikan materi dan tugas-tugas, khususnya untuk persiapan

ujian nasional.

5) Menggunakan pendekatan humanistik dalam mengelola kelas.

Guru dan siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang baik.

6) Guru menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan sosok

yang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati, dan dapat

diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.

7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian

diri (self assessment) atas tugas dan pekerjaan yang telah

(52)

8) Pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk

kepentingan pembelajaran siswa.

(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini membahas metodologi penelitian, yaitu: jenis penelitian, subyek

penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas

instrumen, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan metode survey. Metode survey digunakan untuk mendapatkan

data dari siswa kelas IX SMP Negeri 2 Cepu secara alamiah dengan bantuan

kuesioner (Sugiyono, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan memberikan

kuesioner tentang gejala kecemasan siswa kelas IX sebelum menghadapi ujian

nasional ke 4 kelas, yaitu kelas IX B, IX C, IX D, dan IX E sejumlah 141

siswa untuk memperoleh data tentang tingkat gejala kecemasan siswa kelas IX

SMP 2 Cepu sebelum menghadapi Ujian Nasional tahun ajaran 2016/2017

sehingga dapat ditentukan pula program yang dapat membantu mengurangi

gejala kecemasan siswa yang sesuai.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMP 2 Cepu yang terdiri

dari 4 kelas, yaitu kelas IX B, IX C, IX D, dan IX E sejumlah 141 siswa dari

total jumlah siswa kelas IX SMP 2 Cepu sejumlah 252 siswa. Pemilihan 141

siswa sebagai subjek penelitian menggunakan teknik simple random sampling

(54)

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang

disusun oleh peneliti menggunakan teknik penyusunan skala likert. Kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan

seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2013).

Item-item dalam kuesioner ini dibuat berdasarkan 2 gejala kecemasan

yaitu fisik, dan psikis menurut Jeffrey (2005) yang dibagi ke dalam 2

pernyataan, yaitu: pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negatif

(unfavourable) yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dan

reliabel tentang variabel yang diukur (Sugiyono, 2013). Pernyataan positif

(favourable) merupakan konsep perilaku yang sesuai atau menggambarkan

suatu keadaan cemas yang dirasakan siswa sebelum menghadapi ujian

nasional. Sedangkan pernyataan negatif (unfavourable) yaitu konsep perilaku

yang tidak sesuai/tidak menggambarkan suatu keadaan cemas yang dirasakan

siswa sebelum menghadapi ujian nasional.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk model

skala likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban, yaitu Selalu (SL), Sering

(SR), Kadang-kadang (KDG), dan Tidak Pernah (TP). Bila banyak jawaban

Selalu (SL) artinya gejala kecemasan yang dialami sangat tinggi. Bila banyak

jawaban Sering (SR) artinya gejala kecemasan yang dialami tinggi. Bila

banyak jawaban Kadang-kadang (KDG) artinya gejala kecemasan yang

(55)

kecemasan yang dialami rendah. Skala Likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

fenomena sosial (Sugiyono, 2013). Norma skoring yang dikenakan dalam

pengolahan data yang dihasilkan instrumen ini ditentukan sebagai berikut:

Tabel 1

Norma Skoring Inventori Gejala Kecemasan

Alternatif Jawaban Skor Favourable Skor Unfavourable

Selalu (SL) 4 1

Sering (SR) 3 2

Kadang-kadang (KDG) 2 3

Tidak Pernah (TP) 1 4

Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat

pada kuesioner/inventori gejala kecemasan dengan memilih salah satu

alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang

(√). Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada

masing-masing item. Dengan demikian dapat diketahui tingkat gejala

kecemasan pada subjek penelitian ini. Semakin tinggi jumlah skor yang

diperoleh, maka semakin tinggi pula tingkat gejala kecemasan. Sebaliknya,

semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula

(56)

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa SMP Negeri 2 Cepu Tahun Ajaran 2016/2017

No Gejala Indikator

buang air besar dan kecil.

4, 9, 12, 44, 47 8

c. Nafsu makan menurun, dan mudah lelah. 7, 10

2. Psikis a. Perasaan akan adanya bahaya, pikiran

b. Perasaan khawatir, rendah diri, tegang,

tidak bisa konsentrasi, ketakutan,

kegelisahan.

nyenyak, terancam, dan kebingungan.

25, 26, 43 30

d. Sering mengalami kesulitan, dan mudah

lupa

27, 28, 42 31

e. Menyontek, dan menyalahkan soalnya

sulit.

33, 34 29

(57)

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi

pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.

Data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang

dilaporkan peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

penelitian (Sugiyono, 2013).

Jenis validitas yang digunakan peneliti adalah validitas isi.

Validitas isi merupakan validitas yang mengukur relevansi item kuesioner

dengan indikator keperilakuan dan dengan tujuan ukur (Azwar, 2007).

Untuk menguji validitas instrumen secara empirik digunakan

korelasi Product-Moment dari Pearson, Adapun rumus yang digunakan

sebagai berikut:

Keterangan:

Rxy : korelasi skor-skor butir kuesioner dan total

N : jumlah subjek

X : skor butir kuesioner

XY : hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS

(Statistic Programme for Social Science) versi 16.0. Kriteria perhitungan

(58)

koefisien korelasinya ≥ 0,30 maka item yang bersangkutan dinyatakan

valid. Sedangkan jika koefisien korelasinya < 0,30 maka item yang

bersangkutan dinyatakan tidak valid.

Tabel 3

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian Nasional pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Cepu

Tahun Ajaran 2016/2017

No Gejala Indikator Item

b. Kepala pusing, sakit

perut, sering buang air besar dan kecil

4, 9, 12, 44, 47

8 4, 8, 44 9, 12, 47

c. Nafsu makan menurun,

dan mudah lelah

c. Sering berkeluh kesah,

Gambar

Tabel 1  Norma Skoring Inventori Gejala Kecemasan
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Gejala Kecemasan Sebelum Menghadapi Ujian
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Kuesioner Gejala Kecemasan Sebelum
Tabel 5 kriteria Gulford
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini akan diuji mengenai kebenaran hipotesis melalui pengumpulan data di lapangan, dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui mengetahui pengaruh auditor

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji ulang penelitian saat ini dan penelitian sebelumnya dengan menggunakan variabel persepsi kualitas, harapan pelanggan, nilai

Media tanam paling baik terhadap pertumbuhan vegetatif bibit anggrek bulan adalah media tanam kadaka, sedangkan konsnetrasi pupuk daun yang paling baik adalah K 2

Hal tersebut dapat meningkatkan aspek – aspek loyalitas kerja seperti membentuk sikap tanggung jawab karyawan, meningkatkan kualitas sikap kerja didalam perusahaan,

pada tanaman disebabkan karenapupuk kandang ayam dan kompos tandan kososng kelapa sawit (TKKS) kaya bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mampu

Pengajian ini menjadi salah satu bentuk dakwah yang paling sering dilakukan pada masyarakat di Simpang Yul. Dikarenakan dakwah dengan cara ini dirasa paling mudah dilakukan dan

Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu

BBB→Efek utang yang beresiko investasi cukup rendah didukung oleh kemampuan obligor yang memadai untuk memenuhi kewajiban financial sesuai dengan perjanjian namun