ABSTRAK
Helen Puspitaningrum. 2016. “Perencanaan Guru dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar Fisika dan Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Perencanaan dan Pembelajaran Fisika Kelas XI IPA (Studi Kasus di SMA X Yogyakarta)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana guru melakukan perencanaan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran fisika; (2) Mengetahui bagaimana guru merencanakan kegiatan pembelajaran fisika dalam menerapkan kegiatan-kegiatan saintifik; (3) Mengetahui apakah rencana pembelajaran yang disusun digunakan secara efektif dalam pembelajaran.
Penelitian dilaksanakan di SMA X Yogyakarta, yang dilaksanakan pada bulan Maret- Mei 2015. Subyek penelitian adalah guru fisika di SMA X Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari rekaman video observasi dan wawancara serta
fieldnotes.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Guru merencanakan pembelajaran pada bagian tujuan, sumber, metodologi, dan asesmen sudah baik dan sesuai dengan deskripsi bagian perencanaan yang dipaparkan oleh Cruishank sedangkan pada bagian membentuk induksi, penutup dan refleksi perencanaan guru kurang baik (2) Dalam perencanaannya guru sudah baik dalam merancang kegiatan yang menyentuh bagian-bagian dalam pembelajaran saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (3) Bagian perencanaan yang benar diaplikasikan guru saat pembelajaran adalah bagian sumber, metodologi, dan asesmen sedangkan bagian tujuan, membentuk induksi, penutup dan refleksi guru kurang mengaplikasikan dalam pembelajaran fisika.
ABSTRACT
Helen Puspitaningrum. 2016. "Master Planning in Physics Teaching and Learning Process and Implementation of Scientific Approaches in Planning and Learning Process of Physics Subject in XI Grade of Science Class (A Case Study in Yogyakarta X High School)". Thesis. Physics Education Study Program. Department of Math and Science. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aims to: (1) Knowing how the teachers do lesson planning in physics learning activities; (2) Knowing how the teachers do plan learning activities physics in applying scientific activities; (3) Determine whether lesson plans drafted used effectively in learning.
The research was conducted in the Yogyakarta X High School, in March-May 2015. The subjects was physics teacher at the high school X Yogyakarta. This study is a qualitative research, with data collection instruments consist of video recording observations and interviews as well as fieldnotes.
PERENCANAAN GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR FISIKA DAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PERENCANAAN DAN PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI IPA SMA
(STUDI KASUS DI SMA X YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Helen Puspitaningrum (111424010)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
PERENCANAAN GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR FISIKA DAN IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PERENCANAAN DAN PEMBELAJARAN FISIKA KELAS XI IPA SMA
(STUDI KASUS DI SMA X YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Helen Puspitaningrum (111424010)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu”
(Ratapan 3:22-23)
Karyaku ini ku persembahkan untuk:
Memuji dan memuliakan namaMu Tuhan yang selalu menyertai kehidupanku
Almarhum Ibuku yang selalu memberi semangat dan contoh yang baik padaku
Bapak Syamsu dan Ibu Suprapti, terimakasih sudah menjadi orang tuaku yang
selalu mendukung dan menyayangiku.
Kakak-kakak dan saudaraku
Teman-teman terkasih
ABSTRAK
Helen Puspitaningrum. 2016. “Perencanaan Guru dalam Proses Kegiatan Belajar Mengajar Fisika dan Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Perencanaan dan Pembelajaran Fisika Kelas XI IPA (Studi Kasus di SMA X Yogyakarta)”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana guru melakukan perencanaan pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran fisika; (2) Mengetahui bagaimana guru merencanakan kegiatan pembelajaran fisika dalam menerapkan kegiatan-kegiatan saintifik; (3) Mengetahui apakah rencana pembelajaran yang disusun digunakan secara efektif dalam pembelajaran.
Penelitian dilaksanakan di SMA X Yogyakarta, yang dilaksanakan pada bulan Maret- Mei 2015. Subyek penelitian adalah guru fisika di SMA X Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan instrumen pengumpulan data terdiri dari rekaman video observasi dan wawancara serta
fieldnotes.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa: (1) Guru merencanakan pembelajaran pada bagian tujuan, sumber, metodologi, dan asesmen sudah baik dan sesuai dengan deskripsi bagian perencanaan yang dipaparkan oleh Cruishank sedangkan pada bagian membentuk induksi, penutup dan refleksi perencanaan guru kurang baik (2) Dalam perencanaannya guru sudah baik dalam merancang kegiatan yang menyentuh bagian-bagian dalam pembelajaran saintifik yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (3) Bagian perencanaan yang benar diaplikasikan guru saat pembelajaran adalah bagian sumber, metodologi, dan asesmen sedangkan bagian tujuan, membentuk induksi, penutup dan refleksi guru kurang mengaplikasikan dalam pembelajaran fisika.
ABSTRACT
Helen Puspitaningrum. 2016. "Master Planning in Physics Teaching and Learning Process and Implementation of Scientific Approaches in Planning and Learning Process of Physics Subject in XI Grade of Science Class (A Case Study in Yogyakarta X High School)". Thesis. Physics Education Study Program. Department of Math and Science. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This study aims to: (1) Knowing how the teachers do lesson planning in physics learning activities; (2) Knowing how the teachers do plan learning activities physics in applying scientific activities; (3) Determine whether lesson plans drafted used effectively in learning.
The research was conducted in the Yogyakarta X High School, in March-May 2015. The subjects was physics teacher at the high school X Yogyakarta. This study is a qualitative research, with data collection instruments consist of video recording observations and interviews as well as fieldnotes.
The results showed: (1) Teachers plan learning at the destination, source, methodology, and assessment is good and fits the description of the planning department presented by Cruishank while in the form of induction, closing and reflection teacher planning less well (2) In planning the teachers already in the design activities touching parts in the learning of scientific: to observe, to question, to try, to associate and communicate (3) Part of planning is really applied a teacher while learning is part of the source, methodology and assessment while the goal, forming induction, cover and reflections of teachers less apply in learning physics.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
penyertaan dan tuntunan yang telah dicurahkanNya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih, kepada :
1. Dr. Ignatius Edi Santosa, M. S., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika dan Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Rohandi, Ph. D., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, membimbing, mmemberi masukan dan saran yang
bermanfaat bagi penyusunan skripsi.
3. SMA Pangudi Luhur Sedayu dan Bapak Pur, yang telah memberikan
kesempatan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian.
4. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma, khususnya Program Studi
Pendidikan Fisika yang banyak berperan dalam proses belajar penulis dan
5. Seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam atas segala informasi dan pelayanan yang diberikan.
6. Keluargaku Bapak Syamsu dan Ibu Suprapti untuk dukungan bagi penulis
baik moril maupun materil dan atas untaian doa yang indah selama penulis
menjalani studi di Yogyakarta.
7. Keluarga besar Pujo Hartono, untuk segala doa dan dukungan yang
diberikan kepada penulis.
8. Kakak-kakakku, mas anto, mas eko, mbak siska, mbak etik terimakasih
sudah memberikan semangat yang luar biasa.
9. Sahabatku Bambang yang selalu memberi semangat dan dukungan.
10.Teman-temanku Indah, Hesti, Anggi, Maria, Ocha, Jenny, Johan, dan
teman-teman pendidikan fisika 2011 untuk setiap semangat dan bantuan
yang diberikan kepada penulis.
11.Keluargaku di jogja mbak sum, monik, mbak iik, mbak ori, mbak agnes,
epong, mbak seli, mbak angel, mbak cila, cece, dan yesi terimakasih untuk
semangat dan canda tawa selama peneliti berada di Yogyakarta.
12.Teman-temanku di lampung terimakasih untuk semangat yang diberikan.
13.Semua pihak yang tidak dapat sebutkan satu per satu.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan
dan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... ...xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI A. Perencanaan Pembelajaran ... 5
1. Perencanaan Pembelajaran ... 5
2. Pengertian Pembelajaran Fisika ... 5
3. Fungsi dan Manfaat Perencanaan Pembelajaran ... 8
4. Tujuan dari Perencanaan Pembelajaran ... 9
5. Bagian-bagian Perencanaan Pembelajaran ... 13
B. Pendekatan Saintifik... 18
1. Pengertian Pendekatan Saintifik ... 18
Pendekatan Saintifik... 22
4. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30
1. Tempat Penelitian... 30
2. Waktu Penelitian ... 30
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 30
1. Subyek Penelitian ... 30
2. Obyek Penelitian ... 30
D. Instrumen Penelitian... 30
1. Instrumen Wawancara ... 31
2. Instrumen Observasi Perencanaan Pembelajaran... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 34
1. Observasi ... 35
2. Wawancara ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 35
G. Pelaksaan Penelitian ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data ... 40
1. Pelaksanaan Penelitian ... 40
2. Data Penelitian ... 41
B. Analisis dan Pembahasan ... 42
1. Analisis ... 43
2. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ke Sekolah ... 69
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan ilmiah (scientific approach) atau dikenal dengan
pendekatan saintifik, merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
Pendekatan saintifik sangat erat dengan beberapa kegiatan, seperti
kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Proses pembelajaran fisika
selalu erat dengan eksperimen, dalam kegiatan eksperimen selalu ada
kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan sehingga fisika sebaiknya
mengimplementasikan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran
fisika Guru berperan penting agar kegiatan-kegiatan dalam proses
pembelajaran mengimplementasikan pendekatan saintifik. Peran guru ini
dapat dilihat dari perencanaan guru tersebut terhadap proses pembelajaran
fisika yang dapat dilihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat untuk memudahkan guru
karena cukup banyak materi pembelajaran fisika yang harus disampaikan
dalam waktu tertentu misalnya satu semester guru harus menyampaikan
materi-materi yang ada di satu semester tersebut. Selain itu dengan
merancang kegiatan pembelajaran, guru juga berusaha mengetahui
untuk berpikir dan melakukan aktivitas umpan balik, dan menempatkan
siswa sebagai subjek yang memiliki kemampuan untuk dikembangkan.
Iklim yang mendukung dan menyenangkan untuk belajar, akan membuat
siswa merasa aman, nyaman, gembira, dan menyenangkan dalam belajar,
sehingga lebih memungkinkan berkembang sesuai kebutuhannya. Dengan
dibuatnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guru dapat terbantu
dalam mengalokasikan waktu agar materi-materi yang akan disampaikan
kepada siswa dapat tersampaikan dengan tepat, selain itu guru dengan
mudah mengikuti kegiatan-kegiatan yang tertulis di Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) selama proses pembelajaran fisika. Pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) juga terdapat tujuan yang harus tercapai
untuk setiap pertemuan. Dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
proses pembelajaran dapat berjalan tepat waktu dan sesuai dengan yang
diharapkan oleh guru atau bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Kenyataannya banyak guru membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tidak sesuai dengan tujuan dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yaitu untuk pedoman guru dalam mengajar melainkan
untuk melengkapi data-data administrasi sekolah. Kenyataan diatas
didukung juga dengan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di
sebuah sekolah X yang ada di Yogyakarta dan mendapatkan hasil bahwa
fisika. Alasannya adalah karena Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
hanya untuk melengkapi berkas administrasi sekolah yang dibuat setiap
satu tahun sekali dan menurut para guru Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) tidak efektif dan efisien karena dibuat diawal tahun
atau awal semester.
Melihat kenyataan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
kurang efektif dan efisien bagi guru sebagai pedoman dalam perencanaan
pembelajaran, peneliti melakukan studi kasus mengenai bagaimana
kegiatan perencanaan guru dalam proses pembelajaran fisika dan apakah
perencanaan yang dilakukan oleh guru dapat mengimplementasikan
kegiatan saintifik dalam proses pembelajaran fisika.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana guru merencanakan pembelajaran yang akan dilakukan ?
2. Apakah guru merencanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran fisika
yang menerapkan pendekatan saintifik?
3. Apakah rencana pembelajaran yang disusun digunakan secara efektif
dalam pembelajaran fisika?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana guru melakukan perencanaan pembelajaran
2. Mengetahui bagaimana guru merencanakan kegiatan pembelajaran
fisika dalam menerapkan kegiatan-kegiatan saintifik.
3. Mengetahui apakah rencana pembelajaran yang disusun digunakan
secara efektif dalam pembelajaran.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara
lain:
1. Bagi Peneliti
a. Peneliti mendapatkan pengalaman langsung dalam menganalisis
kegiatan-kegiatan dalam perencanaan pembelajaran apakah sudah
mengimplementasikan pendekatan saintifik.
b. Peneliti kelak jika sudah menjadi guru dapat merencanakan
kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran yang mengaplikasikan
pendekatan saintifik.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi guru dalam melakukan
perencanaan pembelajaran dengan mengimplementasikan pendekatan
saintifik.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pembaca yang akan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perencanaan Pembelajaran Fisika 1. Pengertian Perencanaan
Menurut kamus bahasa Indonesia, perencanaan diambil dari kata
rencana yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang hendak dikerjakan.
Jadi, perencanaan adalah proses atau perbuatan untuk merancang sesuatu
yang hendak dikerjakan. Menurut Majid, (2009) perencanaan adalah
menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Perencanaan tersebut dapat disusun berdasarkan
kebutuhan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat
perencanaan. Namun yang lebih utama adalah perencanaan yang dibuat
harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan tepat sasaran. Hal yang senada
diungkapkan oleh Hadari Hawawi (dalam Abdul Majid, 2009: 16) bahwa
perencanaan berarti menyusun langkah-langkah penyelesaian suatu masalah
atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada pencapaian tujuan
tertentu.
2. Pengertian Pembelajaran Fisika
Kata pembelajaran menurut Ahmad Susanto (2013), merupakan
perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara
secara instruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah pembelajaran adalah
ringkasan dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran
adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar, proses belajar
mengajar atau kegiatan belajar mengajar.
Belajar menurut R. Gagne (dalam Susanto, 2013:1) adalah suatu
proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu
kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa
dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Bagi Gagne, belajar
dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu, Gagne
juga menekankan bahwa belajar merupakan suatau upaya untuk
memperoleh pengetahuan atau ketrampilan melalui instruksi.
Senada dengan Gagne, Harold Spears (dalam Siregar, 2010:4)
menyatakan bahwa belajar “learning is to observe, to read, to imitate, to try something them selves, to listen, to follow direction” yang berarti bahwa
belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya
sendiri, mendengar dan mengikuti peraturan. Dari pengertian belajar
sebagaimana dijelaskan diatas bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental
yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang
Kata atau istilah pembelajaran dan penggunaannya masih tergolong
baru, yang mulai populer semenjak lahirnya Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003. Menurut undang-undang ini,
pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut
pengertian ini, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
terhadap peserta didik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan, kemahiran, dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan keyakinan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Gagne (dalam Siregar, 2010:12), mendefinisikan pembelajaran
adalah sebagai pengaturan peristiwa secara seksama dengan maksud agar
terjadi belajar dan membuatnya berhasil guna. Pengertian pembelajaran
yang disampaikan oleh Gagne akan lebih memperjelas makna yang
terkandung dalam pembelajaran: Instruction is intended to promote
learning, external situation need to be arranged to activate, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event.
Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal
harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan
mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa
pembelajaran
Jadi dengan kata lain pembelajaran fisika adalah kegiatan belajar
konsep-konsep fisika kepada siswa sehingga siswa dapat mengalami
perubahan sikap dan penambahan pengetahuan.
3. Fungsi dan Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran ini memainkan peranan penting dalam
memandu guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani
kebutuhan belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan
sebagai langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Perencanaan dan persiapan berfungsi sebagai pemberi arah pelaksanaan
pembelajaran, sehingga tidak berlebihan apabila dibutuhkan pula gagasan
dan perilaku guru yang kreatif dalam menyusun perencanaan dan persiapan
mengajar, tidak hanya berkaitan dengan merancang bahan ajar atau materi
pelajaran serta waktu pelaksanaan, tetapi juga segenap hal yang terkait di
dalamnya, seperti rencana penggunaan metode atau teknik mengajar, media
belajar, pengembangan gaya bahasa, pemanfaatan ruang, sampai dengan
pengembangan alat evaluasi yang akan digunakan. Terdapat beberapa
manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu:
1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi
setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan.
3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru
4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga
setiap saat dapat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja.
5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja.
6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
4. Tujuan dari Perencanaan Pembelajaran
Lepas dari apa pun pelajaran yang direncanakan, tujuan instruksional
harus dibentuk. Tujuan instruksional mendeskripsikan materi yang harus
siswa ketahui dan lakukan. Ketika seorang membentuk tujuan, seharusnya
dapat menyediakan kesempatan bagi guru untuk mengobservasi secara tepat
dan terukur mengenai kemajuan belajar, maka tujuan dan indikator menjadi
hal yang identik. Aktivitas tidak berakhir dengan sendirinya, namun
mengarah kepada sebuah akhir. Tujuan instruksi sesungguhnya adalah
mengubah perilaku para siswa dan memampukan mereka (siswa) untuk
melakukan hal-hal yang mereka (siswa) belum bisa lakukan sebelum
instruksi diberikan.
Menurut Bloom (dalam Cruickshank, 2014:200), mempelajari tujuan
pendidikan dan berada pada “tiga kumpulan pemikiran belajar”. Tiga
pemikiran tersebut sebagai “tiga domain belajar” dan menyebutnya
“kognitif,afektif, dan psikomotorik”.
1. Domain kognitif, tujuan pendidikan dalam domain kognitif
intelektual. Dalam domain kognitif menurut Bloom, ada enam
tingkat kompleksitas kognitif. Berikut adalah tingkatan
sederhana ke yang paling rumit.
a. Pengetahuan. Siswa memiliki pengetahuan dan kemampuan
mengingat kembali atau mengenali informasi.
b. Pemahaman. Siswa memahami dan dapat menjelaskan
pengetahuan dalam kata-kata mereka sendiri.
c. Aplikasi. Siswa mengaplikasikan pengetahuan, yaitu
mampu menggunakannya dalam situasi praktis.
d. Analisis. Siswa mampu mengurai konsep atau informasi
yang kompleks ke dalam bagian-bagian sederhana yang
berhubungan.
e. Sintesis. Siswa mampu mengombinasikan berbagai elemen
ke dalam bentuk yang baru, entitas yang baru dan orisinil
f. Evaluasi. Siswa mampu membuat penilaian.
2. Domain Afektif. Bloom menyebut domain tipe kedua atau
domain hasil pembelajaran, yaitu afektif berkaitan dengan
sikap, emosi, dan menilai tujuan bagi siswa. Meskipun para
guru sering mengaitkan hasil instruksional dengan domain
kognitif, hampir semua guru mencoba mengedepankan
perubahan afeksi siswa. Bloom mengatur domain afektif ke
a. Menerima atau menghadiri. Siswa bersedia untuk
menghadiri, berkonsentrasi, dan menerima informasi
b. Merespon. Siswa merespon positif terhadap informasi
dengan secara aktif terlibat dengannya.
c. Menghargai. Siswa mengekspresikan sikap atau
kepercayaan mengenai nilai akan suatu hal.
d. Organisasi. Siswa membandingkan dan menginttegrasikan
sikap atau nilai yang mereka ekspresikan dengan sikap dan
kepercayaan yang mereka yakini, kemudian
menginternalisasikan nilai tersebut.
e. Pembentukan karakter. Siswa beraksi berdasarkan nilai
mereka
3. Domain Psikomotorik. Menurut Bloom, tujuan ketiga atau
psikomotorik adalah domain yang terkait dengan keahlian
belajar secara fisik. Kursus mengenai psikologi anak dan
remaja mengajarkan guru bahwa seiring anak berkembang
mereka mampu meraih kesuksesan dalam tugas fisik yang
semakin kompleks. Sebagian besar pelajaran menuntut tingkat
kemampuan belajar psikomotorik . Dalam fisika siswa belajar
mengorganisasikan dan menggunakan peralatan laboratorium.
Ada tujuh tingkat domain menurut Simpson(dalam
a. Persepsi. Siswa menggunakan indra sensorik(seperti
penglihatan) untuk membimbing usahanya melakukan
keahlian tertentu di masa depan.
b. Set. Siswa siap melakukan keahlian atau perilaku.
c. Respon terbimbing. Siswa berlatih keahlian di bawah
bimbingan seorang ahli
d. Mekanisme. Siswa menjadi lebih mampu dalam keahlian
tertentu dengan pelatihan.
e. Respons yang rumit atau terlihat. Siswa menampilkan
keahlian dengan tingkat kemampuan yang tinggi.
f. Adaptasi. Siswa memodifikasi keahlian yang baru dipelajari
untuk menampilkan keahlian lain yang berkaitan.
g. Orisinalitas. Siswa menciptakan tampilan baru dan orisinil
5. Bagian-bagian Perencanaan Pembelajaran
Banyak bentuk perencanaan pembelajaran yang telah digunakan
[image:29.595.90.567.218.677.2]seperti diperlihatkan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Bentuk Terpilih untuk Merencanakan Pembelajaran dari Berbagai Sumber
El-Tigi (2001) Hunter (2004) Jacobson dkk(2009)
Moore (2000)
NY Times
(nytimes.com/learnin g/teacher/lessons/arc hive.html) 1. Tujuan 2. Mengukur Kesiapan siswa 3. Sumber-sumber yang dibutuhkan 4. Prosedur/Deskripsi Pelajaran 5. Penutup 6. Asesmen/Evaluasi 1. Tujuan
2. Mengatur Induksi
3. Input dan
Pemodelan
4. Memeriksa
pemahaman dan
praktik bimbingan 5. Praktik Independen 1. Menentukan materi 2. Tujuan 3. Pengantar 4. Metode instruksi 5. Penutupan pelajaran 6. Asesmen Siswa 1. Ulasan Pelajaran
2. Waktu yang
Tabel 2.2 Bentuk Perencanaan Pembelajaran yang di Rekomendasikan Menurut Cruickshank dkk. 2014
Tujuan – Mengindikasikan tujuan pelajaran.
Sumber- Menyatakan sumber-sumber dan materi-materi yang digunakan.
Membentuk Induksi – Mendeskripsikan bagaimana pelajaran akan disampaikan
Metodologi- Mendeskripsikan bagaimana pengajaran dan pembelajaran akan berlangsung
Asesmen- Memastikan dengan jelas mengenai cara penentuan pembelajaran para siswa
Penutup- Menyediakan bagian penutup pada proses pembelajaran.
Refleksi- Mempertimbangkan efektivitas pembelajaran.
a. Tujuan
Pada bagian ini tantangannya adalah menuliskan tujuan pada
tingkat pelajaran yang memenuhi sebanyak mungkin kriteria tujuan
baik. Tujuan juga harus relevan dengan kurikulum; mempromosikan
hasil belajar mencakup domain kognitif, psikomotorik, dan afektif;
secara masuk akal mendukung tingkat pemahaman (tinggi atau rendah)
dalam setiap domain; ditulis secara cukup spesifik, mengenai hal yang
harus diketahui siswa dan mampu dilakukan siswa; dan dapat diraih
oleh siswa.
b. Sumber
Sumber, apa yang tersedia untuk membimbing para siswa guru
banyak guru melakukan langkah ini, sebelum menuliskan tujuan
spesifik. Dalam kasus manapun, perencanaan pelajaran harus secara
spesifik menyatakan sumber mana yang akan digunakan guru dan
siswa. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya serta yang
lainnya yang dapat mendukung suksesnya belajar.
c. Membentuk Induksi
Membentuk induksi, induksi set atau set antisipasi adalah istilah
yang digunakan untuk mengindikasi kebutuhan untuk memulai
pelajaran dengan menarik perhatian dan minat siswa. Selama bagian
perencanaan pelajaran ini, guru harus berpikir mengenai cara-cara
untuk melakukannya. Satu ide adalah untuk menghubungkan hal-hal
yang harus dilakukan terhadap minat siswa atau pengetahuan
sebelumnya. Minat berkontribusi kepada pembelajaran karena, hal ini
menstimulasi jaringan asosiasi personal dan emosional. Dengan
menghubungkan pelajaran baru dengan pengetahuan sebelumnya,
asosiasi, dan hubungannya juga telah jelas. Para pendidik telah lama
mengetahui bahwa variasi akan meningkatkan motivasi dan
pembelajaran siswa dan para peneliti telah mendukung kepercayaan
ini. Seperti variasi materi dan aktivitas instruksional serta berinteraksi
d. Metodologi
Metodologi, dibagian ini dapat dideskripsikan bagaimana
pembelajaran berproses. Keberagaman siswa dan pembelajaran dapat
berguna dalam merencanakan metodologi. Keberagaman seperti
perbedaan sosial-ekonomi, perbedaan budaya, perbedaan gender,
perbedaan kepribadian, perbedaan gaya belajar, perbedaan potensi
belajar, serta perbedaan minat. Keberagaman siswa adalah fakta hidup
di semua sekolah dan kelas, agar efektif guru harus menyadari
pentingnya perbedaan para siswa dan secara sadar melibatkan
perbedaan ke dalam perencanaan dan memberikan instruksi.
e. Asesmen
Asesmen, bagian ini termasuk dua hal: Bagaimana guru dapat
merencanakan pengawasan pembelajaran siswa selama instruksi
diberikan dan bagaiamana guru merencanakan evaluasi pembelajaran
pada kesimpulan pelajaran. Sementara instruksi berjalan, seorang guru
harus ‘membaca’ para siswa. Sampai batasan mana para siswa tampak
tertarik dan terlibat? Apakah para siswa belajar? Perencanaan guru
seharusnya memasukkan cara guru menentukan hal-hal tersebut.
Indikator informal akan minat dan keterlibatan dapat termasuk
ekspresi, bahasa tubuh, dan responsivitas verbal. Pengukuran informal
dapat juga dibuat dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang
seberapa sering para siswa mengaplikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Pengukuran formal, sering digunakan dalam bagian
penyimpulan pelajaran, termasuk lembar kerja, tugas pekerjaan rumah,
dan kuis.
f. Penutup
Penutup, semua pelajaran membutuhkan penyelesaian yang baik.
Dalam bagian ini biasanya membutuhkan formulir ulas balik yang
membuat siswa meringkas materi yang telah dipelajari dan
menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya dan di masa depan.
Ketika informasi diatur dengan baik dan berhubungan pada
pengetahuan siswa yang sebelumnya, maka akan cenderung masuk
dalam memori jangka panjang. Guru perlu mempelajari bahwa sebuah
ulas balik akan dibutuhkan siswa untuk berpikir mengenai informasi
baru, untuk merefleksikan aplikasi dan tujuan pribadi siswa. Banyak
guru melakukan ulas balik dengan menanyakan kepada para siswa apa
yang telah mereka pelajari dan temui.
g. Refleksi
Refleksi adalah proses yang terjadi terus menerus dalam
memeriksa secara kritis dan membentuk ulang praktik pengajaran
dengan mempertimbangkan aspek pribadi, pendidikan, sosial, dan etis
dalam pengajaran dan sekolah. Refleksi, guru perlu
guru itu sendiri maupun yang akan dipelajari. Dalam pengajarannya,
guru efektif akan menanyakan pertanyaan seperti:
Apakah siswa-siswa belajar dan apakah mereka puas?Apa
yang mungkin dilakukan untuk meningkatkan prestasi dan
kepuasan?
Apa beberapa hal yang guru pelajari dari pengalaman
mengajar ini?
B. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Dalam
praktiknya siswa diharuskan melakukan serangkaian aktivitas selayaknya
langkah-langkah penerapan metode ilmiah. Serangkaian aktivitas dimaksud
meliputi (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesis, (3)
mengumpulkan data, (4) mengolah dan menganalisis data, dan (5) membuat
kesimpulan. Model pembelajaran proses saintifik dapat dikatakan sebagai
proses pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah
melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat,
dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah simpulan. Guna
mampu melaksanakan kegiatan ini, siswa harus dibina kepekaannya
terhadap fenomena, ditingkatkan kemampuannya dalam mengajukan
dipandu dalam membuat kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan yang
diajukan.
Pembelajaran proses saintifik merupakan pembelajaran yang
menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya
memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat.
Pembelajaran ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan memecahkan
masalah yang kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berpikir kreatif,
melakukan aktivitas penelitian, dan membangun konseptualisasi
pengetahuan. Dari pengertian diatas model pembelajaran saintifik proses
dikembangkan dengan berdasarkan pada konsep penelitian ilmiah, hal ini
berarti proses pembelajaran harus berisi serangkaian aktivitas penelitian
yang dilakukan siswa dalam upaya membangun pengetahuan.
Sejalan dengan definisi diatas Creswell (dalam Abidin, 2014:127)
mengatakan bahwa “Research is a process of steps used to collect and analyze information to increased our understanding of topic or issue.”
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa “ Research is a process in which you
engage in a small set of logical steps (1) pose a question, (2) collect data to answer the question, and (3) present an answer to the question.”
Pengertian di atas memandang penelitian sebagai tahapan proses yang
dilakukan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi untuk
meningkatkan pemahaman kita atas topik atau isu tertentu. Penelitian
hanya seperangkat tahapan logis yang sederhana mulai dari mengajukan
Menurut Lowe (dalam Abidin, 2014:128) mengungkapkan bahwa
penelitian adalah jalan ketiga bagi kita untuk memahami dunia disekitar
kita. Melalui karakteristik yang terkandung didalamnya, penelitian sangat
bermanfaat untuk mempelajari dan memahami dunia dan pengetahuan yang
berkembang di dalamnya. Berdasarkan tujuan penelitian ini, jelaslah bahwa
pembelajaran dengan menerapkan model saintifik memang ditujukan untuk
membangun kompetensi siswa dalam memecahkan masalah melalui
pendayagunaan pengetahuan kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan
berpikir kreatif.
2. Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai
berikut.
Berpusat pada siswa
Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum, atau prinsip.
Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam
merangsang perkembangan intelek, khusunya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa
Dapat mengembangkan karakter.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik memiliki
(1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa.
(2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
masalah secara sistematik.
(3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan
(4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi
(5) Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide,
khususnya dalam menulis artikel ilmiah
(6) Untuk mengembangkan karakter siswa
Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran
adalah sebagai berikut.
(1) Pembelajaran berpusat pada siswa
(2) Pembelajaran membentuk student self concept
(3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme
(4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip.
(5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa
(6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru.
(7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan
3. Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik) meliputi:
menggali informasi observing/pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, assiciating/menalar, kemudian menyimpulkan..
a. Mengamati (Observing)
Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientifik approach)
adalah langkah pembelajaran mengamati (observing). Metode
observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan
pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan
siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan
mengamati, siswa akan merasa tertantang mengeksplorasi rasa
keingintahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa
menantang. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru
membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan hal
yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi.
b. Menanya (Questioning)
Langkah ke dua pada pendekatan ilmiah atau scientific
approach adalah question (menanya). Kegiatan belajarnya adalah
mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati . Bertanya merupakan salah satu
pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Karena itu, bertanya
dalam kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik
untuk memberikan jawaban yang benar pula.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati. Adapun kompetensi
yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
sepanjang hayat. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga
menggambarkan tingkatan kognitif, seperti apa yang disentuh, mulai
dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot pertanyaan
yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah hingga
yang lebih tinggi disajikan berikut ini
c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut
dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
Bagi peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak,
memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
informasi. Dalam permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek, kejadian atau aktivitas
wawancara dengan narasumber dan sebagainya. Adapun kompetensi
yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,
menghargai pendapat orang, kemampuan berkomunikasi, menerapkan
kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang
d. Mengasosiasikan (Associating)
Langkah berikutnya pada scientific approach adalah
associating (menalar/mengolah informasi). Istilah “menalar”
(associating) dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan
ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan
bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya
tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari
pada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis
atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan
penalaran ilmiah, meskipun penalaran non ilmiah tidak selalu tidak
bermanfaat.
Kegiatan mengasosiasikan dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan eksprimen maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan
informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan
dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
e. Mengkomunikasikan Pembelajaran
Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang
telah mereka pelajari. Pada tahapan ini diharapkan peserta didik dapat
mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara
bersama-sama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil
kesimpulan yang dibuat bersama. Kegiatan mengkomunikasikan ini
dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan
mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah
benar atau ada yang harus diperbaiki.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di
kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengomunikasikan” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud
kesimpulan berdasarkan hasil analisi secara lisan, tertulis, atau media
lainnya.
4. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan
bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa siswa dengan
nada bersemangat dan gembira, mengecek kehadiran para siswa dan
menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.
Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah
memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang telah
dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari
oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang
belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan
siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat
dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan
fenomena atau kejadian “aneh” atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat
menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.
Kegiatan ini merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran
atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience)
pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan
dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan
untuk terkonstruksikan konsep, hukum, atau prinsip oleh siswa dengan
bantuan dari guru melalui langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
diberikan.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi
terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan jenis data dan metode analisis dalam penelitian,
penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut
Suparno (2010), penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan
penjelasan atau uraian akan suatu hal. Sedangkan penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti kondisi obyek secara alamiah, lebih menekankan
makna dari generalisasi.
Didalam penelitian ini peneliti berusaha mendiskripsikan
bagaimana guru menjelaskan perencanaan pembelajaran dari
kegiatan-kegiatan pada materi tertentu dan bagaimana guru dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang sudah direncanakan dalam proses pembelajaran
fisika. Selain itu peneliti juga mendeskripsikan apakah dalam proses
pembelajaran fisika guru menerapkan pendekatan saintifik atau tidak.
Analisis kualitatif digunakan oleh peneliti didalam penelitian tentang studi
kasus perencanaan pembelajaran dan implementasi pendekatan saintifik
dalam proses pembelajaran di SMA X Yogyakarta. Data kualitatif
diperoleh melalui observasi kegiatan belajar mengajar, wawancara guru,
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA X di Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 hingga Mei
2015.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah seorang guru di SMA X di Yogyakarta
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian ini antara lain:
1). Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru di SMA X di
Yogyakarta.
2). Hubungan perencanaan pembelajaran fisika dengan kegiatan
pembelajaran fisika dikelas apakah mengacu pada pendekatan
saintifik.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah sebagai
1. Instrumen Wawancara
Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti kepada guru dan siswa untuk mengetahui perencanaan seorang
guru dalam kegiatan belajar mengajar fisika dan beberapa pertanyaan
yang diajukan kepada beberapa siswa:
a. Pertanyaan-pertanyaan yang Diajukan Kepada Guru Sebelum
Proses Pembelajaran Fisika.
Bagaimana pengalaman bapak selama mengajar baik
suka duka selama mengajar? Terkhusus di kelas XI
SMA X Yogyakarta?
Apakah bapak membuat RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)?
Apakah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang
bapak buat anda gunakan dalam setiap kegiatan
pembelajaran di kelas?
Bagaimana bapak merencanakan kegiatan-kegiatan
pembelajaran dalam suatu materi fisika (contoh fluida)
tanpa menggunakan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)?
Dari kegiatan-kegiatan yang bapak rencanakan apa
tujuan yang ingin bapak capai? Terkhusus apa yang
bapak harapkan dari siswa dengan rancangan kegiatan
Bahan ajar apa saja yang bapak gunakan untuk
mendukung proses pembelajaran fisika?
Bagaiamana mengaktifkan dan meningkatkan minat
siswa dalam belajar fisika?
Bagaimana cara bapak agar proses pembelajaran fisika
dapat membuat kemauan belajar siswa meningkat dan
sesuai dengan yang bapak harapkan?
b. Pertanyaan-pertanyaan yang Diajukan Kepada Guru Sesudah
Proses Pembelajaran Fisika.
Ketika bapak tidak menggunakan RPP, apa pedoman
bapak dalam kegiatan belajar mengajar dikelas?
Pertemuan dikelas minggu lalu praktikum tentang
tegangan permukaan, hal apa yang bapak harapkan dari
siswa ketika mereka melakukan praktikum itu?
Bagaimana cara bapak menuangkan kegiatan-kegiatan
eksplorasi,elaborasi dan konfirmasi pada proses
pembelajaran fisika?
Bagaimana bapak membuat bahan ajar dalam kegiatan
praktikum ini dan pertimbangan apa yang bapak
pikirkan?
Tujuan dari pembuatan bahan ajar tersebut?
Bagaimana cara bapak dalam menyimpulkan materi
yang sudah dipelajari?
Bagaimana evaluasi yang bapak lakukan dilihat dari
segi mereka puas dengan yang diajarkan? Dan dari
pembelajaran ini apa yang mungkin dilakukan untuk
meningkatkan prestasi dan kepuasan?
c. Pertanyaan-pertanyaan yang Diajukan Kepada Beberapa Siswa
Bagaimana cara bapak x dalam mengajar fisika?
Apakah sering melakukan kegiatan eksperimen?
Bagaimana minat kalian dalam belajar fisika? Apakah
kalian tertarik belajar fisika?
Apakah kalian puas dalam proses pembelajaran fisika?
2. Instrumen Observasi Perencanaan Pembelajaran
Instrumen observasi perencanaan pembelajaran yang dilakukan
[image:49.595.99.513.124.750.2]peneliti seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.1 Instrumen Observasi tentang Perencanaan Pembelajaran Fisika
No Daftar Kegiatan
1 Perencanaan pelajaran sesuai kurikulum
2 Tujuan jelas dan dapat diukur
3 Tujuan mendukung pembelajaran yang mencakup domain
kognitif, afektif dan psikomotorik
4 Tujuan disesuaikan dengan keberagaman siswa
5 Sumber-sumber pembelajaran tersedia, sesuai, kaya, dan
6 Tersedianya sumber tekhnologi yang sesuai
7 Tersedianya pembentukan induksi
8 Aktivitas belajar jelas
9 Aktivitas belajar memperhitungkan pengetahuan
mengenai belajar
10 Aktivitas belajar disesuaikan terhadap masing-masing
siswa
11 Aktivitas belajar akan membina siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran
12 Terdapat perencanaan untuk pengawasan yang terus
menerus mengenai pembelajaran para siswa
13 Terdapat perencanaan untuk menilai keberhasilan para
siswa pada bagian kesimpulan
14 Pengawasan diciptakan untuk merangkum materi yang
telah dipelajari, serta keterhubungannya dengan
pembelajaran masa lalu dan masa depan.
15 Perencanaan memasukkan perhitungan mengenai
pengetahuan tentang pelajaran yang baik.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini adalah berupa data kualitatif, dimana data dalam
riset kualitatif adalah semua hal, barang, atau tulisan dan benda yang
dikumpulkan peneliti untuk dapat menjawab persoalan yang dialami
(Suparno, 2010:117).
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah observasi
1. Observasi
Observasi dilakukan dengan bantuan handycam, handphone dan
fieldnote. Observasi ini melihat bagaimana keadaan awal siswa dalam
mengikuti pelajaran fisika di dalam kelas. Selain itu observasi yang
dilakukan peneliti juga melihat bagaimana guru dapat mengaplikasikan
apa yang sudah direncanakan aatau dipersiapkan sebelum proses
pembelajaran berlangsung.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mewawancarai guru dan beberapa
siswa. Wawancara guru dilakukan dua kali yaitu sebelum rangkaian
proses pembelajaran dan sesudah proses pembelajaran. Sedangkan
wawancara siswa dilakukan satu kali untuk memastikan jawaban dari
guru dan observasi yang peneliti lakukan selama kegiatan
pembelajaran fisika.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dari observasi dan wawancara yang dilakukan
oleh peneliti yang sudah didapatkan dari rekaman video, rekaman suara
dan fieldnote dapat dianalisis dengan menstranskip data video dan data
suara ke data yang berbentuk tulisan. Kemudian dari data yang berbentuk
tulisan peneliti dapat menganalisis bagaimana perencanaan pembelajaran
Tabel 3.2 Analisis Perencanaan Pembelajaran Fisika pada Seorang Guru di SMA X Yogyakarta
No Bentuk Perencanaan Deskripsi Kegiatan Perencanaan
1 Tujuan Tujuan relevan dengan
kurikulum yang dapat
diandalkan para siswa
Tujuan mendorong hasil belajar yang mencakup
semua domain sesuai
ketepatannya (kognitif,
afektif, dan psikomotorik)
Tujuan cukup spesifik, sehingga siswa sadar
secara tepat mengenai apa
yang harus diketahui dan
dilakukan.
Tujuan berkaitan dengan tingkat kesiapan dan
kemampuan siswa.
Tujuan memperhitungkan perbedaan individual di
dalamnya.
2 Sumber Guru mempersiapkan
sumber daya materi dan
manusia yang dapat
membantu siswa meraih
tujuan
3 Membentuk Induksi Guru memulai pelajaran dengan menarik perhatian
dan minat siswa
saintifik dengan beberapa
tahap pembelajaran
saintifik dalam kurikulum
2013. Proses
pembelajaran saintifik
meliputi kegiatan
mengamati, menanya,
mencoba,
mengasosiasikan, dan
menyimpulkan.
5 Asesmen Guru menentukan
bagaimana pengawasan
kepada siswa selama
pembelajaran diberikan.
Seberapa siswa tertarik
dan terlibat selama proses
pembelajaran.
Guru merencanakan bagaimana evaluasi
pembelajaran pada
kesimpulan pelajaran
6 Penutup Guru melakukan ulas
balik dan bertanya kepada
siswa apa yang telah
mereka pelajari atau
temui.
7 Refleksi Dalam pengajaran, guru perlu menanyakan apakah
siswa-siswa belajar dan
apakah siswa-siswa puas.
mempelajari pengalaman
dalam pembelajaran, agar
pembelajaran selanjutnya
dapat berjalan secara
efektif
Dari tabel diatas peneliti akan menganalisis bagaimana
perencanaan yang direncanakan oleh guru di SMA X Yogyakarta dengan
menggunakan tahapan-tahapan perencanaan pembelajaran menurut
Cruishank. Peneliti akan membahas dan membandingkan beberapa
pemikiran guru yang dituangkan dalam wawancara dengan fakta yang
terjadi selama proses pembelajaran fisika saat peneliti melakukan
penelitian. Fakta yang terjadi selama proses pembelajaran fisika dapat
dinyatakan dalam bentuk rekaman video yang sudah ditranskipkan
(lampiran 3) dan wawancara siswa (lampiran 4) yang akan mendukung
[image:54.595.95.518.106.600.2]G. Pelaksanaan Penelitian
Berikut ini merupakan penjadwalan atau waktu penelitian yang
[image:55.595.98.514.211.748.2]dilakukan peneliti yang tertuang dalam tabel dibawah ini:
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian di SMA X Yogyakarta tentang Bagaimana Guru di SMA X Yogyakarta Melakukan Perencanaan
Pembelajaran Fisika No. Tanggal Kegiatan Rincian Kegiatan
1. April 2015
Observasi pendahuluan I di dalam
kelas XI IPA saat berlangsungnya
PBM
2. April 2015
Observasi pendahuluan II di dalam
kelas XI IPA saat berlangsungnya
PBM
3. April 2015 Pengambilan data wawancara awal dengan guru.
4. April 2015
Pengambilan data I: observasi selama
PBM berlangsung dan melakukan
wawancara.
5. April 2015
Pengambilan data II: observasi
selama PBM berlangsung dan
melakukan wawancara.
6. Mei 2015
Pengambilan data III: observasi
selama PBM berlangsung dan
melakukan wawancara.
7. Mei 2015 Pengambilan data wawancara konfirmasi dengan guru.
BAB IV
DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A. Data
1. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta
yang menggunakan kurikulum KTSP, dengan meneliti seorang guru fisika
di sekolah tersebut. Peneliti melihat bagaimana guru merencanakan proses
pembelajaran fisika yang akan berlangsung di dalam kelas dengan
melakukan wawancara awal. Setelah peneliti melakukan wawancara awal,
peneliti mengobservasi kondisi di dalam kelas saat guru tersebut mengajar.
Pada observasi di dalam kelas ini bertujuan untuk melihat apakah
rencana-rencana yang disampaikan guru saat wawancara awal dapat terlaksana atau
tidak. Wawancara untuk konfirmasi dilakukan setelah observasi di dalam
kelas, peneliti melakukan wawancara dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang mengkonfirmasi realita sebenarnya dengan proses
pembelajaran di dalam kelas.
Wawancara awal dan wawancara konfirmasi dilakukan di luar kelas
atau di luar jam pelajaran fisika, pada tanggal 21 April 2015 dan 23 Mei
2015 di ruang tamu SMA X Yogyakarta. Observasi proses pembelajaran
dilakukan pada tanggal 3 Mei 2015, dengan materi praktikum tentang
tegangan permukaan di laboratorium SMA X Yogyakarta dan observasi
kegiatan wawancara awal, wawancara konfirmasi dan observasi proses
pembelajaran, peneliti melakukan observasi awal untuk melihat keadaan
atau kondisi siswa terlebih dahulu. Peneliti tidak hanya melakukan
wawancara kepada guru, tetapi juga melakukan wawancara kepada
beberapa siswa untuk mengkonfirmasi beberapa pernyataan dari
kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran yang diungkapkan dan dilakukan
oleh guru tersebut. Wawancara siswa dilakukan diluar jam sekolah yaitu di
asrama.
Wawancara dan observasi telah dilakukan peneliti dan direkam dalam
bentuk rekaman suara dan rekaman video. Peneliti juga menggunakan
fieldnote selama kegiatan penelitian berlangsung. 2. Data Penelitian
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama wawancara guru dan
pegambilan data video dalam proses belajar mengajar Fisika, di dapatkan
hasil penelitian sebagai berikut:
a. Data Penelitian
Data wawancara guru, wawancara siswa, dan video proses belajar
mengajar fisika yang mendukung apakah guru di SMA X tersebut
melakukan perencanan pembelajaran fisika sudah di kategorikan baik dan
dapat terlihat dan dapat dianalisis dengan menggunakan tabel 3.2.
Data-data penelitian seperti transkip wawancara, transkip video, dan
Guru Fisika yang dijadikan subjek dalam penelitian ini merupakan
guru yang mempunyai pengalaman mengajar selama 22 tahun dan sudah 5
tahun mengajar di SMA X Yogyakarta, serta siswa-siswa merupakan
siswa yang telah 2 tahun mendapatkan pelajaran Fisika.
b. Transkip
Pembuatan transkipsi dilakukan sendiri oleh peneliti dengan
mengamati dan mendengarkan rekaman wawancara guru dan wawancara
siswa serta mengamati rekaman video proses belajar mengajar fisika.
Peneliti mengamati dan menganalisis rencana guru dan
pernyataan-pernyataan dari guru mengenai perencanaan yang dilakukan oleh guru
sebelum proses pembelajaran. Begitu juga dengan video selama proses
belajar mengajar fisika, peneliti mengamati bagaimana guru dapat
mengaplikasikan kegiatan –kegiatan yang sudah di rencanakan di dalam
proses pembelajaran fisika. Data wawancara guru, wawancara siswa, dan
video disalin dalam bentuk tulisan.
B. Analisis dan Pembahasan
Seperti yang terumuskan dalam BAB 2, perencanaan pembelajaran
menurut Cruickshank ada 7 bagian yaitu Tujuan, Sumber, Membentuk
Induksi, Metodologi, Asesmen, Penutup, dan Refleksi. Penelitian ini
difokuskan bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran Fisika
dan menganalisis apakah kegiatan-kegiatan yang direncanakan guru dapat
penulis akan memaparkan analisis perencanaan guru menurut
Cruickshank.
1. Analisis
a. Tahap Perencanaan bagian Tujuan
Guru X diawal pembelajaran tidak pernah menyebutkan atau memberi
tahu kepada siswa tujuan dari pembelajaran, ini didukung juga dengan
wawancara yang dilakukan peneliti kepada siswa.
P : “Emang kalo bapaknya ngajar tuh kalau misalkan bab baru masuk kelas tuh langsung jelasin?”
S1 : “dia nulis BAB trus habis itu...”
S2 : “apa misalnya apa adalah titik-titknya disuruh nyari.” (Penggalan wawancara 1)
P : “Terus misalnya pak X, kaya kemarin belajar tentang tegangan permukaan. Pernah gak nanya ke kalian , “Ini kira -kira belajarnya kayak gimana ya?”
S : “Gak”
P : “Gak pernah? Misalnya diawal semester kaya gitu, dia pernah gak, selama satu tahun kita belajar fisikanya tuh ini, ini, ini.” S : “Gak”
(Penggalan wawancara 2)
Wawancara di atas didukung kembali dengan penggalan wawancara 2
yang menunjukkan bahwa guru memang tidak menyebutkan tujuan pada
setiap pembelajaran dalam satu kali pertemuan bahkan guru X diawal
semester juga tidak memberi tahu para siswa dalam satu semester ini
mereka akan belajar apa saja. Kedua penggalan wawancara ini diperkuat
dengan observasi yang dilakukan peneliti dan memang benar bahwa
ketika guru pertama kali masuk ke dalam kelas, guru X menuliskan BAB
Dibawah ini peneliti menganalisis apakah guru X melakukan
perencanaan pembelajaran bagian tujuan dengan baik dengan
berpedoman pada 5 hal tujuan baik yang disesuaikan dengan tabel 3.2
pada saat peneliti melakukan wawancara terhadap guru.
a.1. Tujuan relevan dengan kurikulum yang dapat diandalkan para siswa
Perencanaan pada bagian tujuan yang dibuat guru saat wawancara
relevan dengan kurikulum yang berlaku, dimana saat wawancara guru
menyatakan ”sebenarnya pak guru ingin menggali kekritisan anak.”
dan “harusnya mengapanya itu” . Pernyataan diatas menunjukkan
kegiatan yang direncanakan guru sebenarnya menuntut siswa untuk
berpikir kritis setelah siswa mencoba dan mengamati dengan
melakukan praktikum tegangan permukaan dan mengapa hal itu bisa
terjadi, hal ini sesuai dengan pembelajaran pendekatan saintifik . Hal
diatas menunjukkan kesesuaian bahwa tujuan yang dinyatakan oleh
guru relevan dengan kurikulum dan dapat diandalkan oleh siswa.
b.1. Tujuan mendorong hasil belajar yang mencakup semua domain sesuai
ketepatannya (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
Dari pernyataan yang disampaikan oleh guru tentang rencana
pembelajaran, tujuan da