• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas dan motivasi belajar. Studi kasus pada mahasiswa-mahasiswi Program SI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas dan motivasi belajar. Studi kasus pada mahasiswa-mahasiswi Program SI Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2015."

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

DITINJAU DARI FAKULTAS DAN MOTIVASI BELAJAR

Studi Kasus pada Mahasiswa-Mahasiswi S1 Angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma

Bernadeta Agustin Amalia Hapsari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas; (2) perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Populasi penelitian adalah mahasiswa-mahasiswi program S1 angkatan 2015 di Universitas Sanata Dharma, dengan jumlah 2.404 mahasiswa. Sampel penelitian sejumlah 343 mahasiswa. Teknik penarikan sampel adalah proporsional. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Kruskal-Wallis.

(2)

PERCIEVED FROM FACULTY AND LEARNING MOTIVATION

A Case Study on Undergraduate Students of 2015 Batch Sanata Dharma University

Bernadeta Agustin Amalia Hapsari Sanata Dharma University

2016

The study aims to find out: 1) differences of students’ attitude towards cheating behavior perceived from faculty; 2) differences of students’ attitude towards cheating behavior perceived from learning motivation.

This research is a case study. This research was done in May 2016. The population of this research were undergraduate students of 2015 batch Sanata Dharma University. The research population were 2,404 students. The samples were 343 students. The technique of drawing samples was a proportional sampling. The technique of collecting data was questionnaire. The technique of data analysis was Kruskal-Wallis.

(3)

i

PERBEDAAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERILAKU

MENYONTEK DITINJAU DARI FAKULTAS DAN MOTIVASI

BELAJAR

Studi Kasus pada Mahasiswa-Mahasiswi SI angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Bernadeta Agustin Amalia Hapsari

NIM: 121334058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHILIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini aku persembahkan untuk :

 Allah Bapa Yang Maha Kuasa, Yesus Kristus, Bunda Maria dan

Roh Kudus

 Bapak Yulius Mujino

 Ibu Yuliana Darwanti

 Kakak Yuliana Alfa Inge Hanggangsari

 Adik Yulius Febrian Erik Nugroho

 Sahabat-sahabatku

 Teman-teman PAK A dan PAK B 2012

(7)

v

MOTTO

Kerjakanlah lebih dari yang seharusnya.

Berikanlah lebih dari yang seharusnya.

Berusahalah lebih keras dari yang Anda inginkan.

Bidiklah sedikit lebih tinggi dari yang Anda piker mungkin.

Panjatkanlah banyak syukur kepada Allah atas kesehatan, keluarga, dan

teman-teman yang Anda miliki. (Art Linkletter – Something Else to Smile

About)

Karena itu Aku berkata kepadamu:

Apa saja yang kamu minta dan doakan,

Percayalah kamu telah menerimanya,

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Juli 2016

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Bernadeta Agustin Amalia Hapsari

NomorMahasiswa : 121334058

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PERBEDAAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI FAKULTAS DAN MOTIVASI BELAJAR

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 25 Juli 2016

Yang menyatakan

(10)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERILAKU MENYONTEK DITINJAU DARI FAKULTAS DAN MOTIVASI BELAJAR

Studi Kasus pada Mahasiswa-Mahasiswi S1 Angkatan 2015 Universitas Sanata Dharma

Bernadeta Agustin Amalia Hapsari Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas; (2) perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi belajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2016. Populasi penelitian adalah mahasiswa-mahasiswi program S1 angkatan 2015 di Universitas Sanata Dharma, dengan jumlah 2.404 mahasiswa. Sampel penelitian sejumlah 343 mahasiswa. Teknik penarikan sampel adalah proporsional. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Kruskal-Wallis.

(11)

ix

ABSTRACT

DIFFERENCES OF STUDENTS’ ATTITUDE TOWARDS CHEATING BEHAVIOR PERCIEVED FROM FACULTY AND LEARNING

MOTIVATION

A Case Study on Undergraduate Students of 2015 Batch Sanata Dharma University

Bernadeta Agustin Amalia Hapsari Sanata Dharma University

2016

The study aims to find out: 1) differences of students’ attitude towards cheating behavior perceived from faculty; 2) differences of students’ attitude towards cheating behavior perceived from learning motivation.

This research is a case study. This research was done in May 2016. The population of this research were undergraduate students of 2015 batch Sanata Dharma University. The research population were 2,404 students. The samples were 343 students. The technique of drawing samples was a proportional sampling. The technique of collecting data was questionnaire. The technique of data analysis was Kruskal-Wallis.

The result of this research shows that: 1) there is difference in students’ attitude towards cheating behavior perceived from faculty (value sig. 0,000); 2)

there is difference in students’ attitude towards cheating behavior perceived from

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat karunia dan berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perbedaan Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari

Fakultas dan Motivasi Belajar” dengan lancar. Penulisan skripsi ini diajukan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penyusunan dan

penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma dan Ketua

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. S. Widanarto P, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing, yang

selalu membimbing, mendampingi, membantu, dan memberikan motivasi

kepada saya.

4. Segenap staf dosen pengajar Program Studi Ekonomi BKK Pendidikan

(13)

xi

Dharma, Yogyakarta yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan

selama proses perkuliahan.

5. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku staf sekretariat Program Studi Ekonomi

BKK Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah membantu kelancaran

proses administrasi selama perkuliahan dan penelitian.

6. Pemimpin dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah melayani peminjaman buku-buku

serta menyediakan fasilitas selama belajar hingga penyusunan skripsi.

7. Orang tua saya Bapak Yulius Mujino dan Ibu Yuliana Darwanti, kakak saya

Yuliana Alfa Inge Hanggangsari serta adik saya Yulius Febrian Erik

Nugroho yang selalu memberikan semangat, cinta, nasihat, dukungan, dan

doa.

8. Seluruh mahasiswa angkatan 2012 atas dukungan dan kerjasama selama

proses perkuliahan.

9. Para sahabat yang selalu memberikan dukungan, masukan, semangat, dan

bantuan.

10. Teman-teman yang membantu membagikan kuesioner kepada responden.

11. Mahasiswa-mahasiswi S1 Universitas Sanata Dharma angkatan 2015 yang

telah bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini.

12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

(14)

xii

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik atau saran dari

pembaca dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 25 Juli 2016

Penulis,

(15)

xiii

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

(16)

xiv

B. Komponen Sikap ... 9

C. Faktor Pembentuk Sikap... 10

D. Menyontek ... 13

E. Indikator Menyontek ... 15

F. Bentuk-Bentuk Menyontek ... 18

G. Motivasi Belajar ... 19

H. Peranan Motivasi Dalam Belajar ... 21

I. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 27

E. Operasionalisasi Variabel ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data ... 34

G. Teknik Pengujian Instrumen... 35

H. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 47

B. Arti Logo, Visi, Misi, Motto dan Nilai-nilai Dasar Universitas Sanata Dharma ... 50

C. Tujuan Pendidikan Universitas Sanata Dharma ... 52

(17)

xv

E. Profil Lulusan Universitas Sanata Dharma ... 53

F. Rektor Universitas Sanata Dharma ... 54

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 55

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 55

2. Deskripsi Variabel Responden ... 56

B. Pengujian Hipotesis ... 64

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

1. Perbedaan Sikap Mahasiswa terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari Fakultas ... 67

2. Perbedaan Sikap Mahasiswa terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari Motivasi Belajar ... 69

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian ... 72

C. Saran-Saran... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 28

Tabel 3.2 Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Fakultas ... 30

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Sikap ... 31

Tabel 3.4 Penilaian Skala Likert ... 32

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Motivasi Belajar ... 33

Tabel 3.6 Penilaian Skala Likert ... 34

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Sikap Tahap I ... 36

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Sikap Tahap II ... 37

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap I ... 38

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap II ... 39

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap III ... 40

Tabel 3.12 Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 43

Tabel 3.13 Rentang Variabel Sikap ... 44

Tabel 3.14 Rentang Variabel Motivasi Belajar ... 45

Tabel 4.1 Fakultas dan Program Studi ... 52

(19)

xvii

Tabel 5.2 Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek ... 56

Tabel 5.3 Deskripsi Statistik Variabel Fakultas ... 57

Tabel 5.4 Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari

Fakultas ... 59

Tabel 5.5 Motivasi Belajar ... 61

Tabel 5.6 Deskripsi Statistik Variabel Motivasi Belajar ... 62

Tabel 5.7 Sikap Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari

Motivasi Belajar ... 63

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Kruskal-Wallis untuk Perbedaan Sikap Mahasiswa

Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari Fakultas ... 65

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Kruskal-Wallis untuk Perbedaan Sikap

Mahasiswa Terhadap Perilaku Menyontek Ditinjau dari

(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 78

Lampiran 2 Data Mentah Validitas dan Reliabilitas ... 83

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 86

Lampiran 4 Data Penelitian ... 101

Lampiran 5 Deskripsi Variabel Penelitian ... 115

Lampiran 6 Hasil Perhitungan Penilaian Acuan Patokan (PAP) II ... 117

Lampiran 7 Hasil Pengujian Kruskal-Wallis ... 122

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor pendukung dalam

memajukan suatu Negara. Indonesia merupakan negara yang kaya akan

Sumber Daya Manusia. Pemerintah mengharapkan Negara Indonesia

menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pemerintah telah

melakukan berbagai cara untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang

berkualitas, salah satunya melalui pendidikan.

Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat mendasar bagi sebuah

negara, seperti halnya tujuan negara Indonesia di bidang pendidikan yang

termuat dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan tersebut dituangkan ke dalam berbagai

macam program pendidikan sebagai upaya perwujudan cita-cita luhur bangsa.

Inti dari pendidikan nasional adalah menciptakan pribadi-pribadi generasi

muda yang cerdas secara utuh, bukan hanya intelektual tetapi juga bermutu

dalam setiap dimensi akhlak, kepribadian dan moral. Namun, dalam sistem

pendidikan Indonesia, pengukuran kemajuan dan penguasaan ilmu peserta

didik mengacu pada evaluasi belajar yang ditafsirkan berupa nilai sesuai

standar tertentu. Hal ini mengakibatkan masyarakat memandang prestasi

(22)

Tujuan pendidikan di Indonesia akan sulit tercapai apabila pelajar dan

mahasiswa di Indonesia sering melakukan tindakan tidak jujur atau curang

pada saat ujian, yakni menyontek. Indarto dan Masrun (2004) mendefinisikan

menyontek sebagai perbuatan curang, tidak jujur, dan tidak legal dalam

mendapatkan jawaban pada saat tes. Sedangkan Sudjana dan Wulan (1994)

mendefinisikan menyontek sebagai tindakan kecurangan dalam tes melalui

pemanfaatan informasi yang berasal dari luar secara tidak sah. Perilaku

menyontek merupakan tindakan ketidakjujuran yang dapat ditemukan di

sekolah-sekolah, baik tingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi.

Perilaku menyontek bukan merupakan hal yang asing di kalangan mahasiswa.

Hendrajaya (2013) mengungkapkan bahwa mahasiswa FEB jurusan akuntansi

salah satu perguruan tinggi di Surabaya sering melakukan tindakan curang

dalam mengerjakan ujian. Apabila tindakan tersebut tidak diketahui dosen

ataupun pengawas ujian, maka tindakan tersebut akan terus dilanjutkan

dengan aman.

Pujiatni dan Lestari (2010) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal

yang dapat mendorong mahasiswa untuk menyontek. Perilaku menyontek

dilakukan oleh mahasiswa yang tidak mau belajar keras, kurang tekun, dan

merasa kurang percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya, namun

ingin mendapatkan nilai yang tinggi dalam ujian. Perilaku menyontek juga

dapat didorong oleh kekhawatiran tidak mendapatkan nilai yang tinggi atau

tidak lulus, ingin cepat lulus, dan memperbaiki nilai agar orang tua senang.

(23)

yang mendukung, yakni teman-teman yang menyontek serta perilaku

pengawas yang longgar ketika ujian juga menjadi pendorong bagi mahasiswa

untuk mendapatkan nilai baik dengan berbagai cara yang tidak jujur.

Perilaku kecurangan akademik yang dilakukan oleh pelajar atau

mahasiswa dapat dilakukan dengan berbagai cara. Purnamasari (2013)

menyatakan bahwa perbuatan yang termasuk dalam kategori menyontek di

sekolah antara lain bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan

ujian; membawa catatan pada kertas kecil, pada anggota badan atau pada

pakaian saat ujian; menerima jawaban dari server atau pihak luar; mencari

bocoran soal; meniru/menyalin pekerjaan teman; menyuruh atau meminta

bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas di kelas atau tugas penulisan

paper dan take home test. Di samping itu, Kurniawan (2011) juga

mengungkapkan bahwa perilaku kecurangan akademik yang paling banyak

dilakukan oleh mahasiswa psikologi Unnes adalah menggunakan materi yang

dilarang digunakan saat dilaksanakan ujian, plagiasi dan pemalsuan data pada

penyusunan laporan atau tugas kuliah. Perilaku kecurangan akademik dapat

berpotensi merusak harapan masyarakat terhadap lulusan sarjana.

Perubahan lingkungan belajar mengakibatkan mahasiswa melakukan

tindakan menyontek. Mereka yang dulu sebagai siswa sekolah selalu dibantu

dan didorong oleh guru-guru untuk menyelesaikan masalah belajar, kini telah

menjadi mahasiswa yang harus mandiri dalam belajar. Perguruan tinggi

menuntut mahasiswa untuk dapat belajar mandiri. Individu yang kurang bisa

(24)

kesulitan untuk memahami materi. Hal ini menyebabkan mereka melakukan

tindakan tidak jujur untuk mendapatkan nilai yang baik.

Setiap perguruan tinggi memiliki berbagai perangkat agar proses belajar

dapat berjalan dengan baik, serta terciptanya lingkungan belajar yang

kondusif. Perangkat-perangkat tersebut adalah peraturan-peraturan kebijakan

di masing-masing fakultas. Premaux, Lin & Wen dalam Mujahidan (2009)

menyatakan bahwa mahasiswa di fakultas teknik, matematika, kedokteran

dan ekonomi lebih sering menyontek daripada mahasiswa di fakultas

ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Perbedaan perilaku menyontek pada setiap

fakultas terkait dengan tingkat kesulitan mata kuliah pada masing-masing

fakultas.

Masing-masing fakultas memiliki tingkat kesulitan yang berbeda pada

setiap mata kuliah. Tingkat kesulitan pada setiap mata kuliah akan

mempengaruhi proses perkuliahan mahasiswa. Djamarah (2002)

mengungkapkan bahwa proses perkuliahan akan berjalan dengan lancar

apabila disertai dengan minat. Dengan kata lain, apabila mahasiswa memiliki

minat, maka mahasiswa akan termotivasi untuk belajar dalam rentang waktu

tertentu.

Tingkat kesulitan mata kuliah akan mempengaruhi motivasi belajar

mahasiswa. Apabila mata kuliah yang dipelajari relatif sulit, sebagian

mahasiwa akan enggan mempelajarinya. Motivasi belajar yang rendah

(25)

Lestari (2010) mengungkapkan, ada pula mahasiswa yang menganggap

menyontek sebagai perilaku yang biasa dilakukan dalam keadaan terpaksa.

Dalam hal ini mahasiswa mengibaratkan perilaku menyontek sama dengan

belajar karena saat menulis dalam kertas kecil seperti meringkas catatan

dengan membaca.

Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar tinggi justru tertantang

untuk mempelajari mata kuliah yang sulit. Mereka cenderung tidak setuju

dengan perilaku kecurangan atau menyontek. Seperti yang diungkapakan oleh

Pujiatni dan Lestari (2010) mahasiswa memandang perilaku menyontek

sebagai perbuatan yang tidak baik, tidak terpuji dan perbuatan berdosa yang

harus dihindari. Perilaku menyontek juga dipandang sebagai perilaku

menjerumuskan diri dalam hal yang negatif dan membohongi diri sendiri

karena menyontek tidak dapat mengukur seberapa jauh kemampuan yang

dimiliki. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil

yang baik. Dengan usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka

seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik tanpa

menggunakan tindakan yang tidak jujur .

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan

melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Sikap Mahasiswa terhadap

Perilaku Menyontek Ditinjau dari Fakultas dan Motivasi Belajar”. Studi

Kasus Mahasiswa-Mahasiswi Program S1 Universitas Sanata Dharma

(26)

B. Batasan Masalah

Banyak variabel yang mempengaruhi sikap mahasiswa terhadap

perilaku menyontek. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan

memfokuskan pada variabel fakultas dan motivasi belajar mahasiswa.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan sikap mahasiswa-mahasiswi di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta terhadap perilaku menyontek ditinjau dari fakultas?

2. Apakah ada perbedaan sikap mahasiswa-mahasiswi di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta terhadap perilaku menyontek ditinjau dari motivasi

belajar?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui perbedaan sikap

mahasiswa/i Universitas Sanata Dharma Yogyakarta terhadap perilaku

menyontek yang ditinjau dari fakultas dan motivasi belajar mahasiswa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dosen, mahasiswa,

dan perguruan tinggi.

1. Dosen

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dosen dalam mengetahui

dan mencegah perilaku menyontek mahasiswa-mahasiswa Universitas

(27)

merupakan hasil belajar mahasiswa dan mencerminkan kemampuan

mahasiswa yang sesungguhnya. Dengan demikian, pengambilan

keputusan terkait dengan nilai yang dihasilkan mahasiswa tidak bias.

2. Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa untuk lebih

menyadari tentang kemampuan yang dimiliki dan dapat mengoptimalkan

kompetensi-kompetensi yang ada pada diri mahasiswa.

3. Perguruan Tinggi

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perguruan tinggi dalam

mengimplementasikan pendidikan karakter khususnya kejujuran dalam

belajar. Implementasi pendidikan karakter dapat dimulai dari hal-hal

yang sederhana, salah satunya adalah mendidik untuk bersikap jujur

(28)

8 BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Sikap

Sikap adalah bentuk pernyataan seseorang terhadap hal-hal yang

ditemuinya seperti benda, orang ataupun fenomena (Azwar 2008). Sikap

merupakan perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan

tidak mendukung (unfavorable) pada suatu objek. Suharyat (2009)

menyatakan bahwa:

“Sikap merupakan hasil dari proses interaksi seseorang dengan

lingkungannya, yang merupakan perwujudan dari pikiran, perasaan seseorang serta penilaian terhadap obyek, yang didasarkan pada pengetahuan, pemahaman, pendapat dan keyakinan terhadap obyek sehingga menghasilkan suatu kecenderungan untuk bertindak pada suatu objek.”

Sementara itu menurut Purwanto (2000) sikap merupakan suatu cara bereaksi

terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara

tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapinya. Dalam hal

ini, sikap merupakan penentuan penting dalam tingkah laku manusia untuk

bereaksi.

Sikap seseorang terhadap suatu objek dapat positif atau negatif.

Menurut Suharyat (2009) sikap positif akan terbentuk apabila rangsangan yang datang pada seseorang memberi pengalaman yang menyenangkan.

Sebaliknya sikap negatif akan timbul, bila rangsangan yang datang memberi

pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal tersebut terlihat dari tanggapan

(29)

suatu objek. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Pujiatni dan

Lestari (2010). perilaku menyontek dipandang oleh sebagian mahasiswa

sebagai perbuatan yang tidak baik, tidak terpuji dan perbuatan berdosa yang

harus dihindari. Perilaku menyontek juga dipandang sebagai perilaku

menjerumuskan diri dalam hal yang negatif dan membohongi diri sendiri

karena menyontek tidak dapat mengukur seberapa jauh kemampuan yang

dimiliki. Namun demikian, ada pula mahasiswa yang menganggap

menyontek sebagai perilaku yang biasa dilakukan dalam keadaan terpaksa.

Dalam hal ini perilaku menyontek disamakan dengan belajar karena pada saat

menulis dalam kertas kecil dianggap seperti membaca dan meringkas catatan.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan

tanggapan seseorang yang timbul karena rangsangan, terhadap suatu objek

berupa tanggapan positif atau tanggapan negatif.

B. Komponen Sikap

Dalam teori sikap terdapat tiga komponen dasar yaitu komponen

kognitif, komponen afektif dan komponen konatif (Azwar,2005).

Komponen-komponen sikap tersebut berasal dari apa yang dipercaya tentang suatu objek,

perasaan terhadap suatu objek, dan perilaku seseorang terhadap suatu objek.

Komponen kognitif yakni kepercayaan seseorang mengenai apa yang

benar bagi objek sikap. Kepercayan datang dari apa yang dilihat dan apa yang

diketahui. Berdasarkan apa yang dilihat, akan membentuk gagasan mengenai

(30)

pengetahuan seseorang terhadap apa yang diharapkan dan tidak diharapkan

dari objek tertentu.

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif sesorang

terhadap suatu objek sikap. Komponen afektif dapat diartikan sebagai

perasaan seseorang yang dimiliki terhadap suatu objek. Reaksi emosional dari

komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau sesuatu yang

dipercaya individu bagi objek tertentu.

Komponen konatif menunjukkan perilaku atau kecenderungan

berperilaku dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang

dihadapinya. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus

tertentu ditentukan oleh kepercayaannya terhadap stimulus tersebut. Sikap

seseorang akan dicerminkan dalam bentuk perilaku terhadap suatu objek.

C. Faktor Pembentuk Sikap

Azwar (2005) menyatakan pembentukan sikap seseorang pada dasarnya

disebabkan oleh adanya interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, terjadi

pertukaran informasi antar individu dan hubungan yang saling mempengaruhi.

Hubungan timbal balik ini yang membentuk pola sikap terhadap objek yang

dihadapi. Azwar juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi

(31)

1. Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi meninggalkan kesan yang kuat dan dapat

menjadi dasar pembentukan sikap. Pengalaman yang telah dialami

individu akan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi dasar terbentuknya sikap. Sikap lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional. Reaksi individu terhadap pengalaman

sekarang tidak terlepas dari penghayatan terhadap pengalaman yang lalu.

2. Kebudayaan

Kebudayaan di mana seseorang hidup memberikan pengaruh

terhadap pembentukan sikap. Apabila seseorang tinggal dalam budaya

yang mempunyai norma longgar bagi suatu perbuatan menyimpang,

maka ada kemungkinan akan mendukung perbuatan menyimpang

tersebut. Kebudayaan menanamkan pengaruh sikap terhadap berbagai

masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,

karena kebudayaan memberi corak pengalaman individu-individu yang

menjadi anggota kelompok masyarakat.

3. Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting

Orang lain yang hidup di sekitar individu akan memberikan

pengaruh terhadap pembetukan sikap. Seseorang yang dianggap penting

seperti orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau

(32)

seseorang terhadap suatu objek. Pada umumnya individu cenderung

memiliki sikap searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Kecenderungan ini dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan

keinginan untuk menghindari konflik dengan orang dianggap penting.

4. Media Massa

Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,

majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan

opini dan kepercayaan seseorang. Dalam penyampaian informasi, media

massa memberikan pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Pesan sugesti yang cukup kuat akan

memberi dasar efektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuk arah

sikap tertentu. Berita yang disampaikan melalui media massa seringkali

mengandung unsur subjektivitas. Hal tersebut berpengaruh terhadap

pembentukan sikap pembaca yang menerima berita tersebut.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pegaruh

dalam pembentukan sikap karena keduanya memberikan konsep moral

pada individu. Pemahaman baik dan buruk, sesuatu yang boleh dan tidak

boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan keagamaan. Konsep

moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan,

sehingga ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap suatu

(33)

ajaran moral dan agama, maka tidak ada keraguan bagi mereka untuk

bersikap menolak

6. Emosional

Sikap tidak hanya ditentukan oleh pengalaman pribadi dan situasi

seseorang. Sikap juga merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi.

Suatu bentuk sikap pernyataan yang didasari oleh emosi berfungsi

sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap tersebut merupakan sikap yang dapat segera

berlalu, tetapi dapat pula merupakan sikap yang bertahan lama.

D. Menyontek

Sudjana dan Wulan (1994) menjelaskan bahwa menyontek merupakan

tindakan kecurangan dalam tes melalui pemanfaatan informasi yang berasal

dari luar secara tidak sah. Bower (Purnamasari, 2013) mendefinisikan

cheating adalah perbuatan yang menggunakan cara-cara yang tidak sah untuk

tujuan yang sah dan terhormat yaitu mendapatkan keberhasilan akademik

untuk menghindari kegagalan akademik. Di samping itu, menurut Indarto dan

Masrun (2004) menyontek didefinisikan sebagai perbuatan curang, tidak jujur,

dan tidak legal dalam mendapatkan jawaban pada saat tes.

Salah satu alasan yang mendorong individu untuk menyontek adalah

untuk memuaskan harapan orang tua. Santrock (2003) mengatakan bahwa

tidak jarang orang tua dalam mendidik anak-anaknya dipengaruhi oleh ambisi

(34)

mengharapkan terlalu berlebihan pada anak akan menghambat anak untuk

menunjukkan prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Smith (dalam Aryani, 2009) mengemukakan bahwa keputusan moral

dan motivasi untuk mencapai prestasi atau ketakutan untuk gagal menjadi

alasan yang seorang individu cenderung melakukan tindakan menyontek.

Alasan tersebut meliputi:

1. Terpengaruh melihat teman melakukan kecurangan meskipun pada

awalnya tidak berniat melakukan tindakan curang.

2. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu text book

sehingga memaksa peserta harus menghafal kata demi kata dari buku

teks.

3. Merasa guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian nilai.

4. Adanya peluang karena pengawasan dalam ujian tidak ketat.

5. Takut gagal.

6. Ingin memperoleh nilai tinggi tetapi tanpa diimbangi belajar keras.

7. Tidak percaya diri, sehingga mengantisipasinya dengan membawa

catatatan kecil.

8. Terlalu cemas dalam menghadapi ujian.

9. Berpikir bahwa guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan seperti

sebelumnya, sehingga tidak menyalin tugas milik teman.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku

menyontek adalah kegiatan, tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara

(35)

memalsukan hasil belajar dengan menggunakan bantuan atau memanfaatkan

informasi dari luar secara tidak sah pada saat dilaksanakan tes atau evaluasi

akademik untuk mencapai tujuan tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku menyontek dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal dan

eksternal. Faktor iternal adalah faktor yang berasal dari diri mahasiswa,

seperti; malas belajar, konsep diri, kepercayaan diri, kecemasan dan

ketakutan akan gagal yang berlebihan. Sedangkan faktor ekternal adalah

faktor yang berasal dari luar mahasiswa, misalnya; teman sebaya, lingkungan

dan kesempatan.

E. Indikator Menyontek

Menyontek sebagai perilaku ketiakjujuran akademis yang sering

dilakukan oleh mahasiswa memiliki beberapa indikator. Hartanto (2012:23)

menjelaskan terdapat delapan indikator menyontek sebagai berikut:

1. Prokrastinasi dan Efikasi Diri

Gejala yang sering ditemui pada seseorang yang menyontek adalah

prokrastinasi dan juga rendahnya efikasi diri. Prokrastinasi merupakan

gejala yang paling sering ditemui pada seseorang yang menyontek.

Seseorang yang terbiasa menunda pekerjaan akan memiliki kesiapan yang

rendah dalam menghadapi ujian.

Efikasi diri yang rendah juga merupakan indikasi lain bagi perilaku

menyontek. Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan diri seseorang

dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan. Orang yang memiliki

(36)

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik dan menolak untuk

melakukan kegiatan menyontek.

2. Kecemasan yang Berlebihan

Munculnya kecemasan yang berlebihan juga merupakan indikator

bagi seseorang yang melakukan kegiatan menyontek. Gejala yang muncul

pada seseorang yang menyontek adalah munculnya kecemasan yang

berlebihan saat ujian. Kecemasan tersebut dapat mempengaruhi pikiran,

sehingga otak tidak dapat berkerja sesuai dengan kemampuannya.

Keadaan tersebut membuat orang terdorong dalam melakukan kegiatan

menyontek untuk menciptakan ketenangan pada dirinya.

3. Motivasi Belajar dan Berprestasi

Orang yang memiliki motivasi untuk berprestasi akan berusaha

menyelesaikan tugas maupun pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan

usahanya sendiri dan sebaik-baiknya. Hal ini dapat berarti bahwa orang

yang memiliki motivasi berprestasi cenderung mengerjakan tugas sendiri

dan menghindari perilaku menyontek. Sebaliknya orang-orang yang

memiliki motivasi belajar yang rendah akan banyak menemui kesulitan

dalam belajar, sehingga memiliki tingkat pengetahuan dan pemahaman

yang kurang dalam menghadapi ujian.

4. Keterikatan dalam Kelompok

Orang yang memiliki keterikatan dalam suatu kelompok akan

cenderung melakukan kegiatan menyontek. Hal itu terjadi karena orang

(37)

mendorong untuk saling menolong dan berbagi termasuk juga dalam

menyelesaikan ujian. Biasanya seseorang akan cenderung menyontek

kepada teman dekatnya.

5. Keinginan Nilai Tinggi

Keinginan seseorang untuk mendapatkan nilai yang tinggi juga

dapat menjadi pendorong seseorang melakukan kegiatan menyontek.

Orang berpikir bahwa nilai adalah segalanya dan berusaha untuk

mendapatkan nilai yang baik meskipun harus menggunakan cara tidak

benar.

6. Pikiran Negatif

Pikiran negatif yang dimiliki seseorang seperti ketakutan dianggap

bodoh dan dijauhi teman, ketakutan dimarahi dosen atau orang tua karena

nilai jelek juga menjadi indikator perilaku menyontek. Adanya perilaku

menyontek terjadi diawali karena hubungan orang tua dan siswa yang

kurang baik. Orang tua seharusnya memberikan dorongan dan

kepercayaan kepada anaknya agar dapat meminimalisir perilaku

menyontek.

7. Harga Diri dan Kendali Diri

Mahasiswa yang memiliki harga diri tinggi cenderung melakukan

kegiatan menyontek. Hal ini dilakukan agar harga diri tetap terjaga

dengan mendapatkan nilai tinggi meskipun dengan menyontek. Sama

halnya dengan orang yang memiliki kendali diri yang rendah cenderung

(38)

8. Perilaku impulsive dan cari perhatian.

Orang yang melakukan kegiatan menyontek menunjukkan indikasi

mereka selalu mengikuti kata hati (impulsive). Begitu pula seseorang yang

membutuhkan perhatian cenderung akan melakukan kegiatan menyontek.

Hal ini disebabkan mereka ingin diperhatikan dengan mendapatkan nilai

yang tinggi.

F. Bentuk-Bentuk Menyontek

Bentuk-bentuk perilaku menyontek menurut Hetherington and Feldman

(Veronikha, 2004) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Social Active

a. Melihat jawaban teman yang lain ketika ujian berlangsung.

b. Meminta jawaban kepada teman yang lain ketika ujian sedang

berlangsung.

2. Individualistic-Opportunistic

a. Menggunakan HP atau alat elektronik lain yang dilarang ketika ujian

sedang berlangsung.

b. Mempersiapkan catatan yang digunakan pada saat ujian akan

berlangsung.

c. Melihat dan menyalin sebagian atau seluruh hasil kerja teman lain

pada saat tes.

3. Individual Planned

a. Mengganti jawaban ketika guru keluar kelas.

(39)

c. Memanfaatkan kelengahan/kelemahan guru ketika menyontek.

4. Social Passive

a. Mengijinkan orang lain melihat jawaban ketika ujian sedang

berlangsung.

b. Membiarkan orang lain menyalin pekerjaannya.

c. Memberi jawaban tes kepada teman pada saat ujian sedang

berlangsung.

G. Motivasi Belajar

Mc. Donald dalam Sardiman (2005) mengatakan bahwa “Motivation is

an energy change within the person characterized by affective arousal and

anticipatory goal reactions.” Motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk

mencapai tujuan. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan

seseorang bertingkah laku. Setiap manusia mempunyai harapan yang akan

mendorong mereka melakukan kegiatan. Kegiatan untuk mencapai tujuan

atau harapan disebut dengan perilaku, sedangkan harapan, keinginan dan

kebutuhan yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu disebut motif.

Uno (2007) mengungkapkan motif adalah daya penggerak dalam diri

seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri

seseorang yang timbul karena rangsangan dari dalam maupun dari luar untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam

(40)

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.

Djamarah (2002) mengatakan bahwa dalam proses belajar motivasi sangat

diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar

tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Sejalan dengan pendapat di

atas menurut pandangan Good dan Brophy (Uno, 2003) belajar merupakan

suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh

sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan perilaku sebagai hasil dari

pengalaman itu sendiri.

Winkel (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar merupakan daya

penggerak psikis di dalam diri manusia yang menimbulkan kegiatan belajar,

menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberikan arah pada kegiatan

belajar demi mencapai tujuan. Misalnya anak yang akan ikut ujian

membutuhkan sejumlah informasi atau ilmu untuk membantu dalam ujian,

agar memperoleh nilai yang baik. Jika pada saat ujian anak tidak bisa

menjawab, maka akan muncul motif anak untuk menyontek karena ingin

mempertahankan dirinya agar tidak dimarahi orang tuanya karena

memperoleh nilai yang buruk. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Candra Alvianto (2008) pada siswa-siswi kelas XI di SMA

Negeri 1 Dukun Kecamatan Muntilan. Dari 70 responden, menunjukkan

bahwa terdapat hubugan negatif yang signifikan antara variabel motivasi

berprestasi dengan perilaku menyontek. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi

tingkat motivasi berpretasi pada siswa-siswi, maka akan semakin rendah

(41)

tingkat motivasi berprestasi pada siswa-siswi, maka semakin tinggi tingkat

perilaku menyonteknya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang dapat

menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelansungan kegiatan belajar

tersebut dan mendorong perilaku individu untuk belajar.

Menurut Uno (2007), motivasi belajar timbul karena faktor intrinsik

berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan

harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang

menarik. Kedua faktor disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga

seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat.

Indikator motivasi belajar yang mempunyai peranan besar dalam

keberhasilan seseorang belajar adalah: (1) adanya hasrat ingin berhasil, (2)

adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan

cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan

yang menarik dalam belajar (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif,

sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

H. Peranan Motivasi dalam Belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan

menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang

belajar. Uno (2007) mengungkapkan ada beberapa peranan penting dari

(42)

1. Peranan Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang

anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan

pemecahan melalui hal-hal yang pernah dilaluinya. Upaya anak

menyelesaikan masalah belajar dengan mencari sumber belajar

merupakan peran motivasi yang dapat menimbulkan penguatan belajar.

Sesuatu dapat menjadi penguat belajar seseorang, apabila dia sedang

benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar suatu hal. Motivasi dapat

menentukan hal-hal apa di lingkungan yang dapat memperkuat perbuatan

belajar.

2. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar dapat diketahui

apabila sudah dinikmati manfaatnya. Belajar akan dirasakan manfaatnya

apabila seseorang dapat menerapkan atau mempraktikannya dalam

kehidupan.

3. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang sudah termotivasi untuk belajar akan berusaha

untuk mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan

memperoleh hasil yang baik. Dalam hal ini, tampak bahwa motivasi

belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. Sebaliknya, seseorang

yang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, dia akan tidak

(43)

dan bukan belajar. Dengan demikian, motivasi sangat berpengaruh

terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.

I. Hipotesis Penelitian

Perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek berdasarkan

fakultas berhubungan dengan tingkat kesulitan mata kuliah yang ada pada

masing-masing fakultas. Tingkat kesulitan mata kuliah akan mempengaruhi

perkuliahan mahasiswa berkaitan dengan minat mahasiswa mempelajari mata

kuliah pada bidang tersebut.

Menurut penelitian yang dilakukan Premaux, Lin & Wen (Mujahidan,

2009) menyatakan bahwa mahasiswa di fakultas teknik, matematika,

kedokteran dan ekonomi lebih sering menyontek daripada mahasiswa di

fakultas ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Perbedaan ini disebabkan karena

tingkat kesulitan mata kuliah masing-masing fakultas berbeda.

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Micehel Seguin di

UQAM dalam

http://koranyogya.com/siapa-raja-nyontekmahasiswa-sains-dan-manajemen/ (diakses tanggal 21 Maret 2016), menunjukkan bahwa

perilaku menyontek lebih banyak dilakukan oleh mahasiswa Sains dan

Manajemen daripada mahasiswa Ilmu Humaniora, ilmu komunikasi, Politik

dan Hukum, Pendidikan dan Seni. Menurut Seguin, fakultas yang memiliki

mahasiswa dengan tingkat kecurangan tinggi adalah fakultas yang tingkat

kesulitan untuk lulus lebih tinggi dari fakultas lain. Tingkat kesulitan pada

setiap mata kuliah juga akan mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi belajar

(44)

Berdasarkan penjelasan di atas maka ditentukan hipotesis sebagai

berikut:

Ho1= Tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek

berdasarkan fakultas.

Ha1= Ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek

berdasarkan fakultas.

Motivasi belajar juga akan menyebabkan perbedaan sikap pada

mahasiswa terhadap perilaku menyontek. Seseorang ingin mendapatkan nilai

yang tinggi namun seringkali tidak didasari dengan usaha belajar. Hal

tersebut akan mendorong untuk melakukan tindakan tidak jujur untuk

mencapai tujuan yang diharapkan.

Penelitian yang dilakukan Aryani, dkk menunjukkan terdapat hubungan

negatif antara motivasi diri dengan kecenderungan menyontek. Artinya,

semakin tinggi motivasi diri maka semakin rendah kecenderungan

menyontek. Hasil analisis data menunjukkan tingkat motivasi diri pelajar

SMK PGRI 1 Pacitan Jawa Timur secara umum termasuk kategori tinggi atau

positif yaitu sebesar 50%. Hasil penelitian ini diperkuat dengan teori yang

dikemukakan Winkel (2004) bahwa peranan dari motivasi adalah

mempengaruhi kuat lemahnya semangat belajar. Individu yang memiliki

motivasi tinggi dalam mencapai tujuan, ketika menghadapi masalah akan

melakukan tindakan-tindakan yang positif untuk memecahkan masalahnya.

Sedangkan bagi individu yang memiliki motivasi rendah akan cenderung

(45)

Motivasi belajar dipengaruhi oleh tekanan dalam diri seseorang untuk

mendapatkan nilai yang tinggi. Tekanan ini dapat timbul karena adanya

kompetisi dalam kelas. Haryono, dkk (2001), mengatakan bahwa pelajar yang

mempersepsikan intensitas dalam kelasnya tinggi akan terdorong untuk

melakukan perilaku menyontek. Semakin tinggi persepsi pelajar terhadap

intensitas kompetisi dalam kelas, semakin tinggi pula perilaku menyontek

yang terjadi. Tekanan untuk mencapai nilai yang tinggi menyebabkan pelajar

cemas. Perasaan cemas tersebut akan mendorong individu untuk melakukan

upaya demi mencapai tujuannya, yaitu belajar atau menyontek. Di antara dua

alternatif tersebut, menyontek lebih sering dilakukan sebab menuntut usaha

yang minimal tetapi efektif untuk mencapai tujuan (Haryono, dkk :2001).

Berdasarkan permasalahan dan deskripsi teoritik yang disajikan dalam

penelitian ini, maka perumusan hipotesis adalah sebagai berikut:

Hipotesis II

Ho2= Tidak ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek

berdasarkan motivasi belajar.

Ha2= Ada perbedaan sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek

(46)

26

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah studi kasus. Studi kasus

adalah penelitian yang melakukan penyelidikan secara mendalam mengenai

subjek tertentu untuk memberikan gambaran lengkap mengenai subjek

tertentu (Sangaji dan Shopian, 2010: 21). Menurut Suprapto (2013: 15),

penelitian studi kasus adalah penelitian terhadap satu individu, keluarga,

kelompok institusi sosial, dan masyarakat tentang penentuan faktor dan

hubungan antar faktor sehingga memperoleh informasi tentang perilaku dan

status subjek yang diteliti secara rinci dan mendalam (in depth), diantaranya

latar belakang dan sifat atau ciri-ciri yang khas dari kasus tersebut.

Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Hasil atau kesimpulan ini tidak bisa digeneralisasikan pada

universitas-universitas lainnya di Yogyakarta, sebab penelitian studi kasus

merupakan jenis penelitian dengan karakteristik serta masalah yang

mempunyai kaitan antara latar belakang dan kondisi nyata saat ini dari subyek

yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

(47)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi S1 angkatan

2015 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti memilih

angkatan 2015 karena mereka berada pada usia dewasa awal yaitu 18

tahun (Santrock:2012). Pada masa ini remaja mengalami ketidakstabilan

salah satunya dalam hal pendidilan. Ketidakstabilan yang terjadi dalam hal

pendidikan terkadang membuat individu tersebut sedikit sulit untuk

beradaptasi dengan lingkungan baru, seperti suasana universitas,

teman-teman, dosen dan peraturan-peraturan baru yang ada di dalam universitas.

2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebas terdiri dari motivasi belajar dan fakultas.

Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap

mahasiswa-mahasiswi Universitas Sanata Dharma terhadap perilaku menyontek.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2004: 72). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

mahasiswa-mahasiswi program S1 di Universitas Sanata Dharma angkatan

(48)

Pendidikan, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sastra, Fakultas Farmasi,

Fakultas Teologi, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Sains dan Teknologi.

Jumlah populasi penelitian adalah:

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Fakultas Program Studi Jumlah

1. Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Bimbingan dan Konseling 78 1.074

2. Pendidikan Agama Katolik 49

3. Pendidikan Guru Sekolah Dasar (S1) 261

4. Pendidikan Bahasa Inggris 160

5. Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia 91

6. Pendidikan Sejarah 42

7. Pend. Ekonomi BKK Pend. Akuntansi 91

8. Pend. Ekonomi BKK Pend. Ekonomi 51

Menurut Siregar (2010:145) sampel adalah suatu prosedur, di

mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk

menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi. Dalam

penelitian ini, yang digunakan dalam menentukan besaran sampel

(49)

(Siregar 2010:149) karena jumlah populasi sudah diketahui. Rumus untuk

menghitung sampel adalah sebagai berikut:

Keterangan:

n = Besarnya sampel

N = jumlah populasi

e = perkiraan tingkat kesalahan

Berdasarkan rumus di atas maka perhitungan sampel penelitian

adalah sebagai berikut:

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan di atas, maka

besarnya sampel penelitian adalah 343 responden.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel

(Sugiyono, 2004: 73). Teknik sampling pada dasarnya dapat

(50)

probability sampling. Dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengambilan sampel proporsional (Siregar 2010:146). Perhitungannya

adalah sebagai berikut:

a. Jumlah sampel yang akan diambil adalah 343 responden.

b. Proporsi sampel untuk setiap fakultas adalah 343/2404 = 0.14

c. Setiap jumlah sampel dari setiap fakultas dikalikan proporsi sampel di

setiap fakultas.

Pendidikan Matematika 101 0.14 14

(51)

E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Sikap

Sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek diukur dengan

menggunakan tiga komponen skala sikap, yaitu komponen kognitif,

komponen afektif, dan komponen konatif. Adapun indikator dan nomor

item dalam operasionalisasi variabel sikap adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Sikap

Dimensi Indikator Kognitif Afektif Konatif + - + - + -

Setiap pernyataan dalam kuesioner diukur dengan menggunakan

skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek

atau fenomena tertentu (Siregar, 2010:138). Pada kuesioner ini, peneliti

(52)

(R), sehingga hanya ada empat pilihan alternatif saja. Hadi (2004),

ditiadakannya pilihan alternatif jawaban didasarkan pada:

a. Kategori undecided mempunyai arti ganda. Bisa diartikan belum

dapat memutuskan, bisa juga diartikan netral.

b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan

menjawab di tengah, terutama bagi responden yang ragu-ragu ke

arah setuju atau tidak setuju.

c. Maksud jawaban SS-S-TS-STS adalah untuk melihat kecenderungan

pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.

Pemberian skor pada setiap alternatif pernyataaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Penilaian Skala Likert

Jawaban Skor

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangar Tidak Setuju 1 4

2. Variabel Motivasi Belajar

Uno (2007) mengungkapkan motif adalah daya penggerak dalam

diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan

tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat

dalam diri sesesorang yang timbul karena rangsangan dari dalam maupun

dari luar untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih

(53)

Menurut Uno (2007), motivasi belajar timbul karena faktor

intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan

belajar, dan harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah

adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan

belajar yang menarik. Kedua faktor disebabkan oleh rangsangan tertentu,

sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang

lebih giat.

Adapun indikator dan nomor item dalam operasionalisasi varibel

motivasi belajar adalah sebagai berikut:

Setiap pernyataan dalam kuesioner diukur dengan menggunakan

skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang dapat digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek

(54)

memutuskan untuk meniadakan pilihan alternatif jawaban Ragu-Ragu

(R), sehingga hanya ada empat pilihan alternatif saja. Hadi (2004),

ditiadakannya pilihan alternatif jawaban didasarkan pada:

a. Kategori undecided mempunyai arti ganda. Bisa diartikan belum

dapat memutuskan, bisa juga diartikan netral.

b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan

menjawab di tengah, terutama bagi responden yang ragu-ragu ke

arah setuju atau tidak setuju.

c. Maksud jawaban SS-S-TS-STS adalah untuk melihat kecenderungan

pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju.

Pemberian skor pada setiap alternatif pernyataaan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Penilaian Skala Likert

Jawaban Skor

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangar Tidak Setuju 1 4

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah

kuesioner (angket). Kuesioner menurut Sugiyono (2004:135) merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien apabila peneliti

(55)

bisa diharapkan dari responden. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

kuesioner tertutup

G. Teknik Pengujian Instrumen

Sebelum instrumen penelitian diujicobakan, peneliti telah meminta orang lain

untuk memberikan komentar tentang penulisan kalimat dan ambiguitas pada

setiap butir kuesioner. Setelah dilakukan validasi dan perbaikan, instrumen

penelitian dibagikan kepada responden. Instrumen penelitian yang telah diisi

dan diterima kembali oleh peneliti, kemudian dilakukan uji coba instrumen

dengan menggunakan program komputer SPSS. Dari hasil uji coba

instrument didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas alat ukur dalam penelitian ini dilakukan dengan

program komputer SPSS dengan cara melihat nilai korelasi (pearson

correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)]

≤ taraf signifikan (α) sebesar 0,05. Jumlah responden sebesar 343 dan α =

0.05, sehingga nilai r (0.05, 343) pada table product moment adalah

0.1058. Rumus yang digunakan untuk uji validitas menggunakan teknik

korelasi product moment (Siregar, 2010:164) adalah:

√[ ][ ]

Keterangan:

n = jumlah responden

x = skor variabel (jawaban responden)

(56)

Kriteria validitas suatu instrumen adalah apabila rhitung > rtabel

dengan taraf signifikan (α = 0.05) maka butir-butir pernyataan dikatakan

valid. Sebaliknya apabila rhitung < rtabel dengan taraf signifikan (α = 0.05)

maka butir-butir pernyataan dikatakan tidak valid.

a. Hasil Uji Validitas Sikap

Berikut disajikan hasil pengujian validitas instrumen penelitian

ini. Pengujian validitas dilakukan dengan responden sebanyak 70

(57)

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 22 butir item yang

digunakan terdapat 7 item yang tidak valid karena rhitung lebih kecil

dari rtabel. Butir item yang tidak valid tersebut kemudian dihapus.

Setelah butir item yang tidak valid dihapus, dilakukan kembali

pengujian validitas. Berikut disajikan tabel hasil pengujian validitas

tahap II.

Setelah dilakukan uji validitas, diketahui item-item dalam

kuesioner yang dinyatakan valid berjumlah 15. Item-item tersebut

telah mewakili variabel sikap mahasiswa terhadap perilaku

(58)

b. Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar

Berikut disajikan hasil pengujian validitas instrumen penelitian

ini. Pengujian validitas dilakukan dengan responden sebanyak 70

(59)

pengujian validitas. Berikut disajikan tabel hasil pengujian validitas

item yang tidak valid dihapus, dilakukan kembali pengujian validitas.

(60)

Tabel 3.11

Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar Tahap III No

Setelah dilakukan uji validitas, diketahui tem-item dalam

kuesioner yang dinyatakan valid berjumlah 18. Item-item tersebut

telah mewakili variabel sikap mahasiswa terhadap perilaku

menyontek.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Jonathan Sarwono (2014:248) reliabilitas menunjuk pada adanya

konsistensi dan stabilitas nilai hasil pengukuran tertentu di setiap kali

pengukuran dilakukan pada hal yang sama. Pengujian reliabilitas alat

(61)

dengan teknik koefisien Alpha Cronbach yaitu dengan membelah item

sebanyak jumlah itemnya. Semakin besar koefisien reliabilitas berarti

semakin kecil kesalahan pengukuran maka semakin reliabel alat ukur

tersebut. Rumus ini digunakan karena kuesioner yang diberikan

berbentuk skala 1-4 dan jawaban responden menginterpretasikan

penilaian sikap. Kriteria suatu instrument dikatakan reliabel dengan

menggunakan teknik ini, apabila koefisien reliabilitasnya (r11) > 0.6.

Tahapan perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan teknik

Alpha Cronbach, yaitu:

a. Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan

b. Menentukan nilai varians total

c. Menentukan reliabilitas instrument

[ ] [ ]

Keterangan:

n = Jumlah sampel

X = Nilai skor yang dipiih

= Varians total

= Jumlah varians butir

k = Jumlah butir pertanyaan

(62)

Hasil pengujian reliabilitas variabel sikap mahasiswa terhadap

perilaku menyontek dengan jumlah data (n) sebanyak 70 responden pada

derajad keyakinan 5% maka diperoleh nilai 0.917. Nilai ini lebih besar

dari 0,6. Dengan demikian instrument yang digunakan untuk melihat

sikap mahasiswa terhadap perilaku menyontek dikatakan reliabel.

Sedangkan hasil pengujian reliabilitas variabel motivasi belajar dengan

jumlah data (n) sebanyak 70 responden pada derajad keyakinan 5% maka

diperoleh nilai 0.837. Nilai ini lebih besar dari 0,6. Dengan demikian

instrument yang digunakan untuk melihat motivasi belajar mahasiswa

dikatakan reliabel.

H. Teknik Analisis Data 1. Teknik Deskriptif

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistika

deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsiskan atau

member gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel dan

populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku umum. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan

pengujian hipotesis deskriptif (Siregar, 2010:221). Pengujian statistik

deskriptif ini untuk mendeskripsikan variabel penelitian yaitu sikap dan

motivasi belajar menggunakan patokan penelitian dengan PAP II. Untuk

keperluan deskripsi data, digunakan tabel distribusi frekuensi untuk

(63)

Tabel 3.12

Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II

Skor Kategori Kecenderungan Variabel

81% - 100% Sangat Tinggi

66% - 80% Tinggi

56% - 65% Cukup

46% - 55% Rendah

<45% Sangat Rendah

Dalam PAP tipe II terdapat batas atau patokan yang paling rendah

(passing score) yaitu 56% dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi

nilai cukup. PAP II umumnya merupakan cara menghitung dengan skor

minimal 0 dan skor maksimal 100. Pada penelitian ini, peneliti telah

menetapkan skor terendah 1 dan skor tertinggi 4. Maka untuk

mendeskripsikan ketegori variabel sikap dan variabel motivasi belajar

terlebih dahulu harus menentukan skor interval dengan memodifikasi

rumus PAP tipe II, sebagai berikut:

Skor terendah yang mungkin dicapai + [Nilai presentase x (Skor tertinggi

yang mungkin dicapai item – Skor terendah yang mungkin dicapai)]

a. Variabel Sikap

Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 4 x 15 = 60

Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 15 = 15

Skor:

Sangat Tinggi = 15 + 81% (60 - 15) = 52 - 60

Tinggi = 15 + 66% (60 - 15) = 45 - 51

Cukup Tinggi = 15 + 56% (60 - 15) = 41 - 44

(64)

Sangat Rendah = 15 + 0% (60 - 15) = 15 – 35

Data perhitungan di atas dapat disimpulkan kategori kecenderungan

variabel berikut:

Tabel 3.13 Rentang variabel Sikap

No Interval Kategori

1. 52 – 60 Sangat Tinggi

2. 45 – 51 Tinggi

3. 41 – 44 Cukup Tinggi

4. 36 – 40 Rendah

5. 15 – 35 Sangat Rendah

b. Variabel Motivasi Belajar

Skor tertinggi yang mungkin dicapai : 4 x 18 = 72

Skor terendah yang mungkin dicapai : 1 x 18 = 18

Skor:

Sangat Tinggi = 18 + 81% (72-18) = 62 - 72

Tinggi = 18 + 66% (72-18) = 54 - 61

Cukup = 18 + 56% (72-18) = 49 - 53

Rendah = 18 + 46% (72-18) = 43 - 48

Sangat Rendah = 18 + 0% (72-18) = 18 – 42

Data perhitungan di atas dapat disimpulkan kategori kecenderungan

Gambar

Tabel 5.3 Deskripsi Statistik Variabel Fakultas ............................................
Tabel 3.1    Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Proporsi Sampel Mahasiswa Setiap Fakultas
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Sikap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : (1) Adakah perbedaan karakteristik dan profil usaha debitur (pelaku usaha mikro kecil)

Disampaikan bahwa sebagai kelanjutan dari proses evaluasi, saudara dimintakan untuk dapat menghadiri acara Pembuktian Kualifikasi dengan membawa serta dokumen (asli beserta satu

AXIAAT PUTUSAN PAILIT BACI HARTA KEKAYAAN DEBITUR MENURUT UNDANG - UNDANG NO.. 4/ Prp / TAHUN

Ini merupakan aspek seni dari perencanaan program, dimana harus disusun secara harmonis kegiatan belajar dengan membuat kelompok-kelompok belajar baik kelompok

penyelenggaraan angkutan umum, hal ini sudah diamanatkan didalam pasal 138 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Lalu lintas dan Angkutan jalan yang berbunyi: Pada

DFD adalah alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan

[r]

n{inbdhn s^sere krhrba tuh} Lin&amp;r