• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi Eritrosit Pada Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) Sampel Dengan Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test(OTOFT)Positif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Morfologi Eritrosit Pada Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) Sampel Dengan Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test(OTOFT)Positif."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

MORFOLOGI ERITROSIT PADA SEDIAAN APUS DARAH TEPI

(SADT) SAMPEL DENGAN HASIL PEMERIKSAAN ONE TUBE

OSMOTIC FRAGILITY TEST (OTOFT) POSITIF

Muhammad Chalid Ghozali Daulay, 2010

Pembimbing I : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK. Pembimbing II : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes

Latar belakang Membran plasma eritrosit bersifat permeable terhadap molekul air

(H2O). Sel darah merah yang dimasukkan dalam larutan hipertonis akan mengalami krenasi (pengerutan), sedangkan apabila eritrosit berada dalam lingkungan yang hipotonis, maka osmosis akan terjadi dari luar ke dalam sel yang akan menyebabkan sel akan menggembung hingga cell burst. Tes fragilitas osmotik menilai kejadian lisis eritrosit akibat adanya osmotic stress. Akibat adanya gangguan struktural dan biokimia dari eritrosit yang mengalami keadaan-keadaan patologis, hampir dapat dipastikan bahwa terdapat perubahan morfologi sel, yang dapat ditinjau lebih lanjut menggunakan pemeriksaan sediaan apus darah tepi (SADT). Seberapa erat hubungan antara perubahan fragilitas eritrosit dengan gambaran eritrosit pada SADT masih sangat layak untuk diteliti.

Tujuan penelitian Mengetahui morfologi eritrosit pada SADT (Sediaan Apus Darah Tepi) sampel darah yang memberikan hasil positif pada pemeriksaan OTOFT (One Tube Osmotic Fragility Test).

Metode Penelitian Bersifat kualitatif, deskriptif. Penelitian dilakukan pada 40 orang normal yang diambil darahnya, dilakukan pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT) dan pembuatan sediaan apus darah tepi. SADT dibaca oleh dua pembaca kompeten.

Hasil Dari pembaca pertama, sampel dengan OTOFT (+) memiliki gambaran cigar-shape (18,1%), sel target (9,1%), burr cell (9,1%) serta gambaran lainnya (fragmentosit dan ovalosit). Dari pembaca kedua, sampel dengan OTOFT (+) memiliki gambaran cigar-shape (27,3%), sel target (18,1%), burr cell (9,1%) serta gambaran lainnya (normokrom anisositosis).

Simpulan Morfologi eritrosit abnormal yang paling sering ditemukan pada sampel darah yang memberikan hasil positif pada pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT) positif adalah cigar-shape cell, sel target, dan burr cell.

(2)

ABSTRACT

ERYTHROCYTE MORPHOLOGY ON PERIPHERAL BLOOD

SMEAR FROM SAMPLES WHICH SHOW POSITIVE RESULTS

ON ONE TUBE OSMOTIC FRAGILITY TEST

Muhammad Chalid Ghozali Daulay, 2010 Tutor I : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK. Tutor II : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes

Background Erythrocyte plasma membrane is water-permeable. Erythrocyte

which is submerged in a hypertonic solution will be crenated, whereas in a hypotonic solution water molecules move into the erythrocyte, causing the cell to inflate or even burst. Osmotic fragility test evaluates red cell lysis due to osmotic stress. Due to structural and biochemical disruption of erythrocyte with pathological conditions, the erythrocyte fragility and the cell morphology are likely to change, which can further be investigated by using peripheral blood smear. Therefore, the correlation between the erythrocyte fragility change and its related peripheral blood smear is still a topic worth further investigation.

Objective To find out the erythrocyte morphology in the peripheral blood smear from the samples which give positive results in One Tube Osmotic Fragility Test. Methods Qualitative, descriptive. The blood samples were collected from 40 volunteers of normal condition. One Tube Osmotic Fragility Test was carried out and peripheral blood smear was made from each blood sample. The peripheral blood smear slides were then read by two competent readers.

Results From the first reader, samples with OTOFT (+) showed cigar-shape (18.1%), target cell (9.1%), burr cell (9.1%) and other morphology (fragmentocyte and ovalocyte). From the second reader, it was found that the samples with OTOFT (+) showed cigar-shape (27.3%), target cell (18.1%), burr cell (9.1%) and other morphology (normochrome anisocytosis).

Conclusion The abnormal erythrocyte morphology most abundantly found in samples which give positive result in One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT) is cigar-shape cell, target cell, and burr cell.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL………...xi

DAFTAR GAMBAR………..xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...……... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 2

1.3. Tujuan Penelitian……….………... 3

1.4. Kegunaan Penelitian………...

1.4.1. Kegunaan Ilmiah………..

1.4.2. Kegunaan Praktis………... 3

3

3

1.5. Landasan Teori……...………..………

(4)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Fragilitas Osmotik Eritrosit Normal...……….…………... 5

2.2. Penyakit-penyakit yang Berhubungan dengan Abnormalitas Fragilitas

Eritrosit………..

2.3. SADT (Sediaan Apus Darah Tepi) pada Keadaan Peningkatan dan

(5)

2.4.1.5. Pencatatan Hasil Tes Fragilitas Osmotik…………...

BAB III SUBJEK, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN

3.1. Subjek dan Bahan Penelitian………...

3.1.1. Subjek Penelitian………...

(6)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil……….………

4.2. Pembahasan……….. 29

32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan……….. 5.2. Saran………

36

36

DAFTAR PUSTAKA... 38

LAMPIRAN... 41

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Pola blood count pada thalasemia………... 9

Tabel 2.2. Fragilitas osmotik tanpa kelainan………... 20

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test dan

Pembacaan Sediaan Apus Darah Tepi oleh Ahli Pertama………. 29

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test dan

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Produksi dan perkembangan rantai globin……… 7

Gambar 2.2. Jalur-jalur penghancuran sel darah merah……… 10

Gambar 2.3. Schystocyte……….. 12

Gambar 2.4. Aglutinasi sel darah merah……….. 13

Gambar 2.5. Trofozoit matur P. vivax……….. 13

Gambar 2.6. Sferositosis……… 14

Gambar 2.7. Eliptositosis……….. 14

Gambar 2.8. Akantositosis……… 15

Gambar 2.9. Stomatositosis……….. 15

Gambar 2.10 Anemia defisiensi Fe………... 16

Gambar 2.11. Anemia defisiensi Fe berat………. 16

Gambar 2.12. Thalasemia mayor-β……… 17

Gambar 2.13. Thalasemia mayor………... 17

Gambar 2.14. Kurva fragilitas osmotik………... 19

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Eritrosit merupakan suatu komponen utama darah setelah leukosit, trombosit

dan plasma (Oliveira & Saldanha, 2009). Sel darah tersebut dihasilkan melalui proses

hematopoiesis dalam sumsum tulang. Retikulosit, yang merupakan bentuk prematur

dari eritrosit, akan mengalami maturasi dan membentuk sel darah merah berdiameter

8 µm yang berbentuk diskus bikonkaf dengan usia sel 120 hari (Pasini, Kirkegaard,

Mortensen, Lutz, Thomas, & Mann, 2006)

Membran plasma eritrosit bersifat permeable terhadap molekul air (H2O). Hal ini oleh sebab adanya transport protein AQP1 (Mathai et al, 1996; Smith et al, 1994,

Umenishi and Verkman, 1998) . Sel darah merah yang dimasukkan dalam larutan

hipertonis akan mengalami krenasi (pengerutan) sel karena lebih banyak air yang

keluar sel daripada yang masuk. Demikian sebaliknya, apabila eritrosit berada dalam

lingkungan yang hipotonis, maka osmosis akan terjadi dari luar ke dalam sel yang

akan menyebabkan sel akan menggembung. Apabila membran plasma tidak dapat

menahan tekanan tinggi intrasel tersebut oleh sebab tercapainya critical volume,

maka sel akan pecah dan hemoglobin akan dilepaskan (Paleari & Mosca, 2008).

Tes fragilitas osmotik menilai kejadian lisis eritrosit akibat adanya osmotic

stress. Tingkat fragilitas osmotik eritrosit dipengaruhi oleh perbandingan luas permukaan sel terhadap volume sel. Peningkatan fragilitas osmotik dapat ditemukan

pada sferositosis. Pada keadaan ini sel mengalami penurunan perbandingan luas

permukaan terhadap volume sel. Hal ini menyebabkan sel sferosit tidak dapat

mengembang seefektif eritrosit diskoid normal dan menjadi lebih rentan terhadap

tekanan osmotik. Peningkatan fragilitas osmotik juga dapat ditemukan pada anemia

(11)

dan Rhesus), toksisitas obat atau zat kimia, leukemia limfositik kronis, dan luka

bakar. Pada keadaan talasemia (mayor dan minor), anemia (defisiensi besi, asam

folat, B6), polisitemia vera, post splenektomi, nekrosis hati akut dan subakut, dan

ikterik obstruktif, fragilitas eritrosit menurun. Tes skrining yang paling sering

digunakan untuk penilaian penurunan fragilitas eritrosit, seperti pada talasemia,

adalah tes fragilitas (Wiwanitkit, 2009), contohnya One Tube Osmotic Fragility Test

(OTOFT).

Akibat adanya gangguan struktural dan biokimia dari eritrosit yang

mengalami keadaan-keadaan patologis di atas, hampir dapat dipastikan bahwa

terdapat perubahan morfologi sel, yang dapat ditinjau lebih lanjut menggunakan

pemeriksaan sediaan apus darah tepi (SADT). Seberapa erat hubungan antara

perubahan fragilitas eritrosit dengan SADT eritrosit masih sangat layak untuk diteliti

dengan tujuan untuk melihat apakah terdapat korelasi antara keduanya.

Untuk itu, Karya Tulis Ilmiah yang dibuat ini akan memperlihatkan dan

menjelaskan morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi (SADT) dengan hasil

pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT) positif.

1.2Rumusan Masalah

Kelainan morfologi eritrosit apa sajakah yang dapat ditemukan pada pemeriksaan

SADT (Sediaan Apus Darah Tepi) sampel darah yang memberikan hasil positif pada

(12)

1.3Tujuan Penelitian

Mengetahui morfologi eritrosit pada SADT (Sediaan Apus Darah Tepi)

sampel darah yang memberikan hasil positif pada pemeriksaan OTOFT (One Tube

Osmotic Fragility Test).

1.4Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan ilmiah: menambah pengetahuan mengenai berbagai kelainan yang

dapat memberikan hasil tes OTOFT (One Tube Osmotic Fragility Test)

positif.

1.4.2 Kegunaan praktis: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

untuk penelitian lanjutan mengenai validitas pemeriksaan OTOFT (One Tube

Osmotic Fragility Test) sebagai tes screening tunggal talasemia, mengingat

beberapa keadaan patologis lainnya juga memberikan hasil pemeriksaan

OTOFT (One Tube Osmotic Fragility Test) positif.

1.5Landasan Teori

Pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT) merupakan

pemeriksaan standar berbagai negara dalam uji skrining talasemia. Tes ini didasari

oleh kemampuan membran eritrosit memfasilitasi osmosis. Air akan lebih banyak

bergerak ke dalam sel, menyebabkan penggelembungan dan selanjutnya cell burst

apabila ditempatkan dalam larutan hipotonis, dan sebaliknya krenasi sel akan terjadi

apabila sel ditempatkan dalam larutan hipertonis. Sel darah merah pada penderita

talasemia mengalami penurunan fragilitas (Maccioni & Cao, 1985) sehingga tes

fragilitas dapat dijadikan sarana uji skrining. Pada pemeriksaan One Tube Osmotic

Fragility Test (OTOFT) yang menggunakan 0,36% larutan salin, sel darah merah

normal akan mengalami cell burst, sedangkan sel darah merah penderita talasemia

(13)

Hasil tes OTOFT yang masih menunjukkan kekeruhan-sel darah merah tidak

mengalami lisis-disebut OTOFT positif.

Talasemia bukan satu-satunya keadaan yang mengubah fragilitas osmotik sel

darah merah. Beberapa keadaan patologis lain, di samping mempengaruhi fragilitas

eritrosit, akan mengubah morfologi eritrosit itu. Pemeriksaan gambaran morfologi

eritrosit yang mudah dan ekonomis untuk dilakukan adalah pembuatan sediaan apus

darah tepi (SADT). Diharapkan melalui penelitian ini peneliti dapat menemukan

gambaran-gambaran morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi (SADT) dengan

(14)

BAB V

SIMPULAN

5.1 Simpulan

Dari hasil pembacaan SADT oleh ahli pertama, terdapat tujuh sampel yang

menunjukkan hasil OTOFT positif namun tanpa kelainan pada pemeriksaan SADT

(normokrom normositer). Empat sampel dengan OTOFT positif lainnya

menunjukkan gambaran normokrom anisopoikilositosis. Sampel pertama

menunjukkan adanya gambaran cigar-shape, sampel kedua menunjukkan gambaran

cigar-shape, burr cell, pencil cell, fragmentosit, dan tear drop, sampel ketiga menunjukkan gambaran target cell, dan sampel keempat menunjukkan gambaran

ovalosit.

Dari hasil pembacaan SADT oleh ahli kedua, terdapat dua sampel dengan

hasil pemeriksaan OTOFT positif namun menunjukkan gambaran normokrom

normositer pada pemeriksaan SADT. Sembilan sampel dengan OTOFT positif

lainnya memberikan gambaran normokrom anisositosis, normokrom

anisopoikilositosis, dan anisokrom anisositosis. Satu sampel menunjukkan gambaran

target cell dan cigar-shape, satu sampel menunjukkan gambaran cigar-shape, satu sampel memiliki gambaran Burr cell dan cigar-shape, satu sampel menunjukkan

gambaran target cell, satu sampel menunjukkan gambaran normokrom hipokrom

anisositosis, empat sampel lainnya memiliki gambaran normokrom anisositosis.

Simpulannya, morfologi eritrosit abnormal yang paling sering ditemukan pada

sampel darah yang memberikan hasil positif pada pemeriksaan One Tube Osmotic

Fragility Test (OTOFT) positif adalah cigar-shape cell, sel target, dan burr cell.

5.2 Saran

Metode uji skrining karier thalasemia dengan menggunakan pemeriksaan

(15)

status besi (seperti Fe serum, TIBC, feritin), hitung retikulosit, indeks eritrosit,

elektroforesis hemoglobin dan analisis mutasi DNA oleh karena cukup rendahnya

(16)

Morfologi Eritrosit Pada Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) Sampel Dengan Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic

Fragility Test (Otoft) Positif

Muhammad Chalid G. D.*, Christine Sugiarto**, Lisawati Sadeli***

*Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

**Bagian Patologi Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung *** Bagian Patologi Klinis Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri No. 65, Bandung

ABSTRAK

Latar belakang Membran plasma eritrosit bersifat permeable terhadap molekul air (H2O). Sel darah merah yang dimasukkan dalam larutan hipertonis akan mengalami krenasi (pengerutan), sedangkan apabila eritrosit berada dalam

lingkungan yang hipotonis, maka osmosis akan terjadi dari luar ke dalam sel yang akan menyebabkan sel akan menggembung hingga cell burst. Tes fragilitas osmotik menilai kejadian lisis eritrosit akibat adanya osmotic stress. Akibat adanya

gangguan struktural dan biokimia dari eritrosit yang mengalami keadaan-keadaan patologis, hampir dapat dipastikan bahwa terdapat perubahan morfologi sel, yang dapat ditinjau lebih lanjut menggunakan pemeriksaan sediaan apus darah tepi (SADT). Seberapa erat hubungan antara perubahan fragilitas eritrosit dengan gambaran eritrosit pada SADT masih sangat layak untuk diteliti.

Tujuan penelitian Mengetahui morfologi eritrosit pada SADT (Sediaan Apus Darah Tepi) sampel darah yang memberikan hasil positif pada pemeriksaan OTOFT (One Tube Osmotic Fragility Test).

Metode Penelitian Bersifat kualitatif, deskriptif. Penelitian dilakukan pada 40 orang normal yang diambil darahnya, dilakukan pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT) dan pembuatan sediaan apus darah tepi. SADT dibaca oleh dua pembaca kompeten.

Hasil Dari pembaca pertama, sampel dengan OTOFT (+) memiliki gambaran cigar-shape (18,1%), sel target (9,1%), burr cell (9,1%) serta gambaran lainnya (fragmentosit dan ovalosit). Dari pembaca kedua, sampel dengan OTOFT (+) memiliki gambaran cigar-shape (27,3%), sel target (18,1%), burr cell (9,1%) serta gambaran lainnya (normokrom anisositosis).

Simpulan Morfologi eritrosit abnormal yang paling sering ditemukan pada sampel darah yang memberikan hasil positif pada pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT) positif adalah cigar-shape cell, sel target, dan burr cell.

(17)

ABSTRACT

Background Erythrocyte plasma membrane is water-permeable. Erythrocyte which is submerged in a hypertonic solution will be crenated, whereas in a hypotonic solution water molecules move into the erythrocyte, causing the cell to inflate or even burst. Osmotic fragility test evaluates red cell lysis due to osmotic stress. Due to structural and biochemical disruption of erythrocyte with pathological conditions, the erythrocyte fragility and the cell morphology are likely to change, which can further be investigated by using peripheral blood smear. Therefore, the correlation between the erythrocyte fragility change and its related peripheral blood smear is still a topic worth further investigation.

Objective To find out the erythrocyte morphology in the peripheral blood smear from the samples which give positive results in One Tube Osmotic Fragility Test.

Methods Qualitative, descriptive. The blood samples were collected from 40 volunteers of normal condition. One Tube Osmotic Fragility Test was carried out and peripheral blood smear was made from each blood sample. The peripheral blood smear slides were then read by two competent readers.

Results From the first reader, samples with OTOFT (+) showed cigar-shape (18.1%), target cell (9.1%), burr cell (9.1%) and other morphology (fragmentocyte and ovalocyte). From the second reader, it was found that the samples with OTOFT (+) showed cigar-shape (27.3%), target cell (18.1%), burr cell (9.1%) and other morphology (normochrome anisocytosis).

Conclusion The abnormal erythrocyte morphology most abundantly found in samples which give positive result in One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT) is cigar-shape cell, target cell, and burr cell.

(18)

PENDAHULUAN

Eritrosit merupakan suatu

komponen utama darah setelah leukosit, trombosit dan plasma (1). Sel darah tersebut dihasilkan

melalui proses hematopoiesis

dalam sumsum tulang.

Retikulosit, yang merupakan

bentuk prematur dari eritrosit, akan mengalami maturasi dan

membentuk sel darah merah

berdiameter 8 µm yang berbentuk diskus bikonkaf dengan usia sel 120 hari (2).

Membran plasma eritrosit

bersifat permeable terhadap

molekul air (H2O). Hal ini oleh

sebab adanya transport protein

AQP1. Sel darah merah yang

dimasukkan dalam larutan

hipertonis akan mengalami

krenasi (pengerutan) sel karena lebih banyak air yang keluar sel daripada yang masuk. Demikian

sebaliknya, apabila eritrosit

berada dalam lingkungan yang hipotonis, maka osmosis akan terjadi dari luar ke dalam sel yang

akan menyebabkan sel akan

menggembung. Apabila membran plasma tidak dapat menahan tekanan tinggi intrasel tersebut

oleh sebab tercapainya critical

volume, maka sel akan pecah dan

hemoglobin akan dilepaskan (3). Tes fragilitas osmotik menilai

kejadian lisis eritrosit akibat

adanya osmotic stress. Tingkat

fragilitas osmotik eritrosit

dipengaruhi oleh perbandingan luas permukaan sel terhadap volume sel. Peningkatan fragilitas osmotik dapat ditemukan pada sferositosis. Pada keadaan ini sel

mengalami penurunan

perbandingan luas permukaan

terhadap volume sel. Hal ini menyebabkan sel sferosit tidak

dapat mengembang seefektif

eritrosit diskoid normal dan

menjadi lebih rentan terhadap

tekanan osmotik. Peningkatan

fragilitas osmotik juga dapat

ditemukan pada anemia hemolitik autoimun (3), pasca transfusi

(inkompatibilitas ABO dan

Rhesus), toksisitas obat atau zat kimia, leukemia limfositik kronis, dan luka bakar. Pada keadaan thalasemia (mayor dan minor), anemia (defisiensi besi, asam folat,

B6), polisitemia vera, post

splenektomi, nekrosis hati akut

dan subakut, dan ikterik

obstruktif, fragilitas eritrosit

menurun. Tes skrining yang

paling sering digunakan untuk

penilaian penurunan fragilitas

eritrosit, seperti pada thalasemia, adalah tes fragilitas (4), contohnya One Tube Osmotic Fragility Test (OTOFT).

Akibat adanya gangguan

struktural dan biokimia dari

eritrosit yang mengalami keadaan-keadaan patologis di atas, hampir dapat dipastikan bahwa terdapat perubahan morfologi sel, yang

dapat ditinjau lebih lanjut

menggunakan pemeriksaan

sediaan apus darah tepi (SADT). Seberapa erat hubungan antara

perubahan fragilitas eritrosit

dengan SADT eritrosit masih

sangat layak untuk diteliti dengan tujuan untuk melihat apakah

terdapat korelasi antara

(19)

Untuk itu, Karya Tulis Ilmiah

yang dibuat ini akan

memperlihatkan dan menjelaskan morfologi eritrosit pada sediaan apus darah tepi (SADT) dengan

hasil pemeriksaan One Tube

Osmotic Fragility Test (OTOFT) positif.

TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui morfologi eritrosit pada SADT (Sediaan Apus Darah

Tepi) sampel darah yang

memberikan hasil positif pada pemeriksaan OTOFT (One Tube Osmotic Fragility Test).

BAHAN/SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah suatu

penelitian deskriptif kualitatif

untuk gambaran morfologi

eritrosit pada sampel dengan

pemeriksaan One Tube Osmotic

Fragility Test (OTOFT) positif.

Alat:

 Pipet

 Tabung reaksi

 Larutan salin 0,36%

 Vacuette dengan EDTA

 Gelas objek

 Rak memulas

 Methanol

 Larutan pewarna Giemsa

 Air suling

orang mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen

Maranatha yang telah

menandatangani informed consent

secara sukarela.

Prosedur Penelitian

Pemeriksaan One Tube Osmotic

Fragility Test (OTOFT)

 Dengan menggunakan

pipet, 0.02 ml “whole blood”

dicampurkan ke dalam

tabung reaksi yang berisi 0.36% larutan salin.

 Pipet dicuci 2-3 kali dengan

larutan dari dalam tabung percobaan

 Setelah 5 menit, isi tabung percobaan dikocok hingga tercampur dengan baik dan

hasil dievaluasi sebagai

negatif, “suspicious”, dan positif. Dikatakan negative

apabila larutan terlihat

merah jernih yang

menandakan hemolisis

lengkap dari sel darah

merah. Dikatakan positif

apabila larutan terlihat

kabur atau “smoky” yang

menandakan hemolisis

tidak lengkap dari sel darah merah. “Suspicious” apabila

terlihat jernih dengan

sedikit buram (5).

Pembuatan Sediaan Apus Darah Tepi (SADT)

 Darah vena diambil dan

dicampurkan dengan

(20)

menggunakan pipet (garis

dipersiapkan, dipilih yang bertepi benar-benar rata.

 Kaca penghapus diletakkan

di sebelah kiri tetesan

darah dengan tangan

kanan, kaca disentuhkan pada tetesan darah dan

dibiarkan hingga darah

menyebar ke seluruh sisi kaca tersebut. Menunggu

sampai darah mengenai

titik ½ cm dari sudut kaca.

 Sudut kaca penghapus

diatur antara 30° - 40° dan segera menggerakkan kaca

ke arah kiri sambil

memegangnya dengan

sudut. Jangan menekan

kaca pembesar itu ke

bawah. Darah diusahakan telah habis sebelum kaca penghapus mencapai ujung

lain dari gelas objek.

Hapusan darah tidak boleh terlalu tipis atau terlalu

tebal. Ketebalan dapat

diatur dengan mengubah sudut antara kedua kaca

objek dan kecepatan

menggeser. Makin besar

sudut atau makin cepat

menggeser, makin tipis

hapusan darah yang

dihasilkan. Sediaan

dibiarkan kering di udara.

 Sediaan yang akan dipulas

diletakkan di atas rak

pewarnaan dengan lapisan darah ke atas.

 Methanol diteteskan ke atas

sediaan itu sehingga bagian

yang terlapis darah

tertutup seluruhnya.

Dibiarkan selama 5 menit atau lebih lama.

 Kelebihan methanol dari

kaca dibuang.

 Sediaan diliputi dengan

Giemsa yang telah

diencerkan dengan larutan penyanggah dan dibiarkan selama 20 menit, kemudian dibilas dengan air suling.

 Sediaan dibiarkan dalam

sikap vertikal dan dibiarkan mengering pada udara (6).

 Sediaan diobservasi dengan

pembesaran lemah (lensa

penyebaran sel-sel darah yang telah cukup merata.

 Selanjutnya melihat dengan

lensa objektif 40x dengan pembesaran ini diberikan penilaian terhadap eritrosit.

 Bila diperlukan diteliti lebih lanjut pada sediaan apus dengan menggunakan lensa objektif 100x menggunakan

minyak emersi dengan

menyingkirkan kaca

penutup terlebih dahulu. Satu tetes minyak emersi

diteteskan pada sediaan

apus, menggunakan

(21)

 Penilaian dilakukan terhadap ukuran, bentuk, warna eritrosit. Penilaian

dilakukan pada daerah

pandangan dimana eritrosit terletak saling berdekatan

tetapi tidak saling

menumpuk, jangan menilai

pada tempat dimana

eritrositnya jarang-jarang.

 Penilaian dilakukan oleh

(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test dan

Pembacaan Sediaan Apus Darah Tepi oleh Ahli Pertama

No OTOFT SADT

1 positif NN

2 negatif NN

3 negatif NAP (burr cell)

4 negatif NN

5 negatif NAP (cigar-shape, burr cell, fragmentosit)

6 negatif NN

7 negatif NN

8 positif NN

9 positif NN

10 positif NAP (cigar-shape)

11 negatif NN

12 negatif NAP (ovalosit)

13 negatif NAP (cigar-shape, burr cell)

14 negatif NN

NAP (cigar-shape, burr cell, pencil cell, fragmentosit, tear drop)

29 negatif NAP (cigar-shape, burr cell)

30 negatif NN

31 positif NAP (target cell)

(23)

33 negatif NAP (target cell, ovalosit, beberapa fragmentosit)

34 negatif NAP (burr cell, ovalosit, cigar-shape)

35 negatif NAP (cigar-shape)

36 negatif NAP (target cell, ovalosit)

37 positif NAP (ovalosit)

38 negatif NN

39 negatif NN

40 negatif NN

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test dan

Pembacaan Sediaan Apus Darah Tepi oleh Ahli Kedua

No OTOFT SADT

8 positif NAP (target cell, cigar-shape)

9 positif NA

10 positif NAP (cigar-shape)

11 negatif NN

12 negatif NAP (cigar-shape)

13 negatif NAP (cigar-shape)

14 negatif NN

(24)

26 negatif NA

27 negatif NAP (acanthocyt)

28 negatif NAP (acanthocyt)

29 negatif NAP (acanthocyt)

30 negatif NAP (acanthocyt)

31 positif NAP (target cell)

32 negatif A(NH)AP (target cell)

33 negatif NAP (target cell)

34 negatif HAP (mikrosit, target cell)

35 negatif A(NH)AP (cigar-shape, beberapa mikrosit)

36 negatif NAP (target cell)

37 positif A(NH)A

38 negatif A(NH)AP (target cell, cigar-shape)

39 negatif NAP (target cell)

40 negatif A(NH)AP (target cell)

Keterangan

NN : Normokrom Normositer

NAP : Normokrom Anisopoikilositosis

NA : Normokrom Anisositosis

A(NH)AP : Anisokrom (Normokrom Hipokrom) Anisopoikilositosis

HAP : Hipokrom Anisopoikilositosis

A(NH)A : Anisokrom (Normokrom Hipokrom) Anisositosis

Pembaca kompeten pertama

Dari 11 sampel OTOFT positif, pembaca mendapatkan 7 sampel dengan gambaran normokrom normositer. 4 sampel lainnya menunjukkan gambaran cigar-shape (18,1%), sel target (9,1%), burr cell (9,1%), dan gambaran lainnya (fragmentosit, ovalosit).

Pembaca kompeten kedua

(25)

DISKUSI

Fragilitas osmotik eritrosit

menunjukkan kemampuan sel

darah merah dalam menampung

sejumlah air sebelum lisis.

Kemampuan ini ditentukan oleh

perbandingan volume-luas

permukaan. Kemampuan sel

darah merah bertahan dalam larutan hipotonis disebabkan oleh bentuknya yang bikonkaf sehingga sel dapat mengembang hingga

70% sebelum membran sel

teregang melebihi kemampuannya dan lisis terjadi (7).

Hemolisis sel darah merah

bundar. Sel mengalami

peningkatan perbandingan

volume-luas permukaan sehingga

kemampuannya untuk

menampung air sebelum

membran permukaan teregang

maksimal lebih terbatas

dibandingkan sel normal. Hal ini menyebabkan sferosit lebih rentan

terhadap lisis osmotik.

Peningkatan fragilitas osmotik

merupakan ciri khas sel

berbentuk sferoid tanpa

dipengaruhi faktor penyebab

sferositosis itu sendiri (7).

Penurunan fragilitas eritrosit

menandakan kelainan berupa

sel darah merah leptosit terjadi

peningkatan perbandingan

volume-luas permukaan.

Perubahan seperti ini dapat

ditemukan seperti pada kasus anemia defisiensi zat besi dan thalasemia. Sel darah merah pada

kasus-kasus tersebut memiliki

nilai MCH (mean cell haemoglobin) dan MCV (mean cell volume) yang lebih rendah dibandingkan nilai

normal dan lebih resisten

terhadap lisis osmotik (7).

One Tube Osmotic Fragility Test

(OTOFT) merupakan suatu

pemeriksaan terhadap fragilitas osmotik sel darah merah pada satu konsentrasi spesifik larutan garam dengan buffer (larutan garam NaCl 0.36% pada satu

tabung), diperiksa dengan

penglihatan mata tanpa

penggunaan spektrofotometer (8).

Pada penelitian ini, sampel

dengan hasil OTOFT positif

didominasi oleh gambaran

cigar-shape dan sel target. Gambaran cigar-shape banyak ditemukan pada pasien dengan eliptositosis herediter dan anemia defisiensi Fe. Pada eliptositosis herediter,

terjadi defek pada spektrin

horizontal yang merupakan

komponen dari reticular protein

network yang merupakan sebuah struktur pemberi bentuk dan

ketahanan terhadap membran

lipid eritrosit. Pada anemia

defisiensi Fe terjadi penurunan

kuantitas hemoglobin eritrosit.

(26)

fragilitas osmotik eritrosit dan memberikan hasil pemeriksaan OTOFT positif.

Gambaran sel target sering ditemukan pada apus darah tepi

pasien-pasien dengan penyakit

liver, asplenia, thalasemia, dan anemia defisiensi Fe berat. Sel yang berbentuk target memiliki membran sel yang relatif berlebih

dibandingkan kandungan sel

tersebut. Hal ini menyebabkan

terjadinya peningkatan

perbandingan luas permukaan

terhadap volume sel yang

mengakibatkan terjadinya

penurunan fragilitas osmotik

eritrosit dan memberikan hasil pemeriksaan OTOFT positif.

SIMPULAN

Morfologi eritrosit abnormal yang paling sering ditemukan

pada sampel darah yang

memberikan hasil positif pada pemeriksaan One Tube Osmotic

Fragility Test (OTOFT) positif

adalah cigar-shape cell, sel target, dan burr cell.

SARAN

Metode uji skrining karier

thalasemia dengan menggunakan

pemeriksaan OTOFT harus

dikonfirmasi lagi dengan

pemeriksaan-pemeriksaan lainnya seperti status besi (seperti Fe serum, TIBC, feritin), hitung

retikulosit, indeks eritrosit,

elektroforesis hemoglobin dan

analisis mutasi DNA oleh karena cukup rendahnya nilai prediktif positif dari pemeriksaan OTOFT.

DAFTAR PUSTAKA

1. Oliveira, Sofia de, Saldanha, Carlota. An

2. Pasini, Kirkegaard,

Mortensen, Lutz, Thomas, Mann. Blood2006

3. Paleari, Renata, Mosca, Andrea. 2008Controversies on the Osmotic Fragility TestMilanUniversity of Milano

4. Wiwanitkit, Viroj.

Resistance to fragility test of red blood cell in

thalassemia and reduction of osmotic force at cell surface2009Journal of Medical Hipotheses and Idea

5. Kattamis, Efremov,

Pootrakul. Effectiveness of one tube osmotic fragility screening1981Journal of Medical Genetics 266-270

6. Rachmawati, Lidyana, Kusfebriani, Rahmahdini, Annisa.

(27)

7. Lewis, MItchell, Bain, Barbara, Bates, Imelda. (2006). Practical

Haematology. Germany: Churchill Livingstone Elsevier.

8. Mehta, B. C. (2002). NESTROFT: A screening test for beta thalassemia trait. Indian J Med Sci , 56:537-44.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved July 12, 2013, from

http://easypediatrics.blogspot.com/2010/05/clinical-manifestations-of-hereditary.html

(n.d.). Retrieved July 19, 2013, from

http://library.med.utah.edu/WebPath/TUTORIAL/IRON/IRON005.html

2008. Controversies on the Osmotic Fragility Test. Milan University of Milano

An Overview about Erythrocyte Membrane. 2009. Clinical Hemorheology and Microcirculation 44 (2010) 63–74 63

Blood. 2006

Effectiveness of one tube osmotic fragility screening. 1981. Journal of Medical Genetics 266-270

Fauci, A., DL, K., E, B., SL, H., DL, L., JL, J., et al. Harrison's Principle of Internal Medicine 17th Edition. The McGraw-Hill Companies.

Glenn, C. (1979). Centers fo Disease Control and Prevention. Retrieved July 12, 2013, from Public Health Image Library:

http://en.wikipedia.org/wiki/File:Plasmodium_vivax_01.png

Hillman, R. S., Ault, K. A., & Rinder, H. M. (2005). Hematology in Clinical Practice, 4th Edition. McGraw-Hill.

Hillman, R. S., Ault, K. A., & Rinder, H. M. (2005). Hematology in Clinical Practice, 4th Edition. Retrieved July 19, 2013, from

http://www.drugswell.com/winow/+%20b20/Hematology%20in%20Clinical%20prac tice-2005/Color%20Plates.htm

Hillman, R. S., Ault, K. A., Leporrier, M., & Rinder, H. M. (2011). Hematology in Clinical Practice, 5th Edition. McGraw Hill.

Krafts, K. (2009, July 27). Pathology Student. Retrieved July 19, 2013, from Thalassemia: http://www.pathologystudent.com/?p=1233

(29)

Lazarchick, J. (2009, November 1). American Society of Hematology. Retrieved July 7, 2013, from ASH Image Bank:

http://imagebank.hematology.org/AssetDetail.aspx?AssetID=4119&AssetType=Asse t

Lewis, S. M., Bain, B. J., & Bates, I. (2006). Practical Haematology. Germany: Churchill Livingstone Elsevier.

Maccioni, L., & Cao, A. (1985). Osmotic fragility test in heterozygotes for alfa and beta thalassemia. Journal of Medical Genetics , 374-376.

Maheshwari, M., Arora, S., Kabra, M., & Menon, P. (1999). Carrier Screening and Prenatal Diagnosis of b-Thalassemia. Indian Pediatrics , 1119-1125.

Maslak, P. (2005, September 18). American Society of Hematology. Retrieved July 15, 2013, from ASH Image Bank:

http://imagebank.hematology.org/AssetDetail.aspx?AssetID=3168&AssetType=Asse t

Mehta, B. C. (2002). NESTROFT: A screening test for beta thalassemia trait. Indian J Med Sci , 56:537-44.

Mosby's Medical Dictionary. (2009). Elsevier.

Osmotic fragility test in heterozygotes for alpha and beta thalassaemia. 1985. Med Genet 374-376

Pathology Student. (2009, July 10). Retrieved July 15, 2013, from http://www.pathologystudent.com/?p=1204

Resistance to fragility test of red blood cell in thalassemia and reduction of osmotic force at cell surface. 2009. Journal of Medical Hipotheses and Idea

S, A., A, S., A, A., Ali, S. A., & Khanani, R. (2010). Frequency of Beta Thalassemia Trait in a Medical School of Karachi, Pakistan. Medical Channel , 633-636.

Schystocytes. (n.d.). Retrieved July 11, 2013, from

(30)

Selwyn, J. G., & Dacie, J. V. (1954). Autohemolysis and Other Changes Resulting from the Incubation in Vitro of Red Cells from Patients with Congenital Hemolytic Anemia. Blood , 414-438.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test Pembacaan Sediaan Apus Darah Tepidan  oleh Ahli Pertama
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan One Tube Osmotic Fragility Test Pembacaan Sediaan Apus Darah Tepidan  oleh Ahli Kedua
gambaran normokrom normositer. 4 sampel lainnya menunjukkan gambaran cigar-shape (18,1%), sel target (9,1%), burr cell (9,1%), dan

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari kelayakan usaha produksi kokonbaik tanpa pengembangan dan dengan pengembangan pada Rumah Sutera milik Bapak Tatang yaitu berdasarkan hasil analisis

Pelanggaran yang mengijinkan pembangunan skyscarapper yang menjulang tinggi meraih langitnya kota Paris ini, di satu sisi menuai banyak protes, akan tetapi di

Pada tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa variabel , X1 = jenis kelamin, X2 = usia, X3 = pendidikan terakhir, X4 = pekerjaan, X5 = penghasilan dalam sebulan, X6 = maksud

Kayumanis (Cinnamomum burmanii), Temu mangga (Curcuma mangga), dan Purwoceng (Pimpinella pruatjan). d) Serangga hama yang dominan di DKI Jakarta adalah kumbang

Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan radiografi pada penelitian ini..

Pengumpulan data CPUE ini dilakukan terhadap masing-masing 10 nelayan yang melakukan penangkapan di laut Seram dan 10 nelayan yang melakukan penangkapan di selat

Pusat Ilmu Pengetahuan Hutan Catalonia (Forest Sciences Center of Catalonia /CFTC), pada tanggal 14 Pebruari 2012, menjadi tuan rumah sebuah pertemuan antara perwakilan Satuan

Dalam pembuatan film fiksi drama komedi Lah Ka Jodoh dapat memenuhi kebutuhan audience akan hiburan dalam bentuk audio visual, sangat memerlukan kerjasama dan kerja tim