iv
ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PASAL 2 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NO. 31 TAHUN 1999 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 20 TAHUN 2001 TENTANG TINDAK
PIDANA KORUPSI DALAM SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG RI No.
152/PK/Pid.Sus/2010)
KARINA 110110070412
Salah satu lahan paling subur terjadinya tindak pidana korupsi adalah pengadaan barang dan jasa karena bidang ini umumnya menyangkut sejumlah uang yang besar. Dalam pengadaan barang dan jasa hubungan hukum para pihak diatur dalam sebuah kontrak. Terdapatnya kontrak kerja sebagai dasar suatu perbuatan merupakan bagian dari hukum privat. Sehingga pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam kontrak, murni menjadi urusan-urusan pihak-pihak yang berkontrak. Terdakwa Welly Sutanto d.k.k. dalam putusan MA No. 152/PK/Pid.Sus/2010 telah didakwa melakukan tindak pidana korupsi karena tidak menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian yang disepakati, jika ternyata perbuatan tersebut murni masalah kesepakatan antara para pihak dalam perjanjian maka lebih tepat jika diselesaikan melalui hukum perdata. Masalah yang penulis analisis yaitu apakah perbuatan yang menyangkut kontrak tersebut memenuhi unsur melawan hukum (wederrechtelijk) dalam Pasal 2 ayat (1) UUPTPK mengenai tindak pidana korupsi atau perbuatan tersebut merupakan perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) sesuai dengan Pasal 1365 KUHPerdata. Dan mengenai pengembalian kerugian negara akibat perbuatan yang tidak memenuhi unsur tindak pidana korupsi apakah dapat dilakukan melalui jalur perdata menggunakan Pasal 32 UUPTPK.
Studi kasus ini menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan yuridis normatif yang dilakukan dengan studi kepustakaan serta penelaahan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dalam permasalahan hukum yang dibahas.