1 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
Youdhi Prayogo, S.E.,M.EI Rikhana Tuzzulfa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
Abstrak
This thesis aims to determine the effect of the tax administration system and tax sanctions on individual taxpayer compliance in the Jambi Primany Tax Service Office. This thesis uses descriptive quantitative method using multiple regression analysis partially or simultaneously to connect the Tax Administration System (X1), Tax Sanction (X2), with taxpayer compliance (Y), the results of this research are obtained as follows : simultaneously (F test) shows that the tax administration system (X1) and tax sanctions simultaneously (together) affect or significantly affect individual taxpayer compliance. Whereas, partially (T test) the tax administration system (X1), and tax sanctions (X2) both have a significant effect on personal taxpayer compliance (Y) Keywords : tax administration system, tax sanctions, taxpayer compliance
Latar Belakang
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara. Banyak negara,
termasuk Indonesia, mengandalkan
penerimaan pajak sebagai sumber
penerimaan negara yang utama.
Pengeluaran negara untuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan dibiayai oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara
baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah berdasarkan undang-undang. Dalam melakukan pengumutan pajak, dibutuhkan suatu sistem agar pengeumutan dapat efisien dan efektif.
Di Indonesia, dominasi pajak sebagai pos penerimaan dalam negeri telah terlihat sejak awal berdirinya Republik
ini. Bersumber pada data APBN dari tahun ke tahun yang secara rutin
dipublikasikan oleh Departemen
Keuangan, diperoleh informasi bahwa sejak Repelita I (kurun waktu 1969-1974) penerimaan dari sektor perpajakan telah memberikan sekongan yang cukup signifikan, yaitu di atas 50% dari total penerimaan dalam negeri. Memang ada periode ketika sektor perpajakan yang hanya mampu menyumbang hingga 20% saja (Repelita III, kurun waktu 1979-1984),’ namun tahun demi tahun berikutnya pajak kembali naik podium menjadi primadona penggalangan dana
untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah. Pada tahun 2007 Direktorat
Jenderal Pajak (Ditjen pajak)
2 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
APBN yang bersumber dari sektor pajak sekitar 70% dan diharapkan setelah
reformasi birokrasi berlangsung,
penerimaan pajak dapat memberikan kontribusi pada penerimaan APBN hingga
mendekati 100%. Tambahhan
informasi, tahun 2007 Ditjen Pajak akhirnya hanya mampu memenuhi 98,5% dari target yang ditetapkan oleh pemerintah atau dengan nilai uang diatas
Rp400 triliun (Editorial Media
Indonesia, Nomor 9893/ Tahun XXXIX, 18 Februari 2008).
Secara luas, pajak dapat
dijadikan instrumen kebijakan untuk mempengaruhi produksi masyarakat, kesempatan kerja, dan inflasi. Kebijakan
pajak seharusnya bukan sekedar
menentukan apa yang akan dijadikan sebagai dasar pengenaan pajak, siapa yang dikenakan pajak- siapa yang dikecualikan, apa yang akan dijadikan objek pajak- apa saja yang dikecualikan, bagaimana menentukan besarnya pajak
yang terutang, serta bagaimana
menentukan prosedur pelaksanaan
kewajiban pajak terutang. Lebih dari itu,
kebijakan pajak mempresentasikan
komitmen pemerintah untuk
mensejahterakan masyarakatnya,
mendorong perkembangan dunia usaha,
dan pencapaian program-program
pemerintah lainnya.
Kebijakan perpajakan yang
secara formal dirumuskan dalam
undang-undang dan peraturan-peraturan pelaksanaan adalah representasi grand
design atau blue print pembangunan manusia, ekonomi suatu pemerintahan, dan legislator. Sebagai contoh, program
pemerintah untuk menyejahteraka
kehidupan. Bangsa, hanyalah retoika belaka jika beban pajak (antara lain direpresentasikan oleh tarif pajak) yang dikenakan terhadap lower income class terlalu tinggi . pertumbuhan ekonomi pun akan sulit dicapai, jika ketentuan
perpajakan yang berlaku justru
menyebabkan cast of taxation yang sangat tinggi.
Suatu kebijakan pada akhirnya
hanya dapat tetrealisasi jika
diimplementasikan. Karena itu,
administrasi merupakan kunci
keberhasilan pelaksanaan suatu
kebijakan. Dengan demikian,
administrasi perpajakan mempunyai
peran yang penting dalam rangka menunjang keberhasilan suatu kebijakan perpajakan yang telah diambil.
Pengertian administrasi
perpajakan menurut De Leon adalah seperangkat cara dan prosedur dari perhitungan (assessing), pemungutan (collection) atau penagihan (enforcing) pajak terutang. Menurut Tanzi seperti dikutip Bird dan Jantscher, administrasi perpajakan memainkan suatu peranan krusial dalam menentukan berhasil tidaknya suatu sistem dan kebijakan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu sistem dan kebijakan perpajakan yang diambil oleh suatu negara. Suatu administrasi perpajakan dikategorikan buruk jika administrasi pajak tersebut
3 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
hanya mampu mnegumpukan pajak dalam jumlah yang besar dari sektor
perpajakan yang mudah dipajaki
(misalnya dengan sistem withholding) seperti memajaki penghasilan gaji dari
karyawan namun tidak mampu
memungut pajak atas sektor-sektor lain yang potensi pajaknya besar, misalnya perusahaan bisnis atau profesional.
Sebagai suatu sistem,
administrasi pajak terdiri dari berbagai
subsistem yang paling berkaitan.
Masing-masing sub-sistem mencapai tujuan atau menyelesaikan suatu tugas tertentu. Jika ditinjau dari kenyataan yang ada, yang dimaksud dengan seperangkat unsur dalam administrasi perpajakan adalah undang-undang dan peruran pelaksanaannya, orang-orang atau para pegawai pajak, pajak, gedung, peralatan, sarana, dan prasarana, serta masyarakat Wajib Pajak.
Berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP 2007), wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong
pajak dan pengumut pajak yang
mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pajak penghasilan PPh Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan pekerjaan nama dan dalam bentukk apapun sehubungan
dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dapat diidentifikasi dari
kepatuhan wajib pajak dalam
mendaftarkan diri, kepatuhan untuk
menyetorkan kembali Surat
Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak
terutang, dan kepatuhan dalam
pembayaran tunggakan. Kepatuhan
menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersamaan akan menimbulkan
upaya menghindarkan pajak, yang
mengakibatkan berkurangnya
penyetoran dana pajak ke kas negara. Pada hakekatnya kepatuhan wajib pajak
dipengaruhi oleh kondisi sistem
administrasi perpajakan yang meliputi tax service dan tax enforcement.
Perbaikan administrasi perpajakan
sendiri diharapkan dapat mendorong kepatuhan wajib pajak.
Semakin berkembangnya zaman, direktorat jendral pajak melakukan misi agar target pendapatan tercapai dengan melakukan pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemerintah mulai mengembangkan sistem online dan mengandalkan fasilitas internet sebagai inovasi untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan melakukan modernisasi didalam sistem administrasi perpajakan
4 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
yang memiliki ciri khas khusus antara lain struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap
wajib pajak melalui pembentukan
account representative dan complaint center untuk menampung keberatan
wajib pajak. Pemanfaatan teknologi
sistem administrasi juga merangkul kemajuan teknologi terbaru di antaranya melalui pengembangan Sistem Informasi
Perpajakan (SIP) yang semula
berdasarkan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) yang dikendalikan oleh case management system dalam workflow system dengan berbagai modul otomasi kantor serta berbagai pelayanan berbasis system seperti SPT, Filing,
e-Paymen, Taxpayer’s Account,
e-Registrasion dan e-counceling. Melalui reformasi ini diharapkan mekanisme kontrol menjadi lebih efektif ditunjang oleh adanya penerapann kode etik pegawai Direktorat Jendral Pajak yang
mengatur perilaku pegawai dalam
melaksanakan tugasnya.
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada
orang yang melanggar peraturan.
Peraturan atau undang-undang yang merupakan rambu-rambu bagi seseorang dalam melakukan sesuatu. Pernyataan mengenai sanksi pajak pada Undang-undang Nomor 28 Tahun 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa terdapat 2 macam sanksi.
Sanksi pajak yang pertama yaitu Sanksi Administrasi yang terdiri dari; Pertama, sanksi administrasi berupa denda. Sanksi denda adalah jenis sanksi yang paling banyak ditemukan dalam
undang-undang perpajakan. Terkait
besarnya denda dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu, presentase dari jumlah tertentu atau angka perkalian dari jumlah tertentu. Pada sejumlah pelanggaran, sanksi denda akan ditambah dengan
sanksi pidana. Kedua, sanksi
administrasi berupa bunga. Sanksi ini biasa dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang pajak menjadi lebih
besar. Jumlah bunga dihitung
berdasarkan presentasi tertentu dari suatu jumlah, mulai dari bunga saat itu menjadi hak/kewajiban sampai dengan saat diterima dibayarkan. Dan ketiga, sanksi administrasi berupa peningkatan jumlah pajak. Sanksi ini merupakan sanksi yang paling ditakuti oleh wajib pajak. Hal ini dikarenakan sanksi tersebut mengakibatkan jumlah pajak yang harus dibayar menjadi berlipat
ganda. Sanksi berupa peningkatan
jumlah pajak pada dasarnya dihitung dengan angka presentasi tertentu dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
Sanksi pajak yang kedua berupa sanksi pidana. Sanksi pidana terdiri dari; Pertama, pidana kurungan. Sanksi ini sanksi ini terjadi karena adanya tindak pidana yang dilakukan karena kelalaian. Batas maksimum hukuman kurungan
5 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
adalah satu tahun. Pekerjaan yang harus dilakukan oleh para tahanan kurungan biasanya lebih sedikit dan lebih ringan, selain dipenjara negara dalam kasus tertentu diizinkan menjalaninya di rumah
sendiri dengan pengawasan yang
berwajib, kebebasan tahanan kurungan lebih banyak pada dasarnya tidak ada
pembagian kelas-kelas dan dapat
menjadi pengganti hukuman denda. Dan Kedua, pidana penjara, sanksi ini biasa terjadi karena adanya tindak pidana yang
dilakukan dengan sengaja. Batas
maksimum penjara adalah seumur hidup, pekerjaan yang dilakukan oleh tahanan penjara biasanya lebih banyak dan lebih berat, terhukum menjalani di gedung atau di rumah penjara, kebebasan para tahunan penjara amat terbatas, dibagi atas kelas-kelas menurut kualitas dan kuantitas kejahatan dari yang tergolong berat sampai dengan yang teringan dan tidak dapat menjadi pengganti hukuman denda.
Penelitian ini merujuk pada
penelitian Lasnofa (2014) tujuan
penelitian ini adalah menganalisa
pengaruh modernisasi sistem
administrasi perpajakan pada tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak (PKP), khususnya untuk pajak pertambangan nilai (PPN). Penelitian ini menggunakan
convenience sampling dengan 39
responden. Modernisasi sistem
administrasi meliputi empat indikator
yaitu struktur organisasi, kualitas
layanan, fasilitas dengan teknologi informasi dan kode etik. Kepatuhan
wajib pajak diukur dengan kepatuhan
untuk melakukan pendaftaran,
penghitungan dan pembayaran, serta
pelaporan dan pembayaran pajak.
Temuan ini menunjukkan bahwa
modernisasi sistem administrasi
perpajakan secara signifikan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah objek penelitian dan variabel penelitian, dimana penulis melakukan
penelitian pada kota jambi dan
menambahkan satu variabel independen yaitu sanksi perpajakan.
Semakin tinggi tingkat penerapan sistem administrasi modern di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) maka tingkat kepatuhan Wajib Pajak juga akan semakin meningkat (Pratiwi, 2016).
Pentingnya peran modernisasi
administrasi pajak dalam meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak seperti
dinyatakan oleh Ghimire (2006) bahwa prosedur pajak perlu dibuat lebih sederhana dan mudah dalam upaya peningkatan kepatuhan. Niemirowski et al. (2003) menyatakan bahwa opini pribadi berdasarkan penilaian, seperti sistem administrasi perpajakan yang adil
dan professional memengaruhi
kepatuhan dan ketidakpatuhan Wajib
Pajak. Selanjutnya Tanzi (1987)
menjelaskan bahwa administrasi pajak memainkan peranan penting dalam menentukan sistem pajak yang real atau efektif, yang berlawanan dengan sistem
6 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
Wajib Pajak sehingga dapat
meningkatkan kepatuhan.
Hasil penelitian Ngadiman dan Huslin menyatakan bahwa sanksi pajak
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak
(Ngadiman dan Huslin, 2015). Hal itu senada dengan penelitian Muliari dan Setiawan (2010) serta Susmita dan Supadmi (2016) yang menunjukkan bahwa sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Semakin berat sanksi yang diberikan maka akan
semakin merugikan wajib pajak,
sehingga sanksi pajak diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan formal wajib pajak. Namun Hasil penelitian dari Rahayu (2009) yang menunjukkan bahwa sistem administrasi perpajakan modern tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Tabel 1.1
Jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Kota Jambi Tahun 2015 -
2017
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2015-2017 Tahun Wajib Pajak Orang Pribadi Aktif Wajib Pajak Orang Pribadi Non aktif Wajib Pajak Orang Pribadi Terdaftar 2015 47.609 1.031 48.640 2016 51.741 1.001 52.742 2017 62.342 1.115 63.812
Sumber: Pengolahan Data dan Informasi
Dari tabel 1 diatas, menunjukkan bahwa jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dari Tahun 2015 sampai Tahun 2017 mengalami peningkatan sebesar 8.43%. Hal ini disebabkan pemahaman wajib pajak mengerti arti pajak itu sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang pemanfaatan teknologi terhadap kepatuhan wajib pajak yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan diberi judul
“Pengaruh Sistem Administrasi
Perpajakan dan Sanksi Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Orang Pribadi di Kota Jambi”.
Permasalahan
Adapun rumusan pokok masalah yang menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian lebih lanjut adalah:
1. Bagaimana pengaruh sistem
administrasi perpajakan dan sanksi pajak berpengaruh secara uji F (simultan) erhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kota jambi ?
2. Bagaimana pengaruh sistem
administrasi perpajakan dan sanksi pajak berpengaruh secara uji T (parsial) terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kota jambi ?
PEMBAHASAN Metode Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen (Variabel Y) adalah variabel terikat yang merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
7 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi.
2. Variabel Independen
Variabel Independen (Variabel X) adalah variabel bebas yang merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen atau
terikat. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Sistem Administrasi perpajakan (X1) dan sanksi pajak (X2).
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuesioner
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.
Untuk memperoleh data, angket
disebarkan kepada responden, terutama pada penelitian survei.
Data yang digunakan pada
kuesioner penelitian ini menggunakan skala Likert.Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial (Sugiyono 2012). Model skor menurut Likert, yaitu:
Bobot skor 5 = Sangat setuju Bobot skor 4 = Setuju Bobot skor 3 = Netral Bobot skor 2 = Tidak Setuju Bobot skor 1 = Sangat tidak setuju
Dalam penelitian ini, metode
pengumpulan datanya yang dipakai adalah angket (kuesioner). Angket
(kuesioner) akan ditujukan kepada Konsumen dari Online Shopee.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data dengan
memanfaatkan data sekunder yang telah tersedia dalam perpustakaan, dari instansi yang diteliti atau dari tempat lain yang berupa dokumen-dokumen resmi seperti grafik, arsip, peta lokasi penelitian, geografis dan demigrafis. Sementara data yang diperoleh dari sumber pustaka berupa bahan-bahan referensi/studi pustaka yang meliputi peraturan perundang-undang, peraturan teknis, buku-buku, artikel, internet, dan
sebagainya yang sesuai dengan
masalah yang dikaji.
c. Obsevasi
Observasi sebagai teknik
pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lan, yaiitu wawancara dan
kuesioner. Kalau wawancara dan
suesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.
Teknik pengumpulan data
dengan observasi dapat digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi daopat
dibedakan menjadi participant
8 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
dan participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan,
maka observasi dapat dibedakan
menjadi observasi terstruktu dan tidak terstruktur.
4. Uji Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Validitas digunakan untuk
mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefenisikan suatu variabel. Suatu pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Uji ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat ke validan suatu alat
pengukur yang digunakan untuk
mengukur apa yang diinginkan.
Pengambilan keputusannya bahwa setiap indikator valid apabila nilai hitung lebih besar atau sama dengan r-tabel.
Sistem Administrasi Perpajakan (X1)
Tabel 4.4
Hasil Uji Validitas Sistem Administrasi Perpajakan Item Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan
1 0,477 0,1996 Valid 2 0,308 0,1996 Valid 3 0,488 0,1996 Valid 4 0,493 0,1996 Valid 5 0,408 0,1996 Valid 6 0,540 0,1996 Valid 7 0,514 0,1996 Valid
Sumber: data primer yang diolah 2018
Berdasarkan data di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh
item pernyataan untuk variabel
kemudahan penggunaan berstatus valid dengan hasil Rhitung> Rtabel.
Sanksi Pajak (X2)
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Sanksi Pajak
Item Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan
1 0,557 0,1996 Valid 2 0,337 0,1996 Valid 3 0,431 0,1996 Valid 4 0,540 0,1996 Valid 5 0,489 0,1996 Valid 6 0,420 0,1996 Valid
Sumber: data primer yang diolah 2018
Berdasarkan data di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh
item pernyataan untuk variabel
pengalaman berbelanja berstatus valid dengan hasil Rhitung> Rtabel.
Kepatuhan Wajib Pajak Orang
9 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Item Pertanyaan r-hitung r-tabel Keterangan
1 0,542 0,1996 Valid 2 0,426 0,1996 Valid 3 0,445 0,1996 Valid 4 0,517 0,1996 Valid 5 0,570 0,1996 Valid 6 0,560 0,1996 Valid
Sumber: data primer yang diolah 2018
Berdasarkan data di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa seluruh item pernyataan untuk variabel minat beli berstatus valid dengan hasil Rhitung> Rtabel.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya dan
diandalkan.1Hasil uji reliabIlitas
terhadap koesioner pada masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan bantuan IBM SPSS versi 16.0 adalah sebagai berikut:
1
Albert Kurniawan, 2014, Metode Riset Untuk Ekonomi & Bisnis, Bandung: Alfabeta, hlm. 102.
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Variabel Croanch’s Alpha Standar Reliabilitas Keterangan Sistem Administrasi Pajak 0,748 0,6 Reliabel
Sanksi Pajak 0,728 0,6 Reliabel Kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi
0,767 0,6 Reliabel
Sumber: data primer yang diolah 2018
Berdasarkan data dari tabel diatas, hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa ketiga variabel yaitu sistem administrasi pajak, sanksi pajak dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi mempunyai nilai cronbach’s alpha > 0,6. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian berstatus reliabel sehingga jawaban-jawaban responden tersebut dapat digunakan untuk penelitian.
10 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
5. Asumsi Klasik
a. Normalitas
Tabel 4.10
Hasil Pengujian Uji Normalitas
Sumber: data primer yang diolah 2018
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal atau grafik histrogramnya. Hal ini berarti bahwa nilai residual yang dihasilkan dari regresi berdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi klasik.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas
dalam suatu model regresi linier
berganda.2
2
Albert Kurniawan, 2014, Metode Riset Untuk Ekonomi & Bisnis, Bandung: Alfabeta, hlm. 157.
Hasil uji multikolinieritas untuk masing-masing variabel dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.11
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN ,986 1,014
SANKSI PAJAK ,986 1,014
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Sumber: data primer yang diolah 2018
Berdasarkan hasil tabel di atas bahwa
semua variabel menunjukkan nilai
Tolerance yang lebih besar dari 0,10 dan VIF yang kurang dari 10. Jadi, dapat
dinyatakan bahawa tidak ada
multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas. Model regresi dalam penelitian ini menggunakan metode sccater plot untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas.
Hasil uji heterokedastisitas terhadap model regeresi disajikan dalam bentuk chart di bawah ini.
11 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
Gambar 4.12
Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber: data primer yang diolah 2018
B Gambar 4.12 menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y, sehingga dapat
dinyatakan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas.
6. Teknik Analisis Data
a. Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat. Analisis ini digunakan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas.
Pada penelitian ini, analisis regresi
liner berganda digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel sistem administrasi perpajakan
(X1) dan sanksi pajak (X2) terhadap variabel kepatuhan wajib pajak orang pribadi (Y).
Tabel 4.12
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficient s T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1,137 ,358 3,173 ,002 SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN ,221 ,105 ,205 2,098 ,039 SANKSI PAJAK ,289 ,096 ,293 3,000 ,003
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Sumber: data primer yang diolah 2018
Berdasarkan tabel diatas, persamaan regresi linier berganda dapat disusun sebagai berikut:
Y = 1,137 + 0,221(X1)+ 0,289(X2)+ ε Interpretasi:
1.Nilai kepatuhan wajib pajak orang
pribadi sebesar 1,137 jika sistem adminisrasi perpajakan dan sanksi pajak sama dengan 0.
2.Nilai kepatuhan wajib pajak orang
pribadi akan bertambah sebesar 0,221
satuan jika sistem administrasi
perpajakan sebesar 1 dengan asumsi sanksi pajak tetap.
3.Nilai kepatuhan wajib pajak orang
pribadi akan bertambah sebesar 0,289 satuan jika sebesar 1 dengan asumsi sistem administrasi perpajakan tetap.
12 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
b. Uji t
Hasil uji T ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel secara
individu (parsial) variabel-variabel
independen (sistem administrasi
perpajakan dan sanksi pajak) terhadap variabel dependen (kepatuhan wajjib pajak orang pribadi) atau menguji
signifikasi konstanta dan variabel
dependen. Hasil perhitungan uji T dapat dikemukakan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.15 Hasil Analisis Uji T
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficient s t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1,137 ,358 3,173 ,002 SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN ,221 ,105 ,205 2,098 ,039 SANKSI PAJAK ,289 ,096 ,293 3,000 ,003
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Sumber:data primer yang diolah 2018
Interpretasi:
1. Berdasarkan pada tabel 4.12,
pengujian variabel karakteristik
sistem administrasi perpajakan
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi menghasilkan nilai statistik t sebesar 2,098 dengan
tingkat signifikansi (p-value)
sebesar 0,003 ( lebih kecil daripada 0,05). Oleh karena nilai ¬p-value lebih besar daripada 0,05 maka H3 diterima.
2. Berdasarkan pada tabel 4.13,
pengujian variabel sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi menghasilkan nilai statistik t sebesar 3,000 dengan
tingkat signifikansi (p-value)
sebesar 0,003 ( lebih kecil daripada 0,05). Oleh karena nilai ¬p-value lebih kecil daripada 0,05 maka H2 diterima.
c. Uji f
Uji F dimaksud untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel independen (sistem administrasi perpajakan dan sanksi pajak) secara simultan atau
sama-sama terhadap variabeldependen
(kepatuhan wajjib pajak orang pribadi). Hasil perhitungan uji F dapat dilihatpada tabel berikut:
Tabel 4.14 Hasil Analisis Uji F
ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regressio n 3,762 2 1,881 6,036 ,003b Residual 29,292 94 ,312 Total 33,054 96
a. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
b. Predictors: (Constant), SANKSI PAJAK, SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN
Sumber: data primer yang diolah 2018
Berdasarkan hasil uji f pada tabel di atas terlihat bahwa nilai f hitung sebesar 6,036 dengan tingkat signifikansi 0,003.
Dengan menggunakan tingkat
13 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
diterima dibuktikan dengan nilai
signifikansi < 0,05.
d. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 ,337a ,114 ,095 ,558228
a. Predictors: (Constant), SANKSI PAJAK, SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN
b. Dependent Variable: KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Sumber: data primer yang diolah 2018
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa nilai adjusted R-Square sebesar 0,095. Ini berarti bahwa kemampuan variabel sistem administrasi perpajakan dan
sanksi pajak dalam menjelaskan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi sebesar 95% dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil secara simultan
dapat disimpulkan bahwa sistem adminitrasi perpajakan dan sanksi pajak secara simultan
(bersama-sama) berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi karena nilai signifikan
yang dihasilkan 0,003 yang berarti lebih kecil dari level of signifikan 0,05.
2. Berdasarkan secara parsial dapat
disimpulkan bahwa sistem
administrasi perpajakan dan sanksi pajak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang prbadi di Kantor Pelayanan Pajak Jambi.
Kualitas sistem administrasi
perpajakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dikarenakan nalai signifikan 0,039 < level of signifikan 0,05. Serta Sanksi pajak terhadap memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dikarenakan nilai signifikan 0,003 < level of signifikan 0,05.
Referensi
Candra, dkk, 2013, Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan dan
Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi. Vol.1 No.1.
Diana, Sari, 2013, Konsep Dasar Perpajakan. PT. Refika Aditama. Bandung.
Direktorat Pajak, 2016, Lebih Dekat Dengan Pajak, Direktorat Pajak: Jakarta
Ilyas, Wirawan, B dan Richard Burton, 2010, Hukum Pajak. Salemba Empat: Jakarta.
Ken, Dwijugiasteadi, 2016, Bendahara Wajib Pajak, Direktorat Pajak: Jakarta
14 |
Rikhana Tuzzulfa : Jurusan Ekonomi Islam Fakultas FEBI
Universitas Islam Negeri STS Jambi 2018
Lasnofa, Fasmi, 2014, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajkan
dan Tingkat Kepatuhan
Pengusaha Kena Pajak, Jurnal Akuntansi MultiParadigma, Vol 5, No 1, Universitas Andalas: Padang.
Nonik, 2013, Pengaruh Administrasi Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal Riset dan Akuntansi, Vol 5, No 1, Universitas
Dian Nuswantoro: Semarang. Rahayu,
Sri dan Ita Lingga, 2012,
Pengaruh Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak, Jurnal Akuntansi, Vol.1 No.2.
Rahan, Abdul, 2010, Panduan
Pelaksanaan Administrasi
Perpajakan. Nuansa: Bandung. Rapina, dkk, 2011, Pengaruh Sistem
Administrasi Perpajakan Modern
Terahadap Kepatuhan Wajib
Pajak, Jurnal Riset Akuntansi, Vol. III No.2.
Rosdiana, Irianto, 2011, Panduan
Lengkap Tata Cara Perpajakan di
Indonesia, Visimediapustaka:
Jakarta.
Setiana, 2010, Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan
Modern Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi, Vol 2, No 2, Universitas Kristen Maranatha
Sofiyana, dkk, 2014, Pengaruh
Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, Jurnal Mahasiswa Perpajakan, Vol 3, No 1, Universitas Brawijaya. Suandy, Erly, 2014, Hukum Pajak, Edisi.
3. Salemba Empat: Jakarta. Sugiyono, 2017, Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.
Umar, 2013, Desain Penelitian
Paradigma Positivistik dan
Berbasis Pemecahan Masalah. Rajawali Pers: Jakarta.
Waluyo, 2013, Perpajakan Indinesia, Salemba Empat: Bandung.
Wardiana, 2007, Teknologi Informasi, Tersedia:http//www.Informatika.l ipi.go.id.
Yohanes, Andreanto, 2016, Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol 5, No 6, STIESIA: Surabaya.
Zauhar, Soesilo, 2012, Reformasi
Administrasi Konsep, Dimensi dan Strategi, Bumi Aksara: Jakarta.
15 |