• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Sukoharjo. Pada tahun 2009 RSUD Sukoharjo telah menjadi RSUD Kelas B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo. Sukoharjo. Pada tahun 2009 RSUD Sukoharjo telah menjadi RSUD Kelas B"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

23 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo adalah sebuah rumah sakit umum milik pemerintah kabupaten Sukoharjo, yang terletak di Jalan dr.Muwardi No.71, Sukoharjo. Pada tahun 2009 RSUD Sukoharjo telah menjadi RSUD Kelas B berdasarkan SK Menkes No. 824/Menkes/SK/IX/2009. Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas, didirikan di setiap ibukota provinsi yang menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten. Pada tahun 2012 menjadi RS BLUD berdasarkan Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor : 900/542/2011.

RSUD Sukoharjo memiliki 7 fungsi pelayanan, yaitu pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan non medis, pelayanan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan dan asuransi kesehatan/Jamkesmas/Jamkesda/Jampersal, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pengelolaan urusan ketatausahaan dan keuangan PPK-BLUD RSUD Kabupaten Sukoharjo.

Instalasi farmasi di RSUD Sukoharjo yang terdiri dari Apotek Rawat Inap, Apotek Rawat Jalan, dan IGD termasuk dalam pelayanan penunjang medik.

Susunan organisasi instalasi farmasi RSUD Sukoharjo adalah sebagai berikut:

(2)

commit to user

24

Gambar 2. Struktur organisasi instalasi farmasi RSUD Sukoharjo

Sumber daya manusia yang terdapat di instalasi farmasi RSUD Sukoharjo sebanyak 37 orang yang terdiri dari : 10 orang apoteker, 20 orang TTK, dan 7 orang bagian administrasi.

Persediaan obat-obatan yang dibutuhkan oleh instalasi farmasi disimpan di gudang obat farmasi. Gudang farmasi di RSUD Kabupaten Sukoharjo memiliki ruang penyimpanan tidak terkena sinar matahari secara langsung, terang, kering, dan tidak panas. Almari pendingin dengan suhu 2-80C untuk penyimpanan perbekalan farmasi yang harus disimpan pada suhu tersebut. Untuk obat narkotika, setelah penerimaan langsung dipindah ke Sub Instalasi Rawat Jalan.

Direktur

Komite Medis

Administrasi

Kepala bidang penunjang

medik Kepala instalasi

farmasi F

Sub instalasi pelayanan

informasi obat dan konseling Sub instalasi

peningkatan mutu dan

diklat Sub instalasi

penyimpana n perbekalan Sub

instalasi perencana

an

IGD (Instalasi Gawat Darurat) Rawat inap

Rawat jalan Sub instalasi

distribusi / pelayanan

resep Direktur

(3)

commit to user

25

Gudang ini juga memiliki rak/almari penyimpanan yang cukup. Alat/ bahan-bahan berbahaya dan mudah terbakar disimpan pada ruang terpisah.

Gudang obat RSUD Kabupaten Sukoharjo terdiri dari 8 ruangan, yaitu:

ruang penyimpanan sediaan parenteral, ruang penyimpanan sediaan oral, ruang penyimpanan alkes, ruang penyimpanan perbekalan farmasi kemasan besar/infus, ruang penyimpanan alat/bahan berbahaya, ruang penyimpanan tabung oksigen, kamar mandi, dan ruang administrasi/kantor. Gudang tersebut memiliki alat pemadam kebakaran yang mudah dijangkau untuk mengantisipasi adanya kecelakaan/kebakaran. Terdapat pula almari untuk obat- obat jenis narkotika.

Perbekalan farmasi dalam kemasan besar/infus disimpan di atas pallet secara rapi dan teratur. Perbekalan farmasi yang persediaannya masih banyak dibiarkan tetap dalam boks masing-masing, jika perbekalan farmasi dalam rak sudah hampir habis maka persediaan dalam boks dikeluarkan dan ditata dalam rak. Perbekalan farmasi di Gudang RSUD Kabupaten Sukoharjo disusun berdasarkan bentuk sediaan dan sesuai dengan sumber dana masing- masing.

Setiap perbekalan farmasi juga disertai dengan kartu steling.

Susunan organisasi di gudang obat farmasi RSUD Sukoharjo adalah sebagai berikut :

(4)

commit to user

26

Gambar 3. Struktur organisasi gudang obat RSUD Sukoharjo

B. Data Jumlah Obat Kadaluarsa di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo

Obat menjadi salah satu perbekalan farmasi vital yang harus ada di rumah sakit. Rumah sakit menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan pasien guna meningkatkan derajat kesehatannya. Obat-obatan yang ada di rumah sakit disimpan di gudang obat dan didistribusikan kepada pasien melalui instalasi farmasi yang ada di rumah sakit. Tidak semua obat yang tersedia di instalasi farmasi dan gudang obat dapat segera didistribusikan kepada pasien. Obat-obatan yang belum didistribusikan disimpan untuk sementara bahkan sampai melewati waktu kadaluarsanya. Data jumlah obat yang kadaluarsa di IFRS RSUD Sukoharjo tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Direktur Rumah Sakit

Penanggungjawab gudang

Administrasi

Bagian umum Bagian

umum Bagian alat

medis Bagian obat

dan BHP

(5)

commit to user

27

Tabel 2. Data jumlah obat yang kadaluarsa di RSUD Sukoharjo tahun 2011

No Nama Barang Satuan Jumlah

1 OAT Tablet Box 20

2 Encephabol F Tablet 1200

3 Mucosta Tablet Tablet 400

4 Mepti Mini Tablet 56

5 Ergotamin Tablet 96

6 Tramadol Capsul 90

7 Sifrol 0,125 Tablet 225

8 Ketoprofen Tablet 28

9 Zofredol Tablet 600

10 Colespar Tablet 150

11 Pharflox 200 mg Tablet 630

12 Pharflox 400 mg Tablet 29

13 Sharox inj Ampul 12

14 Kaltroven inj Ampul 20

15 Curacil Vial 8

16 Cepezet Ampul 5

17 Valdimex Ampul 4

18 Inotrop Vial 1

19 Lodomer Ampul 14

20 Sofsilk No 4/0 Sachet 9

21 Dexanta Flesh 37

22 Panamin G Botol 3

Sumber: Data primer obat kadaluarsa di RSUD Sukoharjo tahun 2011

Dari data di atas, maka dapat dilihat bahwa obat yang kadaluarsa di RSUD Sukoharjo tahun 2011 terdiri dari beberapa bentuk sediaan yaitu, sediaan tablet, injeksi, alat kesehatan, sirup dan infus. Sediaan tablet yang kadaluarsa terdiri dari 12 macam produk, pada sediaan injeksi terdapat 7 produk, alat kesehatan terdapat 1 produk, sirup 1 macam produk, dan infus juga 1 macam produk. Sehingga,

(6)

commit to user

28

dapat dilihat bahwa produk dalam sediaan tablet yang ada di RSUD Sukoharjo yang paling banyak kadaluarsa. Untuk rekapitulasi obat berdasarkan bentuk sediaan yang kadaluarsa di RSUD Sukoharjo tahun 2011 adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Data jumlah obat berdasarkan bentuk sediaan yang kadaluarsa tahun 2011 RSUD Sukoharjo.

Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa jumlah obat yang paling banyak kadaluarsa adalah dalam bentuk sediaan tablet, yaitu sebesar 96,89 %. Nilai tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan sediaan tablet yang kadaluarsa selama tahun 2011 yaitu sebesar 3524 di bagi dengan jumlah seluruh sediaan yang kadaluarsa tahun 2011 dan dikalikan dengan 100%. Sedangkan untuk sediaan injeksi sebesar 1,76 %; alat kesehatan sebesar 0,25 %; sirup sebesar 1,02 %; dan infus sebesar 0,08 %. Sediaan yang kadaluarsa paling sedikit adalah sediaan infus.

Hal ini dikarenakan sebagian obat yang ada di RSUD Sukoharjo adalah dalam bentuk sediaan tablet, sehingga kemungkinan obat yang paling banyak kadaluarsa adalah dalam bentuk sediaan tablet sehingga diperlukan pengawasan yang lebih

96,89%

1,76%

0,25%

1,02%

0,08%

0,05%

0,10%

0,20%

0,39%

0,78%

1,56%

3,13%

6,25%

12,50%

25,00%

50,00%

100,00%

tablet injeksi alkes sirup infus

Jumlah obat berdasarkan bentuk sediaan yang kadaluarsa tahun 2011

(7)

commit to user

29

untuk bentuk sediaan tablet. Data jumlah obat berdasarkan bentuk sediaan yang kadaluarsa pada tahun 2011 di RSUD Sukoharjo dapat dilihat pada lampiran 1.

Manajemen pengelolaan obat yang baik adalah jika nilai obat kadaluarsa mencapai 0% (Sheina, 2010). Jumlah persediaan obat secara keseluruhan yang kadaluarsa pada tahun 2011 di RSUD Sukoharjo adalah sebanyak 0,000347%.

Nilai ini menunjukkan bahwa obat yang kadaluarsa di RSUD Sukoharjo belum menunjukkan 0%, tetapi hampir mendekati 0% yang berarti sistem pengelolaan obat yang dilakukan di RSUD Sukoharjo sudah cukup baik.

C. Sistem Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo

1. Sistem Penyimpanan Obat

Sistem penyimpanan di gudang obat RSUD Sukoharjo menggunakan sistem FIFO dimana perbekalan farmasi yang datang terlebih dahulu akan didistribusikan lebih awal, dan dengan sistem FEFO yaitu barang yang memiliki ED pendek akan dikeluarkan terlebih dahulu. Penggunaan sistem FIFO dan FEFO dinilai sudah cukup efektif untuk mencegah banyaknya obat yang kadaluarsa, karena dengan sistem ini, obat yang memiliki waktu kadaluarsa yang lebih pendek dapat didistribusikan terlebih dahulu.

2. Pemeriksaan waktu kadaluarsa obat

Pemeriksaan waktu kadaluarsa obat dilakukan setiap 6 bulan sekali. Obat- obatan yang disimpan digudang obat diperiksa secara berkala oleh petugas yang ada di gudang obat. Sedangkan untuk obat-obatan yang sudah didistribusikan ke instalasi farmasi, baik rawat inap, rawat jalan dan IGD maka pengawasan

(8)

commit to user

30

diserahkan kepada bagian instalasi farmasi tersebut. Bagian instalasi farmasi biasanya juga melakukan pengecekan waktu kadaluarsa 1 bulan sekali bersamaan dengan penghitungan jumlah stok obat. Dengan menggunakan sistem ini, maka pengawasan obat lebih terpantau karena masing-masing depo/ instalasi dapat memiliki tanggung jawab terhadap pengawasan obat.

Setiap awal tahun, bagian gudang farmasi akan melakukan pelaporan tentang obat kadaluarsa yang ada di rumah sakit. Pihak rumah sakit akan melaporkan hal tersebut kepada dinas kesehatan setempat. Laporan obat kadaluarsa di RSUD tahun 2011 dapat dilihat pada lampiran 2.

3. Tahap penanganan obat kadaluarsa

Obat yang telah melewati masa kadaluarsanya dapat menjadi limbah yang dapat mencemari lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Obat yang kadaluarsa ini termasuk ke dalam jenis limbah B3. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Pengelolaan limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan (Anonima, 2009).

Tahap penanganan obat kadaluarsa di IFRS RSUD Sukoharjo sudah baik dan sesuai dengan UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan Kepmenkes No. 1204/MenKes/SK/X/2004 tentang

(9)

commit to user

31

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Obat-obatan yang sudah kadaluarsa di RSUD Sukoharjo tidak langsung dimusnahkan saat itu juga. Obat yang telah kadaluarsa harus melalui beberapa tahapan hingga akhirnya dilakukan pemusnahan. Tahapan yang harus dilalui dalam penanganan obat kadalursa di RSUD Sukoharjo adalah sebagai berikut:

a. Pencatatan

Proses pencatatan yang dilakukan oleh petugas di bagian gudang obat bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah dan jenis obat yang kadaluarsa.

Pencatatan obat yang dilakukan meliputi : nama sediaan, satuan, jumlah, harga Netto + PPN, jumlah harga, sumber dana, Tanggal ED. Data yang diperoleh pada waktu pencatatan obat yang kadaluarsa di RSUD Sukoharjo ini, sudah cukup memberikan informasi secara lengkap mengenai obat-obatan yang kadaluarsa sehingga dapat digunakan sebagai arsip bagi rumah sakit dan diajukan sebagai usulan untuk penghapusan sediaan obat yang rusak dan kadaluarsa.

b. Pemilahan

Proses pemilahan yang dilakukan di RSUD Sukoharjo adalah berdasarkan dengan bentuk sediaan. Dari hasil pemilahan didapatkan 5 bentuk sediaan yang kadaluarsa yaitu tablet, injeksi, alat kesehatan, sirup, dan infus. Pemilahan dilakukan di gudang obat pada ruangan yang terpisah dengan tempat penyimpanan obat-obatan yang masih baik (belum kadaluarsa). Suhu udara pada tempat pemilahan juga sejuk karena terdapat pendingin ruangan.

(10)

commit to user

32 c. Pengumpulan

Obat-obatan di RSUD Sukoharjo dari bagian gudang obat yang telah didistribusikan pada instalasi farmasi maka akan menjadi tanggung jawab instalasi farmasi tersebut. Sehingga untuk obat yang telah kadaluarsa harus dikumpulkan terlebih dahulu oleh instalasi farmasi. Pengumpulan obat yang telah kadaluarsa oleh bagian farmasi dilakukan pada tempat terpisah dan biasanya dikumpulkan dalam wadah kantong plastik atau kardus. Setelah dikumpulkan biasanya obat- obatan tersebut tidak disimpan terlalu lama, namun segera diserahkan kepada gudang obat farmasi.

d. Penampungan sementara

Tempat penampungan sementara obatan-obatan yang telah kadaluarsa di RSUD Sukoharjo yaitu pada gudang obat farmasi. Obat-obatan yang telah kadaluarsa ini berasal dari instalasi farmasi maupun obat yang masih tersimpan di gudang obat itu sendiri. Obat kadaluarsa ini ditempatkan dalam kardus dan dipisahkan dari ruangan penyimpanan obat yang masih baik.

e. Pengangkutan

Proses pengangkutan limbah berupa obat dan alat kesehatan yang telah kadaluarsa dilakukan dengan menggunakan kantong plastik. Kantong plastik yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut nantinya juga ikut dimusnahkan bersama dengan abat yang telah kadalursa sehingga tidak akan ada pencemaran terhadap lingkungan.

(11)

commit to user

33 4. Metode penanganan obat kadaluarsa a. Pengembalian pada distributor

Obat di gudang farmasi diperiksa secara berkala. Apabila terdapat obat yang mendekati waktu kadaluarsa maka akan segera dikeluarkan terlebih dahulu, sedangkan untuk obat yang tidak bisa didistribusikan kepada pasien maka akan dikembalikan kepada distributor. Bagian penanggungjawab gudang akan menghubungi distributor obat dan melakukan pengembalian atau retur terhadap obat dan alat kesehatan yang mendekati waktu kadaluarsa. Pengembalian ini dilakukan apabila obat yang terdapat digudang farmasi tidak ada peresepan sehingga obat tidak bergerak. Penanggungjawab gudang akan menghubungi distributor obat yang bersangkutan agar obat tersebut diambil. Setiap distributor obat mempunyai perjanjian yang berbeda-beda untuk waktu retur obat, biasanya antara 1 sampai 3 bulan.

b. Pemusnahan

Obat-obatan dan alat kesehatan yang tidak bisa dilakukan retur atau pengembalian karena telah melewati waktu kadaluarsanya, maka harus dimusnahkan. Pemusnahan obat kadaluarsa dapat dilakukan dengan metode insinerasi suhu tinggi, yaitu dengan pembakaran menggunakan incenerator.

Pembakaran semen merupakan yang paling memadai untuk pembuangan obat- obatan kadaluarsa, limbah kimia, minyak bekas, dan lain-lain (Anonim, 1999).

Alur pemusnahan obat dan alat kesehatan yang kadaluarsa di RSUD Sukoharjo adalah sebagai berikut:

(12)

commit to user

34

Gambar 5. Alur pemusnahan obat di RSUD Sukoharjo

Pemusnahan obat dan alat kesehatan yang kadaluarsa selama tahun 2011 di RSUD Sukoharjo dilakukan pada tahun 2012. Pemusnahan ini dilakukan setelah mendapat keputusan dari Sekda Sukoharjo nomor 028.1/3517/2012. Surat keputusan Sekretaris daerah kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada lampiran 3.

Pemusnahan obat kadaluarsa di instalasi farmasi RSUD Sukoharjo menggunakan mengunakan metode insenerasi suhu tinggi dengan alat incenerator.

Proses pemusnahan yang dilakukan sesuai dengan Kepmenkes No.

1204/MenKes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dan juga sesuai dengan pedoman dari WHO tentang pedoman pembuangan secara aman obat-obatan tak terpakai saat dan pasca kedaruratan. Pada proses

Usulan penghapusan barang medis dari gudang

Revisi dari rumah sakit

Diserahkan kepada DPPKAD

Dilakukan pengecekan

SK Sekda Sukoharjo

Penentuan tanggal pemusnahan

Pemusnahan

Berita acara pemusnahan

(13)

commit to user

35

pembakaran dengan insinerator ini, obat dan alat kesehatan dibuka dari bungkusnya kemudian dihancurkan dengan panas yang tinggi. Metode pemusnahan dengan insinerasi ini dinilai yang paling memadai untuk pembuangan obat-obatan kadaluarsa karena komponen organik limbah akan hancur secara efektif. Proses pemusnahan ini dihadiri oleh pihak Pemda Sukoharjo, internal farmasi, dan pihak luar farmasi atau warga sekitar rumah sakit. Setelah dilakukan pemusnahan maka dilakukan penandatangan oleh para saksi. Berita acara pemusnahan dapat dilihat pada lampiran 4.

5. Upaya pencegahan obat kadaluarsa

Limbah yang dihasilkan dari obat kadaluarsa bila tidak dikelola tentu akan menimbulkan masalah. Kadaluarsa obat didefinisikan sebagai berakhirnya batas aktif obat dari obat yang memungkinkan obat menjadi kurang aktif atau menjadi toksik (beracun). Penggunaan obat kadaluarsa dapat mengancam keselamatan jiwa, mengacaukan diagnosa penyakit, menimbulkan/meningkatkan kasus resistensi dan meningkatkan biaya pengobatan. Untuk menghindari hal tersebut, maka RSUD Sukoharjo memiliki pertimbangan untuk meminimalisir adanya obat yang kadaluarsa yaitu dengan cara :

a). Obat yang diterima oleh RSUD Sukoharjo memiliki minimal jangka waktu kadaluarsa 2 tahun.

b). Perlakuan khusus untuk beberapa obat yang masih bisa diterima - Obat yang hanya diproduksi 1 tahun sekali

(14)

commit to user

36

- Obat yang memiliki waktu ED < 2 tahun tetapi > 1 tahun maka obat masih diterima jika stok benar-benar kosong.

c). Tidak berbelanja kebutuhan obat secara berlebihan.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan mengambil data dari pemusnahan obat kadaluarsa selama tahun 2011. Data yang digunakan adalah data rekapitulasi yang dimiliki oleh instalasi gudang obat farmasi tentang pemusnahan obat kadaluarsa selama tahun 2011. Pada penelitian ini, didapat informasi dari penanggungjawab gudang obat farmasi tanpa melihat langsung proses yang dilakukan untuk pemusnahan obat kadaluarsa kemudian dievaluasi berdasarkan pedoman pengelolaan obat kadaluarsa menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, WHO tahun 1999 tentang pedoman pembuangan secara aman obat-obatan tak terpakai saat dan pasca kedaruratan, dan Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit..

Penelitian selanjutnya sebaiknya juga mengetahui secara langsung proses pengelolaan obat kadaluarsa yang dilakukan, agar dapat diketahui gambaran yang lebih jelas.

Referensi

Dokumen terkait

Pada fase ini, pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya aksi (tindakan). Dalam tahap observasi ini peneliti akan mengamati semua aktivitas

(2) Perorangan, kelompok, dan/atau lembaga yang melakukan pelanggaran atau penyimpangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional Program Paket A, Program Paket B, Program Paket C,

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan prioritas perbaikan kinerja dengan pendekatan Supply Chain Operation Reference (SCOR) dan Fuzzy Analytichal Hierarchy

[r]

Based on the problems encountered by the students of X Accountancy 2 of SMK Putra Tama Bantul academic year 2012/ 2013 in the preliminary study, the researcher conducted

Di saat tugas begitu banyak, menjelang ujian, terutama bagi yang merasa talentanya kurang tinggi dalam bidang studinya, jelas mereka membutuhkan waktu dan energi yang

Balanced Scorecard and SSE- CMM as a strategic Information Security Management (ISM) framework. Optimising COBIT 5 for IT Governance: Examples from the Public Sector.International

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dihasilkan simpulan, kesatu dasar kewenangan Pengadilan Agama dalam memutus permohonan cerai talak yang diajukan oleh