• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Dirjen Kumdang Departemen Hukum dan Ham

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan ": Dirjen Kumdang Departemen Hukum dan Ham"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

T ahun sidang Masa Persidangan Rapat ke

Jenis Rapat Deng an Sifat Rapat Hari, Tanggal Pukul

Tempat Ke tu a Sekretaris Acara

Hadir Anggota

REPUBLIK INDONESIA RISALAH

RAPAT PANSUS RUU KEWARGANEGARAAN

· REPUBLIK INDONESIA : 2005-2006

: Ill : ke-3 : Panja Ill

: Dirjen Kumdang Departemen Hukum dan Ham : Terbuka

: Rabu, 22 Februari 2006 : 19.00WIB.

: Ruang Rapat Pansus A, Lt 3 Gedung Nusantara II

: Benny K. Karman, SH.

: Ors. Budi Kuntaryo : Pembahasan DIM : 24 dari 26 Anggota

PIMPINAN PANJA RUU TENTANG KEWARGANEGARAAN RI.

1 MURDAYA POO

2 DRS. H.SLAMET EFFENDY YUSUF, MSi.

3 BENNY K. HARMAN, SH.

4 ORA. HJ. IDA FAUZIAH.

F· PG : F· POI P :

5. DR. H. BOMER PASARIBU, SH. SE, MS. 9. DRS. CYPRIANUS AOER 6. DRS. H. MAMAT RAHAYU ABDULLAH.MM 10 NURSUHUD

7. ASIAH SALEKAN, BA. . 11 ORA. ELVIANA, MSi 8. PROF. DRS. H. RUSTAM E. TAMBURAKA,MA .

(2)

F· PPP:

12. DRS. H. LUKMAN SAEFUDDIN

F· PAN:

15. TUT! LUKMAN SUTRISNO

16. DRS. NURUL FALAH EDDY PARIANG

F·PKS

20. YUSUF SUPENDI, Le 21. IR.UNTUNG WAHONO F-PBR

23. H. ANDI DJALAL BAHTIAR TIDAK HADIR ( IZIN )

25. Hj. SOEDARMANI WIRYATMO,SH. M. HUM.

26. IR. RUDIANTO T JEN

-2- F· PD:

13. H. DADAY HUDAYA.

14. DRS. SOFYAN ALl,MM F· PKB:

17. PROF. DR.MOH, MAHFUD MD

18 NURSYAHBANI KANTJA SUNGKANA SH.

19 . .A.HELMY FAISHAL F·BPD

22. ANTON A. MASHUR SE .

F-PDS

24. St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE.MM.

KETUA RAPAT (BENNY K. HARMAN,SH.) lbu-ibu sekalian yang saya Hormati,

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera untuk semuanya .

Sampai padajam 19.25, sudah hadir 17 dari 26 anggota Panja, oleh sebab itu sudah, memenuhi syarat sesuai ketentuan tata tertib dan karena sifat rapat ini terbuka untuk umum, saya nyatakan di cabut dan dinyatakan terbuka untuk Umum.

(RAPAT DIBUKA) Saudara-saudara Anggota Panja yang saya hormati,

Saudara Dirjen yang mewakili pihak Pemerintah sebelum kita memasuki agenda untuk melanjutkan pembahasan DIM, kalau saya tidak salah minggu lalu kita sudah sampai ke DIM poin 46.

Saya ingin menawarkan kepada saudara-saudara semuanya dan terutama kepada Pemerintah. Kalau langgam rapat ini begini terus tiap minggu, saya hampir pastikan setahun pun tidak selesai pembahasan di tingkat Panja, oleh sebab itu saya membuka sebelum kita mulai dengan pembahasan lanjutan gagasan untuk apa kita konsinyering mungkin Jum'at, Sabtu, Minggu, kalau bisa tinggal kita tentukan waktu dan ternpat yang paling memungkinkan untuk kita.

Kami persilahkan Pak T arnburaka silahkan

F- PG (PROF. DRS. H. RUSTAM E TAMBURAKA, MA.)

Terima kasih. Saudara Pimpinan Panja, rekan-rekan Anggota Panja yang saya horrnati.

Pak Dirjen Perundang-undangan dan seluruh Jajarannya yang saya Horrnati. Selamat malam, Assalamu'alaikum Wr. Wb.Menurut hemat Saya, apa yang digagas oleh Ketua tadi, supaya Rapat kita ini efektif dan bisa selesai dengan target waktu yang kita rancanakan, kami dari Fraksi Golkar, memang yang mengusulkan dulu pada pembahasan ini pada saat di Panja kita harus konsinyering supaya lebih efektif.

Jadi saya konsisten dengan usul itu. Kalau bisa hari Jum'at tapi tergantung dari Pemerintah, Pemerintah saya kira siap untuk ini, kita bisa laksanakan itu Jum'at, Sabtu, Minggu, saya kira bisa, rapat pagi, sore, malam sampai jam 24. biasanya itu kalau konsinyering, kalau perlu sampai jam 4 subuh. Saya kira ini usul saya, mudah-mudahan bisa disepakati oleh fraksi-fraksi yang lain anggota Panja yang terhormat. Terima

kasih saudara Ketua. ·

(3)

KETUARAPAT

T erima kasih Saudara Tamburaka . Kami persilahkan Pak Lukman

F PPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDIN) T erima kasih ketua

Jadi prinsipnya konsinyering ini memang perlu dan saya pikir kita tidak perlu kita bahas di sini sekarang, karena biarlah ini biasanya Pimpinan yang mengatur ini. Jadi ini kewenangan Pimpinan untuk menentukan kapan itu konsinyering, tempatnya di mana dan seterusnya, paling bila dipertukan konsuttasi dengan Pemerintah, begitu untuk mencari waktunya. Maksud saya tidak perlulah kita bahas di sini, karena ini akan menyita banyak waktu. Jadi kita percaya sepenuhnya Pimpinan untuk mengatur kita semua, kapan itu konsinyering, tempatnya dimana dan seterusnya, nanti tinggal diumumkan saja. Demikian ketua.

KETUA RAPAT:

T erima kasih Pak Lukman

Kalau usul ini diterima, saya rasa memang sangat arif. Sebelum kita putuskan, kita tanya dulu Pemerintah !

PEMERINTAH (OKA MAHENDRA ,SH ) Bapak Pimpinan

Bapak-bapak dan lbu-ibu sekalian mengenai usul konsinyering, tentunya kalau semua fraksi sudah sependapat, pemerintah tinggal mengikuti. Cuma ada satu soal yang perlu kita konsultasikan, itu tadi saran Pak Lukman, nanti kita konsultasilah kapan waktunya, dimana tenipatnya dan lain-lainnya bagaimana, yang penting nanti kita konsultaskan karena Bapak-bapak, lbu-ibu anggota dewan, khususnya yang ada di Komisi Ill sudah mengalokasikan sejumlah dana yang tertentu untuk pembahasan RUU ini kita tidak bisa keluar dari itu. Kalau keluar dari itu nanti Bapak-bapak yang akan menegur kami, mengawasi kami. itulah masalahnya. Oleh karena itu soal-soal yang berkaitan dengan konsinyering .ini nanti dikonsultasikan, tidak perlu kita bahas disini. Meskipun Pemerintah sebetulnya tidak begitu pesimis, jadi optimis RUU ini bisa kita selesaikan dengan baik, karena sudah ada kesepahaman diantara pemerintah dengan para anggota dewan mengenai prinsip-prinsip pokok RUU ini yang tidak perlu saya ulangi kembali.

Tinggal sekarang kita merumuskan teknik dan mengendalikan jalannya rapat supaya lebih efektif dan efisien.

Terima kasih Pak Pimpinan.

KETUA RAPAT:

T erima kasih Saudara Dirjen

Kalau demikian halnya maka nanti Pimpinan bersama Pemerintah akan mengadakan konsultasi dan menentukan waktu dan tempat untuk konsinyering. Tapi prinsipnya kita menyetujui itu, dan untuk itu saya putuskan.

Silahkan Pak Jansen

F PDS ( St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE, MM ) T erima kasih pimpinan

Saudara-saudara sekalian yang saya hormati salam sejahtera untuk kita.

Saya melihat hari-hari kerja Senin sampai dengan Sabtu, memang dalam rangka usaha mempercepat undang-undang ini, maka saya tidak tahu dari fraksi-fraksi itu bisa kita manfaatkan untuk membahas ini. Jadi usulnya sebagaimana juga biasanya waktu istirahat perlu ada, supaya pikiran itu fresh.

Jadi jangan seperti sekarang ini, banyak hasil konstitusi kita yang masuk Mahkamah Konstitusi untuk direvisi jadi contoh itu jangan kita perbuat lagi sekarang ini. Maksud saya supaya Minggu itu tetap untuk hari istirahat, supaya Senin sampai Sabtu berikutnya, dimulai hari Kamis. Kamis, Jum'at, Sabtu.Sekian usulan saya, tergantung dari pada konsinyering, kalau Komisi Ill saya lihat hari Kamis itu sampai saat ini masih kosong, dan Bapakjuga pimpinan di Komisi Ill saya kira bisa.

Terima kasih.

(4)

-4- KETUA RAPAT :

Silahkan Bu

F PAN (TUTI LUKMAN SUTRJSNO)

Kami dari Fraksi Partai Amanat Nasional, kami dari Komisi IX, saat ini kita sedang membahas RUU Narkotika, biasanya Rabu, jadi kalau Kamis tidak bisa.

KETUA RAPAT:

Bagaimana kalau, tadi kan sudah kita sepakati akan diserahkan kepada kebijakan pimpinan setelah konsultasi dengan pihak pemerintah menyangkut waktu dan tempat, setuju.

(RAPAT SETUJU)

Kita lanjutkan dengan pembahasan, minggu lalu kita masuk ke poin 46. Jadi poin 46 c, ini permohonan dapat diajukan oleh pemohon apabila telah memenuhi persyaratan bagian c sehat jasmani dan rohani. Memang disini ada notasi sudah disetujui Pansus, tinggal pembahasannya lebih detail yang jelas di tingkat Panja. Kita setuju untuk diTimuskan.

Kemudian kita lanjutkan 48 c. Rumusan yang lama, tidak pernah melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman pidana paling singkat satu tahun. Pemerintah mengusulkan rumusan altematif tidak pernah dijatuhi pidana kerena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih. Substansi ini tidak ada perbedaan, soal formulasi saja ini.

Kami persilahkan pemerintah atau kita serahkan dulu ke anggota.

PEMERINTAH;

Terima kasih Pak Pimpinan.

Pemerintah mengusulkan pidana paling singkat satu tahun diganti dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih. Karena tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih itu umumnya adalah pidana yang cukup berat Sedangkan tindak pidana yang diancam dengan pidana paling singkat satu tahun, itu hanya terdapat di dalam beberapa tindak pidana khusus saja. Sehingga nanti orang-orang yang melakukan tindak pidana diluar tindak pidana khusus, tetapi diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih, akan lolos dari persyaratan ini.

ltulah alasan dari pemerintah mengapa mengajukan ancaman pidananya disini ada 5 tahun atau lebih. Sebab tindak pidana yang ada di dalam kitab undang-undang hukum pidana itu tidak ada yang diancam dengan pidana penjara paling singkat satu satu. Jadi ada ketentuan paling singkat, paling singkat itu baru kita kenal dalam perkembangan - perkembangan berikutnya sesudah ada perubahan Undang undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kemudian Tindak Pidana Pelanggaran HAM Berat. Disitulah baru kita mengenal ancaman pidana paling singkat dan lama. ·

Demikian Bapak Pimpinan dan para anggota Pansus yang kami hormati.

KETUA RAPAT :

T erima kasih Saudara Dirjen.

Kami persilahkan, ini tadi Jadi penjelasan, argumentasi pihak Pemerintah mengenai satu dan lima tahun ini kami Persilahkan Prof Mahfud

F·P KB (PROF. DR. MOH MAHFUD MD}

Sebenamya rumusan yang disampaikan Pemerintah ini adalah rumusan yang umum, yang biasa dipakai, sehingga lebih dapat diterima. Tetapi lalu pertanyaanya sekarang, kalau penjelasannya seperti itu, bagaimana kalau ada orang melakukan tindak pidana yang diancam dengan minimal satu tahun, maksimal 20 tahun seperti yang ada di khusus itu misalnya, melakukan tindak pidana itu.

Padahal itu ancamannya jelas minimalnya satu tahun, padahal itu lebih berat dari tindak pidana biasa tetapi ada ketentuan minimal. Kalau ini kan yang dipakai biasanya ancaman pidana selama- lamanya, atau paling lama 5 tahun misalnya atau 20 tahun. Tapi ini ada batas minimal seperti itu.

(5)

Saya kira perlu didiskusikan lagi. Justru kita menganggap berbahaya yang sekarang satu tahun itu.

Kerena terlanjur sudah ada undang-undang seperti itu. Sebenarnya kalau tidak ada minimal maksimal seperti kitab undang-undang hukum pidana biasa menjadi tidak masalah yang lima ini sekarang m~njadi

bermasalah karena ada ketentuan satu tahun, karena justru agar orang tidak bebas.

Karena tindak pidana itu serius. Kalau itu ternyata bebas dari sini, karena hanya melakukan tindak pidana yang diancam minimal setahun. lni sementara pemahaman saya.

Terima kasih.

KETUARAPAT T erima kasih

Silahkan Pak Jansen

F PDS ( St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE, MM) Terima kasih Pimpinan,

Jadi disini saya lihat, masalahnya itu bagi saya adalah kenapa memakai diancam. Sebab bukan keputusan kalau diancam itukan belum pasti, jadi biarpun diancam 20 tahun, tapi mungkin juga pengadilan nanti menetapkan bebas. Jadi apakah itu yang kita kehendaki, yang kita kehendaki jangan orang-orang kriminal masuk menjadi warga negara, kan itu tujuannya. Oleh karena itu lebih baik, persyaratan diancam ini jangan dimasukan lagi, kalau seperti usulan pemerintah ini, tidak pernah dijatuhi pidana sekian tahun begitu saja. Kita tentukan tidak usah dipakai ada kata diancam, sebab pengadilan belum memutuskan apa mungkin dia bebas seperti yang terjadi di Indonesia ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Kalau usulan Pak Jansen ini jangan boleh digunakan kata diancam, sebab diancam itu. belum ada vonisnya. Diusulkan supaya ditegaskan tidak pernah dijatuhi pidana misalnya satu tahun atau 5 tahun bukan tindak pidana yang diancam.

Kami persilahkan, mungkin Pak Bomer selaku penggagas RUU ini F PG (DR. H. BOMER PASARIBU, SH. SE. MS.)

Saudara ketua, dan kawan·kawan sekalian pemerintah, ada memang dua seal yang melatarbelakangi kenapa angka satu tahun ini keluar. Yang pertama adalah tadi yang diutarakan oleh Pak Mahfud dimana didalam berbagai undang-undang yang belakangan ini dilahirkan oleh DPR, ada pengkategorian ancaman hukuman, paling singkat dirangkai dengan ancaman hukuman paling lama, paling singkat satu bisa sampai dengan paling lama 20 tahun. Pada berbagai undang-undang yang lama, hampir tidak pernah dikenal istilah paling singkat dan paling lama itu, yang ada adalah ancaman pidana dan angka 5 tahun untuk itu memang lazim, sangat lazim suatu tindak pidana berat. Oleh karena kebiasaan yang pertama tadi sudah mulai muncul didalam berbagai undang-undang yang sebelumnya telah dihasilkan oleh DPR ini, maka angka, satu tahun ini dipasang di sini. Sedangkan angka 5 tahun yang diusulkan pemerintah ini sebetulnya ada dalam. kisaran yang sering kali disebutkan oleh undang-undang antara satu, duapuluh, angka lima ada diantaranya, itu satu.

Kedua ada kehendak kita sebetulnya, kalau sudah menyangkut pidana, janganlah terlalu mudah menjadi warganegara. Kalau soal perdata, masih boleh-boleh saja, tapi kalau pidana, ekstra hati-hatilah Yang ketiga, kalau seperti usul Pak Jansen tadi, kita sebutkan yang sudah dipidana, tahun itu agak kurang lazim. sebetulnya walaupun

itu

masuk akal juga yang sudah di pidana jadi tidak hanya diancamkan, artinya sudah inkrah, tapi itu tidak lazim didalam berbagai RUU.

Sepanjang yang kami saksikan didalam berbagai RUU yang 58 sedang dibahas oleh DPR sekarang ini. Memang kalau sudah pidana ancaman yang sifatnya inkrahk itu hampir tidak ada. Jadi pilihan kita saya pikir, kita fokuskan saja antara satu sampai lima (5). Dan kita bisa berdiskusi juga dengan pemerintah dengan angka lima ini. Walaupun kami masih agak berkecendrungan, barangkali satu masih lebih bagus, dengan pikiran yang kami sebutkan tadi satu sampai dua puluh. Tapi andai kawan-kawan merasa 5 lebih cocok oke-oke saja.

(6)

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Bomer kami persilahkan dari F PKS.

F PKS ( IR. UNTUNG WAHONO) Assalamu'alaikum Wr. Wb. Terima kasih

Saya juga awam dalam masalah hukum, cuma saya agak tertarik dengan gagasan yang dikemukakan oleh Pak Jansen. Bahwa yang menjadi perhatian kita itu adalah masalah jatuhnya hukuman terhadap orang tersebut. Jadi bukan pada ancamannya. Sebab kalau kita lihat realisasinya mungkln begini ada seseorang yang berbuat suatu tindakan pidana yang diancam hukumannya 20 tahun tapi dia dihukum 1 tahun atau 2 bulan atau bebas. Tapi ada orang yang diancam karena berbuat tindakan pidana yang diancam hukumannya 5 tahun, tapi dihukumnya 2 tahun. lni kalau kita lihat, antara ancaman hukuman dengan realisasi hukuman yang dilakukan itukan sebetulnya tidak selalu semakin besar ancaman hukumannya semakin besar.

Kenyataannya juga bisa terjadi sebaliknya, ancamannya besar, kenyataan realisasinya diketok hakimnya kecil, ancaman tidak terlalu besar tapi lebih besar dari yang pertama itu.

Terima kasih.

KETUARAPAT

Terima kasih Pak Untung Mungkin masih ada.

Silahkan.

F PKB (PROF DR. MOH MAHFUD MD)

Rumusan yang melandasi Pak Jansen itu kan rumusan asli, tidak pernah melakukan tindak pidana yang diancam. Maka pemerintah menawarkan rumusan yang lebih tepat. Tidak pernah dijatuhi hukuman, jadi sudah dijatuhi. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan, tinggal kita tawar-menawar, 5 atau 1 atau apa seperti kita Pak Untung tadi. Kalau saya setuju, kalau 1 nya diambil dari rumusan asli kerena itu tindak pidana yang serius yang sekarang ada batas minimalnya. Sedangkan rumusan pemerintah ini kan mengikuti kebiasaan ketika kita tidak punya batas minimal hukuman. Di PP 30 soal kepegawaian, _ Undang-undang Kepegawaian bicara seperti ini. Dan sekarang kita sudah punya yang baru, maka saya setuju minimal satu seperti disampaikan Pak Bomer Pasaribu tadi. Tetapi kalimatnya pakai yang pemerintah ini, tidak pemah dijatuhi " bukan " tidak pemah melakukan. "

KETUA RAPAT :

T erima kasih Pak Mahfud Silahkan Pak Cypri F PDIP ( DRS. CYPRIANUS AOER)

Ada 2 hal yang mau dibicarakan, yang pertama, soal apakah kita mempermudah orang menjadi warganegara atau mempersulit, itu juga mempengaruhi satu atau lima, itu yang pertama. Kalau kita mempermudah ya satu tahun cukup, kalau mempersulit lebih dari 5 sampai 10 tahun, itu substansinya dulu, kita sepakat tidak, mempermudahkan dan mempersulit. Yang kedua, ini persoalan keadilan sebetulnya kapan sebuah keputusan itu sungguh-sungguh berdasarkan keadilan. lnikan permainan hukum sebetulnya persoalan itu juga harus menjadi pertimbangan kita, keadilan dalam, penentuan hukuman itu, betul nggak hukuman itu adil, berkeadilan. Karena itu saya pikirkan, masalahnya kompleks dan ini menyangkut hukum berat, ringan, maka diusulkan Tim-mus saja, karena nanti kita konsinyering, nanti disana lebih luas kita berbicaranya.

KETUARAPAT

Terima kasih Pak Cypri kalau Tim-muskan sudah jelas masalahnya, tinggal dirumuskan, ini belum ada solusinya. Jadi substansi yang disampaikan oleh pemerintah dan tadi sudah ada kecendrungan begitu. ltu sudah digunakan apa yang disampaikan Pak Jansen tadi, tidak pemah dijatuhi. Tinggal poinnya adalah satu dan 5, itu aja dulu, dengan reasoning masing-masing tadi, mengapa 5 itu ada alasan pemerintah. Punya. DPR anggota Panja mengusulkan satu dengan alasan juga yang masuk diakal.

(7)

Kalau pakai kebiasaan, mungkin kebiasaan itu kita tinggalkan, sebab sudah ada aturan yang mengubah itu. Oleh sebab itu mungkin rumusan satu tahun itu yang paling mungkin. Tapi sebelum ini, silahkan pemerintah.

PEMERINTAH :

lni bukan hanya sekedar soal kebiasaan, itu sangat berbeda implikasinya kalau kita menaruh disitu, paling singkat satu tahun, karena itu hanya tindak pidana khusus saja.Berarti orang yang,melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana 20 tahun pun bisa lolos kalau dia tidak diancam paling singkat satu tahun. ltu yang jadi masalah, kalau tidak disebut kata paling singkat, ini jaringnya itu akan lebih rapat kalau tidak dikasih kata paling singkat diancam dengan pidana satu tahun atau lebih. ltu jaringnya akan lebih ketat lagi, lebih sempit lagi.

Jadi banyak orang yang tidak bisa menjadi warganegara kalau dia melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana satu tahun atau lebih. Kalau ditambah paling singkat itu hanya tindak pidana tertentu saja, yang diancam dengan paling singkat satu tahun. Misalnya tindak pidana korupsi, ada jenis- jenis perbuatan tertentu yang diancam pidana paling singkat satu tahun dan paling lama biasanya sekitar 5 atau 6 tahun. Kalau paling singkat 3 tahun didalam tindak pidana terorisme ini paling lama sekitar 15 tahun. Jadi hanya yang begitu-begitu saja yang kena. Yang melakukan tindak pidana menurut KUHP bisa saja dia menjadi warganegara Indonesia itu yang menjadi persoalan bagi Pemerintah.

Kalau kata paling singkatnya dihapus menjadi diancam dengan pidana penjara satu tahun atau lebih, pemerintah tidak kebenaran. Jadi makin ketat

Terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT :

Jadi usul pemerintah tadi, saya rasa tidak ada perbedaan. Kata paling singkat itu kita hapus, sehingga menjadi rumusannya tidak pemah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara satu tahun atau lebih. Setuju rumusan yang diajukan pemerintah.

F PDS. (St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE, MM)

Pimpinan, saya lebih mengerti apa yang rumusan pemerintah itu. Jadi saya kira lima tahun itu sudah wajar dan yang ingin saya tanyakan juga ini hukum ancaman pidana penjara lima tahun ini menurut hukum Indonesia atau hukum negara asing. Bagaimana kualitas ancaman 5 tahun itu, undang-undang negara asing kan kita tidak tahu, sebab inikan warganegara, asing minta menjadi warganegara Indonesia Dia datang ke Indonesia, terus memohon untuk menjadi warganegara Indonesia, baru kita meneliti di luar negeri pernah atau tidak diancam hukuman, pemah dijatuhi pidana.

Jadi hukum diluar negeri itu bagaimana, apakah berlaku didalam hal ini. Apakah hanya yang membuat tindak pidana di Indonesia yang kita amati. Jadi ini suatu pemikiran lain, tapi untuk rumusan ini yang berlaku dia di Indonesia melakukan tindak pidana. lni rumusan pemerintah saya terima 5 tahun atau lebih. Terima kasih.

KETUA RAPAT: .

Jadi kita setuju dengan usulan pemerintah tadi satu tahun atau lebih. Sedangkan ide gagasan cemerlang yang terakhir Pak Jansen tadi, nanti kita bahas di poin-poin selanjutnya, setuju.

(RAPAT SETUJU)

Kita lanjutkan, pain 62 butir 2 apabila sumpah atau janji setia tidak diucapkan paling lambat 3bulan terhitung sejak tanggal keputusan Presiden diterima oleh pemohon, keputusan tersebut batal demi hukum bagi yang bersangkutan. Rumusan ini sebetulnya sudah disepakati di tingkat Pansus, tinggal diperjelas di tingkat Panja.

Kami persilahkan kalau ada yang mau pendapat. Masih ada masalah, tidak ada masalah, Pemerintah mungkin.

(8)

-8-

PEMERINT AH : Bapak pimpinan :

Tinggal menyesuaikan penjelasannya saja, karena didalam diktum-nya sudah disebutkan Keputusan Presiden, sedangkan dalam penjelasannya masih menyebut Peraturan Presiden. lnikan memang sifatnya. Jadi Presiden itu sebagai kepala administrasi, pemerintahan mengeluarkan Keputusan Presiden untuk menentukan seseorang menjadi warganegara atau ditolak permohonan kewarganegaraannya.

Jadi berdasarkan Keputusan Presiden sehingga penjelasan yang dua ini, kata yang tertulis ini Peraturan Presiden musti diganti dengan Keputusan Presiden sebagaimana tertulis di dalam pasalnya.

Demikian Pak pimpinan, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Saudara Dirjen.

Saya rasa nanti Tim Sinkronisasi nanti akan menyisir semua.

F PDIP ( DRS. CYPRIANUS AOER. )

lnterupsi Pak ketua, lnikan ada 2 dampak yang melakukan keterlambatan itu apakah orang yang bersangkutan atau pemerintah. ltu kan persoalan, ini kelihatannya bebannya kepada si pemohon apapun yang dilakukan aleh Pemerintah tidak dikenai sanksi.Persaalan kita dimana letaknya nanti kalau pemerintah yang berbuat salah, keterlambatan itu sanksinya dimana. Mungkin pain itu yang perlu kita masukan di ayat mana, kalau di sini memang kelihatannya si pemahan.

KETUA RAPAT:

Kita setuju dulu pain ini, saya ketak dulu, nanti ide yang disampaikan oleh Pak Cypri, nanti saya rasa akan dibahas dalam poin-pain selanjutnya berkaitan dengan itu. Jadi apabila keterlambatan itu tidak disebabkan aleh si pemohon tapi aleh pemerintah itu gimana, memang selama ini banyak sekali yang begini, kesulitan itu akibat perilaku pemerintah. Tapi khusus poin 62 ini tidak ada perbedaan dengan pemerintah tadi nanti kita masukan butir-butir yang disampaikan aleh Pak Cypri nanti berkaitan dengan persyaratan-persyaratan dalam poin-pain selanjutnya.

Setuju dengan itu. Masih ada teman kita, silahkan F PKS (IR. UNTUNG WAHONO)

Sebetulnya berkaitan dengan Pak Cypri tadi itu juga artinya waktu 3 bulan ini kan cukup singkat.

Misalkan dalam 2 bulan tertunda-tunda didalam pelaksanaan sumpah janji, sedangkan kalau mau melakukan pengajuan ke PTUN mungkin dia waktunya, proses di PTUN mungkin waktu sebulan terlalu singkat sehingga waktu 3 bulan akhimya lewat dan dengan diktum ini dia langsung kehilangan kesempatan. Apakah nanti disini nanti ada pengecualian-pengecualian atau gimana nanti pemecahannya.

K ETUA RAPAT:

Silahkan Pak Mahfud

F PKB ( PROF. DR. MOH. MAHFUD MD )

Disini dikatakan sejak tanggal Keputusan Presiden diterima, Pak Untung. Jadi 3 bulan itu sejak diterima bukan sejak ditandatangani Presiden. Dalam Hukum itu ada teori penerimaan kapan dianggap surat itu diterima ada teori pengiriman, macam-macamlah ada 4 teori. Tinggal kita nanti menyatakan diterima sejak tanggal kapan, bukan 3 bulan, kalau presiden tanggal 1 tanda tangan temyata sebulan setengah baru sampai, itu tidak bisa begitu. Tiga bulan sejak dinyatakan diterima, dari 4 teori tinggal kita pilih aja, yang mana.

F PKS ( IR.UNTUNG WAHONO)

Saya paham itu, yang saya bayangkan disini tentu bukan dalam persoalan Keputusan Presidennya itu, tetapi setelah keputusan dia terima kan ada proses-proses yang dia itu harus kemudian,

(9)

melakukan sumpah atau janji. Setelah itu maksudnya, diluar proses penerimaan dari Keputusan Presiden.

Ataukah itu tidak mungkin terjadi, terima kasih.

KETUA RAPAT :

T erima kasih Silahkan Pak Lukman

F PPP ( DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN )

Saya pikir ini sudah lama kita perdebatkan poinnya adalah bahwa, sanksi kelalaian itu di pihak pemerintah poinnya disitu, kalau dipihak pemohon sudah jelas. Kalau saya tidak salah ingat, ketika itu awal mulanya Saudara Boy yang mengangkat, sehingga lalu kemudian kita sepakati bahwa seluruh ketentuan dalam undang-undang ini akan diatur dalam bab sanksi, bahwa kewajiban-kewajiban atau keharusan-keharusan di pihak pemerintah kalau kemudian pemerintah tidak melakukan atau pembiaran itu bisa diproses, bisa di PTUN-kan. Saya pikir itu sudah menjadi kesepakatan kita, jadi itu akan disatukan tidak muncul di setiap kewajiban-kewajiban yang harus ada pada pemerintah.

Demikian ketua.

KETUA RAPAT:

Jadi yang berkaitan dengan sanksi atas kelalaian atau keterlambatan dari pihak Pemerintah itu nanti akan kita bahas di poin yang mengatur tentang sanksi-sanksi. Dengan demikian Pasal 6 butir 2 ini sudah dapat kita setujui.

(RAPAT SETUJU)

Selanjutnya kita ke poin 71 Pasal 19. Poin 71 ini menyatakan dalam hal terjadi perceraian antara seorang ibu warganegara RI dan ayah warganegara asing. Dan hakim menyatakan bahwa anak yang lahir dari perkawinan kedua orang tua tersebut, diserahkan kepada asuhan ibunya, maka ibu anak tersebut dapat mengajukan permohonan kepada Presiden, melalui Menteri untuk memperoleh

kewarganegaraannya. lni disetujui Pansus dan diperjelas lagi, dielaborasi lagi ditingkat Panja.

Kami pesilahkan

F PKS (YUSUF SUPENDI Le. )

Terima kasih, lni kaitan dengan masalah anak dibawah asuh sang ibu.

Kalau kita lihat Undang-undang Nomor 23 Tahun 202 Pasal 14, itu ayatnya agak panjang. Namun disitu disebutkan kepentingan terbaik bagi anak. Kemudian kalau kita lihat, di Kompilasi Hukum Islam Pas al 105 poin a pemeliharaan anak yang belum memais atau belum berumur 12 tahun adalah hak ibunya, ini perlu ada sinkronisasi karena bisa saja yang terjadi disini kebetulan dia sebagai muslim.Tentu kaitan dengan masalah pengadilan, ke pengadilan agama, kalau kepentingan agama berarti yang pakai dasarnya adalah pasal 105. Bahwa apabila anak dibawah 12 tahun, ikut sang ibu, kemudian poin b, kalau sudah berusia 12 tahun keatas maka ia berhak untuk menentukan pilihan. Mungkin kalau saya usulkan paling tidak diberikan penjelasan supaya pada suatu saat tidak membingungkan bagi yang di pengadilan agama, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silahkan ada yang mau menanggapi pihak Pemerintah, silahkan.

PEMERINTAH :

Bapak Pimpinan, lbu-ibu dan para anggota yang kami hormati, Pasal 19 ini, apakah masih perlu, kerena kita kan sud ah menentukan bahwa bagi anak · yang lahir dari perkawinan campur itu, sudah otomatis jadi warganegara Indonesia sampai umur tertentu. Jadi Pasal 19 ayat (1) maupun ayat (2) ini saya kira sudah tidak perlu lagi. lni mohon dipertimbangkan. Terima kasih Pak Pimpinan.

(10)

-10- KETUA RAPAT:

Memang kalau kita mengingat lagi pasal-pasal yang sudah kita bahas sebelumnya, memang sequence adalah dua ayat ini tidak relevan lagi. Memang

sequencenya

adalah dua ayat ini tidak relevan lagi, Setuju kita droup ini.

(RAPAT SETUJU) PEMERINTAH

Kita uji dulu, pikiran saya betul atau tidak jangan sampai nanti kita salah menentukan kalau memang betul mari kita droup, kita dengar dulu Pak Bomer.

KETUARAPAT

Saya sudah ketok palu, dan saya agak susah dicabut lagi palu ini, makanya sejak awal saya tidak mau jadi pemimpin karena tidak ada anggota yang lain, ya sudah. Jadi Pasal 19 poin 71, 72 itu kita sepakat untuk di droup. Jadi intinya Pasal 19 seluruhnya satu sampai empat itu di droupnya sampai 5. Oke atau kita uji dulu, setuju kita droep.

( RAPAT SETUJU)

Poin 76, dari rumusannya " anak warga negara asing yang belum berumur 21 tahun dan belum menikah yang diangkat secara sah menurut keputusan pengadilan sebagai anak oleh warga negara Indonesia memperoleh kewarganegaraan jika tidak mengakibatkan berkewarganegaraan ganda. "

Kami persilakan yang mau memberikan pendapat. Disini di catatan, pemerintah mengusulkan pengangkatan anak menjadi WNI hendaknya dibawah lima tahun. Alasannya sebelum berumur 5 tahun seorang anak belum mempunyai idealisme tertentu. Mahon menjelaskan dulu maksudnya idealisme.

PEMERINTAH Bapak pimpinan

lbu dan Bapak Anggota yang terhormat,

lnikan mengangkat anak orang fain, seorang anak warga negara asing itu diangkat ofeh orang tua warga negara Indonesia lebih dari 5 tahun, ini dia sudah memiliki keterikatan dan memiliki tingkat kedewasaan berpikir. Kalau bisa pengangkatan anak ini dilakukan sebelum anak itu mencapai umur di atas 5 tahun, karena ini anak orang lain, sehingga masih bisa dibentuk kepribadiannya, masih bisa diajak berpikir dengan cara Indonesia. Oleh karena itufah pemerintah mengusulkan supaya pengangkatan anak itu, dilakukan terhadap anak yang berusia di bawah 5 tahun. Sehingga dapat dibentuk menjadi warga negara Indonesia. Demikian pimpinan.

KETUARAPAT

Mungkin ada yang mau memberikan pendapat, komentar. Kami persilahkan Pak Lukman F PPP ( DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN )

Pasal 20 ini bicara tentang batasan usia seseorang, yang oleh proses pengadilan dia dinyatakan sebagai warga negara Indonesia karena diajukan oleh warga negara Indonesia. Di sini memang tertulis 21 tahun, lalu pemerintah mengusulkan 5 tahun. Pertanyaannya kalau kita mengikuti jalan pikiran pemerintah, artinya di atas 5 tahun itu tidak bisa, tidak bisa diberikan kewarganegaraan. Padahal ini yang mengajukan adalah warganegara Indonesia, entah ayahnya atau ibunya. Apa tidak sebaiknya kita konsisten saja mengikuti batasan usia anak maksimal 18 tahun. Artinya selama dia belum mencapai usia 18 tahun, kalu dia oleh pengadilan dinyatakan sebagai WNI karena dimohonkan oleh seorang WNI, dia bisa mendapatkan kewarganegaran itu. Dengan catatan anak kalimat ini, apabila tidak mengakibatkan, kewarganegaraan ganda sudah tidak menjadi relevan lagi, bisa dihilangkan itu. Jadi berhenti sampai memperoleh kewarganegaraan republik Indonesia, namun batasan usia ya konsisten 18 tahun lni sekali lagi supaya pengertian anak-anak itu jelas ada keterkaitan dengan si pemohon mungkin ibunya1 mungkin

(11)

ayahnya dan juga bisa mencegah praktek-praktek perdagangan anak misalnya, itu yang kemudian status kewarganegaraannya menjadi tidak jelas.

Saya pikir itu Pak.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Lukman. Jadi Pak Lukman mengusulkan bukan 21 tahun, 18 tahun dan belum menikah mungkin. Kami persilahkan mungkin ada yang mau menanggapi. lni ada 2 mashab yang berbeda

Silahkan Pak Mahfud

F PKB {PROF. DR. MOH MAHFUD MD)

Mungkin 18 tahunnya itu Pemerintah dan kita sama tidak ada masalah, yang dipersoalkan oleh Pemerintah sebenarnya, anak angkat itu dilakukan sebelum 5 tahun atau sesudah. Menurut saya wajar juga karena kita punya prinsip kepentingan nasional juga, ideologi juga terutama. Oleh sebab itu menurut saya tetap saja 18 tahun. Misalnya begini mungkin yang dimaksud, Pemerintah karena WNA yang belum berumur 20 tahun dan belum menikah yang diangkat secara sah menurut, oleh warganegara Indonesia dan mungkin disini ditambah 11 dan pengkangkatannya sebagai anak itu dilakukan sebelum usia 5 tahun mendapat warganegara ''. Jadi 18 pengajuannya itu tetap, tetapi batas kapan dia itu diangkat sebagai anak sebenarnya kalau dia diangkat sebagai anak umur 17, 10 bulan misalnya, lalu 2 bulan kemudian mengajukan, itu mungkin soal. ideologi dan macam-macam itu akan tercemar, barangkali begitu pikiran pemerintah dan kalau itu maksudnya, saya setuju.

KETUA RAPAT :

Ada klarifikasi dari Pak Mahfud. Tapi apakah tidak otomatis setelah dia diangkat oleh warganegara Indonesia dia sudah menjadi WNI sehingga tidak butuh permohonan lagi.

Silahkan pemerintah.

PEMERINTAH : Bapak Pimpinan

Pemerintah ada 2 usulnya. Satu mengenai 21 itu diganti 5 tahun dengan pertimbangan seperti tadi. Kemudian yang kedua, tidak menghapuskan anak kalimat " apabila tidak mengakibatkan berkewarganegaraan ganda, 11 itu tidak dihapuskan, itu karena masih dipertanyakan oleh pemerintah, apakah kewarganegaraan ganda terbatas ini termasuk juga bagi anak angkat. Kita yang sudah sepakat, kewarganegaraan ganda itu untuk anak-anak yang lahir dari perkawinan antara warg.anegara Indonesia dengan orang asing atau perkawinan campuran atau antara orang tua yang warganegara Indonesia yang melahirkan anak-anaknya di negara-negara yang menganut iussoli. ltulah yang kita berikan kewarganegaraan ganda terbatas. Begitu juga anak yang diakui oleh ayahnya. Sedangkan disini kasusnya agak berbeda, kasusnya mengangkat orang asing menjadi anak. Apakah ini juga diberikan kewarganegaraan ganda. lni dulu kita putuskan, kalau mengenai soar umur, nanti kita pertimbangkan, apakah umurnya ketika diangkat itu ia berumur 5 tahun, dibawah 5 tahun atau diatas nanti bisa kita pertimbangkan. Prinsip yang lebih panting adalah mengenai soal apakah anak angkat itu juga diberikan kewarganegaraan ganda atau tidak.

Demikian Pak Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pemerintah, atas penjelasannya Kami persilahkan dari PAN.

F· PAN ( DRS. NURUL FALAH EDDY PARIANG) Terima kasih pimpinan.

Apa yang tadi disampaikan Pemerintah, saya kira sudah terjawab, karena didalam Pasal 20 ini memang kita memperbolehkan mengangkat anak orang asing. Hanya memang persoalannya di umur, memang kalau di plesetkan ini bisa macam-macam, untuk anak orang asing ini. Kalau Pemerintah memberi batas umur 5 tahun, itu artinya memang mengangkat anak-anak untuk menjadi warganegara.,

(12)

-12-

tapi kalau 21 tahun itu memang bisa jadi mengangkat-angkat anak. lni menurut saya memang persoalan, oleh karena itu pertama, alangkah baiknya kita bertanya kepada inisiator, kenapa 21 tahun, saya juga setuju dengan pemerintah, memang kalau sudah diatas 5 tahun atau berapa memang mungkin jangan sampai tersembunyi ada maksud-maksud lain. lni betul-betul substansinya itu mengangkat anak orang asing, kemudian diberikan kewarganegaraan Indonesia.

Terima kasih. ·

KETUARAPAT

Kami persilahkan, Pak Lukman

F PPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAEFUDDIN )

Saya pikir saya merespon apa yang disampaikan Pemerintah. Prinsipnya dulu, Prinsipnya yang akan kita atur apa. Kita sudah sepakat, kita ingin mempermudah konteks kewarganegaraan ganda itu adalah terbatas dalam pengertian anak-anak dibawah usia 18 tahun. ltu prioritas utamanya. Sekarang menyangkut anak angkat untuk menjadi warganegara Indonesia. Saya pikir anak angkat pun juga masuk juga dalam pengertian ini. Selama dia masih anak-anak belum 18 tahun, mungkin dia berkewarganegaraan ganda. Prinsipnya kan itu, karena yang akan mengangkat itu WNI, jadi silahkan saja.

Kecuali dia sudah dewasa, dia bisa menentukan sendiri, tapi selama dia masih anak-anak dan yang meminta itu WNI, yang mengangkat itu WNI, ya dia berkewarganegaraan ganda. Saya pikir prinsip ini dulu yang mau kita tegakkan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Lukman Mungkin ada Pak Jansen.

F PDS (St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE. MM.}

Terima kasih pimpinan.

Kalimat ini saya pikir, perlu klarifikasi anak menurut keputusan pengadilan sebagai anak oleh warganegara Indonesia. Jadi oleh keputusan pengadilan, anak itu sudah merupakan anak dari warganegara Indonesia. Dan menurut pasal-pasal didepannya otomatis si anak itu warganegara Indonesia. Mungkin statusnya dwi kewarganegaraan sampai usia 18 tahun, baru dia bisa menentukan apakah dia tetap sebagai warganegara Indonesia menurut keputusan pengadilan itu atau ia melamar sebagai warganegara yang mungkin sudah dia tahu siapa orang tuanya, orang asing itu. Jadi seharusnya disini kalimat keputusan pengadilan sebagai anak oleh warganegara Indonesia. Jadi sebenamya sudah otomatis jadi WNI. Yang timbul kembali persoalan itu, memperoleh kewarganegaraan, sudah anak warganegara Indonesia, kok masih minta warganegara Republik. Kalau memang itu merupakan sesuatu tambahan persoalan baru, saya mengerti apa yang diusulkan pemerintah itu 5 tahun, karena anak itu untuk masuk sekolah dasar atau taman kanak-kanak, statusnya itu sudah jelas, dia warganegara Indonesia. Jadi didalam pergaulan anak-anak, dia tidak secara psikologis tidak mendapat suatu ejekan- ejekan dari teman-teman anak-anak.

Terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT:

Jadi yang substansial tadi yang disampaikan oleh Pemerintah itu kan pertanyaannya apakah anak yang diangkat itu oleh WNI, anak yang diangkat itu WNA, statusnya sama dengan anak yang lahir dari kawin campur yang sudah kita bahas sebelumnya itu, kita sudah sepakat itu otomatis. Apakah ini dipersamakan juga dengan anak WNA yang dibawah 18 tahun usianya, diangkat jadi WNI oleh WNl.Logis saja, dia otomatis. Jadi WNI karena dia sudah diangkat oleh WNI. lni yang disampaikan Pak Lukman dan

Pak Jansen tadi. ·

Kami persilahkan Pak Bomer.

(13)

F PG ( DR. H. BOMER PASARIBU, SH. SE. MS.) Terima kasih.

Tadi Saudara Ketua sudah menjelaskan demikian oke 18 kita terima, karena sinkron dengan yang lain. Tapi disini belum berumur 18, bisa 1 hari, bisa 3 tahun bisa 10 tahun, bisa 5 tahun, bisa 17 tahun juga, pokoknya belum berumur, asal jangan di atas 18. Jadi sebetulnya pikirannya demikian seperti tadi juga dijelaskan Saudara Lukman.

Jadi, kalaupun Pak Jansen misalnya dia mau persis 6 tahun masuk SD, ya boleh saja, pokoknya belum berumur 18, dia masuk SMP 12, boleh, asal belum berumur 18, gitu maksudnya, jadi barangkali angkanya 18.

KETUA RAPAT :

Saya tambahkan, mungkin catatan Pemerintah ini bisa kita masukkan di penjelasan. Bahwa kata belum 18 itu ya sebaiknya untuk mengadopsi. ltu apa yang disarankan pemerintah 5 tahun. Saya kira begitu penjelasannya.Jadi catatan Pemerintah ini dimasukkan di penjelasan saja.

lni bukan semata-mata soal letaknya mau taruh dimana. Karena dimanapun letaknya tetap dia fungsinya adalah aturan. Jadi jangan ini, apapun, dimanapun, dia adalah aturan yang berkaitan dengan itu, kami persilahkan Pak Yusuf.

F- PKS (YUSUF SUPENDI. Le) : T erima kasih

Pertama, saya menyetujui belum berumur 18 tahun mungkin kurang 1 harilah, karena umur 18 tahun lebih 1 hari, ia bebas memilih. Oleh karena itu, karena dia belum, berarti "apabila tidak mengakibatkan "dihapus itu, karena kurang dua hari dia masih boleh kewarganegaraan ganda, lewat 18 harus memilih.

Kemudian kaitan dengan pemeri.ntah tadi, saya kira kembali ke DIM 28, anak yang diluar pernikahankan diakui ayahnya, belum tentu ayahnya benar. ltu bisa diakui kewarganegaraan, apabila kalau sudah diangkat tentu melalui ketetapan pengadilan. Oleh karena itu, saya kira saya lebih cenderung diganti 18 tahun kemudian apabila ada seterusnya dihapus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Kami persilahkan Pak Cypri

F- PDIP (DRS. CYRPRIANUS AOER) : Terima kasih pimpinan.

Memang saya sepakat dengan umur sebelum 18 tahun, tapi kalau kita berpikir, tadi pertanyaan Pak Lukman, kita kan kewarganegaraan ganda terbatas yang kawin campur. lni kan sama sekali tidak masuk dalam ruang lingkup itu. Kita harus sepakat dulu, apakah kita setuju ini masuk dalam rumusan warganegara ganda atau memang diperlakukan khusus. Kalaupun kita akui otomatis saya pikir tidak ada masalah, otomatis warganegara Indonesia, "apalagi diperkuat dengan keputusan pengadilan, " bisa dihapus saja, tidak ada dampak politiknya dan dampak hukumnya tidak ada, kalau kita akui itu malah kita masukan lebih rumit anak-anak ini, misalnya kasus-kasus dari Tim-tim, anak-anak Tim-tim kita.

KETUA RAPAT:

Silahkanlbu Ida

F PKB (ORA. Hj. IDA FAUZIAH) WK KETUA

Pasal 20 ini sebenamya kalau kita sudah berikan tentang anak, itu sebenarnya pasal-pasal sebelumnya kan kita sudah menjelaskan dia memiliki hak memilih sampai 18 tahun misalnya. lni sebenarnya pasal-pasal yang prinsipnya sama, apakah itu anak dari hasil adopsi atau tidak. Sebenamya dia anak, karena ketika ia diadopsi dan keputusan di pengadilan maka statusnya dia adalah anak yang bapak atau ibunya warganegara Indonesia. Tinggal pertanyaannya, saya ingin klarifikasi pada pemerintah, proses pengadopsian anak itu yang diputuskan melalui pengadilan negeri itu, bagaimana bisa dijelaskan

(14)

-14-

untuk menjamin bahwa anak-anak yang diadopsi dari warganegara Indonesia yang itu orang asing itu telah melalui proses yang menurut kita aman begitu. lni perlu dijelaskan karena menurut saya, pengamanannya bukan di antara di sini mungkin, kalau pemerintah menganggap ini di sini, justru bagaimana proses pengangkatannya di pengadilan negeri itu, yang mesti dijelaskan. Kalau disana memang ternyata, memberikan semacam jaminan kepada kita tentu tidak perlu lagi mengamankan di pasal ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Pemerintah ini minta apa yang dimaksud apa persyaratan-persyaratan pengangkatan anak orang asing, mungkin itu yang dimaksudkan, supaya bisa dijelaskan kalau memang ada kaitan dengan, itu. Tapi sebetulnya tadi, prinsip tadi sebagaimana yang disampaikan Pak Lukman dengan Pak Yusuf tadi sebetulnya sudah nyatu kita ini. Artinya kita dari DPR sudah sepakat dengan 18 tahun itu.Tinggal pemerintah yang nanti kita bagaimana. Kemudian mungkin yang kedua dari pemerintah tadi mengenai kondisional yang terakhir itu, apabila tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Kalau tadi Pak Lukman mengusulkan itu tidak perlu lagi, harus dihapus karena tidak punya makna kalau itu tetap dicantumkan. Kami persilahkan pemerintah.

PEMERINTAH :

Bapak Pimpinan, Kalau mengenai pengangkatan anak warganegara asing menjadi anak dari pasangan warganegara Indonesia, di samping tentunya mengajukan permohonan dilengkapi dengan berbagai dokumen-dokumen yang sah untuk dapat mengajukan permohonan pengangkatan anak, misalnya keterangan bahwa anak tersebut memang masih belum mencapai usia tertentu, kemudian ada persyaratan harus mendapat persetujuan dari Departemen Sosial, karena ini pengangkatan ora~g asing, itu ada ketentuan seperti itu, jadi harus mendapat persetujuan dari Departemen Sosial. Antara lain itu persyaratan yang berbeda dengan pengangkatan anak warganegara Indonesia. Karena disitu diawasi oleh Departemen Sosial mengenai pengangkatan anak ini. Jangan sampai disalah gunakan untuk tujuan-tujuan selain untuk mensejahterakan anak, karena itu ada persyaratan untuk mendapat persetujuan Departemen Sosial.

Kemudian mengenai soal umur ini, yang memang untuk anak-anak yang kita sepakati di depan, yaitu anak-anak yang lahir dari perkawinan campuran itu, memang batas usia untuk menentukan pilihan itu kan 1 tahun setelah 18 tahun. Tapi kalau ini kita tetapkan 18 tahun, rasanya pada waktu 18 tahun kurang beberapa hari misalnya bisa diangkat jadi anak, lalu segera setelah itu harus menentukan pilihan, ini kan masalah. Belum sempat dilakukan pembimbingan oleh orang tuanya, jadi begitu orang sudah gede, diangkat, jadi orang sudah besar diangkat jadi anak. Pemerintah sebetulnya menginginkan supaya betulah bahwa orang asing yang diangkat sebagai anak itu, memang masih balita, itu kira-kira. ltu latar belakang pemikiran kenapa tidak mencantumkan 18 tahun, karena kita menginginkan seorang anak asing itu masih umur balita itulah yang diangkat sehingga masih cukup waktu bagi orang tuanya untuk membimbing anak tersebut sehingga pada waktunya nanti ketika ia berumur 18 tahun sudah bisa menentukan pilihannya atau paling tidak selama didalam proses asuhan orang tuanya itu sudah bisa diikutsertakan dalam proses pendidikan kewarganegaraan Indonesia.

Demikian Pak Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Sebetulnya ada persepsi yang lain, argumentasi pemerintah berkaitan dengan Pasal 20 itu sangat berbeda dengan apa yang disampaikan oleh teman-teman tadi. . Kalau ikut argumentasi yang diajukan teman-teman tadi, sebetulnya begitu anak orang asing ini diadopsi oleh WNI, dia sudah WNI sebetulnya dan tidak ada masalah dengan soal kewarganegaraan ganda disini, tidak ada lagi. Oleh sebab itu sebetulnya tidak membutuhkan proses naturalisasi lagi. ltu tadi yang saya tanyakan, berarti dia dipersamakan dengan, jadi dia sudah diangkat oleh WNI menjadi WNI sejak dia diadopsi itulah ia menjadi warganegara Indonesia. ltu asas yang pertama.

Yang kedua, versi pemerintah itu belum soal adopsi itu soal mashab yang lain dengan soal pewarganegaraan. Kalau tadi kita anggap sama itu begitu dia diadopsi, ya otomatis. Pemerintah tidak.

(15)

Adopsi itu adalah perbuatan hukum yang lain, sedang pewarganegaraan itu adalah perbuatan hukum yang lain lagi yang terpisah. lni sebenarnya sudah 2,3 kali putaran.

Silahkan Pak Mahfud.

F· PKB (PROF DR. MOH MAHFUD MD) :

Saya sependapat dengan Pemerintah, bahwa adopsi itu tidak otomatis jadi warganegara. Di Pasal 2 pewarganegaraan yang langsung itu hanya menyangkut orang dilahirkan di Indonesia atau diluar perkawinan atau di dalam perkawinan, belum menyangkut sama sekali seal adopsi, dan ini soal tersendiri, mashab tersendiri. Oleh sebab itu saya kira bisa saja Pemerintah mengusulkan tentang batas waktu seperti itu. karena pengaturan yang berbeda dengan yang di Pasal 2, dan saya setuju, sebab bisa saja orang sud ah 17 koma 10 bu Ian diangkat hanya motif warisan, motif ekonomi, motif politik, macam-macam.

maka kita kembalikan kesini saja, yang 5 tahun atau berapa tahun, pokoknya sangat dini, menurut saya masih bisa, karena tidak bertentangan dengan Pasal 2

KETUA RAPAT:

Silahkan Pak Lukman.

F PPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN )

Kembali lagi semangat yang akan kita bangun ini apa. Kalau semangatnya memudahkan, maka anak di luar perkawinan yang sah saja, selama itu diakui oleh yang mengakui ayahnya, itu bisa menjadi WNI. Apalagi ini mengadopsi anak yang memang betul-betul, orang mengadopsi itu kan pasti ada tujuan baik misalnya.

Kita ilustrasikan misalnya beginilah, ada pasangan perkawinan campur yang kemudian anaknya WNA, lalu tinggal di luar wilayah Indonesia, lalu tiba-tiba karena satu dan lain hal, kedua orang tuanya itu meninggal misalnya. Lalu si anak yang belum berusia 18 tahun, lalu ia terpaksa harus ikut dengan keluarga dari WNA itu, yang budaya, kultur dan segala sesuatu berbeda yang dia sangat tidak nyaman.

Sementara ada keluarga yang di Indonesia yang mungkin lebih dekat, secara emosional dan sebagainya, yang dia punya keperluan untuk mengangkat anak yang masih berdomisili di luar wilayah di luar wilayah Indonesia, untuk kembali menjadi WNI.

Jadi artinya kalau bicara motif, macam-macam memang, dari yang motif buruk, sampai yang memang betul-betul untuk demi perkembangan si anak itu sendiri. Oleh karenanya agak sulit kalau pendekatannya motif. Tapi prinsipnya menurut saya, kita menyederhanakan persoalan saja, menggampangkan saja, memudahkan. Persoalannya kan kemudian apa batas usia seseorang dianggap dewasa, dia bertanggung jawab secara hukum, bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri :Konvensi Hak Anak, UU Perlindungan Anak, sudah menyatakan itu 18 tahun, itulah kenapa kita menyepakati itu. Kalau 5 tahun, balita, apa dasar kita mengatakan bahwa kalau dibawah 5 tahun dia belum dipengaruhi idealisme, enam tahun, 7 tahun apa bedanya dengan anak, 4 tahun dengan anak 6 tahun. Kita ikuti saja kesepakatan Konvensi Anak, 18 tahun. Selama dia belum 18 tahun, selama itu pula dia dinyatakan anak- anak, artinya belum dewasa. Jadi persoalannya itu, ketua, saya pikir kita sederhanakan saja.

KETUA RAPAT:

Masih ada yang berpendapat, Silahkan Pak Jansen.

F· PDS (St. DRS. JANSEN HUTASOIT, SE, MM) : Trima kasih pimpinan,

Jadi dengan uraian Pimpinan sama Pemerintah saya jadi juga berpikir, adopsi ini memang perlu kita bahas, khusus. Karena kalau kita beri batasan 18 tahun berarti kita bisa mengadopsi anak sesudah usia 17 tahun, atau 18 tahun kurang sehari. Mengadopsi anak pada usia segitu, tentu ada motif-motif lain . yang melatarbelakangi. Tapi kalau adopsi berdasarkan sosial, yaitu anak-anak yang masih balita, itu diadopsi itulah yang umumnya diambil anak, jadi adopsi anak-anak yang ditinggal orang tuanya atau bagaimana begitu.

(16)

-16-

Jadi masalah adopsi ini, apakah bisa kita samakan dengan seperti anak yang pasal-pasal sebelumnya. ltu saja pemikiran saya. Jadi kalau bisa jangan dulu diputuskan sekarang atau mendengar dulu pendapat secara mendalam terima kasih.

KETUA RAPAT:

Kita memang tidak cepat-cepat Silahkan Pak Yusuf

F· PKS (YUSUF SUPENDI, Le) :

Memang saya kira, tinggal tergantung prinsip kita, apakah kita akan memudah-mudahkan orang WNA untuk masuk menjadi WNI, atau kita ada prinsip hati-hati. Saya kira yang ditangkap, menjadi dasar Pemerintah itu adalah sikap hati-hati tadi. Sebab begini, tentu ada perbedaan antara pengakuan terhadap anak, itu disitu ada penjelasan yang kemarin sudah kita bahas, bahwa itu di pengadilan harus dibuktikan terbukti secara sah di pengadilan, mungkin ada uji DNA dan sebagainya. Dengan mengadopsi, jadi kalau umur 17 tahun 1 O bulan diadopsi dan dia otomatis mendapat kewarganegaraan, memang saya khawatir ini nanti akhirnya menjadi suatu cara mudah untuk menjadi warganegara di luar permohonan. Saya kira kalau dilihat dari kasus-kasus yang terjadi, katakanlah ada warganegara-warganegara asing yang masuk ke Indonesia umur 16, umur 17, kena jaring dan sebagainya. ltu kan sebetulnya kalau ada dibuka peluang ini, 16, 17 itu bisa dibawa kesini dan langsung dapat warganegara dengan diadopsi sebagai anak. lni mungkin prinsip kehati-hatian yang perlu kita pikirkan juga.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Jadi saya hanya menjelaskan supaya memudahkan kita untuk menganggapinya, mungkin kalau pemerintah tadi mengacu kepada prinsip kehati-hatian. Tadi diusulkan juga oleh Mahfud itu, bahwa adopsi itu tidak sama dengan dan itu memang ada intensinya, supaya adopsi ini jangan jadi instrument pewarganegaraan sehingga harus hati-hati betul. Kalau alasan yang disampaikan oleh pemerintah seperti itu, kita pisahkan ini soal adopsi dan soal pewarganegaraan, maka untuk rumusan ini kita sependapat dengan apa yang diajukan oleh pemerintah dengan alasan dan logis seperti itu, berarti kita tidak menganut prinsip pengadopsian anak itu sama dengan atau secara otomatis mengubah status hukum kewarganegaraan seseorang. Disitu saja perbedaan pandangan kita, mungkin masih ada yang mau memberikan pandangan.

F· PDIP (ORA. El VIANA, MSi) :

Saya juga ingin mengajak kita semua untuk memikirkan aspek kehati-hatian itu. Banyak kasus misalnya umur 17, artis-artis dari luar yang tlba-tiba popular kesini menggunakan paspor yang salah, tiba- tiba disini cari nafkah. Ketika ada kasus hukum bisa jadi dengan mudah dia pindah kewarganegaraan Indonesia dengan alasan adopsi. Kalau misalnya juga proses adopsi itu dilakukan dengan cara yang sangat mudah. Jadi khususnya memang hati-hati dalam pasal ini menyangkut umur 18, karena 17

%

tahun, itu sudah dewasa, sudah punya pekerjaan. Jadi untuk umur ini, saya pikir memang belum tepat kita putuskan dengan tergesa-gesa.

T erima kasih.

KETUA RAPAT : Silahkan Pak Yusuf.

F· PKS (YUSUF SUPENDI, Le) :

Sebenarnya yang saya sampaikan tadi, kembali kepada DIM 28, karena saya perhatikan kita mau mempermudah masalah kewarganegaraan itu. Oleh karena itu kalau kita mau mengambil yang hati-hati memang harus seperti Pemerintah. Memang umur 18 itu bukan jadi anak angkat, diangkat mantu kelihatannya.

(17)

Ada yang lain, kami persilahkan Pak Bomer.

f. PG (DR. H. BOMER PASARIBU, SH, SE, MS) :

Saudara ketua dan kawan-kawan sekalian, saya kira sesudah kita mendalami, memang ini ada 2 soal yang kita coba disatukan dalam satu rumusan, tetapi kelihatannya menjadi kurang match,

Saal pertama tadi adalah menyangkut tentang adopsi atau pengangkatan, itu satu soal terseridiri, peristiwa hukum tersendiri sedangkan soal pewarganegaraan, adalah seal yang lain.Tekanan yang ingin kita muat disini, sebetulnya apakah soal adopsinya atau soal pewarganegaraannya. Rumusan ini ingin mengawinkan kedua-duanya. Saya pikir kalau yang dimaksud. oleh kita sebagian ini mau dipisahkan, saya kira bisa saja. Dan masalah adopsi yang berimplikasi kepada pewarganegaraan menjadi dua soal yang bisa dirangkaikan tapi tetap merupakan dua soal. Oleh karena itu, saya ingin Saudara Ketua mengusulkan kita endapkan sebentar, lebih tenang, jadi belum kita putuskan supaya tidak terlalu lama, kita lewatkan dulu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

lni ada usulan menarik, ini agak complicated Kalau mekanismenya, kita selesaikan melalui mekanisme !obi. Tapi ada usulan Pak Bomer, simpatik juga kita endapkan dulu, endapkan dulu itu sama juga artinya dengan kita lompat dulu ke pasal berikutnya. Bisa juga maknanya lain, tapi masalahnya belum jam 9, tapi prinsip apa·yang disampaikan Pak Bomer, saya rasa kita semua sependapat dengan itu bahwa ini soal adopsi itu rezim hukumnya lain, diatur oleh rezim hukum yang lain. Sedangkan pada saat ini kita ngomong soal - soal pewarganegaraan, kalau itu kita sepakati maka sebetulnya tidak ada masalah tinggal tadi bagaimana disampaikan Pak Lukman, tinggal prinsipnya yang kita mau apa. Prinsip mempermudah atau apa. Kalau prinsip mempermudah memang rumusan yang sudah ada ini, sudah sangat jelas, tinggal soal usia saja yang kita pertimbangkan, kita sepakati. Kita pending ini. Setuju kita pending?

(RAPAT SETUJU)

Kita lanjutkan poin 77. Poin, disini Pemerintah mengusulkan rumusan baru yang diletakkan dalam pasal baru yang berbunyi : Wanita warga negara asing yang kawin secara sah dengan pria WNI dapat memperoleh kewarganegaraan dengan menyatakan untuk hal itu di hadapan Pejabat atau di Perwakilan Republik Indonesia, kecuali perolehan kewarganegaraan tersebut mengakibatkan berkewarganegaraan ganda.

Kita persilahkan pihak Pemerintah untuk menjelaskan PEMERINTAH {OKA MAHENDRA, SH) :

Pimpinan, usulan tambahan baru ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian bahwa wanita warganegara asing yang kawin secara sah dengan pria warganegara Indonesia dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia. Tentunya dengan syarat bahwa yang bersangkutan harus menyatakan maksudnya dihadapan Pejabat atau Perwakilan RI apabila yang bersangkutan berada di luar negeri.

Syarat berikutnya adalah bahwa yang bersangkutan tidak memperoleh kewarganegaraan lain. Jadi prinsip dobel kewarganegaraan itu, masih tetap kita anut dalam soal ini.

Sedangkan ayat berikutnya menentukan bahwa pernyataan itu harus dilakukan setelah 2 tahun, terhitung sejak tanggal perkawinannya. Jadi kalau lewat dari itu, kalau sebelum itu, mengapa setelah lewat 2 tahun, karena diberikan kesempatan untuk berpikir. Apakah dia akan mengikuti suaminya, atau tetap masing-masing berdiri sendiri-sendiri, sehingga cukup waktu untuk mempertimbangkan, untuk memilih, ikut suami atau tidak dalam soal kewarganegaraan. Sedangkan ayat (3), menentukan tata caranya akan diatur dengan Keputusan Menteri.

Demikian Bapak Pimpinan, terima kasih.

(18)

-18- KETUA RAPAT :

Terima kasih Pemerintah, Kami persilahkan anggota Panja sekalian untuk menanggapi. ·Pak Lukman, kami persilahkan

F· PPP (DRS. H. LUKMAN HAKIM SAEFUDDIN) :

lni pasal baru, usulan Pemerintah ayat 2 dan ayat 3, nampaknya ini menyangkut waktu, ayat 3 nya administratif saja. Tapi prinsip di ayat ( 1 ) intinya mungkin ada baiknya kalau ini juga diberlakukan sama terhadap pria warganegara asing misalnya, jadi tidak hanya wanita, tapi pria, supaya tidak diskriminatif, itu yang pertama.

Lalu yang kedua, rnenurut saya, ingat betul ketika di Pansus, ada kesepakatan bahwa dwi kewarganegaraan yang terbatas ini terrnasuk juga ketentuan, kalau yang bersangkutan masih berdomisili di wilayah Indonesia. Jadi saya pikir, ini bisa disatukan, diintegrasikan kesepakatan tentang dwi kewarganegaraan terbatas, dengan catatan, selama yang bersangkutan berdomisili di wilayah Indonesia.

Sehingga dalam kaitannya dengan Pasal 21 baru ini, dua hal tadi bisa dimasukkan di ayat (1) ini.

Demikian Ketua.

KETUA RAPAT : Silahkan lbu Tuti.

F· PAN (TUTI LUKMAN SOETRISNO}:

Terima kasih. Saya mendukung dan setuju sekali dengan usulan Pak Lukman. Terutama kaitannya dengan hak-hak wanita itu sebagai warganegara Indonesia, agar dia bisa bekerja di sini.

Kemarin pada waktu kita di Pansus, sudah membahas masalah ini sedikit, bahwa apabila misalnya suaminya itu yang WNI itu sakit, kemudian isterinya yang WNA itu, karena tidak memiliki kewarganegaraan Indonesia, dia tidak bisa bekerja di sini. Jadi anak-anak mereka juga terlantar. Dengan diberikannya kewarganegaraan selama dia berada di Indonesia, dia bisa mencari nafkah, seperti orang mendapat hak seperti orang Indonesia lainnya.

T erima kasih.

KETUA RAPAT:

Kami persilahkan Pak Bomer

F· PG (DR. H. BOMER PASARIBU, SH, SE, MS) :

Saudara Ketua, pada waktu di Pansus, catatan kami ini sebetulnya prinsipnya sudah dapat kita setujui, walaupun masih di sisr kembali didalam Panja ini. Sebetulnya kami ingin memperoleh penjelasan tambahan dulu dari pemerintah terhadap tadi yang diusulkan teman-teman. Dalam Pasal 21 baru ini, memberikan hak kepada wanita WNA, tapi tidak secara spesifik dapat dipahamkan sebagai kalau dia pria WNA atau sebaliknya. Kenapa rumusannya menjadi begini, dapatkah melalui Ketua, kami memperoleh penjelasan tambahan dari pemerintah.

KETUA RAPAT :

Kami persilahkan pihak pemerintah untuk menjelaskan PEMERINTAH :

Terima kasih Pimpinan. Sebetulnya, jawabannya sudah diketahui Pak Bomer, cuma mgm mendengarkan secara resmi di sini, kenapa pemerintah tidak mengusulkan sebaliknya. Jadi pria WNA yang kawin secara sah dengan wanita WNI juga dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia. lni berlaku kembali bahwa kita masih menganggap bahwa inikan perlindungan terhadap wanita. Jadi wanita WNA itu supaya bisa ikut menjadi WNI mengikuti suaminya. Sedangkan yang sebaliknya kita belum cantumkan disini, karena menganut disamping perlindungan, kita juga menganut prinsip kehati-hatian, jangan sampai nanti perkawinan semacam ini digunakan untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia dengan cara mudah. Jadi prinsip kehati-hatian diberlakukan di sini, di samping itu kita juga menganut, kalau laki-lakinya yang asing itu bisa melalui proses naturalisasi.

(19)

Demikian Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Terima kasih pemerintah. Ada yang mau beri pendapat. Silahkari Pak Anton.

F· BPD (ANTON A. MASHUR, SE) : Terima kasih Pimpinan,

Para anggota Panja yang saya hormati dan Pemerintah, saya sangka usulan Pemerintah ini untuk memberikan waktu selama 2 tahun untuk memberikan keputusan barangkali dapat dianggap arif, karena memang kita lihat pernikahan khususnya antara wanita Eropa dengan pria Indonesia banyak mengalami kegoncangan budaya. Umpamanya antara pria Indonesia dengan wanita Jerman yang tinggal di Indonesia setelah menikah, banyak yang mengalami gangguan pernikahannya, banyak yang gagal. Sebaliknya pria Indonesia yang menikah dengan wanita Jerman yang tinggal di Jerman rata-rata utuh. lni karena pria itu sudah masuk dalam satu proses penyesuaian diri yang lama dan langsung dia menikah di sana, jadi benturan budaya itu tidak ada. Sedangkan untuk wanita asing yang datang ke Indonesia membawa isterinya, di sini dia mengalami benturan yang besar. Kata famili aja, artinya di sana dengan di sini berbeda. Di sini mertua itu, anggota famili yang paling disayangi, di sana itu bukan. Ayah dari suami juga bukan famili, kenapa musti ditanggung-tanggung. Makanya Saudara-saudara kami yang sangat baik secara pribadi, tetapi gagal secara pernikahan. Disamping itu wanitanya juga tidak lagi memiliki perlindungan dari negaranya, dia tidak lagi memiliki perlindungan negaranya terhadap hak- haknya sebagai warga negara, dia sudah hilang kalau dia Jangsung WNJ. Sedangkan terbukti sesudah 2 tahun dia tidak bisa bertahan di sini. Jadi saya sangat mendukung ayat (2) ini dimana pernyataan untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia itu diberikan batas waktu, apa 2 tahu atau 3 tahun, saya rasa ini sama saja, tapi diberikan peluang untuk itu. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT ·:

Ada lagi yang lain. Kami persilahkan Pak Yusuf.

F· PKS (YUSUF SUPENDI, Le) Terima kasih,

Saya mau bertanya sama Pak Oka, itu banyak belajar Bahasa Arab, kayaknya, itu dalam bahasa Arab maghum mughalafah pengertian sebaliknya, berarti kalau dikatakan wanita adalah pria.

Namun

saya ingin penjelasan juga, itu ada dasar hukumnya apa tidak membedakan itu apa, cuma faktor kehati-hatian.

Sebenarnya kalau faktor kehati - hatian bararti kita kembali kepada pasal yang sebelumnya,

yang

anak angkat itu. Jadi oleh karena itu mungkin perlu kita cermati lagi ditunda dulu, dikaji ulang, kalau memang faktor kehati-hatian. Dan memang kalau kita lihat sejarah, pada jaman Rasullullah juga terjadi. Jadi yang melatarbelakangi kaitan masalah diluar nikah saya bahas itu, memang pada saat itu yang muhajirin ke Madinah, kemudian banyak yang para pezinah, yang muhajirin tidak punya rumah, tidak punya tempat tinggal, tidak punya pakaian, kalau begitu kawinin saja, biar punya rumah. Jangan-jangan ini juga begitu, jadi dalam rangka mengambil kewarganegaraan, kawin aja. Kalau sudah kawin otomatis dapat kewarganegaraan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pemerintah perlu menjelaskan lagi. Kami persilahkan PEMERINT AH :

Terima kasih Pimpinan,

Jadi dalam Undang-undang Perkawinan, itu yang jadi kepala rumah tangga itu suami, inilah yang mesti mengikuti kepalanya. ltu prinsip Undang-undang Perkawinan kita, begitu juga dalam soal kewarganegaraan, jadi isteri dapat mengikuti suaminya. Di samping faktor-faktor yang kehati-hatian tadi.

Saya kira demikian tambahannya.

Terima kasih.

(20)

-20- KETUA RAPAT:

T erima kasih pihak Pemerintah

Saudara-saudara sekalian sebetulnya rumusan pasal ini prinsip-prinsipnya, dulu sudah sepakat di tingkat Pansus. Di tingkat Panja ini sebetulnya hanya pematangan saja, sinkronisasi , persepsi saja sebetulnya. Jadi bagaimana kalau bisa sepakati, atau kita perlu pengendapan lagi.

Silahkan Pak Mahfud.

F PKB ( PROF. DR. MOH. MAH FUD MD )

Saya kira, saya setuju dengan Pak Lukman dan Bu Tuti tadi, jadi kita kalau dalam hal ini tidak ada kepala keluarga atau tidak kepala keluarga sebenarnya, karena kita mau mengakui kesetaraan.

Bagaimana kalau orang pria asing kawin secara sah dengan perempuan Indonesia. Oleh sebab itu saya usul, seorang WNA yang kawin dengan WNI dan seterusnya, dapat memperoleh dan seterusnya seperti ini. Sehingga dia akan dibedakan. Lalu untuk ayat (3), saya kira kita sudah pernah bersepakat bahwa yang namanya keputusan itu, akan kita letakan dalam kerangka resifiking, yang sudah konkrit, individual final.

Kalau sudah menyangkut tata cara itu sudah umum. Mengapa masalah ini tidak diatur di dalam peraturan yang akan mengatur keseluruhan tentang pewarganegaraan, dijadikan satu paket di dalam Peraturan Presiden, apa Peraturan Pemerintah, bukan keputusan Menteri. Kita sepakat keputusan Menteri hanya satu kemarin yaitu pada saat terjadi penolakan terhadap permohonan pewarganegaraan itu sifatnya konkrit, individual, final bisa. Kalau sudah tata cara, mekanisme itu sudah di abstrak, kalau memang mau pakai Menteri, ya Peraturan Menteri, gitu saja atau Peraturan Departemen, jangan lagi pakai istilah keputusan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Pak Mahfud

Jadi pemerintah tidak keberatan, ini emansipasi juga, saya rasa asas ini kita anut, sehingga rumusan yang diajukan oleh Pak Mahfud tadi, saya rasa rumusan yang paling diskriminatif sifatnya.

Sedangkan ayat (3) saya rasa itu konsistensi saja itu, keputusannya kita ganti dengan Peraturan Menteri atau nanti Peraturan Presiden. Tapi di situ kita sepakati, kita setuju dengan usul itu kita cantumkan peraturan, mungkin Pemerintah masih ada. Kami persilahkan.

PEMERINTAH :

Yang terakhir usulan Pak Mahfud, keputusan diganti dengan peraturan. Apakah nanti peraturan Menteri atau Peraturan Pemerintah, Pemerintah ikut saja. Sedangkan yang mengenai yang lainnya kalau bisa nanti kita rumuskan, walau Tim Perumus saja. Kita bahas lagi di Tim Perumus, mana lebih baik.

Apakah kita menganut prinsip kesetaraan, di samping Pemerintah juga akan melakukan penelitian peraturan Perundang-undangan yang berlaku, jangan sampai nanti nabrak peraturan perundang- undangan yang berlaku, kalau tidak ada hambatan-hambatan yuridis tentunya nanti kita akan bisa pertimbangkan usulan dari anggota Pansus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, pemerintah. Jadi setuju, kita masukkan Tim-mus saja, sedangkan yang lain tadi kita sepakati, kita setuju.

(RAPAT SETUJU)

Saudara Dirjen mewakili Pemerintah dan Saudara-saudara sekalian, sesuai dengan kelaziman, ini sud ah jam sembilan saya mengusulkan kalau bisa sampai jam 10.00, supaya cepat selesai. Namun demikian saya tetap menyerahkan kepada rapat untuk memutuskan.

(21)

F.PG. (PROF. DRS. H. RUSTAM TAMBURAKA,MA)

Kita kerja dari tadi pagi, jam 09.00 sudah mulai Pansus, ada yang jam 08.00 sampai sekarang.

Kita sampai jam sembilan ini selesai dulu, nanti disambung lagi. Apa nanti di konsenyering, terserah keputusan Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Oke, mungkin ada yang mau berkomentar soal itu. Bagaimana Pemerintah, ini ada usulan sudah lelah katanya.

PEMERINTAH :

Saya kira Bapak Pimpinan sudah tahu, kita mulai kemarin sampai jam satu malam, kalau mau sampai jam satu, pemerintah juga siap.

KETUA RAPAT:

Pak Lukman, kami persilahkan

F PPP ( DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN)

Saya pikir, saya tidak tahu, karena biasanya kalau kita di Panja itu sampai jam sepuluh, bahkan, kadang-kadang sampai larut malam. Kalau Tata Tertib sampai jam 22.30 Kalau sekarang merasa lelah, tapi yang jelas Pimpinan perlu punya time table yang lebih pasti, bahwa target masa sidang sekarang ini bisa tuntas. Jadi 23 Maret ini bisa tuntas, jangan kita berleha-leha sekarang tapi ternyata tidak selesai.

Jadi mohon bisa dijadwal kembali, jadwal ulang yang perlu dibahas di Panja itu berapa item lagi. Lalu kemudian kita nanti konsinyering untuk rumusan itu berapa lama, sehingga target itu tetap bisa tercapai.

Demikian ketua.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Pak Lukman.

Kalau ingat itu, saya maunya sampai jam dua belas, tapi mengingat realitasnya tadi, saya rasa kalau memaksakan, karena sudah lelah dan tadi sudah kita sepakati. Pimpinan konsultasi dengan pihak.

Pemerintah akan mengusulkan teknis konsinyering itu, tempat dan waktu yang pas untuk kita lakukan.

Nanti akan menyusul pemberitahuan berkaitan dengan itu. Bagaimana Pemerintah ? PEMERINTAH :

Kalau bisa ada rapat seperti ini, sekali lagi Pimpinan, sesudah itu barulah kita tentukan nanti kapan konsinyeringnya. Barangkali dalam satu kali rapat, seluruh persoalan yang diserahkan ke Panja, dapat kita selesaikan, sesudah itu baru kita masuk ke konsinyering untuk merumuskan soal-soal yang pernah kita sepakati. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, Pemerintah Jadi kita sepakati akan pleno Panja satu kali lagi, setelah itu kita konsinyering. Setuju.

(RAPAT SETUJU)

Dengan demikian saya selaku Pimpinan Panja, menyampaikan terima kasih kepada pihak Pemerintah, juga kepada Saudara-saudara sekalian atas pengorbanannya, masih ada lagi Pak Yusuf

F PKS. ( YUSUF SUPENDI. Le. ) Besok jam berapa,

KETUARAPAT

Nanti· ada pemberitahuan menyusul besok pagi

(22)

-22- F. PKB ( PROF . DR. MOH MAHFUD MD )

Begini saja, kalau besok tidak ada, saya usul ditetapkan malam ini, tapi kalau memang tidak ada, kita ketemu minggu depan sekali lagi. Saya dengar tadi Ketua Panja besok tidak bisa, kalau memang tidak, besok kosong saja dulu, masih banyak acara lain, sehingga Panja ini dipastikan minggu clepan ketemu lagi, hari Rabu, lalu menentukan kapan kita konsinyering.

KETUA RAPAT:

Oke kita besok tidak ada, dan kita ketemu . lagi minggu depan, hari Rabu. Jadi sekaligus pengumuman konsinyering. Dengan demikian dari meja Pimpinan sekali lagi saya menyampalkan terima kasih kepada Pemerintah, Saudara-saudara sekalian, dan hadirin yang mengikuti pertemuan ini. Dengan demikian, rapat saya tutup rapat.

RAPAT DITUTUP PUKUL 21. 30 WIB

Jakarta, 22 Februari 2006 a.n. Ketua Rapat

Sekretaris,

DRS.BUDIKUNTARYO 210001446

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kerangka konseptual dan kajian penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pengaruh kondisi keuangan, kualitas pelayanan fiskus dan

Jika agama-agama gagal sebagai kekuatan moral spiritual melestarikan persatuan dalam upaya memajukan bangsa dengan kehidupan rakyat yang semakin maju berkualitas,

advertisement di dalam kelas dengan bertatap muka langsung dengan siswa; informal live face-to face yaitu siswa dengan siswa yang lain melakukan tugas-tugas kelompok

Memerlukan ruang kelas, studio, laboratorium, dan bengkel (program studi teknik pada Program studi yang fokus pada keilmuan dengan fasilitas sarana/prasa rana ruang Program studi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sensus sarana dan prasarana pendidikan jasmani tahun ajaran 2012/2013 di sekolah dasar se-Gugus IV Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulon

4. Penyusunan program, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah yang dilaksanakan oleh BPK Perwakilan

Proyek Akhir dalam Pagelaran Tata Rias Fairy Tales of Fantasy berjutuan untuk: 1) Merancang rias fantasi dan penataan rambut tokoh Putri Aurora Cerita Sleeping Beauty sesuai

Maka benar seperti Pak Ajiep sampaikan ini usulan saya, mudah-mudahan didukung juga oleh semua pihak, mudah-mudahan koreksi kita terhadap proses paripurna hari ini dan apa