KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN DAN KURVA
PERTUMBUHAN ANAKAN PECUK HITAM (Phalacrocorax sulcirostris) DAN PECUK KECIL (Phalacrocorax niger) DI SUAKA MARGASATWA
PULAU RAMBUT, TELUK JAKARTA Erni Jumilawaty
Abstract
Chick growth of Black Cormorant and Javanese Cormorant were examinated during the 2001 breeding season (February-June 2001) in Pulau Rambut Wildlife Sanctuary. Sample of Black Cormorant and Javanese Cormorant (n = 15) chicks were onserved during routine visits (every 2 days). Chicks were measured for weight (g), length of culmen, tarsus, ulnar (cm) by sending them down from the nest, started at hactching day until 33th days for black cormorant and 26 th days for Javanese Cormorant. Young bird of Black Cormorant has been known to fledge in 33 days, while Javanese Cormorant in 25 days. Growth rate was examined by using either logistic, Gompertz and von Bertalanffy equation (Ricklefts, 1967).
Chicks weight of both spesies were fit to Gomertz curves, while the growth of culmen, tarsus and ulnar was fit to logistic curve.
Key words: Black Cormorant, Javanese Cormorant, Growth
A. Pendahuluan
Kelestarian suatu spesies sangat ditentukan oleh keberhasilan hidup anakannya.
Sedangkan keberhasilan anakan untuk dapat hidup sangat ditentukan oleh kemampuan induknya dalam memperoleh makanan dan merawat serta melindungi anakan dari gangguan predator maupun kondisi lingkungan, selama musim berbiak berlangsung.
Musim berbiak Pecuk terjadi bersamaan dengan burung air lainnya, sehingga diperkiraan untuk memperoleh makanan akan terjadi persaingan antara burung yang sedang berbiak tersebut. Kedua anakan Pecuk ini merupakan tipe altricial yaitu pada saat lahir anakan belum ditumbuhi oleh bulu down dan mata masih tertutup, keadaan anakan sangat lemah dan membutuhkan perhatian yang sangat intensif dari induknya terutama untuk memperoleh makanan dan menghindari predator dan pengaruh iklim seperti hujan, panas, dan angin.
Walaupun sama-sama altricial diduga ada perbedaan ciri perkembangan antara kedua anakan Pecuk mulai saat menetas sampai anakan lepas sarang serta strategi induk
untuk melestarikan dan mempertahankan hidup anakannya. Sampai saat ini belum diketahui bagian tubuh yang lebih dahulu mengalami perkembangan dan bagaimana pola pertumbuhan anakan pada kedua spesies.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ciri-ciri utama dan perbedaan morfologi dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anakan dari kedua spesies Pecuk di Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Hasil penelitian diharapkan dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai ciri perkembangan anakan dan dapat dijadikan kunci identifikasi untuk mengamati perkembangan anakan pada waktu dan keadaan yang berbeda.
B. Metoda Penelitian
Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari-Juni 2001 bertepatan dengan musim biak 2001 di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, dengan peralatan peta lokasi penelitian, caliper (jangka sorong), meteran, tali kain, kantung kain, timbangan pegas pesola spring scale, teropong binokuler, kamera, dan alat tulis.
2 Gambar 1. Sketsa Anakan Pecuk di Suaka Margasatwa Pulau
Rambut, Pebruari-Juni 2001
Metoda
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengamatan langsung sedangkan pengambilan sampel anakan dilakukan secara acak pada lokasi penelitian.
Perkembangan 15 ekor anak burung kedua spesies mulai diikuti saat menetas sampai anak tersebut sudah bisa meninggalkan sarang dan tidak dapat ditangkap lagi. Studi perkembangan anakan ini dilakukan dengan pemeriksaan setiap 2 hari sekali untuk menghindari kematian akibat stres.
Perubahan bagian-bagian tubuh anakan yang diamati meliputi perubahan bulu, perubahan warna kulit dan cakar.
Pertumbuhan anggota badan, yaitu; paruh (pada culmen), sayap (pada ulnar) dan kaki (pada tarsometatarsus) diukur menggunakan kaliper, sedangkan berat tubuh anak ditimbang dengan menggunakan pesola spring scale. Pengukuran dan penimbangan anakan dilakukan setiap 2 hari dengan cara menurunkan anakan ke bawah menggunakan kantung kain, selanjutnya ditimbang dengan menggunakan pesola spring scale dengan kapasitas 60 sampai 1000 gram sehingga pertambahan berat dapat diketahui begitu juga perkembangan anggota badan. Untuk mengetahui perubahan dan perkembangan anggota badan dilakukan dengan pemotretan selanjutnya dibuat sketsa pertumbuhan anakan berdasarkan usia (Gambar 1).
C. Hasil dan Pembahasan
a. Perkembangan Anakan Pecuk
Anakan Pecuk termasuk tipe altricial, waktu menetas matanya tertutup, belum memiliki bulu, sangat lemah sehingga tidak dapat meninggalkan sarang dan memerlukan pemeliharaan oleh induknya.
Proses penetasan dimulai saat anakan dalam telur membuat lubang kecil di dinding telur (kira-kira satu per tiga panjang telur), keesokaan harinya lubang ini membesar dan membentuk retakan yang melingkari telur, proses ini membutuhkan waktu satu hari baru anakan terbebas dari cangkang. Waktu penetasan terjadi sore hari sekitar jam 16.00 WIB atau siang hari sekitar jam 13.00 WIB.
Pada beberapa anakan proses penetasan ini tidak berhasil, anakan hanya mampu membuat lubang kecil dan setelah itu proses selanjutnya tidak berjalan lancar.
Berbeda dengan anakanan semi altricial, anakan Pecuk pada saat menetas tidak memiliki bulu dan matanya tertutup, bulu natal baru mulai tumbuh pada saat anakan berumur 11 hari sedangkan Kuntul dan Bluwok saat menetas anakan telah memiliki bulu natal dan matanya terbuka (Imanuddin,1999 dan Sulistiani, 1991).
Persamaannya anakan masih sangat lemah dan memerlukan perawatan dan perhatian dari induknya. Perkembangan selanjutnya sama dengan anakan Kuntul dan Bluwok yaitu bulu lebih dahulu tumbuh pada bagian humeral dan scapular, diikuti bagian sayap primer dan sekunder serta bulu ekor dan bagian ventral.
Karakteristik perkembangan tubuh anakan Pecuk diringkas pada Tabel 1 dan Gambar 1.
Sedangkan Perbedaan anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil diringkas pada Tabel 2.
Umur anakan diketahui berdasarkan tanggal penetasannya (saat menetas = 0 hari), tetapi ada yang diduga umurnya sesuai karakteristik tubuh yang dicocokan dengan Tabel 1. Anakan Pecuk Hitam yang
baru menetas beratnya 18,5 g (h=0) ditambah sebagian cangkang yang melekat ditubuhnya (66,7% dari berat telur), sedangkan anakan Pecuk kecil yang baru menetas (h=0) beratnya 13,5 g (73% dari
berat telur). Data berat dan ukuran tubuh yang diperoleh bagi anakan yang baru menetas hanya satu, hal ini untuk menghindari agar anakan tidak stres dan dapat terhindar dari kematian.
Ada tiga faktor yang sangat mempengaruhi ketersediaan makanan saat membesarkan
anakan, yaitu suplai makanan, jumlah anak dalam satu sarang dan kemampuan induk mencari makan (Platteeuw dan Van Eerden, 1995, Van Eerden, dan Voslamber, 1995).
Tabel 1. Karakteristik Perkembangan Tubuh Anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
Usia ke Keterangan
1 Mata tertutup, bulu belum tumbuh, warna tubuh merah tua sampai coklat muda, kulit transparan.
5 Mata tertutup, warna tubuh hitam dan mulai tumbuh bintik-bintik putih, telah dapat mengerakkan kepala dan mulai mengeluarkan suara.
Mata mulai terbuka, cakar mulai tajam. Bulu down di sekitar tubuh mulai tumbuh berupa papila terutama di dekat bahu, mata terbuka lebar, bulu sayap tumbuh berupa papila yang keluar dari selubung, telah dapat bergerak dan lincah.
11
17 Bulu down bertambah panjang dan tersebar merata di seluruh tubuh kecuali perut, leher dan kepala, warna bulu masih hitam kusam, anakan sudah dapat berlari, cakar bertambah panjang, bulu ekor mulai tumbuh berupa papilla. Bulu sayap tumbuh menjadi dua tingkat.
21 Cakar dan selaput renang tumbuh sempurna. Bulu sayap tumbuh menjadi tiga tingkatan, bulu ekor sudah panjang.
25 Semua bulu tubuh sudah tumbuh sempurna, sayap sudah sempurrna, ekor sudah sempurna dan bulu di kepala dan leher juga sudah sempurna, anakan telah belajar terbang.
30 Anakan sudah sulit untuk dijangkau karena telah dapat terbang ke pohon sebelahnya atau ranting lainnya.
35 Anakan sudah meninggalkan sarang.
Catatan: Perkembangan Anakan tidak berbeda, hanya setelah umur 25 hari anakan Pecuk Kecil sudah tidak dapat ditangkap dan telah dapat terbang.
Jumlah telur yang diletakkan dalam sebuah sarang oleh induk burung biasanya berkaitan erat dengan jumlah anak yang dapat dibesarkannya sesuai dengan kondisi lingkungan terutama suplai makanan.
Kenyataannya suplai makanan kadang- kadang sangat bervariasi dan sulit untuk memprediksi ketersediaan makanan pada saat membesarkan anak-anaknya nanti.
Untuk memecahkan masalah keterbatasan makanan ini Pecuk memiliki stategi dengan cara menetaskan telurnya tidak secara bersamaan (asynchronous hatching), sehingga anakan tumbuh dengan umur dan ukuran yang berbeda. Pada saat jumlah makanan berlimpah maka seluruh anakan akan mendapat suplai makanan yang hampir
sama, tetapi saat makanan terbatas maka anak pertama cenderung menghabiskan makanan tanpa memberikan kepada anak yang terkecil, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2A dan 2B.
Pada sarang yang berisi tiga anak burung (Gambar 2A dan 2B), seringkali ditemukan anak ketiga mati akibat kelaparan atau sakit.
Perbedaan umur dan ukuran antara anakan dalam sebuah sarang menimbulkan kompetisi yang tidak seimbang dalam hal memperoleh makanan dari induknya, akibatnya yang termuda seringkali kalah dan kelaparan, pertumbuhannya lambat, lemah dan tidak sehat.
Tabel 2. Perbedaan Anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
P. sulcirostris P. niger
Warna Kulit Merah kehitaman Merah pucat/merah kecoklatan
Paruh Hitam dan tumpul,
bulat Runcing, pipih dan pada ujungnya berwarna coklat Bulu Kusam dan berkutu Bersih bercahaya
Gerakan Kurang lincah dan
mudah ditangkap Sangat Lincah dan sulit untuk ditangkap
Berat saat
menetas Gambar 2B. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil pada Sarang 18,5 g + cangkang 13,5 g No 19 ( 3 Anakan) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni
2001, Perbedaan Usia Satu Hari
4
Gambar 3B. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil pada Sarang No 21b (2 Anakan) di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001 dengan Perbedaan Usia Satu Hari
Gambar 2A dan 2B merupakan salah satu contoh kurva pertumbuhan anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil pada sebuah sarang yang berisi tiga anakan, yang masing-masing berbeda umur satu hari. Pertumbuhan anak ketiga terlihat paling lambat antara ketiga anak burung tersebut. Sedangkan pada sarang yang berisi dua anak burung, umumnya kedua anakan tumbuh dengan baik dan kecepatan pertumbuhan tidak berbeda jauh. Seperti pada gambar 3A dan 3B, perbedaan umur antara kedua anakan adalah 1 hari.
Faktor lain yang juga mempengaruhi ketersediaan makanan saat membesarkan anakan tergantung kepada kemampuan induk untuk memperoleh makanan dan
kekuatan induk untuk terbang serta jarak mencari makan dengan sarang (Grau, 1995 dan Perrins, 1996).
Gambar 3A. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil pada Sarang No 3A (3 Anakan) di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau
Rambut, Pebruari-Juni 2001 dengan Perbedaan Usia Satu Hari
Beberapa kali pengamatan ditemukan induk pulang tanpa membawa makanan untuk anaknya, selanjutnya fungsinya digantikan oleh pasangannya yang segera pergi mencari makan. Induk yang mengasuh anakan akan meningkatkan trip (perjalan) penangkapan ikan per harinya. Waktu yang digunakan untuk menangkap ikan dapat diketahui dengan cara mengurangkan waktu yang dipergunakan untuk terbang dari lokasi sarang ke tempat menangkap ikan dan waktu yang digunakan untuk kembali lagi ke sarang (Platteeuw dan Van Eerden, 1995).
Pada gambar 5C dapat dilihat bahwa defisiensi makanan pada anakan Pecuk Kecil yang mengakibatkan kematian, di mana anakan ketiga kalah berkompetisi
dalam mendapat makanan dari anakan yang lebih besar. Perbedaan usia dengan anak pertama 3 hari.
b. Kurva Pertumbuhan
Kurva pertumbuhan anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil diringkas pada Gambar 3A, 3B dan 3C. Yang mengalami perkembangan pesat pada anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil adalah berat badan diikuti oleh ulnar.
Pertambahan berat badan menunjukkan pertumbuhan yang normal dan tidak mengalami penurunan lagi setelah anakan mencapai dewasa, sedang untuk anggota
badan yang lebih berkembang adalah ulnar dibandingkan dengan culmen dan tarsometarsus, hal ini erat hubungannya dengan fungsi ulnar untuk terbang dan mencari makan.
Gambar 3C. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil pada Sarang No 21a (3 Anakan) di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut yang Mengalami Defisiensi, Pebruari-
Juni 2001 dengan Perbedaan Usia Tiga Hari
6
Gamba 4A. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
Gambar 4B. Grafik Perkembangan Pecuk Hitam di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
Kurva pertumbuhan dirata-ratakan berdasarkan persamaan yang dicocokkan ke dalam kurva pertumbuhan menurut Ricklefs (1967). Kurva pertambahan berat badan terlihat membentuk persamaan Gompertz, sedangkan kurva pertumbuhan culmen, tarsometatarsus dan ulnar, lebih mendekati persamaan logistik.
Berdasarkan Gambar 4A nampak bahwa anakan Pecuk Hitam (n = 15) mulai berumur 0 hari mengalami penambahan berat badan yang pesat dan berat mencapai maksimum pada umur 25 hari mencapai 800 g (79,07%) setelah itu terjadi fluktuasi penurunan dan penambahan berat badan sampai hari ke 35 mencapai berat 730 g (85,88%).
Gambar 4C. Grafik Perkembangan Pecuk Kecil di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
Pada Gambar 4A terlihat penambahan berat badan maksimum anakan Pecuk Kecil (n=15)
terjadi pada hari ke 23 mencapai 360 g (74,50%). Terjadinya penurunan berat badan anakan sangat dipengaruhi oleh kemampuan induk untuk menyediakan makanan setiap hari dan adanya persaingan antara anakan dalam satu sarang, serta anakan mengalami stres pada saat penimbangan dan memuntahkan makanan
ang baru dikonsumsi.
ang palin ahulu mencapai pertumbuhan.
d
metatarsus mengikuti persamaan gistik.
altricial engan anakan tipe semi altricial.
n dan Saran
kan hasil pengamatan diketahui
k Hitam dan 26
mendekati bentuk persamaan logistik.
g dikomsumsi kedua nakan Pecuk tersebut.
Phalacrocorax ristotelis. Ibis 135: 225-232.
Atlantic Coast of Europe.
rdea
Phalacrocorax ristotelis. Ibis 138: 756-764.
Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB.
ogor.
y
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai asimtot (a), konstata kecepatan pertumbuhan (K) dan interval waktu pertumbuhan 10 hingga 90% dari Asimtot
(T10-90), semua data diringkas dalam
Lampiran 1 dan Lampiran 2. Berdasarkan hasil perhitungan untuk mengetahui waktu pertumbuhan 10-90% (T10-90), y g
h
d
Pada Gambar 4A, 4B dan 4C terlihat bahwa pertambahan berat badan meningkat lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ulnar, tarsometarsus dan culmen, ini disebabkan oleh kemampuan induk memperoleh makanan setiap harinya. Banyaknya makanan yang dikonsumsi anakan tiap harinya akan mempengaruhi peningkatan berat anakan yang diikuti dengan pertumbuhan ulnar yang lebih cepat diban ingkan pertumbuhan tarsometarsus dan culmen. Sedangkan pertumbuhan culmen dan tarsometatarsus terlihat meningkat secara perlahan sesuai dengan pertambahan usia anakan. Pada Gambar 4A terjadi fluktuasi pertambahan berat badan setelah usia 25 hari, terjadi penurunan berat badan ini diduga ada hubungan dengan kelincahan anakan, pada usia ini anakan telah banyak bergerak, mulai belajar berjalan meninggalkan sarang dan belajar terbang.
Kurva pertumbuhan anakan Pecuk ini hampir sama dengan kurva pertumbuhan anakan Kuntul Kecil yang diteliti oleh Sulistiani (1991) di mana pertumbuhan berat badan mengikuti kurva pertumbuhan Gompertz dan pertumbuhan ulnar, culmen dan tarso
lo
Dari kedua kurva pertumbuhan antara anakan Pecuk dan Kuntul yang diteliti oleh
Sulistiani (1991) dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan model kurva pertumbuhan antara anakan tipe
d
D. Kesimpula Kesimpulan Berdasar bahwa:
1. Anakan kedua Pecuk memperlihatkan pertumbuhan yang sama dan ciri-ciri pertumbuhan yang sama. Anakan sudah dapat meninggalkan sarang pada saat usia 33 hari untuk Pecu
ari untuk Pecuk Kecil.
2. Kurva pertumbuhan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil terlihat membentuk persamaan Gompertz, sedangkan kurva pertumbuhan culmen, tarsometatarsus dan ulnar lebih
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disarankan untuk melalukan penelitian mengenai seberapa jauh kompetisi antaranakan kedua Pecuk dan jenis-jenis makanan yan
a
E. Daftar Pustaka
Aebischer, N. J. (1992). Immediate and Delayed Effects of Gale in Late Spring On The Breeding of Shags
a
Debout, G; N.Rov and R.M. Sellers. (1995).
Status and Population Development of Cormorants Phalacrocorax carbo carbo Breeding on The
A 83: 47-59.
Grau, C.R. (1995). Nutritional Needs for Egg Formation in the Shag
a
Imanuddin. (1999). Beberapa Aspek Persarangan dan Perkembangan Anakan Burung Wilwo (Mycteria cinerea Raffles) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut Jakarta.
Skripsi B
8
Perrins, C. M. (1996). Eggs, Egg Formation and the Timing of Breeding. Ibis 138: 2-15.
Platteeuw and M.R. Van Eerden. 1995. Time and Energy Constraints of Fishing Behaviour
in Breeding Cormorant Phalacrocorax carbosinensis at Lake Ijsselmeer, The Netherlands. Ardea 83: 223-234.
Ricklefs, R. E. (1967). A Graphical Method of Fitting Equations to Growth Curves. Ecology 48 (6): 978-983.
Sulistiani, E. (1991). Beberapa Aspek Biologi Perkembanganbiakan Kuntul Kecil (Egretta garzetta Linnaeus 1766) Di Cagar Alam Pulau Rambut. Skripsi Mahasiswa. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Lampiran 1. Parameter Kurva Pertumbuhan Anakan Pecuk Hitam di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
Kurva Kecepatan
Bentuk persamaan Asimtot Persamaan
pertumbuhan
k ti t10-90
Berat Gompertz 750 0,12 13,011 7,75 750e-0,12(t-13,011)
Culmen Logistik 100 0,094 19,01 7,17 100
1+e-0,094(t-19,01) Tarsometatarsus Logistik 70 0,13 13,04 17,41 70
1+e-0,13(t-13,04) Ulnar Logistik 380 0,143 19,019 15,9 380
1+e-0,143(t-19,019)
Lampiran 2. Parameter Kurva Pertumbuhan Anakan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
Kurva
pertumbuhan Bentuk Kecepatan
Asimtot Persamaan
persamaan
k ti t10-90
Berat Gompertz 500 0,112 13,015 8,3 500e-0,112(t-13,015)
80 Culmen Logistik 80 0,09 16,008 6,22 1+e-0,09(t-16,008)
70 Tarsometatarsus Logistik 70 0,138 15 16,44
1+e-0,138(t-15,00) Ulnar Logistik 195 0,177 16,035 12,96 1+e-0,177(t-16,035) 195