• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfometri dan Kompetisi Interspesifik Antara Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Pecuk Kecil (Phalacrocorax niger) di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Morfometri dan Kompetisi Interspesifik Antara Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Pecuk Kecil (Phalacrocorax niger) di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut"

Copied!
298
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)
(152)
(153)
(154)
(155)

MORFOMETRI DAN KOMPETISI INTERSPESIF'IK ANTARA PECUK HITAM (phalacroc~rrar sulcrosfrk) DAN

PECUK

KECIL

(Phal(~~rocormc niger) DI KOWNI UTARA DAN BARAT SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT

Oleh :

E R N JUMILAWATY

99417

PROGRAM

PASCASARJANA

INS- PERTANIAN BOGOR

BoGoR

(156)

"Dan

b#Wi

Kami

l m t . a l h

3Ajl

Kami

1ctiSbM

~ A ~ A H ~ A

---,

a n

tw~bhih~

yam

ma&

scbspi

w

a

q

p

ban

~

pmsisiar~n

b h ~ f

Mat,

b i W M b ~

l+3w

[kep*~

And)"

(157)

M0RM)METRI DAN KOMPETISI INTERSPESIFIK ANTARA PECUK HlTAM (Phalmocorm sulcirostris) DAN

PECUK

KECIL

(Phdacrocorox niger) DI KOLONI UTARA DAN BARAT SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mernperoleh Gelar Magister Sains Pada Program Studi Biologi

(158)

ERNI

JUMILAWATY. Morfometri dan Kompetisi Interspesifik An4m Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Pecuk Kecil (Phalacrocorax niger) di

Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Dibimbing oleh

HERU

SETIJANTO dan ANI MARDIASTUTI.

Kedua pecuk ini memiliki morfologi yang hampir sama dan selalu terbang secara bersama-sama membentuk suatu kelompok, sehingga keduanya sangat sulit sekali untuk dibedakan 13 ekor pecuk hitam dan 7 ekor pecuk kecil dipilih untuk mempelajari morfometri dari kedua spesies. Habitat tempat bersarang dipilih dimana keduanya ditemukan bersarang secara bersamaan dan dibutuhkan waktu 265 jam

untuk mengamati

perilaku

kedua spesies untuk melihat persaingan bersarang dan kompetisi interspesifik. Sebanyak 310 buah sarang pecuk hitam

dan

42 buah sarang pecuk kecil d i isebagai sampel yang dipilih secara acak.

Perbedaan morfbmetrik kedua spesies ditemukan pada ukuran tubuh (t =7,62,

db=18, a=O,Ol)

dan

panjang sayap (t= 13,65, db= 18, a=O,Ol). Keduanya

ditemukan

bersarang

secara bersamaan di hutan mangrove sekunder pada asosiasi Rhizophora mucronata-Ceriops tagal, dengan populasi pecuk hitam lebih besar

dari

pecuk kecil. Walaupun keduanya ditemukan bersarang pada tempat yang sama, tetapi tidak pernah ditemukan bersarang pada pohon yang sama,

dan

cendentng saling menghindar satu dengan W y a

untuk

memuurnallcan

. .

terjadinya kompetisi dalam

ha1 pemilihan tempat bersarang.

Keduanya

selalu rnemilih spesies pohon dengan karakteristik berbeda. Faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat bersarang adalah struktur pohon, angin

dan

keamanan.

Keduanya memiliki

ukuran

dan bahan

penyusun

sarang

berbeda.

Perbedaan dimensi sarang ditemukan pada kedalaman (t= 2.93,db= 27,

a=

0.01),

lebar

(t= 3.94,db= 27,a= 0.01), panjang (t= 4.07,db= 27, a= 0.01), tebal (t= 3.96,db= 27, a= 0.01),

dan

bibir sarang (t= 2.22,db= 27,

a=

0.05). Pecuk

bitam

menyusun sarangnya

dengan menggunakan bahan

perryusun

sarang yang lebih bervariasi

d ~ b d h g k m

pecuk kecil. Telur dari kedua spesies memiliki perbedaan

ukwan

panjang (t- 16.82, db= 152, a=0,05), lebar (t= 1 1.26,

db=

152, a=0,05)

dan

berat (t= 19.28, db= 152, a=0,05). Telur pecuk

hitam

(51.26 x 32.83 nrm; 27.74 g) lebih

besar

dari telur pecuk kecil(43.62 x 29.00 mrn; 18.53 g). Clutch size dari kedua spesies

berkisar

2-4 butir,

yang

diletakkan dengan

interval

2

harL

Inkubasi

dimulai

setelah telur pertama

dil-

sehingga telur-telur ini menetas

secara

asinkroni. Telur

pecuk

hitam dan pecuk kecil

menetas

setelah dierami selama 26.60 f 0.86

hari (IF

41) dan 26.0 f 1.0

hari

(n= 15), anakarmya tipe altricial.

Menurut teori

kompetisii

kedua spesies ini tidak clapat hidup secara bersamaan pada tempat

dan

waktu

yang

sama

Jika

kedua

spesies

ini

ditemukan pada

habitat yang sama,

maka

harus

rnemiliki

per- ekologi Spesies kongenerik

memiliki morfologi, fkiologi, petilaku dan ekologi yang sama, tetapi

berbeda

d a b

ha1

penempatan sarang

dan

bahan

penyusun

sarang. Kompetisi menjadi lebih nyata

pada pasangan spesies yang hidup di areal yang

sama.

Interaksi antara pecuk hitarn dan pecuk kecil diidentifikasi sebagai kompetisi interspesifik

untuk

mengbindari

(159)

ABSTRACT

ERNI JUMILAWATY. Morphometric and Interspesific Competition Between

Black Cormorant (Phalacrocorax sulcirostris) and Javanese Cormorant

(Phalacrocormc niger)

in

the North and West Colony of Pulau Rambut Wildlife

Sanctuary. Under the direction of HERU SETIJANTO clan AN1 MARDIASTUTI.

Studies was observed during February-June 2001. Both species have similar morphology and always flying together, as a result they were difEicult to differentiate. There were 13 Black Cormorant and 7 Javanese Cormorant selected for rnorphometric study. Nesting habitat was selected where both species found nesting together and 265 hours were spent to study behavior of both species to reveal the nesting and behavior competition.

Different morfometric of both species were found in body size (t =7,62, d618, a=O,Ol), and ulna. (t= 13,65, df- 18, a=0,01). There were 3 10 nests of Black Cormorants and 42 nests Javanese Cormorants selected

as

random samples. Both species were found nesting sympatridy in the secondary mangrove

(Rhizophora mucronat4eriops tagal association), with population

Black

Cormorants were bigger than Javanese Cormorants. Although both species have syrnpatric site, they never nesting on the same tree, and tend to avoid each other to

minimize

competition in selecting nesting space. Both were always choosing different characteristic tree species. Important factors in choosing nesting sites were tree structures, wind condition and

safety.

The nests of Black Cormorants and Javanese Cormorants have different sizes and nest material. Nests of both species were &rent, size in depth (t=

2.93,d6 27,

a=

0.01), breadth (t= 3.94,& 27,u= 0.0 I), length (t= 4.07,W 27, a= 0.01), tbick (t- 3.96,df- 27,

a=

0.01), edge (t= 2.22,df- 27, a= 0.05). Nests material of Black Cormorants were more diverse than Javanese Cormorants, The pale blue-green eggs of both species have different sizes in the length (t= 16.82,

df-

152, a=0,05), breadth (t= 11.26, d+ 152, a=0,05) and weight (t= 19.28,

df-

152, a-0,05). The eggs of

Black

Cormorant (51.26 x 32.83

mm;

27.74 g) were bigger than Javanese Cormorant (43.62 x 29.00

mm;

18.53 g). The clutch

size

of both species

was

2-4, laid on the average of 2 day interval and incubation began

after

the

Grst

egg

was

laid, creating asynchronous hatched.

The

eggs of Black Cormorant and Javanese Cormorant hatched

aRer

b e i i incubated for 26.60 f

0.86 days

(n=

41) and 26.0 f 1.0 days (IF 15), respectively, and the hatchlings

were altricial.

According to the competitive exclusion principles, both species cannot live together in the place at the same time, and if two similar species found in the same site, there

must

be

some

ecology dBkrences between both species. The congeneric species have similar morphology, physiology, behavior and ecology, but di&rent nesting site and nest material. As a result, competition is
(160)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

MORFOMETRI DAN KOMPETISI INTERSPESIFIK ANTARA PECUK HITAM (PhaZ(~cmonax sulciroshis) DAN PECUK

KECIL

(Phalacrocorax niger) DI KOLXlNI UTARA DAN BATUT SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT

adalah benar merupakan karya saya sendiri

dan

belurn

pernah

dipublikasikan. Semua sumber data

dm

informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat

diperiksa

kebenarannya

Bogor, April 2002

A

EA

~&&aty
(161)

Judul : MQRFOMETRI

DAN

KOMPETISI INTERSPESIFLK ANTARA PECUK HITAM

(Phdacrocorax

sulcitostris)

DAN

PECUK

KECIL

(Phalacrocorux niger)

DI KO= UTARA

DAN

BARAT SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT

Nama Mahasiwa : Erni Jumilawaty Nomor Pokok : 99417

Program Studi : Biologi

Menyetujui 1. Komisi pembimbing

Dr. Drh. Heru Setiianto Ketua

Dr. Ir. An. Mar-ti. MSc Arlggota

2.

Ketua

Program

Studi

Biologi

Dr. Ir. Dedi D@i So

(162)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Januari 1970

di

Kisaran, Sumatera Utara dari pasangan orang

tua

yang bernama Suparman dan

Yuslinar, sebagai

a d

kedua

dari enam bersaudm.

Jenjang pendidikan formal yang ditempuh,

mulai

Sekolah Dasar Negeri IX

Kisaran

dari tahun 1976 sampai 1982, kemudian melanjutkan ke SMPN I Kisaran

,

Iulus 1985

dan

pada tahun 1988

lulus

dari

SMAN I Kisaran.

Pendidiikan sarjana ditempuh di Program Studi Biologi, Fakultas Maternatika

dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, lulus pada tahun 1995.
(163)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala

karunia-Nya sehingga dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan

penulisan tesis berjudul Morfcmetri dan Kompetisi Interspesifik Antara Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Pecuk Kecil (Phalacrocorax niger) di Koloni Barat

dan

Utara Suaka Margasatwa Pulau Rambut.

Dalam rangka melakukan penelitian ini, penulis memperoleh bantuan dan arahan

dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini

tak

lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Drh Heru Setijanto (Ketua Kornisi Pembimbii) atas seluruh waktu,

kesabaran dan tenaga untuk memberikan biibingan serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.

2. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc (Komisi Pembimbing) atas seluruh waktu,

kesabaran

dan

tenaga untuk memberikan bimbiian serta miemberi motivasi

dan atas bantuan dana serta fisilitas selama penelitii sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini

3. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.

Chairuddin

P Lubis, DMT&H,

DSAK atas kesempatan

dan izin

melaksanakan

pendidikan

di

IPB

serta

bantuan

dam

pendidikan

selama

penyelesaian

studi

4. Pimpinan Program PascaSarjana atas bantuannya selama penulis

menyelesaikan

studi

di IPB
(164)

6. Program Nagao atas bantuan dana penelitian selama penulis melakukan

penelitian

-7. Direktur Bird Life Internasional Indonesia Program atas

barPtuan

perninjaman

teropong binokuler

8. Direktur Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam atas

izin

melakukan penelitian di Suaka Margasatwa Pulau Rambut

9. Ibu Dewi Malia Pra-a atas

izin

pengukuran sampel

di

Museum

Zoologi dan pinjaman buku

lo. Warsa Jaya atas

bantuan

tenaga dan berbagi pengalaman kerja, serta pak

Buang, pak Karrnin, pak Nasak, pak Kohar dan pak Sri Budi atas bantuannya selama penelitian berlangsung di Suaka Margasatwa Pulau Rambut

11. Teman-teman sesama peneliti di Suaka Margasatwa Pulau Rambut: Dijan,

Imanuddin, Robii Asep

dan

Ado

12. M.Niam atas

bantuan

pembuatan sketsa anakan

dan

Koko atas

bantuan

pembuatan sketsa profl tumbuhan lokasi penelitian

13. Yang teristimewa dan terspesial buat ayah dan marnak serta abang

dan

adik-

adikku

tercinta

(bang

Herry,

Elvi,

Eddy, Zdpan dan Syaffi.uddin),

serta

bang

Usman,

kak

Ani

clan

Mak

Habib atas pengertian,

perhatian

dan

kasih

sayang

serta dukungan moril selama

pelaksanaan

studi

14. Teman-teman satu Program Studi Zoologi: AZfied, Jusmaldii Mbak

Widha,

Yanti dan Zabidin

15. Yanti, Farid,

Linda,

Desk Uni Nonon,

Kak

Lula,

Kak

Nia, Khatijah,

Kak

Ha& Rulana, Liana

dan

Cut Nanda terima kasih atas persahabatan serta
(165)

16. Ternan-teman satu kost: Ratih, Tiwu, Eva, Mia,

Ida, Yuki,

Fitri, Betti, Amie, Nina,

dan

Dani atas

bantuan

dan

dukungan semangatnya

17. Serta teman-tern yang tidak &pat saya sebutkan satu persatu atas bantuan

-

dan

dukungan

moril selama penyelesaian tesis ini.

Mudah-mudahan semua bantuan yang di'berikan pada penulis, menjadi

amal

baik dan mendapatkan balasan dari AUah

Yang

Maha Kuasa. Penulis rnenyadari bahwa tesis ini masih belurn sempurna, namun penulis berharap dengan adanya penelitii ini dapat menambah wawasan penulis

dan

b e d t bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

di bidang

zoologi

dan

konservasi.

Bogor, April 2002

(166)
[image:166.588.82.465.42.760.2]

Halaman PRAKATA

...

viii

...

DAFI'AR

TABEL

Xiii

...

DAFI'AR GAMBAR xv

L

PENDAHULUAN

IL

TINJAUAN PUSTAKA

...

1

.

Klas-i

Pecuk Hitarn

dan Pecuk Kecil

2

.

Morfologi Pecuk

...

3

.

Penyebaran

...

4

.

Habitat

...

5

.

Perilaku Pecuk

...

a

Perilaku

makan

...

b

.

Perilaku lokomosi

...

c

.

Perilaku

perawatan

tubuh

...

d

.

Perilaku itlteraksi sosial

...

e

.

Perilakuistirahat

...

6

.

Perkembangbiakm

...

...

a

.

Breeding

season

(musim berbiak)

b

.

Pembentukan pasangan

...

c

.

Pemilihan pohon

sarang

...

...

.

d

Sarang

...

.

e

Jumlah

telur

per sarang

(clutch size)

f

.

Telur

...

,.

...

g

.

Pembentukan telur

...

...

h. Inkubasi

(pengemman)

i

.

Pemeliharaan

anak

...

..,...

...

...

7

.

Kompetisi

(167)

...

A

.

Letak

B

.

I k l i i

...

C

.

Topognd5

...

D

.

Flora

... ...

E

.

Fauna

...

IV

.

BAaAN

DAN

METODE

...

A

.

Waktu

dan Tempat Peneliiian

B

.

Bahan

dan

Alat

...

C

.

Metode

...

1

.

Studi Pendahuluan

...

2

.

Morfometri Pecuk

...

3

.

Distriiusi Pohon Sarang

dm

Kmdderistik

...

Penempatan Sarang

4

.

Karakteristik Pohon Sarang

...

5

.

Karakteristik Sarang

...

6

.

Breeding

Season

(Musim Berbiak)

dan

Clutch size

...

...

7

.

Studi Perkembangan Anakan

D

.

Analisa Data

1

.

Analisa Morfologi

...

2

.

Analisa Prom Vegetasi

...

...

3

.

Analisa S q , Telur dat~ Pohon

4

.

Aaalisa Pola Penyebaran

dm

Perkembangan

Afialcan

...

5

.

Analisa Deskripti ...

...

1

.

Morfometri

...

2

.

Habitat

3

.

Distribusi Pohon Sarang

dan

Penempatan

Sarang

...

4

.

Karakteristik

Pohos Saran.

...

...

.

5

Kadcteristik

Sarang

...

6

.

Karakteristik

Bahan

Penyusun Sarang

7

.

Breeding Season

(Musim

Berbiak)

dm

Clutch size

Kedua S p i e s Pecuk

...

...

a

Musim

Berbiak

b

.

Deskripsi Telur

...

c

.

Clutch

Size

dm

Masa

Pengeraman

Kedw

.

SpeslesPecUk

...

...

8

.

Perkembangan

Anakan Kedua

Spesies Pecuk

...

a

.

Perilaku

Makan

dan Makaaan

...

.

b Sebab-sebab Kematian

(168)

1

.

Morfologi

...

2

.

Distribusi Pohon Sarang

...

...

3

.

Pemilihan Pohon Sarang

...

.

4 Karakteristik Sarang

5

.

Pemilihan Bahan Sarang

...

6

.

Musim Berbiak

clan

Clutch Size Kedua Jenis

Pecuk

...

...

a

.

Musim Berbiak Kedua Jenis Pecuk

.

...

b

Variasi Berat

dm

Ukuran Telur

...

.

c Pengeraman

dan

Pertumbuhan Analcan

7

.

Kurva Pertumbuhan

...

8

.

Persarnaan

dan

Perbedaan Pecuk Hitarn

dan

Pecuk Kecil

...

...

.

9 Kompetisi

...

.

VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A

.

Kesirnpulan

...

(169)

Teks Halaman

Perbedaan Morfologi Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris)

dan

P e c k Kecil (P. niger) Menmt MacKinnon et al. (1 992)

...

6

Rumus-rumus Persamaan Pertumbuhan Analcan Burung

(Ricklefs, 1967).

...

24

Perbandingan Ukuran Morfometri Pecuk Hitarn

dan

Pecuk Kecil

di Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1

...

43

Perbedaan Morfologi Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Pulau

...

Rambut, P e b i - J u n i 200 1 44

Perbandiian Ukuran Morfometri Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di

Pulau Rambut dan

Museum

Zoologi, Bogor

...

46

Tinggi Sarang

dan

Tinggi Pohon Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan Barat

Suaka

Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari-Juni 200 1

...

5 1

Jenis Pohon Tempat Bersarang Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari-Juni 200 1

...

5 1 Karakteristik Pohon Sarang Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan Barat

Suaka

Margasatwa Pulau Rambut,

...

Pebruari-Juni 2001

...

54

Perbedaan B e d Sarang Pecuk Hitam dm Pecuk Kecil di Koloni Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari-Juni 200 1

...

56

Satang

dan

Telur A. Pecuk

Hitam

dan B. Pecuk Kecil di Koloni

Utara dan Barat

Suaka

Margasatwa Pulau Rambut,

...

Pebruari-Juni 2001 57

Kadcteristik Bahan Penyusun Sarang Pecuk

Hitam

di Koloai Utara

...

dan Barat Suaka Margasatwa, Pebruari-Juni 2001 60

Karakteristik Bahan Penyusun Saraug Pecuk

Kecil

di Koloni Utara

...

dan Barat Suaka Margasatwa, P e k i - J u n i 2001 60

Berat dan

Ulruran

Rata-rata

Telw

Pecuk Hiltam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut

Berdasarkan Clutch Size

(Jumlah

Telur)

dan

Urutan Peneluran, Pebruari-Juni 2001

...

63
(170)

14

.

Karakteristik Perkernbangan Tubuh Anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut.

...

Pebruari-Juni 200 1 69

15

.

Perbeciaan Anakan Pecuk Hitam

dan

P e c k Kecil

di

Koloni Utara

.

dan

Barat Suaka Margasa.twa Pulau Rambut. Pebruari-Juni 200 1

...

69

16

.

Perbandingan Morfologi Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil Berdasarkan

...

Sumber Yang Ada 79

(171)

1.

Klasifikasi

Bentuk Telur (Hoogerwerf; i 949

dalam Mardiastuti, 1991).

...

1 9 2 A. Gambaran Grafis dari Metode Penentuan Ketiga Faktorial Konversi

(CW) dad Rickle& (1967). A adalah asimtot. Ti adalah titik

infleksi

...

25

2 B. Gambaran Grafis dari Bentuk-bentuk Persamaan Logistik,

...

Gompertz

dm

von Bertelae 25

...

3. Peta Suaka Margasatwa

Pulau

Rarnbut 3 1

...

4. Variabel Morfologi Pecuk Yang di Ukur 34

5 . Variabel yang diukur Untuk Mengetahui Penempatan Sarang

dan

Dirnensi Sarang

...

3 8

6. Pengukuran Telw Pecuk..

...

3 9 7. A. Pecuk Hitam B. Pecuk Kecil di Suaka Margasatwa Pulau

Rambut (Sumber dari A Field Guide to the Waterbirds

of Asia, Bhushan, 1993 )

...

45

8. Peta P q b a r a n Sarang Pecuk Hitam dan Pecuk

Kecil dan

Lokasi

Penelitian di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001

.

49

9. Profil Tumbuhan Tempat Ber- Pecuk Hitam

dan

Pecuk

Kecil

di Koloni Barat Suaka Margasatwa Pulau Rarnbut,

...

Pebruari-Juni 2001 (Sketsa oleh Koko) 50

10. Tipe-tipe Penempatan S a m q Pecuk Berdasarkan Profil (Horizontal dan

Vertikal)

Vegetasi

di

Koloni Utara

dm

Barat

Suaka

Margastwa

Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001

...

52 1 1. Persentaw Tinggi Sarang Pecuk Hitam dan Pecuk

Kecil

di

Koloni

Utara

dan

Barat Suaka Margwtwa

Pulau

Rambut,

...

P e W - J u n i 200 1 53

12. Sarang dain Telur A. Pecuk Hitam dan

Pecuk

Kecil di Koloni Utara

dan Barat

Suaka

Margasatwa Pulau Rambut, PebmarLJuni 2001

...

57

13. Karakterigtik Ranting Pen- Sarang Pecuk Kecil(A)

dan

Pecuk

Hitam(B)

di

Koloni Utara

dan

Barat

Suaka

Margasatwa

P u k

Rambut, Pebruari- Juni 200 1

...

59 14 A. Histogram

Curah

Hujan

di

Suaka Margasatwa Pulau

Rambut,

(172)

14 B. Musim Berbiak Pecuk Hitam C Musirn Berbiak Pecuk Kecil dan di Koloni Barat

dan

Utara Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari-Juni 200 1

...

6 1

15. Telur Pecuk A. Pecuk Kecil

dan

B. Pecuk Hitam di Koloni Utara

....

dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001.. 16. Interval Peneluran Telur Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni

Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari-Juni 200 1

...

17. Lama Pengeraman Telur Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni

Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

...

Pebruari-Juni 200 1

18. Interval Penetasan Telur Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

...

Pebruari-Juni 2001

19. Perkembangan Anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari-Juni 2001. Perbedaan Pada Ukuran Tubuh

(Sketsa oleh Muhammad Niam).

...

20 A. Grafik Perkembangan Telur Pecuk Hitam (%) dan Pecuk Kecil (%)

di Koloni Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

...

Pebruari-Juni 200 1

20 B. Gra£ik Perkembanga

anakan

Pecuk Hitam (%) dan Pecuk Kecil (%)

di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa

Pulau

Rambut,

...

Pebruari-Juni 2001

21 A. Grafik Pertambahan Berat Badan Anakan Pecuk Hitam dm Pecuk Kecil

di

Koloni Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau

...

Rambut, Pebruari- Juni 200 1

21 B. Grafik Pertumbuhan Analcan Pecuk Hitam

di

Koloni Utara

dan

...

Barat

Suaka

Margasatwa Pulau Rarnbut, Pebruari-Juni 2001

2 1 C. Grafik Pertumbuhan

Anaka.

Pecuk Kecil

di

Koloni Utara

dan

...

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, P e W - J u n i 2001

22 A. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Hitam Pada Sarang

No 3b (2 Anakan)

di

Koloni Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001 Dengan Perbedaan Usia

...

Satu

Hari

22 B. Gra& Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil Pada Sarang No 3A

(3 Anakan)

di

Koloni Utara dan Batat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001 Dengan Perbedaan Usia Satu Hari

...

(173)

23 A. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil Pada Sarang

no 19 (3 Anakan) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

...

Pebruari-Juni 2001, Perbedaan Usia Satu Hari 97

23 B. Crafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kmil Pada Sarang

No 21 b (2 Anakan) di Koloni Utara dan Barat Suaka Margaratwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1 Dengan Perbedaan

...

Usia Satu Hari 98

23 C. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil Pada Sarang

No 21a (3 A d a n ) di Koloni Utara dm Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut Yang Mengalami Defisiensi, Pebruari-Juni 2001

(174)

Teks

Pengukuran Morfologi Pecuk Hitam di Suaka Margasatwa Pulau

...

Rambut, Pebruari-Juni 200 1

Pengukuran Morfologi Pecuk Kecil di Suaka Margasatwa Pulau

...

Rarnbut, Pebruari- Juni 200 1

Pengukuran Morfologi Pecuk Hitam di

Museum

Zoologi,

Bogor

...

Pengukuran Morfometri Pecuk Kecil di Museum Zoologi,

Bogor

...

Persentase Ketinggian Satang Pecuk Hitam

dan

Pecuk Kecil di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebwi-Juni 200 1

...

Perbedaan Karakteristik Pohon Sarang Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni

Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1. Berdasukan Uji T-Student

...

Karakteristik Sarang Pecuk Hitarn di Koloni Utara dan

...

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rarnbut, Pebruari-Juni 200 1

Karakteristik Sarang Pecuk Kecil di Koloni Utara

dan

Barat

...

Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001

Berat dan Ukuran Telur Pecuk Hitam Menurut

Urutan

Peneluran di Koloni

Utara

clan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari-Juni 2001

...

Berat dan

Ukuran

Telur Pecuk Kecil Menurut Urutan Peneluran di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari-Juni 200 1

...

Pertumbuhan Rata-rata Anakan Pecuk Hitam

di

Koloni Barat

...

dan Utga Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001

Pertumbuhan Rata-rata Anakan Pecuk Kecil di Koloni Barat

...

dan Utara Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1

Pertumbuhan Anakan Pecuk Hitam di Koloni Utara

dan

Barat

...

(175)

14. Pertumbuhan Anakan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan

...

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1 1 19

15. Distribusi Berat Ranting Pada Dua Contoh Sarang Pecuk Hitarn

danPecuk

Kecil

di

Koloni

Utara

dan

Barat Suaka

Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1

...

12 1

16. Distribusi Panjang Ranting Pada Dua Contoh Sarang Pecuk

Hitam

dan

Pecuk Kecil di Koloni

Utara

dan

Barat Suaka

Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari- Juni 200 1

...

12 1

17. Distribusi Diameter Ranting Pada 2 Contoh Sarang Pecuk Hitam

dan Pecuk

Kecil di Koloni

Utara

dan Barat

...

Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1 1 2 1

18. Parameter Kurva Pertumbuban Anakan Pecuk Hitam di Koloni

Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari-Juni 200 1

...

122 19. Parameter Kurva Pertumbuhan Anakan Pecuk Kecil di Koloni

Utara

dan

Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,

Pebruari- Juni 200 1

...

1 22
(176)

Indonesia, dengan luas daratan sekitar 1,3 % dari keseluruhan permukaan bumi, kaya akan berbagai spesies hidupan liar dan beragam tipe ekosistem, yang

sebagian di antaranya tidak dijumpai di belahan bumi manapun (Sujatnika et al.,

1995). Sebagai pemilik beragam tipe ekosistem terkaya di muka bumi, Indonesia memiliiki potensi untuk memperoleh manfaat dari keane- hayati yang

dimilikinya. Salah satu kekayaaan hayati tersebut adalah burung.

Kekayaan burung Indonesia dapat menggambarkan pentingnya

keanekaragaman hayati Indonesia dalam lingkup global. Indonesia menduduki

peringkat ke empat negam-negara yang kaya dengan spesies burung dan menduduki

peringkat pertama di dunia bedasarkan jumlah spesies burung endemik. Penelitian yang dilakukan selama ini menunjukkan bahwa keanekaragaman burung dapat mencerminkan tingginya keanekamgaman hayati hidupan liar lainnya (McNeely et al., 1988 dan ICBP, 1992 dalam-Sujatnika et al., 1995).

Salah satu jenis

burung

tersebut adalah b i l i Phalacfocomidae yang lebih dikenal dengan sebutan pecuk. Di Indonesia, h i l i Phalacmcoracidae meliputi 4 spesies: Phalacrocormc carbo, P. sulcirusn?k, P. niger dan P. melanoleucos yang tersebar di 7 Propinsi yaitu: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa TenBgam, Maluku dan Irian Jaya. Di Jawa, pecuk hitrun (P. sulcirostris) dan
(177)

memiliki perbedaan ukuran dan warm bulu pada saat musim berbiak (Andrew, 1992; MacKinnon et al., 1992).

Populasi pecuk terbesar terdapat di Suaka Margasatwa Pulau Rambut yang

pada saat musim berbiak dapat mencapai 30

-

40 % dari jumlah keseluruhan burung air yang terdapat di Suaka Margasatwa tersebut. Selain kedua spesies pecuk tersebut,

ditemukan jenis lainnya yaitu: P. melanoleucos yang terdapat dalam jumlah kecil.

Diduga P. melanoleucos ini merupakan jenis migranlpendatang pada saat musim berbiak (Dharmawan, 1987; Mahmud, 199 1; Mardiastuti, 1992).

Dari hasil penelitian terdahulu terjadi perubahan kelimpahan dan penyebaran pecuk di Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Perubahan ini disebabkan oleh faktor

lingkungan khususnya hujan dm angin. Pada cahun 1983-1984 populasi pee& mencapai 5000-6800 ekor,

tahun

1990-1991 mencapai 2222-6883 (w'iosoepartho,

1986 dalam Mahmud, 1991; Mardiastuti, 1992). Faktor penting lainnya yang mempengaruhi bervariasiiya kelimpahan dan penyebaran pecuk tergantung pada

habitat diiana pecuk dapat beristirahat, bersamng, berbiak dan Mtor ketersediaan makanan khususnya

ikan

sebagai makanan utama, baik pada masa berbiak maupun tidak (Van Eerden dan Voslamber, 1995).

Walaupun merupakan kawasan konservasi, kondisi pulau Rambut sekarang cukup memprihatikan karena rusaknya hampir setengah dari luas hutan mangrove

serta kurangnya regenemi jenis pohon untuk tempat bersarang b m g akibat

pencemaran yang terjadi

di

Teluk Jakarta. Selain itu terjadi p e n m a n populasi akibat meningkatnya jumlah perburuan, kerusakan tempat berbiak dan mencari
(178)

Kedua jenis pecuk selain memiliki morfologi dan warna bulu yang sama juga

selalu membentuk suatu kelompok baik dalam mencari makan maupun saat terbang,

akibatnya keduanya sangat sulit dibedakan terutama pada saat terbang dan sampai

saat ini belum diketahui seberapa jauh data mengenai perbedaan morfblogi, waktu

berbiak, jumlah telur dan ukuran telur, serta keberfiasilan berbiak kedua spesies yang

ada di Indonesia. Hal ini penting, agar proses pelestarian dapat dilakukan secara tepat. Penelitian yang telah dilakukan selama ini meliputi perilaku makan, studi kandungan logam berat, studi populasi, ekologi dan perilaku makan anakan

(Fithri, 1987; Indriani, 1996; Kusrini, 1996; Sarjono, 1995), sehingga perlu dilakukan studi morfbmetri, biologi dan ekologi.

Menurut teori kompetisi, kedua jenis pecuk yang memiliki persamaan

mofilogi, ekologi, fisiologi dan perilaku ini tidak mungkin dapat hidup

berdampingan dalam satu habitat dan pada waktu yang bersamaan, sehingga diduga

keberadaan kedua spesies ini memiliki spesifikasi tertentu untuk hidup berdampingan

apalagi melihat semakin b e r h g u y a jumlah pohon sebagai tempat bersafangnya.

Sebagai pemakan ikan, burung ini juga sering mengambil ikan dari tambak- tambak disekitar Pulau Rambut, akibatnya pecuk dianggap sangat memgikan bagi

nelayan sehingga banyak yang m e m b m y a Dikhawatirkan bila hal ini terus

berlangsung bukan tidak mungkin populasinya akan tens b e h r m g . Manfaat burung-burung air sendii dalam kehidupan secara tidak langsung merupakan

(179)

2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan morfometri pecuk hitam clan pecuk kecil yang terdapat di

Koloni Barat dan Utara Pulau Rambut

2. Membandingkan biologi pecuk hitarn dan pecuk kecil meliputi: musim

berbialq sarang, dan telur di Koloni Barat dan

Utara

Pulau Rambut.

3. Membandingkan karakteristik habitat dan pola penyebaran keduanya di

Koloni Barat dan Utara Pulau Rambut.

3. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:

1. Memberikan informasi tentang gambaran morfologi, biologi, perilaku

bersarang pecuk hitam dan pecuk kecil.

2. Bahan infbrmasi dan pertimbangan bagi pengelolaan dan pengembangan

(180)

11. 'IPINJAUAN

PUSTAKA

1. Klasifkasi

Pecuk

Hitam Dan

Pecuk

Kecil

Klasifikasi burung pecuk hitam dan pecuk kecil menurut Bhushan et al.,

(1 993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Vertebmta

Klass : Aves

Ordo : Pelecanifbrmes

Famili : Phalacrocoracidae

Genus : Phalacrocorax

Spesies : Phalacrocorax sulciros~is

: Phalacrocorax niger

2. Morfologi

Pecuk

Semua anggota hdi Phalacrocoracidae dikenal

dalam

bahasa Inggris dengan

nama "cormorant" dan

dalam

bahasa Indonesia dikenal dengan pecuk. Menurut Andrew (1992) anggota h i l i Phalacrocoracidae terdiri atas 26 spesies dengan 4

spesies diantamnya terdapat di Indonesia yaim P. carboy P. sulcirostrisy P. melanoleucos dan P. niger.

Pecuk memiliki ukuran sedang sampai besar (panjang tubuh 45 sampai 100 cm). Warna bulu, kedua jenis kelamin memiliki modblogi dan ukuran sama,

umumnya jantan memiliki ukuran

dan

berat lebih besar dari betina. Paruh panjang
(181)

"S". Kaki pendek terletak jauh di belakang dengan selaput renang (totipalmate).

Sayap relatif pendek, kuat dan ekor sangat keras (Hoyo et al., 1992; Campbell dan

Lack, 1985).

Pada beberapa spesies, bulu kontur (plumage) berwarna gelap atau hitam.

Dewasa berwama hijau atau biru berkilau, sedang yang muda berwama coklat atau abu-abu. Bulu penutup sayap dan scapular berwarna hijau atau coklat dengan warna

hitam di tepinya @loyo et al., 1992; Campbell dan Lack, 1985).

Kulit muka, parub dan kantung parub benvarna kuning, jingga, merah,

ungu, biru, hijau dan hitam. Iris pada juvenil benvarna coklat sedangkan

[image:181.578.70.488.27.813.2]

dewasa berwama hijau atau biru. Kaki berwarna hitam. Secara morfologi pecuk hitam (P. sulcirostris) dan pecuk kecil (P. niger) dapat dibedakan (Tabel 1).

Tabel 1. Perbedaan Morfologi Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Pecuk

I

Warna

bulu

I

Hitam berkilau hijadungu

1

Hitam

I

Kecil (P. niger) Me&t Mackinnon et

al.

(1 992)

Phalacrocorax sulcirostris

Penutup =yap

Phalacrocorax niger

Bulu pada saat berbiak

Juvenil

Bercak putih pada sisi kepala dan belakang mata

Warna

putih pada sisi kepala, di

atas mata dan leher Abu dengan sisi sayap hitam

clan terlihat bersisik

Lebih padat, coklat dengan ujung hitam dan pang.kal keunguau Seragam

Warna

lebih suram 'dan berbintik kecoklatan
(182)

3. Penyebaran

Penyebaran pecuk h i t a ~ meliputi Australia, New Zealand, Eropa, M k a , Amerika Serikat, Polinesia serta kawasan Asia Tenggara mencakup Malaysia,

Birma, Cina, India, Philipina, Taiwan, Hongkong, Srilangka. Penyebaran di

Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa

Tenggara dan Irian Jaya. Berbeda dengan pecuk kecil, wilayah penyebarannya

meliputi wilayah India, Cina, Asia Tenggara dan Indonesia. Penyebaran di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan (Campbell dan Lack, 1985; Andrew, 1992; MacKinnon et al., 1992).

4. Habitat

Pecuk hitam dan pecuk kecil dapat hidup di perairan tawar maupun asin

(Hoyo et al., 1992). Di perairan t a m mereka hidup di danau, paya, kolam,

sungai dan muara (Grzimek, 1972). Pecuk di Pulau Rambut menempati hutan mangrove dan hutan campuran. Jenis pohon tempat bersarang dan istirahat adalah Rhizopora stylosa dan

R

mucronata (Dharmawan, 1987; Mahmud, 1991 dan Mardiastuti,l992).

5. Perilaku Pecuk

Anggota pecuk mempunyai kemampuan terbang yang cukup baik. Kondisi

ini yang menyebabkan anggota pecuk dapat M a n g sepanjang hari meninggalkan

sarang

untuk

mencari makan. Pecuk pergi mencari makan pada waktu pagi hari dan
(183)

Dalam memburu mangsa anggota pecuk akan membentdc kelompok baik

&lam jumlah besar maupun kecil dan secara serentak ikan dimangsa (van-Tyne dan

Berger, 1976; Storer, 197 1; Campbell dan Lack, 1985; Sellers, 1995).

Pecuk saat terbang selalu berkelompok membentuk formasi terbang

menyerupai huruf

"V"

dan salah satu bertindak sebagai pemimpin yang berada paling depan dan menentukan

arah

terbang (Dharmawan, 1987).

Pecuk umumnya sangat diam, suara diieluarkan pada saat berbiak dalam

koloninya. Jantan lebih banyak bersuara dibandingkan betina. Suara karakteristik

selalu dihasilkan pada saat berbiak dan menggundang pasangan, saat terbang dan

mendasat, saat adanya bahaya

dan

sebagai alarm (Hoyo et al., 1992 ).

Perilaku harian pecuk meliputi: perilaku makan, perilaku lokomosi, perilaku perawatan tubuh, perilaku interaksi sosial dan perilaku istirahat.

a. Perilakumakan

Makarm utama pecuk adalah ikan, dan invertebrata akuatik seperti crustacea (udang, kepiting, cumi-cumi, dan cephalopoda lainnya). Tetapi ada yang mengkonsumsi katak, insekta

air,

ular air dan b - k u r a (Hoyo et al., 1992). Pecuk memiliki kemampuan dapat melihat ikan dengan jelas dan tajam (Fithri,

1987; Kusrini, 1 997; Campbell dan Lack, 1 985).

Teknik berburu ikan diawali dengan berenang di pennukaau dan kemudian menyelam selama beberapa detik dengan menggunakan sayap dan kaki sebagai dayung pada saat berenang dan ekor untuk menjaga keseimbangan. Selain itu

(184)

sayapnya pada saat berada di dalm air. Bila makanan tersebut berupa crustacea seperti udang dan kepiting terlebih dahulu kaki

dan

antenanya dihancurkan baru dimakan (Fithri, 1987; Campbell dan Lack, 1985; Hoyo et al., 1992; Johnsgard,

1993).

Selanjutnya rnangsa dibawa ke permukaan air, kemudian dilemparkan ke

udara lalu ditangkap kembali dengan menggunakan paruh. Untuk melemahkan

ikan yang telah dimangsa, dilakukan dengan cara menekan bagian kepalanya, kemudian baru ditelan bagian kepala lebih dahulu (Fithri 1987, Campbell dan

Lack, 1985; Hoyo et al., 1992; Johnsgard, 1993; Sellers, 1995).

Anakan pecuk yang baru menetas matanya tertutup (altricial) dan tidak berbulu. Anak pecuk memakan "muntahan" makanan dari induknya dengan cara memasukkan kepala ke dalam mulut induknya, sedangkan anak yang baru

menetas makan dengan cara menjulurkan kepalanya dan mengeluarkan suara dengan mata tertutup. Pada saat cuaca panas anak pecuk akan meminta air

dengan cara men* paruh yang terbuka tanpa mengeluarkan suara (van Tets, 1965; Fithri, 1987; Sarjono, 1995).

b.

Perilah lokomosi

Menurut van Tets (1965), saat bejalan di laut, pecuk melangkah dengan

mengangkat kaki setinggi rnungkh sehingga kelihatan seperti terhuyung-huyung. Apabila hendak melewati celah, melompat dengan kedua kakinya secara

(185)

Saat keluar dari air, b u m g pecuk akan memukulkan kedua kakinya ke belakang secara sirnultan beberapa kali sambil mengepakkan sayap, t'etaPi

bila telah berada di udara mereka dengan cepat dan kuat terbang ( Grzimek, 1972; Campbell dan Lack, 1985).

Anggota h i l i Phalacrocoracidae melakukan aktivitas terbang secara bergantian antara posisi melayang dan beberapa kali mengepakkan sayapnya. Posisi melayang kadang-kadang digunakan burung-burung pantai untuk

menurunkan ketinggian ketika mendarat (van Tets, 1965).

c. Perilaku perawatan tubuh

Pecuk melakukan perawatan tubuhnya dengan cara mandi setelah mencari

makan dan berjemur dibawah sinar matahari sambil mengembangkan sayapnya

yang dikenal dengan wing spreading dan mengepak-gepakkan sayapnya untuk mempercepat proses pengeringan. Wing spreading (mengembangkan sayap) ini

merupakan perilaku perawatan

tubuh,

berfungsi untuk menjaga keseimbangan,

thermoregulasi dan sebagai pertanda telah berhasil memperoleh makanan

(Campbell

dan

Lack

1985; Hoyo et al., 1992; Sellers, 1995).

Perilaku menggaruk dengan kulcu seperti halnya mandi dan mengatur bulu,

bertujuan membantu menghilangkan m a gatal, mengusir parasit dan

mqmbersihkan

bulu

(Welty, 1982)

d. Perilah intenhi sosial

(186)

Gerakan mengancam yang dilakukan oleh anggota ordo Pelecaniformes dibagi

menjadi beberapa tahap yang tejadi secak berkesinambungan Tahap pertama

diawali dengan mengarahkan kepala d m leher ke arah penggangu, dilanjutkan

dengan menjulurkan kepala ke depan, membuka paruh, menutup paruh dan

selaqjutnya menakut-&ti lawan dengan menggoyang-goyangkan kepala ke

sarnping. Gerakan mengancam biasanya diikuti dengan suara mengancam.

Adanya ancaman menandakan akan adanya perkelahian apabila penggangu

&tang lebih dekat (Matthews dan Fordham, 1995).

Selama musim berbiak, burung-bumg akan memiliki daerah kekuasaan

yang akan dipertahankannya. Semua pengganggu yang datang akan dihalau

kecuali pasangan dan anaknya. Bagi burung-burung yang bersarang dalam satu

koloni, daerah teritori tak lebih dari jangkauan paruh ketika duduk dalam sarangnya (Pettingill dan Breckenridge, 1 969).

Menurut Kortlandt (1995), anggota pecuk seringkali melakukan tarian

undangan disebut wing waving, yaitu menaikkan sayap dengan bertumpu pada

bagian humeral ke

arah

atas dan ke arah luar. Tariau ini biasanya dilakukan oleh burung jantan yang menanti di sarang yang akan dipakai sebagai tempat

meletakkan telur pasangannya. Saat melakukan tarian, tubuh burung jantan

(187)

e. Perilaku istirahat

Setelah melakukan aktivitas makan, masing-masing pecuk akan mandi '

kemudian meninggalkan tempat makan untuk beristirahat dengan memilih tempat

yang tinggi, baik di darat maupun di atas pohon. Pemilihan tempat yang tinggi

ini memungkinkan pecuk melakukan aktivitas &an lainnya seperti berjemur,

k a n a sinar matahari atau angin tidak terhalang dan langsung mengenai tubuhnya (Fithri, 1987; Sellers, 1995).

6. Pedcembangbiakan

Pecuk merupakan monogami semusim, dan kedua induk memiliki peranan

dalam mengem serta mengasuh analcan. Anakan lahir dalam keadaan tidak berdaya (altricial) dan tidak memiliki bulb anakan yang rerqja masih berada di dekat sarang untuk m e n d a p h muntahan makanan dan masih tergantung pada

parentalnya. Anakan mencapai dewasa secara bemgsur-angsur dan siap

untuk

melakukan perkawinan setelah berumur tiga tahun (Johnsgard, 1993).

Menurut Boekelheide et al., (1 990) dalam Johnsgard (1 993) pecuk memiliki

beberapa kelebihan dibandin* burung air lrrinnya yaitu: (1) clutch size relatif

besar dan berubah-ubah, (2) untuk m e n g h a s i i telur membutuhketn energi yang sedikit, karena telumya yang relatif kecil, (3) keberhasilan bersarangnya relatif besar, (4) anaknya altricial, (5) menetasnya asinkroni (waktu yaug berbeda).

A. Breeding season (Musim berbiak)

(188)

meletakkan telur setiap tahunnya dan membesarkan anaknya pada saat makanan

berlimpah (Lack, 1954).

Pecuk memilii musim berbiak yang panjang, di daerah tropik m u s h

berbiak &pat terjadi sepanjang tahun, secara umum puncak musim berbiak terjadi

bulan Maret dan September (Hoyo et al., 1992; Johnsgard, 1993).

Masa berbiak burung-burung di daerah tmpis selalu bertepatan dengan awal

m u s h hujan. Musim berbiak pecuk di Indonesia bervariasi pada tiap-tiap wilayah.

Di Jawa Timur pecuk berbiak bulan Desember-Mei, di Jawa Barat berbiak bulan

Maret-Juli, di Pulau Rambut musim berbiak pecuk terjadi 2 periode dalam szttu

tahun yaitu; bulan Desember-April, dan bulan Mei-Juli. Sedangkan di bkberapa

negam, m u s h berbiaknya sangat bervariasi seperti di Jnggris terjadi bulan April-

Juli. Di Perancis pecuk mulai mengumpulkan material s m g awai Januari,

peletakan telur pertama awal Pebruari d m penetasan terjadi awal Juli atau akhir Juli. Di Norwega musim berbiak terjadi April atau akhir M a t , peletakan telur minggu

terakhk April sampai minggu pertama Juni (Mardiastuti, 1992 dan1993; MacKinnon et al., 1992; Aebischer, 1992; Debout et al., 1995; Boudewijn dan Dirksen, 1995).

Musim berbiak pecuk hitam te jadi sepanjang tahun dan sangat tergantung pada kondisi air dan ketersediaan mdcanan. Di Australia musim berbiak terjadi bulan April-Agustus, umumnya membentuk koloni sampai mencapai 1000 ekor (Hoyo et al., 1992). Sedangkan musim berbiak pecuk kecil secara wnum terjadi

bulan Maret sampai September, kqdang-kadang terjadi dua kali dalam satu tahun, membentuk koloni kecil sampai 12 pasang. Umumnya mencari lokasi m g(nest-

(189)

berbiak dalam koloni besar dan hidup berkelompok serta bersarang pa& pohon-

pohon yan&buh di

air,

atau yang berada d e b t air (Grzimek, 1972;

Van

~ i r d e n clan Gregersen, 1995; Kirby et al., 1995).

b. Pembentukan pasangan

Pecuk jantan mencari tempat yang sesuai untuk membangun sarang yang &an

digunakan selama musim berbiak dan biasanya jmtan akan melakukan gerakan-

g e h yang dipertunjukkan sebaik mungkin serta memiliki beberapa jenis gerakan

tertentu untuk mengundang pasangannya. G e r a k a n - g e h yang diperlihatkan oleh

jmtan ini biasanya dikenal dengan wing waving (Hoyo et al., 1992).

Courtship (percumbum) dan pembentukan pasangan dimulai dengan

mempertunjukkan g e r a k a n - g e h mengundang pasangannya oleh jantan b e q a

gerakan sayap yang teratur (wing-waving). Selanjutnya betina akan memilii untuk menerima atau menolak jantan berdasarkan tarian yang dipertunjukannya, karena

setiap gerakan yang ditunjukkan oleh jantan memiliki arti khwus yang dimengerti dan dikenal oleh betina (Kortlandt, 1995).

c. Pemilihan pohon sarang

Menurut (hdardiastuti, 1992) pemilihan pohon sarang oleh burung-bmg air di Pulau Rambut sangat dipengaruhi oleh beberapa W r yaitu: (1) aman dari angin,

(2) struktur pohon, (3) kerapatan dedaunan dan (4) struktur sayap

Burung akan meletakkan sarang pa& sisi pohon yang terlindUng dari angin

dan badai. Pertimbangan predasi dan an& &pat bertolak belakang dalam hal

(190)

misal pada pohon yang terisolasi. Tetapi biasanya burung cenderung memilih

meletakkan sarang berlawanan dengan arah angin (Collias dan Collias, 1984).

d. Sarang

Sarang merupakan tempat bagi b m g untuk meletakkan serta menjaga telur

dan anakan hingga mereka dewasa dan dapat berdiri sendiri (Campbell dan Lack,

1985). Sarang merupakan hasil konstruksi yang dibuat dan ditujukan untuk:

(1). Melindungi dirinya sendiri, telur dan terutarna untuk melindungi anakan

mereka terhadap predator dan cuaca buruk

(2). Mempertahkan kehangatan yang diperlukan selama masa pengemman dan

penetasan

(3). Menyedialcan tempat yang aman sehingga telur dan anakan dapat diletakkan di atas pohon, di atas tanah atau mengapung di perairan

Jantan

akan

men& tempat yang sesuai mtuk membangun sarang yang akan

digunakan selama musim berbiak dan

atcaa

melakukan displai untuk mengundang

pasangannya (wing waving) (Hoyo et a]., 1992). Menurut Johnsgard (1 993) ada tiga macam tempat mtuk bersarang d a b kelompok burung yaitu (1) diletakkan diatas tanah, (2) bersarang di pohon dan (3) diatas karang

Pembentukan sarang dikerjakan bersama oleh jantan dan betina, setelah

pasangan terbentuk. Pecuk jantan bertugzis mengumpulkau dan membawa bahan

sarang, sedangkan betina mengatur dm-membentuk sarang dari bahan-bahan sarang

(191)

dan membangun sarangnya, tetapi pembentukan sarang kurang ekktif akibat dicuri

oleh burung lain blama jantan pergi disini peran betina $angat dibutuhkan untuk menjaga b bsarang dari pencurian. Ranting, potongan kayu, tangkai tanaman, bulu dan material yang lainnya di sisipkan atau dianyam oleh burung dengan cara

mengerakkan kepda ke dalam lingkiuan sarang Em-kira 45

"

(van Tets, 1965).

Waktu pembuatan sarang sangat bervariasi tergantung spesies, biasanya

antara seminggu sampai lebih kurang 2 bulan. Pembangunan sarang yang barn biasanya dilakukan secara perlahan dan jauh sebelurn telur diletakkan (Hoyo et al.,

1992; Johnsgard, 1993). Penarnbahan bahan sarang terus dilakukan selama mush berbiak sampai anakan dapat terbang dan bisa mencari makan sendii (Mendall,

1936).

Tipe dan ukuran sarang yang dibangun oleh pasingan bwung sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; jenis burung, tempat sarang dan ketersediaan bahan sarang. Umwnnya burung-burung membangun sarang

berbentuk mangkuk yang terbuka bagian atasnya, bagi burung yang besar bahan

sarang yang paling sering digunakan adalah ranting yang berukuran besar (Campbell dan

Lack,

1985).

Pecuk memiliki sarang beibentuk mangkdc dangkal padat, dan cembung terbuat dari tongkat

atau

ranting kering dan segar dan beberapa ada yang terbuat

dari

rumput laut

dan

benda-benda yang diperoleh di laut, cabangabang dan bahan

lainnya Sarang pecuk berukuran relatif kecil sehingga m e m u n w y a membuat

(192)

Pecuk sangat terikat pada tempat smgnya, dan sarang tersebut

akan

tetap

. didiami dan diperbaiki dari tahun ke tahb (Aebischer, 1994). Jantan dan betina

akan

menjaga sarang siang dan malam secara bergantian sehingga anaknya cukup dewasa

dan kuat untuk berdiri sendiri ( W e k , 1972).

e. Jumlah Telur

Per

Sarang (Clutch size)

Jumlah telur per sarang (clutch size) adalah jumlah telur yang diletakkan

betina pada satu sarang. Jumlah ini merupakan hasil seleksi alam yang disesuaikan

, untuk memaksimalkan kontribusi tubuh

dari

induk burung bagi generasi selanjutnya

(Campbell dan Lack, 1985).

Semua spesies burung menghasilkan j d a h telur yang khas dalam satu

satang. J d a h n y a sangat bervaxiasi dari satu telur pada banyak burung laut sampai 8

atau lebih pada beberapa burung yang hidup liar lainnya (Penins

dan

Birkhead,

1983).

Bervariasinya jumlah clutch sue ini dipengaruhi oleh beberapa &or antara lain lingkuqan ekologi meliputi ketersediaan mrrkanan

dan

predasi, latitut, habitat

dan beberapa -or lainnya seperti kep

Gambar

TABEL ..............................................................................
Tabel 1. Perbedaan Morfologi Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Pecuk
Tabel 2. Rumus-rumus Persamaan Pertumbuhan Anakan Burung (Ricklei%, 1967) 1 1 I
Gambar b 2. A.. ambaran G d i s  dari Metode Penentuau Faktorial Konversi (C W) dari
+7

Referensi

Dokumen terkait

private javax.swing.JButton bt_cariKry2; private javax.swing.JButton bt_cariKry3; private javax.swing.JButton bt_editAbsen; private javax.swing.JButton bt_editGaji;

Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah agar membantu siswa dalam proses belajar dengan adanya model pembelajaran problem based learning dengan media

Panjaitan-Jalan Slamet Riyadi-Jalan Cut Nyak Dien adalah alternatif terbaik sebagai trase jalan lingkar barat utara Kota Blitar, (3) Dengan menggunakan metode AHP

Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu

Karena makna perintah dalam hadis diatas adalah amru lil wujub (wajib) artinya iktidal dan thuma’ninah adalah rukun shalat. Perdebatan inilah yang melatar

Dari hasil analisis juga terlihat bahwa secara parsial variabel komunikasi, variabel sumberdaya, variabel disposisi dan variabel struktur organisasi memiliki pengaruh yang

Dari hasil analisis juga terlihat bahwa secara parsial variabel pengawasan, etos kerja dan variabel kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja

Hasil penelitian ini adalah sebuah program komputer yang termasuk dalam kategori sistem pakar yang mempunyai kemampuan untuk mendiagnosis penyakit, memberikan saran