MORFOMETRI DAN KOMPETISI INTERSPESIF'IK ANTARA PECUK HITAM (phalacroc~rrar sulcrosfrk) DAN
PECUK
KECIL(Phal(~~rocormc niger) DI KOWNI UTARA DAN BARAT SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT
Oleh :
E R N JUMILAWATY
99417
PROGRAM
PASCASARJANAINS- PERTANIAN BOGOR
BoGoR
"Dan
b#Wi
Kami
l m t . a l h
3Ajl
Kami
1ctiSbM
~ A ~ A H ~ A
---,
a n
tw~bhih~
yam
ma&
scbspi
w
a
q
p
ban
~
pmsisiar~n
b h ~ f
Mat,
b i W M b ~
l+3w
[kep*~
And)"
M0RM)METRI DAN KOMPETISI INTERSPESIFIK ANTARA PECUK HlTAM (Phalmocorm sulcirostris) DAN
PECUK
KECIL(Phdacrocorox niger) DI KOLONI UTARA DAN BARAT SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mernperoleh Gelar Magister Sains Pada Program Studi Biologi
ERNI
JUMILAWATY. Morfometri dan Kompetisi Interspesifik An4m Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Pecuk Kecil (Phalacrocorax niger) diKoloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Dibimbing oleh
HERU
SETIJANTO dan ANI MARDIASTUTI.
Kedua pecuk ini memiliki morfologi yang hampir sama dan selalu terbang secara bersama-sama membentuk suatu kelompok, sehingga keduanya sangat sulit sekali untuk dibedakan 13 ekor pecuk hitam dan 7 ekor pecuk kecil dipilih untuk mempelajari morfometri dari kedua spesies. Habitat tempat bersarang dipilih dimana keduanya ditemukan bersarang secara bersamaan dan dibutuhkan waktu 265 jam
untuk mengamati
perilaku
kedua spesies untuk melihat persaingan bersarang dan kompetisi interspesifik. Sebanyak 310 buah sarang pecuk hitamdan
42 buah sarang pecuk kecil d i isebagai sampel yang dipilih secara acak.Perbedaan morfbmetrik kedua spesies ditemukan pada ukuran tubuh (t =7,62,
db=18, a=O,Ol)
dan
panjang sayap (t= 13,65, db= 18, a=O,Ol). Keduanyaditemukan
bersarang
secara bersamaan di hutan mangrove sekunder pada asosiasi Rhizophora mucronata-Ceriops tagal, dengan populasi pecuk hitam lebih besardari
pecuk kecil. Walaupun keduanya ditemukan bersarang pada tempat yang sama, tetapi tidak pernah ditemukan bersarang pada pohon yang sama,
dan
cendentng saling menghindar satu dengan W y auntuk
memuurnallcan. .
terjadinya kompetisi dalamha1 pemilihan tempat bersarang.
Keduanya
selalu rnemilih spesies pohon dengan karakteristik berbeda. Faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat bersarang adalah struktur pohon, angindan
keamanan.Keduanya memiliki
ukuran
dan bahanpenyusun
sarangberbeda.
Perbedaan dimensi sarang ditemukan pada kedalaman (t= 2.93,db= 27,a=
0.01),lebar
(t= 3.94,db= 27,a= 0.01), panjang (t= 4.07,db= 27, a= 0.01), tebal (t= 3.96,db= 27, a= 0.01),dan
bibir sarang (t= 2.22,db= 27,a=
0.05). Pecukbitam
menyusun sarangnyadengan menggunakan bahan
perryusun
sarang yang lebih bervariasid ~ b d h g k m
pecuk kecil. Telur dari kedua spesies memiliki perbedaan
ukwan
panjang (t- 16.82, db= 152, a=0,05), lebar (t= 1 1.26,db=
152, a=0,05)dan
berat (t= 19.28, db= 152, a=0,05). Telur pecukhitam
(51.26 x 32.83 nrm; 27.74 g) lebihbesar
dari telur pecuk kecil(43.62 x 29.00 mrn; 18.53 g). Clutch size dari kedua spesiesberkisar
2-4 butir,yang
diletakkan denganinterval
2harL
Inkubasidimulai
setelah telur pertamadil-
sehingga telur-telur ini menetassecara
asinkroni. Telurpecuk
hitam dan pecuk kecilmenetas
setelah dierami selama 26.60 f 0.86hari (IF
41) dan 26.0 f 1.0hari
(n= 15), anakarmya tipe altricial.Menurut teori
kompetisii
kedua spesies ini tidak clapat hidup secara bersamaan pada tempatdan
waktuyang
sama
Jikakedua
spesiesini
ditemukan padahabitat yang sama,
maka
harus
rnemiliki
per- ekologi Spesies kongenerikmemiliki morfologi, fkiologi, petilaku dan ekologi yang sama, tetapi
berbeda
d a b
ha1
penempatan sarangdan
bahanpenyusun
sarang. Kompetisi menjadi lebih nyatapada pasangan spesies yang hidup di areal yang
sama.
Interaksi antara pecuk hitarn dan pecuk kecil diidentifikasi sebagai kompetisi interspesifikuntuk
mengbindari
ABSTRACT
ERNI JUMILAWATY. Morphometric and Interspesific Competition Between
Black Cormorant (Phalacrocorax sulcirostris) and Javanese Cormorant
(Phalacrocormc niger)
in
the North and West Colony of Pulau Rambut WildlifeSanctuary. Under the direction of HERU SETIJANTO clan AN1 MARDIASTUTI.
Studies was observed during February-June 2001. Both species have similar morphology and always flying together, as a result they were difEicult to differentiate. There were 13 Black Cormorant and 7 Javanese Cormorant selected for rnorphometric study. Nesting habitat was selected where both species found nesting together and 265 hours were spent to study behavior of both species to reveal the nesting and behavior competition.
Different morfometric of both species were found in body size (t =7,62, d618, a=O,Ol), and ulna. (t= 13,65, df- 18, a=0,01). There were 3 10 nests of Black Cormorants and 42 nests Javanese Cormorants selected
as
random samples. Both species were found nesting sympatridy in the secondary mangrove(Rhizophora mucronat4eriops tagal association), with population
Black
Cormorants were bigger than Javanese Cormorants. Although both species have syrnpatric site, they never nesting on the same tree, and tend to avoid each other to
minimize
competition in selecting nesting space. Both were always choosing different characteristic tree species. Important factors in choosing nesting sites were tree structures, wind condition andsafety.
The nests of Black Cormorants and Javanese Cormorants have different sizes and nest material. Nests of both species were &rent, size in depth (t=
2.93,d6 27,
a=
0.01), breadth (t= 3.94,& 27,u= 0.0 I), length (t= 4.07,W 27, a= 0.01), tbick (t- 3.96,df- 27,a=
0.01), edge (t= 2.22,df- 27, a= 0.05). Nests material of Black Cormorants were more diverse than Javanese Cormorants, The pale blue-green eggs of both species have different sizes in the length (t= 16.82,df-
152, a=0,05), breadth (t= 11.26, d+ 152, a=0,05) and weight (t= 19.28,df-
152, a-0,05). The eggs of
Black
Cormorant (51.26 x 32.83mm;
27.74 g) were bigger than Javanese Cormorant (43.62 x 29.00mm;
18.53 g). The clutchsize
of both specieswas
2-4, laid on the average of 2 day interval and incubation beganafter
theGrst
eggwas
laid, creating asynchronous hatched.The
eggs of Black Cormorant and Javanese Cormorant hatchedaRer
b e i i incubated for 26.60 f0.86 days
(n=
41) and 26.0 f 1.0 days (IF 15), respectively, and the hatchlingswere altricial.
According to the competitive exclusion principles, both species cannot live together in the place at the same time, and if two similar species found in the same site, there
must
besome
ecology dBkrences between both species. The congeneric species have similar morphology, physiology, behavior and ecology, but di&rent nesting site and nest material. As a result, competition isSURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
MORFOMETRI DAN KOMPETISI INTERSPESIFIK ANTARA PECUK HITAM (PhaZ(~cmonax sulciroshis) DAN PECUK
KECIL
(Phalacrocorax niger) DI KOLXlNI UTARA DAN BATUT SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUT
adalah benar merupakan karya saya sendiri
dan
belurnpernah
dipublikasikan. Semua sumber datadm
informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapatdiperiksa
kebenarannyaBogor, April 2002
A
EA
~&&atyJudul : MQRFOMETRI
DAN
KOMPETISI INTERSPESIFLK ANTARA PECUK HITAM(Phdacrocorax
sulcitostris)DAN
PECUK
KECIL(Phalacrocorux niger)
DI KO= UTARADAN
BARAT SUAKA MARGASATWA PULAU RAMBUTNama Mahasiwa : Erni Jumilawaty Nomor Pokok : 99417
Program Studi : Biologi
Menyetujui 1. Komisi pembimbing
Dr. Drh. Heru Setiianto Ketua
Dr. Ir. An. Mar-ti. MSc Arlggota
2.
Ketua
ProgramStudi
BiologiDr. Ir. Dedi D@i So
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 2 Januari 1970
di
Kisaran, Sumatera Utara dari pasangan orangtua
yang bernama Suparman danYuslinar, sebagai
a dkedua
dari enam bersaudm.
Jenjang pendidikan formal yang ditempuh,
mulai
Sekolah Dasar Negeri IXKisaran
dari tahun 1976 sampai 1982, kemudian melanjutkan ke SMPN I Kisaran,
Iulus 1985dan
pada tahun 1988lulus
dari
SMAN I Kisaran.Pendidiikan sarjana ditempuh di Program Studi Biologi, Fakultas Maternatika
dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, lulus pada tahun 1995.PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas segala
karunia-Nya sehingga dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
penulisan tesis berjudul Morfcmetri dan Kompetisi Interspesifik Antara Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Pecuk Kecil (Phalacrocorax niger) di Koloni Barat
dan
Utara Suaka Margasatwa Pulau Rambut.Dalam rangka melakukan penelitian ini, penulis memperoleh bantuan dan arahan
dari
berbagai pihak. Pada kesempatan initak
lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada:1. Dr.Drh Heru Setijanto (Ketua Kornisi Pembimbii) atas seluruh waktu,
kesabaran dan tenaga untuk memberikan biibingan serta memberi motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.
2. Dr. Ir. Ani Mardiastuti, MSc (Komisi Pembimbing) atas seluruh waktu,
kesabaran
dan
tenaga untuk memberikan bimbiian serta miemberi motivasidan atas bantuan dana serta fisilitas selama penelitii sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini
3. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof.
Chairuddin
P Lubis, DMT&H,DSAK atas kesempatan
dan izin
melaksanakan
pendidikandi
IPBserta
bantuan
dam
pendidikanselama
penyelesaianstudi
4. Pimpinan Program PascaSarjana atas bantuannya selama penulis
menyelesaikan
studi
di IPB6. Program Nagao atas bantuan dana penelitian selama penulis melakukan
penelitian
-7. Direktur Bird Life Internasional Indonesia Program atas
barPtuan
perninjamanteropong binokuler
8. Direktur Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam atas
izin
melakukan penelitian di Suaka Margasatwa Pulau Rambut9. Ibu Dewi Malia Pra-a atas
izin
pengukuran sampeldi
MuseumZoologi dan pinjaman buku
lo. Warsa Jaya atas
bantuan
tenaga dan berbagi pengalaman kerja, serta pakBuang, pak Karrnin, pak Nasak, pak Kohar dan pak Sri Budi atas bantuannya selama penelitian berlangsung di Suaka Margasatwa Pulau Rambut
11. Teman-teman sesama peneliti di Suaka Margasatwa Pulau Rambut: Dijan,
Imanuddin, Robii Asep
dan
Ado12. M.Niam atas
bantuan
pembuatan sketsa anakandan
Koko atasbantuan
pembuatan sketsa profl tumbuhan lokasi penelitian
13. Yang teristimewa dan terspesial buat ayah dan marnak serta abang
dan
adik-adikku
tercinta(bang
Herry,Elvi,
Eddy, Zdpan dan Syaffi.uddin),serta
bang
Usman,
kak
Ani
clan
Mak
Habib atas pengertian,perhatian
dan
kasih
sayangserta dukungan moril selama
pelaksanaan
studi14. Teman-teman satu Program Studi Zoologi: AZfied, Jusmaldii Mbak
Widha,
Yanti dan Zabidin
15. Yanti, Farid,
Linda,
Desk Uni Nonon,Kak
Lula,
Kak
Nia, Khatijah,Kak
Ha& Rulana, Lianadan
Cut Nanda terima kasih atas persahabatan serta16. Ternan-teman satu kost: Ratih, Tiwu, Eva, Mia,
Ida, Yuki,
Fitri, Betti, Amie, Nina,dan
Dani atasbantuan
dan
dukungan semangatnya17. Serta teman-tern yang tidak &pat saya sebutkan satu persatu atas bantuan
-
dan
dukungan
moril selama penyelesaian tesis ini.Mudah-mudahan semua bantuan yang di'berikan pada penulis, menjadi
amal
baik dan mendapatkan balasan dari AUahYang
Maha Kuasa. Penulis rnenyadari bahwa tesis ini masih belurn sempurna, namun penulis berharap dengan adanya penelitii ini dapat menambah wawasan penulisdan
b e d t bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnyadi bidang
zoologidan
konservasi.Bogor, April 2002
Halaman PRAKATA
...
viii...
DAFI'AR
TABEL
Xiii
...
DAFI'AR GAMBAR xv
L
PENDAHULUANIL
TINJAUAN PUSTAKA...
1
.
Klas-i
Pecuk Hitarn
dan Pecuk Kecil
2
.
Morfologi Pecuk
...
3
.
Penyebaran
...
4
.
Habitat
...
5
.
Perilaku Pecuk
...
aPerilaku
makan
...
b
.
Perilaku lokomosi
...
c
.
Perilaku
perawatantubuh
...
d.
Perilaku itlteraksi sosial
...
e
.
Perilakuistirahat
...
6
.
Perkembangbiakm
...
...
a
.
Breedingseason
(musim berbiak)
b
.
Pembentukan pasangan
...
c
.
Pemilihan pohon
sarang...
...
.
d
Sarang...
.
e
Jumlah
telurper sarang
(clutch size)f
.
Telur
...
,.
...
g
.
Pembentukan telur
...
...
h. Inkubasi
(pengemman)
i
.
Pemeliharaan
anak...
..,...
...
...
7.
Kompetisi
...
A
.
LetakB
.
I k l i i
...
C
.
Topognd5...
D
.
Flora... ...
E
.
Fauna...
IV
.
BAaANDAN
METODE...
A
.
Waktu
dan Tempat PeneliiianB
.
Bahandan
Alat...
C.
Metode...
1
.
Studi Pendahuluan...
2.
Morfometri Pecuk...
3
.
Distriiusi Pohon Sarangdm
Kmdderistik
...
Penempatan Sarang
4
.
Karakteristik Pohon Sarang...
5.
Karakteristik Sarang...
6
.
BreedingSeason
(Musim Berbiak)dan
Clutch size...
...
7
.
Studi Perkembangan AnakanD
.
Analisa Data1
.
Analisa Morfologi...
2
.
Analisa Prom Vegetasi...
...
3
.
Analisa S q , Telur dat~ Pohon4
.
Aaalisa Pola Penyebarandm
PerkembanganAfialcan
...
5
.
Analisa Deskripti ......
1
.
Morfometri...
2
.
Habitat3
.
Distribusi Pohon Sarangdan
PenempatanSarang
...
4
.
Karakteristik
Pohos Saran....
...
.
5
Kadcteristik
Sarang...
6.
Karakteristik
Bahan
Penyusun Sarang7
.
Breeding Season(Musim
Berbiak)dm
Clutch sizeKedua S p i e s Pecuk
...
...
a
Musim
Berbiakb
.
Deskripsi Telur...
c.
ClutchSize
dm
Masa
Pengeraman
Kedw
.
SpeslesPecUk
...
...
8
.
PerkembanganAnakan Kedua
Spesies Pecuk...
a
.
PerilakuMakan
dan Makaaan
...
.
b Sebab-sebab Kematian
1
.
Morfologi...
2
.
Distribusi Pohon Sarang...
...
3
.
Pemilihan Pohon Sarang...
.
4 Karakteristik Sarang
5
.
Pemilihan Bahan Sarang...
6
.
Musim Berbiakclan
Clutch Size Kedua JenisPecuk
...
...
a
.
Musim Berbiak Kedua Jenis Pecuk.
...
b
Variasi Beratdm
Ukuran Telur...
.
c Pengeraman
dan
Pertumbuhan Analcan7
.
Kurva Pertumbuhan...
8
.
Persarnaandan
Perbedaan Pecuk Hitarndan
Pecuk Kecil
...
...
.
9 Kompetisi
...
.
VII
KESIMPULAN DAN SARANA
.
Kesirnpulan...
Teks Halaman
Perbedaan Morfologi Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris)
dan
P e c k Kecil (P. niger) Menmt MacKinnon et al. (1 992)
...
6Rumus-rumus Persamaan Pertumbuhan Analcan Burung
(Ricklefs, 1967).
...
24Perbandingan Ukuran Morfometri Pecuk Hitarn
dan
Pecuk Kecildi Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1
...
43Perbedaan Morfologi Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Pulau
...
Rambut, P e b i - J u n i 200 1 44
Perbandiian Ukuran Morfometri Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di
Pulau Rambut dan
Museum
Zoologi, Bogor...
46Tinggi Sarang
dan
Tinggi Pohon Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan BaratSuaka
Margasatwa Pulau Rambut,Pebruari-Juni 200 1
...
5 1Jenis Pohon Tempat Bersarang Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,
Pebruari-Juni 200 1
...
5 1 Karakteristik Pohon Sarang Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan BaratSuaka
Margasatwa Pulau Rambut,...
Pebruari-Juni 2001
...
54Perbedaan B e d Sarang Pecuk Hitam dm Pecuk Kecil di Koloni Utara
dan
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,Pebruari-Juni 200 1
...
56Satang
dan
Telur A. PecukHitam
dan B. Pecuk Kecil di KoloniUtara dan Barat
Suaka
Margasatwa Pulau Rambut,...
Pebruari-Juni 2001 57
Kadcteristik Bahan Penyusun Sarang Pecuk
Hitam
di Koloai Utara...
dan Barat Suaka Margasatwa, Pebruari-Juni 2001 60
Karakteristik Bahan Penyusun Saraug Pecuk
Kecil
di Koloni Utara...
dan Barat Suaka Margasatwa, P e k i - J u n i 2001 60
Berat dan
Ulruran
Rata-rataTelw
Pecuk Hiltam dan Pecuk Kecil di Koloni Utaradan
Barat Suaka Margasatwa Pulau RambutBerdasarkan Clutch Size
(Jumlah
Telur)dan
Urutan Peneluran, Pebruari-Juni 2001...
6314
.
Karakteristik Perkernbangan Tubuh Anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut....
Pebruari-Juni 200 1 69
15
.
Perbeciaan Anakan Pecuk Hitamdan
P e c k Kecildi
Koloni Utara.
dan
Barat Suaka Margasa.twa Pulau Rambut. Pebruari-Juni 200 1...
6916
.
Perbandingan Morfologi Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil Berdasarkan...
Sumber Yang Ada 79
1.
Klasifikasi
Bentuk Telur (Hoogerwerf; i 949dalam Mardiastuti, 1991).
...
1 9 2 A. Gambaran Grafis dari Metode Penentuan Ketiga Faktorial Konversi(CW) dad Rickle& (1967). A adalah asimtot. Ti adalah titik
infleksi
...
252 B. Gambaran Grafis dari Bentuk-bentuk Persamaan Logistik,
...
Gompertz
dm
von Bertelae 25...
3. Peta Suaka Margasatwa
Pulau
Rarnbut 3 1...
4. Variabel Morfologi Pecuk Yang di Ukur 34
5 . Variabel yang diukur Untuk Mengetahui Penempatan Sarang
dan
Dirnensi Sarang
...
3 86. Pengukuran Telw Pecuk..
...
3 9 7. A. Pecuk Hitam B. Pecuk Kecil di Suaka Margasatwa PulauRambut (Sumber dari A Field Guide to the Waterbirds
of Asia, Bhushan, 1993 )
...
458. Peta P q b a r a n Sarang Pecuk Hitam dan Pecuk
Kecil dan
LokasiPenelitian di Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
.
499. Profil Tumbuhan Tempat Ber- Pecuk Hitam
dan
PecukKecil
di Koloni Barat Suaka Margasatwa Pulau Rarnbut,
...
Pebruari-Juni 2001 (Sketsa oleh Koko) 50
10. Tipe-tipe Penempatan S a m q Pecuk Berdasarkan Profil (Horizontal dan
Vertikal)
Vegetasidi
Koloni Utaradm
BaratSuaka
Margastwa
Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
...
52 1 1. Persentaw Tinggi Sarang Pecuk Hitam dan PecukKecil
diKoloni
Utara
dan
Barat Suaka MargwtwaPulau
Rambut,...
P e W - J u n i 200 1 53
12. Sarang dain Telur A. Pecuk Hitam dan
Pecuk
Kecil di Koloni Utaradan Barat
Suaka
Margasatwa Pulau Rambut, PebmarLJuni 2001...
5713. Karakterigtik Ranting Pen- Sarang Pecuk Kecil(A)
dan
Pecuk
Hitam(B)
di
Koloni Utaradan
BaratSuaka
MargasatwaP u k
Rambut, Pebruari- Juni 200 1...
59 14 A. HistogramCurah
Hujandi
Suaka Margasatwa PulauRambut,
14 B. Musim Berbiak Pecuk Hitam C Musirn Berbiak Pecuk Kecil dan di Koloni Barat
dan
Utara Suaka Margasatwa Pulau Rambut,Pebruari-Juni 200 1
...
6 115. Telur Pecuk A. Pecuk Kecil
dan
B. Pecuk Hitam di Koloni Utara....
dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001.. 16. Interval Peneluran Telur Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni
Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,
Pebruari-Juni 200 1
...
17. Lama Pengeraman Telur Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni
Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,
...
Pebruari-Juni 200 1
18. Interval Penetasan Telur Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara
dan
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,...
Pebruari-Juni 2001
19. Perkembangan Anakan Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni Utara
dan
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,Pebruari-Juni 2001. Perbedaan Pada Ukuran Tubuh
(Sketsa oleh Muhammad Niam).
...
20 A. Grafik Perkembangan Telur Pecuk Hitam (%) dan Pecuk Kecil (%)
di Koloni Utara
dan
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,...
Pebruari-Juni 200 1
20 B. Gra£ik Perkembanga
anakan
Pecuk Hitam (%) dan Pecuk Kecil (%)di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa
Pulau
Rambut,...
Pebruari-Juni 2001
21 A. Grafik Pertambahan Berat Badan Anakan Pecuk Hitam dm Pecuk Kecil
di
Koloni Utaradan
Barat Suaka Margasatwa Pulau...
Rambut, Pebruari- Juni 200 121 B. Grafik Pertumbuhan Analcan Pecuk Hitam
di
Koloni Utaradan
...
Barat
Suaka
Margasatwa Pulau Rarnbut, Pebruari-Juni 20012 1 C. Grafik Pertumbuhan
Anaka.
Pecuk Kecildi
Koloni Utaradan
...
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, P e W - J u n i 2001
22 A. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Hitam Pada Sarang
No 3b (2 Anakan)
di
Koloni Utaradan
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001 Dengan Perbedaan Usia...
Satu
Hari
22 B. Gra& Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil Pada Sarang No 3A
(3 Anakan)
di
Koloni Utara dan Batat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001 Dengan Perbedaan Usia Satu Hari...
23 A. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil Pada Sarang
no 19 (3 Anakan) di Suaka Margasatwa Pulau Rambut,
...
Pebruari-Juni 2001, Perbedaan Usia Satu Hari 97
23 B. Crafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kmil Pada Sarang
No 21 b (2 Anakan) di Koloni Utara dan Barat Suaka Margaratwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1 Dengan Perbedaan
...
Usia Satu Hari 98
23 C. Grafik Pertambahan Berat Badan Pecuk Kecil Pada Sarang
No 21a (3 A d a n ) di Koloni Utara dm Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut Yang Mengalami Defisiensi, Pebruari-Juni 2001
Teks
Pengukuran Morfologi Pecuk Hitam di Suaka Margasatwa Pulau
...
Rambut, Pebruari-Juni 200 1
Pengukuran Morfologi Pecuk Kecil di Suaka Margasatwa Pulau
...
Rarnbut, Pebruari- Juni 200 1
Pengukuran Morfologi Pecuk Hitam di
Museum
Zoologi,Bogor
...
Pengukuran Morfometri Pecuk Kecil di Museum Zoologi,
Bogor
...
Persentase Ketinggian Satang Pecuk Hitam
dan
Pecuk Kecil di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,Pebwi-Juni 200 1
...
Perbedaan Karakteristik Pohon Sarang Pecuk Hitam dan Pecuk Kecil di Koloni
Utara
dan
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1. Berdasukan Uji T-Student...
Karakteristik Sarang Pecuk Hitarn di Koloni Utara dan...
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rarnbut, Pebruari-Juni 200 1
Karakteristik Sarang Pecuk Kecil di Koloni Utara
dan
Barat...
Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
Berat dan Ukuran Telur Pecuk Hitam Menurut
Urutan
Peneluran di KoloniUtara
clan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,Pebruari-Juni 2001
...
Berat dan
Ukuran
Telur Pecuk Kecil Menurut Urutan Peneluran di Koloni Utara dan Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,Pebruari-Juni 200 1
...
Pertumbuhan Rata-rata Anakan Pecuk Hitam
di
Koloni Barat...
dan Utga Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 2001
Pertumbuhan Rata-rata Anakan Pecuk Kecil di Koloni Barat
...
dan Utara Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1
Pertumbuhan Anakan Pecuk Hitam di Koloni Utara
dan
Barat...
14. Pertumbuhan Anakan Pecuk Kecil di Koloni Utara dan
...
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1 1 19
15. Distribusi Berat Ranting Pada Dua Contoh Sarang Pecuk Hitarn
danPecuk
Kecildi
KoloniUtara
dan
Barat SuakaMargasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1
...
12 116. Distribusi Panjang Ranting Pada Dua Contoh Sarang Pecuk
Hitam
dan
Pecuk Kecil di KoloniUtara
dan
Barat SuakaMargasatwa Pulau Rambut, Pebruari- Juni 200 1
...
12 117. Distribusi Diameter Ranting Pada 2 Contoh Sarang Pecuk Hitam
dan Pecuk
Kecil di KoloniUtara
dan Barat...
Suaka Margasatwa Pulau Rambut, Pebruari-Juni 200 1 1 2 1
18. Parameter Kurva Pertumbuban Anakan Pecuk Hitam di Koloni
Utara
dan
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,Pebruari-Juni 200 1
...
122 19. Parameter Kurva Pertumbuhan Anakan Pecuk Kecil di KoloniUtara
dan
Barat Suaka Margasatwa Pulau Rambut,Pebruari- Juni 200 1
...
1 22Indonesia, dengan luas daratan sekitar 1,3 % dari keseluruhan permukaan bumi, kaya akan berbagai spesies hidupan liar dan beragam tipe ekosistem, yang
sebagian di antaranya tidak dijumpai di belahan bumi manapun (Sujatnika et al.,
1995). Sebagai pemilik beragam tipe ekosistem terkaya di muka bumi, Indonesia memiliiki potensi untuk memperoleh manfaat dari keane- hayati yang
dimilikinya. Salah satu kekayaaan hayati tersebut adalah burung.
Kekayaan burung Indonesia dapat menggambarkan pentingnya
keanekaragaman hayati Indonesia dalam lingkup global. Indonesia menduduki
peringkat ke empat negam-negara yang kaya dengan spesies burung dan menduduki
peringkat pertama di dunia bedasarkan jumlah spesies burung endemik. Penelitian yang dilakukan selama ini menunjukkan bahwa keanekaragaman burung dapat mencerminkan tingginya keanekamgaman hayati hidupan liar lainnya (McNeely et al., 1988 dan ICBP, 1992 dalam-Sujatnika et al., 1995).
Salah satu jenis
burung
tersebut adalah b i l i Phalacfocomidae yang lebih dikenal dengan sebutan pecuk. Di Indonesia, h i l i Phalacmcoracidae meliputi 4 spesies: Phalacrocormc carbo, P. sulcirusn?k, P. niger dan P. melanoleucos yang tersebar di 7 Propinsi yaitu: Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa TenBgam, Maluku dan Irian Jaya. Di Jawa, pecuk hitrun (P. sulcirostris) danmemiliki perbedaan ukuran dan warm bulu pada saat musim berbiak (Andrew, 1992; MacKinnon et al., 1992).
Populasi pecuk terbesar terdapat di Suaka Margasatwa Pulau Rambut yang
pada saat musim berbiak dapat mencapai 30
-
40 % dari jumlah keseluruhan burung air yang terdapat di Suaka Margasatwa tersebut. Selain kedua spesies pecuk tersebut,ditemukan jenis lainnya yaitu: P. melanoleucos yang terdapat dalam jumlah kecil.
Diduga P. melanoleucos ini merupakan jenis migranlpendatang pada saat musim berbiak (Dharmawan, 1987; Mahmud, 199 1; Mardiastuti, 1992).
Dari hasil penelitian terdahulu terjadi perubahan kelimpahan dan penyebaran pecuk di Suaka Margasatwa Pulau Rambut. Perubahan ini disebabkan oleh faktor
lingkungan khususnya hujan dm angin. Pada cahun 1983-1984 populasi pee& mencapai 5000-6800 ekor,
tahun
1990-1991 mencapai 2222-6883 (w'iosoepartho,1986 dalam Mahmud, 1991; Mardiastuti, 1992). Faktor penting lainnya yang mempengaruhi bervariasiiya kelimpahan dan penyebaran pecuk tergantung pada
habitat diiana pecuk dapat beristirahat, bersamng, berbiak dan Mtor ketersediaan makanan khususnya
ikan
sebagai makanan utama, baik pada masa berbiak maupun tidak (Van Eerden dan Voslamber, 1995).Walaupun merupakan kawasan konservasi, kondisi pulau Rambut sekarang cukup memprihatikan karena rusaknya hampir setengah dari luas hutan mangrove
serta kurangnya regenemi jenis pohon untuk tempat bersarang b m g akibat
pencemaran yang terjadi
di
Teluk Jakarta. Selain itu terjadi p e n m a n populasi akibat meningkatnya jumlah perburuan, kerusakan tempat berbiak dan mencariKedua jenis pecuk selain memiliki morfologi dan warna bulu yang sama juga
selalu membentuk suatu kelompok baik dalam mencari makan maupun saat terbang,
akibatnya keduanya sangat sulit dibedakan terutama pada saat terbang dan sampai
saat ini belum diketahui seberapa jauh data mengenai perbedaan morfblogi, waktu
berbiak, jumlah telur dan ukuran telur, serta keberfiasilan berbiak kedua spesies yang
ada di Indonesia. Hal ini penting, agar proses pelestarian dapat dilakukan secara tepat. Penelitian yang telah dilakukan selama ini meliputi perilaku makan, studi kandungan logam berat, studi populasi, ekologi dan perilaku makan anakan
(Fithri, 1987; Indriani, 1996; Kusrini, 1996; Sarjono, 1995), sehingga perlu dilakukan studi morfbmetri, biologi dan ekologi.
Menurut teori kompetisi, kedua jenis pecuk yang memiliki persamaan
mofilogi, ekologi, fisiologi dan perilaku ini tidak mungkin dapat hidup
berdampingan dalam satu habitat dan pada waktu yang bersamaan, sehingga diduga
keberadaan kedua spesies ini memiliki spesifikasi tertentu untuk hidup berdampingan
apalagi melihat semakin b e r h g u y a jumlah pohon sebagai tempat bersafangnya.
Sebagai pemakan ikan, burung ini juga sering mengambil ikan dari tambak- tambak disekitar Pulau Rambut, akibatnya pecuk dianggap sangat memgikan bagi
nelayan sehingga banyak yang m e m b m y a Dikhawatirkan bila hal ini terus
berlangsung bukan tidak mungkin populasinya akan tens b e h r m g . Manfaat burung-burung air sendii dalam kehidupan secara tidak langsung merupakan
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membandingkan morfometri pecuk hitam clan pecuk kecil yang terdapat di
Koloni Barat dan Utara Pulau Rambut
2. Membandingkan biologi pecuk hitarn dan pecuk kecil meliputi: musim
berbialq sarang, dan telur di Koloni Barat dan
Utara
Pulau Rambut.3. Membandingkan karakteristik habitat dan pola penyebaran keduanya di
Koloni Barat dan Utara Pulau Rambut.
3. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai:
1. Memberikan informasi tentang gambaran morfologi, biologi, perilaku
bersarang pecuk hitam dan pecuk kecil.
2. Bahan infbrmasi dan pertimbangan bagi pengelolaan dan pengembangan
11. 'IPINJAUAN
PUSTAKA
1. Klasifkasi
Pecuk
Hitam DanPecuk
KecilKlasifikasi burung pecuk hitam dan pecuk kecil menurut Bhushan et al.,
(1 993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Animalia
Filum : Vertebmta
Klass : Aves
Ordo : Pelecanifbrmes
Famili : Phalacrocoracidae
Genus : Phalacrocorax
Spesies : Phalacrocorax sulciros~is
: Phalacrocorax niger
2. Morfologi
Pecuk
Semua anggota hdi Phalacrocoracidae dikenal
dalam
bahasa Inggris dengannama "cormorant" dan
dalam
bahasa Indonesia dikenal dengan pecuk. Menurut Andrew (1992) anggota h i l i Phalacrocoracidae terdiri atas 26 spesies dengan 4spesies diantamnya terdapat di Indonesia yaim P. carboy P. sulcirostrisy P. melanoleucos dan P. niger.
Pecuk memiliki ukuran sedang sampai besar (panjang tubuh 45 sampai 100 cm). Warna bulu, kedua jenis kelamin memiliki modblogi dan ukuran sama,
umumnya jantan memiliki ukuran
dan
berat lebih besar dari betina. Paruh panjang"S". Kaki pendek terletak jauh di belakang dengan selaput renang (totipalmate).
Sayap relatif pendek, kuat dan ekor sangat keras (Hoyo et al., 1992; Campbell dan
Lack, 1985).
Pada beberapa spesies, bulu kontur (plumage) berwarna gelap atau hitam.
Dewasa berwama hijau atau biru berkilau, sedang yang muda berwama coklat atau abu-abu. Bulu penutup sayap dan scapular berwarna hijau atau coklat dengan warna
hitam di tepinya @loyo et al., 1992; Campbell dan Lack, 1985).
Kulit muka, parub dan kantung parub benvarna kuning, jingga, merah,
ungu, biru, hijau dan hitam. Iris pada juvenil benvarna coklat sedangkan
[image:181.578.70.488.27.813.2]dewasa berwama hijau atau biru. Kaki berwarna hitam. Secara morfologi pecuk hitam (P. sulcirostris) dan pecuk kecil (P. niger) dapat dibedakan (Tabel 1).
Tabel 1. Perbedaan Morfologi Pecuk Hitam (Phalacrocorax sulcirostris) dan Pecuk
I
Warna
buluI
Hitam berkilau hijadungu1
HitamI
Kecil (P. niger) Me&t Mackinnon etal.
(1 992)Phalacrocorax sulcirostris
Penutup =yap
Phalacrocorax niger
Bulu pada saat berbiak
Juvenil
Bercak putih pada sisi kepala dan belakang mata
Warna
putih pada sisi kepala, diatas mata dan leher Abu dengan sisi sayap hitam
clan terlihat bersisik
Lebih padat, coklat dengan ujung hitam dan pang.kal keunguau Seragam
Warna
lebih suram 'dan berbintik kecoklatan3. Penyebaran
Penyebaran pecuk h i t a ~ meliputi Australia, New Zealand, Eropa, M k a , Amerika Serikat, Polinesia serta kawasan Asia Tenggara mencakup Malaysia,
Birma, Cina, India, Philipina, Taiwan, Hongkong, Srilangka. Penyebaran di
Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku, Nusa
Tenggara dan Irian Jaya. Berbeda dengan pecuk kecil, wilayah penyebarannya
meliputi wilayah India, Cina, Asia Tenggara dan Indonesia. Penyebaran di Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan (Campbell dan Lack, 1985; Andrew, 1992; MacKinnon et al., 1992).
4. Habitat
Pecuk hitam dan pecuk kecil dapat hidup di perairan tawar maupun asin
(Hoyo et al., 1992). Di perairan t a m mereka hidup di danau, paya, kolam,
sungai dan muara (Grzimek, 1972). Pecuk di Pulau Rambut menempati hutan mangrove dan hutan campuran. Jenis pohon tempat bersarang dan istirahat adalah Rhizopora stylosa dan
R
mucronata (Dharmawan, 1987; Mahmud, 1991 dan Mardiastuti,l992).5. Perilaku Pecuk
Anggota pecuk mempunyai kemampuan terbang yang cukup baik. Kondisi
ini yang menyebabkan anggota pecuk dapat M a n g sepanjang hari meninggalkan
sarang
untuk
mencari makan. Pecuk pergi mencari makan pada waktu pagi hari danDalam memburu mangsa anggota pecuk akan membentdc kelompok baik
&lam jumlah besar maupun kecil dan secara serentak ikan dimangsa (van-Tyne dan
Berger, 1976; Storer, 197 1; Campbell dan Lack, 1985; Sellers, 1995).
Pecuk saat terbang selalu berkelompok membentuk formasi terbang
menyerupai huruf
"V"
dan salah satu bertindak sebagai pemimpin yang berada paling depan dan menentukanarah
terbang (Dharmawan, 1987).Pecuk umumnya sangat diam, suara diieluarkan pada saat berbiak dalam
koloninya. Jantan lebih banyak bersuara dibandingkan betina. Suara karakteristik
selalu dihasilkan pada saat berbiak dan menggundang pasangan, saat terbang dan
mendasat, saat adanya bahaya
dan
sebagai alarm (Hoyo et al., 1992 ).Perilaku harian pecuk meliputi: perilaku makan, perilaku lokomosi, perilaku perawatan tubuh, perilaku interaksi sosial dan perilaku istirahat.
a. Perilakumakan
Makarm utama pecuk adalah ikan, dan invertebrata akuatik seperti crustacea (udang, kepiting, cumi-cumi, dan cephalopoda lainnya). Tetapi ada yang mengkonsumsi katak, insekta
air,
ular air dan b - k u r a (Hoyo et al., 1992). Pecuk memiliki kemampuan dapat melihat ikan dengan jelas dan tajam (Fithri,1987; Kusrini, 1 997; Campbell dan Lack, 1 985).
Teknik berburu ikan diawali dengan berenang di pennukaau dan kemudian menyelam selama beberapa detik dengan menggunakan sayap dan kaki sebagai dayung pada saat berenang dan ekor untuk menjaga keseimbangan. Selain itu
sayapnya pada saat berada di dalm air. Bila makanan tersebut berupa crustacea seperti udang dan kepiting terlebih dahulu kaki
dan
antenanya dihancurkan baru dimakan (Fithri, 1987; Campbell dan Lack, 1985; Hoyo et al., 1992; Johnsgard,1993).
Selanjutnya rnangsa dibawa ke permukaan air, kemudian dilemparkan ke
udara lalu ditangkap kembali dengan menggunakan paruh. Untuk melemahkan
ikan yang telah dimangsa, dilakukan dengan cara menekan bagian kepalanya, kemudian baru ditelan bagian kepala lebih dahulu (Fithri 1987, Campbell dan
Lack, 1985; Hoyo et al., 1992; Johnsgard, 1993; Sellers, 1995).
Anakan pecuk yang baru menetas matanya tertutup (altricial) dan tidak berbulu. Anak pecuk memakan "muntahan" makanan dari induknya dengan cara memasukkan kepala ke dalam mulut induknya, sedangkan anak yang baru
menetas makan dengan cara menjulurkan kepalanya dan mengeluarkan suara dengan mata tertutup. Pada saat cuaca panas anak pecuk akan meminta air
dengan cara men* paruh yang terbuka tanpa mengeluarkan suara (van Tets, 1965; Fithri, 1987; Sarjono, 1995).
b.
Perilah lokomosiMenurut van Tets (1965), saat bejalan di laut, pecuk melangkah dengan
mengangkat kaki setinggi rnungkh sehingga kelihatan seperti terhuyung-huyung. Apabila hendak melewati celah, melompat dengan kedua kakinya secara
Saat keluar dari air, b u m g pecuk akan memukulkan kedua kakinya ke belakang secara sirnultan beberapa kali sambil mengepakkan sayap, t'etaPi
bila telah berada di udara mereka dengan cepat dan kuat terbang ( Grzimek, 1972; Campbell dan Lack, 1985).
Anggota h i l i Phalacrocoracidae melakukan aktivitas terbang secara bergantian antara posisi melayang dan beberapa kali mengepakkan sayapnya. Posisi melayang kadang-kadang digunakan burung-burung pantai untuk
menurunkan ketinggian ketika mendarat (van Tets, 1965).
c. Perilaku perawatan tubuh
Pecuk melakukan perawatan tubuhnya dengan cara mandi setelah mencari
makan dan berjemur dibawah sinar matahari sambil mengembangkan sayapnya
yang dikenal dengan wing spreading dan mengepak-gepakkan sayapnya untuk mempercepat proses pengeringan. Wing spreading (mengembangkan sayap) ini
merupakan perilaku perawatan
tubuh,
berfungsi untuk menjaga keseimbangan,thermoregulasi dan sebagai pertanda telah berhasil memperoleh makanan
(Campbell
dan
Lack
1985; Hoyo et al., 1992; Sellers, 1995).Perilaku menggaruk dengan kulcu seperti halnya mandi dan mengatur bulu,
bertujuan membantu menghilangkan m a gatal, mengusir parasit dan
mqmbersihkan
bulu
(Welty, 1982)d. Perilah intenhi sosial
Gerakan mengancam yang dilakukan oleh anggota ordo Pelecaniformes dibagi
menjadi beberapa tahap yang tejadi secak berkesinambungan Tahap pertama
diawali dengan mengarahkan kepala d m leher ke arah penggangu, dilanjutkan
dengan menjulurkan kepala ke depan, membuka paruh, menutup paruh dan
selaqjutnya menakut-&ti lawan dengan menggoyang-goyangkan kepala ke
sarnping. Gerakan mengancam biasanya diikuti dengan suara mengancam.
Adanya ancaman menandakan akan adanya perkelahian apabila penggangu
&tang lebih dekat (Matthews dan Fordham, 1995).
Selama musim berbiak, burung-bumg akan memiliki daerah kekuasaan
yang akan dipertahankannya. Semua pengganggu yang datang akan dihalau
kecuali pasangan dan anaknya. Bagi burung-burung yang bersarang dalam satu
koloni, daerah teritori tak lebih dari jangkauan paruh ketika duduk dalam sarangnya (Pettingill dan Breckenridge, 1 969).
Menurut Kortlandt (1995), anggota pecuk seringkali melakukan tarian
undangan disebut wing waving, yaitu menaikkan sayap dengan bertumpu pada
bagian humeral ke
arah
atas dan ke arah luar. Tariau ini biasanya dilakukan oleh burung jantan yang menanti di sarang yang akan dipakai sebagai tempatmeletakkan telur pasangannya. Saat melakukan tarian, tubuh burung jantan
e. Perilaku istirahat
Setelah melakukan aktivitas makan, masing-masing pecuk akan mandi '
kemudian meninggalkan tempat makan untuk beristirahat dengan memilih tempat
yang tinggi, baik di darat maupun di atas pohon. Pemilihan tempat yang tinggi
ini memungkinkan pecuk melakukan aktivitas &an lainnya seperti berjemur,
k a n a sinar matahari atau angin tidak terhalang dan langsung mengenai tubuhnya (Fithri, 1987; Sellers, 1995).
6. Pedcembangbiakan
Pecuk merupakan monogami semusim, dan kedua induk memiliki peranan
dalam mengem serta mengasuh analcan. Anakan lahir dalam keadaan tidak berdaya (altricial) dan tidak memiliki bulb anakan yang rerqja masih berada di dekat sarang untuk m e n d a p h muntahan makanan dan masih tergantung pada
parentalnya. Anakan mencapai dewasa secara bemgsur-angsur dan siap
untuk
melakukan perkawinan setelah berumur tiga tahun (Johnsgard, 1993).
Menurut Boekelheide et al., (1 990) dalam Johnsgard (1 993) pecuk memiliki
beberapa kelebihan dibandin* burung air lrrinnya yaitu: (1) clutch size relatif
besar dan berubah-ubah, (2) untuk m e n g h a s i i telur membutuhketn energi yang sedikit, karena telumya yang relatif kecil, (3) keberhasilan bersarangnya relatif besar, (4) anaknya altricial, (5) menetasnya asinkroni (waktu yaug berbeda).
A. Breeding season (Musim berbiak)
meletakkan telur setiap tahunnya dan membesarkan anaknya pada saat makanan
berlimpah (Lack, 1954).
Pecuk memilii musim berbiak yang panjang, di daerah tropik m u s h
berbiak &pat terjadi sepanjang tahun, secara umum puncak musim berbiak terjadi
bulan Maret dan September (Hoyo et al., 1992; Johnsgard, 1993).
Masa berbiak burung-burung di daerah tmpis selalu bertepatan dengan awal
m u s h hujan. Musim berbiak pecuk di Indonesia bervariasi pada tiap-tiap wilayah.
Di Jawa Timur pecuk berbiak bulan Desember-Mei, di Jawa Barat berbiak bulan
Maret-Juli, di Pulau Rambut musim berbiak pecuk terjadi 2 periode dalam szttu
tahun yaitu; bulan Desember-April, dan bulan Mei-Juli. Sedangkan di bkberapa
negam, m u s h berbiaknya sangat bervariasi seperti di Jnggris terjadi bulan April-
Juli. Di Perancis pecuk mulai mengumpulkan material s m g awai Januari,
peletakan telur pertama awal Pebruari d m penetasan terjadi awal Juli atau akhir Juli. Di Norwega musim berbiak terjadi April atau akhir M a t , peletakan telur minggu
terakhk April sampai minggu pertama Juni (Mardiastuti, 1992 dan1993; MacKinnon et al., 1992; Aebischer, 1992; Debout et al., 1995; Boudewijn dan Dirksen, 1995).
Musim berbiak pecuk hitam te jadi sepanjang tahun dan sangat tergantung pada kondisi air dan ketersediaan mdcanan. Di Australia musim berbiak terjadi bulan April-Agustus, umumnya membentuk koloni sampai mencapai 1000 ekor (Hoyo et al., 1992). Sedangkan musim berbiak pecuk kecil secara wnum terjadi
bulan Maret sampai September, kqdang-kadang terjadi dua kali dalam satu tahun, membentuk koloni kecil sampai 12 pasang. Umumnya mencari lokasi m g(nest-
berbiak dalam koloni besar dan hidup berkelompok serta bersarang pa& pohon-
pohon yan&buh di
air,
atau yang berada d e b t air (Grzimek, 1972;Van
~ i r d e n clan Gregersen, 1995; Kirby et al., 1995).b. Pembentukan pasangan
Pecuk jantan mencari tempat yang sesuai untuk membangun sarang yang &an
digunakan selama musim berbiak dan biasanya jmtan akan melakukan gerakan-
g e h yang dipertunjukkan sebaik mungkin serta memiliki beberapa jenis gerakan
tertentu untuk mengundang pasangannya. G e r a k a n - g e h yang diperlihatkan oleh
jmtan ini biasanya dikenal dengan wing waving (Hoyo et al., 1992).
Courtship (percumbum) dan pembentukan pasangan dimulai dengan
mempertunjukkan g e r a k a n - g e h mengundang pasangannya oleh jantan b e q a
gerakan sayap yang teratur (wing-waving). Selanjutnya betina akan memilii untuk menerima atau menolak jantan berdasarkan tarian yang dipertunjukannya, karena
setiap gerakan yang ditunjukkan oleh jantan memiliki arti khwus yang dimengerti dan dikenal oleh betina (Kortlandt, 1995).
c. Pemilihan pohon sarang
Menurut (hdardiastuti, 1992) pemilihan pohon sarang oleh burung-bmg air di Pulau Rambut sangat dipengaruhi oleh beberapa W r yaitu: (1) aman dari angin,
(2) struktur pohon, (3) kerapatan dedaunan dan (4) struktur sayap
Burung akan meletakkan sarang pa& sisi pohon yang terlindUng dari angin
dan badai. Pertimbangan predasi dan an& &pat bertolak belakang dalam hal
misal pada pohon yang terisolasi. Tetapi biasanya burung cenderung memilih
meletakkan sarang berlawanan dengan arah angin (Collias dan Collias, 1984).
d. Sarang
Sarang merupakan tempat bagi b m g untuk meletakkan serta menjaga telur
dan anakan hingga mereka dewasa dan dapat berdiri sendiri (Campbell dan Lack,
1985). Sarang merupakan hasil konstruksi yang dibuat dan ditujukan untuk:
(1). Melindungi dirinya sendiri, telur dan terutarna untuk melindungi anakan
mereka terhadap predator dan cuaca buruk
(2). Mempertahkan kehangatan yang diperlukan selama masa pengemman dan
penetasan
(3). Menyedialcan tempat yang aman sehingga telur dan anakan dapat diletakkan di atas pohon, di atas tanah atau mengapung di perairan
Jantan
akan
men& tempat yang sesuai mtuk membangun sarang yang akandigunakan selama musim berbiak dan
atcaa
melakukan displai untuk mengundangpasangannya (wing waving) (Hoyo et a]., 1992). Menurut Johnsgard (1 993) ada tiga macam tempat mtuk bersarang d a b kelompok burung yaitu (1) diletakkan diatas tanah, (2) bersarang di pohon dan (3) diatas karang
Pembentukan sarang dikerjakan bersama oleh jantan dan betina, setelah
pasangan terbentuk. Pecuk jantan bertugzis mengumpulkau dan membawa bahan
sarang, sedangkan betina mengatur dm-membentuk sarang dari bahan-bahan sarang
dan membangun sarangnya, tetapi pembentukan sarang kurang ekktif akibat dicuri
oleh burung lain blama jantan pergi disini peran betina $angat dibutuhkan untuk menjaga b bsarang dari pencurian. Ranting, potongan kayu, tangkai tanaman, bulu dan material yang lainnya di sisipkan atau dianyam oleh burung dengan cara
mengerakkan kepda ke dalam lingkiuan sarang Em-kira 45
"
(van Tets, 1965).Waktu pembuatan sarang sangat bervariasi tergantung spesies, biasanya
antara seminggu sampai lebih kurang 2 bulan. Pembangunan sarang yang barn biasanya dilakukan secara perlahan dan jauh sebelurn telur diletakkan (Hoyo et al.,
1992; Johnsgard, 1993). Penarnbahan bahan sarang terus dilakukan selama mush berbiak sampai anakan dapat terbang dan bisa mencari makan sendii (Mendall,
1936).
Tipe dan ukuran sarang yang dibangun oleh pasingan bwung sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; jenis burung, tempat sarang dan ketersediaan bahan sarang. Umwnnya burung-burung membangun sarang
berbentuk mangkuk yang terbuka bagian atasnya, bagi burung yang besar bahan
sarang yang paling sering digunakan adalah ranting yang berukuran besar (Campbell dan
Lack,
1985).Pecuk memiliki sarang beibentuk mangkdc dangkal padat, dan cembung terbuat dari tongkat
atau
ranting kering dan segar dan beberapa ada yang terbuatdari
rumput lautdan
benda-benda yang diperoleh di laut, cabangabang dan bahanlainnya Sarang pecuk berukuran relatif kecil sehingga m e m u n w y a membuat
Pecuk sangat terikat pada tempat smgnya, dan sarang tersebut
akan
tetap. didiami dan diperbaiki dari tahun ke tahb (Aebischer, 1994). Jantan dan betina
akan
menjaga sarang siang dan malam secara bergantian sehingga anaknya cukup dewasa
dan kuat untuk berdiri sendiri ( W e k , 1972).
e. Jumlah Telur
Per
Sarang (Clutch size)Jumlah telur per sarang (clutch size) adalah jumlah telur yang diletakkan
betina pada satu sarang. Jumlah ini merupakan hasil seleksi alam yang disesuaikan
, untuk memaksimalkan kontribusi tubuh
dari
induk burung bagi generasi selanjutnya(Campbell dan Lack, 1985).
Semua spesies burung menghasilkan j d a h telur yang khas dalam satu
satang. J d a h n y a sangat bervaxiasi dari satu telur pada banyak burung laut sampai 8
atau lebih pada beberapa burung yang hidup liar lainnya (Penins
dan
Birkhead,1983).
Bervariasinya jumlah clutch sue ini dipengaruhi oleh beberapa &or antara lain lingkuqan ekologi meliputi ketersediaan mrrkanan
dan
predasi, latitut, habitatdan beberapa -or lainnya seperti kep