• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA PAYAKUMBUH SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIFITAS PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA PAYAKUMBUH SKRIPSI"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA PAYAKUMBUH

SKRIPSI

Diajukan UntukMemenuhi Salah SatuSyaratGunaMencapaiGelarSarjana Program Strata Satu (S-1) Ekonomi Islam

Oleh SRI WAHYUNI

Nim : 3213.131

JURUSANEKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN)

BUKITTINGGI2019 M / 1440 H

(2)

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawahini:

Nama : Sri Wahyuni

Nim : 3213.131

Tempat/tanggalLahir : Gunung, 27 Februari 1994 Fakultas/jurusan : FEBI / ekonomi Islam

JudulSkripsi : EfektifitasPendistribusian Dana Zakat PadaBadanAmil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh

Menyatakan dengan sesungguhnya karyan ilmiah (skripsi) saya dengan judul diatas adalah benar asli karya penulis. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan karya sendiri. Maka penulis bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku dan gelar keserjanaan penulis dicopot sampai batas waktu yang ditentukan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bukittinggi, Mei 2019 Penulis,

SRIWAHYUNI NIM.3213.131

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Salawat serta salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan melalui pribadinya yang luhur dan agung, serta meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT yaitu Al-Quran dan Hadits, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“EFEKTIFITAS PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA PAYAKUMBUH ”.

Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk

mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih yang tulus tak terhingga teristimewa kepada Ayahanda JASMAN Ibunda ZAINAB dan suami tercinta ADE IRWANTO, SH yang selalu mendo’akan, memberikan dukungan dan pengorbanan yang tak terhingga dan tak ternilai, dan telah memberikan cinta, kasih, mengasuh, mendidik, membimbing dan memberikan motivasi dalam mencapai cita-cita.Terimaksih untuk anakku tersayang Akhram Ziyad dan seluruh keluarga penulis yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

(4)

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M.Hum, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi beserta Bapak dan Wakil Rektor yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi Strata 1 di IAIN Bukittinggi.

2. Bapak Dr. Iiz Izmuddin, MA Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sekaligus pembimbing I yang telah membimbing skripsi ini sampai selesai.

3. Ibu Rini Elvira, SE, M.Si Ketua Jurusan Ekonomi Islam atas izin dan kesempatan, bimbingan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. IbuSandra Dewi, SE, MM Selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan buah pikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Ali Rahman, SH, MH Dosen Penasehat Akademik yang selalu menasehati dan memberikan banyak motivasi demi kelancaran proses belajar penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen beserta Karyawan dan Karyawati Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang juga memberikan masukan dalam penulisan skripsiini.

7. Pimpinan serta karyawan dan karyawati perpustakaan IAIN Bukittinggi yang telah menyediakan fasilitas peminjam buku yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak MISMARDI, BA sebagai ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh dan selanjutnya kepada pengurus zakat

(5)

yang bekerja pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan meluangkan waktu untuk penulis dalam memperoleh data.

9. Kepada saudara laki-laki dan perempuan tercinta Parniati (kakak), Mulyadi (Abang), Syafrianto, SHi (Abang), Ade Eka Putra (Abang) serta adikku Riza FitriYeni (Alm)

10. Kepada mertua ibu Azwirda Yetti dan Abak Zaini Wardi yang telah memberi dukungan, motivasi, dan do’a serta bantuan kepada penulis hingga akhir penulisan skripsi ini.

11. Kepada adik ipar Wike Irawanti, Spd, Mpd dan Suci Rahmadani yang telah memberi motivasi hingga akhir penulisan skripsi ini.

12. Rekan-rekan Ekonomi Islam khususnya Ekonomi Islam EI-D angkatan 2013 atas kebersamaan, kehebohan, kekompakan, dukungan, semangat dan masukannya.

Atas bantuan yang telah diberikan, penulis ucapkan terimakasih.

Semoga mendapatkan ridho dan balasan dari Allah SWT dan semoga karya sederhana ini bermanfaat. Amin ya robbal ‘alamin.

Bukittinggi, 31 Juni 2019 Penulis,

Sri Wahyuni NIM. 3213.131

(6)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ... 1

B. IdentifikasiMasalah ... 5

C. RumusandanBatasanMasalah ... 6

D. TujuandanManfaatPenelitian ... 6

E. PenjelasanJudul ... 7

F. KajianTerdahulu ... 8

G. SistematikaPenulis ... 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Efektifitas ... 12

1. PengertianEfektifitas ... 12

2. UkuranEfektifitas ... 13

3. TeoriEfektifitas ... 17

4. Faktor yang Mempengaruhiefektifitas ... 18

5. LandasanSyariahefektifitasOrganisasi ... 20

B. Zakat ... 22

1. Defenisi Zakat ... 22

2. Jenis-Jenis zakat ... 25

3. Mustahiq Zakat ... 28

4. Tujuan, Hikmah Dan Manfaat Zakat ... 35

5. OptimalisasiPeran Zakat ... 38

C. PendistribusianZakat ... 41

1. PengertianPendistribusian Zakat ... 41

2. PolaPendistribusian Zakat ... 41

D. BadanAmil Zakat Nasional (BAZNAS) ... 44

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

A. JenisPenelitian ... 46

B. LokasidanWaktuPenelitian ... 47

C. Sumber Data... 47

D. TeknikPengumpulan Data ... 48

E. TeknikAnalisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN A. GambaranUmum BAZNAS Kota Payakumbuh ... 52

1. Sejarahsingkat BAZNAS Kota Payakumbuh ... 52

2. VisiMisiBAZNAS Kota Payakumbuh ... 56

3. StrukturOrganisasi BAZNAS Kota Payakumbuh ... 57

B. EfektifitasPendistribusian Dana Zakat PadaBadanAmil Zakat Nasional (BAZNAS( Kota Payakumbuh ... 62

C. AnalisisPenulis ... 66

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70 DAFTAR KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2PenghimpundanPenyalurandana zakat pada BAZNAS Kota Payakumbuh ... 66

Tabel 4.3PersentasedariPenghimpunandanPenyalurandana zakat pada BAZNAS Kota Payakumbuh ... 67

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 StrukturOrganisasi BAZNAS Kota Payakumbuh ... 57

(10)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “EFEKTIFITAS PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA PAYAKUMBUH”. Disusun oleh Sri Wahyuni, NIM 3213.131, Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Nageri ( IAIN) Bukittinggi 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektifitas pendistribusian dana zakat pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh.

Metode Penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian lapangan (fieldResearch) dengan menggunakan pendekatan deskripif kualitatif, pengumpulan data melaui teknik wawancara, Observasi dan informan penelitian.

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kulaitatif dengan menggunakan data referensi baik berupa literature artikel-artikel yang berhubungan dengan fakta yang terjadi dilapangan dan dianalisis sesuai dengan teori yang ada.

Hasil penelitian menunjukkan Tingkat Efektivitas Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh dihitung melalui rasio ACR (Allocation to Collection Rasio) mengalami fluktuatif hal ini berdasarkan hasil beberapa temuan: Pada tahun 2017 pendistribusian zakat tergolong efektif karena rasionya sebesar 70%. Sedangkan pada tahun 2018 pendistribusian zakatnya tergolong tidak efektif karena rasionya turun menjadi 67% yakni tergolong pada fairly effective. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dalam pendistribusian dana zakat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh belum mampu mempertahankan tingkat efektivitas dalam pendistribusian dana zakatnya.

Kata kunci: Efektifitas, Pendistribusian

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi pada saat sekarang ini kesenjangan hidup antara orang yang kaya dengan orang miskin semakin jauh perbedaannya. Dengan kata lain semakin sedikitnya jumlah orang kaya yang peduli dengan orang yang kekurangan dan yang miskin semakin sulit dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari hari. Untuk mengatasi hal tersebut islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk saling membantu satu sama lainnya salah satunya dengan berzakat. Didalam agama islam zakat merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat antara umat muslim, khususnya hubungan antara orang yang memiliki kelebihan harta dengan orang yang miskin dimana orang yang memiliki kelebihan harta membantu orang yang membutuhkan dan sebaliknya bernilah ibadah atau pahala bagi orang yang berzakat.

Sebagai salah satu dari rukun islam yang wajib di tuanaikan oleh umat muslim, alquran dan sunah selalu menggandengkan antara shalat dan zakat yang menunjukan eratnya hubungan antara keduanya.Zakat merupakan amalan maliyah ijtima’iyah, artinya ibadah di bidang harta yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat.

Zakat adalah sebutan bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak (mustahik) oleh orang yang wajib mengeluarkan zakat (muzakki). Dengan

(12)

demikian zakat sangat berperan penting dalam menanggulangi kemiskinan1.Dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan.

Dahulu zakat dilaksanakan secara tradisional dengan zakat fitrah sebagai sumber utamanya, akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman perekonomian tumbuh semakin modern begitu juga dengan sumber zakat pun semakin berfariasi.

Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu sistem pengelolan yang lebih professional dan bertanggung jawab, baik dalam proses pemungutan ,pengelolaan dan pendistribusiannya.Zakat mempunyai prinsip-prinsip yang sangat jelas, bila prinsip-prinsip ini dijalankan oleh muzakki maupun mustahik, maka zakatsebagai instrument keuangan dalam pemerataan pendapatan dan pengurangan kemiskinan dapat menjadi sebuah instrument baru dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang lebih berkeadilan2.

Dalam pendistribusian dana zakat ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagaimana dijelaskan oleh Qardawi (2005) yaitu pendistribusian dana zakat harus merata dan harus membangun kepercayaan antara pemberi dan penerima zakat atau membangun kepercayaan antara muzakki dan mustahik.Mengenali pontensi zakat perlu dilakukan memlalui identifikasi objek zakat.Sosialisasi dalam mekanisme penerimaan/pemungutan melalui petugas pengumpul zakat (amil) sangat penting.Efekktifitas ini

1 Umaratul khasanah, Manajemen Zakat Modern:Instrument Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Malang:UIN-Maliki Press, 2010), hal.34

2 Nurul Huda, Ekonomi Pembangunan Islam, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2015), hal.133

(13)

berkaitan pula dengan kualitas dan profesionalitas amil zakat, dan transparansi dalam tatakelola zakat.

Badan amil zakat mestinya mampu menunjukan kekuatan komitmen tersebut dalam peaksanaan manajemen zakat, sehingga dapat membangun suasana kemasyarakatan yang mampu mendorong lahirnya gerakan zakat ini.

Jika dilihat dari jumlah penduduk, Indonesia merupakan Negara dengan penduduk muslim terbesar didunia dengan populasi penduduk muslim yang lebih dari dua ratus juta jiwa. Dari populasi yang sangat besar tersebut dapat dibayangkan jumlah dana zakat yang dapat terkumpul jika dikelola dengan baik.

Akan tatapi fakta yang terjadi di Indonesia bertolak belakang dengan keadaan yang ada, zakat yang diterima oleh lembaga/badan amil zakat tidak sesuai dengan jumlah penduduk muslim yang ada. Minimnya penerimaan zakat tersebut tidak hanya disebabkan oleh rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut. Masyarakat lebih cenderung memilih menyalurkan zakat sendiri sehingga tujuan dari zakat sebagai dana pembangungan ekonomi yang berkeadilan dan merata tidak tercapai, akan tetapi hanya sebagai dana sumbangan konsumtif yang bersifat temporer.

Sebagai upaya untuk mencapai tujuan pengelolan yakat yang terstruktur, dibentuk badan amil zakat nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibukota Negara, BAZNAS propinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota.BAZNASmerupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada presiden melalui

(14)

menteri3.BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolan zakat secara nasional yang masa kerjanya 5 tahun.

Salah satu Badan Amil Zakat yang ada di Sumatera Barat ada di Kota Payakumbuh yaitu BAZNAS Kota Payakumbuh. BAZNAS Kota Payakumbuh yang terletak jalan Pahlawan No.44 Sawah Padang Kota Payakumbuh.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh merupakan badan resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kota Payakumbuh berdasarkan Undang-undang RI No. 23 Tahun 2011, mengemban tugas dan fungsi untuk menghimpun dan menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat Kota Payakumbuh.

Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas. Dalam kaitan ini pemerintah berkewajiban memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada muzakki, mustahiq dan kepada pengelola zakat (BAZNAS)

Dengan adanya BAZ kota payakumbuh tersebut diharapkan para muzaki dapat menyalurkan dana zakatnya melaui lembaga tersebut dan tidak lagi mendistribusikan dana zakatnya seara sendiri-sendiri sehingga dana tersebut dapat tersalurkan dengan tepat guna dan tepat sasaran.Sehingga tidak ada lagi sebagian dari masyarakat yang berhak menerima zakat tidak dapat santunan dari dana zakat yang telah ada. Setelah penulis melakasanakan

3 Syukrina Wila Datika,”Pengelolaan Zakat Di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh”, Skripsi IAIN Batusangkar, Jurusan Ekonomi Syariah, 2017.

(15)

Survei di BAZNAS Kota Payakumbuh yaitu masih melihat banyak dari masyarakat yang menyajukan permohonan kepada BAZNAS Kota Payakumbuh, Bahkan ada yang sampai menagis supaya bisa mendapatkan bantuan dari pihak BAZNAS ,dan ada juga Sebagian dari masyarakat yang sudah menerima santunan zakat mengajukan kembali permohonan kepada BAZNAS Kota Payakumbuh.4

Dari uraian latar belakang masalah diatas untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh “.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Masih banyaknya masyarakat yang mengajukan permohonan ke Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kota Payakumbuh untuk memohon Supaya Bisa Mendapatkan Bantuan Dari Pihak Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh.

2. Sebagian Dari Masyarakat yang sudah Pernah Menerima Santunan Dari Dana Zakat Mengajukan Kembali Permohonan Sebagai Penerima Zakat.

4Survei Pada Lembaga Badan Amil Zakat Nasional (BAZANAS) Kota Payakumbuh, Tanggal 01 September - 01 Agustus 2017.

(16)

C. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi Masalah Diatas Maka Penulis memberikan rumusan Masalah Pada Penelitian Ini yaitu Bagaimana Efektifitas Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh.

2. Batasan Masalah

Agar penelitian ini mempunyai arahan dan tidak keluar jauh dari pokok permasalahan, penelitian ini dibatasi pada masalah “Efektivitas Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh.”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji Pelaksanaan Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh.

2. Manfaat penelitian

Adapun Manfaat penelitian ini adalah:

a. Merealisasikan salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana ekonomi islam (SE) pada fakultas ekonomi dan bisnis islam.

b. Sebagai pengembangan ilmu dan menambah wawasan penulis menyangkut ilmu yang penulis miliki, dan bahan perbandingan antara

(17)

teori yang didapatkan dengan penerapan yang dilakukan pada Badan Amil Zakat Nasional Kota Payakumbuh.

c. Semoga penelitian ini bisa menjadi referensi dan bagian dari sumber pengetahuan bagi akademi dan pratisi ekonomi islam agar dapat memberikan pemahaman secara menyeluruh

E. Penjelasan Judul

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diambil judul penelitian yang akan dilakukan adalah”EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN DANA ZAKAT PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL (BAZNAS) KOTA PAYAKUMBUH”

Sebelum melangkah jauh dalam membahas skripsi ini dan untuk menjembatani pemikiran penulis dengan pembaca agar terdapat persamaan pemahaman dalam memahami skripsi ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang akan ditemui dalam skripsi ini yaitu:

Efektifitas : Kemampuan Guna Memilih Berbagai Alternatif yang ada guna mancapai tujuan yang diinginkan.

Pendistribusian : Berasal dari kata “ Distribusi” yang berarti suatu pembagian barang dan jasa kepada banyak orang/masyarakat.yang dimaksud disini adalah pembagian Zakat yang diberikan kepada yang berhak menerima Zakat (mustahik) oleh

(18)

Amil Zakat5. Badan Amil Zakat

Nasional (BAZNAS)

: AdalahOrganisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.kemudian Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang dibentuk pemerintah mulai dari tingkat pusat ke tingkat daerah.

Jadi maksud dari judul diatas yaitu alternatif yang diterapkan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh Dalam Pendistribusian Dana Zakat yang telah terkumpul agar tercapainya tujuan dari pendistribusian dari Dana Zakat Tersebut.

F. Kajian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah kumpulan hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dan mempunyai kaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Diantaranya:

1). Ella Gusseptiani dengan judul “Dampak Penyaluran Zakat Melalui BAZ Terhadap Pemerataan Pendistribusian Kesejahteraan Masyarakat di Kota Padang Panjang”. Hasil Penelitian yang Diperoleh adalah sebagai berikut:

5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2002), ed:3, cet-2, hal.49

(19)

a. Dampak dari penyaluran Dana Zakat yang diberikan Secara langsung Kepada Mustahik yaitu Belum dikatakan Sejahtera.Karena mereka menyalurkan Zakat kepada orang yang belum dapat dikategorikan sesuai dengan Asnaf Delapan (Orang yang Berhak Menerima Zakat), Masyarakat hanya mempedulikan dirinya sendiri serta mempamerkan kekayaannya tanpa memperhatikan bagaiman kondisikehidupan masyarakat yang selanjutnya.

b. Dampak Dari Penyaluran Dana Zakat yangdisalurkan melalui Lembaga Badan Amil Zakat Nasional yaitu adanya pengaruh Positif terhadap Penyaluran yang dilakukan kepada penerima Zakat Sehingga mengalami peningkatan dan pemerataan terhadap perekonomiannya dalam memenuhi kebutuhan dari segi usaha serta Pendidikan yang nantinya bisa meningkatkan kesejahteraan itu sendiri.6

2). Dini Fakhriah dengan judul “Efektivitas Penyaluran Dana Zakat Di BAZNAS Bekasi Dalam Peningkatan Pendidikan Melalui Program Bekasi Cerdas”. Hasil Penelitian yang didapatkan adalah:

a. BAZNAS Kota Bekasi menyalurkan dana zakatnya dengan Baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan laporan keuangan yang transparan dan merata, serta mendistribusikannya secara

6 Ella Gusseptiani , ” Dampak Penyaluran Zakat Melalui BAZ Terhadap Pemerataan Pendistribusian Kesejahteraan Masyarakat di Kota Padang Panjang”, Skripsi Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam,2018.

(20)

terarah dan merata dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan.

b. Efektifitas penyaluran zakat BAZNAS Kota Bekasi kurang efektif. Karena Di BAZNAS Kota bekasi penyaluran dana tersebut setiap tahunnya mengalami penurunan.7

3). Mutiara Rizki Saputri dengan judul” Efektifitas BAZNAS Agam Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik Melalui Zakat Produktif”.Penelitian Dengan tujuan Seberapa jauh perubahan yang terjadi pada penerima Zakat Berupa Modal yang disalurkan oleh lembaga pengelola Zakat.8

Sedangkan penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui apakah sudah tercapainya tujuan dari pendistribusian dana Zakat oleh Badan amil Zakat Nasional Kota Payakumbuh.Disini Menggambarkan Bagaimana seseorang Pengelola Zakat Handal dalam Pendistribusian dana Zakat .

G. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai yang dibahas maka sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan Penelitian dan

7Dini Fakhriah,”Efektivitas Penyaluran Dana Zakat Di BAZNAS Kota Bekasi Dalam Peningkatan Pendidikan Melalui Program Bekasi Cerdas”. Skripsi, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) ,Fakultas Syariah Dan hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

8 Mutiara Rizki Saputri,”Efektifitas BAZNAS agam Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Mustahik Melalui Zakat produktif”. Skripsi,ekonomi Islam,Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, 2017.

(21)

Kegunaan Penelitian, Penjelasan Judul, kajian terdahulu dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Terdiri dari defenisi efektivitas, ukuran efektivitas, teori efektifitas,landasan syariah efektifitas organisasi, defenisi zakat, Jenis-jenis zakat, mustahik zakat, hikmah dan manfaat zakat, optimalisasi peran zakatpendistribusianzakat, defenisi pendistribusian zakat, pola pendistribusian zakat dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

Bab III : Metodologi Penelitian

Berisikan tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV : Hasil penelitian.

Berisikan sejarah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh, visi misi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh, struktur organisasi Baznas Kota Payakumbuh Serta hasil penelitian tentang Efektivitas Pendistribusian Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Payakumbuh.

Bab V : Penutup

Terdiri dari kesimpulan dan saran.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Efektifitas

1. Pengertian Efektifitas

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001:284) pengertian

“efektif” berarti ada efeknya (akibat); dapat membawa hasil ; berhasil guna(usaha,tindakan), sedangkan efektifitas berarti keefektifan”. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa efektifitas sebagai suatu akibat yang dikarenakan adanya suatu tindakan tampa membandingkan hasil yang akan dicapai9.

Pengertian efektifitas sesuai dengan Permendagri Nomor 59 tahunn 2007adalah merupakan pencapaian hasil program dan target yang telah ditetapkan , yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil. Sedangkan menurut Mardiasmo (2004:134) efektivitas yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang diharapkan atau dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan .dimana ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi adalah bila telah mencapai tujuan , maka dapat dikatakan organisasi tersebut dikatakan telah efektif.10

Sondang P. Siagian (2008:3) menyatakan bahwa efektifitas berkaitan erat bukan hanya dengan penggunaan sumberdaya, dana dan

9Faktor yang mempengaruhi Efektifitas (online), https://media.neliti.com, diakses tgl 10 maret 2019.

10Alisman ,Analisis efektivitas dan efesiensi manajemen keuangan di aceh barat. jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik Indonesia volume 1 Nomor 2, November 2014.

(23)

prasarana kerja akan tetapi juga dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapakan sebelumnya dalam batas waktu yang telah ditetapkan untuk pencapaiannya11.

Tingkat efektifitas dan efisien merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif keberhasilan sebuah organisasi, manajemen berguna untuk menilai apakah organisasi tersebut telah efektif dan efisien. Efektif berarti kemampuan untuk mencapai pekerjaan dengan cara yang tepat.

Dengan demikian berarti efektifitas berkaitan dengan matematis. Jika out put (hasil) lebih besar dari input(masukan/biaya) berarti manajemen telah efisien.

2. Ukuran efektifitas

Mengukur efektifitas organisasi bukanlah hal yang sangat sederhana, karena efektifitass dapat dikaji berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta meninterprestasikannya, bila dipandang dari sudut produktifitas memberikan pemahaman bahwa efektifitas berarti kualitas dan kwantitas (out put) dan barang saja.

Tingkat efektifitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasilnyata yang telah diwujudkan. Adapun kriteria untuk mengukur efektifitas suatu organisasi ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh lubis dan husaini yaitu:12

11Faktor yang mempengaruhi Efektifitas (online) , https://media.neliti.com , diakses tgl 10 maret 2019

12Daftar Pengertian Efektifitas, (online), http;//donsitewordpress.com diakses tgl 29 januari 2019

(24)

1) Pendekatan sumber

Adalah efektifitas dari input. Pendekatan menggunakan keberhasilan organisasi sumberdaya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan organisasi.

2) Pendekatan proses

Adah untuk melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atauu mekanisme organisasi.

3) Pendekatan sasaran

Dimana pusat perhatian output, mengukur keberhasilan untuk mencapai organisasi, hasil output yang sesuai dengan rencana.

Adapun ukuran efektivitas yang dikemkakan oleh Beik yaitu melalui rasio ACR (Allocation to Collection Ratio), yakni merupakan perbandingan antara jumlah zakat yang disalurkan dengan jumlah zakat yang dihimpun.Perhitungan ini sangat penting digunakan sebagai indicator kinerja penyaluran zakatlembaga yang ada.Apabila suatu lembaga memiliki nilai ACR 90 persen, maka berarti bahwa 90 persenzakat yang dihimpun telah disalurkan. Amil menggunakan dana sebanyak 10 persen untuk memenuhi seluruh kegiatan operasionalnya. Hal tersebut memberikan makna bahwa semakin rendah prosentase nilai ACR menunjukkan semakin lemahnya kemampuan manajemen penyaluran lembaga zakat.Adanya keadaan tersebut, sehingga diperlukan langkah untuk memperbaikinya.

(25)

Senada dengan pernytaan tersebut, Makhfud Bayu Baharudin juga mengungkapkan bahwa ACR merupakan rasio perbandingan antara proporsi dana zakat yang disalurkan dengan dana zakat yang dihimpun. Adapun lima kategori nilai ACR ini, yaitu

1. Kategori higly effective ( >90 persen) 2. Effective (70 persen-89 persen) 3. Fairly effective (50 persen-69 persen) 4. Below expectation (20 persen-49 persen) 5. Ineffective

Pada kategori pertama memberikan arti bahwa proporsi dana zakat yang disalurkan lebih dari 90 persen dibandingkan dengan dana zakat yang diterima. Hak amil yang digunakan kurang dari 10 persen.Ini menunjukkan bahwa lembaga zakat memiliki kapasitas penghimpunan dan penyaluran yang sangat besar.

Adapun pada kategori kedua, proporsi penyaluran zakat dibandingkan dengan penghimpunannya berkisar 70 persen hingga 89 persen.Ini berarti hak amil digunakan mencapai angka 11 persen hingga 30 persen.Semakin besar penggunaan proporsi hak amil, maka semakin rendah kapasitas penghimpunan dan penyaluran suatu lembaga zakat, sehingga tingkat efektivitas program semakin rendah.

(26)

Indikator kinerja untuk lembaga zakat diwajibkan untuk memastikan bahwa institusi tersebut berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Indikator tersebut harus mencakup beberapa bidang utama seperti: periode pendistribusian, keefektifan alokasi dana, rasio biaya operasional untuk mengumpulkan dana, kualitas tata pemerintahan, kualitas program pendistribusian, dana maksimum yang dapat dipertahankan atau diangkut dan lain-lain. Salah satu indikator yang digunakan yaitu dengan melihat keefektifan pendistribusian dana zakat, denganindikator tersebut pengawas zakat dapat mengetahui bahwa dana zakat yang didistribusikan sudah maksimal atau belum.

Pengawas manajemen pendistribusian zakat dapat menentukan bahwa lembaga zakat dapat menentukan bahwa lembaga zakat memiliki kebijakan dan proses yang memadai untuk mengelola dana zakat dan sistem distribusi. Pengawas zakat dapat menilai tingkat pengelolaan pendistribusian dengan menggunakan rasio Allocation to-collection (ACR). Rasio ini mengkuantifikasi kemampuan lembaga zakat untuk mendistribusikan dana zakat dengan membagi tital pendistribusian zakat dengan total penghimpunan dana zakat13.

13Makhfud Bayu Baharuddin, “Efektivitas Penyaluran Zakat di BAZNAS Propinsi Jawa Timur”, Skripsi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, 2017.

(27)

3. Teori Efektifitas

Efektifitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah oraganisasi, untuk memperoleh teori efektifitas peneliti dapat menggunakan konsep-konsep dalam teori manajemen dan oraganisasi yang khususnya yang berkaitan dengan teori efektifitas.

Efektifitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumberdaya secara cermat. Efektifitas memiliki 3 tingkat bagaimana didasarkan oleh David j. lawles antara lain :

1) Efektifitas individu

Efektifitsa individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi.

2) Efektifitas kelompok

Adanya pandangan bahwa pada kenyataanya individu saling bekerjasama dengan kelompok.Jadi efektifitas kelompok merupakan jumlah kontribusi dari semua anggota kelompok.

3) Efektifitas organisasi

Efektifitas organisasi terdiri dari efektifitas individu dan kelompok, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya dari pada jumlah hasil karya tiap-tiap bagianya.

(28)

Efektifitas dan kegiatan organisasi dapat dirumuskan sejauh mana sasaran dapat tercapai.

4. Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Organisasi

Efektifitas organisasi menurut mohyi (1999;214-215) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Struktur Organisasi dan Teknologi yang digunakan

Faktor ini berpengaruh dilihat dari tepat atau tidaknya struktur/susunan organisasi dan penggunaan teknologinya yang kemudian dihubungkan dengan tujuan, besarnya organisasi, jumlah dan kualitas karyawan serta fasilitas yang ada.

2. Kualitas dan perilaku sumber daya manusianya

Kualitas disisni diartikan sebagai kemampuan dari segi pengetahuan maupun keterampilan yang dimiliki oleh karyawan. Sedangkan prilaku diartikan sebagai persepsi , keinginan maupun tindakan dari karyawan.

3. Budaya yang ada dalam organisasi

Budaya organisasi tercermin dalam pola piker, gaya berbicara, dan ptilaku yang konsisiten pada karyawan yang terlibat atau terikat dalam pengelolaan organisasi, misalnya menyangkut dalam pengambilan keputusan , cara berkomunikasi, dan cara berinteraksi didalam lingkungan internal maupun eksternal.

(29)

4. Kebijakan dan praktek manajemen

Makin tepat setiap kebijakan yang diambil dan makin baik praktek atau aktivitas manajerialnya maka, akan semakin efektif suatu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya.

5. Prilaku dari luar lingkungan organisasi

Lingkungan luar organisasi meliputi keadaan perekonomian, kebijakan pemerintah, politik, sosial budaya, pelanggan, dan sebagainya.

Steers (dalam purnomo, 2006;37-40) juga berpendapat terdapat empat faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi yaitu : a. Karakterristik organisasi, merupakan hubungan yang sifatnya

relative tetap seperti susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam struktur organisasi. Dalam struktur organisasi karyawan ditempatkan sebagai bagian dari suatu hubungan yang relative tetap yang akan menentukan pola intraksi dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.

b. Karakteristik lingkungan. Karakteristik ini mencakup:

1) Lingkungan ekstern

Yaitu lingkungan yang berada diluar organisasi dam sangat berpengaruh terhadap organisasi, khususnya terkait dalam pembuatan keputusan dan pengambilan tindakan.

(30)

2) Lingkungan intern

Yaitu lingkungan yang secara keseluruhan berada didalam organisasi yang dikenal dengan iklim organisasi.

c. Karakteristik pekerja, merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap efektivitas. Masing-masing individu memiliki banyak perbedaan , akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu menjadi penting dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Ketika organisasi mampu mengintegrasikan tjuan individu dengan organisasi maka organisasi tersebut akan semakin mendekati keberhasilan.

d. Karakteristik manajemen, merupakan strategi dan mekanisme yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua hal yang ada dalam organisasi guna mencapai efektivitas.

5. Landasan syariah efektivitas organisasi

Dalam islam secara etimologi al fauz berarti kemenangan , keberhasilan, kesuksesan atau efektif. Sedangkan secara terminology, menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi (dalam Fauziyah, juni 2012) al fauz adalah tercapainya suatu tujuan yang paling luhur dan cita-cita yang sudah tidak ada lagi cita-cita lagi sesudahnya, baik bersifat ruhiyah maupun jasmaniyah.

Menurut ary ginanjar Agustian (dalam Fauziyah, juni 2012) kemenangan disini hanya akan dicapai apabila ada sikap proaktif yang disertai dengan prinsip yang benar, dan konsep visi yang

(31)

berorientasi pada siklus yang sesungguhnya, yaitu” hari kemudian”.

Terdapat banyak ayat al-qur’an yang membahas tentang al- fauz diantaranya:

Qs Asy Syams(91:9-10)







Artinya :”Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya”

(Qs Asy Syams (9:9-10).

Keberuntungan pada ayat ini dimaknai akan diperolehnya apa yang diharapkan kelak.







Artinya:”Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama tuhannya, lalu ia sembahyang”.(Qs Al-A’laa (87:14-15).

Dari penjelasan ayat diatas, berdasarkan defenisi efektif yang dikemukakan olehAl-Maraghi dan Agustian jika diintegrasikan kedalam efektifitas organisasi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa organisasi akan mencapai tujuan nya apabila didukung oleh sikap proaktif dari karyawanyang disertai dengan

(32)

kejujuran dan konsep visi yang tidak menyimpang dari ajaran islam.14

B. Zakat

1. Defenisi Zakat

Kata zakat berasal dari kata zaka, kata zakat merupakan isim masdar dari kata zaka-yasku-zakah. Secara bahasa zakat berarti an- numu wa az-ziyadah (tumbuh dan bertambah). Seseorang yang telah mengeluarkan zakat berarti dia telah membersihkan diri dan jiwanya dari penyakit kikir dan membersihkan hartanya dari hak orang lain yang terdapat dalam hartanya. Sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat at-Taubah ayat 103 berikut15:













Artinya:” ambilah zakat dari sebagian harta merreka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan berdoa lah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadikan)ketentraman bagi jiwa mereka. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Q.S at-Taubah :103)16

14Efektifitas organisasi,ethesis.uin-malang.ac.id,diakses tgl 13 maret 2019.

15 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang:UIN Malang Press, 2008), hal. 13

16 Lajnah Pentashih Al-Qur’an, Alqur’an Dan Terjemahannya, (Bandung:CV Penerbit Aljumanatul ‘Ali, 2004). Hal 203

(33)

Bila dilihat secara lahiriyah, harta yang dikeluarkan zakatnya tersebut jumlahnya akan berkurang, akan tetapi pada hakikatnya akan bertambah karena kan menadatangkan berkat dan pahala dari Alloh SWT. Sebagaiman sabda Rosululloh SAW yang artinya:

“sedekah (zakat) itu tidak mengurangi harta, Alloh akan menambahkan kemuliaan kepada hambaNyadan oranag yang tunduk tawadlu kepada Alloh akan diangkat derajatnya (HR.

Muslim)

Wahbah al-zuhailli dalam kitabnya al-fiqh al-Islami wa Adillatuh mengungkapkan beberapa definisi zakat menurut ulama mazhab : a. Menurut malikiyah, mengeluarkan bagian yang khusus dari harta

yang telah mencapai nisabnya untuk yang berhak menerimanya (mustahik), jika milik sempurna dan mencapai haulselain barang tambang ,tanaman dan rikaz.

b. Menurut Hanafiyah mendefinisikan zakat adalah kepemilikan bagian harta tertentu dari harta tertentu untuk orang atau pihak tertentu yang telah ditentukan oleh Syar’i untuk diharapkan keridoanNya.

c. Menurut Syafi’iyah mendefinisikan zakat adalah nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dari harta dan badan dengan cara tertentu.

d. Menutur Hanabilah mendefinisikan zakat adalah hak yang wajib dalam harta tertentu untuk kelompok tertentu pada waktu tetentu.

(34)

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan, zakat adalah mensucikan harata apabila telah mencapai haul dan nisabuntuk diberikan kepada mustahik (orang yang berhak menerimanya).17

Dalam kewajibna zakat terkandung unsur moral, sosial dan ekonomi.Dalam bidang moral zakat membersihka hati seseorang dari sifat tamak dan keserakahan terhadap harta dan mensucikan jiwa dari orang yang menunaikannya.Selain itu zakat merupakn manifestasi seseorang dari rasa syukur terhadap nikmat yang telah diberikan Alloh SAW.

Dengan zakat orang fakir dan orang miskin dapat berperan dalam kehidupanya, melaksanakan kewajibanya kepada Alloh dan merasakan bahwa mereka merupakn baigan dari masyarakat bukan kaum yang disia-siakan dan diremehkan.

Sedangkan dalam bidang ekonomi zakat mencegah terjadinya penumpukan harta pada segelintir orang saja dengan mewajibkan kepada orang kaya untuk mendistribusikan kekayaannya kepad aorang fakir atau orang miskin.Sehingga zakat juga dapat dijadikan salah satu solusi dalam mengentaskan kemiskinan.

17 Fakhrudin, Fiqh dan Manajemen Zakat Indonesia, (Malang:UIN Malang Press, 2008), hal.17

(35)

2. Jenis-jenis zakat

Secara umum zakat dibedakan menjadi dua jenis, yang pertama adalah zakat yang berhubungan dengan jiwa manusia (badan) yaitu zakat fitrah, dan yang kedua adalah yang berhubungan dengan harta (zakat mal).

a. Zakat fitrah

Zakat fitrah yaitu harta yang wajib dikeluarkan setiap muslim yang mempunyai kelebihan pada malam hari raya idul fitri.18Sedangkan Zakat fitrah dalam UU RI No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Pasal 11 ayat 1 adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikelurkan pada bulan Ramadhan oleh setip muslim bagi dirinya dan bagi orang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri. 19

Makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash hadis yaitu tepung terigu, kurma, gandum, zahib(anggur) dan aqith(semacam keju).untuk nagara yang makanan pokoknya selain yang lima diatas, maka mazhab Maliki dan Syafi’i membolehkan membayar zakat dengan makanan lain.Menurut mazhab Hanafi pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang dimakan.

18 Mohamad Hidayat,An Introduction to The Sharia Economic(Pengantar Ekonomi Syari’ah), (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal 315

19Abdul Hakim, Pengelolaan Zakat Pertanian di Lazis Kabupaten Kendal, Jurnal Wahana Akademika Vol. 2 No.2 Oktober 2015, hal 110

(36)

b. Zakat Harta (maal)

Zakat harta adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh seorang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.Dengan syarat harta kekayaan yang dizakati itu antara lain milik penuh, berkembang, cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari utang, sudah berlalu satu tahun (haul)20.Adapun jenis-jenis zakat mal diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Zakat emas, perak dan uang, nisab emas adalah 20 dinar (lebih kurang sama dengan 91,92 gram emas atau 37 emas atau diukur dengan uang rupiah lebih kurang sebesar 37x Rp 1.350.000,00,-=Rp 49.950.000,00,-, kadarnya sebesar 2,5 % pertahun, sedangkan nisab perak 200 dirham (lebih kurang sama dengan 642 gram perak, kadarnya2,5% per tahun. Untuk uang, ketentuannya disamakan dengan ketentuan zakat emas dan perak ini. Uang senilai 91,92 gram emas atau 37 emas atau Rp 49.950.000.00,- wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% per tahun.

b. Zakat harta berharga lainnya, misalnya uang tunai, tabungan saham, obligasi dan lain-lain. Maka besarnya

20 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta:kencana, 2010), hal.413

(37)

zakat yang harus dikeluarkan dan syarat-syaratnya sama seperti zakat emas dan perak.

c. Zakat profesi / penghasilan yaitu zakat yang dikeluarkan dari hasil profesi seseorang sebesar 2,5 %.

d. Zakat Investasi, yaitu zakat yang dikenakan terhadap harta yang diperoleh dari hasil investasi, sedangkan investasi itu sendisri adalah penanaman modal atau uang dalam proses produksi (dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan,

penyelenggaraan ongkos, serta

perkembangannya).21besarnyaadalah 5% untuk penghasilan kotor dan 10% untuk penghasilan bersih.

e. Zakat perniagaan , yaitu zakat yang dikeluarkan dari hasil perniagaan. Adapun ketentuannya yaitu berjalan satu tahun nisbahnya senilai emas dan perak.

Sementara itu, terdapat beberapa jenis harta zakat yang wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah memenuhi sifat dan syarat kekayaan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Harta tersebut mesti didapatkan dari cara yang baik. Artinya harta yang haram , substansi bendanya maupun cara mendapatkannya, tidak dapat dikenakan zakat karena Allah SWT.

21 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak : salah satu solusi mengatasi problema sosial di Indonesia, (Jkarta: kencana, 2008),hal 69

(38)

2. Harta tersebut berkembang, hal ini berarti kekayaan yang wajib dikenakan zakat apabila harta dapat berkembang dengan sendirinya atau dikembangkan.

3. Milik penuh (al-milku al-taam), yaitu harta tersebut berada dalam kekuasaan pemiliknya, di dalamnya tidak ada tersangkut dengan hak orang lain, ia dapat menikmatinya, dan mampu mentransaksikan harta miliknya tanpa campur tangan orang lain.

4. Mencapai nisab, yaitu jumlah minimal yang menyebabkan harta terkena kewajiban zakat. Misalnya zakat emas adalah 85 gram, nisab zakat hewan kambing 40 ekor. Artinya apabila seseorang memiliki kekayaan emas 85 gram atau 40 ekor kambing maka harta tersebut wajib dikeluarkan zakatnya.

5. Cukup haul, haul berbeda dengan nisab. Jika nisab adalah batas minimum jumlah kekayaan, namun haul adalah batas waktu minimum yakni 1 tahun.

3. Mustahik Zakat

Dalam QS Attaubah (9):60, dijelaskan bahwa yang menjadi mustahik zakat adalah fakir, miskin, amil, para muallaf, riqab(hamba sahaya), gharimin (orang-orang yang berutang), fi sabilillah, ibn sabil (para musafir).

(39)



















Artinya:”Sesungguhnya Zakat itu hanyalah untuk orang-orang kafir, miskin, pengurus-pengurus zakat, orang-orang yang dibujuk hatinya untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutanguntuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijakasana”22.

Berikut ini akan diuraikan bagaimana batasan dari masing- masing mustahik zakat tersebut, dan bagaimana pendistribusian zakat kepada masing-masing mustahik:

a. Fakir

Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta dan tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan pokok diri dan keluarga berupa pangan, pakaian, dan perumahan.

b. Miskin

Miskin adalah orang yang memiliki pekerjaan atau usaha tapi penghasilannya hanya mampu menutupi sebagian kebutuhan hidup diri maupun keluarganya.Menurut jumhur ulama, kedua

22Lajnah Pentashih Al-Qur’an, Alqur’an Dan Terjemahannya, (Bandung:CV Penerbit Aljumanatul ‘Ali, 2004). Hal 196

(40)

golongan ini sebetulnya sama, yakni mereka yang kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya. Adapun beberapa aspek seorang individu dikataka miskin, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Tidak memiliki usaha sama sekali

b. Memiliki usaha, tetapi hasil usaha tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan keluarganya.

c. Sanggup bekerja dan mencari nafkah serta dapat mencukupi dirinya sendiri, akan tetapi mereka kekurangan alat ataupun modal.

d. Tidak mampu mencari nafkah dikarenakan kekurangan non materi, seperti cacat fisik, lumpuh, tuna netra, janda, anak-anak dan sebagainya.

c. Amil (pengurus zakat)

Amil adalah orang-orang lembaga yang melaksanakan segala kegiatan yang urusan zakat, mulai dari mengumpulkan, mencatat, dan mendistribusikannya.Untuk dapat melaksanakan tugas sebagai amil, seseorang harus memenuhi persyaratan, seperti Muslim, Mukallaf, adil, jujur dan memahami hukum-hukum zakat seperti perhitungannya, pembagiannya, dan mustahiknya dan mempunyai kemampuan untuk memelihara harta zakat.

d. Muallaf

Muallafadalah mereka yang diharapkan kecenderungan hatinya atau keyakinannya dapatbertambah terhadap islam,

(41)

terhalangnya niat jahat mereka atas kaum muslimin, atau harapan akan adanya manfaat mereka dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh23.

Yang termasuk kategori Muallaf yaitu yang pertama , orang-orang yang dirayu untuk masuk agama islam adalah sebagai bujukan terhadap hati orang yang diharapkan masuk islam atau keislaman orang berpengaruh untuk kepentingan islam dan umat islam.Kedua, orang-orang yang dirayu untuk membela umat islam adalah dengan membujuk para pemimpin dan kepala Negara yang berpengaruh baik personal atau lembaga, dengan tujuan ikut bersedia memperbaiki kondisi imigran warga minoritas muslim dan membela kepentingan mereka atau untuk menarik hati para pemikir atau ilmuan demi memperoleh dukungan dan pembelaan mereka dalam permasahan kaum muslimin.seperti membantu orang-orang yang non muslim korban bencana alam, jika bantuan dari harta zakat itu dapat meluruskan pandangan mereka terhadap islam dan kaum muslimin.

Yang ketiga ,orang-orang yang baru masuk islam kurang dari satu tahun yang masih memerlukan bantuan untuk beradaptasi dengan kondisi baru mereka meskipun tidak berupa pemberian nafkah atau dengan mendirikan lembaga keilmuan dan sosial yang akan melindungi dan memantapkan hati mereka dalam memeluk

23 Rozalinda, Ekonomi Islam:Teori dan Aplikasinyapada Aktifitas Ekonomi, (Jakarta:Rajawali Pers, 2015), hal .262-263

(42)

agama islam serta yang akan menciptakan lingkungan serasi dengan kehidupan yang baru mereka baik moril maupun materil.

e. Riqab (memerdekakan budak)

Riqab adalah hamba mukatab (hamba yang dijanjikan akan dimerdekakan tuannya dengan membayar sejumlah uang) yang muslim tidak mempunyai uang untuk menebus kemerdekaannya.Pada dasarnya hukum yang terkandung dalam makna al-riqab adalah unsure eksploitasi yang dilakukan manusia kepada manusia lain, baik secara individu maupun kolektif.Oleh karena itu, termasuk dalam pengertian al-riqab adalah tawanan perang dari kalangan orang-orang muslim.Atas dasar ini Zakat dapat diberikan kepada: Pertama, untuk menebus orang-orang islam yang ditawan oleh musuh, seperti tawanan perang irak yang ditawan tentaran kafir Amerika.Kedua, Diberikan untuk membantu Negara islam atau Negara mayoritas islam yang berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan modern, seperti Negara Palestina yang dikepung oleh kaum kafir Israil.

f. Gharimin (orang yang berutang)

Gharimin adalah orang yang berutang dan tidak mampu untuk melunasinya.Menurut imam Malik, Syafi’I, dan Ahmad, gharim terdiri dari dua;Pertama, orang yang berutang untuk kepentingan pribadi.Kedua, berutang untuk kepentingan masyarakat.Yusuf al-Qaradhawi menyatakan, dalam konteks ini

(43)

zakat juga diberikan untuk menyelamatkan masyarakat dari bencana dan kehancuran.

g. Fisabilillah(pada jalan allah).

Secara bahasa fisabilillah berarti dijalan Allah.Intinya adalah melindungi dan memelihara agama serta meninggikan kalimat tauhid, seperti berperang, berdakwah, berusaha menerapkan hukum islam, menolak fitnah-fitnah yang ditimbulkan oleh musuh-musuh islam, membendung arus pemikiran yang bertentangan dengan islam.

h. Ibn sabil (orang yang sedang dalam perjalanan)

Ibn sabil adalah orang yang menempuh perjalanan jauh yang sudah tidak punya harta lagi.Perjalanan yang dimaksudkan adalah perjalanan dalam rangka ketaatan kepada Allah bukan untuk maksiat.Termasuk dalam kategori ibn sabil diantaranya adalah orang yang diusir dari negaranya dipisahkan dari harta miliknya secara paksa dan minta suaka politik.

Dari kedelapan mustahik tersebut , fakir miskin harus lebih diutamakan daripada yang lainnya, karena mereka membutuhkan harta ini untuk menyambung kehidupan mereka.Amil dapat diberikan harta zakat karena usahanya telah mengumpulkan zakat , juga untuk menghindari para pengurus zakat berbuat korupsi.Bayangkan jika amil tidak ditetapkan sebagai orang yang berhak menerima zakat, mungkin mereka tidak mau mengelola

(44)

harta zakat, atau juga mereka akan melakukan penipuan terhadap pembagian harta zakat.Muallaf diberikan zakat harta karena mereka telah meninggalkan harta mereka untuk memilih islam, sehingga mereka tidak memiliki harta sama sekali.jika seorang mualllaf memiliki harta berkecukupan , mereka tetap berhak menerima zakat, tetapi jika ia masih memiliki harta, ia juga boleh menolak harta zakat.

Harta zakat dapat digunakan untuk kepentingan orang banyak, dalam hal ini untuk memerdekakan budak.Memang zaman sekarang sudah tidak ada lagi perbudakan, maka dapat diganti dengan membangun sarana-sarana umum seperti masjid dan madrasah.inilah yang diterapkan oleh pimpinan-pimpinan pesantren.Orang yang terlilit hutang dapat diberikan harta zakat untuk membantu melunasi hutangnya.Fisabilillah adalah orang- orang yang berjihad dan berusaha menyebarluaskan ajarann islam, mereka ini berhak menerima harta zakat untuk memotifasi jihad dan usaha mereka dalam menegakkan dan menyebarluaskan ajaran islam.Dalam hal ini, fisabilillah juga termasuk guru-guru agama.ibnu sabil adalah orang yang merantau dan bekal perjalanan mereka sangat kurang , mereka berhak menerima zakat untuk menambah bekal perjalanannya.24

24 Hasbiyallah, Fiqh dan Usul Diqh: Metode Istinbath dan Istidlal.(Bandung:Remaja Rosdakarya, 2013), hal 252

(45)

4. Tujuan, Hikmah dan Manfaat Zakat

Dalam masyarakat, kedudukan orang tidak sama.Ada yang mendapat karunia Allah lebih banyak, ada yang sedikit, dan bahkan ada yang untuk makan sehari-hari pun susah mendapatkannnya25.Zakat merupakan salah satu cara untuk mendistribusikan harta kekayaan dari orang kaya kepada orang miskin.Allah tidak akan mungkin mensyariatkan suatu perbuatan ibadah tanpa tujuan yang jelas. Dalam hal ini Qardawi telah menyebutkan dua macam tujuan penting dan ajaran zakat yaitu tujuan zakat untuk kehidupan individu dan tujuan zakat untuk kehidupan sosial.

Tujuan zakat untuk kehidupan individu, khususnya muzakki meliputi pensucian jiwa manusia dari sifat kikir dan suka menumpuk harta.Zakat dapat mengajarkan manusia ntuk gemar untuk berinfak dan suka membantu meringan kan penderitaan saudaranya. Zakat dapat mengobati hati manusia dari cinta dunia yang berlebihan, mengembangkan kekayaan batin dan menumbuhkan rasa cinta sesama manusia. Tujuan akhirnya adalah untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-nilai moral dan spiritual yang dapat meninggikan harkat dan martabat benda dan mengikis sifat materialise manusia.

Adapun untuk mustahik, zakat dapat menghilangkan sifat dengki dari orang-orang yang menerima zakat itu, Memberi zakat

25 M.Ali Hasan, Zakatdan Infak:Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia, (Jakarta:Prenadamedia Group, 2006), hal.18

(46)

adalah manifestasi dari rasa syukur terhadap nikmat Allah dan sebagai manifestasi dari rasa persaudaraan sesama muslim.

Tujuan kedua adalah dampaknya terhadap kehidupan sosial, Zakat merupakan satu bagian dari sistem jaminan sosial dalam islam untuk menanggulangi masalah kesenjangan, kemiskinan, terlantar, hingga bencana alam. Zakat dapat sebagai peran yang mengatasi semua permasalahan jika dikelola secara professional.Sehingga dengan adanya Zakat maka bisa menjembatani jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin dalam masyarakat.26 Adapun tujuan dari zakat yaitu:

1. Mengangkat derjat fakir miskin dan menolongnya untuk keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan.

2. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh gharim,ibn sabil, dan mustahik serta lain-lainnya.

3. Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesame umat islam dan manusia pada umumnya.

4. Menghilangkan sifat kikir dari pemilik kekayaan.

5. Membersihkan sifat dengki dan iri pada hati orang-orang miskin.

6. Menjembatani pemisah antara yang kaya dan yang miskin dalam lingkungan masyarakat.

26 Mohamad Hidayat,An Introduction to The Sharia Economic(Pengantar Ekonomi Syari’ah), (Jakarta: Zikrul Hakim, 2010), hal 314

(47)

7. Mengembangkan rasa tanggung jawab sosialpada diri seseorang, utamanya pada golongan dengan harta yang berlimpah.

8. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang menempel pada dirinya

9. Sebagai sran untuk pemerataan pendapatan guna mencapai keadilan sosial.

Dalam ajaran islam tiap-tiap perintah untuk melakukan ibadah mengandung hikmah dan rahasia yang sangat berguna bagi pelaku ibadah tersebut, termasuk ibadah zakat. Sesuai dengan ibadah, zakat yang secara etimologis bermakna bersih, tumbuh, dan baik, maka ibadah ini akan memberi keuntungan bagi pelakunya, meskipun secara matematik dan kuantitatif akan berakibat mengurangi jumlah harta kekayaan.27

Ada banyak hikmah dan manfaat dibalik perintah berzakat diantaranya:

a. Zakat dapat membiasakan orang yang menunaikannya memiliki sifat dermawan, sekaligus sifat pelit dan kikir.

b. Zakat dapat menguatkan benih persaudaraan, serta menambah rasa cinta kasih saying sesame muslim.

c. Zakat merupakan salah satu upaya dalam mengatasi kemiskinan.

27 Abdurrachman Qadir , Zakat (Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial), (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2001), hal 78

(48)

d. Zakat dapat mengurangi angka pengangguran dan penyebab- penyebabnya.Sebab, hasil zakat dapat digunakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru.

e. Zakat dapat mensucikan jiwa dan hati dari rasa dendam serta menghilangkan iri hati dan kebencian dari orang-orang miskin terhadap orang-orang kaya.

f. Zakat dapat membantu menumbuhkan perekonomian umat.

Hikmah-hikmah diatas menunjukkan bahwa apapun yang diwajibkan Allah dan Rasul-Nya selalu mendapat pelajaran berharga bagi seluruh umat manusia demi terciptanya kehidupan yang adil dan bermatabat.

5. Optimalisasi Peran Zakat

Zakat sebagai instrument penting dalam ekonomi umat perlu mendapat perhatian lebih. Perhatian ini dilakukan agar zakat dapat merealisasikan tujuan atau maqhasidnya dalam kehidupan sosial, yaitu:

menghapus kemiskinan, menjamin keamanan sosial, memenuhi kebutuhan yang mendesak, menghilangkan sebab-sebab konflik yang akan timbul ditengah masyarakat dan sebagainya.

Guna merealisasikan hal tersebut diatas-Yusuf Qardawi- menawarkan beberapa langkah strategis yang bisa ditempuh ,langkah- langkah strategis dalam pengembangan zakat, yaitu:

(49)

a. Perluasan kaidah objek zakat

Yang dimaksud dengan perluasan kaidah objek zakat adalah memilih pendapat dan pemikiran yang cenderung pada perluasan objek zakat. Perluasan yang dikehendaki yaitu mengacu pada teori:

“Bahwa setiap harta yang berkembang dan produktif menjadi sumber dan objek zakat, meskipun tak disebutkan dalam nash Hadits Nabi Saw. Cukup mengacu pada dalil Alqur’an dan Hadits.

b. Zakat pada al-amwaal al-dhahirah dan al-bathinah

Harta yang terkena kewajiban zakat oleh fuqaha diklasifikasikan kedalam dua kelompok; al-amwaal al-dhahirah dan al-amwaal al-bhatinah.

Al-amwaal al-dhahirah adalah kekayaan atau hak milik yang memungkinkan bagi orang lain untuk mengetahui dan menghitungnya. Termasuk dalam kategori ini adalah hasil pertanian dan peternakan.

Sementara al-amwaal ala-bhatinah adalah uang dan barang dagangan.

c. Manajemen yang baik

Manajemen pengelolaan zakat yang baik, oleh yusuf qardawi, disederhanakan dalam dua hal; Perekrutan tenaga yang professional (amanah);dan meminimalisir anggaran dan biaya operasional.

1) Tenaga professional menjadi kemestian dalam pengelolaan zakat, yang secara umum dapat diartikan dengan al-quwwah (cakap) dan

(50)

al-amanah.Urgensi profesionalisme tidak saja karena diperintahkan oleh Al-Qur’an dan dicontohkan oleh Rasulullah, tapi juga oleh karakter zakat yang memerlukan hal itu.

2) Sementara upaya meminimalisir Pengeluaran biaya operasional yang dimaksud adalah: kemudahan, kesederhanaan, dan ekonomis dalam pembiayaan.

d. Distribusi yang baik

Disrtribusi yang baik didapatkan dengan memastikan bahwa golongan yang berhak telah menerima dan yang tidak berhak dipastikan tidak mendapatkan bagian. Kaidah lain yang diperlukan dalam distribusi zakat adalah:

1) Otonomi Zakat; penghimpunan dan pembagian

Seperti yang dicontohkan oleh Rasulallah dalam pesannya kepada muadz sebagai amil zakat, yaitu hendaknya zakat yang diambil langsung didistribusikan kepada mereka yang berhak dari penduduk setempat.

2) Adil dalam pembagian, yang dapat ditempuh melalui cara-cara berikut:

a) Memberikan hak zakat kepada keseluruhan ash-naf(kelompok penerima), jika harta zakat banyak, dan jika ada kesamaan kebutuhan.

b) Boleh membatasi distribusi pada sebagian ashnaf guna terealisir tujuan zakat.

(51)

c) Hendaknya orang fakir dan miskin menjadi prioritas dalam pembagian.

d) Ada baiknya mengikuti pemikiran imam syafi’I berupa penentuan batas maksimal bagian untuk amil, yaitu seperdelapan, tidak boleh lebih dari itu.

3) Distribusi zakat berdasarkan data yang akurat, bahwa penerima zakat benar-benar sesuai dengan kategori syariat.28

C. Pendistribusian Zakat

1. Defenisi Pendistribusian Zakat

Pendistribusian adalah penyaluran/ pembagian /pengiriman barang- barang dan sebagainya kepada orang banyak atau beberapa tempat.29Jadi pendistribusian zkat adalah penyaluran zakat kepada orang yang berhak menerima (mustahik zakat) baik secara konsumtif maupun produktif.

2. Pola Pendistribusian Zakat

Hal pertama dalam pendistribusian dana zakat adalah dengan melakukan distribusi lokal atau lebih mengutamakan mustahik dalam lingkungan terdekat dengan lembaga zakat dibandingkan dengna pendistribusian untuk wilayah lain.

Apabila zakat didisbusikan diluar wilayah zakat itu dikumpulkan sedangkan didalam wilayah tersebut masih banyak mustahik yang

28Misbahul Munir dan A.Djalaluddin, Ekonomi Qur’ani:Doktrin Reformasi Ekonomi dalam Al-Qur’an, (Malang:UIN-Maliki Press, 2014), hal.127-134.

29 Idri, Hadis Ekonomi : Ekonomi dalam Perspektif Hadist Nabi, (Jakarta : Prenada Media Group, 2015), hal.128.

(52)

membutuhkannya, maka hal tersebut bertentangan dengan hikmah yang ingin direalisasikan dari dana zakat tersebut.

Alloh SWT telah menentukan mustahik zakat adalah dalam surat At- Taubah ayat a60. Ayat tesebut menisbatkan bahwa kepemilikan zakat adalah untuk semua kelompok dan semua kelompok memiliki hak yang sama. Atas dasar ini pengelola zakat tidak diperkenankan mendistribusikan dana zakat kepada pihak lain diluar mustahik. Disisni terdapat kaidah umum bahwa pendistribusian yang baik adalah adanya keadilan yang sama diantara semua golongan mustahik.

Imam Malik, Abu Hanifa yaitu tidak mewajibkan pembagian zakat pada semua sasaran. Abu Ubaid telah menerima riwayat dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata: ” Apabila engkau memberikan zakat pada satu sasaran dari sasasran zakat, maka hal itu cukup bagimu”. Imam Sufyan dan ulam irak ( Abu Hanifa dan golongannya) brpendapat, bahwa apabila zakat diberikan kepada salah satu sasaran yang delapan, maka dianggap sah.

Dana zakat pada awalnya lebih didominasi oleh pola pendistribusian secara konsumtif untuk tujuan meringankan beban mustahik dan merupakan program jangka pendek dalam rangka mengatasi permasalahan umat.Tanpa harapan menimbulkan muzakki baru.Namun saaat ini pendistribusian zakat mulai dikembangkan dengan pola pendistribusian secara produktif. Berikut penjelasan pola pendistribusian zakat:

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan metode pembelajaran dengan multimedia animasi materi-materi dari mata kuliah Teori Organisasi Umum menjadi suatu materi yang menarik, inovatif dan merangsang

objektif, jangkuan dan penyampaian untuk proyek dengan membuat struktur organisasi peran dan tanggung jawab, dan meringkas rencana aktivitas, sumberdaya dan

Kurangnya penggunaan APD pada naan APD pada staf medis staf medis Staf medis se Staf medis secara umum telah cara umum telah menggunakan APD menggunakan APD dengan tepat.

Pada tahap perancangan Aplikasi M- Learning Bahasa Inggris Berbasis Client Server dalam penelitian ini akan dilakukan pengumpulan data dan informasi yang sesuai dengan

Lembaga penyiaran televisi adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan untuk pengolahan jasa pemancar program-program televise melalui sarana transmisi dengan

a) Menambah variabel usia pendaftar, nilai akreditasi sekolah asal dan jarak rumah calon peserta didik ke sekolah yang digunakan sebagai acuan dalam seleksi PSB

Rataan Income over feed cost P0 (Rp. 25.793 ±7.003) Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemberian tepung ulat kandang (Alphitobius diaperinus) dengan taraf 1-3% pada pakan

Bagi kreditur penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan pinjaman, jika dilihat dari variabel likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan aset,