• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab Tinjauan Pustaka ini akan membahas metode Real Options Valuation(ROV), kerangka kerja OBRiM (Options-Based Risk Management), dan pengertian dan manfaat dari MRP dan MRP-II.

2.1 ROV DENGAN PENDEKATAN BINOMIAL TREE

Istilah “Real Options” (RO) diperkenalkan pertama kali oleh Stewart C. Mayers dari Sloan School of Management MIT pada tahun 1977, yang merujuk kepada aplikasi teori “option pricing” dalam melakukan evaluasi investasi non finansial atau investasi nyata dengan menggunakan unsur pembelajaran dan fleksibilitas (Borison, 2003).

Konsep dasar dari ROV adalah fleksibilitas untuk masa depan. Perhitungan ini memperhatikan ketidakpastian situasi yang terus menerus. ROV merujuk pada kenyataan bahwa perusahaan memiliki hak untuk mengelola asetnya. Terdapat dua kombinasi yang harus dimiliki bila menggunakan metode ini yaitu adanya ketidakpastian yang berkaitan dengan aliran dana proyek di masa depan dan adanya fleksibilitas manajemen untuk merespon ketidakpastian yang terjadi.

ROV memberikan keuntungan dimana estimasi terhadap proyek dapat dilakukan dengan lebih akurat. Metode ini merupakan pendekatan yang lebih kompleks untuk melakukan penilaian dan pengambilan keputusan dibanding pendekatan Net Present Value (NPV).

Terdapat sejumlah manfaat lainnya bila menggunakan metode ROV ini, antara lain (Gilbert, et al, 2004) :

1. Dorongan terhadap perubahan perhatian para pembuat keputusan dari prediksi masa depan secara menyeluruh seperti pada pendekatan NPV menjadi identifikasi apa yang dapat atau seharusnya dilakukan untuk merespons perubahan.

2. Memfokuskan perhatian pihak manajemen pada respon secara optimal pada masalah ketidakpastian dan perubahan-perubahannya.

3. Menyediakan kemampuan estimasi bagi para pengambil keputusan terhadap tingkat optimal dari fleksibilitas yang terjadi.

(2)

Teknik-teknik yang digunakan untuk mendapatkan nilai RO sesungguhnya merupakan turunan langsung dari teknik valuasi yang digunakan pada Financial Options. Metode yang digunakan diantaranya yaitu dengan permodelan Black Scholes, diperkenalkan oleh Fisher Black dan Myron Scholes pada awal 1970, dan permodelan Binomial. Permodelan Binomial diperkenalkan oleh John Cox, Stephen Ross dan Mark Rubinstein pada tahun 1979 sebagai turunan dan bentuk penyederhanaan dari permodelan Black-Scholes [Wikipedia].

Kerangka kerja OBRiM menyarankan penggunaan metode Binomial Tree untuk memberikan kemudahan dalam menghitung nilai RO pada tiap konfigurasi options yang terdiri atas beberapa tahapan options dan eksekusi. Metode Binomial Tree merupakan representasi grafis dari kemungkinan nilai dari RO pada titik dan periode waktu yang berbeda.

Dalam perhitungan RO, terdapat sejumlah parameter yang menentukan nilai RO, yaitu (Brach, 2003):

1. Probabilitas (q)

Merupakan parameter untuk mengukur tingkat keberhasilan dari setiap fase. Pada metode compound options, tingkat keberhasilan (q) sangat menentukan nilai RO.

Nilai q ini haruslah ≤ 1.

2. Probabilitas Bebas Risiko (p)

Merupakan sebuah fungsi dari nilai keuntungan yang dihitung saat ini. Probabilitas bebas risiko (Risk free probability) ini merujuk pada pembayaran yang diharapkan dan discount dari pembayaran yang diharapkan untuk harga saat ini dengan menggunakan suku bunga bebas risiko. Dengan kata lain, risk free probability (p) merupakan nilai q pada keadaan bebas risiko. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai ini adalah :

( )

. . 1

min max

min

V V

V Ve p rf

= +

...………(2.1)

3. Corporate discount rate(Rc)

Merupakan parameter untuk merefleksikan pengembalian (return) yang diinginkan para investor dengan mengambil acuan pada harga saham yang diperdagangkan

(3)

secara publik dengan tingkat risiko dan pembayaran yang sama dengan proyek yang tengah dijalankan

4. Risk free rate(suku bunga bebas risiko) (rf)

Return on project yang diminta dan biasanya didasarkan pada suku bunga bebas risiko. Suku bunga bebas risiko didapat melalui observasi terhadap suku bunga bank atau suku bunga SUN (Surat Utang Negara). Pada investasi Teknologi Informasi (TI) berlaku hal yang sama.

5. Biaya (cost) per fase (K)

Merupakan perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk setiap fase. Perkiraan biaya ini dapat berubah mengikuti perubahan sesuai dengan situasi yang terjadi.

6. Waktu per fase (t)

Merupakan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu fase.

7. Nilai RO

Nilai RO terbagi dua, yaitu RO Call (C) dan RO Put (P).. C merupakan hak dan bukan kewajiban dari pemegang aset untuk membeli aset dengan harga yang telah disepakati sebelumnya dan pada jangka waktu tertentu. Sementara P adalah hak dan bukan kewajiban pemegang aset untuk menjual aset dengan kesepakatan harga yang telah ditentukan sebelumnya dan pada jangka waktu tertentu.

Berdasarkan tipe options-nya, nilai C dan P dimodelkan kedalam persamaan sebagai berikut :

a. Options Defer (Menangguhkan investasi):

Dimana x merupakan persentase pengurangan nilai investasi bila investasi ditangguhkan

b. Options Abandon (Menghentikan investasi) :

Options menghentikan investasi termasuk kedalam Put Options, dengan nilai P :

t

t K Rc

rf

V x p V

x

C p .(1 )

) 1 (

% ) 1 (

% max min

+ + −

− +

= ⋅

……(2.2)

( ) ( )

t

t K Rc

rf

S x V p S

x V

P p .(1 )

) 1 (

% )

1 (

% min

max − +

+

+

− + +

= ⋅

……(2.3)

(4)

Dimana S merupakan nilai aset yang dapat diselamatkan dari investasi yang sudah dilakukan sebelum menjalankan options abandon.

c. Options pengembangan investasi

8. Nilai Aset yang diharapkan (Expected Asset Value) (Ve)

Merupakan nilai aset yang diharapkan didapat pada setiap fase. Nilai ini diambil berdasarkan perhitungan probabilitas keberhasilan dengan nilai aset maksimum dan minimum yang didapatkan. Rumus untuk parameter ini adalah :

min max (1 q) V V

q

Ve = ⋅ + − ⋅ ……(2.5)

9. Nilai Maksimum (Vmax)

Merupakan nilai investasi maksimum yang diprediksi akan didapat saat skenario options berhasil dijalankan. Nilai ini merupakan fungsi dari probabilitas keberhasilan. Bila probabilitas keberhasilan tinggi, maka nilai maksimum yang diharapkan juga akan tinggi. Begitu pula sebaliknya.

10. Nilai Minimum (Vmin)

Merupakan nilai investasi minimum yang didapat berdasarkan skenario terburuk.

Nilai ini juga merupakan fungsi dari probabilitas keberhasilan 1-q.

2.2 KERANGKA KERJA OBRIM

OBRiM merupakan suatu kerangka kerja yang digunakan untuk membuat options strategis dari rencana investasi TI dalam skala besar dan ber-risiko tinggi (Benaroch, Jeffery, Kauffman, Sandeep S, 2007).

Kemunculan OBRiM berangkat dari dilema yang dihadapi banyak organisasi dalam bagaimana menyusun langkah investasi TI sedemikian rupa sehingga dapat secara optimal mengatur risiko dan memaksimalkan nilai strategis perusahaan. Beberapa pilihan langkah investasi TI yang dapat digunakan diantaranya, implementasi sekaligus dari investasi TI, implementasi bertahap, atau membuat proyek uji coba terlebih dahulu yang akan diikuti dengan implementasi TI keseluruhan setelah proyek

rf K V p V

C p t

+

− +

= ⋅

) 1 (

) 1

( min

max

……(2.4)

(5)

Sebagian perusahaan telah menerapkan kajian manajemen risiko untuk mengidentifikasi faktor risiko dan membuat rencana mitigasi risiko. Namun cara tersebut dianggap belum optimal, karena tidak dapat menghubungkan antara perhitungan faktor ketidakpastian risiko dengan konseksuensi biaya dan manfaat dari investasi(Benaroch,Lichstenstein,Robinson,2006).

Kerangka kerja OBRiM mengisi kesenjangan tersebut dengan penggunaan ROV.

Penggunaan ROV dianggap tepat karena dapat memberikan nilai fleksibel yang digerakkan oleh kemunculan risiko. Lebih lanjut, OBRiM menemukan kombinasi ROV yang paling efektif untuk diterapkan kedalam investasi TI sehingga dapat secara optimal mengontrol risiko dan memaksimalkan manfaat investasi (Benaroch,Lichstenstein,Robinson,2006).

Logika kerja OBRiM adalah mengidentifikasi risiko dari investasi TI, dan menanamkan nilai RO kedalam investasi TI tersebut, sehingga ketika suatu risiko yang teridentifikasi diawal itu benar-benar muncul, nilai RO dapat memberikan masukan fleksibilitas pada keputusan dari manajemen. Kerangka kerja OBRiM menggunakan teori ROV untuk menghitung konsekuensi moneter dari risiko, menghitung fleksibilitas dalam nilai RO, dan mengaitkan nilai tersebut ke nilai bersih dari investasi. Kadang-kadang lebih dari satu kombinasi RO dapat mengontrol risiko yang mempengaruhi investasi TI secara konsisten dalam perspektif finansial perusahaan. Jika masing-masing kombinasi tersebut memiliki nilai biaya yang berbeda, kerangka kerja OBRiM dapat membantu dalam menemukan kombinasi RO yang paling efektif dan dapat digunakan untuk mengontrol risiko dan memaksimalkan nilai investasi (Benaroch, Jeffery, Kauffman, Sandeep S, 2007).

Prinsip OBRiM(Benaroch, Jeffery, Kauffman, Sandeep S, 2007):

1. ROV merupakan strategi level tinggi dalam mengelola risiko. Beberapa dari options dapat digolongkan sebagai strategi mitigasi, misalnya, membuat prototipe dan membatalkan investasi. Options yang lain adalah menjalankan fleksibilitas untuk menghasilkan langkah mitigasi risiko secara bertahap yang bergantung pada kemunculan dari risiko.

2. Fleksibilitas harus secara proaktif ditanamkan kedalam investasi TI dengan didasari risiko tertentu yang harus dikontrolnya. OBRiM mengajukan pemetaan

(6)

risiko dan options untuk menentukan RO mana yang akan digunakan untuk risiko TI tertentu. Misalnya, untuk mengontrol risiko mengenai ukuran dan kompleksitas dari proyek, options pengembangan bertahap, atau melakukan alih daya ke pihak ketiga mungkin lebih relevan untuk digunakan, dibandingkan options penundaan atau menghentikan proyek tersebut.

3. RO yang dipetakan kedalam risiko akan memunculkan alternatif konfigurasi dari investasi. Masing-masing konfigurasi memiliki kombinasi RO yang berbeda-beda.

4. Kombinasi yang berbeda dari RO akan mempengaruhi nilai investasi TI, karena masing-masing kombinasi dapat mengontrol risiko yang sama pada derajat yang berbeda, dan masing-masing kombinasi tersebut juga dimungkinkan memiliki nilai biaya yang berbeda. Nantinya dari kombinasi konfigurasi tersebut akan ditemukan satu konfigurasi yang paling menguntungkan seara ekonomis.

OBRiM merumuskan Empat langkah analisis yang dibangun dari ”analisis kasus dasar” yang spesifik untuk investasi TI (lihat gambar 2.1). Empat Langkah analisis tersebut adalah(Benaroch, Jeffery, Kauffman, Sandeep S, 2007):

1. Analisis Risiko : Mengidentifikasi risiko yang muncul pada investasi

2. Identifikasi Options : Melakukan pemetaan risiko ke solusi RO yang sesuai untuk di tanamkan ke investasi sebagai media mitigasi risiko

3. Mendesain konfigurasi investasi : Mendesain konfigurasi investasi yang masuk akal dengan menggunakan rangkaian options yang diidentifikasi pada tahap sebelumnya

4. ROV : Menentukan nilai NPV yang telah ditambahkan nilai fleksibilitas RO untuk tiap konfigurasi investasi dan memilih konfigurasi yang paling bernilai

(7)

Gambar 2.1 Kerangka Kerja OBRiM

(Benaroch, Jeffery, Kauffman, Sandeep S, 2007)

2.2.1 ANALISIS RISIKO

Analisis risiko dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengukur risiko. Secara umum langkah-langkah dalam identifikasi dan pengukuran risiko adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi risiko dan mempelajari karakteristik risiko tersebut

2. Mengukur risiko tersebut, melihat seberapa besar dampak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan, dan menentukan prioritas dari risiko tersebut.

Kaidah kajian risiko merujuk pada siklus manajemen risiko (Lihat gambar 2.2).

Gambar 2.2 Siklus Manajemen Risiko

(Hanafi,Mamduh,2006)

IDENTIFIKASI

MEMAHAMI

EVALUASI

PRIORITISASI KELOLA

KAJIAN ULANG

(8)

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam manajemen risiko dalah melakukan identifikasi risiko. Selanjutnya, hasil identifikasi risiko harus dipahami dan dievaluasi untuk dapat merumuskan metode pengelolaan risiko yang tepat . Kemudian dilakukan prioritisasi risiko dengan mengkuantifikasi tinggi rendah probabilitas kemunculan risiko dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Pengelolaan atau pembuatan rencana mitigasi untuk mengurangi dampak risiko difokuskan pada risiko yang dianggap paling relevan (misal memiliki dampak dan probabilitas yang besar) atau berdasarkan prioritas. Langkah terakhir adalah kajian ulang dengan terus mengevaluasi ulang langkah-langkah yang sudah dilakukan untuk meningkatkan efektivitas manajemen risiko.

2.2.1.1 IDENTIFIKASI RISIKO

Identifikasi risiko adalah proses untuk memahami kejadian apa saja yang berpotensi mengancam kelangsungan proyek. Identifikasi risiko yang baik akan memudahkan kita dalam mengelola risiko tersebut.

Ada beberapa alat bantu untuk mengidentifikasi risiko, diantaranya dengan menggunakan Risk Breakdown Structure (RBS). RBS merupakan daftar potensi risiko proyek yang disusun secara hirarki berdasarkan kategori tertentu. Schwalbe membagi risiko pada proyek TI kedalam 4 kategori dasar (Schwalbe,2007), yaitu:

1. Risiko Organisasi 2. Risiko Bisnis

3. Risiko Manajemen Proyek 4. Risiko Teknis

Dari 4 kategori dasar tersebut kemudian diturunkan kembali faktor risiko apa yang berperan dalam implementasi suatu proyek TI secara spesifik ke perusahaan obyek studi kasus (Lihat gambar 2.3). Penggunaan RBS akan sangat membantu tim pengembang proyek dalam mempertimbangkan sumber risiko berdasarkan kategori tersebut.

(9)

Gambar 2.3 Contoh RBS

(Schwalbe,2007)

2.2.1.2 PENGUKURAN DAN PRIORITISASI RISIKO

Pengukuran dan prioritisasi risiko dilakukan dengan mengkuantifikasi tinggi rendah probabilitas kemunculan risiko dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan. Untuk memudahkan prioritisasi risiko dapat dilakukan dengan memetakan faktor risiko kedalam matriks Dampak-Probabilitas (Lihat gambar 2.4). Matrik Dampak – Probabilitas dibagi menjadi 3 kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Matrik Dampak-Probabilitas menampilkan faktor risiko dengan probabilitas relatif pada satu sisi dari matrik dan dampak relatif dari risiko pada sisi yang lain. Dengan memperhatikan pemetaan risiko tersebut, tim pengembang proyek akan dapat melihat risiko mana yang perlu diprioritaskan atau mendapat perhatian lebih.

Tinggi

Risiko 4

Risiko 1 Risiko 2 Sedang

Risiko 3

Risiko 5 Risiko 7 PROBABILITAS Rendah

Risiko 6

Rendah Sedang Tinggi

DAMPAK

Gambar 2.4 Matriks Dampak- Probabilitas

(telah diolah kembali dari Schwalbe,2007)

(10)

2.2.2 IDENTIFIKASI OPTIONS

Pada kerangka kerja OBRiM, rencana mitigasi risiko di wujudkan dalam bentuk options atau pilihan investasi. Options investasi pada OBRiM merujuk pada options teori options pricing dan penelitian yang dilakukan oleh M.Benaroch, pada tahun 2002 yang memodifikasi options tersebut menjadi lebih spesifik untuk investasi TI.

Options tersebut adalah sebagai berikut(Benaroch,2002):

1. Defer (Menangguhkan investasi) : Investasi TI dapat ditangguhkan sampai T periode waktu (tahun) untuk mempelajari lebih dalam lagi akibat dari investasi sebelum investasi dijalankan

2. Stage (Investasi bertahap) : Investasi TI diimplementasi sebagai serangkaian tahapan pembangunan dimana tinjauan terhadap investasi terus dilakukan diantara tahapan tersebut. Investasi dapat dibatalkan sementara waktu, atau bahkan dibatalkan secara keseluruhan dengan melihat hasil tinjauan tersebut.

3. Explore (Menjelajahi investasi) : Investasi TI dapat direalisasikan dalam skala prototipe atau proyek percontohan. Jika proyek percontohan tersebut berhasil, skala investasi TI dapat ditingkatkan dengan membuat investasi lanjutan.

4. Alter Scale (Merubah ruang lingkup investasi) : Ruang lingkup operasi investasi TI dapat diperluas atau dipersempit, tergantung pada kondisi. Perubahan pada ruang lingkup operasi dapat dicapai dengan merubah jumlah transaksi yang diproses per-satuan waktu atau merubah jumlah lama waktu operasional investasi.

Options memperluas ruang lingkup investasi akan bernilai ketika perusahaan berencana untuk meningkatkan kapasitas operasi, sehingga perluasan ruang lingkup investasi akan memberikan fleksibilitas dalam meningkatkan jumlah transaksi per-satuan waktu. Options mempersempit ruang lingkup investasi akan bernilai jika perusahaan dihadapkan pada options pemilihan teknologi dengan biaya perawatan yang tinggi bila dibandingkan dengan biaya awal pengembangan.

Options mempersempit ruang lingkup investasi akan memberikan fleksibilitas pada perusahaan untuk memperpendek waktu hidup investasi, sehingga biaya perawatan dapat ditekan.

5. Abandon (Menghentikan investasi) : Investasi TI yang sudah beroperasi dapat dihentikan secara permanen jika kondisi operasional memburuk dan investasi tidak dapat dipertahankan lagi. Dengan menggunakan options ini, sumber daya yang

(11)

dialokasikan untuk investasi yang buruk dapat dialihkan ke penggunaan yang lebih berharga.

6. Outsourcing (Sub-kontrak investasi ke pihak ketiga) : Realisasi investasi TI dapat disub-kontrakkan ke pihak ketiga dengan tujuan memindahkan risiko biaya dan jadwal yang jauh melebihi perkiraan awal. Options ini bisa menyerupai options investasi bertahap, bila tidak dicapai hasil yang diharapkan, sewaktu-waktu investasi dapat dibatalkan. Namun bedanya pembatalan dari options sub-kontrak biasanya berdampak penalti pada pihak ketiga

7. Lease (Menyewa investasi) : Perusahaan dapat memutuskan untuk memilih menyewa (daripada membeli) suatu realisasi TI. Dengan menyewa investasi, perusahaan dapat sewaktu-waktu memutuskan kontrak sewa jika pada masa sewa ternyata ditemui informasi bahwa hasil dari investasi tidak sebanding. Berbeda dengan options menghentikan investasi, pembatalan kontrak penyewaan akan berdampak penalti kepada perusahaan.

8. Compound (Menggabungkan pilihan investasi) : Investasi TI dapat melibatkan gabungan dua atau lebih pilihan-pilihan diatas, dimana nilai dari options sebelumnya dapat mempengaruhi nilai dari options selanjutnya, dan sebaliknya 9. Strategic Growth (Pertumbuhan yang bernilai strategis) : Bila investasi TI ternyata

menghasilkan kemampuan yang dapat membuka kesempatan investasi di masa depan, maka perusahaan diharuskan untuk dapat merespon dengan cepat peluang tersebut dengan membuat pertumbuhan atau ekspansi investasi yang bernilai strategis dari segi nilai kompetitif dan pasar.Berbeda dengan options pengembangan bertahap atau menjelajahi nilai investasi, options pertumbuhan yang bernilai strategis dapat memiliki aset pokok (nilai pengembalian yang diharapkan dari kesempatan investasi dimasa depan) yang berbeda dengan aset investasi saat ini.

Relevansi antara risiko dan options didapat dengan membuat pemetaan risiko dengan options yang dapat mengontrolnya. Merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Benaroch pada tahun 2002 (Benaroch,2002), pemetaan antara risiko dan options tersebut harus didasari oleh pemikiran bahwa perbedaan tahapan dari siklus investasi akan menimbulkan risiko dan options mitigasi risiko yang berbeda.

(12)

Gambar 2.5 Pemetaan Risiko dan Options pada Siklus Investasi TI

(Benaroch, 2002)

Tahapan siklus investasi seperti yang terlihat pada Gambar 2.5 (Benaroch, 2002) : 1. Tahap Permulaan (Inception) : Investasi muncul sebagai suatu keputusan mutlak

yang biasanya didasari oleh investasi sebelumnya

2. Tahap Pengakuan(Recognition) : Tahap dimana investasi TI mulai dilihat sebagai suatu kesempatan yang menjanjikan. Namun dalam tahap ini ada beberapa risiko yang mungkin muncul, diantaranya risiko pada pendanaan proyek, risiko lingkungan, teknologi dan risiko dari kompetitor. Options yang biasa digunakan untuk mengatasi risiko pada tahap ini adalah defer (menunda investasi).

3. Tahap Pembangunan (Building) : Tahap dimana kesempatan investasi mulai direalisasikan. Pada tahap ini risiko yang mungkin muncul adalah risiko pada manajemen proyek, fungsional investasi, risiko organisasi, lingkungan dan teknologi. Options yang dapat digunakan untuk mengatasi risiko pada tahap ini adalah options menyewa, melakukan alih daya investasi ke pihak ketiga, melakukan investasi bertahap, atau pembuatan proyek percontohan sambil

(13)

4. Tahap Operasional (Operation) : Tahap dimana investasi sudah beroperasi dan mulai menghasilkan keuntungan/nilai balik. Risiko yang mungkin muncul pada tahap ini adalah risiko pada sistem yang berjalan, risiko kompetitor, organisasi, lingkungan dan teknologi. Options yang dapat digunakan untuk mengatasi risiko pada tahap ini adalah options menyewa dan melakukan alih daya investasi ke pihak ketiga, options menghentikan investasi, atau options melakukan pengembangan dari investasi tersebut.

5. Tahap Pemunduran (Retirement) : Pada tahap ini investasi terus menghasilkan keuntungan/nilai balik, walaupun secara tidak langsung dalam bentuk nilai aset teknologi dan kemampuan operasional yang semakin berkembang. Bila investasi sampai ke tahap ini, maka options melakukan ekspansi atau pertumbuhan investasi yang bernilai strategis dapat dilakukan.

6. Tahap Tidak Terpakai (Obsolescence) : Pada tahap ini nilai aset dan kemampuan dari investasi sudah tidak dapat dikembangkan lagi, dan investasi menjadi usang.

Setiap jenis options pada dasarnya akan menghasilkan respon yang spesifik terhadap risiko yang sesuai dengan satu dari empat tipe options berikut:

1. Options menangguhkan investasi, untuk mempelajari risiko dari tahap pengakuan investasi. Jika dampak dari risiko belum diketahui, maka dengan options menangguhkan investasi, risiko dapat dipelajari terlebih dahulu dengan mengumpulkan informasi baik secara pasif (mengamati pergerakan yang dilakukan kompetitor, mengkaji ulang kemunculan teknologi baru, memantau peraturan- peraturan yang berhubungan dengan investasi tersebut dll), maupun aktif (melakukan survei, melobi untuk perubahan peraturan yang menghambat investasi). Dengan aksi mempelajari sembari menunggu tersebut, risiko pasar/bisnis, kompetisi dan organisasi dapat diatasi. Namun, semakin besar risiko, semakin besar proses pembelajaran yang dilakukan, dan options penangguhan ini akan semakin bernilai.

2. Investasi parsial, eksplorasi risiko dilakukan pada tahap pembangunan (bulding).

Jika keseriusan dampak risiko belum bisa diidentifikasi, maka dapat dibuat rencana investasi bertahap dengan ruang lingkup yang lebih kecil. Dengan demikian maka dapat dilakukan aksi mempelajari sembari melakukan, yaitu mengumpulkan informasi mengenai kemampuan teknis dan organisasional dari perusahaan untuk menghadapi secara perlahan risiko yang muncul. Realisasi dari investasi parsial ini

(14)

dapat dieksekusi dengan dua cara, yaitu pengembangan bertahap dan membuat proyek percontohan. Options investasi bertahap memecah investasi menjadi beberapa tahapan kecil dan memungkinkan mempelajari risiko dari pengembangan secara bertahap. Options pembuatan proyek percontohan memungkinkan pembelajaran risiko melalui investasi yang diperkecil skala-nya. Kedua options tersebut menyederhanakan siklus investasi sehingga pembelajaran kompetitor, kostumer, regulasi, dan reaksi internal akan dilakukan bertahap sejalan dengan tahapan investasi yang berjalan.

3. Investasi penuh dengan pengurangan dampak moneter dari risiko ada pada tahap pembangunan dan operasional investasi. Salah satu caranya adalah, bila dimungkinkan, yaitu dengan menyewa sumberdaya proyek atau dengan membuka options untuk memberikan eksekusi pengembangan proyek ke pihak ketiga yang dianggap lebih mampu dan berpengalaman.

4. Pembatalan investasi atau investasi ulang dengan menghindari risiko pada tahap operasi. Jika diterima fakta bahwa beberapa risiko memang tidak bisa dikontrol, ada dua options yang dapat ditawarkan bila kasus tersebut muncul. Options menghentikan investasi akan dapat mengalihkan sumber daya jika risiko kompetisi, pasar dan organisasi terwujud. Options merubah ruang lingkup investasi dapat dilakukan dengan mempersempit atau memperluas investasi pada tahap operasional sebagai respon dari ketidakpastian pada organisasi dan pasar yang tinggi.

Dengan berdasar pada logika hubungan antara risiko dan options ini, pemetaan risiko tertentu ke options tertentu yang dapat mengontrolnya dapat dilakukan. Tabel 2.1 menunjukkan contoh dari pemetaan hubungan risiko dan options.

(15)

Tabel 2.1 Contoh Pemetaan Hubungan Risiko dan Options

(Telah diolah kembali dari Benaroch,2002)

Tahap Siklus Investasi Pengakuan Pembangunan Operasional

Options Explore

Kategori

Risiko Faktor Risiko

Defer

Pilot Project Stage Alter

Scale Outsource Lease Abandon Contract Outsource Expand

1 Faktor Risiko 1 + + + + + +

2 Faktor Risiko 2 + +

3 Faktor Risiko 3 + + + + + +

Organisasi

4

6

7

8

Bisnis

9

10

11

12

13

Manajemen Proyek

15

Teknis

(16)

Desain konfigurasi investasi adalah identifikasi alternatif eksekusi dari investasi dengan menggunakan temuan hubungan risiko dan options yang signifikan, dan mengukur dampak risiko diantara konfigurasi yang teridentifikasi. Dengan pengertian tersebut, ada banyak alternatif konfigurasi yang dapat dibuat sehingga konfigurasi ini dapat menjadi sangat besar. Namun untuk memperkecil pilihan konfigurasi investasi dapat dilakukan dengan mengikuti tiga prinsip dasar berikut (Benaroch, 2002) :

1. Urutan options pada konfigurasi harus berhubungan dengan urutan kemunculan options pada siklus investasi (misalnya options menghentikan investasi yang dieksekusi pada tahap operasional, tidak boleh mendahului options penangguhan investasi yang biasa dieksekusi pada tahap pengakuan investasi.

2. Konfigurasi investasi harus dapat berdampingan secara logis (misalnya options penangguhan dan options sub-kontrak investasi ke pihak ketiga dapat dimunculkan berdampingan, namun options untuk sub-kontrak saat ini dan kemudian menangguhkan atau membatalkan investasi tidak boleh dimunculkan).

3. Hanya konfigurasi yang melibatkan set pengelolaan risiko dan options yang berhubungan paling maksimal dan yang bernilai-lah yang layak untuk dipertimbangkan. Misal, daripada membuat dua konfigurasi terpisah untuk options menunda dan melakukan pengembangan bertahap, lebih baik membuat satu konfigurasi yang memasukkan dua options tersebut. Suatu konfigurasi yang hanya mengontrol satu risiko dapat pada saat yang sama menimbulkan risiko dari sisi yang lain (misalnya konfigurasi untuk meminimalkan risiko pasar dapat meningkatkan risiko kompetisi). Oleh karena itu adalah penting untuk membuat konfigurasi pengelolaan hubungan risiko dan options yang paling maksimal dengan mempertimbangkan hubungan antara masing-masing rangkaian risiko dan options tersebut.

Visualisasi dari konfigurasi investasi diwujudkan dalam bentuk pohon keputusan dengan metode Binomial Tree. ROV digunakan untuk menghitung nilai pengembalian dari masing-masing cabang keputusan yang akan menghasilkan nilai RO.

(17)

2.3 STRATEGI SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MANUFAKTUR

Strategi sistem perencanaan dan pengendalian manufaktur mendefinisikan bagaimana manajemen industri merencanakan dan mengendalikan sistem manufaktur dalam operasi jangka pendek maupun menengah pada proses produksi. Pada dasarnya manajemen industri dapat memilih satu atau lebih dan mengkombinasikan pilihan dari enam strategi perencanaan dan pengendalian yang dikenal saat ini. Keenam strategi itu adalah Project Management (PM), Manufacturing Resources Planning (MRP-II) , Just In Time (JIT) , Continuous Process Control, Flexible Control System, dan Agile Control System.

Dari keenam strategi diatas, desain sistem perencanaan dan pengendalian dari suatu perusahaan industri manufaktur harus memperhatikan ketergantungan antara desain proses manufaktur dan desain respon terhadap konsumen. Salah satu strategi yang banyak digunakan untuk membangun sebuah perusahaan manufaktur yang terintegrasi adalah MRP dan MRP-II.

2.3.1 SISTEM MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

Dalam situasi manufaktur, permintaan akan bahan baku, komponen, sub-rakitan, dan sebagainya bergantung pada rencana produksi untuk produk akhir. Salah satu teknik yang digunakan untuk mengatur persediaan produksi adalah Material Requirement Planning (MRP). MRP terdiri dari sekumpulan catatan, teknik, dan prosedur yang terhubung secara logis, dan sebagai alat bantu pengambilan keputusan untuk menterjemahkan jadwal induk produksi untuk produk akhir, subrakitan utama, atau produk akhir ke kebutuhan bersih dan pesanan untuk setiap komponen yang dibutuhkan dalam melaksanakan jadwal induk produksi. MRP merencanakan ulang kebutuhan bersih yang mencakup perubahan dalam jadwal induk produksi, desain, proses atau catatan keadaan persediaan.

(18)

2.3.1.1 PROSES MRP

Cara kerja MRP (Lihat gambar 2.6) :

1. Jadwal induk produksi (Master Production Schedule /MPS)

MPS dibuat dengan masukan data jumlah pesanan pembeli yang biasanya diambil berdasarkan SO dan dengan tambahan data berdasarkan peramalan penjualan 3 bulan mendatang. MPS menentukan apa yang harus dibuat dan kapan, dimana jadwalnya harus sesuai dengan rencana produksi. Untuk dapat memenuhi permintaan pasar, maka MPS mengidentifikasi jumlah dari setiap produk akhir dan kapan akan diproduksi selama setiap periode dalam perencanaan produksi yang akan datang. MPS merupakan salah satu elemen penting dari MRP. MPS akan mengatur sistem MRP dalam hal tepat waktunya usaha untuk memperoleh bahan dan memproduksi subkomponen, dimana keduanya saling melengkapi untuk memenuhi jadwal keluaran MPS.

2. Selanjutnya dengan berdasar pada MPS, MRP akan menghitung kebutuhan material produksi dengan masukan data sebagai berikut :

a. Data Inventory Status (status persediaan barang) berisi status stok aktual hari itu yang diambil dari transaksi penerimaan barang, produksi, dll. Sistem MRP harus menyimpan catatan keadaan persediaan dari setiap barang dalam struktur produk yang terbaru (up-to-date). Catatan ini menyediakan informasi yang akurat mengenai ketersediaan setiap barang yang dikontrol oleh sistem MRP, sehingga dapat mempertahankan laporan yang akurat dari semua transaksi persediaan, baik untuk aktual maupun yang direncanakan. Catatan keadaan persediaan berisi nomor identifikasi, tingkat safety stock, lead time, dan catatan penting lainnya dari semua barang. Masukan tambahan pada data status persediaan barang berasal dari master category, dimana didalamnya terdapat data master aplikasi, seperti satuan, kode barang, nilai tukar mata uang, dll.

b. Data utama yang dibutuhkan dari MRP Setting adalah jumlah stok minimum dan maksimum dari masing-masing komponen.

c. Data Bill Of Material (BOM) adalah sebuah daftar berisi jumlah komponen- komponen, unsur-unsur dan bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat suatu produk. BOM mengidentifikasi bagaimana setiap produk akhir, jumlahnya dalams setiap unit produk akhir, dan stasiun kerja yang memperlihatkan urutan

(19)

membentuk produk akhir. Informasi ini dapat diperoleh dari dokumen rancang produk dan analisis aliran kerja.

d. Data yang dibutuhkan dari PO adalah data material yang sudah dipesan ke pemasok berikut tanggal estimasi kedatangan barang tersebut

3. Dengan menggunakan masukan seperti yang telah disebutkan diatas, maka MRP akan menyediakan tiga buah keluaran untuk setiap komponen produk, yaitu informasi mengenai kebutuhan rencana pemesanan pada waktu sekarang, pengaturan kembali jadwal pemesanan, dan rencan pemesanan pada waktu yang akan datang.

Gambar 2.6 Alur dari MRP

(NEC,2008)

2.3.2 SISTEM MRP-II (MANUFACTURING RESOURCE PLANING-II)

MRP-II didefinisikan sebagai suatu metode perencanaan efektif keseluruhan sumber daya dari suatu perusahaan manufaktur. MRP-II merupakan perluasan dari MRP, dimana tidak hanya melibatkan manajemen persediaan dan penjadwalan produksi tapi juga meliputi perencanaan operasional, perencanaan keuangan, dan memiliki

Order Forecast

Master Production Schedule (Daily) Configuration

Master

Inventory Status

MRP Setting MRP Process

Bill Of Material (BOM)

MRP Result

(Requirement) Purchase Order

Other Transaction: Receipt, Supply, Production, Delivery, etc

(20)

kemampuan simulasi untuk menjawab kemungkinan-kemungkinan dalam kegiatan bisnis (Wikipedia,2009). MRP-II mengintegrasikan hampir keseluruhan aspek dari perusahaan manufaktur kedalam satu entitas untuk kemudahan fungsi kontrol dan perencanaan dan memandang seluruh aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan manufacturing sebagai suatu jaringan informasi yang interaktif.

MRP dan MRP-II merupakan pendahulu dari sistem informasi bisnis yang terintegrasi ,Enterprise Resource Planning (ERP). Pengembangan dari metode koordinasi dan integrasi dalam manufaktur, berperan besar dalam membentuk konsep ERP saat ini.

MRP dan MRP-II masih banyak digunakan, baik secara independent, maupun sebagai salah satu modul dari suatu sistem ERP yang terpadu.

Visi dari MRP dan MRP-II adalah untuk memusatkan dan mengintegrasikan informasi bisnis sedemikian rupa, sehingga dapat memfasilitasi proses pembuatan keputusan dari manajer produksi dan secara keseluruhan meningkatkan efisiensi dari kegiatan produksi.

Fitur-fitur yang utamanya ada pada suatu MRP-II diantaranya adalah : Jadwal Induk Produksi (MPS), Data Master Barang , Bill of Materials (BOM) , Data sumber daya produksi , Kontrol persediaan, Manajemen Pembelian , MRP, Perencanaan kapasitas produksi, Pengaturan biaya produksi, Pelaporan biaya, Perencanaan distribusi produk.

Selain fitur tersebut, kadang MRP-II juga dilengkapi dengan fitur-fitur tambahan seperti Perencanaan bisnis, Status Lot produksi, Manajemen kontrak, Manajemen perlengkapan, Kontrol perubahan spesifikasi teknis produksi, Manajemen Konfigurasi, Analisis dan Peramalan penjualan, dan Finite Capacity Scheduling (FCS).

Untuk meningkatkan kinerja dari MRP-II, sistem MRP-II kerap diintegrasikan dengan sistem lain yang tidak berhubungan langsung dengan produksi, seperti General Ledger (G/L, Accounts Payable (A/P), Accounts Receivable (A/R), Sales Order (SO), Distribution Requirements Planning (DRP), Manajemen Gudang otomatis, Manajemen Proyek dan Data teknis.

(21)

2.3.2.1 KARAKTERISTIK MRP-II

Karakteristik utama dari MRP-II ini adalah adanya kegiatan perencanaan dan pengendalian (planning & control) serta perbaikan terus menerus (continuous improvement) dan kemampuan untuk melakukan simulasi (what if capability). Proses perencanaan dan pengendalian ini dimulai oleh manajemen puncak, berupa perencanaan strategis, bisnis perusahaan, operasi dan penjualan yang hasil akhirnya berupa perencanaan produksi (Production Plan).

Pada tingkat perencanaan operasi (manajemen taktis) diawali dengan penjadwalan produksi dimana hasilnya berupa Jadwal Induk atau Master Production Schedule(MPS), kemudian dengan memperhatikan kondisi dari material (termasuk pemasok) dan kapaitas perusahaan (misalnya routing) akan dilakukan kegiatan Material Requirement Planning (MRP) dengan hasil berupa perencanaan dan pengendalian terhadap pemasok, material, kapasitas perusahaan untuk kegiatan produksi dilapangan.

Sedangkan pada tingkat pelaksanaan operasi (manajemen operasional) dilakukan dengan kegiatan pembelian untuk keputusan membeli atau membuat sendiri. Kegiatan perbaikan terus menerus dilakukan sebagai adanya pengukuran kinerja yang kemudian hasilnya dilaporkan berupa umpan balik. Kegiatan ini didukung antara lain dengan adanya pendidikan dan pelatihan karyawan, dan keterlibatan karyawan melalui peningkatan mutu terpadu (Total Quality Control).

MRP-II melakukan simulasi terhadap kebutuhan material yang akan datang, sehingga kekurangan material dapat diprediksi dan dicegah, juga terhadap kebutuhan kapasitas sehingga masalah kapasitas dapat ditanggulangi. Dengan demikian manajemen mempunyai cukup waktu untuk mengambil suatu keputusan atau tindakan.

Referensi

Dokumen terkait

Rabies merupakan penyakit hewan menular yang disebabkan oleh virus dan dapat menular pada orang.Karena itu, rabies di kategorikan sebagai penyakit

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami dan mengerti tentang anatomi dan fisiologi apendik, memahami patogenesa abses apendik, memahami dan mengerti diagnosa, pengelolaan

DOSEN PEMBIMBING MAGANG : EKO RIAL NUGROHO, S.H., M.H ASISTEN DOSEN : DAVIED IBEN JAUHARI, S.H., M.H..

merubah siswi amatir menjadi professional memberikan peluang untuk merancang Cosmoprof Academy di kota bandung dengan fasilitas yang lebih baik dan memiliki prospek

Tes KGS berbentuk tes objektif (pilihan ganda) mencakup ketiga materi percobaan, yaitu: 1) sintesis dan karakterisasi natrium tiosulfat pentahidrat, 2)

Secara keseluruhan hasil analisis kepuasan pelanggan dengan menggunakan metode IPA pada 27 atribut secara umum rata-rata tingkat kesesuaian dari seluruh dimensi belum ada

Karni, M.Pd PENGAWAS SD UPTD Cab.Din.. Sunaryoto PENGAWAS SD

(4) Dalam hal arahan Anggota Dewan Pengarah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan secara lisan, BAPEL harus menuangkan arahan dimaksud dalam satu risalah, yang juga